bab ii tinjauan pustaka · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar...

12
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Menurut teori Kurt Lewin, perilaku adalah hasil interaksi antara orang (person) dengan lingkungan (environment). Dimana orang (person) dalam perilaku merupakan suatu yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak aspek untuk mendapatkan respons stimulus pada diri orang tersebut (Notoatmodjo, 2014) 2.1.1 Perilaku Kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner (1938), perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sehingga perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku kelompok orang yang sehat dan perilaku kelompok orang yang sakit. Perilaku kelompok orang yang sehat adalah bagaimana orang-orang sehat berperilaku untuk tetap menjaga kesehatan demi mempertahankan diri supaya tetap sehat melalui perilaku pencegahan penyakit dengan deteksi dini dan pola hidup sehat. Sedangkan perilaku kelompok orang yang sakit adalah bagaimana upaya mereka agar sembuh dari penyakit dan menjadi pulih kesehatannya, dimana perilaku ini biasanya disebut dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan atau health seeking behavior (Notoatmodjo, 2014).

Upload: others

Post on 29-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut teori Kurt Lewin, perilaku adalah hasil interaksi antara orang

(person) dengan lingkungan (environment). Dimana orang (person) dalam perilaku

merupakan suatu yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak aspek untuk

mendapatkan respons stimulus pada diri orang tersebut (Notoatmodjo, 2014)

2.1.1 Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner (1938), perilaku

kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan

sehat-sakit, penyakit dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sehingga perilaku

kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku kelompok orang yang

sehat dan perilaku kelompok orang yang sakit. Perilaku kelompok orang yang

sehat adalah bagaimana orang-orang sehat berperilaku untuk tetap menjaga

kesehatan demi mempertahankan diri supaya tetap sehat melalui perilaku

pencegahan penyakit dengan deteksi dini dan pola hidup sehat. Sedangkan perilaku

kelompok orang yang sakit adalah bagaimana upaya mereka agar sembuh dari

penyakit dan menjadi pulih kesehatannya, dimana perilaku ini biasanya disebut

dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan atau health seeking behavior

(Notoatmodjo, 2014).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

9

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Pelayanan

Medical Checkup

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan medical checkup pada

dasarnya berhubungan dengan faktor terjadinya perilaku kesehatan, dimana

seseorang akan mengambil suatu tindakan disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu faktor-faktor yang disebutkan dalam teori perilaku health belief

model.

Teori health belief model diadaptasi dari teori Kurt Lewin (1954) yang

pertama kali dikemukakan pada tahun 1966 oleh Rosenstock dikoseptualisasikan

untuk melihat hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dengan perilaku,

terutama dalam membuat perilaku menjadi lebih atau kurang menarik untuk

dilaksanakan (Abraham & Sheeran, 2005).

Teori health belief model merupakan teori value-expectancy, dimana

proses mental seperti thinking, reasoning, hypothesizing atau expecting merupakan

komponen penting dan konsekuensi dari suatu tingkah laku adalah hal yang juga

penting. Ketika konsep value-expectancy dikembangkan dalam konteks tingkah

laku yang berhubungan dengan kesehatan, interpretasinya yaitu (i) Keinginan

untuk menghindari penyakit atau ingin sehat (value) dan (ii) Keyakinan bahwa

tingkah laku kesehatan yang spesifik dapat menyembuhkan atau mengurangi

gejala penyakit (expectancy). Harapan atau expectancy ini kemudian

dikembangkan sejauh mana seorang individu meyakini kerentanan tubuhnya

terhadap penyakit tertentu dan seberapa parah penyakit tersebut, serta

kemungkinan untuk mengurangi ancaman penyakit tersebut melalui suatu tindakan

(Strecher & Rosenstock, 1997).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

10

Teori ini dikembangkan pada tahun 1950-an untuk menjelaskan mengapa

program pemeriksaan penyakit sejak dini atau skrining dianjurkan untuk

dilaksanakan di United State (US) oleh Departemen Kesehatan US (Hochbaum,

1958). Dalam teori health belief model ini dijelaskan ada empat variabel utama

yang menentukan perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit yaitu perceived

susceptibility, perceived severity, perceived benefits and barriers, dan cues to

action (Abraham & Sheeran, 2005).

1. Perceived susceptibility (Persepsi Kerentanan)

Perceived susceptibility mengacu pada persepsi subjektif seseorang

tentang risiko dari kondisi kesehatan dan kerentanan terhadap penyakit yang

dihadapi (Strecher & Rosenstock, 1997). Perceived susceptibility juga

diartikan sebagai perceived vulnerability yang berarti kerentanan yang

dirasakan pada kemungkinan seseorang dapat terkena suatu penyakit. Jika

persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang

dilakukan seseorang juga tinggi (Abraham & Sheeran, 2005).

