bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep lansia bab ii.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang...

27
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Menjadi tua merupakan suatu proses yang alamiah, dimana hal tersebut berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu tahap anak-anak, dewasa, dan tua. Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008). Pudjiastuti (2003) dalam Efendi & Makhfudli (2009) menyatakan bahwa lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang telah memasuki tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres fisiologis dan lingkungan. 2.1.1 Klasifikasi Lansia Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. World Health Organization (WHO) membagi usia lanjut menjadi

Upload: trannguyet

Post on 31-Jan-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menjadi tua merupakan suatu proses yang alamiah, dimana hal tersebut

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu tahap anak-anak,

dewasa, dan tua. Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara biologis

maupun psikologis (Nugroho, 2008). Pudjiastuti (2003) dalam Efendi &

Makhfudli (2009) menyatakan bahwa lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang telah memasuki

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres fisiologis dan lingkungan.

2.1.1 Klasifikasi Lansia

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2

menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)

tahun ke atas. World Health Organization (WHO) membagi usia lanjut menjadi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

11

empat kriteria meliputi, usia pertengahan (middle age) ialah usia 45-59 tahun,

lansia (elderly) ialah usia 60-74 tahun, lansia tua (old) ialah usia 75-90 tahun, usia

sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Efendi & Makhfudli, 2009).

2.1.2 Perubahan Akibat Proses Menua

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Ismail &

Santoso, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik,

perubahan mental dan psikologis, perubahan sosial, dan spiritual.

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2008), yaitu:

1) Sistem Persarafan

Perubahan pada sistem saraf yaitu terjadi penurunan berat otak sebesar 10-

20%, penurunan hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk

bereaksi khususnya stres, mengecilnya saraf panca indra, dan penurunan

sensitifitas terhadap sentuhan.

2) Sistem Pendengaran

Dapat terjadi gangguan dalam pendengaran (presbiakusis), sulit mengerti

kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat

meningkatnya keratin, dan penurunan pendengaran pada lansia akibat ketegangan

jiwa/stres.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

12

3) Sistem Penglihatan

Mulai terjadi kekeruhan pada lensa dan menyebabkan katarak, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam gelap, hilangnya daya

akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta menurunnya daya membedakan

warna biru atau hijau.

4) Sistem Integumen

Kulit mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak, elastisitas

berkurang akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi lebih

keras dan rapuh, serta penurunan jumlah dan fungsi dari kelenjar keringat.

5) Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan semakin rapuh, bungkuk (kifosis),

pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan

menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta serabut otot

mengalami atrofi.

6) Sistem Gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah

terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, rasa lapar menurun, asam lambung

menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, melemahnya daya

absorbsi dan lansia mudah mengalami gizi yang buruk.

7) Sistem Pernapasan

Otot-otot pernafasan mengalami penurunan kekuatan dan menjadi kaku,

penurunan aktivitas dari silia, elastisitas paru-paru menurun, kapasitas pernafasan

maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, kemampuan kekuatan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

13

otot pernafasan menurun, menarik nafas menjadi lebih berat, kemampuan untuk

batuk berkurang.

8) Sistem Reproduksi

Terjadi penciutan pada ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta

atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi

spermatozoa meskipun secara berangsur-angsur akan menurun.

9) Sistem Perkemihan

Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, filtrasi

di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun, otot-otot vesika urinaria

menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan

retensi urin pada pria.

10) Sistem Endokrin

Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas

tiroid, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, BMR, menurunnya daya pertukaran zat,

penurunan produksi aldosteron, progesterone, estrogen, dan testosterone.

11) Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa

darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, kurangnya efektivitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

b. Perubahan Mental dan Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

14

lingkungan, tingkat kecerdasan (intelligence quotient-I.Q), dan kenangan

(memory) (Efendi & Makhfudli, 2009). Perubahan psikologis pada lansia meliputi

perubahan fungsi kognitif, afektif, psikomotor dan kepribadian. Perubahan fungsi

kognitif yaitu perubahan pada kemampuan belajar, kemampuan pemahaman,

kinerja, pemecahan masalah, daya ingat, motivasi, pengambilan keputusan, dan

kebijaksanaan. Sementara itu, perubahan fungsi afektif (emosi atau perasaan)

akan nampak jelas pada lansia yang sangat tua (diatas 90 tahun), penurunan

tersebut sering diikuti oleh tingkah laku regresi dan penurunan fungsi mental yang

semakin buruk dan sering tidak tertolong dengan upaya terapi. Perubahan pada

psikomotor dimana lansia umumnya masih memiliki dorongan dan kemauan

untuk melakukan kegiatan atau memenuhi activity daily living, akan tetapi

kadang-kadang realisasinya tidak dapat dilaksanakan, karena kesiapan/

kemampuan organ dan fungsi tubuh yang berkurang (Kuntjoro, 2002).

c. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang dapat dialami lansia yaitu perubahan status dan

perannya dalam kelompok atau masyarakat, kehilangan pasangan hidup, serta

kehilangan sistem dukungan dari keluarga, teman dan tetangga (Ebersole, 2005

dalam Syarniah, 2010). Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat

berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya

maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya

badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur

dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. (Kuntjoro, 2007

dalam Kartinah & Sudaryanto, 2008).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

15

d. Perubahan Spiritual

Perubahan spiritual yang terjadi pada lansia (Potter & Perry, 2005), yaitu:

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan.

2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam

berpikir dan bertindak sehari-hari.

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

perkembangan yang diapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak

dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

2.1.3 Tugas Perkembangan Lansia

Tugas perkembangan pada lansia adalah beradaptasi terhadap penurunan

kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan

pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai

individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan, menetapkan

kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara

mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2005). Erickson dalam Maryam,

Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara (2008) menyatakan kesiapan lansia untuk

beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut

dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila

seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-

hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-

orang disekitarnya, maka pada saat memasuki usia lanjut ia akan tetap melakukan

kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti

olahraga, mengembangkan hobi, bercocok tanam, dan lain-lain.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

16

2.2 Stres Pada Lansia

2.2.1 Pengertian Stres

Beberapa ahli memberikan arti stres sebagai respon fisiologik, psikologik,

dan perilaku seorang individu dalam menghadapi penyesuaian terhadap tekanan

yang bersifat internal ataupun eksternal. Stres dapat diartikan sebagai suatu

ancaman, tantangan, kehidupan sehari-hari yang selalu berubah, memerlukan

penyesuaian psikologis, perilaku, dan fisiologis yang konstans (Corwin, 2009).

Sedangkan menurut Hans Selye, seorang fisiologi dan tokoh di bidang stres yang

terkemuka dari Universitas Montreal, merumuskan bahwa stres adalah tanggapan

tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan terhadapnya. Tubuh

akan berusaha menyelaraskan rangsangan atau manusia akan cukup cepat untuk

pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres (Yosep & Sutini, 2009).

Stres secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa

sehari-hari stres dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu

untuk melakukan penyesuaian (Nasution, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa stres

adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang sebagai tanggapan tubuh yang bersifat

non-spesifik terhadap setiap tuntutan/tekanan baik yang bersifat internal maupun

eksternal dan menghasilkan respon fisiologik, psikologik, serta perilaku individu

sebagai penyesuaian terhadap tekanan tersebut.

2.2.2 Penyebab Stres

Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor adalah suatu

peristiwa, situasi individu, atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

17

terhadap stres (Cahyono, 2008). Macam-macam stressor menurut Indriana (2010)

antara lain:

a. Stressor biologis seperti panas, dingin, nyeri, masuknya organism, trauma

fisik, kesulitan eliminasi, kekurangan makan, dan lain-lain.

b. Stressor psikologis seperti kritik yang tidak dapat dibenarkan, kehilangan,

ketakutan, krisis situasi, dan lain sebagainya.

c. Stressor sosial meliputi isolasi atau diasingkan, status sosial dan ekonomi,

perubahan tempat tinggal atau tempat kerja, bertambahnya anggota

keluarga, dan lain sebagainya.

2.2.3 Tanda dan Gejala Stres

Menurut Hawari (2006), seseorang yang mengalami stres dapat pula dilihat

ataupun dirasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya,

meliputi:

a. Rambut

Warna rambut mengalami perubahan dari hitam menjadi kecoklat-coklatan

serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula

dengan kerontokkan pada rambut.

b. Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas

karena kabur. Hal ini terjadi karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran

atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.

c. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

18

d. Daya pikir

Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang

menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau pusing.

e. Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang mengalami nampak tegang, dahi berkerut, mimik

wajah tampak serius, tidak santai, bicara berat, dan sukar untuk senyum/tertawa.

f. Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu,

pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga akan susah menelan, hal ini

disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme.

g. Kulit

Stres dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam pada kulit mulai

dari terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain yaitu kulit

menjadi lebih kering. Dapat pula muncul penyakit kulit seperti eksim, urtikaria

(biduran), gatal-gatal, dan timbulnya jerawat (acne) yang berlebihan, serta telapak

tangan dan kaki yang mudah berkeringat/basah.

