bab ii tinjauan pustaka 2.1. pembangunan manusia...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Manusia (Human Development)
Konsep human development atau pembangunan manusia dibahas oleh UNDP
untuk pertama kalinya pada era kotemporer dalam Human Development Report 1990.
Konsep ini menunjukan bahwa tujuan utama pembangunan adalah untuk
menguntungkan manusia - masyarakat, maka high national income dan growth tidak
secara langsung menjaminkan human development, karena terkadang hanya
mementingkan pihak elit politis dan ekonomi. Gagasan model pembangunan manusia
adalah untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat untuk
menikmati hidup yang panjang, sehat dan kreatif. UNDP memberikan pendefinisian
sebagai berikut: Human development is a process of enlarging people's choices. The
most critical ones are to lead a long and healthy life, to be educated and to enjoy a
decent standard of living. Additional choices include political freedom, guaranteed
human rights and self respect. (UNDP HDR 1990: 9-10)
Dengan merujuk kepada Mahbub Haq (1995) Pemahaman human
development menunjukan 5 karakteristik dan 4 komponen yang membentuknya.
Dapat durangkum sebagai berikut:
9
1. Pertama human development itu memusatkan perhatian kepada manusia, “people in
the center of the stage”, sehingga pendekatan pembangunan itu diartikan seperti aksi
perluasan pilihan atau alternatif bagi rakyat, “expanding people’s choices”. Dalam
semua proses pembangunan dipertanyakan bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi
secera aktif dan juga mendapatkan manfaat dari pembangunan.
2. Kedua menekankan kepada kedua sisi yang dimiliki pembangunan mansusia, yaitu
formation of human capabilities (peningkatan health, knowledge dan skills); dan
people use of acquired capabilities (untuk pekerjaan, kegiatan produktif, partisipasi
dalam urusan politik,dll) . Hal itu bermaksud bahwa proses pembangunan seharusnya
memperdaya masyarakat dengan menyediakan berbagai institusi atau prasarana untuk
meningkatkan kapabilitas manusia, sehingga mereka mampu berkreativitas di tengah
masyarakat untuk juga mendorong pembangunan.
3. Ciri ketiga adalah bahwa untuk memperluas pilihan bagi rakyat diperlukan means,
yaitu pertumbuhan ekonomi, terutama melalui peningkatan Gross National Product.
Namun pertumbuhan ekonomi tidak otomatis memberi kesejahteraan masyarakat, tetapi
harus didistribusikan secara merata melalui kebijakan yang jelas.
4. Keempat, human development merupakan sebuah teori dan pendekatan yang
menggabungkan pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Perhatian tidak hanya
terfokus kepada faktor ekonomi tetapi kepada semua faktor yang menyangkut suatu
society.
10
5. Cirinya kelima adalah diakui bahwa manusia merupakan tujuan, juga sarana daripada
pembangunan. Sedangkan economic growth adalah sebagai sarana untuk mencapai
human development.
Sementara empat komponen penting dalam paradigma human development
ialah equity, sustainability, productivity dan empowerment.
Equity berarti bahwa dalam memperluas pilihan dan kesempatan untuk manusia
harus ada keadilan, berarti akses terhadap kesempatan yang merata. Di sini juga
ditekankan istilah growth with equity by income distribution, bahwa peningkatan GNP
didistribusikan kepada masyarakat, melalui kebijakan fiscal yang optimal, land reform,
akses kepada kredit, political opportunities, dan penghapusan hambatan sosial atau
legal yang membatasi kaum minoritas kepada kesempatan ekonomi dan politik.
Sustainability adalah komponen yang sangat penting juga yang berarti bahwa,
tingkat kesejahteraan yang dinikmati masa kini harus juga bisa dinikmati oleh generasi
mendatang, jadi sustanaibility di sini adalah kelestarian daripada human development
opportunities. Dengan kata lain kelestarian dari semua kapital: kapital fisik; finansial;
lingkunang hidup; dan sumber daya manusia, dengan kapasitas memperbaruhi dan
meregenerasi kapital tersebut.
Productivity merupakan satu elemen dalam human development dimana
pentingnya adalah sama dengan equity, sustainability dan empowerment. Productivity
berarti peningkatan kapabilitas sumber daya manusia melalui investment in people agar
potensial maksimal mereka dapat digunakan sebagai sarana untu mencapai
11
pertumbuhan. Di sini manusia dilihat sebagai sarana atau partisipan dari pembangunan
namun human development menggarisbawahi bahwa manusia adalah means dan juga
the ultimate ends of development, oleh karena itu konsep productivity dianggap hanya
sebagai suatu unsur dalam human development.
Empowerment bermaksud pembangunan berdasarkan partisipasi penuh
masyarakat, masyarakat bukan hanya sebagai penerima tetapi aktif dalam menentukan
pilihan mengenai bagaimana seharusnya hidup mereka sendiri dibentuk. Pemberdayaan
masyarakat menurut Haq adalah investasi dalam pendidikan dan kesehatan suapaya
masyarakat dapat mengambil keuntungan dari peluang ditawarkan pasar; akses kepada
kredit dan productive assets; juga pemberdayaan yang sama kepada wanita dan pria
agar mempunyai kesempatan bersaing yang setara. Dengan demikian memerlukan
political democracy, economic liberalism, desentralisasi dan partsipasi dari organisasi
non-pemerintah dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. (Haq 1995: 16-19)
2.2. Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s)
MDG’s merupakan tujuan-tujuan pembangunan internasional, diadopsi pada
KTT milenium PBB tahun 2000 oleh semua negara anggota PBB, serta berbagai
organisasi internasional (OCDE, IMF, World Bank,..). MDG’s diadopsi berdasarkan
kesepakatan dan komitmen para pemimpin yang dikandung dalam United Nations
Millennium Declaration, yang intinya adalah untuk membentuk kemitraan global guna
mengurangi kemiskinan dan human deprivation yang dialami masyarakat di negara-
negara termiskin. Deklarasi milenium mengutamakan nilai-nilai fundamental sebagai
12
hak setiap individu, yakni freedom, equality, solidarity, tolerance, respect for nature
dan shared responsibility.
