bab ii tinjauan pustaka 2.1 hipertensi 2.1.1 definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/bab ii.pdf ·...

19
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah dalam pembuluh darah meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja keras untuk memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi. Jika tidak segera ditangani maka akan mengganggu fungsi organ-organ yang lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdas, 2013). Hiperetensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering terjadi dan merupakan faktor resiko timbulnya penyaki kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung koroner, hingga gagal ginjal (Darnindro & Johannes, 2017). Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik pada level >140 mmHg dan tekanan darah diastolik pada level >90 mmHg (Black, 2014). Menurut American College of Cardiology (ACC) tahun 2017 nilai normal tekanan darah adalah < 120 mmHg pada tekanan sistolik dan < 80 mmHg pada tekanan diastolik. Hipertensi disebut juga sebagai silent killer karena penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan, penyakit ini dapat menyerah siapa saja baik muda maupun tua (Pudiastuti, 2013).

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah dalam pembuluh darah

meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja keras untuk memompa darah

keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi. Jika tidak segera

ditangani maka akan mengganggu fungsi organ-organ yang lain, terutama organ-organ

vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdas, 2013). Hiperetensi merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang sering terjadi dan merupakan faktor resiko timbulnya

penyaki kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung koroner, hingga gagal ginjal

(Darnindro & Johannes, 2017).

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah dan jantung yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik pada level

>140 mmHg dan tekanan darah diastolik pada level >90 mmHg (Black, 2014).

Menurut American College of Cardiology (ACC) tahun 2017 nilai normal tekanan

darah adalah < 120 mmHg pada tekanan sistolik dan < 80 mmHg pada tekanan

diastolik. Hipertensi disebut juga sebagai silent killer karena penyakit ini termasuk

penyakit yang mematikan, penyakit ini dapat menyerah siapa saja baik muda maupun

tua (Pudiastuti, 2013).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

9

2.1.2 Tanda dan Gejala

Pasien dengan hipertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik yang

menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi melalui pemeriksaan

fisik. Biasanya gejala yang dirasakan yaitu sakit kepala pada daerah oksipital, ini terjadi

pada saat bangun tidur pada pagi hari, dan berkurang secara spontan setelah beberapa

jam. Keluhan lain yang dirasakan yaitu pusing, palpitasi, mudah lelah. Gejala yang

berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya pada hipertensi sekunder adalah

poliuria, polidipsia, dan kelemahan otot (Isselbacher, et al, 2015).

2.1.3 Jenis-jenis Hipertensi

Hipertensi ada 2 yaitu:

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi Primer (Esensial) merupakan hipertensi arterial dan penyebabnya tidak

dapat dijelaskan. Hipertensi primer disebabkan oleh beberapa sistem yaitu

pengaturan tekanan arteri perifer, renal, hormonal, dan vaskuler (Isselbacher, et

al, 2015).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh tekanan arteri

yang meninggi. Hipertensi sekunder dihubungkan dengan perubahan sekresi

hormon dan/atau fungsi ginjal (Isselbacher, et al, 2015).

2.1.4 Klasifikasi Tekanan Darah

Menurut American Heart Association tekanan darah diklasifikasikan dengan kategori

normal, tinggi, hipertensi tahap 1, dan hipertensi tahap 2, sedangakan terdapat

klasifikasi krisis yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi darurat. Klasifikasi tersebut

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

10

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

(Sumber: AHA, 2017)

Tabel 2.1 Klasifikasi Krisis: urgensi dan darurat

(Sumber: AHA, 2017)

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tekanan darah dikatakan kategori

normal jika tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg, dikatakan

kategori tinggi jika tekanan darah sistolik 120-129 mmHg dan tekanan darah diastolik

< 80 mmHg, kategori hipertensi tahap 1 jika tekanan sistolik 130-139 mmHg atau

tekanan diastolik 80-89 mmHg, sedangkan kategori hipertensi tahap 2 jika tekanan

sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

Hipertensi krisis dikategorikan menjadi dua yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi

darurat. Dikatakan hipertensi urgensi jika tekanan sistolik >180 mmHg dan/atau jika

tekanan diastolik >120 mmHg. Sedangakan hipertensi daraurat jika tekanan sistolik

Kategori TD TD Sistolik TD Diastolik

Normal

Elevated

Hipertensi:

Tahap 1

Hipertensi:

Tahap 2

< 120 mmHg Dan < 80 mmHg

120-129 mmHg Dan < 80 mmHg

130-139 mmHg Atau 80-89 mmHg

≥ 140 mmHg Atau ≥ 90 mmHg

Kategori TD TD Sistolik TD Diastolik

Hipertensi Urgensi

Hipertensi Darurat

>180 mmHg Dan/atau >120 mmHg

>180 mmHg +

Kerusakan organ

Dan/atau >120 mmHg +

Kerusakan

organ

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

11

>180 mmHg dan terdapat kerusakan organ dan/atau jika tekanan diastolik >120

mmHg dan terdapat kerusakan organ.

