bab ii tinjauan pustaka 2.1. definisi fluidaeprints.undip.ac.id/41682/25/bab_ii.pdf · aliran satu...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Fluida
Mekanika fluida berhubungan dengan perilaku fluida pada keadan diam dan
bergerak. Pada logikanya, fluida merupakan substansi yang terdeformasi secara
berkelanjutan yang diakibatkan oleh adanya tegangan geser walaupun seberapa kecilnya
nilai dari tegangan geser tersebut. Fluida terdiri dari fasa cair, gas dan padat. Perbedaan
antara fluida cair dengan fluida padat sangat jelas yakni jika dibandingkan reaksi fisik
dari keduanya. Fluida padat memiliki keterbatasan reaksi deformasi ketika menerima
gaya geser, yakni deformasi tidak akan berkelanjutan seiring perubahan terhadap
waktu.[1]
Gambar 2.1 Perbedaan antara zat padat dengan fluida, pada kondisi tegangan geser
konstan.[1]
Pada Gambar 2.1(a) diatas dijelaskan bahwa reaksi fluida padat tidak akan
berkelanjutan seiring perubahan waktu, karena zat padat memiliki batas keelastisan dari
suatu benda. Lain halnya pada Gambar 2.1(b), saat fluida cair diberi gaya, maka elemen
dari fluida tersebut terdeformasi berkelanjutan lalu meningkat sejauh gaya, F yang
diaplikasikan dan fluida cair pun terdeformasi akibat tegangan geser seiring perubahan
waktu, t. Untuk t0, t1 dan t2 merupakan perubahan dari deformasi fluida akibat adanya
gaya, F yang menyebabkan tegangan geser pada fluida dan dinding.[1]
6
2.2. Aliran Satu Fasa Tak Mampu Mampat
Aliran satu fasa merupakan aliran yang terdiri dari satu jenis aliran cair ataupun
gas tanpa partikel padat. Sedangkan untuk aliran multifasa merupakan aliran yang
terdiri dari dua fasa atau lebih dari suatu zat, seperti cair dan padat, gas dan padat, gas
dan cair maupun dua jenis zat yang berbeda lainnya.
Aliran dikatakan tak mampu mampat atau yang biasa disebut incompressible flow,
jika dalam aliran massa jenis fluida yakni konstan tidak berubah. Aliran dikatakan
sejenis (homogeneous) yakni bila massa jenis tetap sepanjang aliran. Aliran tak mampu
mampat satu fasa ini termasuk kedalam aliran yang sejenis. Sebagai contoh, pada kasus
aliran air dengan membawa kerikil atau partikel sedimentasi, massa jenisnya tidak sama
dimanapun sesuai perubahan terhadap waktu.
Dalam kondisi normal, cairan dan gas diperlakukan sebagai aliran tak mampu
mampat. Namun, ketika kecepatan gas mendekati, sama atau melebihi kecepatan suara,
massa jenis akan mengalami perubahan dan aliran tidak dapat dikatakan aliran tak
mampu mampat. Sama halnya pada aliran gas dalam sistem pipa yang panjang, massa
jenis gas akan mengalami perubahan akibat perubahan tekanan walaupun dalam
kecepatan yang rendah. Oleh karena itu, tidak semua sistem pipa gas dapat dianggap
sebagai aliran tak mampu mampat meskipun dalam kecepatan yang rendah.[2]
Dari ilmu mekanika fluida, tegangan geser pada aliran laminer dua dimensi arah
x yang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 adalah
dy
du ................................................................. 2.1
Dimana τ adalah tegangan geser; u adalah kecepatan pada jarak y dari dinding; du/dy
adalah distribusi kecepatan u yang bekerja pada bidang tegak lurus sumbu y; dan μ
adalah viskositas dinamik. Persamaan 2.1 dikenal dengan hukum viskositas Newton.
7
Gambar 2.2 Variasi kecepatan dari dinding dan tegangan geser [2]
Dari Gambar 2.2 diatas, menunjukkan fenomena aliran fluida yang terdeformasi
pada dinding akibat viskositas fluida yang mengakibatkan tegangan geser sehingga
terjadinya variasi kecepatan pada fluida.
Gambar 2.3 Grafik fluida Newtonian dan non-Newtonian [2]
Dari Gambar 2.3 diatas, grafik tersebut merupakan grafik Rheogram, yakni grafik
yang menunjukkan hubungan antara fluida Newtonian dan non-Newtonian. Fluida yang
sering dijumpai seperti air, udara, bahan bakar ialah Newtonian dibawah kondisi normal, fluida
dimana tegangan gesernya tidak linier dengan laju deformasinya ialah Non-Newtonian.
Pada umumnya, fluida Newtonian adalah murni cairan atau gas murni, sedangkan
fluida non-Newtonian adalah cairan yang mengandung konsentrasi yang besar dari
partikel halus padatan atau cairan campuran lainnya. Karena partikel-partikel di fluida
8
non-Newtonian sangat kecil dan seragam yang didistribusikan dalam cairan, campuran
dianggap satu. Ketika partikel besar, mereka dapat menetap keluar dengan mudah dan
aliran ini dianggap sebagai aliran multifasa atau fluida non-Newtonian.[2]
2.3. Regim Aliran
Jenis aliran yang mengalir di dalam pipa, ditentukan oleh seberapa besarnya
Bilangan Reynolds yang didapat. Bilangan Reynolds dinyatakan dalam Persamaan 2.2
dibawah ini :
Re =𝜌𝑉d
𝜇=
𝑉d
𝑣……………………………………. 2.2
Dimana :
Re = bilangan Reynolds
𝜌 = massa jenis fluida
𝜇 = viskositas dinamik
𝑣 = viskositas kinematik
𝑉 = kecepatan aliran dalam pipa
d = diameter dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa dinyatakan laminar, jika nilai bilangan Re < 2300, aliran
yang ada di dalam pipa cenderung memiliki laju aliran yang rendah. Saat laju aliran
meningkat melewati silinder, maka partikel yang ada di dalam aliran tersebut menjadi
tidak stabil dan bergerak secara acak, fenomena seperti ini dinyatakan jenis aliran yang
turbulen, dengan nilai bilangan Re > 4000. Saat kondisi dibawah normal, aliran transisi
atau peralihan dari laminar menjadi turbulen terjadi saat Re ≈ 2300 pada aliran di dalam
pipa.[1]
9
2.4. Aliran Satu Dimensi
2.4.1 Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas untuk aliran tak mampu mampat yang melewati pipa ialah :
𝑉1A1 = 𝑉2A2 = Q = konstan………………………………. 2.3
Dimana A1 dan A2 adalah area pipa yang dilalui pada titik 1 dan 2; V1 dan V2 ialah
kecepatan rata-rata aliran pada titik 1 dan 2; dan Q adalah laju aliran volumetris.
