bab ii tinjauan pustaka 2.1 peramalanrepository.untag-sby.ac.id/4255/3/bab 2.pdf · 2020. 8. 4. ·...
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peramalan
Menurut (Heizer, 2016), Peramalan (Forecasting) adalah suatu seni dan ilmu
pengetahuan dalam memprediksi peristiwa pada masa mendatang. Peramalan akan
melibatkan mengambil data historis dan memproyeksikan mereka ke masa yang akan
datang dengan model matematika. Mungkin akan didasarkan pada data yang didorong
oleh permintaan, misalnya rencana konsumen untuk membeli dan memproyeksikan
mereka ke masa yang akan datang, atau peramalan akan melibatkan kombinasi dari
keduanya, yang mana model matematika disesuaikan dengan pertimbangan yang
baik. Tujuan peramalan ialah untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi
atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan pada prospek tersebut, sehingga dapat
memperoleh informasi mengenai kebutuhan dan untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan skala produksi, pemasaran, serta target. Peramalan diperlukan
disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga
para pengambil keputusan perlu untuk membuat planning.
2.1.1 Jenis – Jenis Peramalan
a. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu
1. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu
hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan
ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja,
jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi
2. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau
intermediate umumnya mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun.
Peramalan ini bermanfaat untuk merencanakan penjualan,
perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis
bermacam-macam rencana operasi.
3. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa tiga
tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk
merencanakan produk baru dan penelitian serta pengembangan.
-
8
b. Peramalan Berdasarkan Rencana Operasi
1. Peramalan ekonomi (economic forecast), peramalan ini menjelaskan
atau meramalkan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi,
ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun
perumahan, dan indicator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast), memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang
menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast), adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut
juga Peramalan Penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas,
serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan
keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
c. Peramalan Berdasarkan Metode
1. Metode Kuantitatif yaitu metode yang terdiri dari berbagai model
matematik atau metode statistic dan data historis untuk meramalkan
permintaan.
2. Metode Kualitatif yaitu metode yang bersifat subyektif dan
dipengaruhi oleh intuisi, emosi dan pengalaman seseorang.
2.1.2 Prosedur Peramalan
Menurut (Gaspersz, 2001) pada dasarnya terdapat Sembilan langkah
yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivivtas dan efisiensi dari sistem
dalam manajemen permintaan dan persediaan, agar dapat melakukan
peramalan dengan sangat akurat, Berikut langkah-langkah peramalan :
1. Menentukan tujuan dari peramalan
2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan
3. Mementukan horizon waktu dari peramalan jangka pendek, jangka
menengah atau jangka panjang
4. Memilih model untuk peramalan
5. Mengumpulkan data dan analisis data
6. Validasi model peramalan
7. Membuat peramalan
8. Implementasi hasil peramalan
9. Memantau keandalan hasil peramalan menggunakan peta kontrol tracking
signal.
-
9
2.1.3 Metode Peramalan
a. Metode Kuantitatif
1. Model Seri Waktu (Time Series), metode yang menggunakan waktu
sebagai dasar peramalan. Dalam peramalan ini perlu diketahui dulu
pola/kompoenen time series. Pola permintaan dapat diketahui
dengan membuat “scatter diagram” yaitu memplotkan data masa
lalu selama interval waktu tertentu. Model ini terdiri dari beberapa
jenis antara lain :
a. Moving Average
Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual
permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk
permintaan di masa yang akan datang. Metode rata-rata bergerak
akan efektif ditetapkan jika kita dapat mengasumsikan bahwa
permintaan pasar terhadap produk akan tetap stabil sepanjang
waktu. Metode ini cocok digunakan untuk data permalan yang
bersifat random, artinya tidak ada trend naik maupun turun,
musiman dan sebagainya.
𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 =∑(𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)
𝑛 ………………(2.1)
b. Exponential Smoothing
Model peramalan ini pemulusan eksponensial bekerja
hampir serupa dengan alat thermostat, dimana apabila galat
ramalan adalah positif, yang berarti nilai aktual lebih tinggi
daripada nilai ramalan (A - F > 0), maka model pemulusan
eksponensial akan secara otomatis meningkat nilai permalannya.
