bab ii tinjauan pustaka 2.1 pasar modal 2.1.1 definisi pasar

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar Modal Menurut Suad Husnan (2001: 3) Pasar Modal adalah: “Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal menyatakan bahwa: “Pasar modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga-lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Sedangkan, Sunariyah (2000: 4-5) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: Pasar modal secara umum yaitu suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat- surat berharga yang beredar. Pasar modal secara sempit, yaitu suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi- obligasi dan jenis-jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. 2.1.2 Fungsi Pasar Modal Menurut Marzuki Usman (1990:129), pasar modal memiliki fungsi berikut:

Upload: duongthu

Post on 14-Jan-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Definisi Pasar Modal

Menurut Suad Husnan (2001: 3) Pasar Modal adalah:

“Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang pasar

modal menyatakan bahwa:

“Pasar modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga-lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Sedangkan, Sunariyah (2000: 4-5) mendefinisikan pasar modal sebagai

berikut:

• Pasar modal secara umum yaitu suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

• Pasar modal secara sempit, yaitu suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis-jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.

2.1.2 Fungsi Pasar Modal

Menurut Marzuki Usman (1990:129), pasar modal memiliki fungsi

berikut:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

1. Memberikan likuiditas pada efek yang menjadi instrumen perdagangan.

2. Memungkinkan pembentukan harga yang wajar. 3. Memungkinkan investor melakukan diversifikasi investasi dengan

jumlah dana yang terbatas. 4. Secara makro dapat mengurangi “Country risk” dari penanaman

modal asing yang bersifat langsung. 5. Secara makro pula dapat dijadikan salah satu leading indicator dalam

memahami arah perkembangan perekonomian.

2.1.3 Manfaat dan Peran Pasar Modal

Manfaat pasar modal menurut Fakhruddin dan Sopian Hadianto (2001)

dalam Luana Nogita (2007) adalah:

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara. 4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat

menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme,

menciptakan iklim berusaha yang sehat. 6. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. 7. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan

mempunyai prospek.

Sunariyah (2000:7) menyatakan bahwa terdapat beberapa peranan pasar

modal secara mikro, sebagai berikut:

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.

2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan.

3) Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.

4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2.2 Sekuritas

2.2.1 Pengertian Sekuritas

Dalam Keputusan Presiden RI No. 152 tahun 1976, pasal 1 ayat 3, sekuritas atau efek didefinisikan sebagai berikut:

“Efek adalah setiap saham, obligasi atau bukti lainnya termasuk sertifikat atau surat pengganti serta surat bukti sementara dari surat jaminan, opsi atau hak lainnya untuk memesan atau membeli saham, obligasi atau bukti penyerahan dalam modal atau pinjaman lainnya”.

Sementara itu, efek yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia

No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah surat berharga, yaitu surat hutang,

surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyetoran

kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivate dari

efek.

Menurut Suad Husnan (2001), sekuritas merupakan secarik kertas yang

menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk

memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan

sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut

menjalankan haknya. Pemodal memiliki hak untuk menerima laba setiap

tahunnya dan sekaligus hak kepemilikan atas organisasi yang menerbitkan saham

tersebut.

2.3 Saham

2.3.1 Pengertian Saham

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Saham merupakan tanda bukti keikutsertaan atau partisipasi dalam

permodalan suatu perusahaan serta menunjukkan hak untuk memperoleh sebagian

dari kekayaan perusahaan yang menerbitkan saham-saham tersebut, sedangkan

besar kepemilikannya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Uraian

yang dikatakan oleh Known & Cheung (2005: 261) mengenai saham yaitu,

“Common stock represents ownership in the corporation, common stock

doesn’t have a maturity date, but exists as long as the firm does”.

Karakteristik Saham

Brealy & Myers (1991:332) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik dari saham yang dapat kita ketahui diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Saham termasuk financial asset. Investor membeli saham karena mengharapkan akan diperolehnya pendapatan atau keuntungan, baik berupa deviden maupun capital gain.

2) Saham mengandung risiko. Risiko yang melekat pada saham pada umumnya dapat dibagi atas risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang akan dialami oleh semua saham dan tidak dapat dihindari, sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihindari dan tidak semua perusahaan mengalaminya, risiko ini tidak sama besarnya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

3) Saham mengandung unsur ketidakpastian. Harga saham terkadang naik, terkadang turun. Tingkat keuntungan yang berbentuk deviden juga tidak tetap dan selalu berfluktuasi bahkan bisa saja terjadi perusahaan tidak membagikan devidennya.

4) Meskipun terlihat sama, pada kenyataannya, saham antara satu perusahaan dengan yang lain berbeda, baik dari segi harga maupun kualitasnya.