h. Sistem pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu

misalnya nafas terasa berat dan sesak oleh karena penyempitan pada saluran

pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Otot rongga

dada mengalami spasme atau kurang elastis, sehingga diperlukan tenaga ekstra

untuk menarik nafas.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

19

i. Sistem pencernaan

Gangguan pada sistem pencernaan misalnya, lambung terasa kembung, mual

dan pedih karena asam lambung yang meningkat dan biasa dikenal dengan maag

(gastritis). Gangguan lainnya seperti perut sering terasa mulas, sukar buang air

besar atau sebaliknya yaitu mengalami diare.

j. Sistem perkemihan

Yang sering dikeluhkan saat sedang mengalami stres biasanya frekuensi

buang air kecil yang lebih sering dari biasanya, meskipun bukan penderita

kencing manis (diabetes mellitus).

k. Sistem otot dan tulang

Keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal) contohnya, sering

mengeluh otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang. Keluhan lain

seperti rasa ngilu atau kaku bila menggerakkan anggota tubuh atau yang lebih

dikenal dengan pegal-linu.

l. Sistem endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada orang yang mengalami

stres yaitu terjadi peningkatan kadar gula darah, dan bila hal ini terjadi

berkepanjangan dapat mengakibatkan kencing manis (diabetes mellitus).

Gangguan lain yaitu seperti menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit ketika

menstruasi (dysmenorrhoe).

m. Sistem reproduksi

Stres juga dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan libido atau

sebaliknya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

20

n. Sistem kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu fungsinya oleh karena

stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau

menyempit (constriction) sehingga orang dapat terlihat kemerahan ataupun

kepucatan pada area wajah. Menurut Iskandar (2010), stres akan mendorong

tubuh mengeluarkan hormon adrenalin dan noradrenalin yang merangsang sistem

saraf otonom, menyebabkan vasokonstriksi, penyempitan pembuluh darah arteri,

denyut jantung meningkat, kadar gula darah meningkat serta kadar kolesterol

tinggi. Jika situasi ini terjadi terus-menerus maka orang yang bersangkutan dapat

mengalami kenaikan tekanan darah dan dapat mengidap tekanan darah tinggi

(hipertensi).

o. Kondisi psikologis

Hardjana (1994, dalam Puspasari, 2009) menyatakan bahwa stres juga

berdampak pada kondisi emosional. Seseorang yang sedang stres akan mudah

merasa gelisah atau cemas, sedih, depresi, menangis, mood atau suasana hati yang

sering berubah-ubah, mudah panas atau cepat marah, rasa harga diri menurun atau

merasa tidak aman, terlalu peka dan mudah tersinggung, gampang menyerah pada

orang dan mempunyai sikap bermusuhan.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Stres

Stres dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal (Hardjana, 1994, Suparto, 2000 dalam Puspasari, 2009).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

21

a. Faktor internal

Faktor internal berarti stres yang bersumber dari diri seseorang. Beberapa

faktor tersebut meliputi:

1) Penyakit (illness) dan kesehatan

Menderita penyakit dapat mengakibatkan perubahan fungsi fisiologis pada

orang yang menderitanya. Perubahan fungsi tersebut dapat mempengaruhi

kehidupan seseorang dimana hal itu dapat menyebabkan stres pada kaum lansia

yang mengalaminya.

2) Pertentangan (konflik)

Kehidupan sering dihadapkan oleh berbagai pilihan, dimana dalam proses

memilih tersebut dapat terjadi pertentangan (konflik) karena ada dua kekuatan

motivasi yang berbeda bahkan berlawanan. Berhadapan dengan dorongan

memilih yang berbeda dan berlawanan itulah seseorang akan mudah mengalami

stres.

3) Kepribadian

Semakin luas dan semakin tinggi harapan seseorang tentang hidup dan

optimis maka semakin jauh dari stres.

4) Falsafah hidup

Semakin berserah diri kepada Tuhan maka semakin terbebaskan rasa stres

seseorang.

5) Persepsi (penangkapan)

Semakin santai dalam mempersepsikan suatu kejadian maka seseorang

tidak akan mudah mengalami stres akibat kejadian tersebut.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

22

6) Posisi sosial

Semakin berperan dan menyatu seseorang dengan lingkungan sosialnya,

semakin sukar stres timbul dalam diri seseorang tersebut.

7) Pengalaman

Semakin sering seseorang mendapatkan stressor maka semakin sering

kemungkinannya terserang stres akibat stressor tersebut.

8) Usia

Semakin bertambah umur seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal

ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami

kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir,

mengingat dan mendengar (Gibson; Rachmaningrum, 1999 dalam Nasution,

2011).