Sebaliknya apabila nilainya negatif, yang berarti nilai aktual
permintaan lebih rendah daripada nilai ramalan (A – F < 0), maka
model permulusan eksponensial akan secara otomatis
menurunkan nilai ramalan. Proses ini berjalan secara terus-
menerus kecuali jika nilai galat ramalan telah mencapai nol.
Kenyataan ini yang membuat permala suka menggunakan metode
ini karena cocok digunakan apabila data historis permintaan
bergejolak atau tidak stabil.
𝐹𝑡 = 𝐹𝑡−1 + 𝛼(𝐴𝑡−1 − 𝐹𝑡−1)…………………………..(2.2)
-
10
Dimana :
𝐹𝑡 : Nilai ramalan untuk periode waktu ke-t
𝐹𝑡−1 : Nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
𝐴𝑡−1 : Nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
𝛼 : Konstanta permulusan (smoothing constant)
c. Weight Moving Average
Model rata-rata bergerak ini lebih responsif terhadap
perubahan karena data periode yang baru biasanya diberi bobot
lebih besar. Model metode ini cocok digunakan apabila data
historis tidak stabil
WMA(n) =∑(𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑛)(𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑛)
∑(𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡)…(2.3)
d. Trend Line Analysis Model
Metode analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai
model peramalan apabila pada historis dari data actual permintaan
menunjukkan adanya suatu kecenderungan menaik dari waktu ke
waktu.
𝐹𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑡………………………………………………….(2.4)
Dimana :
F : Nilai ramalan periode ke-t
a : Intersep
b : Slope dari garis kecenderungan (trend line), merupakan
tingkat perubahan dalam permintaan
t : Indeks waktu (t = 1,2,3,…,n) ; n adalah banyak
periode waktu
e : Exponential Smoothing With Trend
Formula untuk model permulusan eksponensial dengan
mempertimbangkan kecenderungan adalah :
Forecast Including Trend = New Forecast + Trend Correction…(2.5)
-
11
Persamaan untuk koreksi kecenderungan (trend correction)
menggunakan suaatu konstanta pemulusan beta ꞵ, yang dihitung
berdasarkan formula berikut :
Tt = (1 - ꞵ) Tt-1 + ꞵ(Ft – Ft-1)……………..………………………(2.6)
Dimana :
Tt : Smoothed trend untuk periode t
Tt-1 : Smoothed trend untuk periode t-1 (periode yang lalu)
ꞵ : Konstanta dari trend-smoothing yang dipilih
Ft : Nilai ramalan berdasarkan metode pemulusan
eksponensial sederhana, ES, untuk periode t
Ft-1 : Nilai ramalan berdasarkan metode pemulusan
eksponensial sederhana, ES, untuk periode t-1
2. Model Kausal (Explanatory Model),
Model ini mengasumsikan variable yang diramalkan untuk
menunjukan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa
variable bebas (independent variable). Analisis variabel yang dicari
dengan variabel bebas atau yang mempengaruhi. Dalam prakteknya jenis
metode peramalan ini terdiri dari − Metode regresi dan kolerasi,
merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun
jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik least
squares yang dianalisis secara statis.
b. Metode Kualitatif
1. Juri dan Opini Eksekutif
Metode ini cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap ituisi
dari sekelompok kecil orang yang mampu memberikan opini kritis dan
relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi ketika tidak ada
alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan walaupun
demikian, metode ini mempunyai banyak keterbatasan, sehingga sering
dikombinasikan dengan model statistik.
-
12
2. Metode Kelompok Terstruktur
Metode Kelompok Terstruktur (structured group methods) sama
seperti metode Delphi dan metode lainnya. Apabila metode Delphi
merupakan teknik peramalan berdasarakan proses konvergensi dari opini
beberapa orang ahli secara interaktif tanpa menyebutkan identitasnya,
metode kelompok terstruktur tidak bertemu secara bersama dalam suatu
forum untuk berdiskusi, tetapi diminta pendapatnya secara terpisah dan
tidak boleh secara berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pendapat yang bisa karena suatu kelompok. Pendapat yang berbeda secara
signifikan dari para ahli yang lain dalam grup tersebut akan dinyatakan
lagi kepada yang bersangkutan, sehingga akhirnya diperoleh angka
estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima.
