bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/54459/3/bab 2.pdf · pada gardu induk, teganganhtinggi...

16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur [9]. Pertama yaitu adanya unsur untuk membangkitkan tenaga listrik. Pembangkitan tenaga listrik ini dilakukan oleh pusat pembangkit listrik dengan tegangan yang dihasilkan yaitu tegangan menengah (TM). Untuk yang kedua yaitu adanya sistem transmisi dan gardu induk (GI). Perlu menggunakan tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk mengirim tenaga listrik karena letak pusat pembangkit listrik yang jauh dari pemakai. Ketiga yaitu adanya saluran distribusi dan gardu distribusi. Sistem distribusi terdiri dari sistem distribusi primer yang menggunakan tegangan menengah dan sistem distribusi sekunder yang menggunakan tegangan rendah (TR). Untuk yang keempat yaitu adanya unsur pemakai tenaga listrik yang meliputi instalasi industri yang memakai tegangan tinggi ataupun tegangan menengah dan instalasi rumah tangga yang memakai tegangan rendah. Gambar 2.1 menunjukkan skema sistem tenaga listrik. Pusat pembangkit listrik menghasilkan tenaga listrik yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa pusat pembangkit listrik yaitu diantaranya PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, ataupun PLTN. Tenaga listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik biasannya bernilai 6 kV dan 20 kV yang merupakan tegangan menengah. Pada umunya pusat pembangkit listrik berada jauh dari pemakai. Untuk mengirim tenaga listrik ini ke pemakai diperlukan sistem transmisi. Pada sistem transmisi, tegangan dinaikkan dari tegangan menengah ke tegangan tinggi. Menaikkan tegangan menengah menjadi tegangan ekstra tinggi diperlukan ketika jarak pembangkit dan pemakai sangat jauh. Sebelum ditransmisikan, transformator set up digunakan pada gardu induk untuk menaikkan tegangan. Tegangan pada sistem transmisi bernilai 70 kV sampai 500 kV. Tegangan ekstra tinggi di Indonesia adalah 500 kV sedangkan tegangan tinggi 70 kV, 150 kV, dan 275 kV.. Penggunaan tegangan tinggi

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Tenaga Listrik

    Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur [9].

    Pertama yaitu adanya unsur untuk membangkitkan tenaga listrik.

    Pembangkitan tenaga listrik ini dilakukan oleh pusat pembangkit listrik dengan

    tegangan yang dihasilkan yaitu tegangan menengah (TM). Untuk yang kedua

    yaitu adanya sistem transmisi dan gardu induk (GI). Perlu menggunakan

    tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk mengirim tenaga

    listrik karena letak pusat pembangkit listrik yang jauh dari pemakai. Ketiga

    yaitu adanya saluran distribusi dan gardu distribusi. Sistem distribusi terdiri

    dari sistem distribusi primer yang menggunakan tegangan menengah dan

    sistem distribusi sekunder yang menggunakan tegangan rendah (TR). Untuk

    yang keempat yaitu adanya unsur pemakai tenaga listrik yang meliputi instalasi

    industri yang memakai tegangan tinggi ataupun tegangan menengah dan

    instalasi rumah tangga yang memakai tegangan rendah. Gambar 2.1

    menunjukkan skema sistem tenaga listrik.

    Pusat pembangkit listrik menghasilkan tenaga listrik yang digunakan

    untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa pusat pembangkit listrik yaitu

    diantaranya PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, ataupun PLTN. Tenaga

    listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik biasannya bernilai 6 kV dan 20

    kV yang merupakan tegangan menengah.