9) Jenis kelamin

American Psychological Association (2010) menyatakan laki-laki dan

perempuan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres baik dari fisik maupun

mental. Laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan dan cara yang berbeda

dalam mengelola stres. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin

untuk mengungkapkan terjadinya gejala fisik terkait stres, dan memiliki hubungan

yang lebih baik dengan orang lain sebagai salah satu strategi manajemen stres.

b. Faktor eksternal

1) Keluarga

Stres dalam keluarga dapat disebabkan karena adanya konflik dalam

keluarga seperti perilaku yang kurang terkendali, terjadinya peristiwa-peristiwa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

23

yang berkaitan dengan anggota keluarga seperti sakit, terutama sakit yang serius

dan berkepanjangan, dan juga kematian anggota keluarga.

2) Lingkungan

Lingkungan yang dapat menyebabkan stres dapat meliputi lingkungan kerja

dan lingkungan hidup disekitar. Lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres

karena beberapa alasan seperti tuntutan kerja dan tanggung jawab yang terlalu

besar dan berat. Sementara lingkungan sekitar yang dapat menjadi sumber stres

seperti lingkungan yang penuh dengan suara bising dan keras diluar pengendalian

diri, lingkungan sekitar yang tercemar dapat membuat seseorang merasa tidak

aman dan mudah mengalami stres.

2.2.5 Stres Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut, terjadi berbagai

perubahan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Jadi, memasuki usia

lanjut tidak lain adalah upaya penyesuaian terhadap perubahan-perubahan

tersebut. Sebagai proses alamiah, perkembangan manusia sejak periode awal

hingga masa usia lanjut merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari.

Perubahan-perubahan menyertai proses perkembangan termasuk ketika memasuki

masa usia lanjut. Ketidaksiapan dan upaya melawan perubahan-perubahan yang

dialami pada masa usia lanjut justru akan menempatkan individu usia ini pada

posisi serba kalah yang akhirnya hanya menjadi sumber akumulasi stres dan

frustasi belaka (Indriana, 2008).

Stres yang dihadapi oleh lansia berasal dari berbagai situasi yang berbeda

dari yang dihadapi oleh orang dewasa. Berbagai situasi yang dapat menyebabkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

24

stres pada lansia, yaitu lansia harus merawat pasangan yang sakit, kehilangan

pasangan, kematian kerabat dan teman-teman dekat lainnya, penurunan kekuatan

fisik dan kesadaran bahwa lansia sudah tidak sehat dan sekuat sebelumnya,

kekhawatiran mengenai keuangan setelah pensiun, serta kesepian. Stres lebih

lanjut ditambah oleh fakta bahwa kemampuan lansia untuk menghadapi situasi

stres melemah dari waktu ke waktu. Terlepas dari semua masalah yang dihadapi

lansia, beberapa sistem tubuh lansia yang bereaksi dan membantu dalam

manajemen stres tidak lagi efisien (Lau, 2004 dalam Devi, 2012).

2.2.6 Penanganan Stres

Strategi menghadapi stres yaitu dengan mempersiapkan diri dalam

menghadapi stressor melalui perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan sosial.

Selain itu, menurut Ray (2004 dalam Perese, 2012) untuk menghadapi stressor

diperlukan strategi koping, yaitu cara yang digunakan orang untuk memodifikasi

situasi mereka dan mengurangi stres dan perasaan tertekan.

Penanganan dan pengelolaan stres merupakan suatu usaha untuk

mengurangi atau meniadakan dampak negatif stressor (Isnaeni, 2010). Mengelola

stres dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu dengan terapi

farmakologis, dan nonfarmakologis seperti relaksasi, pendekatan perilaku dan

kognitif (Yulianti, 2004 dalam Isnaeni, 2010).

a. Pendekatan farmakologi yaitu menggunakan obat-obatan anti cemas

(axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).

b. Relaksasi yaitu upaya untuk melepas ketegangan yaitu relaksasi otot,

relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, serta meditasi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

25

c. Pendekatan perilaku yaitu mengubah perilaku yang menimbulkan stres,

adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan

nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.

d. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan

sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres,

menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.

Terapi dengan pendekatan kognitif-perilaku lainnya yaitu terapi

reminiscence.

2.2.7 Instrumen Pengukuran Stres

Instrumen untuk mengukur tingkat stres dalam penelitian ini adalah Stress

Assessment Questionnaire (SAQ) yang mengukur empat domain stres utama

yaitu sumber, gejala, penanganan, dan stabilitas, dengan 16 aspek atau elemen

yang mendefinisikan keempat domain tersebut. Instrumen ini dirancang untuk

memberikan bimbingan konseling dan pengembangan diri tentang stres.