Dalam konteks Millennium Development Goal’s (MDG’s), konsep human
development banyak mempengaruhi pemahaman pembangunan dan menjadi gagasan
pusat pembangunan internasional. Konsep tersebut menggarisbawahi bahwa
pembangunan tidak hanya terfokus kepada economic growth tetapi juga kepada
kebebasan manusia sendiri. Selain itu mendorong fokus perhatian kepada yang miskin
dan termiskin, dan juga kepada peningkatan kemampuan mereka. Meningat sejarah
persiapan menuju kepada Millennium Summit, bekas sekjen PBB Kofi Annan juga
menentukan “pembangunan”, termasuk pengetasan kemiskinan global sebagai tema
kedua KTT itu. Pengetasan kemiskinan sangat terkait dengan upaya pembangunan
manusia untuk memberikan kebebasan bagi manusia. Demikian David Hulme dalam
papernya The making of the MDG’s menjelaskan bahwa Development was no longer
about national development (nation building, economic growth and general
improvements in welfare). Rather, it was synonymous with poverty eradication (or
reduction)1. Dapat dikatakan bahwa pergeseran yang telah terjadi pada pemahaman
pembangunan sejak karyanya Haq dan UNDP tahun 1990-an membawa insentif kepada
“poverty eradication‖ dengan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan. Sehingga
MDG’s umumnya mempromosikan pemberantasan kemiskinan; hak asasi manusia
dengan memajukan prinsip-prinsip martabat manusia; demokrasi; kelestarian
1 David Hulme in The making of the MDG’s: Human development meets result based-management in an
imperfect world.
13
lingkungan; kesetaraan dan keadilan sosial; serta kemitraan untuk pembangunan
internasional.
MDG’s memiliki delapan tujuan global yang ditargetkan akan dicapai tahun
2015. Menurut David Hulme MDG’s merupakan janji yang terbesar pernah diberikan
kepada penduduk dunia terkait dengan pengetasan kemiskinan, tujuannya bersifat
komprehensif (global atau menyeluruh) dengan upaya yang sistematis dilakukan untuk
menentukan, membiayai, melaksanakan, memantau dan mendukung mereka2.
Kedelapan tujuan tersebut adalah: (1) Eradicating extreme poverty and hunger,(2)
Achieving universal primary education, (3) Promoting gender equality and
empowering women, (4) Reducing child mortality rates, (5) Improving maternal health,
(6) Combating HIV/AIDS, malaria, and other diseases, (7) Ensuring environmental
sustainability, and (8) Developing a global partnership for development.
Tujuan pertama, yaitu “Penanggulangan kemiskinan dan kelaparan” yang akan
dijadikan fokus penelitian ini dengan ketiga indicator berikut:
1. Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat
pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990 – 2015.
2. Target 1B: Menciptakan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang
layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda,
2 Penjelasan berdasarkan paper Hulme 2007. The making of the MDG’s: Human development meets
result based-management in an imperfect world; http://www.un.org/millenniumgoals/bkgd.shtml dan
http://en.wikipedia.org/wiki/Millennium_Development_Goals diakses pada 07-01-13
14
3. Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita
kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015.
2.3. Keamanan Manusia (Human security)
2.3.1. Pergeseran paradigma keamanan: Kemanan Nasional menuju
Keamanan Manusia
Konsep Security ini merupakan konsep yang sangat diperdebatkan para penstudi
hubungan internasional, negara dan berbagai aktor lainnya, terutama pada aspek bahwa
keamanan itu untuk siapa, untuk individu, negara sendiri atau keamanan internasional.
Suatu hal yang jelas adalah bahwa dalam konsep keamanan terdapat gagasan ancaman
terhadap nilai tergantung obyek keamanan itu sendiri. Pada era Perang Dingin konsep
keamanan didominasi oleh konsep tradisional yakni national security, atau state
security terhadap ancaman militer. Hal ini dipicu oleh konflik ideologis, politik dan
militer antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (Uni Soviet). Pada saat itu
konsepsi dominan keamanan berdasarkan kekuatan militer dan hubungan strategis
antara negara (alliances) dan balance of power, dan yang hanya mendorong negara
untuk menjaga keamanan adalah kelangsungan hidup (survival). Konsepsi tradisional
keamanan melihat ancaman dari luar perbatasan negara, dan objek dari ancaman militer
tersebut terfokus kepada negara sendiri: perbatasannya, masyarakat, institusi dan nilai-
15
nilainya3. Di sini negara adalah satu-satunya aktor yang menyediakan keamanan, dan
menghadapi ancaman eksternal.
Konsepsi tradisional tersebut terkait dengan sudut pandang neo-realis yang
berasumsi, menurut Baylis dan Smith (2005:302-303) bahwa (1) sistem internasional
adalah anarkis dimana tidak ada otoritas pusat yang mampu mengendalikan perilaku
negara; (2) negara-negara berpotensi berbahaya satu sama lain oleh karena klaim
terhadap kedaulatan yang meningkatkan kemampuan ofensif militer untuk membela
diri dan memperluas kekuasaan; (3) ketidakpastian yang menyebabkan
keditakpercayaan sehingga tidak ada negara yang memiliki keyakinan mengenai niat
negara tetangganya maka dia harus selalu waspada; (4) survival merupakan kekuatan
mendasar dan mendorong perilaku negara dalam mepertahankan kemandirian dan
kedaulatannya; dan (5) meskipun terdapat rasionalitas negara, selalu ada ruang untuk
miscalculation, dimana negara memberi gambaran yang salah mengenai
kemampuannya dengan tujuan membuat negara lain hanya bisa menduga. Hal itu dapat
menyebabkan kesalahan tentang minat negara sesungguhnya.
Dengan demikian asumsi-asumsi tersebut akan membuat hubungan negara
selalu akan antagonis dan agresif satu sama lain. Konsepsi ini sangat dikritisis terlalu
sempit dan berlebihan, karena tidak mempertimbangkan ancaman lain yang melanda
masyarakat atau komunitas, yang bahkan bisa lebih berbahaya.