5) Transaksi penjualan dan pembelian saham hanya dapat dilakukan di tempat tertentu, melalui pialang dan lantai bursa.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor, yang bersifat

kualitatif maupun kuantitatif. Fanny Medina (1999) dalam Marchia Penny Tarina

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

(2003) membuat ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, yang

secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu:

A. Pengaruh dari luar

B. Perilaku Investor

C. Kinerja Keuangan Emiten

Faktor pengaruh dari luar memiliki peranan yang cukup mendasar di dalam mempengaruhi harga saham. Fanny medina (1999) menjabarkan variabel-variabel yang termasuk ke dalam faktor pengaruh dari luar, antara lain :

1. Penawaran dan permintaan 2. Tingkat Efisiensi Pasar Modal 3. Tingkat Risiko 4. Tingkat inflasi suatu negara 5. Tingkat Pajak

Menurut Medina (1999) harga pasar saham akan terbentuk melalui jumlah

penawaran dan permintaan terhadap suatu saham. Jumlah penawaran dan permintaan akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar daripada permintaan, maka pada umumnya harga saham akan turun. Begitu juga sebaliknya, jika jumlah penawaran lebih kecil dari jumlah permintaan maka harga saham akan cenderung naik. begitupun tingkat efisiensi pasar modal merupakan faktor pengaruh dari luar (external) yang mempengaruhi harga suatu saham.

Brealy & Myers, (1991:357) menjelaskan bahwa Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham. Jadi, pasar modal yang efisien adalah bahwa harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia. Investor akan menginterpretasikan dengan benar informasi yang tersedia dan pialang tidak dapat beroperasi pada skala yang cukup untuk mempengaruhi harga.

Suad Husnan (2001:269) menjelaskan tentang Pasar modal yang efisien sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Tetapi apa yang dimaksud dengan informasi yang relevan? Fama (1970) mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yaitu:

• Informasi mengenai perubahan harga di waktu yang lalu (past price

changes).

• Informasi yang tersedia kepada publik (Public information).

• Informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and

private information).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Suad Husnan (2001: 270) menjelaskan terdapat tiga bentuk di dalam menyatakan tingkat efisiensi pasar modal, yaitu:

a. Weak form efficiency

b. Semi-strong efficiency

c. Strong form efficiency

Ketiga bentuk efisiensi pasar modal tersebut menjelaskan tentang suatu

form harga yang mencerminkan suatu kondisi perusahaan berdasarkan tingkatan

informasi yang diberikan kepada pemodal. Weak form efficiency merupakan

suatu keadaan dimana harga-harga mencerminkan informasi harga di waktu yang

lalu. Semi strong efficiency adalah keadaan dimana harga-harga bukan hanya

mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang

dipublikasikan. Dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat

keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan public information. Sedangkan

Strong form efficiency merupakan suatu keadaan dimana harga tidak hanya

mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi

relevan yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang perusahaan dan

perekonomian. Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan seperti rumah

lelang yang ideal; harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu

memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham.

Tingkat resiko, inflasi dan pajak suatu negara merupakan faktor luar

(external) yang ikut mempengaruhi terhadap harga saham. Semakin besar pajak,

tingkat inflasi dan resiko suatu negara akan memperkecil harga suatu saham,

begitupun sebaliknya semakin kecil tingkat pajak, resiko dan inflasi suatu negara

akan mempengaruhi harga saham menjadi tinggi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Perilaku investor merupakan variabel kedua yang berperan besar di dalam

mempengaruhi terhadap harga suatu saham. Para investor yang masuk ke pasar

modal berasal dari bermacam-macam kalangan masyarakat dan dengan berbagai

tujuan. Jika ditinjau dari segi tujuannya, Marzuki Usman (1990:320)

mengklasifikasikan investor ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Investor yang bertujuan memperoleh deviden 2. Investor yang bertujuan berdagang 3. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan 4. Kelompok spekulator.

Investor yang bertujuan memperoleh deviden merupakan sekelompok

investor yang berjuang dan mengincar perusahaan-perusahaan yang sudah stabil.

