bab ii tinjauan literatur · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (holmes et al., 2003)....

22
13 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan merupakan keputusan tentang struktur modal perusahaan yang menjelaskan tentang pemilihan perusahaan terhadap sumber dana hutang dan atau modal sendiri. Teori struktur modal modern mulai berkembang sejak disampaikannya makalah dalam sebuah seminar oleh Modigliani dan Miller (1958), selanjutnya disebut MM, yang mengemukakan berbagai proposisi. Proposisi yang menyatakan tidak relevannya keputusan struktur modal memberikan implikasi penting, yaitu pada kondisi bagaimana keputusan tersebut menjadi tidak relevan; dan secara implisit juga menimbulkan pertanyaan pada kondisi bagaimana keputusan tersebut menjadi relevan (Harris dan Raviv, 1991; Myers, 2001). Teori Trade-off muncul karena perdebatan dengan dalil yang disampaikan MM. Ketika pajak penghasilan perusahaan telah ditambahkan ke ketidakrelevanan proposisi asli MM, hal ini menciptakan manfaat bagi utang dimana berfungsi untuk melindungi pendapatan dari pajak. Karena fungsi dan tujuan perusahaan adalah linier dan tidak ada biaya penerbitan utang, sehingga tersirat pembiayaan yang digunakan 100% utang (Frank dan Goyal, 2008). Beberapa riset telah memperkaya proposisi MM, antara lain dengan menghadirkan faktor pajak, costs of financial distress, bankruptcy costs sehingga melahirkan Trade-off Theory (Myers, 1984). Riset-riset tersebut mendukung bahwa perusahaan mempunyai struktur modal yang unik yang menyeimbangkan antara manfaat pajak dari pendanaan hutang dan biaya kesulitan keuangan dan kebangkrutan. Teori pecking order adalah salah satu implikasi dari bagaimana informasi asimetri mempengaruhi investasi dan pilihan pendanaan (Myers,

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

13

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan keputusan tentang struktur modal

perusahaan yang menjelaskan tentang pemilihan perusahaan terhadap sumber

dana hutang dan atau modal sendiri. Teori struktur modal modern mulai

berkembang sejak disampaikannya makalah dalam sebuah seminar oleh

Modigliani dan Miller (1958), selanjutnya disebut MM, yang mengemukakan

berbagai proposisi. Proposisi yang menyatakan tidak relevannya keputusan

struktur modal memberikan implikasi penting, yaitu pada kondisi bagaimana

keputusan tersebut menjadi tidak relevan; dan secara implisit juga

menimbulkan pertanyaan pada kondisi bagaimana keputusan tersebut

menjadi relevan (Harris dan Raviv, 1991; Myers, 2001).

Teori Trade-off muncul karena perdebatan dengan dalil yang

disampaikan MM. Ketika pajak penghasilan perusahaan telah ditambahkan

ke ketidakrelevanan proposisi asli MM, hal ini menciptakan manfaat bagi

utang dimana berfungsi untuk melindungi pendapatan dari pajak. Karena

fungsi dan tujuan perusahaan adalah linier dan tidak ada biaya penerbitan

utang, sehingga tersirat pembiayaan yang digunakan 100% utang (Frank dan

Goyal, 2008). Beberapa riset telah memperkaya proposisi MM, antara lain

dengan menghadirkan faktor pajak, costs of financial distress, bankruptcy

costs sehingga melahirkan Trade-off Theory (Myers, 1984). Riset-riset

tersebut mendukung bahwa perusahaan mempunyai struktur modal yang unik

yang menyeimbangkan antara manfaat pajak dari pendanaan hutang dan

biaya kesulitan keuangan dan kebangkrutan.

Teori pecking order adalah salah satu implikasi dari bagaimana

informasi asimetri mempengaruhi investasi dan pilihan pendanaan (Myers,

Page 2: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

14

1984). Dalam informasi asimetri, struktur modal perusahaan dirancang untuk

mengurangi inefisiensi dalam keputusan investasi perusahaan yang

disebabkan oleh asimetri informasi. Karena investor kurang memiliki

informasi dibanding manajer mengenai nilai perusahaan, berarti nilai ekuitas

yang diterbitkan akan berada di bawah harga pasar. Salah satu cara untuk

menghindari situasi ini adalah melalui pembiayaan dengan sekuritas yang

tidak dinilai rendah oleh pasar, seperti dana internal atau utang tanpa risiko

(Myers dan Majluf, 1984). Berdasarkan argumen ini, Myers (1984)

mengusulkan "pecking order" teori pembiayaan, yang mengklaim bahwa

perusahaan lebih memilih untuk meningkatkan investasi baru, pertama dari

dana internal melalui laba ditahan, kedua oleh hutang berisiko rendah, dan

akhirnya dengan menerbitkan ekuitas.

