bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/skripsi...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkungan Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan, Manuhara (2000). Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi lingkungan dalam 2 macam yaitu: 1. Lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik/ lokasi fasilitas produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, alat pelindung diri (APD), asuransi pegawai. 2. Lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/ pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, 8

Upload: trannhi

Post on 05-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Lingkungan

Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar

subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah

hal-hal yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna,

manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu

lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan

sekumpulan aktifitas merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan

sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan

lingkungan yang telah ditetapkan, Manuhara (2000).

Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi

lingkungan dalam 2 macam yaitu:

1. Lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik/ lokasi fasilitas

produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja,

dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas

kesehatan, alat pelindung diri (APD), asuransi pegawai.

2. Lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas

produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada

lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan

pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/ pemilik).

Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat,

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

9

usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian

pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik.

Aspek lingkungan didefinisikan adalah elemen dari aktifitas

organisasi, produk dan jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.

Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara (Global

Environmental Management Initiatives (GEMI), 2001). Elemen dari aktifitas,

produk, atau jasa perusahaan yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan

dampak lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan dalam

diagram input-output proses produksi adalah semua elemen yang termasuk

dalam non-produk atau by-produk.

Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009):

1. Biaya pembuangan limbah

2. Dampak pada kesehatan manusia

3. Biaya material

4. Tingkatan toksisitas

5. Konsumsi energi

6. Dampak pada sumberdaya, seperti buruh

Dampak lingkungan didefinisikan sebagai interaksi aktual dengan

atau memberi dampak pada lingkungan (EPA, 2009). Dampak lingkungan

adalah setiap perubahan pada lingkungan, apakah menguntungkan atau

merugikan, secara keseluruhan atau sebagian yang diakibatkan dari aktifitas

organisasi, produk atau jasanya. (GEMI, 2001).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

10

Kebijakan-kebijakan lingkungan yang diadopsi oleh negara-negara

anggota OECD selama 25 tahun terakhir telah menunjukkan evolusi yang

tetap. Awalnya kebijakan difokuskan pada membersihkan polusi yang ada

dan mencoba untuk mengurangi polusi dari sumber titik di titik

pembuangannya. Kemudian strategi manajemen berpindah ke arah

memodifikasi proses-proses produksi sehingga meminimalkan jumlah

polusi yang dihasilkan di saat pertama. Sementara masih banyak yang perlu

dilakukan untuk menghilangkan masalah-masalah lingkungan jangka

panjang di negara-negara OECD, dan untuk tetap pada jalur dengan banyak

strategi manajemen sebelumnya, perspektif sustainable development yang

telah diadopsi di Konferensi Rio 2002, merangsang langkah lebih jauh

menuju kebijakan berfokus pada pencegahan polusi, integrasi perhatian

lingkungan dalam keputusan ekonomi dan sektoral, dan kerjasama

internasional (OECD, Environmenal Performance Reviews, 2007).

Kebijakan lingkungan pada awalnya selalu mengambil sikap reaktif,

yaitu mengantisipasi dampak merugikan, yang dihasilkan dari suatu aktifitas

kegiatan manusia. Ketika pendekatan ini dirasa kurang menguntungkan

terutama dari segi perkembangan ilmu lingkungan dekade terakhir ini

(seperti menurunkan daya inovasi dan mengesampingkan kegiatan

pengelolaan lingkungan itu sendiri), kemudian beralih menjadi pendekatan

lebih proaktif dalam menangani masalah lingkungan. Dalam hal ini fokus

perhatian pakar lingkungan adalah pada aspek yang menimbulkan dampak

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

11

lingkungan, yang menjadi pertanyaan adalah dalam hal apa dan bagaimana

aspek lingkungan perusahaan berperan atau diberdayakan.

2.1.2. Tanggungjawab Lingkungan

Isu lingkungan sekarang ini sudah merupakan isu yang penting.

Pentingnya isu lingkungan tersebut ditandai dengan maraknya pembicaraan

dalam agenda politik, ekonomi, dan sosial, khususnya masalah

pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas hidup. Dunia industri

harus merespon secara proaktif terhadap gerakan kesadaran dan peraturan

mengenai lingkungan hidup agar dapat bertahan dalam jangka panjang.

Manajemen perusahaan sudah tidak lagi berfokus pada maksimalisasi laba

dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham, kreditur, dan

pemerintah, tetapi juga memiliki bertanggung jawab sosial terhadap

lingkungan di sekitarnya (Manuhara., 2000).

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen

Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan

yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat,

maupun masyarakat pada umumnya. Tentang tanggungjawab sosial dan

lingkungan diatur secara spesifik dalam Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun

2007:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

12

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan dalam pasal ini bertujuan untuk menciptakan hubungan

yang selaras, serasi dan seimbang sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma, dan budaya masyarakat setempat.

Tanggung jawab sosial perusahaan timbul sebagai respon atau

tindakan proaktif yang dilakukan oleh perusahaan terhadap harapan

masyarakat atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Perkembangan

harapan masyarakat melalui tiga tahap penting yaitu, pertama, harapan

masyarakat hanya terbatas pada masalah fungsional ekonomi tradisional;

kedua, masyarakat mengakui tangung jawab perusahaan untuk melakukan

fungsi ekonomi dengan kesadaran atas perubahan tujuan, nilai dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

13

permintaan sosial; ketiga, masyarakat mengharapkan perusahaan

membantu pencapaian tujuan masyarakat (Mondy, 2008).

Konsep tanggung jawab sosial mengundang pro-kontra dikalangan

masyarakat. Pihak yang pro memandang perusahaan sebagai sistem sosial-

ekonomi yang harus tanggap terhadap kepentingan sosial, sedangkan pihak

yang kontra memandang perusahaan sebagai sistem ekonomi yang hanya

bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan (Yudiani, 2008). Tanggung

jawab sosial yang menjadi pro dan kontra ini setidaknya memiliki

kepastian bagi perusahaan bahwa diakui atau tidak, mereka memiliki

tanggungjawab sosial secara moral yang akan berdampak pada naik atau

turunnya simpati masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Masyarakat

akan menilai perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan

akan menjadi nilai tambah dalam kepercayaan sebagai lembaga

penyejahtera kehidupan sekitarnya, demikian pula sebaliknya pandangan

atas perusahaan yang sama sekali mengabaikan masalah sosial

dilingkungan tempat usahanya bernaung. Respon perusahaan terhadap

tanggungjawab sosial akan menimbulkan suatu kebutuhan untuk mengukur

dan melaporkan kinerja perusahaan menjadi semakin luas (Murni, 2001).