Seperti yang dijelaskan Richard Ullman4 bahwa:
3 Commision on Human Security Report (CHS) 2003, hal 5.
16
―..defining national security merely in military terms conveys a profoundly
false image of reality. That false image is doubly misleading and therefore
dangerous. First, it causes states to concentrate on military threats and to
ignore other and perhaps even more harmful dangers(…) And second, it
contributes to a pervasive militarization of international relations that in
long run can only increase global insecurity.‖
King and Murray5dalam essay mereka Rethinking Human Security juga
memberikan penjelasan mengenai konsep tradisonal bahwa:
―The traditional view of security has focused on using the military to ensure
the territorial integrity of sovereign states. Security studies and the security
establishment have long been focused on foreign and defense policy
mechanism to avoid, prevent, and if need be win interstate military
disputes.‖
Mereka menekankan kepada pengeluaran negara untuk keamanan militer yang begitu
besar, jauh lebih tinggi daripada 49% income populasi dunia digabungkan, dan juga
semua kebijakan luar negeri terfokus kepada pertahanan, padahal banyak orang yang
menjadi korban dari berbagai perang dan konflik militer yang seolah-olah tidak perlu
dipertimbangkan. Sekalipun negara memiliki keamanan relatif dan berhasil dalam
melindungi teritorinya tetapi hal ini tidak berarti secara otomatis bahwa warganya juga
aman.
Dari situ muncul pemikiran bahwa keamanan nasional tidak hanya mengacu
kepada keamanan secara militer, atau ancaman militer kepada suatu negara dan
integritasnya tetapi juga meluas hingga keamanan bagi aktor non negara, seperti warga,
komunitas atau organisasi terhadap ancaman dari berbagai peristiwa. Berakhirnya
perang dingin terutama membuka era untuk keamanan yang komprehensif, pengertian
4 Redefining Security in International Security, vol. 8, No.1 (Summer, 1983), p. 129
5 Rethinking Human Security in Political Science Quarterly Vol. 116, No. 4 2001- 02, p.588
17
keamanan lebih luas mencakup bermacam-macam instrumen dan sumber ancaman,
bahkan tidak hanya terbatas kepada kemakmuran negara tetapi hingga kesejahteraan
individu, atau manusia. Sehingga keamanan manusia pun dianggap seperti salah satu
kajian yang penting dalam international security studies. Dengan demikian definisi
keamanan pasca Perang Dingin tidak lagi bertumpu pada konflik ideologis antara blok
Barat dan blok Timur tetapi kepada isu-isu non-tradisional yang meliputi berbagai
ancaman yang muncul dalam kehidupan manusia. Termasuk misalnya ancaman dari
degradasi lingkungan hidup, perubahan cuaca, economic deprivation (kemiskinan dan
kelaparan), pelanggaran hak asasi manusia, crimes, human dan drugs trafficking,
konflik etnis, terrorism, HIV/AIDS, dll. Dengan kata lain, yang menjadi fokus adalah
keamanan untuk individu, atau manusia.
Salah satu fenomena yang berdampak pada pemahaman keamanan manusia
adalah berkembang pesat fenomena globalisasi dan globalisasi ekonomi, disertai
dengan teknologi inforrmasi, komunikasi, dan transportasi yang semakin canggih masa
kini. Dengan demikian menyebabkan meningkatnya interdependensi antara seluruh
masyarakat dunia, dan memudahkan perdagangan, pertukaran, pembentukan jaringan-
jaringan (termasuk jaringan kejahatan internasional), mobilitas masyarakat,
pemanfaatan sumber daya dll, maka ancaman terhadap manusia bisa muncul dari faktor
yang sangat luas dan kompleks.
Mengacu kepada CHS (Commission on Human Security 2003: 4), keamanan
manusia adalah:
18
"... to protect the vital core of all human lives in ways that enhance human
freedoms and human fulfillment. Human security means protecting
fundamental freedoms-freedoms that are the essence of life. It means
protecting people from critical (severe) and pervasive (widespread) threats
and situations. It means using processes that build on people’s strengths and
aspirations. It means creating political, social, environmental, economic,
military and cultural systems that together give people the building blocks of
survival, livelihood and dignity."
Sementara King dan Murray menekankan kepada resiko deprivasi masa kini dan
masa depan yang bisa dialami manusia dengan penjelasannya:
― the idea of security thus contains two key elements: an orientation to
future risks and a focus on risks of falling below some critical threshold of
deprivation…My security today is not only a function of my well-being
today, but also the prospects of avoiding states of great deprivation.6‖
Demikian CHS, dan King & Murray mendefiniskan human security, seksi
berikutnya akan memaparkan perbandingan perspektif UNDP dengan perspektif
Canadian school mengenai konsep ini.
2.3.2. Keamanan Manusia: Perbandingan perspektif UNDP dan Canada
Kedua tulisan ini merupakan tulisan penting dan telah menguatkan pemahaman
serta diskusi mengenai konsep human security. Pada kenyataanya definisi pertama
keamanan manusia secara eksplisit diberikan oleh UNDP dalam bab 2 laporan Human
development tahun 1994, yang berjudul The new demensions of human security.
Definisi tersebut memiliki dua aspek utama , pertama keamanan manusia diartikan
sebagai safety from chronic threats as hunger, disease and repression, dan kedua
protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life-whether in
6 King and Murray. Hal 592
19
homes, in jobs or in communities, dan ancaman-ancaman tersebut bisa berada pada
semua tingkat pembangunan dan pendapatan nasional7.
Sementara Intervensi pemerintah Canada (inisiatif mantan menteri luar negeri
Lloyd Axworthy tahun 1996) melalui kebijakan luar negeri mereka memfokuskan
konsep human security kepada perlindungan warga sipil dari aksi kekerasan (violent
conflicts), serta pendefinisian agenda internasional untuk menanganinya. Departemen
luar negeri menentukan paradigma baru dari kebijakan luar negeri Canada setelah
perang dingin berakhir oleh karena pada era baru ini, warga sipil menjadi korban
langsung dari berbagai internal konflik. keamanan dari integritas territorial dan
kedaulatan negara semakin meningkat, tetapi keamanan untuk individu semakin
memburuk. Terutama oleh karena semakin banyak meledak perang saudara, perang
etnis atau agama yang memakai senjata ringan, dan 8/10 korbannya merupakan warga
non-kombatan8. Sehingga perlindungan individu menjadi fokus utama dari kebijakan
luar negeri mereka.