Haris dan Raviv (1991) mereview survei yang dilakukan beberapa

peneliti dan menunjukkan ada empat faktor yang menentukan struktur modal

perusahaan, yaitu masalah keagenan, informasi asimetri, karakteristik produk

dan pasar produk, dan pertimbangan kendali perusahaan. Pertama, model

dalam masalah keagenan memprediksi bahwa perubahan leverage dalam

struktur modal dipengaruhi oleh salah satu dari faktor berikut: nilai

perusahaan, free cash flow, nilai likuidasi, reputasi manajerial, yang disertai

dengan perubahan harga saham. Kedua, prediksi utama dari teori informasi

asimetri menyangkut reaksi harga saham terhadap penjualan dan pertukaran

sekuritas, jumlah leverage, dan apakah perusahaan mengamati “pecking

order“ untuk penerbitan sekuritas. Ketiga, struktur modal yang berdasarkan

pada karakteristik produk dan pasar produk terbilang masih baru. Teori ini

mengeksplorasi hubungan antara struktur modal dengan strategi pasar produk

dan atau karakteristik produk/input. Keempat, faktor pertimbangan kendali

perusahaan melihat bahwa struktur modal dapat dijadikan alat untuk bagi

manajer untuk menolak takeover. Meskipun berbagai penelitian dilakukan

Page 3: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

15

berdasarkan faktor-faktor tersebut, namun struktur modal yang optimal masih

belum dapat ditemukan atau masih “still searching” (Myers, 1993).

Swanson et al. (2003) dalam bukunya yang berjudul “The Capital

Structure Paradigm: Evolution of Debt/Equity Choices” menyebutkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah: corporate tax,

personal tax, bankruptcy, agency costs, corporate governance, signaling,

ownership structure, macro economic variable, floatation and other direct

cost, government and other regulation. Lebih lanjut penulis yang sama juga

mengatakan bahwa tidak ada rumus yang unik dalam menghitung struktur

modal perusahaan. Namun keputusan manajemen tentang struktur modal

merupakan faktor penting dalam kegagalan dan kesuksesan perusahaan.

Struktur modal pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada

dasarnya sama dengan usaha lainnya yaitu terdiri dari modal ekuitas dan

modal hutang, namun berbeda sumber-sumber yang tersedia untuk

mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009)

dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity capital)

bagi UMKM berasal dari tabungan pribadi, teman dan anggota keluarga,

“malaikat penolong” (angel investor), mitra, dan perusahaan modal ventura.

Sumber modal sendiri yang berasal dari angel investor, mitra dan modal

ventura sering disebut private equity. Sedangkan sumber modal hutang (debt

capital) berasal dari bank umum (hutang jangka pendek, hutang jangka

menengah dan panjang) dan hutang non bank (antara lain pinjaman berbasis

asset, factoring, koperasi simpan pinjam). Selain dari sumber pemberi

pinjaman komersial, UMKM dapat juga memperoleh pinjaman dari

pemerintah.

2.2. Keputusan Hutang Pada Usaha Mikro

Holmes et al. (2003) mengidentifikasi sumber dana eksternal yang

biasa digunakan oleh usaha mikro, kecil dan menengah adalah pinjaman bank

Page 4: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

16

dan pinjaman non bank (leasing, trade credit, dan factoring). Pinjaman bank

sering tidak dimanfaatkan karena keterbatasan informasi (knowledge gap).

Usaha mikro cenderung memiliki keterbatasan dalam mengakses hutang atau

kredit perbankan walaupun tingkat bunga yang ditawarkan murah. Tetapi

karena kebutuhan dana untuk tambahan modal kerja, pemilik usaha mikro

sering mencari pinjaman di luar perbankan walau dengan bunga yang relatif

lebih tinggi (Supramono, 2007). Hal tersebut dapat disebabkan karena tidak

adanya prosedur rumit sehingga mudah untuk mendapatkan pinjaman

tersebut.

Tambunan (2012) mengidentifikasi bentuk hutang atau pinjaman

yang sering digunakan oleh pemilik usaha mikro di Indonesia cenderung

berupa pinjaman dari pedagang atau pemasok bahan baku (trade credit),

pinjaman dari keluarga, peminjam informal, dan dari pembeli yang

melakukan kredit/piutang.

Walaupun memiliki keterbatasan dalam mengakses kredit dari

lembaga keuangan, studi yang ada menunjukkan bahwa ketika mengalami

keterbatasan modal, pemilik usaha mikro dan kecil masih mengandalkan

kredit dari lembaga keuangan karena manfaat yang diperoleh. Nuswantara

(2012) menunjukkan bahwa kredit dapat meningkatkan pendapatan usaha

usaha mikro dan kecil. Selain itu pemilik usaha akan menaikkan jumlah

kredit apabila tingkat bunga menurun. Susilo (2010) menunjukkan bahwa

pemilik usaha mikro dan kecil dapat mengakses kredit dari lembaga

keuangan apabila ada dukungan dari pemerintah, LSM, dan pihak-pihak

terkait. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa pemilik usaha mikro dan

kecil masih diperhadapkan dengan masalah keputusan hutang atau kredit

dalam rangka mengatasi kekurangan modal untuk kelangsungan usahanya.

Keputusan hutang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keputusan pemilik usaha mikro untuk menggunakan dana eksternal yang

berasal dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk keperluan modal

Page 5: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

17

kerja. Sumber dana eksternal dalam hal ini disesuaikan dengan konteks usaha

mikro di Indonesia. Menurut Tambunan (2012), sumber dana eksternal bagi

usaha mikro di Indonesia dapat dipiliah menjadi dua yaitu sumber keuangan

formal dan informal. Sumber keuangan formal merupakan lembaga-lembaga

keuangan mikro yang menyediakan pinjaman bagi usaha mikro seperti Bank

Rakyat Indonesia Unit, Bank Perkreditan Rakyat, dan Lembaga Dana Kredit

Perdesaan, Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian. Sedangkan sumber

keuangan informal seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, proyek-proyek

pemerintah dan pemberi pinjaman perorangan (Arsyad, 2008).