2.1.3. Kinerja Sosial

Menurut Martin Freedman. 2009, ada tiga pendekatan yang

digunakan dalam melaporkan kinerja sosial perusahaan dalam kaitannya

dengan penerapan akuntansi sosial:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

14

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Yaitu dengan cara mengukur dan melaporkan dampak-dampak

ekonomi, sosial dan lingkungan dari operasi perusahaaan yang

berorientasi social lingkungan. Pelaporan ini dilakukan dengan

membuat daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki

konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mengestimasi dan mengukur

dampak-dampaknya.

2. Laporan Sosial (Social Report)

Terdapat beberapa pendekatan dalam laporan sosial seperti yang telah

dirangkum oleh Billey and Weygandt dalam bukunya, “Intermediate

Accounting”, yaitu:

a). Inventory Approach

Yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bahwa perusahaan

mengkompilasi dan mengungkapkan sebuah data yang

komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan.

Keterbatasan dari pendekatan ini adalah sulit dalam membuat

daftar yang sesuai dengan batasan yang realistis, serta sulit untuk

membandingkan pertanggung jawaban sosial terhadap lingkungan

antar perusahaan karena tidak ada standar yang tepat untuk mengukur

pertanggungjawaban tersebut.

b). Cost Approach

Pendekatan ini menguraikan bahwa perusahaan membuat daftar

aktivitas perusahaannya yang berkenaan dengan penanganan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

15

terhadap lingkungannya dan mengungkapkan jumlah pengeluaran

masing-masing aktivitas tersebut. Biaya dan aktivitas tersebut

berhubungan dengan periode pelaporan yang berjalan dibebankan ke

expense pada periode berikutnya.

c). Program Management Approach

Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas terhadap

lingkungan, tetapi juga tujuan dari kegiatan tersebut serta hasil

yang sudah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan ysng telah

ditetapkan itu.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah memudahkan pemakai

laporan keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan aktivitas

sosial lingkungan perusahaan untuk mencapai tujuan. Sedangkan

keterbatasannya ialah tidak terdapatnya indikasi manfaat sosial yang

diperoleh dari pencapaian tujuan tersebut.

d). Cost-Benefit Approach

Pendekatan ini menjelaskan bahwa perusahaan mengungkapkan

aktivitas yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan serta

biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dari pendekatan

ini adalah mengukur biaya dan manfaat terhadap masyarakat.

3. Pengungkapan Sosial Lingkungan dalam Laporan Tahunan

Adalah pengungkapan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan lingkungan perusahaan, dilakukan melalui

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

16

berbagai media antara lain: laporan tahunan, laporan interim,

prospectus, pengumuman kepada bursa efek atau media massa.

2.1.4. Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan (environmental accounting) dipertimbangkan

karena menjadi perhatian bagi pemegang saham dengan cara mengurangi

biaya yang berhubungan dengan lingkungan (contohnya: polusi) dan

diharapkan dengan pengurangan biaya lingkungan akan tercipta kualitas

lingkungan yang baik. Yang juga menjadi pendorong munculnya

akuntansi lingkungan ialah kecenderungan terhadap kesadaran lingkungan.

Manakala gerakan peduli lingkungan (green movement) melanda

dunia, akuntansi berbenah diri agar siap menginternalisasi berbagai

eksternalitas yang muncul sebagai konsekuensi proses industri, sehingga

lahir istilah green accounting atau akuntansi lingkungan (environmental

accounting). Demikian pula waktu sebagian industri mulai menunjukkan

wajah sosialnya (capitalism withhuman face), yang ditunjukkan dengan

perhatian pada employees dan aktivitas aktivitas community development,

serta perhatian pada stakeholders lain, akuntansi mengakomodasi

perubahan tersebut dengan memunculkan wacana akuntansi sosial (social

responsibilty accounting). Sejak memahami akuntansi sebagai bagian

dari fungsi service baik sosial, budaya, ekonomi bahkan politik, maka

banyak faktor mempengaruhi akuntansi itu sendiri. Dalam Susilo (2008)

menjelaskan bahwa budaya merupakan faktor utama yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

17

mempengaruhi perkembangan struktur bisnis dan lingkungan social, yang

pada akhirnya akan mempengaruhi akuntansi.

Laporan mengenai lingkungan hidup merupakan salah satu jenis

informasi non keuangan yang makin dibutuhkan, yang juga digunakan oleh

masyarakat untuk melihat nilai-nilai perusahaan dalam tata kelola, tata

nilai, strategi dan komitmen perusahaan menjawab isu lingkungan dan

sosial. Pengelolaan isu lingkungan yang baik akan ditanggapi positif oleh

investor dan dianggap sebagai berkurangnya resiko. Dalam hal ini,

penyampaian melalui laporan tahunan merupakan media yang paling

disukai karena dianggap paling efektif dan dianggap paling kredibel

(Rahim, 2010).

Konsekuensi dari wacana akuntansi sosial dan lingkungan ini

pada akhirnya memunculkan konsep Socio Economic Environmental

Accounting (SEEC) yang sebenarnya merupakan penjelasan singkat

pengertian Triple Bottom Line (Wiedmann dan Manfred, 2006) dimana

pelaporan akuntansi ke publik tidak saja mencakup kinerja ekonomi

tetapi juga kinerja lingkungan dan sosialnya.

SEEC ini merupakan perluasan wacana dari Corporate Social

Responsibility. Jadi tidak sekedar mengelola permasalahan-permasalahan

sosial seperti sumber daya manusia baik internal maupun eksternal seperti

masyarakat, masalah sosial lain seperti beasiswa pendidikan, kepedulian

sosial lainnya tetapi juga mengelola permasalahan lingkungan dan

penyebab kerusakannya. Itulah sebabnya, dalam SEEC dikenal istilah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

18

TBL, karena tidak saja melaporkan kinerja ekonomi dan sosial tetapi juga

konservasi lingkungan oleh perusahaan harus diungkapkan.

