bab ii tinjauan pustaka 2.1 infeksi saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/bab ii.pdfmenimbulkan...

19
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Pengertian ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini di adaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI) . Istilah ISPA meliputi 3 unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : 1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract), 3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Upload: others

Post on 26-Apr-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.1.1 Pengertian

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini

di adaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Istilah ISPA meliputi 3 unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan

pengertian sebagai berikut : 1) Infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga

menimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari

hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan

bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan

organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk

dalam saluran pernafasan (respiratory tract), 3) Infeksi akut adalah infeksi yang

berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses

akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA

proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Dari beberapa pengertian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah

penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

9

termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

(Kemenkes RI, 2012).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari : 1) Bukan pneumonia adalah

kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala

peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding

dada bagian bawah ke arah dalam, contohnya adalah common cold, faringitis,

tonsilitis, dan otitis, 2) Pneumonia adalah didasarkan pada adanya batuk dan atau

kesukaran bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan usia. Batas frekuensi nafas

cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit dan

untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali per menit, 3) Pneumonia berat

adalah didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai sesak

nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada

anak berusia 2 bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 bulan, diagnosis

pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan

sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding

dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing) (Widoyono, 2011).

2.1.3 Epidemiologi

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek

pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per

tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek

sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui

bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

10

mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran

lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa (Widoyono, 2011).

Di negara berkembang, penyakit pneumonia merupakan 25%

penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang dari dua

bulan. Dari survei keehatan rumah tannga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa

morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar

40,6%, sedangkan angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24%

dan pada balita sebesar 36% (Widoyono, 2011).

Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada bayi

akibat penyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan angka mortalitas

pada balita menduduki urutan ke dua (13%). Di Jawa Tengah pada tahun 1999

penyakit ISPA selalu menduduki ranking 1 pada 10 besar penyakit pasien rawat

jalan di puskesmas (Widoyono, 2011).

Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 melaporkan hasil Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) yang menyebutkan bahwa prevalensi ISPA adalah

9.8% pada tahun 1991 dengan kelompok usia prevalensi tertinggi adalah 12-23

bulan. Angka ini meningkat menjadi 10% pada tahun 1994 dengan prevalensi 6-

35 bulan, kemudian menurun menjadi 9% pada tahun 1997 dengan prevalensi

6-11 bulan, dan menurun lagi menjadi 8% pada tahun 2002 dengan prevalensi 6-

23 bulan (Widoyono, 2011).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

11

2.1.4 Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari :

Bakteri : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan lain-lain.

Virus : influenza, adenovirus, sitomegalovirus.

Jamur : Aspergilus sp., Candida albicans, Histoplasma, dan lain-lain.

Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar

Minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir,

benda asing (biji-bijian, mainan plastik kecil, dan lain-lain)

(Widoyono, 2011).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Penatalaksanaan pasien batuk dan/atau kesukaran bernafas pada balita

adalah sebagai berikut : 1) Pemeriksaan : a) tanyakan : Berapakah usia anak?,

Apakah anak batuk? Berapa lama?, Apakah anak dapat minum?, Apakah anak

demam?, Apakah anak kejang?, b) lihat dan dengarkan (anak harus tenang) :

Apakah ada tarikan dinding dada ke dalam?, Apakah terdengar stridor? (suara

menarik nafas), Apakah terdengar wheezing? (suara mengeluarkan nafas), Lihat

apakah kesadaran anak menurun?, Periksa, apakah nafas anak cepat?, Raba

apakah ada demam?, Apakah ada tamda-tanda gizi buruk? (kurus kering), 2)

Klasifikasikan : a) nafas cepat bila anak usia <2 bulan : 60 kali per menit atau

lebih, 2 bulan sampai <1 tahun : 50 kali per menit atau lebih, 1 tahun sampai 5

tahun : 40 kali per menit atau lebih, b) penentuan adanya tanda bahaya : tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk,demam atau dingin

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

12

(khusus untuk bayi berusia <2 bulan), c) klasifikasi penyakit : tanpa nafas cepat

→ bukan pneumonia, dengan nafas cepat saja → pneumonia, ada tanda bahaya

→ pneumonia berat (Widoyono, 2011).