Canada’s human security agenda responds to new global realities. Its goal is
to ensure that people can live in freedom from fear. This means building a
world where universal humanitarian standards and the rule of law effectively
protect all people; where those who violate these standards and laws are held
accountable; and where our global, regional and bilateral institutions are
equipped to defend and enforce these standards. As Canadians, we are
committed to working with like-minded partners, at home and abroad, to
build this world9.
7 UNDP . (1994) . Chap 2, New dimension of human security. Hal 23
8 Axworthy. La sécurité humaine : la sécurité des individus dans un monde en mutation. In: Politique
étrangère N°2 - 1999 - 64e année pp. 333-342. Persee Scientific Journals. 9 DFAIT (Canada Department of Foreign Affairs and International Trade). Freedom from fear:
Canada’s Foreign Policy for Human Security. 2000. Hal 1
20
Supaya lebih mengerti perspektif UNDP dan Canada, gagasan security dari
David Baldwin10
akan dijadikan titik awal penjelasan. Baldwin sendiri
mereformulasikan gagasanya dari Arnold Wolfers security sebagai the absence of
threat to acquired values, untuk menjadi a low probability of damage to acquired
values yang menekankan kepada preservation of acquired values daripada presence or
absence of threats. Jadinya Baldwin mengusulkan beberapa pertanyaan vital dalam
pembuatan kebijakan keamanan untuk mereduksi dan membatasi damage terhadap
nilai. Setidaknya kedua pertanyaan berikut harus dijawab: Security for whom? dan
Security for which values? Namun untuk menjadinya efektif, melengkapi keduanya itu
juga pertanyaan seperti: how much security? from what threats? by what means? at
what cost? dan in what time period? Meskipun semuanya tidak vital tetapi tergantung
pada analysis dan kebutuhan pembuatan kebijakan. Sehingga dengan merujuk pada
Kanti Bajpai (2000), diperlukan 2 pertanyaan tambahan, yakni security from what
threats? dan security by what means? Diuraikan dengan 4 pertanyaan dari Baldwin,
pendekatan UNDP terhadap human security memiliki gagasan dasar yang sama dengan
Canada, namun terdapat juga perbedaan dari beberapa aspek.
Kedua perspektif (perspektif Canada dan UNDP11
) dapat dirangkum sebagai
berikut:
1) Security for whom? : Menurut UNDP untuk individu dan masyarakat.
(people-centered security). Sementara Canada tentu berupaya melindungi keamanan
10
David A. Baldwin, The concept of security in Review of International Studies (1997), 23, 5-26 11
Kanti Bajpai.( August 2000). Human Security: Concept and Measurement. Kroc Institute. Hal 13-19
21
individu, masyarakat atau warga sipil (people-centered view of security). Namun state
security juga diperlukan sebagai salah satu sarana untuk melindungi people security.
Maka konsep human security tidak menggantikan state security, tetapi keduanya saling
melengkapi. DFAIT ketika membahas konsep ini menjelaskan bahwa: “people are
made safer by an open, tolerant and responsive state capable of ensuring the protection
of all its citizens. At the same time, enhancing human security reinforces the state by
strengthening its legitimacy and stability.‖12
Pada 1999, Lloyd Axworthy mencatat
bahwa “the safety of the individual – that is, human security – has become a new
measure of global security13
.‖ Axworthy mengakui bahwa keamanan antara negara
adalah kondisi yang tetap relevan untuk keamanan warga.
2) Security for What values? : Pertama UNDP menggarisbawahi beberapa nilai
secara umum, yaitu: safety, well-being, dignity, freedom, acces to market and social
opportunities, personal choice, dan surety about the future. UNDP security adalah
perlindungan dari ancaman penyakit, pengangguran, kelaparan, kejahatan, konflik
sosial, represi politik, dan risiko lingkungan menurut definisi berikut:
―..human security is a child who did not die, a disease that did not spread, a
job that was not cut, an ethnic tension that did not explode in violence, a
dissident who was not silenced. Human security is not a concern with
weapons – it is a concern with human life and dignity…It is concerned with
how people live and breathe in a society, how freely they exercise their many
choices, how much access they have to market and social opportunities –
and whether they live in conflict or in peace14
.‖
12
DFAIT. Hal 3 13
Ibid., 17 14
UNDP.1994. Hal 22 dan 23
22
Selain itu UNDP (1994: 24-25) memberikan tujuh komponen atau tujuh nilai
spesifik terhadap keamanan manusia, yakni: economic security, food security, health
security, environmental security, personal security, community security, dan political
security.
Canada dengan paper Lloyd Axworthy (1997) berpendapat bahwa people-
centered security itu mencakup security against economic privation, an acceptable
quality of life, and a guarantee of fundamental human rights. Hal itu menunjukan basic
needs, sustained economic development, fundamental freedoms-freedom from fear and
freedom from want, the rule of law, good governance, sustainable development and
social equity.15
Dikuatkan DFAIT (2000: 3) bahwa untuk Canada human security
berarti: freedom from pervasive threats to people rights, safety or lives.