Harapan utama kelompok ini adalah untuk memperoleh deviden yang cukup dan

terjamin setiap tahun. Pembagian deviden lebih penting daripada keuntungan

untuk memperoleh capital gain. Sedangkan investor yang bertujuan untuk

berdagang membeli saham dengan tujuan utama memperoleh keuntungan dari

selisih positif harga beli dan harga jual. Pendapatan mereka bersumber dari jual

beli saham tersebut. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham

memiliki karakteristik berusaha untuk mencari perusahaan-perusahaan yang sudah

baik dan merupakan salah satu investor yang tidak terlalu aktif. Sedangkan

kelompok terakhir yaitu kelompok spekulator merupakan kelompok yang lebih

menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang dengan baik. Pada

umumnya pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator mempunyai peranan untuk

menentukan aktivitas pasar modal sekaligus meningkatkan likuiditas saham

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Sedangkan perilaku investor berdasarkan tingkat kecanggihannya dalam

menerima dan memanfaatkan informasi yang tersedia, Marzuki Usman (1990: 321

mengklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Naive investor

Yaitu kelompok investor yang lugu dan buta informasi. Kelompok ini

tidak mampu menafsirkan dan memanfaatkan informasi yang tersedia

untuk membantu dalam pengambilan keputusan invetasinya.

2. Sophisticated Investor

Yaitu kelompok investor yang telah canggih dalam memanfaatkan

informasi yang tersedia. Kelompok ini telah mengetahui berbagai jenis

informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan investasinya.

Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting

dalam penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena kinerja

keuangan emiten merupakan faktor yang paling objektif dan cukup representatif

untuk menggambarkan harga saham (Medinna: 1999).

Kinerja keuangan emiten sering diukur dengan menggunakan informasi

keuangan yang dihasilkan selama suatu periode tertentu yang tercermin pada

laporan keuangannya. Informasi keuangan inilah yang sering digunakan investor

untuk menilai harga saham dan membantu di dalam pengambilan keputusan

investasi

2.4 Pasar Perdana

2.4.1 Pengertian Pasar Perdana

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Menurut Kane (1995:54), pasar perdana didefinisikan sebagai berikut:

“Market for new issues of securities”. Sedangkan Fischer & Jordan (1996:19)

menyatakan bahwa “securities available for the first time are offered through the

primary security market”.

Scott (1999:862) mendefinisikan pasar perdana sebagai berikut:

“Transaction in securities offered for the first time to potential

investor”.

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada investor

untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, umumnya perusahaan

menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk

membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan

untuk go public. Penjamin emisi (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan

akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta membantu

memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor.

2.5 Pasar Sekunder

2.5.1 Pengertian Pasar Sekunder

Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas

tersebut kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder.

Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas

untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut Fischer & Jordan (1996:19) :

“in the secondary market existing securities are simply being transferred

between parties and the issuer is not receiving new funds”.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Menurut Tandelilin (2000) dalam Marchia Penny Tarina (2003), perdagangan di

pasar sekunder dapat dilakukan di dalam dua jenis pasar:

1. Pasar lelang (auction market)

Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan

(penawaran) pada sebuah lokasi fisik. Investor tidak dapat secara

langsung melakukan transaksi melainkan melalui perantaraan broker.

2. Pasar negosiasi

Pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan

berbagai pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas, dengan cara

membeli dari dan menjual kepada investor. Pasar negosiasi juga sering

disebut dengan istilah over the counter market (otc) atau di Indonesia

dikenal dengan bursa paralel.

Di pasar sekunder yang melakukan perdagangan saham adalah para

pemegang saham serta investor lainnya sebagai calon pemegang saham yang baru.

Pada pasar sekunder, saham mulai dicatat dan diperdagangkan di bursa. Jumlah

uang yang berputar dalam pasar sekunder tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan

yang menerbitkan saham tersebut, akan tetapi berpindah dari pemegang saham

yang satu ke pemegang saham yang lain. Pada saat itulah harga dari saham-saham

atau sekuritas tersebut mengalami perubahan atau fluktuasi sesuai dengan

permintaan dan penawaran saham atau sekuritas tersebut.

2.6 Initial Public Offering

Menurut Jeff Madura (2001:234) Initial Public Offering didefinisikan

sebagai berikut:“First time offering of shares by a specific firm to the public”.

Jika perusahaan ingin menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan

saham baru, maka salah satu cara yang sering digunakan adalah dengan

menawarkan saham tersebut kepada publik (go-public).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana maka proses tersebut

dinamakan Initial Public Offering. Perusahaan yang belum go-public, awalnya

saham-sahamnya dimiliki oleh para manajer, pegawai kunci dan sejumlah kecil

investor. Dalam usaha mendapat modal, perusahaan menjual sahamnya kepada

publik. Pada saat perusahaan melakukan IPO, tidak ada harga pasar saham sampai

dimulainya penjualan di pasar sekunder. Pada saat tersebut umumnya investor

memiliki informasi terbatas seperti yang diungkapkan dalam prospektus.

Biasanya perusahaan yang merencanakan IPO akan menggunakan jasa

perusahaan sekuritas untuk memberikan rekomendasi menangani jumlah saham

yang diterbitkan dan harga saham. Penjamin emisi (underwriter) berperan sangat

penting dalam proses penawaran umum saham. Dalam menghadapi IPO, publik

selalu mengetahui terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter.

