makalah asuhan keperawatan lansia menghadapi penyakit kematian

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardy Winoto dan Setia Budhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu, di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : 1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. 2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. 1

Upload: rendra-bagus-soebandono

Post on 30-Dec-2015

634 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

ygr5rvrdytftyyf

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60

tahun ke atas (Hardy Winoto dan Setia Budhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan

terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu, di dalam tubuh akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit

degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode

terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi

tiga kelompok yakni :

1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia.

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua

orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh

siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ

tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan

berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi, walaupunusia sudah lanjut,

harus tetap menjaga kesehatan.

Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan

fisik dan mental. Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya

penyakit, biasanya disertai dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari

penyakitnya.

1

Page 2: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu ajal) dalam

prediksi secara medis sering diartikan penderita tidak lama lagi meninggal

dunia.Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami kecemasan menghadapi

kematian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud keadaan paliatif/terminal ?

2. Apa saja penyakit terminal?

3. Apa saja manifestasi klinis dari pasien menjelang ajal ?

4. Bagaimana fase – fase kehilangan?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia menjelang ajal ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien

terminal

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian hospice

b. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis penyakit terminal

c. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik

d. Mahasiswa mampu memahami fase-fase kehilangan

e. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit terminal.

2

Page 3: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hospice dan Perawatan Paliatif

1. Hospice

Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana

pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi.Perawatan ini

bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien,

berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Perawatan akhir hayat

atau perawatan terminal adalah suatu proses perawatan medis lanjutan

yang terencana melalui diskusi yang terstuktur dan didokumentasikan

dengan baik, dan proses ini terjalin sejak awal dalam proses perawatan

yang umum/biasa. Dikatakan sebagai perawatan medis lanjutan karena

penderita biasanya sudah masuk ke tahap yang tidak dapat disembuhkan

(incurable). Melalui proses perawatan ini diharapkan penderita dapat

mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai dan tujuan hidupnya serta

upaya kesehatan dan pengobatan yang diinginkannya seandainya kelak ia

tidak lagi mampu untuk memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri. Atau,

penderita dapat pula menunjuk seseorang yang akan membuat keputusan

baginya sekiranya hal itu terjadi.

Dalam perawatan ini, keluarga ikut dilibatkan sehingga dengan

demikian diharapkan semua kebingungan dan konflik dikemudian hari

dapat dihindari. Proses ini perlu senantiasa dinilai kembali dan di up date

secara reguler karena dalam perjalanannya tujuan perawatan dan

prioritasnya sering kali berubah-ubah tergantung pada situasi/kondisi yang

dihadapi saat itu. Bila pada awalnya tujuan kuratif dan menghindari

kematian merupakan prioritas utama, pada stadium terminal tujuan

perawatan beralih ke usaha mempertahankan fungsi, meniadakan

penderitaan dan mengoptimalkan kualitas hidup penderita.Dengan

demikian diharapkan penderita dapat menghadapi akhir hayatnya secara

damai, tenang dan bermartabat (with dignity).Peralihan ini seharusnya

3

Page 4: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

terjadi secara gradual/tidak secara mendadak.Sering kali tujuan perawatan

dan prioritas di pihak penderita dan keluarganya tidak sejalan dengan

tujuan dan prioritas dokternya.

Hal ini perlu dikomunikasikan dengan baik sehingga kedua belah

pihak dapat memilih apa yang terbaik bagi penderita. Disini dokter

memegang peran kunci karena dialah yang lebih banyak mengetahui

tentang perjalanan penyakit yang senantiasa berubah serta alternatif

pengobatan yang mungkin diberikan pada penderita untuk mencapai

tujuan perawatan tadi serta bagaimana prognosisnya.Karena itu pengkajian

secara teratur dan up-dating perlu selalu diusahakan dan dikomunikasikan

dengan penderita/keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas

diperlukan kerjasama dari beberapa ahli yang bekerja bersama dalam

sebuah tim yang multidisipliner dan bekerja secara interdisipliner sehingga

perawatan penderita dapat berjalan secara komprehensif.

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju

kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,

psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995). Perawatan

terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan

terakhir kehidupan dimana bertujuan untukmempertahankan hidup,

menurunkan stress, meringankan dan mempertahankan kenyamanan

selama mungkin(Weisman). Secara umum kematian adalah sebagian

proses dari kehidupan yang dialami oleh siapa saja meskipun demikian,

hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan nyeri dan takut, tidak hanya

pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan

mengurusnya.

Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah

keluarga, kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan

ditinggalkannya Untuk menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya

saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang

dideritanya.

4

Page 5: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

2. Pengertian Perawatan Paliatif

a. Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk

meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin

disembuhkan. Yang dimaksud tindakan aktif antara lain

mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta

memperbaiki aspek psikologis, sosial, dan spiritual.

Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup

maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif

tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir

hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter

bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan

untuk sembuh (mis. menderita kanker). Sebagian pasien lanjut usia,

pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium

paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat

menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut

usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal, kanker, stroke,

AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural

dan spiritual.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang

medis dan keperawatan, memungkinkan diupayakan berbagai tindakan

dan pelayanan yang dapat mengurangi penderitaan pasien lanjut usia,

sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik, tenang dan

mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman.

Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas

hidup klien lanjut usia. Kualitas hidup adalah bebas dari segala sesuatu

yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut sehingga lebih

menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat menikmati

kesenangan selama akhir hidupnya.Sesuai arti harfiahnya, paliatif

bersifat meringankan, bukan menyembuhkan.Jadi, perawatan paliatif

diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan

5

Page 6: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

semangat dan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang aktif

dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin

ilmu.

Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak

pada pola dasar yang digariskan oleh WHO, yaitu :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai

proses yang normal.

2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir

hayatnya.

6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien

lanjut usia.

Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah

dengan mengikut sertakan keluarga pasien, pemuka agama (sesuai

agama klien), relawan, pekerja sosial, dokter, psokolog, ahli gizi, ahli

fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan perawat. Prinsip pemberian

perawatan paliatif adalah memberi perawatan paripurna kepada klien

lanjut usia dengan pengawasan dari tim profesional.

b. Tim Perawatan Paliatif

Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain

dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli

gizi, rohaniawan, dan relawan.

Perlu diingat bahwa tujuan perawatan paliatif adalah

mengurangi penderitaan lanjut usia. Penderitaan terjadibila ada salah

satu aspek yang tidak selaras, baik aspek fisik maupun psikis, peran

dalam keluarga, masa depan yang tidak jelas, gangguan kemampuan

untuk menolong diri, dan sebagainyauntuk memahami dan mengatasi

6

Page 7: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

hal tersebut, peran tim interdisiplin menjadi sangat penting/dominant.

Keberhasilan perawatan paliatif bergantung pada kerjasamayang

efektif dan pendekatan interdisiplin antara dokter, perawat, pekerja

sosial medis, rohaniawan/pemuka agama, relawan, dan anggota

pelayanan lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap anggota tim harus

memahami dan menguasai prinsip perawatan paliatif yang selama ini

belum dapat dipelajari dengan seksama. Tim harus mampu

mengupayakan dan menjamin agar pasien lanjut usia mendapat

pelayanan perawatan seutuhnya yang mencakup bio-psiko-kultural dan

spiritual.

Artinya, tidak ada anggota tim yang menjadi primadona.

Pemimpin tim dan dibantu anggotanya harus berusaha keras untuk

mencapai tujuan perawatan.

Tentu saja kerja tim ini tidak mudah tanpa adanya semangat

kebersamaan dalam memberi bantuan kepada pasien lanjut usia.

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien harus bekerjasama secara

profesional, ikhlas, dan dengan hati yang bersih. Perawatan paliatif

untuk lanjut usia bukan suatu intervensi yang bersifat kritis. Perawatan

paliatif adalah perawatan yang terencana. Walaupun dapat terjadi

kondisi kritis dan kedaruratan medis yang tidak terduga, hal ini dapat

diantisipasai, bahkan dapat dicegah melalui ikatan kerja tim yang solid

dan kuat.

c. Kekhususan Tim Paliatif

1. Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup

kerjanya.

2. Para profesional ini bergabung dalam satu kelompok kerja.

3. Secara bersama, mereka menyusun dan merancang tujuan akhir

perawatan, melakukan langkah tujuan pendek.

7

Page 8: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

4. Bila perlu, kepemimpinan dapat terbagi di antara anggota tim,

bergantung pada kondisi yang paling diperlukan oleh pasien lanjut

usia.

5. Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien.

6. Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.

d. Bagan Kepemimpinan Perawatan Paliatif

Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk

kerucut, melainkan lebih berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai

titik sentral. Kunci keberhasilan juga interdisiplin bergantung pada

tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan kemahiran dan

spesialisasinya, sehingga setiap kali pimpinan berganti, tugas profesi

masing-masing tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan

paliatif pada pasien lanjut usia yang satu akan menjadi pengalaman

dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk upaya penanggulangan

gejala yang samapada pasien yang lain.

B. Jenis - jenis Penyakit Terminal

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:

1. Penyakit-penyakit kanker.

2. Penyakit-penyakit infeksi.

3. Congestif Renal Falure (CRF)

4. Stroke Multiple Sklerosis.

5. Akibat kecelakaan fatal.

6. AIDS.

C. Manifestasi Klinik

1. Fisik

a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai

dari ujung kaki dan ujung jari.

b. Aktivitas dari GI berkurang.

8

Page 9: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

c. Reflek mulai menghilang.

d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama

pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.

e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.

h. Penglihatan mulai kabur.

i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.

j. Klien dapat tidak sadarkan diri.

2. Psikososial

Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber

Ross mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara

mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:

a. Respon kehilangan

1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),

ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.

2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan

kemudian mengendor.

3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau

menanggis.

b. Hubungan dengan orang lain

Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan

untukberhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.

D. Grieving (Berduka)

Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan, biasanya

akibat perpisahan. Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran .

Berduka juga merupakan proses mengalami reaksi psikologis, fisik, dan sosial

terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respon yang ada dalam berduka

9

Page 10: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

yaitu keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan

marah.Berduka juga mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.

Breavement adalah respon subjektif dalam masa berduka yang dilalui

selama reaksi berduka.Biasanya berefek pada masalah psikis dan

kesehatan.Sedangkan berkabung adalah periode penerimaan terhadap

kehilangan dan berduka yang terjadi selama individu dalam masa

kehilangan.Sering dipengaruhi oleh kebudayaan dan kebiasaan.

1. Reaksi Berduka

a. Menolak dan Isolasi

1) Tidak percaya terhadap hal tersebut.

2) Tidak siap menghadapi masalah.

3) Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak

berkepanjangan).

b. Marah (Anger)

Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele:

iritabel/sensitive.

c. Bargaining/tawar menawar

1) Mulai tawar menawar terhadap loss.

2) Mengekspresikan rasa bersalah, takut, putisment terhadap rasa

berdosa, baik nyata maupun imajinasi

d. Depresi

1) Rasa berduka terhadap apa yang terjadi.

2) Kadang bicara bebas atau menarik diri.

e. Acceptane/penerimaan

1) Penurunan interest lingkungan sekitar.

2) Berkeinginan untuk membuat rencana – rencana.

2. Konsep Teori Berduka

a. Teori Engel ( 1964)

Teori ini memiliki ciri-ciri bahwa berduka terdiri dari syok,

tidak percaya, mengembalikan kesadaran, mengenali dan restitusi .

10

Page 11: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

b. Teori Kubler – Ross ( 1969)

Konsep berduka terdiri atas lima tahap antara lain mengingkari,

marah, fase tawar-menawar, fase sedih yang mendalam dan

penerimaan.

c. Teori Rando (1991)

Pada teori Rando terdiri dari penghindaran, konfrontasi, dan

akomodasi. Meskipun tidak ada dua orang yang bereaksi sama

terhadap kematian dan ajal, namun respon fisiologis dan psikologis

terhadap kematian, yang dikenal sebagi berduka telah digambarkan

dalam tahapan – tahapan oleh orang – orang terkenal seperti Engel,

Linderman, Parkes, Bolbley, dan Kubler Ross.

Berduka merupakan respon normal dan universal terhadap

kehilangan yang dialami melalui perasaan, perilaku, dan penderitaan

emosional. Berduka adalah proses pergeseran melewati nyeri akibat

kehilangan. Kehilangan kesehatan, teman, kerabat, pekerjaan,

keamanan financial merupakan sebagian dari kehilangan kumulatif

yang menyebabkan berduka pada lansia.Periode berduka adalah waktu

penyembuhan, adaptasi, dan pertumbuhan.