2. Perceived severity/seriousness (Persepsi Keseriusan)

Perceived severity yaitu mengenai keseriusan dari suatu penyakit untuk

melakukan pengobatan meliputi evaluasi, konsekuensi medis dan klinis.

Kerentanan dan keparahan penyakit menjadi ancaman yang dirasakan

(Strecher & Rosenstock, 1997). Hal ini berarti perceived severity berprinsip

pada persepsi keparahan penyakit yang akan diterima individu (Abraham &

Sheeran, 2005). Keseriusan penyakit mendorong seseorang untuk mencari

pelayanan kesehatan terutama jika kerentanan penyakit di keluarga tergolong

penyakit yang serius seperti diabetes, penyakit jantung koroner, kanker dan

sebagainya (Subagiyo, 2014). Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

11

Oktaviana tahun 2015, wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit

tinggi mempunyai kemungkinan 15,49 kali lebih besar untuk melakukan

skrining IVA dibandingkan wania usia subur dengan persepsi keseriusan

penyakit rendah.

3. Perceived benefits and barriers (Persepsi Manfaat dan Hambatan)

Perceived benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang

disarankan untuk mengurangi risiko penyakit (Abraham & Sheeran, 2005).

Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus

melakukan perilaku sehat seperti medical checkup. Sedangkan perceived

barriers berarti hambatan yang dirasakan dalam upaya mengubah perilaku

tidak sehat menjadi perilaku sehat (Abraham & Sheeran, 2005). Jika persepsi

hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidak akan

dilakukan. Pada umumnya, manfaat lebih dipertimbangkan dalam mengambil

sebuah tindakan dibandingkan hambatan yang mereka hadapi (Ramlan, 2014).

4. Cues to Action (Pedoman dalam Mengambil Tindakan)

Cues to action adalah keadaan yang membuat seseorang merasa butuh

mengambil tindakan untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action berarti

dukungan atau dorogan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan

perilaku sehat yaitu dengan adanya faktor-faktor eksternal berupa isyarat atau

tanda-tanda mengenai penyakit seperti anjuran dari teman dan tenaga medis

atau pengalaman orang terdekat (Subagiyo, 2014).

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga memiliki ikatan yang kuat dengan kesehatan dan penyakit melalui

hubungan dan diamika kehidupannya. Keluarga mempunyai banyak faktor

yang membuat kesehatan satu sama lainnya saling berhubungan yaitu darah,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

12

gen, lingkungan serta gaya hidup (Rahmawati, 2009). Riwayat penyakit

keluarga paling berpengaruh terhadap kejadian PTM pada anggota keluarga

lainnya, salah satunya pada penderita kanker payudara dimana wanita dengan

riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara memiliki risiko terkena

kanker payudara 5,7 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki keluarga

dengan riwayat kanker payudara (Mediasta, 2012). Penelitian yang dilakukan

oleh Oktaviana (2015) menyebutkan bahwa riyawat penyakit yang terdapat

dalam keluarga dapat mendorong seseorang untuk berperilaku sehat dan

melakukan deteksi dini pada penyakit tersebut.

6. Karakteristik Sosiodemografi

Karakteristik sosiodemografi seperti jenis kelamin, umur, pendidikan dan

tingkat ekonomi menyebabkan adanya perbedaan tipe, frekuensi penyakit dan

persepsi masing-masing individu sehingga perilaku kesehatannya juga berbeda

(Strecher & Rosenstock, 1997).

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan. Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja. Pada penelitian Eke tahun 2012, kelompok umur dominan

yang melakukan medical checkup adalah 40-49 tahun (42,9%), diikuti

oleh 30-39 tahun (34,1%) dan tidak ada responden di bawah 20 tahun

yang melakukan medical checkup. Dari hal tersebut dapat dilihat umur

sangat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

13

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin pada karakteristik individu akan menimbulkan

perbedaan dalam penggunaan pelayanan kesehatan, termasuk jenis

pemeriksaan yang dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan adanya

perbedaan risiko penyakit yang dirasakan (Citerawati SY, 2002).

c. Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi seseorang dapat dilihat melalui penghasilan yang

diperoleh orang tersebut setiap bulannya. Tingkat ekonomi merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Biaya yang

dibutuhkan dalam melakukan medical checkup menjadi penyebab

masih sedikitnya orang yang mau melakukannya. Sebagian

menganggap biaya medical checkup bisa dialihkan untuk keperluan

lain (Rosatuti, 2001). Apabila seseorang memiliki kemampuan

ekonomi, akan mempengaruhi keinginan untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan termasuk pada pelayanan medical checkup

(Ramlan, 2014).