Menurut Asril Sitompul (2000) perjanjian emisi efek antara emiten dengan

underwriter terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Full commitment

Yaitu, underwriter berjanji untuk membeli semua saham yang

dikeluarkan dalam penawaran umum perdana dan menjualnya kembali

kepada investor.

2. Best effort

Yaitu, underwriter menggunakan kemampuan terbaiknya dalam menjual

saham tanpa adanya kewajiban untuk membeli saham yang tidak terjual.

Ada beberapa faktor yang termasuk keuntungan dan kerugian dalam

melaksanakan go public yang perlu dipertimbangkan. Keuntungan dari go public

menurut Jogiyanto Hartono (2000) antara lain:

a. Kemudahan mendapatkan modal di masa mendatang.

b. Meningkatkan likuiditas pemegang saham.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

c. Nilai pasar perusahaan dapat diketahui.

Sedangkan kerugian yang patut dipertimbangkan adalah:

a. Meningkatnya biaya pelaporan

b. Pengungkapan (disclosure)

c. Ketakutan untuk diambil alih.

Dengan go public, maka perusahaan dapat menghimpun dana dari

masyarakat yang relatif besar. Dana yang diperoleh tersebut diharapkan dapat

digunakan untuk keperluan pendanaan, membiayai kegiatan operasi perusahaan,

ekspansi serta memperbaiki stuktur modal perusahaan.

Perusahaan yang akan melakukan go public harus melakukan persiapan

yang matang agar penawaran umum yang dilakukannya dapat berjalan dengan

baik. Persiapan meliputi penunjukkan underwriter, profesi dan lembaga

penunjang, persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan, melakukan kontrak

pendahuluan dengan BEI serta public expose (Anindita Poetri, 2004).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Gambar 2.1

Tahapan dalam rangka Penawaran Umum

2.6.1 Prospektus

Intern perusahaan

BAPEPAM

Emisi

Pasar primer

Pasar sekunder

pelaporan

sesudah emisi

1. Rencana Go Public

2. RUPS

3. Penunjukan underwriter

4. profesi penunjang

5. lembaga penunjang

6. Mempersiapkan dokumen

7. Konfirmasi sebagai agen

penjual oleh penjamin emisi

8. Kontrak pendahuluan

9. Penandatanganan perjanjian

10. Public expose

1. Emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran

2. Ekspor terbatas di BAPEPAM

3. Tanggapan atas:

• kelengkapan dokumen,

• kecukupan & kejelasan informasi

• keterbukaan (aspek hukum, akuntansi, keuangan

& manajemen)

4. Komentar tertulis dalam waktu 45 hari

5. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif

1. Penawaran oleh sindikasi

penjamin emisi dan agen

penjualan

2. Penjatahan kepada

pemodal oleh penjamin

emisi dan agen penjualan.

3. Penyerahan efek kepada

pemodal secara elektronik

1. Emiten mencatatkan efeknya di bursa.

2. Perdagangan efek di bursa

• Laporan berkala, misal:

Laporan tahunan & tengah

tahunan

• Laporan kejadian penting &

relevan, misalnya akuisisi dan

pergantian direksi, dll.

Sumber:

Klinik Go Public & Investasi

Divisi Komunikasi BEJ

Sebelum emisi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Ketika perusahaan yang memutuskan akan melakukan IPO tidak terlalu

dikenal oleh investor, mereka harus menyediakan informasi yang detail mengenai

kondisi operasi dan finansial mereka. Prospektus mengandung laporan keuangan

yang detail dan penjelasan mengenai resiko yang terkandung di dalamnya.

Prospektus disediakan untuk investor potensial yang berkeinginan untuk

berinvestasi pada IPO. Setelah perusahaan memperoleh izin dari BAPEPAM,

maka perusahaan akan mengumumkan prospektusnya.

“Prospektus adalah suatu dokumen yang berisikan keterangan yang

dianggap penting dari suatu penawaran efek yang pasti akan terjadi”.

(M. Fakhruddin, 2001: 328). Dokumen tersebut digunakan oleh emiten dan para

penjamin emisi untuk menarik minat pemodal terhadap penawaran efek.