2.1.5 Patofisiologi

a. Hiperetensi Primer (Esensial)

Faktor yang mengakibatkan perubahan pada resistensi vaskular perifer, denyut

jantung, atau curah jantung memengaruhi tekanan darah arteri sistemik. Ada empat

sistem kontrol yang berperan dalam menjaga tekanan darah adalah: ( 1 ) sistem

baroreseptor dan kemoreseptor arteri; ( 2 ) pengaturan volume cairan tubuh; ( 3 )

sistem renin-angiostensin; ( 4 ) autroregulasi vaskular. Hipertensi primer

kemungkinan terjadi karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa atau semua

sistem ini. Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja secara reflek untuk

mengatur tekanan darah. Baroreseptor sebagai peregang utama, dapat ditemukan

disinus karotis, aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Baroreseptor dan kemoreseptor

yang memonitor tekanan arteri dan menangani peningkatan tekanan arteri dengan

cara vasodilatasi dan memperlambat denyut jantung melalui saraf vagus.

Kemoreseptor, berada dimedula dan tubuh karotis serta aorta. Kemoreseptor

sensitif terhadapat perubahan dalam konsentrasi oksigen, kardondioksida, dan ion

hidrogen (PH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen dalam arteri

menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan. Serta perubahan-perubahan pada

volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Dengan demikian kelainan

yang terjadi dalam transpor natrium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan

hipertensi esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebih, volume total darah

meningkat, dengan demikian dapat meningkatkan tekanan darah. Perubahan-

perubahan patologis yang mengubah tekanan dimana ginjal mengekskresikan garam

dan air mengubah tekanan darah sistemik. Selain itu, produksi hormon penahan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

12

natrium yang berlebihan menyebabkan hipertensi. Renin dan angiostensin berperan

dalam pengaturan tekanan darah. Renin merupakan enzim yang diproduksi oleh ginjal

yang mengatalisis substrat protein plasma untuk memisahkan angiostensin I, yang

dihilangkan oleh enzim pengubah ke paru-paru untuk membentuk angiostensin II

dan kemudian angiostensin III. Angiostensin II dan III berfungsi sebagai

vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan aldosteron. Dengan meningkatnya

aktivitas sistem saraf simpatik, angiostensin II dan III dapat menghambat ekstresi

natrium, yang mengakibatkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang meningkat

dapat menyebabkan meningkatnya resisten vaskular perifer pada hipertensi primer

(Black & Hawks, 2014).

b. Hipertensi Sekunder

Faktor yang menyebabkan hipertensi sekunder yaitu terkait dengan masalah ginjal,

vaskular, naurologis, obat, dan makanan yang secara langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh negatif terhadap ginjal sehingga dapat mengakibatkan

gangguan serius pada organ-organ yang mengganggu ekskresi natrium, perfusi renal,

atau mekanisme renin-angiostensisn-aldosteron, yang mengakibatkan naiknya

tekanan darah dari waktu ke waktu. Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal

kronis merupakan penyebab umum dari hipertensi sekunder. Selain itu, kelenjar

adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder jika produksi aldosteron, kortisol,

dan katekolamin berlebih. Kelebihan aldosteron dapat menyebabkan renal

menyimpan natrium dan air berlebih, memperbanyak volume darah, sehingga akan

menaikkan tekanan darah (Black & Hawks, 2014)

c. Perubahan Pembuluh Darah

Pembuluh darah besar, seperti aorta, arteri koroner, arteri basilaris ke otak, dan

pembuluh perefir pada organ tubuh, menjadi sklerosis, berkelok dan lemah.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