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebagian unsur struktur sosial yang

mempengaruhi sistem sosial salah satunya yaitu mempengaruhi

perilaku. Dalam penelitian Ronis S, Ruhmawati, & Sukandar (2013),

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku

hidup bersih dan sehat termasuk dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Berdasarkan penelitian Purba tahun 2011 menyatakan

bahwa wanita yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

14

lebih banyak yang melakukan pemeriksaan deteksi dini pada penyakit

kanker leher rahim.

2.2 Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan dampak dari perubahan pola

penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular meliputi penyakit

degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor utama masalah

morbiditas dan mortalitas (Rahajeng & Tuminah, 2009). Pada perjalanan alamiah

penyakitnya, PTM seringkali tidak memiliki gejala dan tidak menunjukkan tanda

klinis secara khusus sehingga PTM memiliki sebutan the silent killer (Kemenkes

RI, 2014).

Kejadian PTM disebabkan oleh pergeseran gaya hidup di masyarakat yang

mulai megadopsi perilaku tidak sehat. Adapun proporsi kematian akibat PTM pada

masyarakat dengan usia kurang dari 70 tahun antara lain penyakit kardiovaskular

sebesar 39%, kanker sebesar 27%, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan dan

penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes

menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012).

Penyakit-penyakit tersebut memiliki tingkat keseriusan yang tinggi

sehingga berbagai upaya pencegahan untuk mengurangi faktor risiko dilakukan

agar dapat menekan angka kematian akibat PTM, termasuk dengan melakukan

medical checkup sebagai upaya deteksi dini dari penyakit-penyakit yang seringkali

tidak menunjukkan gejala klinis (Ramlan, 2014).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

15

2.3 Medical Checkup

2.3.1 Pengertian Medical Checkup

Medical checkup merupakan serangkaian pemeriksaan kesehatan untuk

mengetahui kondisi kesehatan seseorang dalam upaya deteksi dini suatu penyakit.

Pelaksanaan medical checkup bertujuan untuk mendeteksi sejak dini penyakit

sehingga dapat mencegah berkembangnya penyakit dengan melakukan

pengobatan sesegera mungkin, menghemat biaya pengobatan, mencegah adanya

komplikasi penyakit, memperpanjang usia produktif, meningkatkan kualitas hidup

serta memperpanjang usia harapan hidup (Sulistya, 2012).

2.3.2 Jenis Pemeriksaan dalam Medical Checkup

Dalam medical checkup, terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat

dilakukan meliputi pemeriksaan fisik (non laboratorium) dan pemeriksanaan

laboratorium. Pemeriksaan non laboratorium yang dapat dilakukan dalam medical

checkup yaitu pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan mata, THT (telinga, hidung

dan tenggorokan), saraf, radiologi, foto thorax, mammografi, elektrokardiografi

(EKG) dan echokardiografi. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan yang biasanya dilakukan yaitu pemeriksaan darah dan urine

(Rosatuti, 2001).

Pemilihan pemeriksaan medical checkup dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan awal oleh dokter umum untuk menentukan jenis pemeriksaan apa saja

yang perlu dilakukan karena pada masing-masing individu memiliki kerentanan

yang berbeda dalam mengalami suatu penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor (Ramlan, 2014). Pemeriksaan deteksi dini penyakit yang dilakukan oleh

masyarakat adalah deteksi dini penyakit tidak menular karena penyakit-penyakit

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

16

tidak menular biasanya dapat muncul tanpa adanya gejala dari faktor risiko

(Kemenkes RI, 2014). Adapun pemeriksaan yang sering dilakukan oleh

masyarakat yaitu pada penyakit tidak menular seperti:

1. Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang diderita

perempuan di Indonesia, kasus baru kanker serviks ditemukan 40-45 kasus

perhari dengan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks.

(Nurwijaya et al, 2010 dalam Damailia & Oktavia, 2014). Pasien kanker,

khususnya kanker serviks seringkali datang mencari pengobatan ketika

penyakit sudah memasuki stadium lanjut sehingga biaya pengobatan lebih

mahal dan sulit untuk memperoleh kesembuhan. Dari tingkat keganasan

penyakitnya, mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker

serviks (Murniati & Lisuwarni, 2014).

a. Pemeriksaan Kanker Serviks dengan Metode Pap Smear

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang

diambil dari leher rahim untuk melihat perubahan sel yang mengindikasi

terjadinya inflamasi, displasia atau kanker leher rahim (Depkes RI, 2009).