Asuhan keperawatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang

berduka memerlukan rasa saling memberi yang sensitive, peduli dan

empati.Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan merupakan

intervensi keperawatan yang paling tepat. Bimbingan adaptif dapat

membantu mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk

mengahadapi nyeri dan perasaan alamiah mereka yang berhubungan

dengan proses berduka .

3. Berduka dan Proses Keperawatan Berduka

a. Pengkajian

Dalam proses ini perawat dapat menghindari asumsi yang salah

tentang kematian, memberi kesempatan klien untuk mengeksploitasi

11

Page 12: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

perasaan, mengkaji klien dan keluarga tentang makna kehilangan

mereka, dan gunakanlah komunikasi yang empati dan berduka.

Kaji reaksi klien selama berduka, kaji faktor – faktor yang

mempengaruhi kehilangan, kaji karakteristik personal dan identitas

klien, kaji bagaimana hubungan dengan subyek yang hilang, kaji

karakteristik kehilangan, kaji keyakian spiritual dan sistem pendukung

yang lain.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan untuk klien berduka adalah :

1) Berduka disfungsional.

2) Berduka yang diantisipasi.

3) Penyesuaian diri yang terganggu.

c. Perencanaan dan Implementasi

1) Lakukanlah komunikasi yang baik dengan klien.

2) Pertahankan harga diri klien.

3) Tingkatkan aktivitas yang mungkin bisa dilakukan oleh klien.

4) Tingkatkan kenyamanan spiritual.

5) Tingkatkan dukungan keluarga klien.

6) Beri perhatian yang cukup.

E. Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)

Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju

kematian. Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut,

meningkat pula jumlah penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat

mengalami keadaan dimana tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk

memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari.

Bagi penderita yang keadaannya tidak sadar/koma dalam, semua

fungsi organ jelas tidak bisa membaik dengan berbagai pengobatan, keadaan

yang jelas tidak memberi harapan.Akan tetapi apabila penderita masih dalam

12

Page 13: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

kesadaran penuh, dan masih mampu bermobilisasi, dengan berbagai fungsi

organ yang masih berfungsi, maka persoalan etika hukum menjadi lebih rumit.

Dalam hal diatas yang menjadi masalah bagi praktek kedokteran di

Indonesia adalah bagaimana memberitahukan keadaan sebenarnya pada

penderita yang sering kali memberi beban psikologis sangat berat, sehingga

keluarga kerapkali menyembunyikan kebenaran dari klien.menurut hak azaz

otonomi, seharusnya klienlah yang paling berhak tahu atas kondisi

kesehatannya.

Teori – Teori Dying (Menjelang Ajal / Sekarat )

Penulis yang paling dikenal dalam bidang kematian dan menjelang ajal

adalah Elizabeth KublerRoss. Hasil kerjanya membuat peka perawat,

professional layanan kesehatan dan konsumen terhadap proses menjelang ajal

dan kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada orang yang menjelang ajal.

Teorinya mengatakan bahwa orang yang menjelang ajal mengalami

lima tahap, dimulai dengan penyingkapan awal terminalitas dan berakhir

dengan momen akhir kehidupan.

a. Tahap l, penyangkalan dan isolasi, biasanya mewakili pertahanan temporer

yang digantikan dengan penerimaan parsial. Penyangkalan ini tidak boleh

diinterpretasikansebagai adaptasi yang negatif atau merendahkan. Sebagai

pertahanan awal, penyangkalan membantu seseorang dengan

melindunginya dari ansietas dan ketakutan.

b. Pada Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan

marah, gusar, iri, kebencian, Hal ini dianggap sebagai salah satu tahap

yang paling sulit bagi keluarga dan pemberi perawatan karena perasaan ini

sering diarahkan pada mereka.

c. Selama Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan

Tuhan untuk mendapatkan tambahan waktu.

d. Tahap IV, depresi, meliputi 2 jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di

masalalu dan kehilangan hidup yang akan terjadi. Yang disebut sebagai

persiapan berduka oleh Kubler Ross.

13

Page 14: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

e. Tahap V, penerimaan, merupakan fase akhir dari proses menjelang ajal.

Amberton mengisolasi empat strategi koping utama yang digunakan

oleh orang yang menjelang ajal ; penyangkalan, ketergantungan, pemindahan,

dan regresi. Teorinya menekankan pada suatu pendekatan tim dalam merawat

orang yang menjelang ajal, dengan focus pada pendekatan asuhan paliatif

daripada pendekatan kuratif. Dukungan yang konsisten oleh pemberi

perawatan diperlukan pada saat pasien yang menjelang ajal terombang-ambing

diantara berbagai bentuk ketergantungan dan kecukupan diri. Orang yang

menjelang ajal perlu mengetahui bahwa mereka tidak akan diabaikan atau

ditinggal sendiri.

