bab ii tinjauan pustaka 2.1 peramalanrepository.untag-sby.ac.id/4255/3/bab 2.pdf · 2020. 8. 4. ·...

24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalan Menurut (Heizer, 2016), Peramalan (Forecasting) adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi peristiwa pada masa mendatang. Peramalan akan melibatkan mengambil data historis dan memproyeksikan mereka ke masa yang akan datang dengan model matematika. Mungkin akan didasarkan pada data yang didorong oleh permintaan, misalnya rencana konsumen untuk membeli dan memproyeksikan mereka ke masa yang akan datang, atau peramalan akan melibatkan kombinasi dari keduanya, yang mana model matematika disesuaikan dengan pertimbangan yang baik. Tujuan peramalan ialah untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan pada prospek tersebut, sehingga dapat memperoleh informasi mengenai kebutuhan dan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan skala produksi, pemasaran, serta target. Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk membuat planning. 2.1.1 Jenis Jenis Peramalan a. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu 1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi 2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi. 3. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru dan penelitian serta pengembangan.

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Peramalan

    Menurut (Heizer, 2016), Peramalan (Forecasting) adalah suatu seni dan ilmu

    pengetahuan dalam memprediksi peristiwa pada masa mendatang. Peramalan akan

    melibatkan mengambil data historis dan memproyeksikan mereka ke masa yang akan

    datang dengan model matematika. Mungkin akan didasarkan pada data yang didorong

    oleh permintaan, misalnya rencana konsumen untuk membeli dan memproyeksikan

    mereka ke masa yang akan datang, atau peramalan akan melibatkan kombinasi dari

    keduanya, yang mana model matematika disesuaikan dengan pertimbangan yang

    baik. Tujuan peramalan ialah untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi

    atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan pada prospek tersebut, sehingga dapat

    memperoleh informasi mengenai kebutuhan dan untuk mengambil keputusan yang

    berkaitan dengan skala produksi, pemasaran, serta target. Peramalan diperlukan

    disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga

    para pengambil keputusan perlu untuk membuat planning.

    2.1.1 Jenis – Jenis Peramalan

    a. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu

    1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu

    hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan

    ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja,

    jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi

    2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau

    intermediate umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun.

    Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan,

    perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis

    bermacam-macam rencana operasi.

    3. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga

    tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk

    merencanakan produk baru dan penelitian serta pengembangan.

  • 8

    b. Peramalan Berdasarkan Rencana Operasi

    1. Peramalan ekonomi (economic forecast), peramalan ini menjelaskan

    atau meramalkan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi,

    ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun

    perumahan, dan indicator perencanaan lainnya.

    2. Peramalan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat

    kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang

    menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

    3. Peramalan permintaan (demand forecast), adalah proyeksi permintaan

    untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut

    juga Peramalan Penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas,

    serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan

    keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.

    c. Peramalan Berdasarkan Metode

    1. Metode Kuantitatif yaitu metode yang terdiri dari berbagai model

    matematik atau metode statistic dan data historis untuk meramalkan

    permintaan.

    2. Metode Kualitatif yaitu metode yang bersifat subyektif dan

    dipengaruhi oleh intuisi, emosi dan pengalaman seseorang.

    2.1.2 Prosedur Peramalan

    Menurut (Gaspersz, 2001) pada dasarnya terdapat Sembilan langkah

    yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivivtas dan efisiensi dari sistem

    dalam manajemen permintaan dan persediaan, agar dapat melakukan

    peramalan dengan sangat akurat, Berikut langkah-langkah peramalan :

    1. Menentukan tujuan dari peramalan

    2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan

    3. Mementukan horizon waktu dari peramalan jangka pendek, jangka

    menengah atau jangka panjang

    4. Memilih model untuk peramalan

    5. Mengumpulkan data dan analisis data

    6. Validasi model peramalan

    7. Membuat peramalan

    8. Implementasi hasil peramalan

    9. Memantau keandalan hasil peramalan menggunakan peta kontrol tracking

    signal.

  • 9

    2.1.3 Metode Peramalan

    a. Metode Kuantitatif

    1. Model Seri Waktu (Time Series), metode yang menggunakan waktu

    sebagai dasar peramalan. Dalam peramalan ini perlu diketahui dulu

    pola/kompoenen time series. Pola permintaan dapat diketahui

    dengan membuat “scatter diagram” yaitu memplotkan data masa

    lalu selama interval waktu tertentu. Model ini terdiri dari beberapa

    jenis antara lain :

    a. Moving Average

    Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual

    permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk

    permintaan di masa yang akan datang. Metode rata-rata bergerak

    akan efektif ditetapkan jika kita dapat mengasumsikan bahwa

    permintaan pasar terhadap produk akan tetap stabil sepanjang

    waktu. Metode ini cocok digunakan untuk data permalan yang

    bersifat random, artinya tidak ada trend naik maupun turun,

    musiman dan sebagainya.

    𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 =∑(𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)

    𝑛 ………………(2.1)

    b. Exponential Smoothing

    Model peramalan ini pemulusan eksponensial bekerja

    hampir serupa dengan alat thermostat, dimana apabila galat

    ramalan adalah positif, yang berarti nilai aktual lebih tinggi

    daripada nilai ramalan (A - F > 0), maka model pemulusan

    eksponensial akan secara otomatis meningkat nilai permalannya.

    Sebaliknya apabila nilainya negatif, yang berarti nilai aktual

    permintaan lebih rendah daripada nilai ramalan (A – F < 0), maka

    model permulusan eksponensial akan secara otomatis

    menurunkan nilai ramalan. Proses ini berjalan secara terus-

    menerus kecuali jika nilai galat ramalan telah mencapai nol.

    Kenyataan ini yang membuat permala suka menggunakan metode

    ini karena cocok digunakan apabila data historis permintaan

    bergejolak atau tidak stabil.

    𝐹𝑡 = 𝐹𝑡−1 + 𝛼(𝐴𝑡−1 − 𝐹𝑡−1)…………………………..(2.2)

  • 10

    Dimana :

    𝐹𝑡 : Nilai ramalan untuk periode waktu ke-t

    𝐹𝑡−1 : Nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1

    𝐴𝑡−1 : Nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1

    𝛼 : Konstanta permulusan (smoothing constant)

    c. Weight Moving Average

    Model rata-rata bergerak ini lebih responsif terhadap

    perubahan karena data periode yang baru biasanya diberi bobot

    lebih besar. Model metode ini cocok digunakan apabila data

    historis tidak stabil

    WMA(n) =∑(𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑛)(𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑛)

    ∑(𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡)…(2.3)

    d. Trend Line Analysis Model

    Metode analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai

    model peramalan apabila pada historis dari data actual permintaan

    menunjukkan adanya suatu kecenderungan menaik dari waktu ke

    waktu.

    𝐹𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑡………………………………………………….(2.4)

    Dimana :

    F : Nilai ramalan periode ke-t

    a : Intersep

    b : Slope dari garis kecenderungan (trend line), merupakan

    tingkat perubahan dalam permintaan

    t : Indeks waktu (t = 1,2,3,…,n) ; n adalah banyak

    periode waktu

    e : Exponential Smoothing With Trend

    Formula untuk model permulusan eksponensial dengan

    mempertimbangkan kecenderungan adalah :

    Forecast Including Trend = New Forecast + Trend Correction…(2.5)

  • 11

    Persamaan untuk koreksi kecenderungan (trend correction)

    menggunakan suaatu konstanta pemulusan beta ꞵ, yang dihitung

    berdasarkan formula berikut :

    Tt = (1 - ꞵ) Tt-1 + ꞵ(Ft – Ft-1)……………..………………………(2.6)

    Dimana :

    Tt : Smoothed trend untuk periode t

    Tt-1 : Smoothed trend untuk periode t-1 (periode yang lalu)

    ꞵ : Konstanta dari trend-smoothing yang dipilih

    Ft : Nilai ramalan berdasarkan metode pemulusan

    eksponensial sederhana, ES, untuk periode t

    Ft-1 : Nilai ramalan berdasarkan metode pemulusan

    eksponensial sederhana, ES, untuk periode t-1

    2. Model Kausal (Explanatory Model),

    Model ini mengasumsikan variable yang diramalkan untuk

    menunjukan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa

    variable bebas (independent variable). Analisis variabel yang dicari

    dengan variabel bebas atau yang mempengaruhi. Dalam prakteknya jenis

    metode peramalan ini terdiri dari − Metode regresi dan kolerasi,

    merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun

    jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik least

    squares yang dianalisis secara statis.

    b. Metode Kualitatif

    1. Juri dan Opini Eksekutif

    Metode ini cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap ituisi

    dari sekelompok kecil orang yang mampu memberikan opini kritis dan

    relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi ketika tidak ada

    alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan walaupun

    demikian, metode ini mempunyai banyak keterbatasan, sehingga sering

    dikombinasikan dengan model statistik.