Manfaat dari pemeriksaan Pap Smear adalah untuk mendeteksi dini tentang

ada atau tidaknya radang pada rahim serta tingkat radangnya, kelainan

degeneratif pada rahim, dan tanda-tanda keganasan pada rahim (Sumaryati,

2003 dalam Triana, 2014).

b. Pemeriksaan Kanker Serviks dengan Metode IVA

Tes IVA merupakan pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa

pembesaran) di seluruh permukaan leher rahim dengan bantan asam

asetat/cuka yang diencerkan. Pemeriksaan ini dilakukan tidak dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

17

keadaan hamil maupun sedang haid karena akan berpengaruh pada hasil

pemeriksaan (Depkes RI, 2009). Pemeriksaan IVA merupakan salah satu

metode deteksi dini kanker serviks yang aman dan murah (Dewi L., et al.,

2013).

2. Kanker Payudara

Kanker payudara masih menjadi masalah di Indonesia, karena 68,6%

pasien berobat ke dokter pada stadium lanjut (IIIa dan IIIb), sedangkan pada

stadium dini (stadium I dan II) hanya 22,4% (Azamris, 2006 dalam Rahmatari,

2014). Setiap tahunnya pasien yang positif kanker payudara terus meningkat,

oleh karena itu dibutuhkan upaya pencegahan berupa tindakan deteksi dini

sebab deteksi dini ini dapat menekan angka kematian kanker payudara sebesar

25–30% (Pramitasari & Sarwono, 2008 dalam Rahmatari, 2014).

Medical checkup yang mengkhusus pada penyakit kanker payudara

biasanya dilakukan dengan mamografi. Mamografi merupakan salah satu cara

untuk mendeteksi kanker payudara dengan bantuan sinar-X yang berdosis

rendah. Mamografi dapat mendeteksi adanya benjolan atau tumor yang

menjadi awal kanker payudara yang bersifat jinak atau ganas. Deteksi dini

kanker payudara melalui mamografi dapat meningkatkan kesempatan untuk

bertahan hidup.

Mamografi dapat mengidentifikasi kanker untuk beberapa tahun dan

merupakan metode skrining kanker payudara yang paling efektif saat ini.

Akurasi mamografi untuk mendiagnosis kanker payudara mendekati 80%,

dimana pemeriksaan payudara berguna untuk memastikan bahwa payudara

seseorang masih normal sehingga jika terdapat kelainan seperti infeksi, tumor

atau kanker dapat ditangani lebih awal (Depkes RI, 2009).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

18

3. Hipertensi

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu penyebab

kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan

oleh hipertensi (Rahajeng & Tuminah, 2009). Hipertensi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik)

dan/atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolic). Deteksi dini hipertensi dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah yang selanjutnya diberi

penatalaksanaan untuk menurunkan faktor risiko. Deteksi dini penyakit

hipertensi sangat bermanfaat untuk menekan angka kematian akibat penyakit

kardiovaskular. Selain itu dengan adanya deteksi dini penyakit hipertensi,

masyarakat dapat lebih tanggap untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya

hipertensi (Depkes RI, 2006).

4. Diabetes Melitus (DM)

Penyakit gula atau DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang

berhubungan dengan hormon insulin. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan,

namun dapat dicegah melalui deteksi dini dan menurunkan faktor risiko

(Sinaga, 2011). Deteksi dini penyakit diabetes mellitus (DM) dilakukan dengan

pemeriksaan gula darah meliputi Gula Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah

Puasa (GDP) dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk penegakan

diagnosis apakah seseorang menderita DM atau tidak (Depkes RI, 2008).

5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Diantara berbagai penyakit kardiovaskuler yang ada di masyarakat,

Penyakit Jantung Koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Upaya penanganan kuratif masih mahal dan tidak semua masyarakat dapat

menjangkaunya. Oleh karena itu, pengenalan dini PJK dengan menentukan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012). Penyakit-penyakit

19

faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes mellitus serta mengidentifikasi

penderita dengan risiko tinggi yang memiliki pola hidup tidak sehat merupakan

salah satu upaya yang sangat bermanfaat dalam melakukan pencegahan atau

memperlambat timbulnya PJK (Abidin, 2012).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai

manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung dari penyempitan

atau penyumbatan aliran darah pada arteri koronaria yang manifestasi

klinisnya tergantung pada berat ringannya penyumbatan. (Depkes RI, 2006).

Deteksi dini PJK yang sering dilakukan yaitu dengan elektrokardiografi (EKG)

dan echokardiografi.

6. General Medical Checkup

General Medical Checkup termasuk salah satu jenis medical checkup

secara menyeluruh dilakukan secara lengkap, dalam arti dari kepala sampai

kaki, mulai dari anamnesa sampai pemeriksaan tambahan yang spesifik yang

bertujuan untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang mungkin muncul

pada tubuh seseorang (Eke, et al., 2013). General medical checkup sangat baik

dilakukan untuk seseorang yang ingin memeriksakan kesehatan secara

menyeluruh. Namun pemeriksaan general medical checkup membutuhkan

biaya yang relatif mahal bagi masyarakat.