Berkenaan dengan karakteristik usaha mikro (owner-manager),

keputusan pendanaan pada usaha mikro cenderung tergantung pada

preferensi manajerial. Salah satu aspek terkait preferensi manajerial adalah

aspek perilaku (Holmes et al., 2003). Lebih lanjut Holmes et al. (2003)

menjelaskan bahwa pendekatan perilaku lebih relevan dalam melihat

keputusan pendanaan pada usaha mikro. Oleh karena itu, penelitian-

penelitian mulai diarahkan pada penekanan faktor-faktor yang dapat

menentukan perilaku pendanaan usaha mikro. Beberapa penelitian melihat

keputusan pendanaan berdasarkan faktor demografis seperti umur, etnik,

gender, tingkat pendidikan, dan pengalaman (Fraser, 2005; Vos et al., 2007;

Briozzo dan Vigier, 2007; Alina, 2011; Woldie et al., 2008). Selain itu

penelitian lainnya mencoba melihat dari aspek bias psikologis (Supramono

dan Putlia, 2010). Penelitian-penelitian tersebut lebih menekankan pada

karakteristik yang melekat pada individu. Padahal dalam mengambil

keputusan, individu (pengusaha) dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak di

sekitarnya dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu penelitian ini akan

menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menggambarkan

faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang usaha mikro. Koropp et al.

(2014) memberikan bukti bahwa faktor-faktor dalam TPB dapat digunakan

untuk menjelaskan keputusan hutang pemilik usaha.

Page 6: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

18

2.3. Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) dikemukakan oleh Ajzen (1991,

2005) sebagai salah satu teori psikologi sosial yang secara luas digunakan

dalam menjelaskan perilaku manusia. Theory of Planned Behavior

merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Theory of

Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1975) menjelaskan bahwa perilaku

(behavior) dilakukan karena individu mempunyai niat atau keinginan untuk

melakukannya (intention). Dalam Theory of Reasoned Action, niat perilaku

ditentukan oleh dua faktor utama yaitu sikap terhadap perilaku (attitude

toward the behavior) dan norma subyektif (subjective norm).

Ajzen menganggap bahwa hubungan antara sikap dan perilaku dalam

Theory of Reasoned Action tidak menjelaskan mengenai perilaku yang tidak

sepenuhnya dapat dikendalikan oleh individu meskipun individu tersebut

memiliki sikap yang positif terhadap perilaku yang dimaksud. Oleh karena

itu Ajzen menambahkan satu penentu perilaku yaitu kontrol perilaku yang

dipersepsikan (Ajzen, 1991, 2005; Jogiyanto, 2007; Sarwono dan Meinarno,

2009). Kontrol perilaku yang dipersepsikan memiliki peran ganda, yaitu

sebagai salah satu penentu faktor niat dan penentu perilaku.

Model Theory of Planned Behavior dapat dilihat pada gambar

berikut:

Page 7: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

19

Gambar 2.1

Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991; 2005)

2.3.1. Niat

Niat (Intention) terhadap perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan

individu sebelum perilaku sesungguhnya (actual behavior). Ajzen (2005)

mendefinisikan niat sebagai variabel yang menangkap faktor-faktor motivasi

yang mempengaruhi perilaku. Niat dapat juga didefinisikan sebagai

keinginan untuk melakukan perilaku (Jogiyanto, 2007).

Dalam Theory of Reasoned Action (TRA), Fishbein dan Ajzen (1975)

menyatakan bahwa niat merupakan prediktor utama dari perbuatan atau

tindakan yang akan dilakukan orang dalam situasi tertentu. Jadi niat dari

seseorang untuk (melakukan atau tidak melakukan) suatu perilaku merupakan

penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Niat ditentukan oleh dua

determinan dasar yaitu determinan diri dan determinan pengaruh sosial.

Determinan diri adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior)

dan determinan pengaruh sosial adalah norma subyektif (subjective norm).

Attitude

toward the

behavior

Subjective

Norm

Perceived

behavioral

control

Intention Behavior

Page 8: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

20

Dalam Theory of Planned Behavior (TPB), Ajzen (1991) menyatakan

bahwa selain faktor sikap dan norma subyektif, niat terhadap suatu perilaku

juga ditentukan oleh kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived

behavioral control). Ketiga faktor (sikap terhadap perilaku, norma subyektif,

dan kontrol perilaku yang dipersepsikan) diyakini memberikan kontribusi

signifikan sebagai penentu niat. Namun tingkat kontribusi masing-masing

faktor tersebut bervariasi tergantung perilaku dan situasi (Ajzen, 2005).

Lebih lanjut Ajzen juga menyatakan bahwa dalam suatu perilaku, ada

kemungkinan hanya faktor sikap terhadap perilaku yang mempunyai

pengaruh signifikan, sedangkan pada perilaku lainnya, dua faktor (sikap

terhadap perilaku dan kontrol perilaku yang dipersepsikan) yang signifikan.

