bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/2480/3/bab ii_arif agung...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Penelitian Suriani (2015) , Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah
satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi dalam menarik
pergerakan.Untuk itu, studi ini bertujuan memodelkan tarikan pergerakan
kendaraan Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Variabel bebas
meliputi pendapatan per bulan, Jumlah kepemilikan mobil, Jumlah kepemilikan
motor, tingkat pendidikan terakhir, Jarak rumah ke kampus, jenis kendaraan yang
digunakan. Adapun variabel terikat adalah jumlah perjalanan ke kampus dalam
seminggu. Survai primer dilakukan dengan metode kuesioner selama 6 hari,
sedangkan survai sekunder dilakukan di kantor Rektorat UMP. Pemodelan tarikan
kampus dilakukan terhadap kelompok populasi mahasiswa, dosen dan karyawan.
Metode penelitian dilakukan dengan survey pendahuluan, perancangan kuesioner,
pengumpulan data dananalisis data MetodeAnalisis didasarkan pada model regresi
step by step dengan alat bantu program SPSS. Pengujian model meliputi uji
validitas dan reliabilitas, uji korelasi, menetukan nilai R pada tiap hubungan
variabel. Dari hasil analisis, diperoleh model tarikan pergerakanY = - 0,181 +
0,181X2 + 0,066X3 + 0,098X4– 0,063X5, dimana R2 = 0.536, Y=jumlah
perjalanan ke kampus dalam seminggu, X2= kepemilikan motor, X3 =
kepemilikan mobil, X4tingkat pendidikan terakhir, jarak tempat tinggal X5.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
7
Menurut Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Universitas Syiah
Kuala (2015), Universitas sebagai pusat kegiatan pendidikan merupakan salah
satu jenis tata guna lahan yang mempunyai intensitas cukup tinggi dalam
menarik pergerakan. Besarnya jumlah tarikan pergerakan yang menuju ke
kampus sangat tergantung pada berbagai variabel yang mempengaruhinya.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model tarikan
pergerakan dengan mobil dan sepeda motor ke kampus Universitas Teuku
Umar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
regresi linear berganda dengan menggunakan program Statistic Program for
Special Science (SPSS). Pengambilan data pada penelitian ini dengan cara
melakukan survei pencatatan jumlah kendaraan yang memasuki kampus dari
hari Senin sampai dengan hari Jumat dengan penggolongan moda mobil dan
sepeda motor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling
mempengaruhi tarikan pergerakan dengan mobil adalah jumlah program studi
dan jumlah dosen sedangkan faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan
dengan sepeda motor adalah jumlah mahasiswa dan luas lantai bangunan. Dari
hasil analisis statistik model model tarikan pergerakan dengan mobil yang
diperoleh adalah Y1 = 3,541 + 1,307 X1 + 0,088 X3 dengan jumlah
pergerakan dengan mobil (Y1), jumlah program studi (X1) dan jumlah dosen (X3)
dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0,985 sedangkan model tarikan pergerakan
dengan sepeda motor yang diperoleh adalah Y2 = 31,584 + 0,305 X2 +
0,104 X6 dengan jumlah pergerakan dengan sepeda motor (Y2), jumlah
mahasiswa (X2) dan luas lantai bangunan (X6) dengan nilai determinasi (R2)
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
8
sebesar 0,987, merupakan persamaan regresi yang paling sesuai untuk
digunakan sebagai model tarikan pergerakan dengan mobil dan sepeda
motor ke kampus Universitas Teuku Umar.
2.1.2 Transportasi
Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan
nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda
perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir
semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan
ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki dua fungsi
ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur
penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif
untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan pembangunan
nasional. Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi menyediakan jasa
transportasi yang efektif untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi, melayani
daerah terpencil, merangsang pertumbuhan daerah tertinggal dan terbelakang.
Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu system
dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara
satu variable dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan
transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut
atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana
di tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
9
Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, system
transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai
variabel dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain
secara terstruktur untuk tujuan tertentu.