3. Metode Delphi
Dalam metode ini sekelompok pakar mengisi kuisoner. Variabel
moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu
kuisoner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian
seterusnya. Hal ini merupakan suatu proses pembelajaran dari kelompok
tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu.
4. Market Survey
Market survey merupakan sebuah metode peramalan berdasarkan
hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenag pemasaran produk atau yang
mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring informasi dan
pelanggan potensial, riset pasar merupakan sebuah metode peramalan
berdasarkan hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenaga pemasaran
produk atau mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring
informasi dan pelanggan potensial (konsumen), kaitan dengan rencana
pembelian mereka pada masa mendatang. Pada dasarnya riset pasar bukan
hanya untuk membantu permalan, melainkan untuk meningkatkan desain
produk dan perencanaan produk baru.
2.1.4 Akurasi Peramalan
Setelah menentukan metode permalan, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran akurasi permalan. Ukuran akurasi permalan digunakan
untuk mengukur kesalahan kesalahan tingkat perbedaan antara hasil peramalan
dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Keakuratan metode peramal
-
13
terutama dengan menggunakan metode di atas tidak dapat lepas dari metode-
metode dalam pengukuran akurasi peramalan. Menurut (Heizer, 2016),
mengatakan ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung
kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk
membandingkan model peramal yang berbeda, mengawasi permalan, dan untuk
memastikan permalan berjalan dengan baik. Berikut ada beberapa perhitungan
yang paling dikenal adalah
1. Mean Absolute Deviation (MAD)
Akurasi peramalan akan tinggi apabila nilai rata-rata penyimpangan
absolut semakin tinggi. MAD merupakan nilai total absolut dari kesalahan
peramalan dibagi dengan data atau yang lebih mudah adalah nilai kumulatif
kesalahan absolut dibagi dengan periode.
𝑀𝐴𝐷 = ∑𝐴𝑡−𝐹𝑡
𝑛………………………………….....................................(2.7)
Dimana :
At : Permintaan aktual pada periode-t
Ft : Peramalan permintaan pada periode-t
n : Jumlah periode peramalan yang terlibat
2. Mean Square Eror (MSE)
MSE adalah metode untuk mengevaluasi metode peramalan. Masing-
masing kesalahan atau sisa dikuadratkan. Kemudian dijumlahkan dan
ditambahkan dengan jumlah observasi. Metode ini menghasilkan kesalahan
sedang yang kemungkinan lebih baik untuk kesalahan kecil, tetapi
menghasilkan perbedaan yang besar.
𝑀𝑆𝐸 = ∑𝑒𝑖
2
𝑛=
∑(𝑥𝑖−𝐹𝑖)2
𝑛……………………………………………..(2.8)
Dimana :
Xi : Data Aktual
Fi : Data Peramalan
n : Periode
-
14
3. Mean Absolute Percentage Eror (MAPE)
MAPE dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap
periode dibagi dengan nilai observasi nyata untuk periode itu. Pendekatan ini
berguna ketika ukuran atau besar variabel ramalan itu penting dalam
mengevaluasi ketetapan ramalan.
𝑀𝐴𝑃𝐸 =∑
[𝑒𝑖]
𝑥𝑖𝑥 100%
𝑛=
∑[𝑋𝑖−𝐹𝑖]
𝑋𝑖𝑥100%
𝑛…………………………………..(2.9)
4. Tracking Signal
Berkaitan dengan validasi metode peramalan, dapa menggunakan suatu
cara yaitu Tracking Signal. Tracking signal merupakan suatu ukuran
bagaimana baiknya suatu peramalan memperkirakan nilai aktual.