3) Security from what threats? : UNDP mengklasifikasikan ancaman sebagai
ancaman lokal dan global. Ancaman lokal (localized threats) bisa spesifik untuk suatu
daerah, atau negara yang biasanya bervariasi oleh sebab berbagai faktor, tingkat
pembangunan ekonomi, stabilitas politik, kondisi geografis,.. Umumnya ancaman lokal
terkait erat dengan ketujuh komponen keamanan. Misalnya Ancaman terhadap
economic security meliputi kurangnya lapangan kerja produktif dan remunerative,
pekerjaan yang berbahaya, tidak adanya publicly financed safety nets. Ancaman
terhadap food security bisa kurangnya akses terhadap makanan termasuk akses yang
cukup untuk aset, pekerjaan, dan pendapatan yang terjamin. Ancaman terhadap health
15
Kanti Bajpai, hal 18
23
security misalnya penyakit yang menular, kanker, polusi udara, kurangnya akses ke
fasilitas perawatan kesehatan. Ancaman terhadap environmental security, penurunan
ketersediaan air, polusi air, menurun garapan lahan, deforestasi, desertifikasi, polusi
udara, bencana alam,..dll. Ancaman terhadap personal security, kejahatan kekerasan,
narkoba, kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan. Ancaman terhadap community
security, kerusakan keluarga, runtuhnya bahasa dan budaya tradisional, diskriminasi
etnis dan perselisihan, genosida. Ancaman terhadap political security, represi dari
pemerintah, pelanggaran hak asasi manusia sistematis, militerisasi…Ancaman global
(global/transnational threats) merupakan ancaman yang tersebar melampaui batas
negara dan berefek pada seluruh dunia, dapat dikatakan juga akibat dari berbagai isu
global kotemporer, antara lain: population growth, growing disparities in global
income, meningkatnya migrasi internasional, environmental decay , drug trafficking,
International terrorism.
Paper Axworthy (1997) menunjukan bahwa Canada juga mempertimbangkan
ancaman seperti the income gap between rich and poor countries, internal conflict and
state failure, transnational crime, the proliferation of weapons of mass destruction,
religious and ethnic discord, environmental degradation, population growth, ethnic
conflict and migration, state repression, the widespread use of anti-personnel
landmines, child abuse, economic underdevelopment, and a unstable, protectionist
international trading system. Sementara papernya (1999) lebih menekankan kepada
24
bahaya yang ditimbulkan oleh civil conflicts, large-scale atrocities, dan genocide.16
Seperti yang ditegaskan DFAIT (2000:3) bahwa:
―Through its foreign policy, Canada has chosen to focus its human
security agenda on promoting safety for people by protecting them from
threats of violence. We have chosen this focus because we believe this is
where the concept of human security has the greatest value added —
where it complements existing international agendas already focussed on
promoting national security, human rights and human development.‖
Selain itu DFAIT (2000: 2), dan juga Kanti Bajpai (200:18-19) menambah
bahwa kemunculan fenomena globalisasi membawa berbagai isu transnasionalism yang
menjadi faktor ancaman terhadap keamanan individu, yakni terorisme, kejahatan
internasional, perdagangan senjata kecil dan narkoba, violent crime, internal war
dengan senjata ringan, penyakit dan kerusakan lingkungan hidup. Semua ancaman
tersebut meningkatkan kekerasan terhadap individu dan membuat mereka lebih rentan
lagi. Sehingga menuntut untuk mengadopsi suatu perluasan pemahaman konsep
security.
4) Security by what means? : Dengan luasnya ancaman dari sangat banyak isu
yang muncul, domestik maupun internasional, UNDP mengusulkan agar agenda
keamanan yang baru dibentuk dengan instrumen yang lebih luas, serta kerjasama yang
erat antara berbagai aktor. Cara untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut menurut
rekomendasi UNDP adalah pertama dengan persetujuan dari konsep keamanan manusia
itu sendiri (calling on endorsement of the concept and people full contribution to global
16
Op.Cit.
25
human security). Kedua adalah perubahan dalam kebijakan nasional dan internasional
lebih berfokus kepada kebutuhan dasar, basic capabilities dan opportunities, terutama
dalam akses terhadap aset dan lapangan kerja produktif dan remunerative. Pemerintah
juga harus memastikan bahwa semua orang memiliki political choices dan hak asasi
yang terlindungi. Point ketiga adalah peningkatan upaya PBB dalam diplomasi
preventif, karena terlihat bahwa penyebab konflik dan perang saat ini sering berakar
pada kemiskinan, ketidakadilan sosial dan degradasi lingkungan, melalui pembangunan
preventive. Keempat UNDP merekomendasikan reformasi dari institusi-institusi global,
maksudnya bahwa kerangka kerja mereka ditinjau dan didesain kembali untuk
menangani berbagai tantangan yang mendesak keamanan manusia dalam kerangka
paradigma jangka panjang pembangunan manusia yang berkelanjutan. Berarti cara
UNDP adalah melalui promosi human development.
Sementara Canadian school pertama memajukan inisiatif yang preventif,
centered-people conflict resolution, peacebuilding dan peacekeeping di area-area yang
ada konflik. Termasuk juga perlucutan senjata (terutama penghapusan anti-personnel
landmines), menjaga hak anak-anak (war-affected children dan pengusi internal), dan
pembangunan ekonomi melalui ―rules-based trade‖17
. Kedua menguatkan peran global
governance yakni, akuntabilitas dari institusi international dan hukum internasional.
Canada mengusulkan reformasi dan penguatan dari standard hukum (humanitarian and
human rights law with coercive measures), sebagai instrumen internasional yang
17
Kanti Bajpai. Hal 19
26
efektif, atau code of conduct untuk melindungi warga sipil di daerah konflik. Juga suatu
hal yang penting adalah penilaian kembali peran organisasi internasional, terutama PBB
dalam arti memperkuat kapasitas PBB dalam melaksanakan mandatnya. Axworthy
menjelaskan bahwa dewan keamanan PBB harus memperluas konsep keamanannya
untuk memasukkan keamanan manusia dalam agendanya ketika melakukan intervensi
agar isu keamanan manusia dapat ditangani secara efektif. Termasuk juga perluasan
keanggotaan dalam badan yang menganani soal perdamaian dan keamanan global
supaya badan itu sendiri lebih repersentatif, menegaskan demokrasi dan akuntabel,
dengan membuka pintu untuk civil society misalnya18
. Ketiga, Canada melihat bahwa
negara harus kerjasama erat dengan NGO atau pihak swasta (corporations) karena
semakin bertumbuhnya kontribusi dari corporate social responsabilty, dimana mereka
berkontribusi kepada pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan demikian
korporasi juga merupakan aktor yang penting dalam perlindungan keamanan manusia.
Jadi konsep human security diwujudkan dengan tanggung jawab negara, NGO’s, Civil
society, dan organisasi internasional, berbagai koalisi atau like-minded states.