Pattison tidak menyetujui pembagian proses menjelang ajal menjadi

tahapan-tahapan kronologis yang tersusun. Ia mengindentifikasi berbagai

mekanisme koping ego yang digunakan oleh orang yang menjelang ajal pada

berbagai titik yang berbeda selama siklus hidup. Lansia menggunakan

altruisme, humor, supresi, pikiran, antisipasi, dan sublimasi untuk menghadapi

kebutuhan-kebutuhan terminal. Patrison merujuk pada fase-fase proses

menjelang ajal :fase akut, fase kehidupan kronis , fase menjelang ajal, fase

akhir. Ia mengatakan bahwa persiapan reaksi psikologis muncul selama

interval hidup-mati. Pendekatan individual diperlukan untuk menghadapi

stress dan krisis yang dapat muncul kapan saja dalam proses menjelang ajal.

Wiesman mengemukakan adanya kemungkinan fase-fase pada ekspresi

respons emosional yang continue dan berubah-ubah selama proses menjelang

ajal. Ia menekankan pada individualitas seseorang daripada memberi label

berdasarkan urutan munculnya reaksi emosional.

F. Death (Kematian)

Kematian adalah kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara

menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.Meninggal dunia adalah

keadaan insan yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa

fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah terhenti.Kematian

14

Page 15: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

adalah satu fase kehidupan yang terakhir bagi manusia.Persepsi seseorang

tentang kematian berbeda-beda.Dalam merawat lansia yang tidak ada harapan

untuk sembuh, seorang perawat profesional harus mempunyai keterampilan

yang multikompleks.Sesuai dengan peran yang dimiliki, perawat harus

mampu memberi pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisik,

mental, sosial dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota

keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus

menyelami perasaan hidup dan mati.

Pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang sedang menghadapi

sekratul maut tidak selamanya mudah. Klien lansia akan memberi reaksi yang

berbeda-beda, bergantung pada kepribadian dan cara klien lansia menghadapi

hidup. Bagaimanapun keadaannya, perawat harus dapat menguasai situasi,

terutama anggota keluarga dalam keadaan kritis ini memerlukan perhatian

perawat karena kematian seorang dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula

berlangsung sehari-hari.Kadang-kadang sebelum ajal tiba, klien lansia

kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.

Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lansia

tidak dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh.Pengertian

kematian/mati adalah apabila seorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak

bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukan segala refleks, serta

tidak ada kegiatan otak.

Penyebab kematian diantara lain adalah sebagai berikut :

1. Penyakit

a. Keganasan (Karsinoma Hati, Paru, Mammae)

b. Penyakit kronis, misalnya:CVD (Cerebrovaskuler Disease), CRF

(Chronic Renal Failure (gagal Ginjal)), Diabetes Melitus (gangguan

endokrin), MCI (Myocard Infark (Gangguan Kardiovaskular)), COPD

(Chronic Obstruction Pulmonary Disease).

2. Kecelakaan (Hematoma Epidural)

a. Ciri/tanda klien lansia menjelang kematian:

15

Page 16: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

1) Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur.

Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung

kaki.

2) Gerakan peristaltik usus menurun.

3) Tubuh klien tampak mengembung.

4) Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung

hidungnya.

5) Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.

6) Denyut nadi mulai tidak beraturan.

7) Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh

adanya lendir pada saluran pernapasan yang tidak dapat

dikeluarkan oleh lansia.

8) Tekanan darah menurun.

9) Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)

b. Tanda-tanda kematian

1) Pupil mata tetap membesar atau melebar dan tidak berubah.

2) Hilangnya semua refleks dan ketidaan kegiatan otak yang tampak

jelas dalam hasil pemeriksaan EEG dalam waktu 24jam.

G. Fase-Fase Kehilangan

Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-

mati mengamcam dan mengubah hemostatis.Lebih dari rasa takut yang nyata

tentang kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat

dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam

perawatan penyakit terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek,

ia tiak akan bisa menerima begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang.

Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui

klien dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat

bermanfaat untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:

16

Page 17: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

1. Tahap peningkatan atau denial

Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi

atau mengontrol nyeri dan distress dalam menghadapinya. Gambaran pada

tahap denial yaitu:

a. Tidak percaya diri

b. Shock

c. Mengingkari kenyataan akan kehilangan

d. Selalu membantah dengan perkataan baik

e. Diam terpaku

f. Binggung, gelisah

g. Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar

h. Nyeri tubuh, mual

2. Tahap anger atau marah

Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap

anger yaitu:

a. Klien marah-marah

b. Nada bicara kasar

c. Suara tinggi

3. Tahap tawar menawar atau bargaining

Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit

dan menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:

a. Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.

b. Sering berjanji pada Tuhan.

c. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.

d. Merasa bersalah terus menerus.

e. Kemarahan mereda.

17

Page 18: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

4. Tahap depresi

Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau

reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini yaitu:

a. Klien tidak banyak bicara.

b. Sering menanggis.

c. Putus asa.

5. Tahap acceptance atau menerima

Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.

Gambaran pada tahap ini yaitu:

a. Tenang/damai.

b. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.

c. Berpartisipasi aktif.

d. Tidak mau banyak bicara.

e. Siap menerima maut.

Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan

baik, dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul

bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat

individual.Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi

setiap individu.Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan

kesejahteraan pada individu tersebut.Dari ancaman tersebut timbul suatu

rentang respon cemas pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan

ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping.

Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat

digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa.

1. Harapan

Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan

adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat

menggunakan koping yang adekuat.

18

Page 19: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

2. Ketidakpastian

Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang

disertai dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis

sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk

dalam maladaptif.

3. Putus asa

Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi

upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya.Dalam kondisi ini

dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.

19

Page 20: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL-

KEADAAN TERMINAL

A. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan

pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien

bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan

tetapi juga aspek psikososial lainnya.

Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data

psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode

“PERSON”.

P: Personal Strenghatyaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya

hidup, kegiatannya atau pekerjaan.

Contoh yang positif:

Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh

dan nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.

Contoh yang negative :Kecewa dalam pengalaman hidup.

E: Emotional Reactionyaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan

klien.

Contoh yang positif:Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.

Contoh yang negatif :Tidak berespon (menarik diri)

R : Respon to Stress yaiturespon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa

lalu.

Contoh yang positif:

1. Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.

2. Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya : latihan dan

olahraga.

20

Page 21: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

Contoh yang negatif:

1. Menyangkal masalah.

2. Pemakaian alkohol.

S : Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.

Contoh yang positif:

1. Keluarga

2. Lembaga di masyarakat

Contoh yang negatif :Tidak mempunyai keluarga

O:Optimum Health Goal yaitualasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)

Contoh yang positif:

1. Menjadi orang tua

2. Melihat hidup sebagai pengalaman positif

Contoh yang negatif :

1. Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat

2. Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik

N : Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai

penyakit atau mempunyai gejala yang serius.

Contoh yang positif:Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.

Contoh yang negatif :

1. Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.

2. Menunda keputusan.

Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal

menggunakan pendekatan meliputi.

1. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis

klien pada penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud

telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:

21

Page 22: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

a. Riwayat psikososial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,

penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.

b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.

c. Kemampuan koping.

d. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan

dibutuhkan support tambahan.

e. Tingkat perkembangan

f. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.

g. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.

h. Adanya reaksi sedih dan kehilangan

i. Pengetahuan klien tentang penyakit

j. Pengalaman masa lalu dengan penyakit

k. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal,

persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya

fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit.

l. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam

penderitaan.

2. Fokus Sosiokultural yaitu klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap

perkembangan, pola kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan,

penyakit, penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara

verbal maupun non verbal.

3. Faktor presipitasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal,

yaitu:

a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.

b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.

c. Support dari keluarga dan orang terdekat.

d. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien

menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.

22

Page 23: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor

presipitasi, diantaranya:

a. Penyakit kanker

b. Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis

c. Congestif Renal Failure (CRF)

d. Stroke Multiple Sklerosis

e. Akibat kecelakaan yang fatal

4. Faktor perilaku

a. Respon terhadap klien

Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan

mengalami krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien

tersinggung sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi

fisik/penurunan daya tahan tubuh.

b. Respon terhadap diagnosa

Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal

adalah shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam,

ekspresi klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.

c. Isolasi social

Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering

dialami, klien kehilangan kontak dengan orang lain dan tidak tahu

dengan pasti bagaimana pendapat orang terhadap dirinya.