Berikut ini adalah rumus dari tracking signal (Gaspersz, 2004) :
𝑇𝑟𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 =∑(𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑖−𝑓𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡 𝑑𝑒𝑚𝑜𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑖)
𝑀𝐴𝐷……..(2.10)
Dimana :
MAD = ∑(𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡 𝑒𝑟𝑜𝑟𝑠)
𝑛………………………………..…(2.11)
Keterangan :
RSFE : Jumlah kesalahan
MASD : Rata-rata penyimpangan absolute
a : Banyaknya periode data
Tracking signal yang positif menunjukkan bahwa nilai aktual permintaan
lebih besar daripada ramalan, begitu juga sebaliknya. Suatu tracking signal
dikatakan baik apabila memiliki RSFE yang rendah dan mempunyai
kesalahan positif yang sama banyak atau seimbang dengan kesalahan negatif,
sehingga pusat dari tracking signal mendekati nol. Beberapa ahli dalam
sistem peramalan seperti Geogre Plossl dan Oliver Wight, dua pakar rencana
produksi dan pengendalian inventori menyarankan untuk menggunakan nilai
tracking signal sebesar ±4, sebagai batas-batas pengendalian untuk tracking
signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada di luar batas-
-
15
batas pengendalian, metode peramalan perlu ditinjau kembali. Hal ini
dikarenakan akurasi peramalan tidak dapat diterima (Gaspersz, 2001)
2.2 Manajemen Persediaan
Menurut (Ristono, 2018) Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang
yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan
datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah
jadi dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi
disimpan sebelum digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi, sedangkan
persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau
dipasarkan. Dengan demikian setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
umumnya memiliki persediaan.
Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi (industri manufaktur) akan
memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan bahan
setengah jadi dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan
minimal memiliki satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Adanya
berbagai macam persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan tindakan
yang berbeda untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan
permasalahan lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta
peramalan penjualan atau permintaan konsumen. Bila melakukan kesalahan dalam
menetapkan besarnya persediaan maka akan merembet ke masalah lain, misalnya
tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan berlebihnya persediaan
sehingga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan
bahan dan sebagainya.
2.2.1 Tujuan Manajemen Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan
tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan
adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga
diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah yang
dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat
menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga
kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang
ekonomis. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa manajemen persediaan
memiliki tujuan sebagai berikut :
-
16
a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memuaskan konsumen).
b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi, hal ini dikarenakan alasan: kemungkinan barang (bahan baku dan
penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh dan kemungkinan
supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan.
d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran
karena akan mengkibatkan biaya menjadi besar. (Agus Ristono, 2013:4)
2.2.2 Fungsi Manajemen Persediaan
Enam fungsi yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi
kebutuhan perusahaan, sebagai berikut :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.
Berdasarkan keenam fungsi itu maka persediaan dapat dikelompokan
kedalam empat jenis:
1. Fluctuation stock merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan
untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan
penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang.
2. Anticipation Stock jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang
dapat diramalkan, misalnya pada musim-musim permintaan tinggi, dimana
kapasitas produksi pada saat tersebut tidak mampu untuk memenuhi
-
17
permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan
sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya
produksi.
3. Lot-size Inventory yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih
besar daripada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga barang (potongan kuantitas) karena
pembelian dalam jumlah yang besar atau untuk mendapatkan penghematan
dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4. Pipeline Inventory yaitu persediaan yang sedang dalam proses pengiriman
dari tempat asal ke tempat barang tersebut akan dipergunakan. Misalnya,
barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan yang dapat
memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.
2.2.3 Faktor Penentu Persediaan
Sebuah masalah bagi perusahaan ketika melakukan penentuan
persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Sebenarnya perlu dibedakan antara
persediaan bahan baku dan barang jadi, namun yang dimaksud dengan persediaan
dalam kaitannya dengan kegiatan produksi adalah persedian bahan baku atau
penolong. Besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong
dipengaruhi oleh faktor:
1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk
menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak
jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat
persediaan bahan baku. Volume produksi yang direncanakan, hal ini
ditentukan oleh penjualan terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi
volume produksi direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih
banyak yang berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan baku.
2. Kontinuitas produksi tidak terhenti,diperlukan tingkat persediaan bahan baku
yang tinggi dan sebaliknya.
3. Sifat bahan baku atau penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau
tahan lama (undurable good). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat
disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong
bahan yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam jumlah yang
banyak.