Menurut Kamaludi, 1987 (dalam Romli, 2008), Transportasi adalah
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.
Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan dari satu
lokasi ke lokasi yang lain dengan mengggunakan suatu suatu alat tertentu. Dengan
demikian transportasi dapat diberi definisi sebagai suatu kegiatan untu
memindahkan sesuatu (orang atau barang) baik dengan atau tanpa sarana tertentu,
dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
2.1.3 Perjalanan
Menurut Tamin (2000), perjalanan adalah pergerakan satu arah orang atau
barang dari zona asal ke zona tujuan, termasuk juga pergerakan orang atau pejalan
kaki.
Aktifitas perjalanan yang dilakukan masyarakat untuk keperluan
sosial,ekonomi, budaya, kesehatan maupun lainnya dilakukan setiap hari. Dan ada
kecenderungan peningkatan perjalanan dari waktu ke waktu seiring dengan
peningkatan pemenuhan kebutuhan di berbagai bidang yang terus bertambah.
Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal
tersebut terjadi karena lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
10
yang ada sesuai tata guna lahannya yang akhirnya menyebabkan perlu adanya
pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan.
2.2 Tarikan Pergerakan
Menurut Tamin (2000), Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna
lahan atau zona disebut tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan
fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu
lintas adalah lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari
perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan
barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah
menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah
tertentu dalam satu hari atau satu jam, untuk mendapatkan tarikan pergerakan
Menurut Tamin(2000), tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang
tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan
dapat berupa tarikan lalu lintas yang mencakup fungsi tata guna lahan yang
menghasilakn arus lalu lintas. Tarikan pergerakan menurut Welts (1975) dalam
Tamin (2000) terlihat secara diagram pada gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 : Tarikan Pergerakan
Tujuan dasar tahap tarikan pergerakan adalah menghasilkan model
hubungan yang mengaitkan tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang
Zona
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
11
menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona.
Zona asal dan zona tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end.
2.3 Klasifikasi Pergerakan
Menurut Tamin (2000), klasifikasi pergerakan dikelompokkan
berdasarkan tujuan pergerakan, waktu terjadinya pergerakan dan jenis atau tipe
orang yang melakukan pergerakan
a. Berdasarkan Tujuan Pergerakan
Suatu model bangkitan perjalanan akan menjadi lebih baik bila ada
pemisahan tujuan perjalanan. Pergerakan yang berasal dari rumah dikategorikan
sebagai berikut :
1) Pergerakan untuk bekerja
2) Pergerakan untuk sekolah atau kuliah (pergerakan pendidikan)
3) Pergerakan untuk belanja
4) Pergerakan untuk rekreasi atau kegiatan sosial
b. Berdasarkan Waktu
Berdasarkan waktu pergerakan, pergerakan dibedakan menjadi pergerakan
pada jam sibuk dan pergerakan pada jam tidak sibuk.
c. Berdasarkan Jenis / Tipe orang
Hal ini merupakan jenis pengelompokkan yang penting karena perilaku
pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi. Atribut
tersebut adalah :
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
12
1) Tingkat pendapatan
2) Pemilikan kendaraan
3) Ukuran dan struktur rumah tangga
2.4 Perencanaan Transportasi
Menurut Tamin (2000), model perencanaan empat tahap merupakan
gabungan beberapa sub model yaitu aksesibilitas, bangkitan dan tarikan
pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda, dan pemilihan rute.
Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan harus
tanggap terhadap perubahan tata guna lahan keadaan ekonomi dan pola arus lalu
lintas. Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah
mubazir karena pada dasarnya perencanaan transportasi adalah usaha
mengantisipasi kebutuhan akan pergerakan yang terjadi di masa mendatang
(Tamin,2000). Karakteristik dasar perencanaan transportasi meliputi beberapa hal
diantaranya yaitu :
1) Multi moda : melibatkan banyak moda transportasi seperti di Indonesia
karena keadaan geografisnya.
2) Multi disiplin : melibatkan banyak disiplin keilmuan karena aspek
kajiannya sangat beragam.