Akuntansi lingkungan adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi

biaya-biaya lingkungan hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam

pengambilan keputusan usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada

para stockholders perusahaan (Astuti, 2002 dalam wahyudi, 2012).

Sedangkan menurut Djogo (2002) Akuntasi lingkungan Environmental

Accounting atau EA adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya

biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntansi

perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak

(impact) baik moneter maupun non-moneter yang harus dipikul sebagai

akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Sedangkan Lemanthe (2001) dalam Rossye (2006) memberikan

pendekatan akuntansi biaya lingkungan secara sistematis dan tidak hanya

berfokus pada akuntansi untuk biaya proteksi lingkungan, tetapi juga

mempertimbangkan biaya lingkungan terhadap material dan energi.

Akuntansi biaya lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses

bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk

mengukur biaya kualitas dan jasa.

Akuntansi lingkungan mengidentifikasi, menilai dan mengukur

aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dalam rangka

memelihara kualitas lingkungan hidup sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan (Haniffa, 2002 dalam Wahyudi 2012). Sehingga perusahaan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

19

tidak bisa seenaknya untuk mengolah sumber daya tanpa memperhatikan

dampaknya terhadap masyarakat. Pemahaman sifat dan relevansi

akuntansi lingkungan sangat beragam tergantung perspektif para profesional

dan orientasi fungsional para praktisi.

Aspek-aspek yang menjadi bidang garap akuntansi lingkungan

adalah sebagai berikut (Cahyono, 2002):

1) Pengakuan dan identifikasi pengaruh negatif aktifitas bisnis

perusahaan terhadap lingkungan dalam praktek akuntansi konvensional.

2) Identifikasi, mencari dan memeriksa persoalan bidang garap

akuntansi konvensional yang bertentangan dengan kriteria

lingkungan serta memberikan alternatif solusinya.

3) Melaksanakan langkah-langkah proaktif dalam menyusun inisiatif

untuk memperbaiki lingkungan pada praktik akuntansi konvensional.

4) Pengembangan format baru sistem akuntansi keuangan dan

nonkeuangan, sistem pengendalian pendukung keputusan manajemen

ramah lingkungan.

5) Identifikasi biaya-biaya (cost) dan manfaat berupa pendapatan

(revenue) apabila perusahaan lebih peduli terhadap lingkungan dari

berbagai program perbaikan lingkungan.

6) Pengembangan format kerja, penilaian dan pelaporan internal maupun

eksternal perusahaan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

20

7) Upaya perusahaan yang berkesinambungan, akuntansi kewajiban,

resiko, investasi biaya terhadap energi, limbah dan perlindungan

lingkungan.

8) Pengembangan teknik-teknik akuntansi pada aktiva, kewajiban dan

biaya dalam konteks non keuangan khususnya ekologi.

Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan dalam wacana

akuntansi sosial. Hal ini terjadi karena kedua diskursus tersebut

memiliki tujuan yang sama, yaitu menginternalisasi eksternalitas

(lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif maupun

negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan. Serupa dengan akuntansi

sosial, akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan dalam pengukuran

nilai cost and benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri.

Bukan hal yang mudah untuk mengukur kerugian yang diterima

masyarakat sekitar dan lingkungan ekologis yang ditimbulkan polusi

udara, limbah cair, kebocoran tabung amoniak, kebocoran tabung nuklir

atau eksternalitas lain.

Akuntansi lingkungan meliputi identifikasi, pengukuran dan alokasi

biaya lingkungan serta integrasi biaya ini dalam sebuah bisnis dan

penyajian bagi para stakeholder sebagai bagian dari laporan keuangan

bertujuan umum (general purpose financial statement). Dalam konteks ini,

ada pendekatan komprehensif untuk memastikan perusahaan memiliki tata

kelola perusahaan yang baik yang juga memasukkan hal transparansi

dalam aktivitas lingkungan. Hal-hal yang menjadi perhatian utama dalam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

21

akuntansi lingkungan adalah a) identifikasi biaya atau beban lingkungan, b)

kapitalisasi biaya lingkungan, dan c) identifikasi aset dan kewajiban

lingkungan (environmental liabilities). Akuntansi lingkungan merupakan

sebuah sistem yang mencoba menilai dalam jumlah kuantitatif manfaat

yang diperoleh atau biaya yang dikeluarkan perusahaan berkaitan dengan

usaha perbaikan lingkungan yang dilakukannya. Penilaian ini

diintegrasikan dalam sistem informasi akuntansi perusahaan, sehingga

laporan keuangan yang dihasilkan sudah mencakup konsekuensi aktivitas

lingkungan atas peningkatan/penurunan asset dan kewajiban.

Tujuan akuntansi lingkungan (Pramanik, et.al., 2007) antara lain

adalah untuk:

a. Mendorong pertanggungjawaban entitas dan meningkatkan transparansi

lingkungan.

b. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menanggapi isu

lingkungan hidup dalam konteks hubungan entitas dengan masyarakat

dan terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau

penekan (pressure group) terkait isu lingkungan.

c. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat memperoleh

dana dari kelompok dan individu ’hijau’, seiring dengan tuntutan etis

dari investor yang semakin meningkat.

d. Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan

demikian membuat entitas memiliki keunggulan pemasaran yang lebih

kompetitif dibandingkan entitas yang tidak melakukan pengungkapan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

22

e. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan lingkungan

hidup.

f. Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang berusaha

pada area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada umumnya akan

menerima tentangan dari masyarakat.

Bagi sebagian besar perusahaan, risiko yang muncul akibat faktor

lingkungan tidak lagi merupakan risiko yang harus disajikan dalam laporan

keuangan. Laporan keuangan yang sudah memasukkan faktor lingkungan

di dalam penyajiannya mencegah adanya sekedar propaganda jika hal-hal

terkait lingkungan hidup hanya disajikan di dalam laporan tahunan. Risiko

finansial yang timbul merupakan kontinjensi yang pada umumnya

disajikan sebagai kewajiban (liabilities).