-
18
Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan lama, maka tidak
ada salahnya perusahaan menyimpan dalam jumlah besar. Agar kontinuitas
produksi tetap terjaga, maka untuk berjaga-jaga perusahaan sebaiknya memiliki
apa yang dinamakan dengan persediaan cadangan (safety stock). Persediaan
cadangan atau disebut pula persediaan pengaman adalah persediaan minimal
bukan baku atau penolong yang harus dipertahankan untuk menjaga kontinuitas
produksi. (Agus Ristono, 2013:6)
2.2.4 Jenis Persediaan
Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang
dijalani dan berdasarkan tujuan. Bahwa pembagian berdasarkan proses
manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Persediaan bahan baku dan penolong
2. Persediaan bahan setengah jadi
3. Persediaan barang jadi
Pembagian jenis persedian berdasarkan tujuannya, terdiri dari:
1. Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman atau sering pula
disebut sebagai safety stock adalah persedian yang dilakukanuntuk
mengantisipasi unsur ketidak pastian permintaan dan penyediaan. Apabila
persediaan pengaman tidak mampu menantisipasi ketidakpastian tersebut,
akan terjadi kekurangan persediaan (stockout). Faktor-faktor yang
menentukan besarnya safety stock:
a. Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk
memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu,
khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata pengguanaan
bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena
peramalan permintaan langganan memiliki resiko yang tidak dapat
dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas
dasar taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian
bahan/barang dari pesanan datang.
b. Faktor waktu atau lead time (procurement time) Lead time adalah
lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahanbahan
sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan
diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah
sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi.
-
19
2. Persediaan Antisipasi Persediaan antisipasi disebut sebagai Stabilization
Stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
3. Persediaan Dalam Pengiriman (Transit Stock) Persediaan dalam pengiriman
disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam
pengiriman, yaitu: Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih
berada dalam transportasi dan Internal transit stock adalah persediaan yang
masih menunggu untuk diproses atau menuggu sebelum dipisahkan.
2.2.5 Biaya Persediaan
Menurut (Ristono, 2018) Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan
produksi, persediaan (bahan baku dan penolong) merupakan faktor yang paling
utama karena tanpa persediaan yang cukup produksi akan terhambat. Besar
kecilnya persediaan yang dimiliki sangat tergantung pada kebijakan perusahaan,
dan hal ini ditentukan dengan pertimbangan tertentu, salah satunya adalah faktor
biaya. Biaya yang dikeluarkan bukan hanya biaya penyimpanan persediaan
digudang, melainkan harus diperhitungkan pula biaya yang kelurkan mulai dari
pemesanan sampai barang tersebut masuk ke dalam proses produksi dan kembali
ke gudang sebagai barang jadi.
1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost)
Biaya Pembelian adalah harga per unit apabila item di beli dari pihak luar,
atau biaya produksi per unit apa bila di produksi dalam perusahaan atau dapat
dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang digunakan
untuk membeli suku cadang. Penetapan dari biaya pembeliaan ini tergantung
dari pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli hanya bias
mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan oleh pihak penjual. Namun
karena biaya pembelian bahan per unit tidak terpengaruh pada keputusan
apapun yang diambil, maka biaya pembeliaan bahan per unit tidak perlu
dalam pengambilan keputusan.
2. Biaya Perisapan ( Ordering Cost)
Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan
barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat tergantung pada
frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang maka biaya yang
dikelurkan akan semakin besar dan sebaliknya. Pemesana adalah biaya yang
berasal dari pembeliaan.
3. Biaya Simpan (Holding Cost)
-
20
Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan
dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan
, atau dapat dikatakan bahwa biaya simpan adalah semua biaya yang timbul
akibat penyimpanan barang maupun bahan (diantaranya: fasilitas
penyimpanan, sewa gudang, keuangan, asuransi, pajak dan lain-lain) atau
storage cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan
barang digudang. Besar kecilnya biaya simpan sangat tergantung pada jumlah
rata-rata barang yang disimpan digudang. Semkin banyak rata-rata
persediaan, maka biaya simpan juga akan besar dan sebaliknya.
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost) Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomi atas kekurangan
dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila
pesanankonsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam
terjadi apabila departemen tidak memenuhi kebutuhan departemen yang lain.
Biaya ini dapat pula dikatakan sebagai biaya yang ditimbulkan sebagai akibat
terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan atau biaya
yang timbul apabila persediaan digudang tidak dapat mencukupi permintaan
bahan.
2.2.6 Model Persediaan
Secara umum model persediaan dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian (Agus Ristono 2018) :
1. Model Deterministik, yaitu model yang menganggap bahwa semua parameter
telah diketahui dengan pasti. Model ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
deterministic static dan deterministic dynamic.