Demikian juga pada perilaku lainnya ketiga faktor tersebut bersama-sama

mempengaruhi niat.

2.3.2. Sikap terhadap Perilaku

Dalam psikologi sosial, terdapat beberapa definisi tentang sikap.

Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang

berlangsung dalam diri seseorang bersama dengan pengalaman individual

masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai

obyek dan situasi (Sarwono dan Meinarno, 2012). Menurut Mercer dan

Clayton (2012), sikap adalah evaluasi menyeluruh terhadap suatu obyek

berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral. Fishbein dan Ajzen

(1975) menggambarkan sikap sebagai perasaan umum seseorang untuk

mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu obyek. Lebih lanjut

Fishbein dan Ajzen (1975) membedakan dua macam sikap yaitu sikap

terhadap obyek (attitude toward object) dan sikap terhadap perilaku (attitude

toward behavior). Sikap terhadap obyek merupakan perasaan seseorang

terhadap benda-benda atau obyek, sedangkan sikap terhadap perilaku

merupakan perasaan seseorang mengenai suatu perilaku bukan obyek. Sikap

Page 9: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

21

terhadap perilaku lebih kuat memprediksi suatu perilaku dibanding sikap

terhadap obyek (Jogiyanto, 2007). Dalam kaitannya dengan Theory of

Planned Behavior, sikap yang dimaksud adalah sikap terhadap perilaku

(Ajzen, 1991).

Menurut Theory of Planned Behavior, sikap terhadap suatu perilaku

merupakan salah satu anteseden dari faktor niat dalam memprediksi perilaku

masa depan. Sikap terhadap perilaku (atittude toward the behavior)

didefinisikan sejauh mana seseorang memiliki evaluasi mendukung atau tidak

mendukung atau penilaian dari perilaku tersebut (Ajzen, 1991; 2005). Sikap

terhadap perilaku dapat didefinisikan sebagai perasaan seseorang apakah

menerima atau menolak suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan

oleh keyakinan perilaku (behavioral beliefs). Keyakinan perilaku merupakan

keyakinan individu akan konsekuensi perilaku yang dapat diterima, dimana

keyakinan tersebut yang akan mendorong terbentuknya sikap.

Dalam model TRA dan TPB, sikap terhadap perilaku merupakan fungsi

dari behavioral beliefs. Model ini mengkuantifikasi sikap terhadap perilaku

dengan mengalikan keyakinan perilaku (kemungkinan subyektif) dengan

evaluasi outcome (evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku

tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya). Kuantifikasi

tersebut secara umum menunjukkan, orang yang percaya bahwa melakukan

perilaku tertentu dapat menyebabkan hasil sebagian besar positif, akan

mempunyai sikap yang mendukung terhadap kinerja perilaku. Sebaliknya

orang yang percaya bahwa melakukan perilaku akan mengakibatkan hasil

sebagian besar negatif, akan mempunyai sikap yang tidak mendukung

terhadap perilaku tersebut.

2.3.3. Norma Subyektif

Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa niat untuk melakukan

suatu perilaku dipengaruhi juga oleh faktor-faktor di luar faktor sikap. Salah

Page 10: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

22

satunya faktor sosial, yang dikenal dengan istilah norma subyektif (Ajzen,

1991). Norma subyektif (subjective norm) merupakan persepsi atau

pandangan seseorang mengenai kepercayaan orang lain apakah suatu perilaku

dapat dilakukan atau tidak (Fishbein dan Ajzen, 1975). Lebih lanjut Fishbein

dan Ajzen menyatakan bahwa norma subyektif secara umum ditentukan oleh

dua komponen yaitu keyakinan norma (normative beliefs) dan motivasi untuk

memenuhi (motivation to comply).

Keyakinan norma merupakan persepsi atau keyakinan mengenai

harapan orang lain terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk melakukan

perilaku atau tidak. Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh

atau orang lain yang penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh

panutan tersebut apakah subyek harus melakukan atau tidak suatu perilaku

tertentu. Motivation to comply merupakan motivasi individu untuk memenuhi

harapan tersebut. Norma subyektif dapat dilihat sebagai dinamika antara

dorongan-dorongan yang dipersepsikan individu dari orang-orang

disekitarnya dengan motivasi untuk mengikuti pandangan mereka

(motivation to comply) dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku

tersebut.

Dalam model TPB, norma subyektif adalah pengaruh dari tekanan

sosial yang dipersepsikan oleh individu untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku. norma subyektif adalah fungsi dari normative

beliefs (keyakinan normatif). Model ini mengkuantifikasi norma subyektif

dengan dengan mengalikan keyakinan normatif (normative belief yang

menggambarkan keyakinan seseorang terhadap individu atau grup referensi

yang dapat mempengaruhi perilakunya) dengan motivasi seseorang untuk

mengikuti (motivation to comply) apa yang diinginkan oleh referensi tersebut

(Ajzen, 2005).

Dalam beberapa perilaku, referensi yang penting adalah orangtua,

pasangan hidup, teman-teman dekat, teman-teman kerja, atau mungkin para

Page 11: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

23

pakar sesuai dengan konteks perilaku. Secara umum, orang yang percaya

pada banyak referent yang mempengaruhi mereka untuk melakukan suatu

perilaku, akan menerima tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut.