Berdasarkan analisis Kanti Bajpai dalam membandingkan kedua pendekatan
tersebut, berikut ini suatu tabel yang merangkum perspektif mereka.
18
Axworthy Lloyd. Human security and global governance: Putting people first. Global
Governance;Jan-Mar 2001;7,1; Proquest Central , hal 21-23
27
Tabel 2.1: Comparison of the UNDP and Canadian Schools of Human Security
UNDP School Canadian School
Security for whom Primarily the individual Primarily the individual, but
state security also is important
Security of what values Personal safety/well being and
individual freedom
Personal safety/well being and
individual freedom
Security from what threats Direct and indirect violence;
greater emphasis on indirect
violence, especially economic
and environmental factors
Direct and indirect violence;
greater emphasis on direct
violence at two levels-
national/societal and
international/global
Security by what means Promoting human development:
basic needs plus equity,
sustainability, and greater
democratization at all levels of
global society
Promoting political
development: global norms and
institutions (governance) plus
collective use of force as well as
sanctions if and when necessary
Sumber: Kanti Bajpai.2000, hal 36.
Perspektif UNDP dan Canadian School terlihat menunjukan hal yang sama tetapi
terdapat juga perbedaan terutama terhadap aspek ancaman, dimana tulisan mereka
menjelaskan tentang ancaman langsung dan ancaman tidak langsung terhadap safety,
well-being dan freedom. Yang dimaksud dengan “ancaman langsung” adalah ancaman
atau kekerasan yang melanda hidup manusia secara langsung, meliputi misalnya
kejahatan, pembunuhan, terorisme, genocide, perbudakan, diskriminasi, penyiksaan,
kekerasan fisik terhadap perempuan dan anak, pemakaian anak-anak sebagai tentara,
perdagangan manusia kecanduan narkoba dll. Sedangkan “ancaman tidak langsung”
bergantung kepada struktur atau disebut juga ancaman struktural, yang mencakup
misalnya economic deprivation, kemiskinan, pengangguran, penyakit, kerusakan
lingkungan, bencana, inflasi, tingkat GNP per capita rendah, pertumbuhan populasi, dll..
UNDP lebih menempatkan ancaman terhadap keamanan manusia dari “ancaman
tidak langsung” karena dia menekankan mengenai underdevelopment. Mengingat
28
ketujuh aspek keamanan UNDP (economic, food, health, environmental, personal,
community, political) terlihat bahwa cara UNDP lebih ke economic deprivation dan
bahaya underdevelopment serta akibat kerusakan lingungan hidup. Sehingga sarana
untuk mengatasinya adalah dengan sustainable development, keadilan dan
pemberdayaan masyarakat, serta partispasi penuh dalam proses pembangunan.
Sementara Canada menekankan kepada “ancaman langsung” karena dia
mempertaruhkan fokusnya kepada violent conflict. Jika serangan antara negara menurun,
internal konflik, baik etnis, agama, political konflik meledak maka merentan dan
mengacam kehidupan penduduk sipil. Sehingga Canada pun mengkritisis UNDP untuk
hanya melewati persoalan keamanan manusia terkait dengan violent conflict meskipun
pendefinisian UNDP terlihat sangat luas.19
Memang konsep keamanan manusia belum mencapai kesepakatan antara
berbagai penganutnya, dan masing-masing menjalankan programnya dengan fokus yang
berbeda-beda. Misalnya terdapat juga pandangan negara Jepan mengenai konsep
keamanan manusia yang terlihat mendekati perspektif UNDP. Jepan mengkritisis
Canadian School yang menekankan kepada freedom from fear sebagai gagasan
pokoknya, freedom from want juga adalah komponen yang seharusnya tidak diabaikan.
Sehingga keamanan manusia dari sudut pandang Jepan adalah upaya yang melebihi
perlindungan warga dari violent conflict dan menekankan kepada economic
19
Berdasarkan paper Kanti Bajpai Human security: Concept and measurement. 2000, dia mengambil
gagasan Galtung untuk menjelaskan mengenai direct dan indirect threats dianggap sebagai violence untuk
membedakan atau menklasifikasi berbagai ancaman yang dijelaskan UNDP dan Canada.
29
development, dan penyediaan kebutuhan dasar masyarakat. Perspektif Jepan mendekati
gagasan human development dan ingin mengatasi penyebab struktural dari
ketidakamanan manusia melalui development assistance, dengan agenda yang fokus
kepada health care, education, dan economic insecurity, terutama melalui ODA (Official
Development Assistance). Jepan membentuk The Trust Fund for Human Security pada
tahun 1999 dan memilih untuk bekerjasama dengan organisasi PBB: UNDP, UNESCO,
WHO.
Penelitian ini akan dipandang dan dibahas dengan perspektif UNDP terhadap
human security karena peneliti melihat bahwa pendekatan UNDP yang lebih sesuai dan
relevan untuk mendekati masalah penelitian (kemiskinan dan kelaparan) dibandingkan
dengan Canadian perpective. Menginat bahwa UNDP lebih menekankan kepada
ancaman tidak langsung yang mengganggu keamanan manusia, yaitu human deprivation
dan juga underdevelopment, dan mencari safety, well-being, dan dignity untuk semua
orang dengan mempromosikan pembangunan manusia. Sama seperti Jepan,
penekanannya UNDP adalah kepada development assistance supaya dapat mengatasi isu
kemiskinan dan kelaparan. Namun UNDP yang mengkategorisasikan dimensi keamanan
manusia ke dalam 7 area (yang telah dipaparkan diatas), dan hal itu memungkinkan
untuk mendekati tujuan pertama MDG’s (penanggulangan kemiskinan dan kelaparan)
dengan economic dan food security.
30
2.3.3. Keamanan Ekonomi dan Keamanan Pangan
Berbicara keamanan ekonomi atau economic security dalam rangka human
security adalah keamanan individu dan masyarakat secara ekonomi. Apa saja faktor
yang mempengaruhi keamanan ekonomi serta faktor yang mengancamkannya. Pada
dasarnya keamanan ekonomi individu dan keluarga ditentukan oleh ada atau tidaknya
pekerjaan, juga tingkat pendapatan yang pada gilirannya memastikan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka serta berbagai jaminan hidup. Tentu
keamanan ekonomi individu sangat terkait dengan keamanan ekonomi negara, yang
dilihat dari pertumbuhan GDP, perdagangan bebas, pembangunan berkelanjutan,
produktivitas, persaingan, tingkat inflasi rendah, tingkat pengangguran rendah, nilai
tukar yang stabil, neraca keseimbangan pembayaran, hutang20
,..