Adanya regulasi di bidang lingkungan hidup yang makin ketat,

membuat munculnya banyak firma hukum yang menangani tuntutan

pengadilan atas kasus-kasus pencemaran atau perusakan lingkungan dalam

industri-industri tertentu yang sensitif terhadap isu lingkungan hidup. Nilai

tuntutan pengadilan ini yang akan dicatat sebagai kontinjensi. Pembaca

laporan keuangan akan tahu bahwa dengan adanya tuntutan pengadilan, di

masa depan sumber daya yang dimiliki organisasi akan berkurang untuk

melunasi atau menyelesaikan kewajiban tersebut.

Ada beberapa maksud dikembangkannya akuntansi lingkungan:

1) Sebagai alat manajemen lingkungan akuntasi lingkungan digunakan

untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

23

dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan. Data akuntasi lingkungan

juga digunakan untuk menentukan biaya fasilitas pengelolaan

lingkungan, biaya konservasi lingkungan keseluruhan dan juga

investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan.

Selain itu akuntasi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat

keluaran dan capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja

lingkungan yang harus berlangsung terus menerus.

2) Sebagai alat komunikasi dengan publik, akuntansi lingkungan

digunakan untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan

konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Tanggapan dan

pandangan terhadap akuntansi lingkungan dari para pihak, pelanggan

dan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk merubah

pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Didalam akuntasi lingkungan ada beberapa komponen pembiayaan

yang harus dihitung misalnya:

1) Biaya operasional bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitasi

lingkungan, biaya memperbaiki fasilitais lingkungan, jasa atau fee

kontrak untuk menjalankan fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya

tenaga kerja untuk mengjalankan operais fasilitas pengelolaan

lingkungan serta baya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling).

2) Biaya daur ulang yang dijual yang disebut sebagai “Cost incurred by

upstream and down-stream business operations” is the contract fee paid

to the Japan Container and Package Recycling Association.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

24

3) Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari biaya

total untuk material dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk

pengembangan material yang ramah lingkungan, produk dan fasilitasi

pabrik.

Harahap dalam bukunya “Teori Akuntansi” (2001: 369)

merangkum matode-metode pengukuran informasi yang akan dilaporkan

dalam Socio Economic Reporting, antara lain:

1) Menggunakan penelitian dengan menghitung “Opportunity Cost

Approached”. Misalnya dalam menghitung environment costs dari

pembuangan, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam hidupnya,

berapa berkurangnya kekayaan, berapa kerusakan wilayah disekitar

lokasi dan lain sebagainya akibat pembuangan limbah. Total kerugian

itulah yang menjadi environment cost perusahaan.

2) Menggunakan hubungan antara kerugian, misal dengan permintaan

untuk barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian

masyarakat.

3) Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya, vonis

hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat

juga dijadikan sebagai dasar perhitungan.

Sedangkan menurut Harahap (2001: 363), bentuk keterlibatan

perusahaan dalam kegiatan sosialnya dapat berupa:

1. Lingkungan Hidup:

1. Pengawasan terhadap efek polusi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

25

2. Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam

3. Keindahan lingkungan

4. Pengurangan suara bising

5. Penggunaan tanah

6. Pengelolaan sampah dan air limbah

7. Riset dan pengembangan lingkungan

8. Kerjasama dengan pemerintah\

9. Pembangunan lokasi rekreasi

2. Membantu Masyarakat Lingkungan:

1. Membangun klinik kesehatan

2. Bantuan dana kepada masyarakat sekitar

2.1.5. PSAK Mengenai Akuntansi Lingkungan

Isu lingkungan hidup bukan isu di tingkat nasional, namun

merupakan isu international. Investor dan kreditur internasional merupakan

hal yang jamak ketika perpindahan arus modal antar negara menjadi hal

yang sangat wajar terjadi seiring dengan adanya tren globalisasi.

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di level global dengan sendirinya

menghadapi isu lingkungan hidup, mengingat perilaku organisasi dalam

perbaikan lingkungan hidup semakin menjadi sorotan.

IASB tidak membuat satu standar khusus mengenai akuntansi

lingkungan. Beberapa standar yang telah diterbitkan oleh IASB terkait

dengan akuntansi lingkungan. Contohnya adalah IFRIC 3 yang membahas

mengenai ‘Emission Rights’. Berdasarkan IFRIC 3, emission rights (atau

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

26

juga sebagai emission allowances) dicatat sebagai aset tidak berwujud

(intangible assets). IFRIC 3 tidak sempat diadopsi oleh Indonesia

mengingat pada bulan Juni 2005 IFRIC 3 sudah ditarik kembali. Dalam

konteks Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia – melalui Dewan Standar

Akuntansi Keuangan – telah melakukan revisi Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan mengadopsi International

Accounting Standards (IAS). Standar yang pada umumnya dipandang

sebagai terkait dengan aktivitas lingkungan adalah PSAK No. 1 mengenai

penyajian laporan keuangan, PSAK No. 57 tentang provisi, liabilitas

kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan

akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, PSAK dan No. 5

tentang segmen operasi. Exposure Draft (ED) yang juga terkait dengan

aktivitas lingkungan dan sedang dalam proses untuk disahkan menjadi

standar adalah ED PSAK No. 33 tentang akuntansi pertambangan umum

dan ED PSAK No. 64 tentang eksplorasi dan evaluasi sumber daya

mineral.

PSAK No. 1 yang direvisi pada tahun 2009 diadopsi dari IAS 1:

Presentation of Financial Statement. Tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan

arus kas entitas atau organisasi yang bermanfaat bagi sebagian besar

kalangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari 1) laporan posisi

keuangan atau neraca, 2) laporan laba rugi komprehensif, 3) laporan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

27

perubahan ekuitas, 4) laporan arus kas, 5) catatan atas laporan keuangan –

yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi dan informasi penjelasan, 6)

laporan posisi keuangan komparatif yang disajikan jika entitas menerapkan

kebijakan yang berlaku retrospektif atau terjadi reklasifikasi pos-pos

laporan keuangan.