Instrumen ini berupa pengkajian yang terdiri dari 16 aspek, yaitu aspek kerja,

hubungan, pola asuh, kejadian, emosional, perilaku, fisik, dukungan, sosial,

pengaturan diri sendiri, pemecahan masalah, selingan, kesehatan, penundaan,

perfeksionis, harga diri, depresi, dan kecemasan. Pengkajian pada instrumen juga

terdapat tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami

stres sehingga instrumen ini cukup lengkap dan mendetail (Smith, 2003 dalam

Putri, 2012).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

26

2.3 Terapi Reminiscence

2.3.1. Pengertian Terapi Reminiscence

Terapi Reminiscence ditemukan oleh Erik Erikson (1963), yang

menekankan pentingnya bagi individu yang sudah memasuki usia tua untuk

mencapai rasa intergritas diri dengan melihat kembali kehidupan mereka dan

mengumpulkan perasaan, tujuan serta makna hidup. Nursing Interventions

Classification (NIC) mendefinisikan terapi Reminiscence sebagai intervensi yang

dilakukan dengan mengingat peristiwa masa lalu, perasaan, dan pikiran untuk

memfasilitasi kesenangan, kualitas hidup, dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.

Fontaine dan Fletcher (2003, dalam Banon, 2011) menambahkan terapi ini dapat

menjadi intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah psikososial. Terapi

Reminiscence diterapkan pada lansia melalui proses motivasi dan diskusi tentang

pengalaman masa lalu yang dialami dan upaya penyelesaian masalah yang

dilakukan pada saat itu (Glod, 1998; Meiner dan Lueckenotte, 2006 dalam Banon,

2011).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi

Reminiscence merupakan suatu terapi yang dapat diberikan pada lansia sebagai

upaya untuk mengatasi masalah psikososial dengan cara memotivasi dan

memberikan perhatian terhadap kenangan atau pengalaman masa lalu dan upaya

penyelesaian masalah yang dilakukan pada saat itu serta dapat disharingkan

kepada keluarga, kelompok, ataupun staf keperawatan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

27

2.3.2. Manfaat Terapi Reminiscence

National Guideline Clearinghouse (2008, dalam Stinson, 2009)

menyatakan terapi Reminiscence dapat memfasilitasi penyesuaian lansia terhadap

proses penuaan dengan membantu lansia memikirkan kembali dan memperjelas

pengalaman-pengalaman sebelumnya, dan studi penelitian telah menunjukkan

adanya peningkatan kesejahteraan psikologis setelah mendapat intervensi

Reminiscence. Menurut Banon (2011), melalui proses mengenang, lansia dapat

mempromosikan diri, melestarikan kenangan pribadi maupun kenangan bersama,

mengatasi kekurangan materi dan keterbatasan fisik, mengidentifikasi tema

universal tentang kehidupan manusia, dan memperkuat mekanisme pertahanan

diri. Fontaine dan Fletcher (2003, dalam Syarniah, 2010) menambahkan bahwa

terapi Reminiscence bertujuan untuk meningkatkan harga diri dan membantu

individu mencapai kesadaran diri dan memahami diri, beradaptasi terhadap stres

dan melihat bagian dirinya dalam konteks sejarah dan budaya. Menurut

Bohlmeijer (2007 dalam Utami, 2013), terapi Reminiscence dapat menjadi

treatment psikologis yang menarik bagi para lansia karena membuat mereka

mempunyai ikatan masa lalu baik yang bersifat umum maupun yang khusus.

Reminiscence juga dapat berfokus pada mengevaluasi kembali, memecahkan

konflik pada masa lalu, menemukan arti kehidupan dan memperkirakan koping

adaptif yang bisa dilakukan sebelumnya.

Terapi Reminiscence tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengalaman

yang menyenangkan untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga dapat

meningkatkan sosialisasi dan hubungan dengan orang lain, memberikan stimulasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

28

kognitif, meningkatkan komunikasi dan dapat menjadi suatu terapi yang efektif

untuk gejala depresi (Bohlmeijer, 2003; Haight & Burnside, 1993; Ebersole, 2005

dalam Syarniah, 2010).

Bohlmeijer (2007, dalam Utami, 2013), menambahkan bahwa terapi

reminiscence memiliki enam fungsi, yaitu integrative (menemukan arti dan

keberlanjutan kehidupan); instrumental (menggunakan pemecahan masalah masa

lalu untuk pemecahan masalah di masa kini); transmissive (menceritakan cerita

yang merupakan petunjuk-petunjuk kehidupan kepada anak muda); escapist

(mengingat keindahan masa lalu untuk melupakan sejenak hal-hal yang tidak

menyenangkan di masa sekarang); obsessive (memikirkan ulang permasalahan-

permasalahan tak terpecahkan pada masa lalu); dan narrative (mempertahankan

ingatan-ingatan mengenal orang-orang penting dalam kehidupan pribadi).