3) Multi sektoral : banyak lembaga yang terkait/terlibat dalam kajian sistem
transportasi.
4) Multi problem : permasalahan yang dihadapi mempunyai dimensi cukup
beragam, dari aspek rekayasa, sosial, ekonomi, operasional, pengguna jasa.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
13
2.5 Pemodelan
Menurut Tamin (2000), model dapat didefinisikan sebagai bentuk
penyederhanaan dari suatu realita.
2.5.1 Jenis-jenis Model
Terdapat jenis model yang sering digunakan sebagai media atau
penggambaran dari suatu realita, model tersebut yaitu :
1) Model Fisik
Model ini sering dgunakan pada bidang arsitektur, tekni sipil dan lain- lain.
Sebagai ilustrasi, model maket (bagian dari model fisik) sering digunakan
dalam ilmu arsitektur untuk mempelajari pembangunan suatu kota dengan
menggunakan model skala yang lebih kecil.
2) Model Peta dan Diagram (grafis)
Model grafis ini mengguanakan media informasi dan angka sebagai media
untuk menyederhanakan suatu realita, misalnya peta wilayah dan peta
kontur.
3) Model Matematis
Model ini merupakan persamaan sistematis yang menerangkan beberapa
aspek fisik, sosio-ekonomi dan model transportasi. Model ini menggunakan
persamaan atau fungsi matematika sebagai media usaha mencerminkan
realita.
2.5.2 Pemodelan Transportasi
Menuru Tamin (2000), Beberapa model utama yang sering digunakan
dalam pemodelan transportasi, yaitu model grafis dan model matematis. Model
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
14
grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena kita perlu
mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang
beroprasi secara spesial (ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau
fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita.
Menurut Morlock (1988), Perkiraan jumlah perjalanan yang tertarik
menuju suatu zona tujuan atau dengan kata lain perjalanan yang datang ke suatu
lokasi tata guna lahan adalah sangat penting mengingat perkiraan jumlah tarikan
perjalanan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan sistem
transportasi di masa yang akan datang. Perkiraan jumlah jumlah perjalanan ini
dapat dibuat suatu model dan pada umunya model ini memperkirakan jumlah total
perjalanan yang tertaik sesuai dengan maksud dan tujuan berdasarkan
karakteristik tata guna lahan dan sosial ekonomi dari setiap tempat (zona) yang
menjadi tarikan lalu- lintas.
Menurut Tamin (2000), Pemodelan perencanaan transportasi selalu
dilandasi oleh empat tahapan yang berkesinambungan yang sering disebut dengan
Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap, empat tahap tersebut adalah:
(Tamin, 2000)
a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation)
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan
jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.
b. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution)
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
15
Sebaran pergerakan merupakan tahapan pemodelan transportasi yang
menggabungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi dan
lalu lintas.
c. Model Pemilihan Moda (Mode Split)
Keputusan dalam pemilihan moda berkaitan dengan jenis transportasi yang
digunakan. Jika terdapat lebih dari satu moda, biasanya dipilih yang
mempunyai rute terpendek, tercepat, termurah ataupun kombinasi dari
ketiganya.
d. Model Pemilihan Rute (Trip Assigment)
Model pemilihan rute bertujuan untuk memprediksi pemilihan rute yang
akan digunakan sehingga dapat menentukan rute yang terbaik.
Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Menurut Tamin (2000), bangkitan pergerakan adalah tahapan awal dari
pemodelan transportasi yamng memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu
tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan
yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan dan tarikan lalu lintas
mencakup :
1. Lalu lintas yang meninggalkan lokasi
2. Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
16
Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan
Sumber: Tamin, 2000
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan pergerakan lalu
lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu,
misalnya kendaraan per jam. Tujuan dasar dari bangkitan bergerakan adalah
menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan
dengan jumlah pergerakan yang menuju atau meninggalkan suatu zona. Tahapan
ini juga bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat bangkitan dan
tarikan pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi antara ciri pergerakan
dengan lingkungan tata guna lahan (Tamin, 2003).