M. Fakhruddin (2001: 329) menjabarkan hal-hal yang perlu dicantumkan dalam

prospektus sebagai berikut:

a. Berapa banyak jumlah lembar saham yang ditawarkan, dan pada harga berapa penawaran perdana tersebut.

b. Jadwal kegiatan IPO tersebut c. Tujuan IPO d. Penggunaan dana hasil IPO e. Pernyataan hutang dan kewajiban f. Analisis dan pembahasan oleh manajemen g. Risiko usaha h. Kejadian penting setelah tanggal laporan keuangan i. Keterangan tentang perseroan j. Kegiatan dan prospek usaha. k. Ikhtisar data keuangan penting l. Modal sendiri m. Kebijakan deviden n. Perpajakan o. Penjaminan emisi efek p. Profesi penunjang pasar modal q. Persyaratan pemesanan pembelian saham r. Penyebarluasan prospektus

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor

untuk membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan nilai saham yang

sesungguhnya ditawarkan emiten.

2.7 Analisis Laporan Keuangan

Para pengguna laporan keuangan akan mendapatkan manfaat dari

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan apabila mereka selain

memahami laporan keuangan tersebut, juga mampu mengolah dan menganalisis

semua informasi yang ada agar keputusan yang diambil merupakan keputusan

yang efektif. Kieso (2002: 12) menjelaskan mengenai perlunya

analisis laporan keuangan.

“Communication in accounting means more than just preparing the

reports; communication also presumes understanding. To promote

understanding, accountants, as well as other interested parties, analyze

and interpret financial statement.”

Laporan keuangan membantu pengguna mendapatkan informasi di dalam

pengambilan keputusan ekonomi yang lebih baik. .

2.7.1 Definisi Analisis Laporan Keuangan

Menurut Dorms (1990: 81), analisis laporan keuangan dapat diartikan

suatu seni dalam menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan.

“The general terms financial statement analysis reflects to the art of analyzing and interpreting financial statement. Effective application of this art requires the establishment of a systematic and logical procedure that may be used as a basis for informed decision making. In the final analysis, informed decision making is the overriding goal of financial statement analysis.”

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Analisis laporan keuangan menurut Bowlin (1990: 13) dalam Luana

(2007) adalah:

“In general, financial analysis provides a method for assessing the

financial strengths and weaknesses of the firm using information found in

its financial statements.”

Menurut Bernstein dalam Usman Sastradipraja (2007) mengenai definisi

Analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

“Financial statement analysis is the judgemental process that aims to evaluate the current and past financial positions and results of operation of an enterprise with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance”.

Sedangkan Usman Sastradipradja (2007) menjabarkan Analisis laporan keuangan

sebagai suatu proses penguraian laporan keuangan ke dalam komponen laporan

keuangan dan penelaahan masing-masing komponen laporan keuangan tersebut

serta hubungan antar komponen, dengan menggunakan teknik-teknik analisis

yang ada agar diperoleh pengertian yang tepat dan gambaran yang komprehensif

tentang laporan keuangan tersebut.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa analisis

keuangan digunakan sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan dan

analisis ini memakai laporan keuangan sebagai sumber informasi. Analisis

laporan keuangan ini membantu mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang

keadaan keuangan perusahaan. Para pengambil keputusan membutuhkan

informasi-informasi yang tepat dan relevan sebelum suatu keputusan diambil,

maka hasil analisis laporan harus disajikan dengan jelas dan dapat dimengerti.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2.7.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Dorms (1990: 81) menjelaskan tujuan analisis laporan keuangan sebagai

berikut:

“Two intermediate goals or objectives of financial statements analysis are

also of interest to intelligent analyst:

1) to understand the numbers or get behind the figures,

2) to develop reasonable basis for forecasting the future.”

Tujuan dari analisis laporan keuangan juga diungkapkan oleh Gibson

(1992: 120) sebagai berikut:

“The judgment process, one of the primary objectives is identification of

major change (turning points) in trends, a relationship and investigation

of the reason underlying those change.”

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan analisis

laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Untuk memahami arti dari angka-angka yang tercantum dalam laporan

keuangan.

2) Menginterpretasikan angka-angka ke dalam rasio yang dapat

menunjukkan prestasi perusahaan.

3) Sebagai dasar dalam melakukan peramalan mengenai keadaan

perusahaan di masa depan.

4) Untuk membantu manajemen dalam mengidentifikasikan perubahan-

perubahan pada perusahaan baik dalam jumlah, tren dan hubungan

diantaranya, serta untuk menganalisis alasan yang mendasarinya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2.8 Analisis Rasio Keuangan

2.8.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan

Salah satu cara analisis laporan keuangan yang umum digunakan oleh para

analis adalah analisis rasio keuangan. Munawir (1993: 37) memberikan penjelasan

analisis rasio keuangan:

“Analisis rasio keuangan merupakan suatu metode analisis untuk

mengetahui hubungan dan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba

rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” \

Sedangkan Dorms (1990: 82) dalam Luana (2007) mengungkapkan penjelasan

mengenai analisis rasio keuangan:

“Ratio analysis is one common used tool of financial statement analysis.