Persamaan ini juga berlaku untuk kasus aliran tidak tunak yang melewati pipa. Bahkan
jika aliran fluida non-Newtonian atau multifasa, persamaan ini masih dapat digunakan
selama nilai kecepatannya ialah kecepatan rata-rata sepanjang pipa dan alirannya tak
mampu mampat. Persamaan ini tidak dapat dipakai jika analisa saat fluida memasuki
atau meninggalkan pipa diantara titik 1 dan 2 ataupun ada percabangan pada pipa
diantara dua titik tersebut.[2]
Dari karakteristik fluida yang dialirkan, dapat diketahui kecepatan rata-rata dari
fluida sepanjang pipa. Untuk fluida jenis minyak, kecepatan yang direkomendasikan
ialah sebesar 2 – 10 ft/s (1 – 3 m/s). kecepatan yang digunakan pada aliran, harus dalam
batas maksimal dan minimal dari kecepatan yang direkomendasikan. Karena saat aliran
fluida berada di bawah batas minimal, maka fluida akan mengendap, yang akan
mempengaruhi kerja pompa menjadi sangat besar. Dan jika fluida diatas batas
maksimal, maka akan terjadi pengikisan pada dinding dan getaran akibat gaya gesek
yang besar.[3]
Karena penampang pipa berbentuk lingkaran, maka rumus luas penampang pipa
dinyatakan dalam persamaan 2.4 berikut :
A = 𝜋𝑑2
4…………………………………… 2.4
Sehingga,
Q =𝜋𝑑2
4 .𝑉……………………...…………... 2.5
10
𝑑 = 4𝑄
𝜋𝑉…………………………………… 2.6
Dimana :
𝑑 = diameter dalam pipa
Dari diameter dalam pipa yang didapat tersebut, kita dapat memperkirakan besarnya
NPS (Nominal Pipe Size) atau DN (Diameter Nominal) berdasarkan pada lampiran.
2.4.2 Persamaan Energi
Persamaan energi untuk aliran tak mampu mampat dapat dituliskan pada
Persamaan 2.7 berikut :
𝛼1𝑉1
2
2𝑔+
𝑝1
𝛾+ 𝑧1 = 𝛼2
𝑉22
2𝑔+
𝑝2
𝛾+ 𝑧2 + 𝐿 + 𝑡 − 𝑝…………… 2.7
Dimana titik 1 dan 2 ialah titik masuk dan keluar; P ialah tekanan rata-rata ; z
ialah ketinggian rata-rata; g adalah percepatan gravitasi; γ adalah berat jenis fluida; α
adalah faktor koreksi energi; hL adalah headloss sepanjang pipa; ht adalah head turbin;
dan hp adalah head pompa. Untuk aliran pipa laminer berkembang penuh, harga α = 2,0
dan untuk aliran turbulen berkembang penuh harga α sekitar 1,05.
Jika harga ht dihilangkan dengan asumsi tidak ada turbin pada pipa. Dan nilai α1
dan α2 diasumsikan sebagai untuk aliran pada turbulen, maka Persamaan 2.7 menjadi:[2]
𝑉12
2𝑔+
𝑝1
𝛾+ 𝑧1 =
𝑉22
2𝑔+
𝑝2
𝛾+ 𝑧2 + 𝐿 − 𝑝 ………………… 2.8
Ketika disebutkan head pada fluida untuk mengindikasikan sistem energi, ada tiga
komponen yang diperhitungkan yaitu head elevasi, hs, head kecepatan hv, dan head
gesek hL seperti yang dibahas pada Persamaan Bernoulli di atas. Nilai dari head tekanan
dapat dihilangkan pada sistem pipa ketika diasumsikan tekanan statik pada titik masuk
dan titik keluar ialah sama.