13

Luminanya sempit, sehingga terjadi menurunnya aliran darah ke jantung, otak, dan

ekstremitas bawah. Kerusakan berlanjut, pembuluh besar menjadi tersumbat atau

mungkin terjadi perdarahan, yang akan menyebabkan infark jaringan. Kerusakan

pembuluh darah kecil, sama bahayanya, akan mengakibatkan perubahan struktur

jantung, ginjal, dan otak. Elevasi TDD akan merusak lapisan intima pembuluh

darah kecil. Oleh karena kerusakan intima, fibrin terakumulasi di pembuluh darah,

edema lokal, dan penggumpalan intravaskular dapat terjadi. Hasil dari perubahan

ini adalah ( 1 ) penurunan suplai darah kejaringan jantung, otak, ginjal, dan retina; (

2 ) gangguan fungsional progresif organ-organ ini; ( 3 ) dan akhirnya mengakibatkan

iskemia kronik, infark jaringan (Black & Hawks, 2014).

2.1.6 Faktor Resiko

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi

sebagai respon cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa

faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

a. Riwayat keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga, oleh karena kecenderungan genetik yang

membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi. Individu dengan

orang tua yang memiliki hipertensi akan beresiko terjadinya hipertensi pada usia

muda (Black & Hawks, 2014). Faktor genetik memiliki peran terhadap angka

kejadian hipertensi, penderita hipertensi esensial sekitar 70-80% lebih banyak pada

kembar monozigot (satu telur) daripada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga

yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi,

oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

14

b. Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Individu yang

berumur >60 tahun memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Diantara orang

dewasa, tekanan darah sistolik lebih baik daripada tekanan darah diastolik (Black

& Hawks, 2014).

c. Jenis kelamin

Pada kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Resiko

pada pria hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun, kemudian setelah usia 74

tahun wanita beresiko lebih besar (Black & Hawks, 2014). Jenis kelamin juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Laki-laki dan

perempuan mempunyai resiko yang berbeda terhadap kejadian hipertensi. Laki-

laki lebih beresiko dibandingkan perempuan. Namun pada usia tertentu keduanya

mempunyai besar resiko yang hampir sama seperti saat usia diatas 45 tahun,

bahkan perempuan dapat menjadi lebih beresiko (Tilong, 2014).

2. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

a. Obesitas

Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi, terutama jika terjadi pada bagian atas,

dengan meningkatnya jumlah lemak di sekitar diafragma, pinggang, dan perut akan

menyebabkan lemak di dalam tubuh dapat menyebabkan sumbatan pada

pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah

(Black & Hawks, 2014). Seseorang dikatakan obesitas dapat diketahui dengan

perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus sebagai berikut:

Berat badan (Kg)

IMT = -----------------------------------------

[Tinggi badan (m)] 2

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

15

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT:

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT ≥18,5 - <24.9

Berat Badan Lebih IMT ≥25,0 - <27

Obesitas IMT ≥27,0

(Sumber: Kemenkes RI, 2013)

b. Penggunaan Natrium Berlebih

Konsumsi natrium berlebih menjadi faktor resiko yang paling penting. Individu

yang terkena hipertensi akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam dapat

menjadi pencetus hipertensi pada individu. Konsumsi garam berlebih

menyebakan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, dan mungkin secara

tidak langsung meningkatkan tekanan darah (Black & Hawks, 2014).

c. Diet

Study Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet menunjukkan bahwa diet

tinggi buah dapat menurunkan tekanan darah sistolik 6-11 mmHg dan tekanan

darah diastolik 3-6 mmHg (Rahadiyanti et al, 2015).

d. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan meningkatnya beban kerja jantung dan menaikkan

tekanan darah. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan

penggumpalan pembuluh darah dan dapat mengakibatkan pengatupan pada

dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik pada jaringan saraf yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut

jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, aliran darah pada

koroner meningkat dan vasokontriksi pembuluh darah perifer. Karbon

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

16

monoksida dalam asap akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal

tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa

memompa untuk mentransfer oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan

tubuh lainnya (Hanafi, 2016).

e. Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol secara berlebihan akan berdampak buruk pada kesehatan. Salah

satu akibat dari konsumsi alkohol secara berlebihan akan mengakibatkan

terjadinya peningkatan tekanan darah. Alkohol merupakan salah satu penyebab

hipertensi karena alkohol memiliki sifat yang sama dengan karbondioksida yang

dapat meningkatkan keasaman darah, sehingga konsistensi darah menjadi kental

yang mengakibatkan jantung dipaksa untuk memompa darah keseluruh tubuh dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Komaling et al, 2013). Selain itu

konsumsi alkohol dalam jangka waktu panjang akan mempengaruhi peningkatan

kadar kortisol dalam darah sehingga mengakibatkan aktivitas renin-angiosin aldosteron

system (RAAS) meningkat dan mengakibatakan tekanan darah meningkat

(Mukhibbin, 2013).

f. Kurang aktivitas fisik

Aktivitas fisik banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,

karena olahraga teratur dapat menurunkan tekanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung

harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

Kurangnya aktifitas fisik dapat menaikkan resiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya resiko untuk menjadi gemuk (Nuraini, 2015).