In general terms these uses of ratio allows the analyst to develop a set of

statistics that reveal key financial characteristics of the organization under

scrutiny.”

Van Horne (1992: 140) menjelaskan mengenai pengertian analisis rasio

keuangan. Analisis rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan, yakni

pertama analisis tersebut dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa

lalu dalam perusahaan yang sama. Kedua, analisis rasio ini dapat menghubungkan

satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dan memberikan gambaran

yang jelas tentang hubungan antar pos-pos tersebut. Rasio keuangan juga dapat

dihitung untuk laporan proyeksi dibandingkan dengan rasio sekarang dan masa

lalu.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2.8.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Jenis-jenis rasio keuangan menurut Sartono (1994: 113) adalah sebagai

berikut:

1. rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya

2. rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan

3. financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang

4. rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset, maupun bagi modal sendiri.

Sedangkan Horne (1992: 162) mengelompokkan rasio keuangan menjadi

dua jenis, yaitu:

1. Rasio Neraca karena pembilang dan penyebut dari masing-masing rasio

berasal dari neraca. Rasio ini meliputi 2 sub divisi rasio, yaitu:

1) Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2) Rasio Hutang, yaitu rasio yang menunjukkan batasan dimana

perusahaan didanai oleh hutangnya.

2. Rasio Laporan Laba Rugi yang membandingkan satu perkiraan dengan

perkiraan lain pada laporan laba rugi. Rasio ini meliputi 3 sub divisi

rasio, yaitu:

1) Rasio pencakupan (Coverage Ratio) yaitu rasio yang

menghubungkan biaya keuangan perusahaan dengan

kemampuan untuk membayar biaya tersebut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2) Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur keefektifan perusahaan

dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

3) Rasio laba yaitu rasio yang menghubungkan laba dengan penjualan

dan investasi.

2.8.3 Metode Pembandingan Rasio Keuangan

Menurut Syamsudin (2004), pada pokoknya ada 2 cara yang dapat

dilakukan didalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu:

1. Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan

jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Jadi

dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik

atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis

lainnya. Pembandingan dengan cara ini juga dapat dilakukan dengan

jalan membandingkan rasio rata-rata industri (the firm’s ratio to

industry average).

2. Time series analysis dilakukan dengan cara membandingkan rasio-

rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio

pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami

kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan akan dapat

dilihat pada trend dari tahun ke tahun, sehingga dengan melihat

perkembangan ini perusahaan dapat membuat rencana-rencana untuk

masa depannya. Tersirat dalam pengertian ini bahwa perkembangan

suatu perusahaan haruslah dibandingkan dengan masa lalunya. Setiap

perkembangan-perkembangan yang tidak diingini haruslah segera

diperbaiki dan diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Time series analysis juga sangat membantu dalam menilai kewajaran

(reasonableness) dari laporan-laporan keuangan yang diproyeksikan.

2.8.4 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Rasio

Analisis rasio mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis-

jenis analisa laporan keuangan lainnya. Kelebihan-kelebihan tersebut menurut

Sofyan (2001: 298) antara lain:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarisir ukuran perusahaan. 6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik/ time series. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

Di samping kelebihan yang telah disebutkan, analisa jenis rasio pun tetap

memiliki beberapa kekurangan yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk

menggunakannya sebagai alat pengukuran dalam laporan keuangan. Kekurangan-

kekurangan tersebut menurut Sofyan (2001: 298) antara lain:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi kekurangan teknik ini seperti:

3. jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar

akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika dilakukan perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.

Menurut Bowlin & carter (1990: 39) terdapat keterbatasan pada analisis

rasio, yaitu:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Limitation on Ratio Analysis:

1. firms frequently engage in multiple line of business, 2. industry norms or average ratios reflect a conglomeration of varied

accounting, 3. published industry norms are not representative samples, 4. is the average industry ratio a desirable target? 5. reasonability can influence a firm’s computed ratio.

2.9 Return on Assets (ROA)

Analisis Return on Assets (ROA) dalam analisis keuangan mempunyai arti

yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat

menyeluruh (komprehensif). Analisa Return on Assets (ROA) ini sudah

merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan dan

juga investor untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan

(Marchia Penny, 2003).

Pengertian ROA menurut Munawir (1993: 91) adalah sebagai berikut:

“ROA itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.”

Return on Assets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus:

Rasio ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari operasi

perusahaan (net income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan

untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (munawir, 1993:91).

ROA Net Income Total assets

=

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Gitman (2000: 321) dalam bukunya principles of Managerial Finance,

menyatakan:

Return on Assets, measures the overall effectiveness of management in generation profits with its available assets; also called the return on investment.”