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tarikan Pergerakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan, antara lain (Tamin,
2000 dalam ismadarni, 2010):
Pergerakan yang Pergerakan yang
berasal dari zona i menuju ke zona d
i d
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
17
a. Pendapatan
Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin besar pula
kemampuan untuk memenuhi kebetuhannya. Sehingga memungkinkan
tingginya pergerakan tarikan dari satu zona (zona asal) ke zona tujuan.
b. Kepemilikan Kendaraan
Tingkat kepemilikan kendaraan sangat berpengaruh besar terhadap
tingkat pergerakan. Semakin jumlah banyak jumlah kendaraan yang
dimiliki oleh suatu keluarga, menyebabkan semakin besar pula tingkat
pergerakan. Dalam satu rumah tangga biasanya terdapat empat tingkat
dalam kepemilikan kendaraan: 0,1,2 atau lebih dari dua (>2) kendaraan
c. Struktur dan ukuran rumah tangga
Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin tinggi tingkat
pererakan yang terjadi karena setiap individu akan berusaha memenuhi
kebutuhannya masin-masing.
d. Nilai lahan
Tata guna lahan yang memiliki aksebilitas yang baik serta didukung
oleh adanya ketersedian moda angkutan sebagai sarana transportasi yang
tentunya akan mempercepat pergerakan, serta memiliki nilai lahan yang
lebih tinggi. Selain itu perbedaan luas tata guna lahan juga mempengaruhi
nilai lahan itu sendiri. Semakin luas tata guna lahan, maka akan semakin
besar pula nilai lahan yang dimiliki.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
18
e. Kepadatan daerah pemukiman
Kepadatan suatu daerah pemukiman menandakan semakin tinggi
tingkat penggunaan lahan tentunya akan menghasilkan tingginya
pergerakan yang terjadi. Karena semakin banyak pelaku pergerakan
melakukan aktivitasnya maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup.
f. Aksebilitas
Aksebilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai suatu
tujuan lokasi, yang menjadi ukuran adalah jarak waktu tempuh,
kelengkapan dan kualitas dari asilitas yang tersedia. Aksebilitas awalnya
dinyatakan salam jarak. Seiring dengan banyaknya kajian tentang sistem
jaringan transportasi, jarak tidak lagi digunakan sebagai tolak ukur.
Melainkan waktu tempuh, hal ini dikarenakan dengan merekayasa sistem
jaringan transportasi, jarak tempuh dapat diperingkas sehingga waktu
tempuhnya menjadi pendek.
2.7 Analisi Regresi
Menurut Tamin (2000), salah satu cara untuk menghasilkan model tarikan
perjalan adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi. Teknik analisis
regresi adalah suatu teknik berdasar metode statistik, yang dapat digunakan untuk
menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik untuk melihat bagaimana dua
variabel (Simpel Regresi) atau lebih (Multipel Regresi) saling terkait.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
19
2.7.1 Model analisis regresi-linear
Menurut Anjarwati (2005), Model analisis regresi dalam pemodelan
bangkitan tarikan pergerakan (trip generation) dilakukan untuk mendapatkan
hungungan linear antara besarnya bangkitan dan tarikan dengan atribut sosio
ekonomi dan karakteristik tata guna lahan pada suatu wilayah.
Analisis regresi- linear adala metode statistika yang dapat digunakan untuk
mempelajari hubungan antara sifat permasalahn yang sedang diselidiki. Model
analisis regresi- linear dapat memodelkan hubungan antara dua atau lebih. Pada
model ini terdapat variabel tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan fungsional
dengan satu atau lebih variabel bebas (x).
2.7.2 Model analisis Regresi-linear dengan Variabel Tunggal
Persamaan regresi ini hanya memiliki satu peubah bebas. Bentuk
sederhana dari regresi peubah tunggal dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
Y = a + bX......................................................................(2.1)
Dimana:
Y = peubah tidak bebas
X = peubah bebas
a = konstan regresi
b = koefisien regresi
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
20
2.7.3 Model Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini merupakan pengembangan lanjut dari analisis regresi linear,
khususnya pada kasus yang mempunyai banyak peubah bebas. Bentuk umum
analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut: (Tamin, 2003)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .....+ bnXn...................(2.2)
Dimana :
Y = peubah tidak bebas
X1..Xn = peubah bebas
a = konstan regresi
B1..Bn = koefisien regresi
1) Peubah Tarikan Pergerakan
Menurut Tamin (2000), faktor yang sering digunakan untuk peubah
tarikan pergerakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial,
pertokoan dan pelayanan lainnya.