  • 12

    2. Metode Kelompok Terstruktur

    Metode Kelompok Terstruktur (structured group methods) sama

    seperti metode Delphi dan metode lainnya. Apabila metode Delphi

    merupakan teknik peramalan berdasarakan proses konvergensi dari opini

    beberapa orang ahli secara interaktif tanpa menyebutkan identitasnya,

    metode kelompok terstruktur tidak bertemu secara bersama dalam suatu

    forum untuk berdiskusi, tetapi diminta pendapatnya secara terpisah dan

    tidak boleh secara berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari

    pendapat yang bisa karena suatu kelompok. Pendapat yang berbeda secara

    signifikan dari para ahli yang lain dalam grup tersebut akan dinyatakan

    lagi kepada yang bersangkutan, sehingga akhirnya diperoleh angka

    estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima.

    3. Metode Delphi

    Dalam metode ini sekelompok pakar mengisi kuisoner. Variabel

    moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu

    kuisoner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian

    seterusnya. Hal ini merupakan suatu proses pembelajaran dari kelompok

    tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu.

    4. Market Survey

    Market survey merupakan sebuah metode peramalan berdasarkan

    hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenag pemasaran produk atau yang

    mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring informasi dan

    pelanggan potensial, riset pasar merupakan sebuah metode peramalan

    berdasarkan hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenaga pemasaran

    produk atau mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring

    informasi dan pelanggan potensial (konsumen), kaitan dengan rencana

    pembelian mereka pada masa mendatang. Pada dasarnya riset pasar bukan

    hanya untuk membantu permalan, melainkan untuk meningkatkan desain

    produk dan perencanaan produk baru.

    2.1.4 Akurasi Peramalan

    Setelah menentukan metode permalan, langkah berikutnya yaitu

    melakukan pengukuran akurasi permalan. Ukuran akurasi permalan digunakan

    untuk mengukur kesalahan kesalahan tingkat perbedaan antara hasil peramalan

    dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Keakuratan metode peramal

  • 13

    terutama dengan menggunakan metode di atas tidak dapat lepas dari metode-

    metode dalam pengukuran akurasi peramalan. Menurut (Heizer, 2016),

    mengatakan ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung

    kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk

    membandingkan model peramal yang berbeda, mengawasi permalan, dan untuk

    memastikan permalan berjalan dengan baik. Berikut ada beberapa perhitungan

    yang paling dikenal adalah

    1. Mean Absolute Deviation (MAD)

    Akurasi peramalan akan tinggi apabila nilai rata-rata penyimpangan

    absolut semakin tinggi. MAD merupakan nilai total absolut dari kesalahan

    peramalan dibagi dengan data atau yang lebih mudah adalah nilai kumulatif

    kesalahan absolut dibagi dengan periode.

    𝑀𝐴𝐷 = ∑𝐴𝑡−𝐹𝑡

    𝑛………………………………….....................................(2.7)

    Dimana :

    At : Permintaan aktual pada periode-t

    Ft : Peramalan permintaan pada periode-t

    n : Jumlah periode peramalan yang terlibat

    2. Mean Square Eror (MSE)

    MSE adalah metode untuk mengevaluasi metode peramalan. Masing-

    masing kesalahan atau sisa dikuadratkan. Kemudian dijumlahkan dan

    ditambahkan dengan jumlah observasi. Metode ini menghasilkan kesalahan

    sedang yang kemungkinan lebih baik untuk kesalahan kecil, tetapi

    menghasilkan perbedaan yang besar.

    𝑀𝑆𝐸 = ∑𝑒𝑖

    2

    𝑛=

    ∑(𝑥𝑖−𝐹𝑖)2

    𝑛……………………………………………..(2.8)

    Dimana :

    Xi : Data Aktual

    Fi : Data Peramalan

    n : Periode

  • 14

    3. Mean Absolute Percentage Eror (MAPE)

    MAPE dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap

    periode dibagi dengan nilai observasi nyata untuk periode itu. Pendekatan ini

    berguna ketika ukuran atau besar variabel ramalan itu penting dalam

    mengevaluasi ketetapan ramalan.

    𝑀𝐴𝑃𝐸 =∑

    [𝑒𝑖]

    𝑥𝑖𝑥 100%

    𝑛=

    ∑[𝑋𝑖−𝐹𝑖]

    𝑋𝑖𝑥100%

    𝑛…………………………………..(2.9)

    4. Tracking Signal

    Berkaitan dengan validasi metode peramalan, dapa menggunakan suatu

    cara yaitu Tracking Signal. Tracking signal merupakan suatu ukuran

    bagaimana baiknya suatu peramalan memperkirakan nilai aktual.