Sebaliknya jika banyak referent mempengaruhi untuk tidak melakukan suatu

perilaku, maka orang akan menerima tekanan sosial untuk tidak melakukan

perilaku tersebut.

2.3.4. Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan

Ajzen (1991) menyatakan bahwa dalam melakukan suatu perilaku,

individu dibatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki atau tidak adanya

kesempatan. Hal tersebut dapat mempengaruhi niat individu untuk

melakukan perilaku, walaupun individu telah mempunyai sikap yang positif

dan didukung orang lain. Oleh karena itu, dalam Theory of Planned

Behavior, Ajzen mengemukakan pentingnya variabel Kontrol perilaku yang

dipersepsikan (perceived behavioral control). Ajzen (1991, 2005)

mendefinisikan Kontrol perilaku yang dipersepsikan sebagai kemudahan atau

kesulitan yang dipersepsikan oleh individu untuk melakukan suatu perilaku.

Lebih lanjut Ajzen juga menyatakan bahwa Kontrol perilaku yang

dipersepsikan diasumsikan merefleksikan pengalaman masa lalu,

kepemilikan sumber daya (misalnya waktu, uang, dan lain-lain), dan

kesempatan-kesempatan. Konsep kontrol perilaku yang dipersepsikan

tersebut menunjukkan bahwa banyak perilaku tidak semuanya dibawah

kontrol penuh individual (Jogiyanto, 2007).

Kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control)

merupakan persepsi seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk

melakukan suatu perilaku. Kontrol perilaku yang dipersepsikan juga

diasumsikan fungsi dari keyakinan kontrol (beliefs control). Ajzen

mengkuantifikasi Kontrol perilaku yang dipersepsikan dengan mengalikan

keyakinan kontrol (ketersediaan sumber daya) dengan kekuatan sumber daya

Page 12: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

24

untuk memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Keyakinan kontrol

(control beliefs) merupakan keyakinan yang dimiliki oleh individual

mengenai sumber-sumber daya dan kesempatan-kesempatan yang

dimilikinya untuk mengantisipasi halangan yang dihadapi individu tersebut.

Keyakinan ini tidak hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu, tetapi

dapat dipengaruhi oleh informasi pihak lain tentang perilaku, dengan

mengamati pengalaman dari orang lain, dan dengan faktor-faktor lain yang

dapat meningkatkan atau mengurangi kesulitan persepsi dalam melakukan

perilaku (Jogiyanto, 2007).

Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa kontrol perilaku yang

dipersepsikan mempengaruhi perilaku dalam dua cara. Pertama, kontrol

perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi niat untuk melakukan perilaku.

Kontrol perilaku yang dipersepsikan mempunyai implikasi motivasional

untuk niat. Orang yang percaya bahwa mereka tidak mempunyai sumber

daya atau kesempatan untuk melakukan suatu perilaku, tidak mungkin

mempunyai niat yang kuat untuk melakukan perilaku tersebut, meskipun

mereka mempunyai sikap yang mendukung dan ada dukungan dari pihak

lain. Kedua, kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi perilaku

secara langsung. Dalam banyak kasus, kinerja perilaku tidak tergantung

hanya pada motivasi untuk melakukan perilaku (niat), tetapi juga pada

kontrol yang memadai atas perilaku tersebut. Karena itu dalam beberapa

situasi perilaku kontrol yang dipersepsikan mungkin tidak realistis. Hal

tersebut dapat terjadi dalam kasus bila individu mempunyai sedikit informasi

tentang perilaku, persyaratan atau ketersediaan sumber daya yang berubah,

atau bila ada unsur-unsur yang baru dan tidak familiar yang masuk dalam

situasi (Ajzen, 2005).

Theory of Planned Behavior (TPB) telah banyak digunakan dan

terbukti akurat untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku manusia pada

berbagai konteks yang dapat dilihat pada berikut:

Page 13: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

25

Tabel 2.1

Penggunaan Theory of Planned Behavior dalam Berbagai Konteks

Konteks Penulis

Penggunaan teknologi

informasi

Taylor dan Todd, 1995; Riemenscheineider et al.,

2003; Cronan dan Al-Rafee, 2008; Maditinos et

al., 2009; Al-Majali dan Mat, 2010

Perilaku dunia maya Mantymaki et al., 2014

Lingkungan Harland et al., 1999

Perilaku etis

pengambilan keputusan

Flanery dan May, 2000; Stevens et al., 2005

Penggunaan mobil Bamberg dan Schmidt, 2003

Pariwisata Kaplan et al., 2015; Han, 2015

Perilaku pembelian

online

Pavlou dan Fygenson, 2006; Lin, 2007; Velarde,

2012

Kesehatan Kim dan Chang, 2007; Brouwer dan Mosack,

2015; Mirutse et al., 2014; Fleming et al., 2015;

Jekauc et al., 2015

Perilaku pelajar Wei et al., 2015

Penggunaan kartu kredit Xiao et al., 2011; Sari dan Rofaida, 2011

Kewirausahaan Rueda et al., 2014

Sumber: dari berbagai penelitian

Dalam konteks keuangan, beberapa penelitian juga telah

menggunakan Theory of Planned Behavior. Penelitian-penelitian tersebut

antara lain dilakukan oleh Hailu et al. (2005) yang melihat tentang niat

menambah hutang oleh manajer dan direktur. Espel et al. (2009) meneliti

tentang keputusan pemilik usaha kecil dan menengah dalam menggunakan

dana dari modal swasta (private equity). Phan dan Zhou (2014) menggunakan

Theory of Planned Behavior untuk menggambarkan niat pengambilan

keputusan investasi, sedangkan Koropp et al. (2014) menggambarkan

pengambilan keputusan pendanaan dalam familiy firms.