2.1.6 Penatalaksanaan

1) Bukan pneumonia → perawatan dirumah.

2) Pneumonia → diobati dan orang tua diberi nasehat tentang

perawatan dirumah.

3) Pneumonia berat → di rujuk ke rumah sakit (Widoyono, 2011)

Tabel 2.1 Penatalaksanaan ISPA menurut Widoyono (2011)

Usia <2 bulan

Klasifikasi Pneumonia berat Bukan pneumonia

Tanda -Nafas cepat : ≥60x per

menit atau

-Tarikan dinding dada

bagian bawah ke arah dalam

yang kuat.

-Tidak ada nafas cepat : <60x per menit

atau

-Tidak ada tarikan dinding dada bagian

bawah ke arah dalam.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

13

Tindakan -Kirim segera ke sarana

rujukan.

-Beri antibiotik satu dosis.

-Beri orang tua nasehat cara perawatan

di rumah :

jaga agar bayi tidak kedinginan,

teruskan pemberian asi dan berikan asi

lebih sering, bersihkan hidung bila

tersumbat, anjurkan ibu untuk kembali

kontrol, bila: keadaan bayi memburuk,

nafas menjadi cepat, bayi sulit bernafas,

bayi sulit untuk minum.

Usia 2 bulan sampai <5 tahun

Klasifikasi Pneumonia berat Pneumonia Bukan pneumonia

Tanda Tarikan dinding

dada bagian bawah

ke arah dalam.

- Tidak ada

tarikan

dinding dada

bagian bawah

ke arah dalam.

- Nafas cepat :

(2 bln - <12

bln) : ≥50x

per menit.

(1 thn - <5

thn) : ≥40x

per menit.

- Tidak ada tarikan dinding

dada bagian bawah ke arah

dalam.

- Tidak ada nafas cepat:

(2 bln - <12 bln) : <50x per

menit.

(1 thn - <5 thn) : <40x per

menit.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

14

Tindakan -Rujuk segera ke

sarana kesehatan

-Beri antibiotik

satu dosis bila jarak

sarana kesehatan

jauh

-Obati bila demam

-Obati bila ada

wheezing.

-Nasehati ibu

untuk

melakukan

perawatan di

rumah

-Beri

antibiotik

selama 5 hari

-Anjurkan ibu

untuk kontrol

setelah 2 hari

atau lebih

cepat bila

keadaan anak

memburuk

-Obati bila

demam

-Obati bila ada

wheezing.

-Jika batuk berlangsung selama

30 hari, rujuk untuk

pemeriksaan lanjutan

-Obati penyakit lain bila ada

-Nasehati ibu untuk melakukan

perawatan dirumah

-Obati bila demam

-Obati bila ada wheezing.

2.1.7 Program Pemberantasan

Tujuan dari program pemberantasan adalah menurunkan morbiditas dan

mortalitas pada balita akibat penyakit ISPA. Kebijaksanaan program

pemberantasan untuk menemukan dan mengobati ISPA secara dini dengan

melibatkan lintas program dan lintas sektor. Strategi yang dilakukan menemukan

dan mengobati ISPA sedini mungkin secara tepat, kerja sama lintas program dan

lintas sektor yang melibatkan peran serta masyarakat terutama kader, dukungan

pelayanan kesehatan yang memadai (Widoyono, 2011).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

15

Langkah-langkah : 1) Menemukan penderita ISPA secara lintas program

dengan program gizi saat mendata balita untuk diberi vitamin A, memberi

pelayanan tablet Fe (tablet besi) untuk ibu hamil, memberi vitamin A (pada bulan

Februari dan Agustus), menanggulangi Kekurangan Kalori Protein (KKP), 2)

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melacak kesehatan neonatal, membina

bidan/dukun bayi, memberi pelayanan imunisasi bagi ibu hamil, Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) lainnya : Malaria saat PCD, Kusta saat chase dan kontak

survei, TBC paru saat pelacakan, Rabies saat registrasi dan vaksinasi vektor,

DBD saat penyuluhan epidemiologis, dan imunisasi di posyandu, 3) Merujuk ke

sarana kesehatan yang lebih lengkap, 4) Memberi penyuluhan kesehatan (health

promotion) (Widoyono, 2011).