Kegunaan ROA menurut Munawir (1993: 91) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu kegunaannya yang paling prinsipal ialah sifatnya

yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek

akuntansi yang baik, maka manajemen dengan menggunakan teknik

analisa Return on Assets (ROA) dapat mengukur efisiensi penggunaan

modal yang bekerja, efisiensi produksi, dan efisiensi bagian penjualan.

2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat

diperoleh rasio industri, maka dengan analisa Return on Assets (ROA)

ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada

perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat

diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama atau diatas

rata-ratanya. Dengan demikian dapat diketahui kelemahannya dan apa

yang sudah kuat dalam perusahaan tersebut dibandingkan dengan

perusahaan lain yang sejenis.

3. Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/ bagian yaitu dengan

mengalokasikan biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan.

Arti pentingnya adalah membandingkan efisiensi suatu bagian dengan

bagian lain di dalam perusahaan yang bersangkutan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

4. Analisa ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari

masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.

5. ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk

keperluan perencanaan. Misalnya ROA dapat digunakan sebagai dasar

untuk pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan

ekspansi.

Penelitian yang dilakukan oleh Imam Ghozali (2002) dengan periode

penelitian 1997-2000 menemukan bahwa Return on Assets (ROA) mempunyai

pengaruh yang signifikan negatif terhadap tingkat underpricing. Semakin tinggi

ROA maka mengakibatkan semakin rendah tingkat underpricing nya begitu juga

sebaliknya. Sehingga investor dalam menanamkan modalnya di BEI khususnya

dalam membeli saham di pasar perdana dapat mempertimbangkan faktor Return

on Assets (ROA). ROA yang tinggi juga bisa berarti terjaminnya kebutuhan dana

bagi perusahaan dalam beroperasi di masa yang akan datang.

2.10 Leverage dan Financial Leverage

2.10.1 Leverage

Menurut Lawrence J. Gitman leverage is results from the use of fixed-cost

assets of funds to magnify returns to the firm’s owners (2000: 488). Dari

pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh

suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung

biaya tetap, melainkan juga untuk memperbesar penghasilan seperti yang

diungkapkan oleh James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr.

(1998: 425) dalam Helmi (2004): “Leverage is the used of fixed cost in

any attempt to increase (lever up) profitability.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2.10.2 Financial Leverage

Menurut Lawrence J. Gitman (2000: 489):

“Financial leverage is concerned with the relationship between the firms

EBIT and its common stock Earnings Per Share (EPS).”

Financial leverage merupakan penggunaan dana permanen atau jangka

panjang yang disertai dengan beban tetap, dengan harapan agar penghasilan serta

nilai saham perusahaan dapat ditingkatkan. Dengan menerapkan kebijakan

financial leverage, perusahaan memutuskan untuk mengikutsertakan modal

pinjaman dengan disertai kewajiban membayar beban yang bersifat tetap di dalam

struktur modal perusahaan, disebut juga trading on equity, sebagai jaminan

penarikan pinjaman dari kreditur, karena tidak satu pun dari pihak kreditur yang

bersedia memberikan pinjaman tanpa adanya jaminan keamanan dan pembayaran

kembali dari dana yang berasal dari para pemegang saham.

Rasio financial leverage dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Helmi (2004) menyatakan bahwa penerapan kebijakan financial leverage

memiliki dampak positif dan negatif sebagai berikut:

Dampak positif:

1. Meningkatkan volume produksi.

2. Mengikatkan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT).

3. Meningkatkan Return on Equity

Dampak negatif:

1. Meningkatkan biaya penggunaan modal (cost of capital).

Fin Lev = Total debt Total assets

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

2. Meningkatkan resiko keuangan (financial risk).

Setiap perusahaan yang menerapkan kebijakan financial leverage harus

benar-benar memperhatikan imbangan resiko dan hasil (risk-return trade off) dari

kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya efek negatif dari penggunaan

financial leverage. Oleh karena itu, proporsi antara modal pinjaman dan modal

sendiri merupakan yang paling penting dalam menentukan profitabilitas dari

penggunaan financial leverage tersebut, seperti yang diungkapkan oleh J. F.

Weston & Eugene F. Brigham (terjemahan, 1990: 301) dalam Helmi (2004):

“Rasio total utang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut rasio

utang, menghitung persentase total dana yang disediakan oleh para kreditor.

Perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri diukur dengan leverage

factor, yaitu rasio perbandingan antara total utang (modal pinjaman) dan total

aktiva.”