11
Head ketinggian ialah perbedaan ketinggian antara sisi masuk dan sisi keluar pada
sistem. Head kecepatan pada sistem pipa panjang atau pada umumnya sistem yang
memiliki kerugian yang besar ialah persentase yang kecil dari head total atau juga dapat
diasumsikan untuk nilainya tidak berpengaruh pada perhitungan energi. Karena nilai
head ini berfungsi sebagai energi yang harus dimiliki oleh aliran agar tetap dapat
mengalir sampai ujung pipa. Head gesek ialah efek yang dominan pada sistem pipa
fluida cair yang dapat dihitung pada subbagian berikutnya.[3]
2.4.3 Kerugian-Kerugian Head (Head Loss)
Headloss, hL pada Persamaan 2.8 terbagi menjadi dua yaitu kerugian yang
terdistribusi seragam sepanjang pipa disebut major loss dan kerugian akibat adanya
intrumen tambahan pada instalasi pipa itu sendiri yang disebut minor loss. Pada pipa
berukuran pendek biasanya terdapat banyak ragam instalasi yang mengganggu aliran
sehingga mengakibatkan kerugian, sebagai contoh adanya katup dan belokan pada pipa,
oleh sebab itu minor loss nilainya bisa lebih besar dibandingkan major loss. Ketika
katup tertutup, ataupun peralatan pendukung lainnya tersebut menimbulkan kerugian
yang besar terhadap aliran. Oleh karena itu, major loss bisa diperhitungkan sebagai
kerugian pipa, sedangkan minor loss merupakan kerugian akibat peralatan-peralatan
lokal.[2]
2.4.3.1 Minor Loss
Minor loss secara sederhana dapat dihitung dari persamaan 2.9 dibawah ini :
𝐿 = 𝐾𝑉2
2𝑔………………..……………………. 2.9
Dimana nilai K merupakan konstanta kerugian lokal, yang diperhitungkan konstan
pada setiap peralatan selama aliran tersebut ialah turbulen. Pada tabel-tabel di dalam
lampiran ditunjukkan harga-harga K pada beberapa peralatan yang berbeda-beda. Nilai
koefisien peralatan tersebut tidak hanya bergantung pada jenisnya, tetapi terhadap
diameter pipa, tebal dinding, jenis sambungan pipa, dan detail desain.[2]
12
2.4.3.2 Major Loss
Persamaan yang paling rasional untuk menghitung kerugian pada pipa untuk kasus
aliran fluida Newtonian tak mampu mampat satu fasa ialah persamaan Darcy-Weisbach
sebagai berikut :
𝐿 = 𝑓𝐿
𝑑
𝑉2
2𝑔……………………………………. 2.10
Dimana L adalah panjang pipa keseluruhan, d ialah diameter dalam pipa, dan
harga f dikenal sebagai faktor gesek atau faktor tahanan. Pada aliran laminar, nilai
faktor gesek tidak bergantung pada kekasaran dinding pipa. Faktor gesek hanya fungsi
dari bilangan Reynold.
𝑓 =64
𝑅𝑒 …………………………………… 2.11
Pada aliran turbulen, faktor gesek merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan
kekasaran relatif e/D, dimana e ialah kekasaran absolut dari permukaan pipa. Untuk
beberapa material pipa nilai e/D sudah ditetapkan pada Tabel 2.1 dapat dilihat nilai
yang biasa digunakan pada beberapa material. [1]
Tabel 2.1 Kekasaran pipa [2]
Material e, mm e, ft
Riveted Steel 0,9 – 9,0 0,003 – 0,03
Concrete 0,30 – 3,0 0,001 – 0,01
Wood Stave 0,18 – 0,9 0,0006 – 0,003
Cast Iron 0,25 0,00085
Galvanized Iron 0,15 0,0005
Commercial or Welded Steel 0,046 0,00015
Drawn Tubings 0,0015 0,00006
13
Sedangkan nilai faktor gesek dapat dilihat di diagram Moody pada Gambar 2.4.
Pada diagram Moody dapat kita lihat beberapa zona yang menandai berbagai jenis aliran
pipa.
Gambar 2.4 Diagram Moody. [2]
Persamaan Darcy-Weisbach ini merupakan yang terakurat dan ilmiah dalam
menentukan kerugian pada pipa untuk kasus aliran fluida Newtonian tak mampu
mampat seperti air, limbah, minyak mentah, dan zat cair lainnya. Dan peramaan ini
masih bisa diaplikasikan pada aliran gas dengan kecepatan rendah pada pipa yang
pendek tanpa perubahan massa jenis gas yang signifikan.
Kerugian total merupakan penjumlahan dari semua kerugian-kerugian Minor dan
kerugian Major. Seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.12 berikut ini : [2]
𝐿 = 𝐾𝑉2
2𝑔+ 𝑓
𝐿
𝑑
𝑉2
2𝑔= 𝐾 + 𝑓
𝐿
𝑑 𝑉2
2𝑔…………………… 2.12
14
2.5. Sistem Pipeline
Pipa didefinisikan sebagai suatu batang silinder yang memiliki rongga yang
berfungsi untuk tempat dialirkannya fluida dari suatu titik ke beberapa titik lainnya.
Fluida yang mengalir pada pipa bermacam – macam jenisnya, mulai dari liquid, gas,
dan juga solid. Mengingat pentingnya fungsi pipa dalam kehidupan sehari-hari, maka
dibuatlah suatu sistem dengan beberapa rangkaian pipa yang mengalirkan suatu fluida
tanpa mengalami kebocoran dalam jarak yang sangat jauh dan panjang, yang biasa
disebut dengan sistem pipeline.
Dalam kenyataannya, sering kali tertukar pendefinisian antara pipeline dengan
piping. Perbedaan antara keduanya yakni, jika pipeline mengalirkan fluida dengan jarak
yang sangat jauh dan fungsinya cenderung ke arah transmisi dan pendistribusian suatu
fluida. Sementara piping itu sendiri, terbatas beroperasi pada suatu plant tertentu saja
dan jaraknya relatif lebih pendek dibandingkan dengan pipeline.[4]
Dari segi lokasi penempatan pipa, sistem pipeline dibagi menjadi dua jenis,
yakni :
1. Onshore Pipeline
Sistem perpipaan yang menditribusikan fluida dengan daerah kerjanya di
daratan.
2. Offshore Pipeline
Sistem perpipaan yang menditribusikan fluida dengan daerah kerjanya di lepas
pantai atau di dalam lautan.
2.5.1. Sistem Pipeline untuk Fluida Minyak
Pada desain sistem transportasi minyak, dalam menentukan sistem pipa yang baik
memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek yang menyangkut desain, operasi dan
juga ekonomi untuk mengangkut suatu komoditas dari sumber ke tujuan.
Dalam bidang keteknikkan, ada tiga aspek desain yang menyangkut sistem pipa,
yakni :
a) Desain hidrolik
b) Desain mekanik
c) Desain operasi dan perawatan.