Kegiatan : 1) Perencanaan : setiap balita menderita ISPA 3-6 kali setahun,

populasi balita adalah 13% dari jumlah penduduk, perkiraan morbiditas

pneumonia adalah 10% (pneumonia 7%, pneumonia berat 3%), menghitung

kebutuhan kotrimoksazol (480 mg) : 10 x 4 x 10% x 13% x jumlah penduduk,

menghitung kebutuhan parasetamol : 4 x 4 x 10% x 13% x jumlah penduduk, 2)

Pelaksanaan : menemukan dan mengobati pasien dan menerapkan sistem

rujukan kasus (Widoyono, 2011).

2.2 Faktor Risiko ISPA

2.2.1 Usia

ISPA diketahui dapat menyerang segala jenis umur. ISPA akan sangat

berisiko pada bayi berumur kurang dari 1 tahun. Pada waktu anak-anak berumur

5 tahun, infeksi pernafasan yang disebabkan virus frekuensinya akan berkurang,

tetapi pengaruh infeksi mycoplasma pneumonia dan influenza akan meningkat.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

16

Jumlah jaringan limfa meningkat seluruhnya pada masa anak-anak dan diketahui

berulang-ulang meningkatkan kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa

(Hartono, 2012).

Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang lebih tua tetapi

menyebabkan sakit yang hebat di sistem pernapasan bagian bawah atau batuk

asma pada balita. Sebagai contoh, batuk rejan secara relatif pada trakeabronkitis

tidak berbahaya pada masa kanak-kanak namun merupakan penyakit serius pada

masa pertumbuhan (Marni, 2014).

2.2.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam

kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta

pengetahuan yang kurang di masyarakat terhadap gejala dan upaya

penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang ke pelayanan

kesehatan sudah dalam keadaan berat. Hal tersebut disebabkan oleh kurang

mengerti cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA

(Marni, 2014).

Pendidikan ibu berpengaruh terhadap informasi yang diterima mengenai

kesehatan anak. Ibu dengan pendidikan tinggi akan menerima segala informasi

dengan mudah mengenai cara memelihara dan menjaga kesehatan anak serta gizi

yang baik untuk anak. Berdasarkan pengaruh terhadap kesehatan dan perilaku

seseorang peran pendidikan juga berpengaruh terhadap lingkungan, pelayanan

kesehatan dan juga heriditas (Marni, 2014).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

17

2.2.3 Status Gizi

Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada

indeks berat badan menurut umur (BB/U). Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun

2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa

persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia adalah 3,8%,

sedangkan persentase gizi kurang adalah 14%. Hal tersebut tidak berbeda jauh

dengan hasil PSG tahun 2016 yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-59

bulan sebesar 3,4% dan persentase gizi kurang sebesar 14,43%. Provinsi dengan

persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan tahun

2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan persentase

terendah adalah Bali (Profil Kesehatan RI, 2017).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energi. Seorang anak yang kekurangan gizi akan

mengakibatkan terjadinya defisiensi gizi yang merupakan awalan dari gangguan

sistem kekebalan tubuh (Hartono, 2012).

Upaya Perbaikan Gizi, dalam menerapkan gizi seimbang setiap keluarga

harus mampu mengenal, mencgah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota

keluarganya. Upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegahdan mengatasi

masalah gizi adalah dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan

ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, makan beraneka ragam,

menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai anjuran

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

18

petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi,

meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah (TTD), makanan tambahan

untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah, makanan pendamping ASI,

dan bubuk multi vitamin dan mineral (Profil Kesehatan RI, 2017).

Penimbangan balita sangat penting untukdeteksi dini kasus gizi kurang dan

gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat

dipantau secara intensif sehingga bila berat badan anak tidak naik atau jika

ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan

pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat

ditemukan, penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik.

Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan

mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat

ditekan (Profil Kesehatan RI, 2017).

Penilaian status gizi dilakukan menggunakan antropometri yaitu : berat

badan menurut umur (weight-for-age), tinggi badan menurut umur (height-for-age),

berat badan menurut tinggi badan (weight-for-height), lingkar lengan atas kiri (left

mid-upper arm circumference). Masing-masing indikator itu memberikan penjelasan

tentang status gizi bayi dan anak-anak (Hartono, 2012).