Tingkat pertumbuhan ekonomi negara akan mempengaruhi kapasitasnya untuk
menyediakan berbagai prasarana seperti infrastruktur, lapangan kerja dan jaminan
sosial bagi masyarakat. Maka keadaan seperti krisis ekonomi atau resesi ekonomi
domestik, maupun internasional, kenaikan harga minyak dan harga pangan, tingkat
penangguran dan inflasi yang tinggi, daya saing negara dalam perdagangan
internasional yang rendah merupakan ancaman terhadap keamanan ekonomi individu.
Menurut UNDP (1994:25) economic security mengacu pada kepastian basic
income, biasanya dari kerja produktif dan remuneratif atau dari social safety net
(misalnya social security, unemlployment compensation dibiayai oleh pemerintah).
20
Bostjan Udovic paper. Economic security: Large and small states in enlarged European Union.
31
Merujuk kepada Lane Kenworthy (2010), economic security adalah “having sufficient
and reasonably stable income, assets and expenses‖. Dan ancaman terhadap keamanan
ekonomi individu dapat terjadi oleh karena low earnings; no earnings; significant
decline in income misalnya dari kehilangan pekerjaan, atau penyakit; significant loss of
assets contohnya kehilangan rumah karena kebakaran atau terjadinya gempa; large
unexpected cost misalnya dari kedatangan penyakit. Maka economic insecurity yang
dihasilkan faktor tersebut akan menurunkan standar hidup manusia, dan menimbulkan
keadaan kemiskinan.
CHS juga membahas mengenai economic security dalam bab lima laporannya.
Menurut CHS keadaan ini akan bergantung kepada dua hal, yaitu basic income dan
resources untuk dapat menikmati pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat tinggal,
akses terhadap makanan dan air bersih. Yang kedua adalah akses terhadap kesempatan
untuk menghasilkan resource atau kemampuan untuk menghasilkan resource
(opportunity and capability). Upaya untuk mempromosikan keamanan ekonomi melalui
penurunan kemiskinan dan peningkatkan standar hidup akan memiliki dampak sosial
yang besar. (CHS 2003: 73, 75)
Sementara keamanan pangan atau food security sudah memiliki konsep
tersendiri. Dengan merujuk kepada Edward Clay (2000:2), konsep keamanan pangan
muncul setelah krisis pangan yang dihadapi pada tahun 1970-an karena penurunan
produk pertanian, dan sejak itu definisi konsep ini telah berkembang dari waktu ke
waktu.
32
Pada tahun 1974 definisi keamanan pangan dihasilkan dari World Food Summit
terfokus kepada volume dan stabilitas pasokan pangan, serta harga pada tingkat
nasional dan internasional: “availability at all times of adequate world food supplies of
basic foodstuffs ... to sustain a steady expansion of food consumption…and to offset
fluctuations in production and prices”
Pada tahun 1983, FAO memperluas konsepnya dan menekankan kepada akses
oleh masyarakat rentan terhadap pasokan makanan: ―ensuring that all people at all
times have both physical and economic access to the basic food that they need‖.
Selanjutnya laporan Bank Dunia pada tahun 1986 yang berjudul poverty and
hunger berkontribusi untuk mempengaruhi pemahaman konsep food security ini dengan
definisi yang diberikannya: keamanan pangan adalah ―access of all people at all times
to enough food for an active, healthy life.‖
World Food Summit tahun 1996 mengadopsi definisi lebih luas lagi dan
konsensual yang memperkuat sifat multidimensional konsep keamanan pangan,
termasuk akses terhadap pangan, ketersediaan, pemanfaatan dan stabilitas:
―Food security, at the individual, household, national, regional and global
levels is achieved when all people, at all times, have physical and economic
access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and
food preferences for an active and healthy life.‖
Laporan FAO The State of Food Insecurity 2001 memasukkan suatu elemen baru
untuk melengkapi definisi 1996 yaitu akses sosial:
―Food security is a situation that exists when all people, at all times, have
physical, social and economic access to sufficient, safe and nutritious food
33
that meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy
life.‖
Untuk merangkum semua pendefinisian tersebut, pencapaian keamanan pangan
itu bergantung kepada ketersediaan makanan yang cukup, berkualitas dan merespon
kepada kebutuhan pangan menurut kebiasaan sosial dan budaya. Hal yang penting juga
adalah kemampuan mengakses kepada pangan sebagai hak semua individu, terutama
kepada akses ekonomi yang bergantung pada sarana ekonomi. Ketika masyarakat tidak
mempunyai sarana ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya, kelaparan tetap berada
walaupun ada ketersediaan pangan yang cukup. Jadi economic security dan food
security bergantung satu sama lain. Termasuk juga stabilitas pangan yang berarti
ketersediaan permanen dan akses permanen kepada pangan yang tidak mudah
diancamkan oleh guncangan mendadak atau kejadian siklik.
Menurut UNDP kedua komponen keamanan tersebut dapat diberikan melalui
kebijakan yang mendorong prinsip-prinsip pembangunan manusia khususnya basic
needs, equity, sustanaibility, empowerment dan democratization. Dalam rangka
keamanan ekonomi dan keamanan pangan basic needs berarti bahwa mengakses
kepada pekerjaan productif dan remuneratif, akses kepada social safety nets, dan asset
produktif (tanah, air..) untuk dapat mengakses kepada pangan (food entitlement), air
bersih, pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, termasuk juga tempat tinggal
(shelter). Equity berarti dalam memberi akses kepada basic needs harus didorong
kebijakan yang berkeadilan tanpa mendiskriminasi kaum masyarakat. Sustainability di
34
sini bermaksud untuk mempertahankan semua kesempatan yang ditawarkan tersebut
dalam jangka yang panjang, juga sustainability dari pertumbuhan ekonomi.