Page 14: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

26

2.4. Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Sikap terhadap Hutang pada Niat Berhutang

Menurut Theory of Planned Behavior, sikap terhadap suatu perilaku

merupakan salah satu anteseden dari faktor niat dalam memprediksi perilaku

masa depan. Sikap terhadap perilaku didefinisikan sejauh mana seseorang

memiliki evaluasi mendukung atau tidak mendukung atau penilaian dari

perilaku tersebut (Ajzen, 1991; 2005). Jika individu mempunyai sikap lebih

mendukung terhadap suatu perilaku, kesempatan lebih banyak bahwa mereka

akan mempunyai niat untuk melakukan perilaku tersebut. Sebaliknya, jika

individu merasa tidak mendukung suatu perilaku, maka mereka tidak akan

mempunyai niat. Sikap terhadap perilaku dapat juga dipandang sebagai

perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku

yang akan ditentukan (Jogiyanto, 2007; Koropp et al., 2013; 2014).

Banyak studi membuktikan pengaruh signifikan dari sikap terhadap

niat perilaku dalam berbagai konteks (Vallerand et al., 1992; Taylor dan

Todd, 1995; Bamberg dan Schmidt, 2003; Pavlou dan Fygenson, 2006; Lin,

2007; Xiao et al., 2011; Koukouvinos, 2012; Moody dan Siponen, 2013;

Mantymaki et al., 2014; Mirutse et al., 2014; Rueda et a.l, 2014; Brouwer dan

Mosack, 2015; Kaplan et al., 2015; Han, 2015; Jekauc et al., 2015). Dalam

konteks keuangan, Phan dan Zhou (2014) menemukan bukti bahwa sikap

terhadap keputusan investasi signifikan mempengaruhi niat investor untuk

melakukan keputusan investasi tersebut.

Khusus keputusan pendanaan, Espel et al. (2009) menunjukkan

bahwa faktor sikap secara positif mempengaruhi niat terhadap perilaku

keputusan pendanaan private equity oleh pemilik usaha kecil dan menengah

di Jerman. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Hailu et al. (2005) yang

melihat pengaruh sikap manajer dan direktur terhadap niat untuk menambah

hutang. Koropp et al. (2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan

keluarga (family firms) di Jerman juga menemukan sikap terhadap suatu

Page 15: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

27

pilihan pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap niat untuk

menggunakan pendanaan tersebut, baik itu hutang maupun ekuitas eksternal.

Berkaitan dengan keputusan hutang, jika pemilik usaha memiliki sikap yang

mendukung penggunaan hutang, maka mereka akan mempunyai niat untuk

menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Sebaliknya jika pemilik

usaha memiliki sikap yang tidak mendukung penggunaan hutang, maka

mereka tidak akan mempunyai niat untuk berhutang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Sikap terhadap hutang secara positif mempengaruhi niat berhutang.

2.4.2. Pengaruh Norma Sosial terhadap Niat Berhutang

Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa niat untuk

melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yang dikenal

dengan istilah norma subyektif. Norma subyektif adalah pengaruh dari

tekanan sosial yang dipersepsikan oleh individu untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991; 2005). Beberapa penelitian

menggunakan istilah norma sosial (Woon dan Pee, 2005; Espel et al., 2009).

Norma subyektif atau norma sosial merupakan fungsi dari keyakinan-

keyakinan (beliefs), yaitu keyakinan sesorang bahwa individual-individual

tertentu atau grup-grup tertentu menyetujui atau tidak menyetujui untuk

melakukan suatu perilaku. Individu atau grup yang dimaksud adalah

orangtua, pasangan, teman-teman, dan pihak-pihak yang berkepentingan

sesuai dengan konteks perilaku (Jogiyanto, 2007).

Banyak studi dalam berbagai konteks menemukan pengaruh yang

signifikan dari norma subyektif (norma sosial) terhadap niat perilaku (Taylor

dan Todd, 1995; Flannery dan May, 2000; Bamberg dan Schmidt, 2003;

Pavlou dan Fygenson, 2006; Li dan Lai, 2008; Maditinos et al., 2009; Xiao et

al., 2011; Phan dan Zhou, 2014; Rueda et al., 2014; Mantymaki et al., 2014;

Page 16: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

28

Mirutse et al, 2014; Brouwer dan Mosack, 2015; Kaplan et al., 2015; Han,

2015; Wei et al., 2015). Hanya penelitian Lin (2007) dan Jekauc et al. (2015)

yang menemukan hasil berbeda dimana norma subyektif tidak berpengaruh

signifikan terhadap niat perilaku.