2.2.4 Berat Badan Lahir Rendah

Pada balita dengan riwayat BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram

pada saat lahir, menyebabkan system kekebalan tubuh belum sempurna,

sehingga daya tahan tubuhnya rendah. Hal ini menyebabkan anak rentan dan

mudah terserang penyakit infeksi. Bayi lahir dengan berat badan rendah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

19

mempunyai resiko menderita ISPA lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang

lahir dengan berat badan normal (Fikawati et al, 2015).

Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi berat badan lahir,

antara lain umur ibu, paritas, tinggi badan ibu, jarak kelahiran, dan pekerjaan ibu.

Kehamilan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun memiliki

kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk

pertumbuhan janin yang akan berdampak terhadap berat badan lahir bayi. Umur

ibu kurang dari 20 tahun pada saat hamil berisiko terjadinya BBLR 1,5-2 kali

lebih besar dibandingkan ibu hamil yang berumur 20-35 tahun. Persalinan lebih

dari tiga kali berisiko terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan infeksi

sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR (Marni, 2014).

Pada wanita yang pendek sering ditemukan adanya panggul yang sempit

dan keadaan ini dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga menyebabkan

berat badan bayi yang dilahirkan rendah. Jarak kelahiraan yang pendek akan

menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi

tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya, sehingga berisiko terganggunya sistem

reproduksi yang akan berpengaruh terhadap berat badan lahir. Ibu yang bekerja

cenderung memiliki sedikit waktu istirahat sehingga berisiko terjadinya

komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya plasenta yang secara langsung

berhubungan dengan BBLR (Marni, 2014).

2.2.5 Pemberian ASI eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang

diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

20

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin,

dan mineral) (Profil Kesehatan RI, 2017).

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah

tinggisehingga pemberian ASI eksklusif dapatmengurangi risiko kematian pada

bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari

ketiga.Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,

protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori

lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zatmakanan,

ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan

menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga

penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Profil

Kesehatan RI, 2017).

ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI

mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses perkembangan dan

pertumbumbuhan bayi serta mengandung antibodi yang dapat membantu bayi

membangun sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai macam sumber penyakit.

Manfaat yang dapat diberikan dari pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu dapat

melindungi bayi dari penyakit diare, infeksi pernapasan, kegemukan, infeksi

kandung kemih, infeksi telinga dan lainnya (Sinaga, 2012).

2.2.6 Status Imunisasi

Imunisasi adalah vaksin yang terdiri dari basil hidup yang dilemahkan atau

dihilangkan virulensinya. Vaksin imunisasi merangsang kekebalan,

meningkatkan daya tahan tubuh tanpa menyebabkan kerusakan. Status Imunisasi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

21

balita menggambarkan riwayat pemberian vaksin imunisasi pada balita sesuai

dengan usia balita dan waktu pemberian. Pemberian imunisasi dimulai sejak lahir

hingga umur 5 tahun (Fikawati et al, 2010).

Terdapat 2 imunisasi yaitu imunisasi aktif adalah dimana tubuh anak

sendiri yang membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Dan

imunisasi pasif adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, tetapi

didapatkan dari luar tubuh dengan cara penyuntikan zat anti dari ibunya semasa

dalam kandungan. Pemberian imunisasi bertujuan untuk mengurangi angka

kesakitan dan kematian akibat beberapa penyakit yakni TBC, difteri tetanus,

batuk rejan, poliomelitis, tifus, campak, hepatitis B dan demam kuning (Marni,

2014). Oleh karena itu, berikut beberapa vaksin yang harus dilengkapi bagi anak

untuk menghindari berbagai penyakit yaitu sebagai berikut :

Vaksin BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan

intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila

terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi

tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang

benar. Kelebihan dosis dan suntikan terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya

abses tempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan

pada suhu 2oC (Marni, 2014).

Vaksin DPT, kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus

adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid

tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang

telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau

intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

22

4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala

biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang

berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis

yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti

dengan DT (Marni, 2014).

Vaksin polio, untuk kekebalan terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes

vaksin polio oral yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari suku Sabin.

Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali

dengan jarak waktu pemberian 4 minggu (Marni, 2014).