    Berikut ini adalah rumus dari tracking signal (Gaspersz, 2004) :

    𝑇𝑟𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 =∑(𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑖−𝑓𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡 𝑑𝑒𝑚𝑜𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑖)

    𝑀𝐴𝐷……..(2.10)

    Dimana :

    MAD = ∑(𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡 𝑒𝑟𝑜𝑟𝑠)

    𝑛………………………………..…(2.11)

    Keterangan :

    RSFE : Jumlah kesalahan

    MASD : Rata-rata penyimpangan absolute

    a : Banyaknya periode data

    Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan

    lebih besar daripada ramalan, begitu juga sebaliknya. Suatu tracking signal

    dikatakan baik apabila memiliki RSFE yang rendah dan mempunyai

    kesalahan positif yang sama banyak atau seimbang dengan kesalahan negatif,

    sehingga pusat dari tracking signal mendekati nol. Beberapa ahli dalam

    sistem peramalan seperti Geogre Plossl dan Oliver Wight, dua pakar rencana

    produksi dan pengendalian inventori menyarankan untuk menggunakan nilai

    tracking signal sebesar ±4, sebagai batas-batas pengendalian untuk tracking

    signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada di luar batas-

  • 15

    batas pengendalian, metode peramalan perlu ditinjau kembali. Hal ini

    dikarenakan akurasi peramalan tidak dapat diterima (Gaspersz, 2001)

    2.2 Manajemen Persediaan

    Menurut (Ristono, 2018) Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang

    yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan

    datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah

    jadi dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi

    disimpan sebelum digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi, sedangkan

    persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau

    dipasarkan. Dengan demikian setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha

    umumnya memiliki persediaan.

    Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi (industri manufaktur) akan

    memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan bahan

    setengah jadi dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan

    minimal memiliki satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Adanya

    berbagai macam persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan tindakan

    yang berbeda untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan

    permasalahan lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta

    peramalan penjualan atau permintaan konsumen. Bila melakukan kesalahan dalam

    menetapkan besarnya persediaan maka akan merembet ke masalah lain, misalnya

    tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan berlebihnya persediaan

    sehingga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan

    bahan dan sebagainya.

    2.2.1 Tujuan Manajemen Persediaan

    Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan

    tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan

    adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga

    diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah yang

    dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat

    menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga

    kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang

    ekonomis. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa manajemen persediaan

    memiliki tujuan sebagai berikut :

  • 16

    a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat

    (memuaskan konsumen).

    b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

    mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses

    produksi, hal ini dikarenakan alasan: kemungkinan barang (bahan baku dan

    penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh dan kemungkinan

    supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

    c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba

    perusahaan.

    d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

    mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

    e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran

    karena akan mengkibatkan biaya menjadi besar. (Agus Ristono, 2013:4)

    2.2.2 Fungsi Manajemen Persediaan

    Enam fungsi yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi

    kebutuhan perusahaan, sebagai berikut :

    1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang

    yang dibutuhkan perusahaan.

    2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus

    dikembalikan.

    3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

    4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga

    perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.

    5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas.

    6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang yang

    diperlukan.

    Berdasarkan keenam fungsi itu maka persediaan dapat dikelompokan

    kedalam empat jenis:

    1. Fluctuation stock merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga

    terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan

    untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan

    penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang.

    2. Anticipation Stock jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang

    dapat diramalkan, misalnya pada musim-musim permintaan tinggi, dimana

    kapasitas produksi pada saat tersebut tidak mampu untuk memenuhi

  • 17

    permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan

    sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya

    produksi.

    3. Lot-size Inventory yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih

    besar daripada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk

    mendapatkan keuntungan dari harga barang (potongan kuantitas) karena

    pembelian dalam jumlah yang besar atau untuk mendapatkan penghematan

    dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.

    4. Pipeline Inventory yaitu persediaan yang sedang dalam proses pengiriman

    dari tempat asal ke tempat barang tersebut akan dipergunakan. Misalnya,

    barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan yang dapat

    memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.

    2.2.3 Faktor Penentu Persediaan

    Sebuah masalah bagi perusahaan ketika melakukan penentuan

    persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Sebenarnya perlu dibedakan antara

    persediaan bahan baku dan barang jadi, namun yang dimaksud dengan persediaan

    dalam kaitannya dengan kegiatan produksi adalah persedian bahan baku atau

    penolong. Besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong

    dipengaruhi oleh faktor:

    1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk

    menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak

    jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat

    persediaan bahan baku. Volume produksi yang direncanakan, hal ini

    ditentukan oleh penjualan terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi

    volume produksi direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih

    banyak yang berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan baku.

    2. Kontinuitas produksi tidak terhenti,diperlukan tingkat persediaan bahan baku

    yang tinggi dan sebaliknya.

    3. Sifat bahan baku atau penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau

    tahan lama (undurable good). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat

    disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong

    bahan yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam jumlah yang

    banyak.