5. Mekanisme koping

a. Denialadalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit

fisik yang berfungsi pelindung klien untuk memahami penyakit secara

bertahap, tahapan tersebut adalah:

1) Tahap awal (initial stage)yaitu tahap menghadapi ancaman

terhadap kehilangan “saya harus meninggal karena penyakit ini”

23

Page 24: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

2) Tahap kronik (kronik stage)yaitu persetujuan dengan proses

penyakit “aku menyadari dengan sakit akan meninggal tetapi tidak

sekarang”. Proses ini mendadak dan timbul perlahan-lahan.

3) Tahap akhir (finansial stage)yaitu menerima kehilangan “saya

akan meninggal” kedamaian dalam kematiannya sesuai dengan

kepercayaan.

b. Regresiadalah mekanisme klien untuk menerima ketergantungan

terhadap fungsi perannya. Mekanisme ini juga dapat memecahkan

masalah pada peran sakit klien dalam masa penyembuhan.

c. Kompensasiadalah suatu tindakan dimana klien tidak mampu

mengatasi keterbatasannya karena penyakit yang dialami.

Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, yang perlu dikaji

saat pengkajian pada klien terminal singkat “kesadaran“ antara lain adalah:

1. Belum menyadari (closed awereness) yaitu klien dan keluarga tidak

menyadari kemungkinan akan kematian, tidak mengerti mengapa klien

sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh.

2. Berpura-pura (mutual pralensa) yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga

kesehatan lainnya tahu prognosa penyakit terminal.

3. Menyadari (open awereness) yaitu klien dan keluarga

menerima/mengetahui klien akan adanya kematian dan merasa tenang

mendiskusikan adanya kematian.

Pengkajiaan adalah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum

perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada

harapan sembuh, perawat harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah

pasien terlebih dahulu.Oleh karena itu tahapan itu meliputi pengumpulan data,

analisis data mengenai status kesehatan dan berakhir penegakan diagnosa

keperawatan, yaitu pernyataan tentang masalah pasien yang dapat di

24

Page 25: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

intervensi. Tujuan pengkajian adalah member gambaran yang terus menerus

mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk

merencanakan asuhan keperawatannya secara perseorangan.

Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan

keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan

jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah di laksanakan ?tindakan apa saja

yang telah diberikan ? adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya

dan pada proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ia menderita rasa

nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya,dan bagaimana

reaksi mereka? Filsafat apa yang dianut pasien dan keluarganya mengenai

hidup dan mati, pengkajian kebutuhan,keadaan, dan masalah

kesehatan/keperawatan pasien khususnya. Sikap pasien terghadap

penyakitnya,antara lain apakah pasien tabah terhadap penyakitnya, apakah

menyadari tentang keadaannya?

1. Perasaan Takut.

Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak

terkendalikan yang begitu sering diasosiakan dengan keadaan sakit

terminal, terutama bila keadaan tersebut disebabkan oleh penyakit yang

ganas.Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila

sedang merawat orang yang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan

rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.

Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri,

walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang

rasa nyeri,seperti aspirin,dehidrokodein dan dektromororamid.Apabila

orang berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut, respons

mereka secara tipikal mencakup perasaan yang takut terhadap hal yang

tidak jelas,takut meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat,

urusan yang belum selesai dan sebagainya.

Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan

mengalami kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada

25

Page 26: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

umumnya orang akan merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan

terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress.

2. Emosi.

Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian,antara

lain mencela dan mudah marah.

3. Tanda vital.

Perubahan fungsi tubuh sering tercermin pada suhu badan, denyut

nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang

mengaturnya berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan

dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting

untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.

4. Kesadaran.

Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada,

yang merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan

perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar gerak, gerak tekan dan

sikap, bersifat adekuat yaitu tepat dan sesuai (Mahar Mardjono,1981).

5. Fungsi tubuh.

Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ.Setiap organ

mempunyai fungsi khusus.

6. Tingkat Kesadaran

1. Composmentis yaitu sadar sempurna

2. Apatis yaitu tidak ada perasaan/kesadaran menurun (masabodoh)

3. Somnolenyaitu kelelahan (mengantuk berat)

4. Soporus yaitu tidur lelap patologis (tidur pulas)

5. Subkomayaitu keadaan tidak sadar/hampir koma

26

Page 27: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

6. Koma yaitu keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya

reaksi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial

berhubungan dengan kondisi sakit terminal.

2. Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan

fungsi

3. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan

terminal

4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti,

ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah

perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan

kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan

dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari

kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun

perawat.

6. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien

dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai

dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah

sholat.

7. Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan

C. Intervensi Keperawatan

1. Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial

berhubungan dengan kondisi sakit terminal

Tujuan :Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut berhubungan

dengan sakit terminal

Intervensi :

27

Page 28: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

a. Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon

jika dibutuhkan klien dan gali perasaan klien.

b. Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.

c. Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan

menjelang.

d. Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di

dekatnya.

e. Perhatikan kenyamanan fisik klien.

2. Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan

fungsi

Tujuan :Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri

dan martabat klien

Intervensi :

a. Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.

b. Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain.

c. Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi.

d. Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan

melakukan hal – hal yang disenangi klien.

e. Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk

dirinya, misalnya dalam hal perawatan.

3. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan

terminal

Tujuan :Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian

Intervensi :

a. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain

lain.

b. Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa

yang dirasakan klien.

28

Page 29: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari

teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.

d. Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti

penderitaan, kematian dan sekarat.

e. Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut

ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu.

f. Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag

pengalaman – pengalaman klien yang menyenangkan.

4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti,

ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah

perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas

Tujuan :Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta

semangat hidup

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan klien.

b. Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.

c. Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan

harapan hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk

perawatan dan pengobatan.

d. Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.

e. Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama

dengan klien.

f. Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan

mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi,

misal dengan menarik nafas dalam.

g. Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.

h. Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan

kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan

29

Page 30: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari

kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun

perawat

Tujuan :Koping individu positif

Intervensi :

a. Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.

b. Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami

suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.

c. Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.

d. Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan

mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh

perhatian.

e. Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.

f. Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.

g. Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum

menjelang ajal.

h. Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.

6. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien

dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai

dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah

sholat

Tujuan :Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat

dalam keadaan sakit

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.

b. Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.

c. Ajarkan tata cara tayamum.

d. Ajarkan kepada klien untuk berzikir.

e. Datangkan seorang ahli agama.

30

Page 31: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

7. Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan

Tujuan :Membantu individu menangani kesedihan secara efektif

Intervensi :

a. Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan – perasaan antara

lain : sedih, marah dan lain – lain.

b. Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan anggota

keluarga.

c. Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari – hari yang

dapat dilakukan.

d. Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis.

e. Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk

disamping keluarga, mendengarkan keluhan dengan tetap

menghormati klien serta keluarga.

f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara

keagamaan menjelang saat – saat kematian.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia, yang

menjadi obyek adalah pasien lanjut usia (core), disusul dengan aspek

pengobatan medis (cure), dan yang terakhir, perawatan dalam arti yang

luas (care), Core,cure,care merupakan tiga aspek yang saling berkaitan

dan saling berpengaruh. Kapanpun ajal menjemput, semua orang harus

siap. Namun ternyata semua orang termasuk lanjut usia akan merasa

syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanya

tidak bisa disembuhkan.

31

Page 32: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana

pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi.Perawatan ini

bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien,

berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual.

Jenis-Jenis Penyakit Terminal

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:

Penyakit-penyakit kanker, Penyakit-penyakit infeksi, Congestif Renal Falure

(CRF), Stroke Multiple Sklerosis, Akibat kecelakaan fatal, AIDS.

Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui

klien dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat

bermanfaat untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu: tahap

peningkatan atau denial, tahap anger atau marah, tahap tawar menawar atau

bergaining, tahap depresi, tahap acceptance atau menerima

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari

sempurna.Oleh karena itu kelompok kami meminta kritik dan saran yang

membangun dari pembaca.Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat

bagi pembaca.

32

Page 33: Makalah Asuhan Keperawatan Lansia Menghadapi Penyakit Kematian

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth Ed.8.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Depkes R.I. 1999. Kesehatan Keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi

Media

Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri.

Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA

Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.

Http//www.Google.com/asuhan keperawatan menjelang ajal+PDF ( di akses

tanggal 24 April 2013, pukul 12.10 WIB )

Http//www.Google.com/ tanda-tanda kematian+PDF ( di akses tanggal 24 April

2013, pukul 13.00 WIB )

33