Dalam kaitannya dengan keputusan pendanaan (hutang), Matthews et

al. (dalam Holmes et a.l, 2003) menyatakan bahwa salah satu yang

mempengaruhi adalah norma sosial. Norma sosial terhadap pendanaan

didorong oleh pengaruh dari pembawa norma yang relevan dalam lingkungan

pemilik usaha (Espel et al., 2009). Pembawa norma yang dimaksud adalah

konsultan eksternal (pihak bank), konsultan internal, karyawan, dan keluarga.

Dalam konteks usaha mikro, pembawa norma yang relevan adalah pihak

keluarga, teman, masyarakat, dan pemerintah.

Penelitian Hailu et al. (2005) menemukan bahwa norma sosial (teman

dan kolega) berpengaruh positif terhadap niat manajer dan direktur untuk

menambah hutang. Hasil yang sama ditemukan dalam penelitian Espel et al.

(2009), dimana norma subyektif mempengaruhi niat pemilik usaha kecil dan

menengah untuk menggunakan pendanaan modal swasta. Selain itu,

Penelitian Koropp et al. (2014) yang menggunakan norma keluarga (family

norms) sebagai norma subyektif pada usaha keluarga (family firms) di

Jerman, juga menemukan hasil yang sama bahwa norma keluarga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk menggunakan hutang.

Dalam konteks keputusan hutang pada usaha mikro, jika pengaruh

norma sosial positif mendukung pemilik usaha untuk menggunakan hutang,

maka mereka akan mempunyai niat untuk menggunakan hutang sebagai

sumber pendanaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Norma sosial berpengaruh positif terhadap niat berhutang.

Page 17: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

29

2.4.3. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Niat

Berhutang

Dalam Theory of Planned Behavior, kontrol perilaku yang

dipersepsikan mempunyai implikasi motivasional terhadap niat-niat. Artinya

kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi niat untuk melakukan

suatu perilaku. Ajzen (1991) menyatakan bahwa dalam melakukan suatu

perilaku, individu dibatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki atau tidak

adanya kesempatan. Hal tersebut dapat mempengaruhi niat individu untuk

melakukan perilaku, walaupun individu telah mempunyai sikap yang positif

dan didukung orang lain. Konsep kontrol perilaku yang dipersepsikan

menunjukkan bahwa banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh

individual (Jogiyanto, 2007).

Penelitian dalam berbagai konteks menemukan kontrol perilaku yang

dipersepsikan berpengaruh signifikan terhadap niat (Taylor dan Todd, 1995;

Harland et al., 1999; Bamberg dan Schmidt, 2003; Pavlou dan Fygenson,

2006; Lin, 2007; Li dan Lai, 2008; Maditinos et al., 2009; Xiao et al., 2011;

Mantymaki et al., 2014; Rueda et al., 2014; Brouwer dan Mosack, 2015; Han,

2015; Kaplan et al., 2015; Jekauc et al., 2015), namun penelitian Flannery

dan May (2000), Mirutse et al. (2014), dan Wei et al. (2015) menemukan

hasil yang tidak signifikan.

Dalam konteks keuangan, ditemukan hasil yang berbeda-beda. Hailu

et al. (2005) yang melakukan penelitian pada usaha besar, menemukan bahwa

kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak signifikan dalam mempengaruhi

niat manajer dan direktur untuk menambah hutang. Namun, Espel et al.

(2009) menemukan kontrol perilaku yang dipersepsikan signifikan

mempengaruhi niat pemilik usaha kecil dan menengah untuk pendanaan

modal swasta. Hasil yang sama juga ditemukan Phan dan Zhou (2014) yang

meneliti niat keputusan investasi oleh investor individual. Penelitian Koropp

et al. (2014) menemukan dua hasil yang berbeda tentang hubungan antara

Page 18: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

30

kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap niat menggunakan hutang dan

ekuitas eksternal pada family firms di Jerman. Hasil tidak signifikan untuk

pilihan pendanaan hutang dan hasil signifikan namun hubungan negatif untuk

pilihan pendanaan ekuitas eksternal.

Berkaitan dengan keputusan hutang bagi usaha mikro di Indonesia,

salah satu kendala dalam memperoleh hutang adalah kesulitan akses pada

bank dan lembaga keuangan lainnya (OECD, 2000; Tambunan, 2012). Oleh

karena itu, kontrol perilaku yang dipersepsikan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah persepsi pemilik usaha mikro tentang kemudahan atau

kesulitan akses ke pihak penyedia dana/kreditur dari lembaga keuangan

mikro formal maupun informal. Kemudahan atau kesulitan akses yang

dihadapi pemilik usaha mikro dalam penelitian ini dikaitkan dengan persepsi

pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses permodalan

seperti jaminan, besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan, dan

aksesibilitas ke kreditur. Jika pemilik usaha memiliki kemudahan akses ke

kreditur, maka niat untuk berhutang akan semakin tinggi. Sebaliknya jika

pemilik usaha mengalami kesulitan akses, maka niat untuk berhutang rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H3 : Kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh positif terhadap

niat berhutang

2.4.4. Pengaruh Niat Berhutang terhadap Keputusan Hutang

Niat (intention) merupakan anteseden utama dari perilaku menurut

model Theory of Planned Behavior. Niat merupakan kegiatan yang dilakukan

individu sebelum perilaku sesungguhnya (actual behaviour). Niat adalah

keinginan untuk melakukan perilaku (Jogiyanto, 2007). Ajzen (2005)

mendefinisikan niat sebagai variabel yang menangkap faktor-faktor motivasi

Page 19: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

31

yang mempengaruhi perilaku. Semakin tinggi nilai niat terhadap suatu

perilaku, maka semakin tinggi motivasi untuk melakukan perilaku tersebut.