  • 18

    Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan lama, maka tidak

    ada salahnya perusahaan menyimpan dalam jumlah besar. Agar kontinuitas

    produksi tetap terjaga, maka untuk berjaga-jaga perusahaan sebaiknya memiliki

    apa yang dinamakan dengan persediaan cadangan (safety stock). Persediaan

    cadangan atau disebut pula persediaan pengaman adalah persediaan minimal

    bukan baku atau penolong yang harus dipertahankan untuk menjaga kontinuitas

    produksi. (Agus Ristono, 2013:6)

    2.2.4 Jenis Persediaan

    Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang

    dijalani dan berdasarkan tujuan. Bahwa pembagian berdasarkan proses

    manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

    1. Persediaan bahan baku dan penolong

    2. Persediaan bahan setengah jadi

    3. Persediaan barang jadi

    Pembagian jenis persedian berdasarkan tujuannya, terdiri dari:

    1. Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman atau sering pula

    disebut sebagai safety stock adalah persedian yang dilakukanuntuk

    mengantisipasi unsur ketidak pastian permintaan dan penyediaan. Apabila

    persediaan pengaman tidak mampu menantisipasi ketidakpastian tersebut,

    akan terjadi kekurangan persediaan (stockout). Faktor-faktor yang

    menentukan besarnya safety stock:

    a. Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk

    memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu,

    khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata pengguanaan

    bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena

    peramalan permintaan langganan memiliki resiko yang tidak dapat

    dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas

    dasar taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian

    bahan/barang dari pesanan datang.

    b. Faktor waktu atau lead time (procurement time) Lead time adalah

    lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahanbahan

    sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan

    diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah

    sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi.

  • 19

    2. Persediaan Antisipasi Persediaan antisipasi disebut sebagai Stabilization

    Stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi

    permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.

    3. Persediaan Dalam Pengiriman (Transit Stock) Persediaan dalam pengiriman

    disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam

    pengiriman, yaitu: Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih

    berada dalam transportasi dan Internal transit stock adalah persediaan yang

    masih menunggu untuk diproses atau menuggu sebelum dipisahkan.

    2.2.5 Biaya Persediaan

    Menurut (Ristono, 2018) Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan

    produksi, persediaan (bahan baku dan penolong) merupakan faktor yang paling

    utama karena tanpa persediaan yang cukup produksi akan terhambat. Besar

    kecilnya persediaan yang dimiliki sangat tergantung pada kebijakan perusahaan,

    dan hal ini ditentukan dengan pertimbangan tertentu, salah satunya adalah faktor

    biaya. Biaya yang dikeluarkan bukan hanya biaya penyimpanan persediaan

    digudang, melainkan harus diperhitungkan pula biaya yang kelurkan mulai dari

    pemesanan sampai barang tersebut masuk ke dalam proses produksi dan kembali

    ke gudang sebagai barang jadi.

    1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost)

    Biaya Pembelian adalah harga per unit apabila item di beli dari pihak luar,

    atau biaya produksi per unit apa bila di produksi dalam perusahaan atau dapat

    dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang digunakan

    untuk membeli suku cadang. Penetapan dari biaya pembeliaan ini tergantung

    dari pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli hanya bias

    mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan oleh pihak penjual. Namun

    karena biaya pembelian bahan per unit tidak terpengaruh pada keputusan

    apapun yang diambil, maka biaya pembeliaan bahan per unit tidak perlu

    dalam pengambilan keputusan.

    2. Biaya Perisapan ( Ordering Cost)

    Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan

    barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat tergantung pada

    frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang maka biaya yang

    dikelurkan akan semakin besar dan sebaliknya. Pemesana adalah biaya yang

    berasal dari pembeliaan.

    3. Biaya Simpan (Holding Cost)

  • 20

    Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan

    dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan

    , atau dapat dikatakan bahwa biaya simpan adalah semua biaya yang timbul

    akibat penyimpanan barang maupun bahan (diantaranya: fasilitas

    penyimpanan, sewa gudang, keuangan, asuransi, pajak dan lain-lain) atau

    storage cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan

    barang digudang. Besar kecilnya biaya simpan sangat tergantung pada jumlah

    rata-rata barang yang disimpan digudang. Semkin banyak rata-rata

    persediaan, maka biaya simpan juga akan besar dan sebaliknya.

    4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost) Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomi atas kekurangan

    dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila

    pesanankonsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam

    terjadi apabila departemen tidak memenuhi kebutuhan departemen yang lain.

    Biaya ini dapat pula dikatakan sebagai biaya yang ditimbulkan sebagai akibat

    terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan atau biaya

    yang timbul apabila persediaan digudang tidak dapat mencukupi permintaan

    bahan.