2. Model Stokastik (Probabilistik), yaitu model yang menganggap bahwa semua
parameter mempunyai nilai-nilai yang tidak pasti dan satu atau lebih
parameter tersebut merupakan variabel - variabel acak.
2.2.7 Metode Persediaan
Manajemen persediaan memiliki beberapa metode yang dapat
digunakan. Berikut metode – metode tersebut.
1. Economic Order Quantity Deterministik
Menurut (Heizer, 2016) Merupakan sebuah teknik kontrol persediaan
yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik
-
21
ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan pada asumsi sebagai
berikut:
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen
2. Waktu tunggu diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu
kelompok pada suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas
5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan
pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya penyimpanan persediaan
dalam waktu tertentu.
6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Menurut (Heizer, 2016) Model persediaan umumnya bertujuan
meminimalkan biaya total. Dengan asumsi yang baru diberikan, biaya
paling signifikan adalah biaya penyetelan atau pemesanan dan biaya
penyimpanan. Semua biaya lain, seperti biaya persediaannya sendiri,
adalah konstan. Jadi, jika kita meminimalkan jumlah biaya penyetelan atau
penyimpanan, kita juga akan meminimalkan biaya total. Seiring dengan
meningkatnya kuantitas yang dipesan, jumlah pemesanan per tahunnya
akan menurun. Namun seiring dengan meningkatnya kuantitas pesanan,
biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan rata-rata
yang harus lebih banyak. Dengan metode EOQ, kuantitas pesanan optimal
akan muncul pada satu titik dimana biaya penyetelan totalnya sama dengan
biaya penyimpanan total. Fakta ini untuk mengembangkan persamaan-
persamaan yang menyelesaikan secara langsung untuk kuantitas pesanan
optimal. Berikut langkah-langkah yang diperlukan :
1. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya pemesanan.
2. Mengembangkan sebuah pernyataan untuk biaya penyimpanan.
3. Menentukan biaya penyetelan sama dengan biaya penyimpanan.
4. Selesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan optimal.
Seperti yang telah kita amati, menentukan biaya pemesanan yang
akurat dan biaya penyimpanan untuk persediaan sering sulit. Maka dari
itu, sebuah model yang robust merupakan suatu keunggulan. Biaya total
dari EOQ hanya mengalami sedikit perubahan disekitar nilai
minimumnya. Kurvanya sangat dangkal, ini berarti variasi dalam biaya
-
22
penyetelan, biaya penyimpanan, permintaan atau bahkan EOQ
menghasilkan selisih yang relatif kecil dalam biaya total.
2. Eonomic Order Quantity Probabilistik
Model persedian Probabilistik adalah salah satu model persediaan yang
paling mendasar dari semua model persediaan, selain itu model ini adalah
model yang paling banyak digunakan dalam industri, dan sebagai dasar
pengembangan model persediaan yang lainnya. Permintaan tidak pasti
meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Menurut (Heizer, 2016)
salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah
menyimpan unit – unit tambahan dalam persediaan. Probabilitas distribusi
biasannya diestimasikan berdasarkan data masa lalu. Model ini digunakan
ketika ketidakpastian diperlakukan sebagai keacakan dan ditangani oleh teori
probabilitas. Meskipun demikian, ada tiga model lain yang dapat digunakan
untuk tiga situasi yaitu :
a. Permintaannya bervariasi dan waktu tunggunya konstan
b. Waktu tunggnya bervariasi dan permintaannya konstan
c. Permintaan dan waktu tunggunya bervariasi
Pemesanan optimal dalam model ini dapat ditentukan dengan rumus
(Setiya, 2015) yang diawali menentukan harapan permintaan selama lead
time terlebih dahulu dengan rumus berikut.