15
Untuk analisis perancangan sistem ini, penulis membatasi sampai pada aspek
desain hidroliknya saja. Desain hidrolik merupakan suatu proses mengevaluasi
karakteristik fisik dari komoditas yang akan didistribusikan, kuantitasnya yang akan
dialirkan, pemilihan rute dan topografi, mengidentifikasi jumlah pompa yang
digunakan pada sistem dan juga letak stasiun pompa berdasarkan karakteristik
hidroliknya.[3]
2.5.2. Pemilihan Rute
Pemilihan rute merupakan faktor yang cukup penting dalam proses mendesain
jalur pipa, karena dari pemilihan rute ini dapat menentukan efektifitas pengaliran
sehingga analisis perancangan ini menjadi optimum. Dan dari pemilihan rute juga dapat
memperhitungkan daerah yang dapat dilewati maupun tidak dapat dilewati oleh pipa.
Secara logika, dalam pemilihan rute diambil jarak terpendek atau garis lurus agar
lebih efisien dalam segi pendistribusiannya. Namun ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan rute itu sendiri, yakni :
1. Jarak
Dengan meminimalisasi jarak total yang dilalui pipa, akan berpengaruh terhadap
faktor ekonomis, sehingga biaya produksi dan instalasi akan jauh lebih murah.
2. Elevasi (Topografi area)
Penentuan elevasi dari daerah yang dilalui pipa diambil serendah mungkin, untuk
menjaga kondisi dari pompa yang digunakan. semakin tinggi elevasi yang dilalui,
maka kerja pompa akan lebih berat.
3. Lokasi
Untuk lokasi, diusahakan untuk tempat yang mudah dijangkau dan strategis, agar
dalam proses perawatannya nanti, tidak sulit menmpuh medan yang dilalui.
4. Keamanan
Faktor keamanan juga sangat penting untuk diperhatikan, untuk menghindari
kegagalan pipa yang dapat merusak lingkungan dan menghindari adanya oknum
yang memanfaatkan pipa yang dipasang, sehingga akan merugikan perusahaan.
Dan juga dalam hal perizinan area, agar tidak mengganggu pemukiman penduduk
dan merugikan lingkungan sekitar.
16
2.5.3. Basis Desain
Tahap awal perencanaan dibutuhkan dasar desain. Parameter umum yang
dibutuhkan diantaranya:
Parameter sistem. Ada beberapa parameter yang ditentukan dari perusahaan
yang dapat membantu menentukan laju aliran untuk sistem. Desain laju aliran sistem
mungkin saja berubah-ubah tiap tahunnya dan dinyatakan sebagai laju aliran per hari
dalam barrel per day (BPD) atau 1000 m3
per calender day (1000 m3/cd) atau million
tonnes per annum (MTA). Ratio antara laju aliran per calender day dengan operasi per
hari disebut faktor beban (load factor).
Faktor beban =laju kebutuhan per hari
laju operasi per hari ……………………… 2.13
Pada sistem pipa yang baik memiliki faktor beban antara 92 sampai 95 persen.
Sedangkan sistem pipa yang memiliki variasi aliran memiliki faktor beban yang lebih
rendah, 85 sampai 90 persen.
Parameter lingkungan. Parameter kritis lingkungan untuk desain hidrolik ialah
temperatur ambient tanah untuk pipa bawah tanah, dan udara untuk pipa diletakkan di
atas tanah.
Sifat-sifat komoditas. Spesifikasi dari komoditas yang ditransportasikan
termasuk identifikasi dari viskositas, densitas, tekanan vapor, dan temperatur tertentu.[2]
2.5.4. Sistem Isothermal
Sistem pipa minyak khususnya mempunyai variasi temperatur pada keseluruhan
sistemnya. Hal ini yang akan mempengaruhi viskositas dan efek desain lainnya. Untuk
mempermudah perhitungan, maka temperatur diasumsikan konstan di sepanjang pipa
berdasarkan karakteristik fluida dan kondisi lingkungannya.
Temperatur desain untuk rata-rata operasi berbeda dengan pengukuran standar
yang menyangkut desain kasar. Sebagai konsekuensi, diperlukan penyesuaian dari nilai-
nilai yang diberikan pada kondisi standar @ 60°F (15°C) terhadap kondisi operasi [2]
17
2.5.5. Sistem Energi
Sistem energi yang digunakan dalam pembahasan ini ialah head, H, dan tekanan,
P. Penurunan tekanan total sepanjang pipa terdiri dari penurunan tekanan statik,
penurunan tekanan percepatan dan penurunan tekanan gesek. Sama halnya pada head
ada tiga komponen yaitu head statik atau elevasi, head kecepatan, dan head gesekan.[2]
2.6. Kode Standar Perancangan
Kode standar perancangan digunakan untuk mengetahui batasan dan mendapatkan
kepastian, agar sistem yang dirancang berjalan dengan aman, tanpa membahayakan
lingkungan sekitar. Untuk analisis perancangan sistem pipa bawah tanah ini, dapat
menggunakan aturan-aturan yang terdapat dalam kode standar perancangan sistem pipa
yang sudah ada yakni :
ASME B31.4 Pipeline Transportation Systems for Liquid Hydrocarbonsand
Other Liquids
ASME B16.5 Pipe Flanges and Flanged Fittings
API 5L Specification for Line Pipe
API RP 1102 Steel Pipelines Crossing Railroads and Highways
2.7. Maximum Allowable Operating Pressure (MAOP)
MAOP atau tekanan maksimum operasi yang diijinkan dapat ditentukan dari
tebal dinding pada pipa yang dijelaskan dalam diagram benda bebas pipa pada Gambar
2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Diagram benda bebas silinder. [3]
18
Dari Gambar 2.5 di atas dapat kita jelaskan dan diperoleh kesetimbangan gayanya yaitu
𝐹𝑦 = 0
−𝜍𝐻 𝑡𝑥𝑙 + 𝑝 𝐷𝑥𝑙 = 0
𝜍𝐻 = 𝑆𝐴 =𝑝𝑥𝐷
2𝑥𝑡 .................................................. 2.14
Keterangan :
Dxl = luas proyeksi silinder
txl = luas dinding silinder
Sehingga diperoleh persamaan berikut dalam satuan SI, untuk menghitung MAOP atau
tekanan maksimum operasi yang diizinkan pada pipa.