    2.2.6 Model Persediaan

    Secara umum model persediaan dapat dikelompokkan menjadi dua

    bagian (Agus Ristono 2018) :

    1. Model Deterministik, yaitu model yang menganggap bahwa semua parameter

    telah diketahui dengan pasti. Model ini dibagi lagi menjadi dua yaitu

    deterministic static dan deterministic dynamic.

    2. Model Stokastik (Probabilistik), yaitu model yang menganggap bahwa semua

    parameter mempunyai nilai-nilai yang tidak pasti dan satu atau lebih

    parameter tersebut merupakan variabel - variabel acak.

    2.2.7 Metode Persediaan

    Manajemen persediaan memiliki beberapa metode yang dapat

    digunakan. Berikut metode – metode tersebut.

    1. Economic Order Quantity Deterministik

    Menurut (Heizer, 2016) Merupakan sebuah teknik kontrol persediaan

    yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik

  • 21

    ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada asumsi sebagai

    berikut:

    1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen

    2. Waktu tunggu diketahui dan konstan.

    3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.

    Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu

    kelompok pada suatu waktu.

    4. Tidak tersedia diskon kuantitas

    5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan

    pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya penyimpanan persediaan

    dalam waktu tertentu.

    6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

    dilakukan pada waktu yang tepat.

    Menurut (Heizer, 2016) Model persediaan umumnya bertujuan

    meminimalkan biaya total. Dengan asumsi yang baru diberikan, biaya

    paling signifikan adalah biaya penyetelan atau pemesanan dan biaya

    penyimpanan. Semua biaya lain, seperti biaya persediaannya sendiri,

    adalah konstan. Jadi, jika kita meminimalkan jumlah biaya penyetelan atau

    penyimpanan, kita juga akan meminimalkan biaya total. Seiring dengan

    meningkatnya kuantitas yang dipesan, jumlah pemesanan per tahunnya

    akan menurun. Namun seiring dengan meningkatnya kuantitas pesanan,

    biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan rata-rata

    yang harus lebih banyak. Dengan metode EOQ, kuantitas pesanan optimal

    akan muncul pada satu titik dimana biaya penyetelan totalnya sama dengan

    biaya penyimpanan total. Fakta ini untuk mengembangkan persamaan-

    persamaan yang menyelesaikan secara langsung untuk kuantitas pesanan

    optimal. Berikut langkah-langkah yang diperlukan :

    1. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya pemesanan.

    2. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya penyimpanan.

    3. Menentukan biaya penyetelan sama dengan biaya penyimpanan.

    4. Selesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan optimal.

    Seperti yang telah kita amati, menentukan biaya pemesanan yang

    akurat dan biaya penyimpanan untuk persediaan sering sulit. Maka dari

    itu, sebuah model yang robust merupakan suatu keunggulan. Biaya total

    dari EOQ hanya mengalami sedikit perubahan disekitar nilai

    minimumnya. Kurvanya sangat dangkal, ini berarti variasi dalam biaya

  • 22

    penyetelan, biaya penyimpanan, permintaan atau bahkan EOQ

    menghasilkan selisih yang relatif kecil dalam biaya total.

    2. Eonomic Order Quantity Probabilistik

    Model persedian Probabilistik adalah salah satu model persediaan yang

    paling mendasar dari semua model persediaan, selain itu model ini adalah

    model yang paling banyak digunakan dalam industri, dan sebagai dasar

    pengembangan model persediaan yang lainnya. Permintaan tidak pasti

    meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Menurut (Heizer, 2016)

    salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah

    menyimpan unit – unit tambahan dalam persediaan. Probabilitas distribusi

    biasannya diestimasikan berdasarkan data masa lalu. Model ini digunakan

    ketika ketidakpastian diperlakukan sebagai keacakan dan ditangani oleh teori

    probabilitas. Meskipun demikian, ada tiga model lain yang dapat digunakan

    untuk tiga situasi yaitu :

    a. Permintaannya bervariasi dan waktu tunggunya konstan

    b. Waktu tunggnya bervariasi dan permintaannya konstan

    c. Permintaan dan waktu tunggunya bervariasi

    Pemesanan optimal dalam model ini dapat ditentukan dengan rumus

    (Setiya, 2015) yang diawali menentukan harapan permintaan selama lead

    time terlebih dahulu dengan rumus berikut.

    a. Harapan demand selama lead time

    𝐿𝑡∗ =𝐿𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒

    30……………………………………………..….(2.12)

    H𝑑𝑙 = X𝑑. 𝐿𝑡∗…………………………………………………(2.13)

    Dimana :

    Hdl : Harapan demand / lead time

    Xd : Rata – rata permintaan / bulan

    Lt : Lead time / bulan

    b. EOQ Sementara

    𝑄 = √2𝐷𝑆

    ℎ…………………………………………………………..(2.14)