Data yang digunakan untuk model bangkitan dan tarikan pergerakan harus
dikumpulkan dari kawasan yang sesuai dengan kawasan tinjauan. Agar dapat
mewakili seluruh kawasan tinjauan, dipilih lokasi berdasarkan patokan
karakteristik.
Agar diperoleh model yang optimum, perlu dipilih peubah bebas (dari
karakteristiknya) yang paling signifikan atau paling tinggi tingkat korelasi
statistiknya dengan bangkitan dan tarikan pergerakan.
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
21
2) Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antar peubah
tidak bebas dengan peubah bebas atau sesama peubahs bebas. (Tamin,
2000)Menurut Arikunto (1993), salah satu cara untuk menhitung korelasi ini
adalah dengan persamaan Product Moment Pearson, persamaan tersebut adalah
sebagai berikut:
𝑟𝑟 = 𝑁𝑁∑(𝑋𝑋𝑋𝑋)−∑(𝑋𝑋)∑(𝑋𝑋)
�[∑(𝑋𝑋2−(∑(𝑋𝑋))2 ][𝑁𝑁∑(𝑋𝑋2 )−(∑(𝑋𝑋)2 ]...................(2.3)
dimana:
r = Koefisien Korelasi
N = Banyaknya Subjek
X = nilai peubah X
Y = nilai peubah Y
Persamaan diatas merupakan persamaan uji korelasi yang mempunyai nilai
r (-[1≤r≤+1). Nilai r yang mendekati -1 mempunyai arti bahwa kedua variabel
tersebut saling berkorelasi negatif (peningkatan nilai salah satu variabel akan
menyebabkan penurunan nilai variabel lainnya). Sebaliknya, jika nilai r yang
mendekati +1 mempunyai arti bahwa kedua peubah tersebut saling berkorelasi
positif (peningkatan nilai salah satu variabel akan menyebabkan peningkatan
nilai peubah lainnya). Jika r mendekati 0, tidak terdapat korelasi antara kedua
peubah tersebut.
3) Korelasi Ganda
Korelasi ganda (R multiple) berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh
atau hubungan antara dua peubah bebas (X) atau lebih secara simultan atau
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016
22
bersamaan dengan peubah tidak bebas (Y). Nilai korelasi ganda dapat dicari
dengan rumus: (Riduan, 2008)
𝑅𝑅𝑥𝑥1.𝑥𝑥2.𝑦𝑦 = �𝑏𝑏1 ∙∑𝑋𝑋1𝑋𝑋+𝑏𝑏2 .∑𝑋𝑋2𝑋𝑋∑ 𝑋𝑋2 .....................(2.4)
Dimana: R = Koefisie Korelasi Ganda (R multiple) b1,b2 = Koefisien regresi X1X2 = nilai peubah X Y = nilai peubah Y
4) Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan secara dependen mampu menjelaskan variasi perubahan peubah
tidak bebas. Nilai R2 berada pada interval (0≤R2≤1). Logikanya adalah,
semakin baik estimasi model dalam menggambarkan data, semakin dekat nilai
R2 ke nilai 1. Nilai R2 diperoleh dengan rumus:
𝑅𝑅�2 = �1− �1−𝑅𝑅2�.(𝑁𝑁−1)(𝑁𝑁−𝐾𝐾)
�.........................(2.5)
Dimana: 𝑅𝑅� 2 = Koefisien determinasi R = nilai korelasi N = jumlah sampel K = jumlah peubah bebas
Model Tarikan Pergerakan..., Arif Agung Pradana, Fakultas Teknik UMP, 2016