2.3.3. Tipe Terapi Terapi Reminiscence

Menurut Kennard (2006, dalam Syarniah, 2010), terapi Reminiscence dapat

dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu:

a. Simple atau Positive Reminiscence

Tipe ini merefleksikan informasi dari pengalaman dan perasaan yang

menyenangkan di masa lalu. Cara menggali pengalaman tersebut dengan

menggunakan pertanyaan langsung yang tampak seperti interaksi sosial antara

klien dan terapis yang bertujuan untuk meningkatkan adaptasi dan memelihara

harga diri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

29

b. Evaluative Reminiscence

Tipe ini biasanya digunakan sebagai pendekatan dalam menyelesaikan

masalah, seperti pada terapi life review.

c. Offensive Defensive Reminiscence

Tipe ini dapat menggali informasi yang tidak menyenangkan dan dapat

menyebabkan atau menghasilkan perilaku dan emosi, serta menimbulkan resolusi

terhadap informasi yang penuh konflik dan tidak menyenangkan.

2.3.4. Media dalam Terapi Reminiscence

Media yang digunakan dalam terapi Reminiscence yaitu benda-benda yang

berhubungan dengan kenangan/ masa lalu lansia. Menurut Collins (2006), media

yang dapat digunakan yaitu Reminiscence kit yang berisi barang-barang di masa

lalu seperti majalah, peralatan memasak, dan peralatan kebersihan, selain itu dapat

juga menggunakan foto-foto pribadi, alat untuk memutar musik atau video, video

dan kaset, buku, pulpen, stimulus bau seperti kopi, stimulus rasa, dan bahan-bahan

lain untuk menstimulasi sentuhan.

2.3.5. Pelaksanaan Terapi Reminiscence

Penelitian yang dilakukan Poorneselvan & Steefel (2014) terkait efek

Individual Reminiscence terhadap harga diri dan depresi pada lansia di India,

terapi Reminiscence dapat dilakukan secara individu yang dibagi menjadi 8 sesi

dan dilaksanakan selama 8 hari meliputi, 1 hari untuk pre-assessment, 6 hari

untuk terapi Reminiscence, dan hari terakhir dilakukan post-assessment. Terapi

Reminiscence dilakukan sekitar 45-90 menit pada setiap sesinya, baik tanpa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

30

pedoman maupun yang sudah terstruktur. Tiap sesi terapeutik dimulai dengan fase

pengantar selama 5-10 menit yang meliputi memberikan salam, membiarkan klien

memilih tempat yang nyaman untuk pelaksanaan terapi, menanyakan keadaan

umum klien, memberikan deskripsi singkat terkait sesi sebelumnya, dan

memperkenalkan tema baru. Pada fase kerja setiap sesi, klien akan mengingat dan

mengumpulkan kembali memori-memori yang berhubungan dengan tema setiap

sesinya kira-kira selama 10 menit. Selama mengumpulkan dan sharing memori

menggunakan teknik komunikasi terapeutik. Berbagai stimulus dapat digunakan

untuk mengembalikan memori yang sesuai dengan tema dari tiap sesi. Di akhir

fase (kira-kira selama 5 menit) meliputi menjawab pertanyaan jika klien bertanya,

mengemukakan kembali tema utama dan memori dari sesi tersebut, sharing

pengalaman antara klien dan fasilitator, rencana untuk sesi selanjutnya

(Poorneselvan & Steefel, 2014).

Terapi Reminiscence yang dikembangkan oleh Syarniah (2010) terdiri dari 5

sesi yaitu:

a. Sesi 1: berbagi pengalaman masa anak-anak. Pada sesi ini pengalaman masa

anak lebih difokuskan pada pengalaman yang berkaitan dengan permainan

yang paling disenangi dan pengalaman tentang guru yang paling disenangi

pada waktu sekolah dasar atau setingkat SD pada masa tersebut.

b. Sesi 2: berbagi pengalaman masa remaja. Dalam sesi ini topik yang

didiskusikan lebih ditujukan pada hobi yang dilakukan bersama teman-

teman sebaya dan pengalaman rekreasi bersama teman pada masa remaja

tersebut.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

31

c. Sesi 3: berbagi pengalaman masa dewasa. Focus pada sesi ini adalah

pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan dan makanan yang disukai.

d. Sesi 4: berbagi pengalaman keluarga di rumah. Pada sesi ini topik kegiatan

terapi menakup pengalaman merayakan hari raya agama bersama anggota

keluarga dan bergaul dengan tetangga.

e. Sesi 5: evaluasi integritas diri. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah

mengevaluasi pencapaian integritas diri lansia. Kegiatan ini meliputi berbagi

pengalaman yang di dapat setelah melakukan kegiatan sesi 1 sampai 4 untuk

mencapai peningkatan harga diri, penerimaan diri sebagai lansia dan

meningkatkan interaksi lansia dengan orang lain.