  • 23

    Dimana :

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan

    S : Biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan

    h : Biaya penyimpanan per unit periode

    c. Peluang kehabisan persediaan

    𝑃(𝐾𝑃) = ℎ.𝑄

    𝐷.𝐵𝐾𝑃……………………………………………......(2.15)

    Dimana :

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan

    h : Biaya penyimpanan per unit periode

    BKP : Biaya kekurangan persediaan

    d. EOQ Optimal

    Q optimal = √(2𝐷(𝑆+𝐵𝐾𝑥∑(𝐾𝑖−𝑆𝑃)𝑃(𝐾𝑖))

    ℎ)……………………….(2.16)

    Dimana :

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    S : Biaya yang dikeluarkan tiap kali pesan

    h : Biaya penyimpanan per unit per periode

    BK : Biaya kehabisan persediaan tiap unit

    SP : Reorder point

    Ki : Demand selama lead time

    P : Probabilitas demand selama lead time

    e. Frekuensi Pemesanan per Tahun

    𝑁 = 𝐷

    𝑄…………………………………………………………(2.17)

    Dimana :

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    Q : EOQ Optimal

  • 24

    3. Safety Stock (Persediaan Pengaman)

    Menurut (Heizer, 2016) Persediaan pengaman adalah suatu persediaan

    yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi

    perusahaan untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Persediaan

    pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu dimana unit ini akan tetap

    ditahankan walau bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. Untuk

    menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan analisis statistik dengan

    melihat dan memperhitungkan penyimpangan–penyimpangan yang sudah

    terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya dapat

    diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen

    perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan–penyimpangan

    yang terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman terlalu

    banyak akan mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan

    terlalu mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya

    safety stock secara tepat. Berikut rumus untuk mengetahui jumlah safety

    stock:

    𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 ………..…(2.18)

    4. Reorder Point (Titik Pesan Ulang)

    Menurut (Heizer dan Render, 2010:99) Model-model persediaan

    sederhana mengasumsikan sebuah pesanan akan diterima saat itu juga.

    Dengan kata lain, mereka mengasumsikan:

    a. Sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat

    persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol.

    b. Perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.

    Bagaimanapun juga, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah

    pesanan disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu pengantaran, bisa jadi

    hanya beberapa jam atau bisa juga mencapai beberapa bulan. Jadi, keputusan

    kapan harus memesan biasanya dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik

    pemesanan ulang (reorder point), yaitu tingkat persediaan dimana ketika

    persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan. ROP

    diberikan sebagai berikut:

    𝑅𝑒𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑……………...(2.19)

  • 25

    Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan selama waktu tunggu dan waktu

    tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti ini,

    persediaan pengaman haruslah ditambahkan.

    5. Total Inventory Cost (Total Biaya Perencanaan Persediaan)

    Total Inventory Cost (TIC) adalah total biaya persediaan yang

    dikeluarkan untuk pemesanan ekonomis/ Economic Order Quantity. Menurut

    (Yamit, 2005), biaya persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang

    relevan dengan jenis biaya sebagai berikut: (a) biaya pembeliaan (purchase

    cost) adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya

    produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan, (b) biaya pemesanan

    (Order cost/ set up cost) adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan

    dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di

    dalam perusahaan, (c) biaya simpan (carriying cost / holding cost) adalah

    biaya yang keluar atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun

    investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan, dan (d) biaya kekurangan

    persediaan (stock out cost) adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan

    dari luar maupun dari dalam perusahaan. Adapun total biaya persediaan yaitu

    total biaya pemesanan dan biaya biaya penyimpanan dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus matematis sebagai berikut :

    a. Biaya Pembelian (Purchasing cost)

    𝑃𝑐 = 𝐷. 𝑃……………………………………………………...(2.20)

    Dimana :

    Pc : Purchase cost

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    P : Harga produk per unit

    b. Biaya Pemesanan (Ordering cost)

    𝑂𝑐 =𝐷

    𝑄𝑆……………………………………………………….(2.21)

    Dimana :

    Oc : Ordering cost

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

  • 26

    Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan

    S : Biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan

    c. Biaya Simpan (Holding cost)

    𝐻𝑐 =𝑄

    2ℎ…………………………………………………….…(2.22)

    Dimana :

    Hc : Holding cost

    Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan

    h : Biaya penyimpanan per unit per periode

    d. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout cost)

    𝑆𝑐 =𝐷

    𝑄𝐵𝐾∑(𝐾𝑖 − 𝑆𝑃)𝑃(𝐾𝑖)…………………………….……(2.23)