a. Harapan demand selama lead time
𝐿𝑡∗ =𝐿𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒
30……………………………………………..….(2.12)
H𝑑𝑙 = X𝑑. 𝐿𝑡∗…………………………………………………(2.13)
Dimana :
Hdl : Harapan demand / lead time
Xd : Rata – rata permintaan / bulan
Lt : Lead time / bulan
b. EOQ Sementara
𝑄 = √2𝐷𝑆
ℎ…………………………………………………………..(2.14)
-
23
Dimana :
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan
S : Biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan
h : Biaya penyimpanan per unit periode
c. Peluang kehabisan persediaan
𝑃(𝐾𝑃) = ℎ.𝑄
𝐷.𝐵𝐾𝑃……………………………………………......(2.15)
Dimana :
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan
h : Biaya penyimpanan per unit periode
BKP : Biaya kekurangan persediaan
d. EOQ Optimal
Q optimal = √(2𝐷(𝑆+𝐵𝐾𝑥∑(𝐾𝑖−𝑆𝑃)𝑃(𝐾𝑖))
ℎ)……………………….(2.16)
Dimana :
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
S : Biaya yang dikeluarkan tiap kali pesan
h : Biaya penyimpanan per unit per periode
BK : Biaya kehabisan persediaan tiap unit
SP : Reorder point
Ki : Demand selama lead time
P : Probabilitas demand selama lead time
e. Frekuensi Pemesanan per Tahun
𝑁 = 𝐷
𝑄…………………………………………………………(2.17)
Dimana :
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
Q : EOQ Optimal
-
24
3. Safety Stock (Persediaan Pengaman)
Menurut (Heizer, 2016) Persediaan pengaman adalah suatu persediaan
yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi
perusahaan untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Persediaan
pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu dimana unit ini akan tetap
ditahankan walau bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. Untuk
menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan analisis statistik dengan
melihat dan memperhitungkan penyimpangan–penyimpangan yang sudah
terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya dapat
diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen
perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan–penyimpangan
yang terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman terlalu
banyak akan mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan
terlalu mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya
safety stock secara tepat. Berikut rumus untuk mengetahui jumlah safety
stock:
𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 ………..…(2.18)
4. Reorder Point (Titik Pesan Ulang)
Menurut (Heizer dan Render, 2010:99) Model-model persediaan
sederhana mengasumsikan sebuah pesanan akan diterima saat itu juga.
Dengan kata lain, mereka mengasumsikan:
a. Sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat
persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol.
b. Perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.
Bagaimanapun juga, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah
pesanan disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu pengantaran, bisa jadi
hanya beberapa jam atau bisa juga mencapai beberapa bulan. Jadi, keputusan
kapan harus memesan biasanya dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik
pemesanan ulang (reorder point), yaitu tingkat persediaan dimana ketika
persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan. ROP
diberikan sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑……………...(2.19)
-
25
Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan selama waktu tunggu dan waktu
tunggu itu sendiri adalah konstan. Ketika kasusnya tidak seperti ini,
persediaan pengaman haruslah ditambahkan.
5. Total Inventory Cost (Total Biaya Perencanaan Persediaan)
Total Inventory Cost (TIC) adalah total biaya persediaan yang
dikeluarkan untuk pemesanan ekonomis/ Economic Order Quantity. Menurut
(Yamit, 2005), biaya persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang
relevan dengan jenis biaya sebagai berikut: (a) biaya pembeliaan (purchase
cost) adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya
produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan, (b) biaya pemesanan
(Order cost/ set up cost) adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan
dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di
dalam perusahaan, (c) biaya simpan (carriying cost / holding cost) adalah
biaya yang keluar atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun
investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan, dan (d) biaya kekurangan
persediaan (stock out cost) adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan
dari luar maupun dari dalam perusahaan. Adapun total biaya persediaan yaitu
total biaya pemesanan dan biaya biaya penyimpanan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
a. Biaya Pembelian (Purchasing cost)
𝑃𝑐 = 𝐷. 𝑃……………………………………………………...(2.20)
Dimana :
Pc : Purchase cost
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
P : Harga produk per unit
b. Biaya Pemesanan (Ordering cost)
𝑂𝑐 =𝐷
𝑄𝑆……………………………………………………….(2.21)
Dimana :
Oc : Ordering cost
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
-
26
Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan
S : Biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan
c. Biaya Simpan (Holding cost)
𝐻𝑐 =𝑄
2ℎ…………………………………………………….…(2.22)
Dimana :
Hc : Holding cost
Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan
h : Biaya penyimpanan per unit per periode
d. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout cost)
𝑆𝑐 =𝐷
𝑄𝐵𝐾∑(𝐾𝑖 − 𝑆𝑃)𝑃(𝐾𝑖)…………………………….……(2.23)
Dimana :
Sc : Stockout cost
D : Kebutuhan dalam suatu periode perencanaan
Q : Jumlah barang yang dipesan setiap kali pesanan
BK∑(Ki-SP) : Biaya kekurangan
P(Ki) : Peluang kehabisan persediaan
e. Total Biaya Persediaan
𝑇𝐼𝐶 = 𝐻𝑐 + 𝑂𝑐 + 𝑃𝑐 + 𝑆𝑆𝑐 + 𝑆𝑐…………………………(2.24)
Dimana :
Hc : Holding cost
Oc : Ordering cost
Pc : Purchasing cost
SSc : Safety Stock cost
Sc : Stockout cost
-
27
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk menguraikan penelitian terdahulu yang
memiliki kajian tang baik dalam teori maupun metode yang digunakan. Sehingga
penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan maupun untuk perbandingan
dalam penelitian yang akan dilaksanakan
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Nama Metode Judul Uraian
1 Setiya
Wahyu
Nugraha,
Andi
Rahadiyan
Wijaya
EOQ Penentuan Safety
Stock, Reorder
Point dan Order
Quantity Suku
Cadang Mesin
Produksi
Berdasarkan
Ketidakpastian
Demand dan Lead
Time pada
Perusahaan
Manufaktur (Studi
Kasus di PT Wijaya
Karya Beton PPB
Boyolali
Nilai safety stock,
reorder point, dan
order quantity hasil
perhitungan untuk
suku cadang
kontaktor secara
berurutan adalah 6,
10 dan 18,
sedangkan untuk
suku cadang stop
kontak nilai safety
stock, reorder point,
dan order quantity
secara berurutan
adalah 4, 9, dan 14.
Dengan nilai
tersebut, total
inventory cost pada
optimal system
lebih kecil
dibandingkan
dengan total
inventory cost pada
existing system.
2 Dinni
Kushartini,
EOQ Sistem Persediaan
Bahan Baku Produk
Studi diawali
dengan penentuan
-
28
Indra
Almahdy
Dispersant di
industri Kimia
teknik peramalan
yang paling sesuai.
Selanjutnya
perhitungan safety
stock dan reorder
point yang paling
tepat. Kemudian
perencanaan
persedian bahan
baku dengan
karakteristik tingkat
permintaan yang
bervariasi dilakukan
dengan teknik lot
size Economic
Order Quantity
(EOQ) dan Lot For
Lot untuk
mendapatkan biaya
penyimpanan yang
paling rendah.
3 Wirawan
Aditya S.P,
Prof. Ir. I
Nyoman
Pujawan,
M.Eng.,Ph.D,
dan Nani
Kurniati, ST.,
MT.
PRS dan
EOQ
PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
SPARE PART
DENGAN
PENDEKATAN
PERIODIC
REVIEW (R,s,S)
SYSTEM
(STUDI KASUS :
PT. GMF AERO
ASIA – UNIT
ENGINE
MAINTENANCE)
Modifikasi stok
maksimum
dilakukan
untuk
mengantisipasi
variabilitas yang
tinggi pada demand
dan lead time ketika
rumus EOQ tidak
mampu
mengakomodasi
target service level.
Spare part
diklasifikasi agar
-
29
dapat diketahui
tingkat
kepentingannya,
dan dengan analisa
hasil simulasi dapat
diperoleh informasi
strategi pemenuhan
persediaan untuk
mengatasi masalah
ketidak tersediaan
spare part.
4 Titik Rahayu
Indarti,
Satibi,
Endang
Yuniarti
Pengendalian
Persediaan Obat
dengan Minimum-
Maximum
Stock Level di
Instalasi Farmasi
RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Hasil uji
menunjukkan
pengaruh penerapan
metode pada nilai
persediaan sebelum
intervensi
Rp5.009.221.204
dan sesudah
intervensi
Rp2.871.879.269
intervensi 8 kali
menjadi 2 kali
Penerapan metode
memberikan
dampak positif
terhadap efisiensi
dan efektifitas
pengendalian obat
dengan turunnya
nilai persediaan dan
kejadian stock out,
serta menurunkan
ITOR menjadi lebih
ideal.
-
30
(Halaman sengaja dikosongkan)