Terpisah dari laporan keuangan, entitas menyampaikan kajian

keuangan oleh manajemen yang menjelaskan kinerja keuangan dan posisi

keuangan serta kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Salah satu

kajian yang bisa disampaikan adalah faktor yang memberikan pengaruh

utama dalam pencapaian kinerja keuangan seperti perubahan lingkungan

tempat entitas beroperasi. Entitas dapat pula menyajikan laporan mengenai

lingkungan hidup khususnya untuk industri yang sangat terkait erat dengan

faktor lingkungan hidup.

PSAK No. 57 yang diadopsi dari IAS 37: Provisions, Contingent

Liabilities and Contingent Assets menunjukkan contoh transaksi atau

kejadian yang sangat erat kaitannnya dengan aktivitas lingkungan.

Misalnya suatu entitas yang bergerak dalam industri pertambangan minyak

di sebuah negara telah melakukan pencemaran lingkungan selama

bertahun-tahun. Negara tersebut sudah lama tidak memiliki regulasi

mengenai pembersihan pencemaran lingkungan, namun pada tahun akhir

tahun ini akan diterbitkan regulasi tentang pembersihan tersebut. Dalam

hal ini,entitas harus mencatat adanya provisi sebesar estimasi terbaik biaya

pembersihan. Estimasi terbaik adalah jumlah kini dengan dampak nilai

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

28

waktu uang yang signifikan atau material. Hal yang sama akan dilakukan

oleh entitas, jika, meskipun tidak ada regulasi yang mengatur mengenai

pembersihan pencemaran lingkungan, namun entitas memiliki kebijakan

pemeliharaan lingkungan hidup yang dipublikasikan luas dan entitas

dikenal memiliki reputasi untuk menghormati kebijakan yang

dipublikasikan tersebut. Dalam hal ini provisi yang diakui digolongkan

sebagai kewajiban konstruktif. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban

yang timbul dari tindakan entitas yang 1) bedasarkan praktek baku di masa

lalu, entitas memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan

menerima tanggung jawab tertentu melalui publikasi atau pernyataan

spesifik, dan 2) entitas menciptakan ekspektasi kepada pihak lain bahwa

entitas akan melaksanakan kewajiban tersebut.

Provisi diakui hanya untuk kewajiban yang timbul dari peristiwa di

tahun sebelumnya. Ini terpisah dari aktivitas entitas di tahun-tahun

berikutnya. Seperti contoh di atas, biaya yang harus dikeluarkan untuk

pembersihan atau pemulihan pencemaran lingkungan mengakibatkan

keluarnya sumber daya entitas untuk menyelesaikan kewajiban di masa

lalu. Peristiwa masa lali yang menimbulkan kewajiban di masa kini disebut

sebagai peristiwa mengikat. Dalam peristiwa mengikat, entitas tidak punya

pilihan lain selain menyelesaikan kewajiban tersebut, baik karena

dipaksakan oleh hukum, atau merupakan kewajiban konstruktif. Provisi

dibedakan dari kewajiban lain karena dalam provisi terdapat ketidakpastian

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

29

mengenai waktu dan jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk

menyelesaikan provisi tersebut.

Paragraf 10 dalam Exposure Draft PSAK No. 64, yang diadopsi

dari IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources, memuat

bahwa sesuai dengan PSAK 57, suatu entitas mengakui setiap kewajiban

untuk pemindahan dan restorasi yang terjadi selama periode tertentu

sebagai konsekuensi dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.

PSAK No. 25 membahas mengenai kebijakan akuntansi, perubahan

estimasi akuntansi dan kesalahan. PSAK ini diadopsi dari IAS 8:

Accounting Policies, Changes in Accounting and Errors. Sebagai akibat

adanya ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak pos

dalam laporan keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat, tetapi hanya

dapat diestimasi. Estimasi ini tentunya melibatkan pertimbangan

berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal (reliable). Firoz dan

Ansari (2010) memberikan contoh estimasi terkait dengan biaya

lingkungan antara lain adalah:

a. Provisi biaya pembersihan (cleanup costs)

b. Provisi rehabilitasi di industri pertambangan

c. Provisi klaim atas kontinjensi

d. Provisi biaya lingkungan seperti penanggulangan polusi udara, polusi

suara, gas dan limbah berbahaya.

e. Provisi pembelian peralatan untuk mengendalikan polusi.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

30

Sementara dalam PSAK No. 5 tentang Segmen Operasi, entitas

perlu mengungkapkan informasi untuk memungkinkan pengguna laporan

keuangan mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas aktivitas bisnis

yang melibatkan entitas dan lingkungan ekonomi tempat entitas beroperasi.

Adanya segmen operasi yang dilaporkan berdasarkan wilayah geografis

atau negara akan menampakkan adanya perbedaan lingkungan peraturan

yang bisa saja terkait dengan regulasi di bidang lingkungan hidup. Hal ini

sinkron dengan informasi yang disyaratkan oleh GRI yaitu informasi

mengenai Negara atau wilayah yang memberikan (i) kontribusi pendapatan

minimal 5% dari total pendapatan, (ii) kontribusi beban minimal 5% dari

total pendapatan. Dalam PSAK No 5 prosentase yang dianggap signifikan

adalah 10%. PSAK No. 5 ini diadopsi dari IFRS 8: Operating Segment.

Definisi mengenai lingkungan hidup dan biaya pengelolaan

lingkungan hidup tercantum dalam ED PSAK No. 33 tentang akuntansi

pertambangan umum. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya

manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya. Biaya pengelolaan

lingkungan hidup diartikan khusus dalam konteks pertambangan sebagai

biaya yang timbul atas usaha mengurangi dan mengendalikan dampak

negatif kegiatan pertambangan, dan biaya rutin lainnya.

Adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

31

penambangan yaitu pencemaran lingkungan dan perusakan lingkungan.

Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya atau dimasukannya

mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan

dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses

alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukannya. Perusakan lingkungan merupakan tindakan

yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap

perubahan sifat-sifat dan/atau hayati lingkungan yang mengakibatkan

lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan

berkesinambungan. Untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif

kegiatan usaha penambangan, maka perlu dilakukan pengelolaan

lingkungan hidup yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan,

penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan

lingkungan hidup

Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup dengan sendirinya akan

menimbulkan provisi pengelolaan lingkungan hidup, yang harus diakui jika

1) terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal

pelaporan keuangan akibat kegiatan yang telah dilakukan, dan 2) terdapat

dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul. Pada

tanggal pelaporan, jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup harus

dievaluasi kembali untuk menentukan apakah jumlahnya telah memadai.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

32

2.1.6. Pelaporan Lingkungan (Environmental Reporting)

Baik teori Stakeholder dan teori Ekonomi-CSR berimplikasi

bahwa para stakeholders perlu mengevaluasi sejauh mana perusahaan

telah melaksanakan perannya sesuai keinginan stakeholders. Konsumen,

misalnya, perlu mengetahui apakah produk yang dijual perusahaan tidak

menggunakan kayu dari illegal logging atau menggunakan teknologi

produksi yang menyebabkan polusi. Sama halnya dengan profitabilitas

perusahaan yang bervariasi tergantung pada efektivitas pengelolaanya,

efektivitas kegiatan CSR juga bervariasi tergantung pada

pengelolaannya. Dengan demikian, para stakeholders menuntut adanya

akuntabilitas perusahaan atas kegiatan CSR yang dilaksanakannya. Adanya

akuntabilitas menjadi semakin penting mengingat terdapatnya informasi

asimetri antara para stakeholders dan manajemen perusahaan tersebut.

Informasi yang dimiliki stakeholders terbatas pada informasi publik atau

informasi yang disampaikan ke mereka, sedangkan manajemen perusahaan

memiliki informasi yang lengkap mengenai perusahaan.

Keberadaan informasi asimetri, jika dibiarkan terjadi, pada

akhirnya dapat menyebabkan adverse selection maupun moral hazard,

dengan konsekuensi perusahaan tidak melaksanakan kegiatan CSR. Jika

tidak ada pelaporan dan pengungkapan kegiatan CSR yang obyektif,

maka stakeholderstidak akan dapat membedakan perusahaan yang

melakukan kegiatan CSR maupun tidak. Akibatnya, stakeholders tidak

dapat memberikan penghargaan (sanksi) bagi perusahaan yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

33

melaksanakan (tidak melaksanakan) CSR. Dengan tidak berjalannya

mekanisme penghargaan-sanksi maka perusahaan tidak akan termotivasi

melaksanakan CSR (terjadi adverse selection). Keberadaan informasi

asimetri juga menyebabkan para stakeholders tidak dapat mengobservasi

tindakan atau upaya perusahaan dalam melaksanakan CSR. Karena tidak

diobservasi maka perusahaan akan mengambil tindakan yang

menguntungkan dirinya. Analoginya sama dengan pemilik modal yang perlu

mengevaluasi sejauh mana modal yang diinvestasikan di perusahaan telah

dikelola oleh manajemen perusahaan dengan efisien dan efektif. Pengertian

’kegiatan CSR’ adalah dalam arti luas, tidak saja kegiatan yang bersifat

philantrophy tetapi kegiatan usaha perusahaan yang dijalankan dengan

memperhatikan dampaknya terhadap sosial dan lingkungan. Tapi

merugikan stakeholders lainnya (misalnya menghasilkan makanan dengan

proses produksi di bawah standar mutu). Fenomena ini disebut sebagai

moral hazard.

Akuntabilitas dapat dipenuhi dan informasi asimetri dapat dikurangi

jika perusahaan melaporkan dan mengungkapkan kegiatan CSRnya ke para

stakeholders. Dengan pelaporan dan pengungkapan CSR, para

stakeholdersakan dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan CSR dan

memberikan penghargaan atau sanksi terhadap perusahaan sesuai hasil

evaluasinya. Dengan demikian, seperti dikemukakan oleh Cooper dan Owen

(2007) akuntabilitas tidak hanya mencakup adanya pelaporan dari

manajemen perusahaan, tetapi juga mencakup adanya kemampuan atau

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

34

kekuatan (power) dari stakeholders untuk menuntut akuntabilitas pihak

manajemen dan kemampuan memberikan penghargaan atau sanksi sesuai

kinerja manajemen.

Gond dan Herrbach (2006) berpendapat bahwa pelaporan CSR

tidak hanya bermanfaat bagi pihak eksternal, tetapi juga bermanfaat bagi

perusahaan. Dengan membuat laporan CSR perusahaan akan melakukan

self-assessment sehingga dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

perusahaan terkait dengan aktivitas CSR di perusahaan tersebut. Dengan

demikian, laporan tersebut merupakan alat pembelajaran organisasi, yang

dapat menyebabkan perubahan dinamis terhadap individu maupun

perusahaan tersebut, yang pada akhirnya mendorong peningkatan kinerja

organisasi.

Lebih lanjut Adam & Zutshi (2004) menyampaikan manfaat bagi

perusahaan untuk melaksanakan dan melaporkan kegiatan CSR mereka

yaitu: a. Rekrutmen dan retensi karyawan yang lebih baik, b. Pengambilan

keputusan internal yang lebih baik dan penghematan biaya, c. Reputasi dan

hubungan dengan stakeholders yang lebih baik, dan d. Imbal hasil

keuangan yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pelaporan CSR yang transparan dan akuntabel akan mendorong

pelaksanaan kegiatan CSR, yang pada akhirnya akan meningkatkan tidak

saja nilai perusahaan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

35

2.1.7. Pengauditan Lingkungan

Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam

sistem manajemen lingkungan untuk memverifikasi secara objektif

upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-

langkah perbaikan guna meningkatkan performasi lingkungan, berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan dan merupakan upaya proaktif suatu

perusahaan untuk perlindungan lingkungan yang akan membantu

perusahan meningkatkan efisiensi dan pengendalian emisi, polutan yang

pada akhirnya dapat meningkatkan citra positif dari masyarakat terhadap

perusahaan. (blog.mercubuana.co.id 2010). Menurut The International

Chamber of Commerce, Audit lingkungan merupakan pengujian yang

sistematis dari interaksi antara setiap operasi usaha dengan keadaan

sekitarnya.

Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang

dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai

tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau

kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang bersangkutan. (Pasal 1 (23), 28, 29 UU No 23/2007).

Definisi dari audit lingkungan adalah Menurut KLH 2007: “Audit

Iingkungan hidup diperlukan sebagai suatu proses evaluasi yang dilakukan

oleh penanggungjawab usaha dan atau kegiatan untuk menetapkan tingkat

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang

pengelolaan Iingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut”.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

36

Menurut SML ISO/SNI 14010: “Suatu proses verifikasi tersistemasi

dan terdokumentasi untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

obyektif untuk menentukan apakah SML dari organisasi sesuai dengan

kriteria audit SML yang dibuat organisasi, dan untuk mengkomunikasikan

hasil proses ini kepada manajemen”.

Tujuan dari audit lingkungan adalah:

1. Untuk menentukan apakah SML sesuai dengan pengaturan

pengelolaan lingkungan yang sudah direncanakan dan apakah sml

sudah diterapkan secara benar dan dipelihara

2. Perolehan jaminan pentaatan

3. Pertanggungjawaban keuangan

4. Perlindungan terhadap pertanggungjawaban pegawai

2.1.8. Tinjauan Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya kuratif dan rehabilitatif y a n g dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya promotif dan preventif serta melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan upaya tersebut, Rumah Sakit umum antara

lain berfungsi memberikan: 1) Pelayanan Rawat Jalan, 2) Pelayanan Rawat

Inap, 3) Pelayanan Penunjang Medis, antara lain: Farmasi, Laboratorium,

Radiologi, Gizi, 4) Pelayanan Penunjang Umum, meliputi fungsi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

37

administrasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI, Sistem Kesehatan

Nasional, (2007).

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

983/Menkes/S K /XI/2002 disebutkan bahwa Rumah Sakit umum adalah

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar,

Spesialistik dan Sub spesialistik. Akan tetapi pelayanan di Rumah Sakit,

baik untuk rawat jalan maupun rawat inap hanya bersifat Spesialistik dan

Subspesialistik karena pelayanan yang bersifat non Spesialistik atau

pelayanan dasar harus dapat dilakukan di puskesmas atau di tempat praktek

dokter maupun unit pelayanan kesehatan lain yang setingkat.

P e l a y a n a n rumah sakit yang utama adalah unit gawat darurat,

rawat jalan dan rawat inap serta rawatan penunjang. Pelayanan kesehatan

pasien rawat jalan merupakan salah satu pelayanan yang menjadi perhatian

utama Rumah Sakit diseluruh Indonesia. Hampir seluruh Rumah Sakit di

Indonesia yang telah maju kini meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan

terhadap pasien rawat jalan. Hal ini disebabkan:

1. Jumlah pasien rawat jalan jauh lebih besar dari pada pasien rawat inap

sehingga pasien rawat jalan sebenarnya merupakan aset/ sumber pangsa

pasar yang besar yang belum dioptimalkan.

2. Adanya fenomena peningkatan pelayanan pasien rawat jalan dari tahun

ketahun. Hal ini disebabkan adanya perkembangan yang pesat dari

teknologi kedokteran, perkembangan perusahaan asuransi dan perilaku

masyarakat, yang cenderung lebih menyukai pelayanan rawat jalan dan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

38

mendorong perkembangan jumlah pasien rawat jalan dibandingkan rawat

inap.

3. Penghasilan dari pasien rawat jalan diprediksikan akan mengimbangi

pemasukan dari pasien rawat inap di masa mendatang sehingga kenyataan

ini menipakan faktor kunci di dalam peningkatan finansial Rumah Sakit

yang berguna untuk kelangsungan operasional jangka panjang Rumah

Sakit.

4. Didalam memilih Rumah Sakit untuk rawat inap, pilihan pasien biasanya

mulai dari pelayanan rawat jalan.

5. Berbeda dengan pelayanan rawat inap, didalam pelayanan rawat jalan

kontak antara pasien dengan dokter maupun Rumah Sakit hanya

memerlukan waktu yang singkat. Pelayanan yang bermutu merupakan hal

yang penting karena persepsi tentang kualitas pelayanan suatu Rumah

Sakit terbentuk saat kunjungan pasien. Persepsi tentang mutu yang buruk

akan sangat mempengaruhi keputusan dalam kunjungan berikutnya dan

pasien biasanya mencari Rumah Sakit lain, Jackovits (2009).

Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang langsung

berhubungan dengan pasien, yaitu:

1. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan penerimaan

pendaftaran dan pembayaran.

2. Tenaga keperawatan (paramedis) sebagai mitra dokter dalam memberikan

pelayanan pemeriksaan pengobatan.

3. Tenaga dokter (medis) sesuai dengan Spesialisasinya pada masing-masing

poliklinik yang ada. Soeyadi, (2006).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

39

Dalam pemasaran rumah sakit, objek yang akan dipasarkan itu

adalah pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan atau pasien yang

berobat di rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya konsep dari

pemasaran jasa rumah sakit. dalam Lita, (2005), konsep pemasaran

kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Konsep pelayanan. Orientasi rumah sakit hanya untuk memberikan

pelayanan dan fasilitas yang baik

2. Konsep penjualan. Orientasi rumah sakit hanya pada untuk mencapai

pemanfaatan fasilitas yang memadai

3. Konsep pemasaran perawatan kesehatan. Suatu orientasi sistem

manajemen kesehatan yang menerima bahwa tugas pokok dari sistem

tersebut adalah untuk menentukan keinginan, kebutuhan, nilai-nilai untuk

target pasar, dan ukuran sistem sebagai cara untuk menyampaikan tingkat

kepuasan yang diinginkan konsumen.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 1204/Menkes/Sk/X/2004 Persyaratan kesehatan lingkungan

bangunan rumah sakit yaitu:

a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,

dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau

binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan

keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi

dengan rambu parkir.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

40

c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi

di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk

mengatasinya.