    Dimana :

    Sc : Stockout cost

    D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan

    Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan

    BK∑(Ki-SP) : Biaya kekurangan

    P(Ki) : Peluang kehabisan persediaan

    e. Total Biaya Persediaan

    𝑇𝐼𝐶 = 𝐻𝑐 + 𝑂𝑐 + 𝑃𝑐 + 𝑆𝑆𝑐 + 𝑆𝑐…………………………(2.24)

    Dimana :

    Hc : Holding cost

    Oc : Ordering cost

    Pc : Purchasing cost

    SSc : Safety Stock cost

    Sc : Stockout cost

  • 27

    2.3 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu bertujuan untuk menguraikan penelitian terdahulu yang

    memiliki kajian tang baik dalam teori maupun metode yang digunakan. Sehingga

    penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan maupun untuk perbandingan

    dalam penelitian yang akan dilaksanakan

    Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

    No Nama Metode Judul Uraian

    1 Setiya

    Wahyu

    Nugraha,

    Andi

    Rahadiyan

    Wijaya

    EOQ Penentuan Safety

    Stock, Reorder

    Point dan Order

    Quantity Suku

    Cadang Mesin

    Produksi

    Berdasarkan

    Ketidakpastian

    Demand dan Lead

    Time pada

    Perusahaan

    Manufaktur (Studi

    Kasus di PT Wijaya

    Karya Beton PPB

    Boyolali

    Nilai safety stock,

    reorder point, dan

    order quantity hasil

    perhitungan untuk

    suku cadang

    kontaktor secara

    berurutan adalah 6,

    10 dan 18,

    sedangkan untuk

    suku cadang stop

    kontak nilai safety

    stock, reorder point,

    dan order quantity

    secara berurutan

    adalah 4, 9, dan 14.

    Dengan nilai

    tersebut, total

    inventory cost pada

    optimal system

    lebih kecil

    dibandingkan

    dengan total

    inventory cost pada

    existing system.

    2 Dinni

    Kushartini,

    EOQ Sistem Persediaan

    Bahan Baku Produk

    Studi diawali

    dengan penentuan

  • 28

    Indra

    Almahdy

    Dispersant di

    industri Kimia

    teknik peramalan

    yang paling sesuai.

    Selanjutnya

    perhitungan safety

    stock dan reorder

    point yang paling

    tepat. Kemudian

    perencanaan

    persedian bahan

    baku dengan

    karakteristik tingkat

    permintaan yang

    bervariasi dilakukan

    dengan teknik lot

    size Economic

    Order Quantity

    (EOQ) dan Lot For

    Lot untuk

    mendapatkan biaya

    penyimpanan yang

    paling rendah.

    3 Wirawan

    Aditya S.P,

    Prof. Ir. I

    Nyoman

    Pujawan,

    M.Eng.,Ph.D,

    dan Nani

    Kurniati, ST.,

    MT.

    PRS dan

    EOQ

    PENGENDALIAN

    PERSEDIAAN

    SPARE PART

    DENGAN

    PENDEKATAN

    PERIODIC

    REVIEW (R,s,S)

    SYSTEM

    (STUDI KASUS :

    PT. GMF AERO

    ASIA – UNIT

    ENGINE

    MAINTENANCE)

    Modifikasi stok

    maksimum

    dilakukan

    untuk

    mengantisipasi

    variabilitas yang

    tinggi pada demand

    dan lead time ketika

    rumus EOQ tidak

    mampu

    mengakomodasi

    target service level.

    Spare part

    diklasifikasi agar

  • 29

    dapat diketahui

    tingkat

    kepentingannya,

    dan dengan analisa

    hasil simulasi dapat

    diperoleh informasi

    strategi pemenuhan

    persediaan untuk

    mengatasi masalah

    ketidak tersediaan

    spare part.

    4 Titik Rahayu

    Indarti,

    Satibi,

    Endang

    Yuniarti

    Pengendalian

    Persediaan Obat

    dengan Minimum-

    Maximum

    Stock Level di

    Instalasi Farmasi

    RSUP Dr. Sardjito

    Yogyakarta

    Hasil uji

    menunjukkan

    pengaruh penerapan

    metode pada nilai

    persediaan sebelum

    intervensi

    Rp5.009.221.204

    dan sesudah

    intervensi

    Rp2.871.879.269

    intervensi 8 kali

    menjadi 2 kali

    Penerapan metode

    memberikan

    dampak positif

    terhadap efisiensi

    dan efektifitas

    pengendalian obat

    dengan turunnya

    nilai persediaan dan

    kejadian stock out,

    serta menurunkan

    ITOR menjadi lebih

    ideal.

  • 30

    (Halaman sengaja dikosongkan)