𝑃𝑖 =2 𝑥 𝑆𝐴 𝑥 𝑡
𝐷……………..…………………… 2.15
Dimana, Pi merupakan tekanan internal gauge maksimum yang diizinkan atau
nilai MAOP itu sendiri dalam satuan MPa, kemudian D adalah diameter luar dari pipa
dalam satuan mm, SA adalah tegangan izin dalam MPa, dan t adalah tebal dinding pipa
dalam satuan mm.
Tebal dinding, t untuk menghitung nilai MAOP, yang sudah termasuk kedalam
nilai penambahan tebal untuk toleransi terhadap korosi atau beban terkonsentrasi,
ekspansi panas atau kontraksi dan lengkungan.[3]
2.8. Maximum Allowable Operating Head (MAOH)
MAOH merupakan head maksimum operasi yang diizinkan yang diperoleh dari
nilai MAOP dalam satuan tekanan yang dikonversi menjadi head dengan satuan meter.
MAOH digunakan untuk menentukan lokasi dari stasiun pompa pada pembahasan
berikutnya. Nilai MAOH dapat dilihat pada persamaan berikut :
19
𝑀𝐴𝑂𝐻 = 𝑃𝑖
𝛾…………………………………… 2.16
Dimana :
Pi (MAOP) : tekanan internal gauge maksimum yang diizinkan (MPa)
γ : berat jenis dari fluida yang dialirkan (N/m3)
2.9. Gradien Hidrolik
Gradien hidrolik ialah suatu profil yang menunjukkan nilai head statik disetiap
titik pada sistem pipa yang merujuk kepada data elevasi terhadap permukaan air laut.
Profil elevasi tanah ditunjukkan pada profil rute atau jalur. Energi tambahan yang
melewati pompa di plot diatas profil elevasi. Kerugian gesek ditunjukkan secara grafik.
Untuk sistem dengan parameter konstan, gradien hidrolik akan membentuk suatu garis
lurus dengan kemiringan yang sama dengan akibat kerugian gesek per satuan panjang,
hf, untuk laju aliran spesifik. Maka dari itu, tekanan aktual pada setiap titik ialah
perbedaan antara gradien hidrolik dan elevasi tanah.
Gradien hidrolik merupakan nilai head yang harus tersedia sepanjang pipa pada
aliran sehingga tidak boleh kurang dari profil elevasi tanah pada pipa. Oleh karena itu,
ketika gradien hidroliknya memotong profil elevasi tanah maka di titik tersebut
dibutuhkan stasiun pompa.
Pada gambar 2.6 di bawah ini diilustrasikan contoh metode grafik untuk
menentukan jumlah dan lokasi stasiun pompa dari pipa NPS 20 (DN 500). Dimulai dari
elevasi awal, lalu menggambar gradien hidrolik ke setiap bagian MAOH pipa yang
diplot di atas profil elevasi. Elevasi gradien hidrolik terhadap stasiun di plot di atas
elevasi tanah dengan perbandingan terhadap kerugian-kerugian pada sistem per satuan
jarak. [3]
20
Gambar 2.6 Contoh gradien hidrolik dari pipa DN 500, 30.000 m3/d.
[3]
2.10. Pemilihan Pompa
Dalam memilih suatu pompa untuk suatu maksud tertentu, terlebih dahulu harus
diketahui kapasitas aliran serta head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair yang
akan dipompa.[5]
Sangatlah penting dalam menentukan jenis pompa untuk mengetahui berbagai hal
yang diperlukan dalam proyek, seperti zat cair yang akan ditransmisikan, sistem pipa
yang dipakai, temperatur zat cair, iklim atau cuaca sepanjang jalur pipa, dan derajat
performansi serta faktor keamanannya.[2]
Apabila perubahan kondisi operasi sangat besar (khususnya perubahan kapasitas
dan head) maka putaran dan ukuran pompa harus ditentukan dengan memperhitungkan
hal tersebut. Basis pemilihan pompa untuk ukuran dan tipenya pada tiap stasiun dapat
ditentukan dengan sistem kurva resistansi karakteristik operasi atau performansi dan
21
kurva kerugian head pada sistem. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 di bawah
ini.[3]
Gambar 2.7 Kurva H-Q untuk sistem pipa dan pompa sentrifugal. [2]
2.10.1. Spesifikasi Pompa
Kapasitas aliran adalah jumlah kebutuhan aliran yang akan dipompakan.
Kapasitas ditentukan menurut kebutuhan pemakaiannya. Instalasi pompa berpengaruh
terhadap head total pompa. Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan
jumlah zat cair, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa.
Jenis dan sifat dari zat cair yang akan dipompa seperti berat jenis, viskositas kinematik,
temperatur, dan tekanan uap air untuk berbagai kondisi temperatur fluida. [5]
Kebutuhan daya pompa untuk seluruh sistem dapat diperhitungkan dengan energi
yang diterima oleh fluida dari pompa per satuan waktu atau disebut daya air, sebagai
berikut
𝑃 = 𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝜌 𝑥 𝑔…………………………….2.17
Dimana Q, merupakan kapasitas aliran dalam m3/s, Hp, ialah head total pompa,
dan , ialah densitas atau kerapatan jenis fluida dalam kg/m3.