Vaksin campak yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan

dan dalam bentuk bubuk kering yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang

telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan

dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Dinegara berkembang imunisasi

campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan

sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian

imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang

berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya

zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan

4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak

berumur 9 bulan (Marni, 2014).

2.2.7Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menimbulkan asap yang tidak

hanya dihisap oleh perokok, tetapi juga dihisap oleh orang yang ada disekitarnya

termasuk anak-anak. Satu batang rokok yang dibakar anak mengeluarkan sekitar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

23

4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hydrogen

cianida, ammonia, akrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl

cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga paparan asap rokok dapat

mengingkatkan risiko kesakitan pernafasan khususnya pada anak berusia kurang

dari 2 tahun (Marni, 2014).

Asap rokok yang dihisap oleh perokok adalah asap mainstream sedangkan

asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap slidestrea. Polusi udara yang

diakibatkan oleh asap slidestream dan asap mainstream yang sudah terekstrasi

dinamakan asap tangan kedua atau asap tembakau lingkungan. Mereka yang

menghisap asap inilah yang dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa.

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko

anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan, memperburuk

asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta dapat meningkatkan

resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita (Marni, 2014).

Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit

saluran pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit saluran pernapasan

lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu

dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, menyebabkan bronchitis

kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru mengakibatkan daya pompa paru

berkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong

udara (Marni, 2014).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

24

2.2.8Ventilasi

Ventilasi merupakan tempat daur ulang udara yaitu tempatnya udara

masuk dan keluar. Ventilasi yang dibutuhkan untuk penghawaan didalam rumah

yakni ventilasi yang memiliki luas minimal 10% dari luas lantai rumah. Lubang

jendela suatu bangunan harus memenuhi aturan sebagai berikut : luas bersih dari

jendela/lubang hawa sekurang-kurangnya 1/10 dari luas lantai ruangan,

jendela/lubang hawa harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95 m

dari permukaan lantai, adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-langit

sekurang kurangnya 0,35% luas lantai yang bersangkutan (Kartiningrum, 2016).

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi yang pertama adalah

menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan O2

tetap terjaga, karena kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya O2 yang

berarti kadar CO2 menjadi racun. Fungsi yang kedua adalah untuk

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen dan

menjaga agar rumah selalu tetap dalam kelembaban yang optimum. Dengan

adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan mudah masuk kedalam

rumah sehingga kejadian ISPA akan semakin berkurang (Kartiningrum, 2016).

2.2.9Kepadatan Hunian

Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) RI mengungkapkan bahwa aturan

luas rumah yang sehat untuk memenuhi kebutuhan minimal 9m2 untuk per jiwa

atau per orang, sehingga jika dalam satu rumah berisi 4 orang maka luas rumah

yang ideal berkisar 36m2. Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI No.

829 menetapkan mengenai kesehatan pembangunan rumah bahwa luas ruang

tidur minimal 8m2 dan tidak digunakan untuk lebih dari 2 orang dewasa dalam 1

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

25

ruang tidur, kecuali anak dengan usia dibawah 5 tahun. Kepadatan hunian atau

keadaan rumah yang sempit dengan jumlah penghuni rumah yang banyak akan

berdampak kurangnya oksigen di dalam rumah (Sukandarrumidi, 2010).

Kepadatan penghuni menimbulkan perubahan suhu ruangan yang kalor

dalam tubuh keluar disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang kan

meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut. Semakin

banyak jumlah penghuni ruangan tidur atau dengan penghuni lebih dari 2 orang

dalam ruang tidur maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran

gas atau bakteri, selain itu juga memperhambat proses penukaran gas udara

bersih yang dapat menyebabkan penyakit ISPA (Sukandarrumidi, 2010).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan

BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada

umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB

kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima

tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan

kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak) di lingkup Dinas Kesehatan (Sukarto et al, 2011).

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat

dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah

masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran …eprints.umm.ac.id/60408/3/BAB II.pdfmenimbulkan gejala penyakit, 2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

26

dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran

sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya.Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam

keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka

kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan

mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya

berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain; asap dapur, penyakit infeksi

dan pelayanan kesehatan (Sukarto et al, 2011).

Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses

tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan

perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan

kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan

pendidikan kesehatan pada orang tua (Sukarto et al, 2011).