Prosedur pelaksanaan terapi Reminiscence pada penelitian ini merupakan

modifikasi dari terapi Reminiscence yang sudah dilakukan Poorneselvan & Steefel

(2014) dan Syarniah (2010). Tipe terapi yang digunakan yaitu simple atau positive

Reminiscence terkait pengalaman dan perasaan yang menyenangkan di masa lalu.

Terapi ini akan dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan yaitu satu kali

pertemuan untuk pre-test, lima pertemuan untuk pelaksanaan 5 sesi terapi

Reminiscence, dan pertemuan terakhir untuk post-test. Terapi Reminiscence

dilakukan sekitar 45-90 menit pada setiap sesinya.

Pelaksanaan terapi Reminiscence pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Pertemuan 1: melakukan perkenalan, menjelaskan tujuan dari intervensi

yang akan diberikan dan memberikan informed consent dan dilakukan pre-

test.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

32

b. Pertemuan 2 (Terapi Sesi 1): berbagi pengalaman masa anak-anak.

Mengungkapkan memori terkait asal atau keterkaitan hubungan dari

keluarga dengan menggunakan foto atau gambar keluarga, klien dapat

menggambar genogram dari keluarga asal, nama-nama anggota keluarga,

dan urutan kelahirannya. Dapat menceritakan pengalaman masa anak-anak

yang berkaitan dengan permainan yang paling disenangi, pengalaman yang

menyenangkan pada waktu sekolah dasar atau setingkat SD pada masa

tersebut, mendiskusikan foto atau gambar keluarga pada masa anak-anak,

dan kegiatan-kegiatan menyenangkan seperti acara perayaan, mengunjungi

tempat-tempat saat masih anak-anak.

c. Pertemuan 3 (Terapi Sesi 2): berbagi pengalaman masa remaja. Dalam sesi

ini topik yang didiskusikan terkait teman-teman baik atau teman sebaya,

olahraga, hobi, prestasi yang pernah diraih, dan pengalaman rekreasi

bersama teman pada masa remaja.

d. Pertemuan 4 (Terapi Sesi 3): berbagi pengalaman masa dewasa. Stimulus

dapat berupa perkerjaan pertama, peristiwa atau pengalaman-pengalaman,

hubungan yang terkait dengan pekerjaan, perubahan pekerjaan, dan pensiun.

Selain itu, dapat pula mendiskusikan foto atau gambar dan makanan yang

paling disukai pada masa itu.

e. Pertemuan 5 (Terapi Sesi 4): berbagi pengalaman keluarga di rumah dan

kegiatan sosial. Pada sesi ini topik kegiatan terapi menakup pengalaman

bersama keluarga, saat pertama bertemu dengan pasangan, menikah, hari-

hari yang menyenangkan dari kehidupan berkeluarga, merayakan hari raya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

33

agama bersama anggota keluarga, kegiatan yang sering dilakukan di

masyarakat, pertunjukkan atau hiburan yang sering ada di masyarakat, dan

transportasi serta media-media elektronik di jaman tersebut.

f. Pertemuan 6 (Terapi Sesi 5): evaluasi integritas diri. Pada sesi ini kegiatan

yang dilakukan adalah mengevaluasi pencapaian integritas diri lansia.

Kegiatan ini meliputi berbagi pengalaman yang di dapat setelah melakukan

kegiatan sesi 1 sampai 5 untuk mencapai peningkatan harga diri, penerimaan

diri sebagai lansia dan meningkatkan interaksi lansia dengan orang lain.

g. Pertemuan 7: dilakukan post-test dengan wawancara menggunakan

kuesioner.

Prosedur pelaksanaan terapi Reminiscence dalam penelitian ini lebih lanjut akan

dijelaskan pada Lampiran 5.