Kemudian daya poros, P, ialah daya yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah
pompa adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya ini
dapat dinyatakan sebagai berikut :
22
𝑃 =𝑃
𝜂……………………………………..2.18
Dimana P, ialah daya poros pompa dalam Watt, dan , ialah efisiensi pompa
(pecahan). [5]
Efisiensi pompa dalam persen untuk pompa sentrifugal berkisar 70-80 persen dan
sampai 90 persen untuk pompa reciprocating. [3]
2.10.2. Stasiun Pompa
Jenis pompa untuk fluida minyak biasa digunakan jenis pompa sentrifugal atau
jenis lain tergantung pada head (penurunan tekanan). Untuk sistem dengan head yang
besar (pipa panjang atau head statis besar), biasa digunakan pompa positive
displacement. Untuk nilai head medium, pompa sentrifugal sangat cocok. Untuk head
rendah, pompa aliran aksial seperti pompa propeller baik digunakan. Secara kasar,
perbedaan nilai head 1000 ft di atas permukaan air tergolong besar, nilai head antara 10
sampai 1000 ft tergolong medium, dan di bawah 10 ft tergolong rendah.[2]
Kalkulasi total dari head pada sistem berdasarkan laju aliran yang melewati pipa
dengan diameter yang telah ditentukan akan menentukan pompa yang dibutuhkan dalam
sistem. Analisa yang dilakukan ialah metode penentuan jumlah stasiun pompa dan
lokasi stasiun pompa dengan metode grafik dan keseimbangan hidrolik.[3]
Jumlah stasiun pompa dapat dihitung dengan membagi total head pada sistem,
dimana merupakan jumlah dari head statik dan head gesekan dengan tekanan atau head
operasi maksimum yang diijinkan. Sebagai contoh pada persamaan berikut[3]
:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
(𝑀𝐴𝑂𝐻 )............................2.19
Untuk lokasi stasiun pompa dilokasikan pada titik awal sistem pipa. Dan lokasi
stasiun berikutnya sesuai dengan keseimbangan hidrolik. Dimana setiap stasiun
memiliki diferensiasi head dan tekanan yang sama.
23
𝐷𝑖𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑒𝑎𝑑 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎...................................2.20
2.11. Perlindungan Pipa
2.11.1. Jenis-Jenis Korosi
Korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang terjadi
disebabkan oleh pengaruh lingkungan di sekelilingnya. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan lingkungan sekitarnya dapat berupa udara dengan sinar matahari, embun, air
tawar, air laut, air danau, air sungai dan tanah yang berupa tanah pertanian, tanah rawa,
tanah kapur dan tanah pasir berbatu.[6]
Korosi pada perpipaan dapat terjadi pada permukaan dalam dan luar pipa. Pada
fluida korosif seperti H2S sangat berpotensi terjadinya korosi yang mengakibatkan
penurunan performa atau efisiensi dari pengaliran. Korosi yang terjadi pada permukaan
dalam pipa dapat ditanggulangi dengan metode pembersihan menggunakan pigs. Korosi
internal juga dapat ditanggulangi dengan memberikan inhibitor korosi pada fluida yang
ditransportasikan. Metode lainnya dengan menggunakan lining.
Korosi eksternal adalah faktor utama dalam desain dan perancangan pada
perpipaan. Ada beberapa metode untuk pencegahan korosi eksternal pada perpipaan
yaitu dengan proteksi katodik dan pelapisan (coating). Pada aplikasi perpipaan untuk
distribusi minyak, proteksi katodik sangat tidak dianjurkan karena sangat berbahaya
dalam prosesnya yang menimbulkan percikan listrik.[3]
Korosi merupakan penyebab terbesar kedua kerusakan pada pipa. Korosi
merupakan reaksi kimia atau elektrokimia dari pipa terhadap lingkungannya. Jenis-
jenis korosi adalah sebagai berikut:
1. Korosi kimiawi
Korosi ini merupakan akibat kontak dari pipa dengan substansi yang bersifat
korosif seperti asam yang bereaksi dengan permukaan pipa sehingga
menyebabkan kerusakan. Korosi ini dapat dihindari dengan pemilihan
material pipa dan fluida yang dialirkannya serta menggunakan lining atau
24
coating pada pipa untuk menghindari kontak langsung antara senyawa korosif
dengan material pipa.
2. Korosi galvanis
Korosi ini sama prinsipnya dengan sel galvanis (baterai). Korosi ini sering
terjadi pada pipa logam karena ketidakseragaman material logamnya. Korosi
galvanis tidak hanya bergantung pada beda potensial antara dua logam yang
berhubungan tetapi juga ketika elektrolit terkontak. Semakin tinggi
konduktivitas elektrolit maka semakin banyak arus yang mengalir melalui sel
galvanis dan kemungkinan besar terjadi korosinya. Maka dari itu tanah
lembab dan yang banyak mengandung garam sangat korosif terhadap pipa.
3. Korosi elektrolisis
Ketika dua logam dialiri arus listrik, maka partikel logamnya akan terbawa
melalui elektrolit sehingga menyebabkan logam tersebut terkorosi.
4. Korosi bakterial
Korosi bakterial terjadi akibat adanya bakteri atau alga tertentu yang dapat
menghasilkan substansi korosif terhadap pipa. Selama akhir siklus hidupnya,
mereka memproduksi asam yang juga dapat mengkorosi pipa.