Bukti-bukti empiris menunjukkan pengaruh yang signifikan dari niat

terhadap perilakunya dalam berbagai konteks yaitu penggunaan teknologi

informasi (Taylor dan Todd, 1995; Woon dan Pee, 2005; Moody dan

Siponen, 2013); kesehatan (Brouwer dan Mosack, 2015); penggunaan mobil

(Bamberg dan Schmidt, 2003); adopsi teknologi (Pavlou dan Fygenson,

2006; Karaiskos et al., 2012); dan perilaku konsumen (Lin, 2007;

Koukouvinos, 2012).

Dalam konteks keputusan pendanaan, Espel et al. (2009) menemukan

bahwa niat pemilik usaha mikro untuk menggunakan pendanaan modal

swasta (private equity) berpengaruh signifikan dan positif dengan keputusan

mereka untuk mendanai usahanya dengan modal tersebut. Hasil yang sama

juga ditemukan oleh Koropp et al. (2014) yang melakukan studi pada pemilik

perusahaan keluarga (family firms) dimana niat mempengaruhi keputusan

pendanaan baik hutang maupun ekuitas eksternal. Pemilik usaha yang

mempunyai niat yang tinggi untuk berhutang, akan mengambil keputusan

menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan dalam usahanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H4 : Niat berhutang berpengaruh positif terhadap keputusan hutang

2.4.5. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap

Keputusan Hutang

Kontrol perilaku yang dipersepsikan dapat mempengaruhi suatu

perilaku secara langsung, tanpa melalui mediasi niat (Ajzen, 1991; 2005).

Artinya bahwa perilaku suatu individu tergantung tidak hanya pada motivasi

atau keinginan untuk melakukannya, tetapi juga kontrol yang cukup terhadap

perilaku yang dilakukan (Jogiyanto, 2007).

Page 20: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

32

Penelitian tentang pengaruh langsung dari kontrol perilaku yang

dipersepsikan terhadap berbagai perilaku menunjukkan hasil yang berbeda-

beda pada berbagai konteks. Hasil yang signifikan ditemukan oleh Taylor

dan Todd (1995), Harland et al. (1999), Pavlou dan Fygenson (2006), Lin

(2007) dan Maditinos et al. (2009), sedangkan hasil yang tidak signifikan

ditunjukkan oleh Bamberg dan Schmidt (2003) dan Wei et al. (2015).

Dalam konteks keuangan, Xiao et al. (2011) menunjukkan bahwa

kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi signifikan terhadap

perilaku kredit beresiko oleh mahasiswa pada tingkat pertama perguruan

tinggi. Namun Koropp et al. (2014) menemukan hasil yang berbeda pada

keputusan penggunaan dana internal dan eksternal pada perusahaan keluarga

(familiy firms) di Jerman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak signifikan mempengaruhi

keputusan pendanaan baik dana internal maupun eksternal.

Berkaitan dengan keputusan hutang, jika pemilik usaha memiliki

kemudahan akses ke pemilik dana (kreditur), maka mereka akan mengambil

keputusan untuk menggunakan lebih banyak hutang sebagai sumber

pendanaan usahanya. Sebaliknya jika pemilik usaha mengalami kesulitan

akses, maka mereka tidak akan menggunakan hutang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H5 : Kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh positif terhadap

keputusan hutang.

Berdasarkan perumusan hipotesis-hipotesis di atas, maka model

empirik dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 21: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

33

H5 H3

H1

H2

H4

Gambar 2.2.

Model Empiris Keputusan Hutang

Mengacu pada uraian hubungan antar variabel seperti yang dijelaskan

pada bagian sebelumnya dan model empirik di atas, maka secara ringkas

hipotesis yang telah dirumuskan tersaji pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Ringkasan Hipotesis

Hipotesis

Hipotesis 1 Sikap terhadap hutang secara positif

mempengaruhi niat berhutang.

Hipotesis 2 Norma sosial berpengaruh positif terhadap niat

berhutang.

Hipotesis 3 Kontrol perilaku yang dipersepsikan

berpengaruh positif terhadap niat berhutang

Hipotesis 4 Niat berhutang berpengaruh positif terhadap

keputusan hutang

Hipotesis 5 Kontrol perilaku yang dipersepsikan

berpengaruh positif terhadap keputusan hutang.

Sikap

terhadap

Hutang

Kontrol perilaku

yang

dipersepsikan

Niat

Berhutang

Keputusan

Hutang

Norma

Sosial

Page 22: BAB II TINJAUAN LITERATUR · 2017. 12. 13. · mendapatkan modal tersebut (Holmes et al., 2003). Zimmerer et al. (2009) dan Scarborough (2013) menjelaskan sumber modal ekuitas (equity

34