Empowerment tergantung program-program pemberdayaan masyarakat yang
dipromosikan setiap negara supaya masyarakat didukung untuk tidak jatuh ke dalam
kemiskinan, dan kelaparan. Sementara demokratisasi adalah proses yang membela
kekuasaan dan hak rakyat.
Dalam pensuksesan keamanan pangan, terdapat pemahaman disebut dengan
“kedaulatan pangan” yang diperjuangkan oleh kaum petani. Artinya adalah bahwa
rakyat mempunyai hak dan kekuasaan menentukan sistem produksi dan konsumsi
pangan di pasar, dan bukan seharusnya dikusai berbagai pihak asing yang sudah
menjadi industri pangan yang besar. Secara konseptual, kedaulatan pangan berarti hak
setiap negara atau masyarakat untuk menentukan sendiri kebijakan pangannya,
melindungi sistem produksi pertanian dan perdagangan untuk mencapai sistem
pertanian yang berkelanjutan dan mandiri. Kedaulatan pangan mengatur produksi dan
konsumsi pertanian yang berorientasi kepada kepentingan lokal dan nasional, bukan
pasar global.21
2.4. Kerangka pemikiran dan proposisi penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian, yakni untuk
mendeskripsikan dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam
memberi keamanan ekonomi dan keamanan pangan terkait dengan Tujuan
21
Berdasarkan penjelasan SPI dalam http://www.spi.or.id/?p=4304 dikases 15-04-2015
35
Pembangunan Milenium pertama, maka penulis mencoba membangun kerangka
pemikiran sebagai gambar berikut:
Kesehatan Pendidikan Daya beli 1 2 3 …. 8
Peran NGO's
Semua manusia berhak untuk memiliki hidup yang layak, intinya sesuai dengan
hak asasinya. Hidup bebas dari kemiskinan dan berbagai kejahatan, hidup bermartabat
Human Development MDG’s
Indonesia
Kemiskinan dan Kelaparan
Food Security Economic Security
Human Security: UNDP
1. Security for whom?
2. Security for what values?
3. Security from what threats?
4. Security by what means?
UNDP
36
dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan kewajibannya. Namun
kenyataan menunjukan bahwa jutaan orang di negara berkembang masih terancam oleh
kemiskinan dan megalami kelaparan, rentan dan sangat bergantung. Selain
mengakibatkan kerentanan dan ketergantungan, kemiskinan dan kelaparan juga
mengancamkan keamanan manusia, secara rinci keamanan ekonomi dan keamanan
pangan. Yang dimaksud adalah bahwa keamanan itu sendriri adalah bagian dari hak
semua orang, yang seharusnya dimilikinya. Freedom, dignity, safety dan well being, itu
semua mencakup hak asasi manusia.
UNDP dengan mempromosikan gagasan pembangunan manusia justru
memberikan insentif yang penting bagi pembangunan internasional dengan tujuan
utama untuk memberantas kemiskinan global. Gagasan pokoknya adalah mengenai
economic growth yang disertai dengan distribusi income dan asset yang adil, dan juga
pemberdayaan masyarakat miskin. Sehingga UNDP mengusulkan bahwa keamanan
manusia, termasuk keamanan ekonomi dan pangan tersebut dicapai dengan
mempromosikan pembangunan manusia, yaitu melalui basic needs, equity,
sustanaibility, democratization, dan people empowerment. Jika pembangunan manusia
adalah proses yang memperluas berbagai pilihan atau kesempatan bagi rakyat untuk
mampu bangkit dari kemiskinan, keamanan manusia memastikan bagaimana orang
menggunakan pilihan-pilihan tersebut dengan aman dan bebas, bagaimana mereka
dapat yakin bahwa kesempatan yang diperoleh hari ini tidak akan hilang atau hancur di
hari berikutnya. Dengan demikian kedua konsep ini saling menguatkan.
37
Fenomena kemiskinan dan kelaparan, dan soal pembangunan pun sudah
menjadi perhatian dunia internasional sebagai dilihat dalam Deklarasi Milenium yang
mengandung komitmen komunitas internasional untuk mengatasinya. Dalam tujuan
MDG’s pengetasan kemiskinan dan kelaparan global justru ditentukan sebagai target
pertama yang harus ditangani, sebab pencapaian target ini mewujudkan visi untuk
memberi keamanan bagi masyarakat melalui pembangunan berkelanjutan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mengambil komitmen dalam
mewujudkan MDG’s juga mengusahakan pencapaian target pertama ini. Dalam semua
uapayanya baik melalui berbagai kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan,
mobilisasi dana ataupun kemitraan dengan berbagai pihak domestik terutama para
NGO’s, dan organisasi internasional, Indonesia akan memperkuat keamanan rakyatnya
terhadap ancaman kelaparan dan kemiskinan. Sebagai yang tergambar di atas,
penelitian ini akan berfokus mengenai salah satu persoalan pembangunan manusia yaitu
persoalan standar hidup yang layak terkait dengan tingkat daya beli, yang
mempengaruhi keadaan kemiskinan dan kelaparan. Sehingga dengan melakukan
penyelidikan lebih dalam terhadap gagasan David Baldwin yang mengusulkan 4
pertanyaan penting terkait dengan keamanan (security for whom, for what values, from
what threats, dan by what means) akan diketahui dan dipaparkan
hasil usaha negara Indonesia dalam mengamankan rakyatnya melalui berbagai
tindakan penurunan tingkat kemiskinan dan juga masyarakat yang mengalami gizi
buruk. Dengan kata lain jawaban dari pertanyaan security by what means yang akan
38
menunjukkan berbagai tindakan negara ini, dan akan dianalisis jika mencerminkan
cara-cara pembangunan manusia dalam memberikan keamanan (basic needs, equity,
sustanibility, empowerment, democratization).
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas penulis mencoba membangun sebuah
proposisi penilitian, yakni: pelaksanaan komitmen Indonesia dalam pencapaian tujuan
milenium pertama untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, berkontribusi
memberi keamanan ekonomi dan keamanan pangan bagi rakyat.