d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok

e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan

intensitas cahaya yang cukup.

f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak

terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau

tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas

halaman

g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,

masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan

limbah.

h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang

menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan

bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang

memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai

tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,

dan binatang pengganggu lainnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yang disajikan pada Tabel 2.1.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

41

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Judul Alat Analisis Hasil Ririn Siswanti Utami 2012

Analisis penerapan green accounting di pabrik gula Tjoekir Jombang

Metode kuantitatif deskriptif yaitu peneliti mendeskripsikan hasil temuannya yang berasal dari data-data yang terkumpul melalui proses observasi di subyek penelitian

Pabrik Gula Tjoekir Jombang mengunakan basis kas dalam mencatat biaya lingkungan untuk pengolahan limbah karena biaya dicatat saat terjadinya. Pabrik Gula Tjoekir Jombang belum membuat penyajian dan pengungkapan biaya lingkungan secara khusus. Ini dikarenakan penyajian biaya-biaya lingkungan menjadi salah satu komponen dari biaya pada bagian pengolahan yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan.

Genzha Barcelona Estianto dan H. Andre Purwanugraha 2014

Analisis biaya lingkungan pada RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh rumah sakit. Mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas pengelolaan lingkungan yang ada di rumah sakit ke dalam komponen biaya lingungan berdasarkan International Guidance Document - Environmental Management Accounting yang disusun oleh International Federation of Accountants (IFAC).

Biaya lingkungan yang terjadi selama tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 4.243.849.268,00 atau 1,21% dari total biaya operasional rumah sakit. Sebagian besar biaya lingkungan yang terjadi didominasi oleh biaya kontrol limbah dan emisi sebesar 0,67% dari total biaya operasional rumah sakit. Sebagian besar biaya kontrol limbah dan emisi berasal dari biaya pengelolaan sampah karena dari kegiatan rumah sakit menghasilkan sampah medis dan non medis yang harus dikelola dengan cermat sehingga tidak mencemari lingkungan. Sedangkan untuk biaya output non produk sebesar 0,35% dari total biaya operasional yang terdiri dari biaya bahan bakar, biaya air dan biaya listrik.

Susiana sari, Nengah Sudjana dan Devi Farah Azizah 2012.

Penerapan akuntansi lingkungan untuk mengoptimalkan tanggung jawab industri gula (Studi Pada PT Perkebunan Nusantara X Unit Pabrik Gula Lestari Nganjuk)

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Pabrik Gula Lestari telah menerapkan program tanggung jawab sosial untuk masyarakat antara lain program natura, program pasar murah, program kerohanian, program pelatihan dan ketrampilan serta program penghijauan. Adanya beberapa bantuan dari Pabrik Gula Lestari ini membangun tingkat perekonomian masyarakat hal ini dikarenakan adanya bantuan limbah ini membantu penghematan pengeluaran untuk pertanian warga hampir 50%.

Sumber: Utami, 2012, Estianto dan Purwanugraha, 2014 dan sari, Sudjana dan Azizah, 2012.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

42

Pada penelitian Ririn Siswanti Utami (2012), yaitu penyajian dan

pengungkapan biaya lingkungan dilakukan secara khusus. Dimana penyajian

biaya-biaya lingkungan menjadi salah satu komponen dari biaya pada bagian

pengolahan. Sedangkan penelitian ini mengambil data secara umum untuk

dianalisis karena penelitian ini berada di RSUD Dr. Rehatta Kelet, yang

berbasis pelayanan jasa, sehingga biaya yang dikeluarkan merupakan

tuntutan tanggung jawab RSUD dan bukan sekedar pemikiran sebagai

penentu kebijakan harga jasa pada rumah sakit.

Sedangkan pada penelitian Genzha Barcelona Estianto dan H. Andre

Purwanugraha (2014), yaitu penelitian dilakukan dengan menganalisis

pembebanan biaya lingkungan dan pelaporannya yang dibuat oleh RSUD Dr.

Moewardi di Surakarta. Sedangkan penelitian ini untuk menganalisis

penerapan akuntansi lingkungan di RSUD Dr. Rehatta Kelet Kabupaten

Jepara.

Pada penelitian Sari, Sudjana Dan Azizah (2012), adalah bagaimana

penerapan akuntansi lingkungan untuk mengoptimalkan tanggung jawab

sosial industri gula. Sedangkan penelitian ini menganalisis penerapan

akuntansi lingkungan di RSUD Dr. Rehatta sebagai bukti pelaksanaan

kepedulian lingkungan, karena RSUD Kelet dulunya merupakan rumah sakit

yang spesialis menangani kusta dan limbahnya akan sangat menghawatirkan

bagi masyarakat sekitar, apabila tidak diolah dengan baik maka dikhawatirkan

dapat menular pada masyarakat.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Lingkunganeprints.unisnu.ac.id/180/3/Skripsi Ridje Bab 2.pdf · Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 2009): 1. Biaya

43

2.3. Kerangka Pemikiran

Analisis penerapan akuntansi lingkungan di RSUD Dr. Rehatta Kelet

Kabupaten Jepara perlu dicermati dengan baik. Untuk itu, seseorang yang

melakukan analisis atas laporan keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan

tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu

dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan entitas tersebut untuk

dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan keterangan tersebut

dapat diberikan gambaran pemikiran seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Penerapan Green Accounting: 1) Metode pencatatan 2) Metode pengakuan 3) Metode pengukuran 4) Metode penyajian 5) Metode pengungkapan

Prinsip akuntansi: PSAK 33 tahun 2011

Intepretasi: 1. Dalam PSAK metode pencatatan yaitu berbasis akrual 2. Dalam PSAK metode pengakuan adalah sebagai rekening biaya

pengelolaan lingkungan hidup 3. Dalam PSAK metode pengukuran biaya pengelolaan lingkungan hidup

berdasar biaya historis. 4. Dalam PSAK metode penyajian biaya pengelolaan lingkungan hidup

disajikan sebesar jumlah pengeluaran yang sesungguhnya terjadi. 5. Dalam PSAK metode pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan

hidup diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.