2.1.7 Komplikasi

1. Otak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

17

Kerusakan organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi yaitu stroke. Stroke

timbul karena adanya perdarahan intrakranial, sehingga mengakibatkan tekanan

intrakranial meningkat atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah lain

yang terpejan tekanan tinggi sehingga dapat masuk kedalam otak dan

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke dapat terjadi pada

penderita hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang terhubung dengan otak

mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah yang

diperdarahinya akan berkurang (Nuraini, 2015).

2. Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami aterosklerosis atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh

darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan

terjadinya iskemia jantung, dan pada akhirnya dapat terjadi infark (Nuraini, 2015).

3. Ginjal

Hipertensi dapat mengakibatkan penyakit ginjal kronik karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan ini dapat

mengakibatakan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai

akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama

terjadi pada hipertensi kronik (Nuraini, 2015).

4. Retinopati

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Semakin

tinggi tekanan darah dan semakin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka

semakin berat kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina akibat

hipertensi yaitu iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf pada mata akibat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

18

aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran

darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada awalnya

tidak menunjukkan gejala apapun dan pada akhirnya dapat menjadi kebutaan

(Nuraini, 2015).

2.1.8 Pencegahan

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tidak diimbangi

dengan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko hipertensi. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan meliputi: (1) Memeriksa tekanan darah secara teratur;

(2) Menjaga berat badan dalam rentang normal; (3) Mengatur pola makan antara lain

dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam; (4)

Menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol; (5) Tidur secara teratur;

(6) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi (Pudiastuti, 2013).

2.1.9 Penatalaksanaan

1. Non farmakologi

a. Pengurangan Berat Badan

Penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan,

membatasi asupan kalori, dan peningkatan kalori dengan latihan fisik yang teratur

(Pudiastuti, 2013).

b. Pembatasan Garam

Sebagian besar penderita hipertensi sensitif terhadap Garam, mengkonsumsi

Garam berlebih akan mengalami peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu

penting untuk membatasi asupan garam (Black & Hawks, 2014). Membatasi

asupan garam tidak lebih dari (1

4 -

1

2 ) sendok teh atau 6 gram/hari (Kemenkes RI,

2013).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

19

c. Modifikasi Diet Lemak

Memodifikasi diet asupan lemak dengan menurunkan lemak jenuh dan

meningkatkan lemak tak jenuh dapat berpengaruh dalam menurunkan kadar

kolesterol. Oleh karena dislipedemia merupakan faktor resiko utama dalam

perkembangan aterosklerosis, terapi diet ini bertujuan untuk menurunkan lipid.

Untuk rekomendasi makanan dapat mengikuti piramida makanan. Pendekatan

diet untuk menghentikan hipertensi dengan makan makanan seperti, buah-buhan,

sayuran, kacang-kacangan, dan rendah lemak dengan mengurangi lemak jenuh dan

lemak total (Black & Hawks, 2014).

d. Meningkatkan Aktivitas Fisik

Orang yang aktivitasnya rendah beresiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang

aktif melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dilakukan rutin selama 30-45 menit

setiap hari dengan frekuensi 3-5 kali per minggu akan membantu mengontrol

tekanan darah. Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan yaitu jalan,

lari, jogging, bersepeda (Pudiastuti, 2013 dan Kemenkes RI, 2013).

e. Pembatasan Kafein

Mengkonsumsi kafein secara berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah

meningkat. Oleh karena kafein di dalam tubuh bekerja dengan cara memicu

produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di dalam sel saraf

yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein

dapat dirasakan dalam waktu 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam. Efeknya

akan terus berlanjut dalam darah selama sekitar 12 jam. Konsumsi kafein akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah tepi dan vasokontriksi pembuluh darah

karen kafein memiliki sifat antagonis endogenus adenosin. Peningkatan tekanan darah

juga dipengaruhi oleh seberapa banyak kafein yang dikonsumsi (Wahyuni, 2013).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

20

f. Menghentikan Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung nikotin, zat ini akan meningkatkan denyut jantung dan

mengakibatkan vasokontriksi perifer yang akan meningkatan tekanan darah arteri.