2.4 Hubungan Terapi Reminiscence dengan Stres Pada Lansia

Semua individu menghadapi stres setiap hari, dan sebagian besar

menghadapi stres yang signifikan selama masa hidup mereka (Perese, 2012). Stres

yang dihadapi oleh lansia dapat berasal dari berbagai situasi. Ketidaksiapan dalam

beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam proses penuaan dapat menjadi

sumber akumulasi dari stres (Indriana, 2008). Stres lebih lanjut ditambah oleh

fakta bahwa kemampuan lansia untuk menghadapi situasi stres melemah dari

waktu ke waktu. Terlepas dari semua masalah yang dihadapi lansia, beberapa

sistem tubuh lansia yang bereaksi dan membantu dalam manajemen stres tidak

lagi efisien (Lau, 2004 dalam Devi, 2012).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

34

Terapi Reminiscence dapat menjadi suatu mekanisme untuk mengatasi

perubahan. Dalam terapi ini individu berbagi kenangan dengan orang lain, dimana

hal ini dapat membantu individu dalam mencapai integritas diri dan harga diri.

Melalui proses ini lansia dapat mempromosikan diri, melestarikan kenangan

pribadi maupun kenangan bersama, mengatasi kekurangan materi dan

keterbatasan fisik, mengidentifikasi tema universal tentang kehidupan manusia,

dan memperkuat mekanisme pertahanan diri. Terapi Reminiscence yang diberikan

pada lansia dapat meningkatkan harga diri dan kepuasan hidup lansia,

meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap stres melalui kemampuan

penyelesaian masalah dan meningkatkan hubungan sosial berdasarkan keunikan

dan prestasi yang dimiliki lansia (Banon, 2011). Selain itu, menurut Muhlbauer,

Chrisler, Denmark (2014), terapi Reminiscence yang terstruktur merupakan

intervensi kognitif-perilaku yang efektif untuk mengurangi depresi pada orang

lansia. Depresi sendiri dapat terjadi salah satunya akibat paparan stres secara

jangka panjang (Astri, 2012).

Dasar teoritis untuk terapi reminiscence adalah teori kontinuitas yang

menyatakan bahwa individu yang mengalami perubahan dalam hidup mereka

mencoba untuk memahami perubahan dengan mengingat orang, kejadian, dan

pengalaman dari masa lalu mereka. Proses mengingat perubahan masa lalu atau

tantangan dan pengetahuan, keterampilan, dan strategi yang mereka gunakan

untuk mengatasi perubahan menghasilkan rasa kontinuitas dalam hidup mereka

dan kemampuan untuk menggunakan metode koping yang biasa digunakan untuk

beradaptasi dengan adanya perubahan (Parker, 1995; Atchley, 1989; dalam

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

35

Perese, 2012). Selama proses terapi reminiscence, individu didorong untuk

berbicara tentang kenangan yang menyenangkan dalam hidup mereka di masa

yang sebelumnya. Saat mereka mengingat pengalaman positif dari masa lalu,

seseorang yang telah memasuki usia tua dapat menggunakan pengetahuan umum,

keterampilan, dan strategi untuk beradaptasi dengan stressor penuaan. Selain itu,

ketika kenangan dibagi dengan orang lain, mereka akan memberikan bukti koping

yang sukses di masa lalu dan membangun identitas individu sebagai individu yang

kompeten (Parker, 1995; Perese, Rohloff, & Ryan, 2008; Watt & Cappeliez, 2000

dalam Perese, 2012).

Penelitian yang dilakukan Chou, Lan, dan Chao (2008) mengenai

Application of individual Reminiscence therapy to decrease anxiety in an elderly

woman with dementia. Hasil yang ditemukan setelah diberikan terapi

reminiscence, responden terlihat lebih menunjukkan ekspresi bahagia di

wajahnya, bersedia untuk mengekspresikan dirinya sendiri secara lebih lisan,

memiliki lebih banyak interaksi dengan orang lain, dan jarang menggunakan obat

untuk membantunya tidur. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbaikan

pada emosi negatif dan kecemasan.

Penelitian eksperimental yang dilakukan Fallot (1980 dalam Banon, 2011)

mengenai terapi Reminiscence sebagai metode terapeutik pada 30 wanita dari

berbagai usia. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan mood yang

positif setelah mendapat terapi Reminiscence. Cappliez, dkk (2007 dalam Banon,

2011) dalam penelitiannya tentang fungsi reminscence dan regulasi emosi pada

lansia meliputi pemecahan masalah, persiapan kematian, pengalaman kehidupan,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia BAB II.pdf · kata-kata, terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras akibat ... Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering

36

kegagalan masa lalu, kebosanan dan memelihara keakraban. Hasil penelitian

menunjukkan adanya perubahan emosi positif pada lansia yang berpengaruh

secara signifikan terhadap kecemasan, depresi dan kualitas hidup. Penelitian

tersebut menunjukan bahwa melalui terapi Reminiscence, lansia dapat lebih

mengekspresikan dirinya sendiri, lebih banyak berinterkasi dengan orang lain,

meningkatkan harga diri, dan meningkatkan mood positif untuk mengatasi kondisi

stres.