5. Korosi celah
Korosi ini terjadi pada celah kecil antara logam akibat elektrolit yang
terperangkap dan berbeda dengan keadaan lingkungannya.[2]
2.11.2. Pencegahan Korosi
2.11.2.1. Lining dan Coating
Lining merupakan aplikasi dari coating pada bagian permukaan dalam pipa,
sedangkan coating sama merupakan perlindungan dengan pelapisan tetapi pada bagian
permukaan luar pipa. Perlindungan dengan cara ini dapat menghindari korosi dan abrasi
pada pipa. Lining dapat membuat permukaan dalam menjadi lebih halus sehingga
mengurangi kerugian gesek, dan mengurangi kerusakan pada pipa akibat kavitasi pada
beberapa kondisi. Beberapa contoh material yang digunakan untuk lining dan coating
ialah material bitumastic, semen, kaca, karet, fluorocarbon lining, thermoplastic lining,
dan sebagainya.[2]
25
Pengembangan khusus untuk pelapisan dengan plastik pada perpipaan biasanya
ialah material PVC, polyrthylene, polypropylene, dan nylon. Coating plastik biasanya
dipilih untuk katub walau pada keadaan khusus dapat dipakai karet atau kaca untuk
cairan korosif atau mudah terbakar. Untuk perpipaan hidrokarbon yang memiliki suhu
tinggi dan tahanan panas tinggi sangat dianjurkan untuk memakai polyvinyldenefloride
(PVDF) karena merupakan thermoplastic yang kuat dan liat, tahan terhadap asam dan
basa anorganik.
2.11.2.2. Perlindungan Katodik
Korosi terjadi akibat dari reaksi kimia atau reaksi ion, sehingga perlindungan
katodik merupakan metode elektrik dengan memberikan arus listrik lawan pada struktur
logam pada pipa baja baik yang di dalam tanah atau di dalam air. Dengan memberikan
perlindungan struktur logam pada pipa baja (katoda atau anoda), struktur tersebut
terlindung dari korosi.
Ada dua metoda umum perlindungan katodik. Yang pertama adalah perlindungan
katodik arus terpasang, dimana membutuhkan sumber arus DC, pada umumnya rectifier
sama dengan penggunaan charger baterai. Dengan menghubungkan terminal negatif
dari rectifier ke pipa baja untuk dilindungi dan menghubungkan terminal positif ke
tanah melalui sebuah elektroda, dan pipa menjadi katoda.
Metoda lain perlindungan katodik adalah dengan mengorbankan anoda. Elektroda
zinc dan magnesium yang dikorbankan menjadi anoda dan terkorosi. [2]
2.12. Perencanaan dan Instalasi
2.12.1. Perencanaan dan Instalasi Pipa dalam Tanah
Proses instalasi pipa dalam tanah harus sangat diperhatikan agar dapat mengurangi
gaya impak pada pipa. Ukuran pipa harus sesuai dengan ukuran galian tanpa adanya
beban luar yang menahan. Pipa ditanam antara 75 – 800 mm dalam beton dan tidak
kurang dari 300 mm di bawah jalan atau tanah. Pada Gambar 2.8 di bawah ini
diperlihatkan sistem perlindungan mekanis pipa di dalam tanah berdasarkan beban
luar.[7]
26
Gambar 2.8 Sistem penanaman pipa dalam tanah.[7]
Perusahaan pipa akan menentukan spesifikasi beban yang diperbolehkan
untuk beberapa jenis lintasan. Besarnya beban dapat diketahui dari beban
kendaraan yang melintasi jalan, klasifikasinya ialah:
1. Kelas 1, jalan provinsi yang dapat dilalui kendaraan dengan
muatan lebih dari sepuluh ton.
2. Kelas 2, jalan kota yang dapat dilalui kendaraan dengan muatan
antara delapan sampai sepuluh ton.
3. Kelas 3, jalan kecamatan atau perdesaan yang dapat dilalui
kendaraan dengan muatan kurang dari delapan ton.
27
Prosedur desain pipa dengan pelindung ketika melintasi jalan juga sudah
diterapkan beberapa tahun kebelakang seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9 Instalasi pipa melintasi jalan raya dengan perlindungan. [8]
2.12.2. Perencanaan dan Instalasi Pipa Melewati Sungai
Proses instalasi pipa dalam tanah sesuai dengan analisis perlindungan mekanis
dari gaya impak yang diterima pipa berdasarkan klasifikasinya. Instalasi pipa pada jalur
yang dirancang berdasarkan pada keadaan dimana pipa akan diletakkan. Untuk
pemasangan pipa pada jalur yang melewati air seperti sungai, danau, rawa, atau
geografis yang mengandung air memiliki suatu permasalahan tersendiri. Ada tiga
metode untuk jalur yang melwati perairan yaitu metode galian (ditching), boring, dan
menggunakan jembatan.[2]
Pada perancangan struktur jembatan pipa yang melewati perairan menggunakan
sistem truss. Truss adalah kerangka yang tersusun atas batang-batang yang
dihubungkan pada ujung-ujungnyauntuk membentuk struktur yang kaku. Bidang truss
yang digunakan pada jembatan pipa umumnya dirancang berpasangan dengan bidang
28
truss lainnya pada sisi yang lainnya dan dihubungkan keduanya dengan batang yang
menyilang dan menumpu pada lantai jembatan. Pada gambar 2.10 dibawah ini,
ditunjukkan beberapa jenis jembatan sistem truss.
Gambar 2.10 Struktur jembatan sistem truss.[9]
2.12.3. Sambungan Pipa dan Katup
Pipa dapat dihubungkan antara satu sama lain dengan beberapa cara yaitu:
1. Pengelasan adalah cara yang paling sering digunakan untuk menyambung pipa,
karena dengan metode ini lebih kuat dan tidak mudah bocor seperti dengan
metode flange dan ulir. Penyambungan dengan metode ini tidak menambah
berat pada pipa seperti pada metode flange dan harus menambah ketebalan
dinding seperti metode ulir. Pada gambar 2.11 di bawah ini akan diperlihatkan
beberapa metode pengelasan.[3]
29
Gambar 2.11 Jenis dan proses pengelasan.[2]
2. Sambungan ulir digunakan untuk menghubungkan pipa dengan pipa, atau pipa
dengan sambungan.