Penghentian kebiasaan merokok sangat dianjurkan, karena untuk mengurangi

resiko terhadap, kanker, penyakit paru-paru, dan penyakit kardiovaskular (Black

& Hawks, 2014).

2. Farmakologi

Terapi farmakologi yaitu obat anti hipertensi

a. Diuretika

Diuretika merupakan salah satu golongan obat anti hipertensi yang bekerja dengan

membantu fungsi ginjal untuk menyaring dan membuang garam dan air, sehingga

dapat mengurangi volume cairan diseluruh tubuh dan menurunkan tekanan darah

(Pratiwi, 2017). Jenis obat golongan diuretika yaitu: Chlorthalidone,

Hydrochlorothiazide, Indapamide Metolazone (ACC, 2017).

b. ACE inhibitor

ACE inhibitor (Angiotensin Converting Enzyme) merupakan salah satu golongan obat

yang bekerja dengan cara untuk mencegah vasokontriksi pembuluh darah akibat

hormon angiotensin II dengan cara memblokade enzim ACE, memcegah

pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II (Pratiwi, 2017). Jenis golongan

obat ACE inhibitor yaitu: Benazepril, Captopril, Enalapril, fosinopril, lisinopril,

Moexipril, perindopril, quinapril, Ramipril, Trandolapril (ACC, 2017).

c. ARB (Angiostensin Receptor Blocker)

ARB (Angiostensin Receptor Blocker) merupakan obat anti hipertensi yang bekerja

dengan cara merelaksasi otot polos dan mengakibatkan vasodilatasi,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

21

meningkatkan ekskresi garam dan air, dan menurunkan hipertrofi seluler (Brunto,

et al, 2011). Jenis golongan obat ini yaitu: Azilsartan, candesartan, eprosartan,

irbesartan, Losartan, olmesartan, Telmisartan, dan Valsartan (ACC, 2017).

d. CCB-dihydropyridines

CCB-dihydropyridines (Calcium Channel Blocker-dihydropyridines) merupakan obat

anti hipertensi yang bekerja dengan cara menghambat ion kalsium masuk ke dalam

vaskularisasi otot polos dan otot jantung sehingga mampu menurunkan tekanan

darah. Selain sebagai agen antihipertensi, juga dapat digunakan untuk pengobatan

angina pectoris dengan cara meningkatkan aliran darah ke otot jantung (Lakshmi,

2012). Jenis golongan obat ini yaitu: Amlodipine, Felodipine, Isradipine,

Nicardipine SR, Nifedipine LA, Nisoldipine (ACC, 2017).

e. CCB-nondihydropyridines

CCB-nondihydropyridines merupakan obat anti hipertensi yang bekerja dengan

cara mempengaruhi konduksi jantung dan memperlambat denyut jantung yang

menyebabkan vasidilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer. Jenis golongan

obat ini yaitu: Diltiazem ER, Verapamil IR, Verapamil SR, Verapamil- delayed

onset ER (ACC, 2017).

2.2 Kesadaran

2.2.1 Definisi Kesadaran

Kesadaran merupakan keadaan dimana seseorang dapat memahami dirinya

sendiri dengan setepat-tepatnya. Seseorang dikatakan memiliki kesadaran diri jika

seseorang tersebut dapat memahami emosi dan mood yang sedang dirasakannya,

bahkan kritis terhadap informasi mengenai dirinya sendiri dan sadar tentang dirinya

yang sesungguhnya (Mendatu, 2010).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

22

Kesadaran tentang hipertensi dapat diartikan seseorang yang pernah

memeriksakan tekanan darah dan diberitahu oleh dokter atau paramedis terkait dengan

diagnosa bahwa dia memiliki tekanan darah tinggi dan menanyakan lebih lanjut terkait

dengan pengobatan yang harus didapatkan (Kiau, et al, 2013).

2.2.2 Indikator Kesadaran

Menurut Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa terdapat empat indikator

kesadaran yang menunjukkan tingkat kesadaran tertentu, mulai yang terendah sampai

dengan yang tertinggi yaitu: pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku

(Tindakan).