Diterapkannya kebijakan financial leverage akan menghadapkan

perusahaan pada resiko keuangan. Adanya pembesaran dari efek EBIT-EPS

perusahaan akan meningkatkan nilai EPS (jika EBIT naik), tetapi jika EBIT turun,

maka perusahaan akan mengalami penurunan nilai EPS yang drastis. Dengan

demikian, penerapan kebijakan financial leverage bukan saja akan meningkatkan

kemungkinan perusahaan mengalami kerugian, tetapi juga akan meningkatkan

nilai kerugian.

2.11 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan,

yang dapat ditunjukkan melalui total aktiva, jumlah karyawan, jumlah penjualan,

rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva (Ferri & Jones, 1979 dalam

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

Tantri, 2007). Menurut Ronal Clapham (1996) dalam Tantri (2007), ukuran

perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah:

1. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.

2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu misalnya satu tahun.

3. Total hutang ditambah dengan nilai pasar saham biasa perusahaan yang merupakan jumlah hutang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada saat atau suatu tanggal tertentu.

4. Total aktiva (assets), yang merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu.

Ukuran untuk size perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan

total aktiva. Indikator ukuran perusahaan adalah total aktiva karena menurut

penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suripto dalam Tantri (2007), total aktiva

merupakan salah satu komponen dalam pengukuran size yang paling berpengaruh

terhadap hasil penelitian. Total aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tidak

lancar setelah dikurangi depresiasi.

Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Total

aktiva perusahaan merupakan tolak ukur besaran atau ukuran perusahaan.

Biasanya perusahaan besar mempunyai total aktiva yang besar pula nilainya.

Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin

mudah untuk mendapatkan informasi akan meningkatkan kepercayaan investor

dan mengurangi faktor ketidakpastian yang berarti risiko underpricing menjadi

lebih kecil (Chastina Yolana & Dwi Martani, 2005).

Ritter (1987) & Hanley (1993) seperti yang dikutip oleh Tantri (2007)

membuktikan bahwa perusahaan berukuran kecil cenderung mengalami

underpricing dibandingkan dengan perusahaan besar. Penemuan tersebut semakin

dikuatkan dengan hasil penelitian Kooli & Suret (2001) yang menegaskan bahwa

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

IPO yang dilakukan oleh perusahaan kecil lebih beresiko dibandingkan dengan

perusahaan besar sehingga perusahaan kecil sering mengalami underpricing

dibandingkan dengan perusahaan besar.

2.12 Underpricing

Fenomena underpricing yang terjadi pada saat perusahaan (emiten)

melakukan IPO atau penawaran umum dikarenakan adanya mispriced di pasar

perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak

penjamin emisi dengan emiten. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut

adanya asymetry information. Di Indonesia, fungsi penjaminan hanya ada satu

tipe yaitu tipe full commitment, sehingga pihak penjamin emisi berusaha untuk

mengurangi risiko dengan jalan menekan harga di pasar perdana agar terhindar

dari kerugian.

Underpricing pada harga perdana akan diikuti oleh kenaikan harga pada

hari-hari perdagangan berikutnya. Menurut Wiley & Sons (1999) underpriced

bermula dari harga perdana yang menarik atau undervalued bagi investor yang

menyebabkan terjadinya.

Menurut Ainina & Mohan (1991) dalam Tantri (2007), definisi tentang

tingkat underpricing adalah:

“Underpriced level was calculated as the present change in the offering

price to the first day ending bid or closing price depending on trading

location.”

Bahwa tingkat underpricing merupakan persentase perubahan harga

saham yang ditawarkan pada penawaran umum perdana atau pasar primer dengan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Definisi Pasar

harga penutupan hari pertama di pasar sekunder. Sedangkan menurut Carter &

Manaster (1990) dalam Yuwendhy (2004), definisi underpriced adalah hasil dari

ketidakpastian harga saham pada pasar sekunder.

Manaster (1990) dalam Ghozali (2002), mendefinisikan underpriced

sebagai hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar sekunder. Beatty &

Ritter (1996) dalam Yuwendhy (2004) menemukan bahwa semakin besar tingkat

ketidakpastian mengenai nilai yang sesungguhnya dari harga saham, maka

semakin tinggi pula tingkat underpricing, dengan kata lain berkorelasi positif

dengan tingkat underpricing pasar perdana.

Menurut Wiley & Sons (1999) dalam Tantri (2007), tingkat underpricing

bermula dari harga perdana yang menarik atau undervalued bagi investor yang

menyebabkan oversubscribed saham, yaitu jumlah yang memesan lebih banyak

daripada yang ditawarkan. Oversubscription berarti ketika saham pertama kali

diperdagangkan di pasar sekunder, harga pembukaan atau harga pasar akan

bergerak meninggi daripada harga yang diterbitkan atau harga perdana

(Ghozali: 2002).