3. Flange ialah metode yang paling sering digunakan karena kuat dan tidak
permanen. Digunakan pada pipa baja yang terhubung dengan pompa, flowmeter,
atau sambungan. Penggunaan flange sangat efektif karena dapat dengan mudah
dipasang dan dilepaskan.[2]
Pada gambar 2.12 di bawah ini ditunjukkan beberapa jenis flange yang sering
digunakan.
30
Gambar 2.12 Jenis flange. [2]
Jenis sambungan ada yang berupa sambungan spesifik dan memiliki
beberapa bentuk dengan fungsinya masing-masing. Jenis sambungan spesifik itu
disebut fitting. Fitting ulir digunakan pada pipa berulir, fitting pengelasan
digunakan untuk pipa non-ulir. Pada Tabel 2.2 di bawah ini ditunjukkan
beberapa jenis sambungan spesifik atau fitting menurut fungsinya.
31
Tabel 2.2 Jenis dan kegunaan fitting. [2]
Fitting Type Purpose
Bushing To connect a threaded small pipe to a larger one
Cap To seal the end of a pipe
Coupling To connect two threaded pipes of the same size together
Half coupling One end threaded, and the other plain. The plain end can be
welded to, for example, a tank to form a pipe entrance
Cross To connect a pipe to three others
Elbow To change flow direction
Nipples To tap a pipe (small tap)
Plug To seal the end of a threaded pipe
Reducer To change (reduce or enlarge) pipe diameter
Saddle To tap a pipe
Sleeve To connect two pipes together
Tee To connect a 90o branch
Union To connect two threaded pipes of the same size together without
having to turn the pipes – just turn the union
Y To connect two pipes to one pipe in the shape of a Y
Katup merupakan komponen yang dibutuhkan dalam sistem perpipaan yang
berfungsi untuk memberhentikan, meneruskan, ataupun mengalihkan aliran pada pipa.
Katup juga berfungsi untuk mengontrol laju aliran dan meregulasikannya. Ketika
tekanan fluida melampaui batasnya, katup mencegah kelebihan tekanan tersebut dengan
mengintegrasikannya. Katup mencegah keadaan vacuum. Beberapa jenis katup ada
yang dioperasikan secara manual atau memiliki aktuator yang diberikan arus listrik oleh
motor bisa berupa hidrolik dan pneumatik atau kombinasi keduanya untuk
mengoperasikan katup secara otomatis. Dalam pemilihan katup yang cocok untuk suatu
perancangan perlu diperhatikan aplikasi dari desain tersebut dan harus dievaluasi
karakteristik dari katup, fitur desain, material kontruksi, dan performansi.[3]
Ada beberapa jenis katup yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan pada
keadaan tertentu antara lain:
1. Katup pintu (Gate Valve)
Katup ini berupa pintu sorong yang terbuka dan tertutup dengan mengatur
pembukanya yang terpasang pada katup. Kerugian gesek yang diakibatkan
pada katup ini pada saat terbuka penuh sangat kecil. Katup ini biasa digunakan
pada sistem perpipaan minyak dan gas.
32
2. Globe Valve
Dari luar katup ini berbentuk melingkar. Merubah arah aliran yang melewati
katup ini. Kerugian gesek yang diakibatkan pada katup ini sangat besar
walaupun pada keadaan sepenuhnya terbuka. Katup jenis ini memberikan
pengaturan aliran yang lebih baik dari katup pintu dan baik digunakan pada
aplikasi throttle.
3. Angle Valve
Sama seperti globe valve, hanya arah yang dirubah hanya untuk sudut 900.
4. Katup bola (Ball Valve)
Katup berupa bola berlubang yang dapat dengan baik menghentikan laju airan
dengan baik. Ketika terbuka penuh hanya menyebabkan kerugian gesek yang
kecil.
5. Plug Valve
Katup jenis ini dapat terbuka dan tertutup dengan hanya mendorong dan
memutar katup. Katup ini dilengkapi dengan pegas penekan penutup aliran.
6. Butterfly Valve
Katup ini berfungsi untuk memperkecil laju aliran. Katup ini merupakan yang
paling ekonomis untuk pada sistem perpipaan yang besar. Katup harus ditutup
secara perlahan atau akan menyebabkan kerusakan.
7. Katup diafragma (Diaphragm Valve)
Diafragmanya memisahkan katup dengan fluida. Katup dapat digunakan untuk
fluida yang korosif dan berpartikel besar.
8. Pinch Valve
Katup ini digunakan untuk mengatur laju aliran dan cocok pada ukuran tabung
yang kecil.
9. Check Valve
Pada katup ini aliran tidak dapat berbalik. Katup ini menghasilkan aliran
searah.
10. Foot Valve
Katup ini digunakan untuk menjaga agar pompa tidak kehhilangan alirannya
ketika berhenti.[4]
33
2.13. Instalasi Pompa
Ruang pompa harus direncanakan dengan memperhatikan jalan untuk masuk
mesin, tempat, dan ruangan untuk membongkar dan memasang pompa, jalan untuk
pemeliharaan dan pemeriksaan, papan tombol, pipa-pipa, penopang pipa, saluran
pembuang air, drainase ruangan, ventilasi, penerangan, keran pengangkat, dan lain-lain.
Pompa cadangan harus diperhitungkan ketika jam operasi pompa secara kontinyu.
Beberapa pompa harus diperhitungkan jarak antar pompanya. Jarak yang terlalu besar
kurang ekonomis, tetapi jarak yang terlalu dekat dapat menimbulkan pusaran pada tadah
isap sehingga akan mengakibatkan performansi pompa yang buruk atau menyulitkan
pada waktu operasi dan pemeliharaan. Karena itu sebagai pedoman dapat diambil jarak
minimum 1,0 m dan biasanya lebih dari 1,5 m sebagai ruang bebas di sekeliling pompa.
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan pada instalasi pompa antara
lain:
1. Tata letak pompa
2. Perpipaan
3. Tadah isap dan tadah keluar. [5]