1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sehingga sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pengindraan penglihatan dan

pendengaran (Notoatmojo, 2007). Tingkatan dari pengetahuan didalam domain

kognitif, antara lain :

a. Tahu ( know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat materi yang pernah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami ( comprehension )

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat

menginterprestasikan apa yang telah diketahui secara benar.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

23

d. Analisis ( analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih masih ada kaitannya satu

sama lain.

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian– bagian disuatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap materi

atau objek. Penilaian didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi sesorang terhadap stimulus atau objek. Sikap

merupakan kesiapan untuk bertindak tetapi sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas (Notoatmodjo, 2007). Ada empat tingkatan sikap yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Merespon dapat diartikan dengan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai dapat diartikan dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

24

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Azwar (2011), sikap merupakan perasaan yang muncul karena

stimulus. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berespon positif atau negatif

terhadap objek, organisme atau situasi tertentu. ada tiga komponen sikap, yaitu :

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi objek sikap.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu

objek sikap.Komponen ini di samakan dengan perasaan yang dimiliki terhadapn

sesuatu.Namun, pengertian perasaan pribadi sering kali sangat berbeda perwujudannya

bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa

kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

2.2.3 Tingkatan Kesadaran

Menurut Geller 2000 (dalam Wardhani, 2008), tahapan dalam kesadaran seseorang

yaitu:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

25

Gambar 2.1 The DO IT process enables shift from bad to good habbits

Berdasarkan gambar diatas, tahap-tahap kesadaran yaitu:

1. Unconscious Incompetence, merupakan tahap pertama dimana seseorang tidak mengerti

apa yang harus dilakukan.

2. Conscious Incompetence, merupakan tahap kedua dimana seseorang mengerti atau tahu

apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk

melakukannya dengan benar.

3. Conscious Competence, merupakan tahapan ketiga dimana seseorang dapat melakukan

dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

4. Unconscious Competence, merupakan tahapan terakhir dimana seseorang telah

mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang dilakukannya.

2.2.4 Penilaian Kesadaran

Untuk penilaian dari kesadaran tentang hipertensi yaitu menggunakan 13

pertanyaan. Setiap respon yang benar diberikan 1 poin. Kesadaran dikategorikan

sebagai berikut:

a. Kesadaran rendah : 1-4 respon yang benar

Unconscious

Incompetence

“ Bad habits “

Conscious

Incompetence

“Learning”

Conscious

Competence

“Rule governed”

Unconscius

Competence

“Safe Habits”

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/53431/3/BAB II.pdf · Sehingga kebutuhan oksigen miokardium tidak tercukupi dan mengakibatkan terjadinya

26

b. Kesadaran sedang : 5-8 respon yang benar

c. Kesadaran tinggi : 9-13 respon yang benar

Pertanyaan yang diberikan untuk responden dalam kaitannya dengan kesadaran

tentang hipertensi yaitu apakah mereka telah mendengan tentang hipertensi, hubungan

hipertensi dengan konsumsi sayuran dan buah-buahan, asupan garam, dan aktifitas

fisik (Kumar, et al, 2016).

2.3 Hubungan Kesadaran, Faktor Resiko, dan Tekanan Darah

Kesadaran mengenai hipertensi di kalangan masyarakat masih kurang sehingga

sering menyebabkan konsekuensi yang fatal akibat hipertensi (Kumar, at al, 2016).

Besarnya masalah hipertensi dan risiko komplikasi berat yang menyertainya nampaknya

belum disadari oleh sebagian besar masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat,

perjalanan klinis yang tanpa gejala serta pengetahuan yang kurang berperan penting

dalam rendahnya kepatuhan pengobatan hipertensi (Darnindro & Johannes, 2017).

Faktor resiko hipertensi akan meningkat pada orang yang kurang melakukan

aktivitas fisik seperti pekerja kantor, dan ibu rumah tangga, sering konsumsi alkohol

dan rokok. Oleh karena itu faktor risiko hipertensi dapat disebabkan oleh gaya hidup

yang tidak sehat (Indrayanti et.al, 2018). Oleh karena itu kesadaran merupakan salah

satu faktor penting yang menentukan perilaku. Kesadaran yang lebih baik dapat

membantu dalam mengubah gaya hidup tidak sehat dan meningkatkan kesehatan serta

dapat mengontrol faktor resiko sehingga kejadian hipertensi dapat dicegah dan tidak

akan menimbulkan komplikasi yang berat.