    Pada umunya pusat pembangkit listrik berada jauh dari pemakai. Untuk

    mengirim tenaga listrik ini ke pemakai diperlukan sistem transmisi. Pada

    sistem transmisi, tegangan dinaikkan dari tegangan menengah ke tegangan

    tinggi. Menaikkan tegangan menengah menjadi tegangan ekstra tinggi

    diperlukan ketika jarak pembangkit dan pemakai sangat jauh. Sebelum

    ditransmisikan, transformator set up digunakan pada gardu induk untuk

    menaikkan tegangan. Tegangan pada sistem transmisi bernilai 70 kV sampai

    500 kV. Tegangan ekstra tinggi di Indonesia adalah 500 kV sedangkan

    tegangan tinggi 70 kV, 150 kV, dan 275 kV.. Penggunaan tegangan tinggi

  • 6

    maupun tegangan ekstra tinggi dibutuhkan untuk beberapa alasan yaitu

    penampang penghantar yang digunakan menjadi efisien dan losses daya

    semakin kecil, karena ketika tegangan tinggi diterapkan maka arus yang

    mengalir akan menjadi lebih kecil.

    Gambar 2. 1 Sistem Tenaga Listrik

    Tenagaglistrik dari pusathpembangkit sebelum didistribusikan ke

    pemakai akan melewati gardukinduk. Gardupinduk merupakannpusat beban

    padaksuatu daerah, bebannyakberubah-ubah setiap waktuksehingga daya

    yangkdibangkin oleh pusat pembangkit listrik harusnselalu berubah.

    Perubahansdaya yangmdilakukan dimpusat pembangkit harus tetap

    mempertahankanmfrekuensinya pada angkak50 Hz [10]. Proseskperubahan

    inimdikoordinasikan dengankpusat pengaturanhbeban. Pada gardu induk,

    teganganhtinggi diturunkan menjadi tegangan menengah dan menggunakan

    trafo step down. Tegangan menengah di Indonesia adalah 20 kV. Saluran 20

    Pusat Pembangkit Listrik

    Trafo Step Up

    Trafo Step Down

    Trafo Step Down / Distribusi

    Pembangkit

    Sistem Transmisi

    Sistem Distribusi Primer

    Saluran Distribusi Sekunder

    Pemakai

    TM

    GI

    GI

    TT TET

    TM

    Ke Pemakai TM

    Pengukur kWh

    Instalasi Pemakai TR

    TR

    GI

    Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik

  • 7

    kV ini merupakan sistem distribusi primer yang menelusuri jalan-jalan di

    seluruh kota. Sistem transimisi tenagaklistrik dilakukanjdengan menggunakan

    salurankudara dengangmenara transmisi sementara sistemkdistribusi primer

    dikkota menggunakan kabelntanah yangntertanam dihtepi jalanmsehingga

    tidakbterlihat. Hal ini untuk menjaga keindahan kota.

    Mendekati persimpangan jalan biasanya terdapatmgardu-gardu

    distribusi. Gardu distribusi mengubahqtegangan menengahhmenjadi tegangan

    rendahpmelalui trafo distribusiaatau step down. Tegangan rendah disalurkan

    ke pemakai melalui tiang listrik di tepi jalan. Tegangan rendah di Indonesia

    adalahf220/380 V dankmerupakan sistemddistribusi sekunder. Padaytiang

    listrik tegangan rendah juga terpasang lampu-lampu penerangan jalan umum.

    Energi listrik dari pusat pembangkit diterimaypemakai dariptiang

    tegangan rendah melaluiqkawat yanggdinamakan sambunganbrumah dan

    diujung sambungan rumah terpasang alatqpengukur listrikzyang merupakan

    titikkakhir kepemilikan PLN. Setelahztitik ini awal darikunsur pemakai pada

    instalasixpemakai tenagamlistrik.

    2.2 Distribusi Primer

    Distribusisprimer adalah sistem distribusimyang menggunakan

    teganganimenengah. Padasdistribusi primerdterdapat tigasjenis sistem, yaitu:

    2.2.1 Sistem Radial

    Sistemdradial merupakan sistemsyang palingqsederhana danfpaling

    banyakndipakai, terdiri dari penyulang atau rangkaianatersendiri yang

    seolah-olahskeluar darigsuatu sumberssecara radial [10]. Penyulang ini

    dapatsjuga dianggapgsebagai suatuwbagian utamafdari saluranjsamping dan

    dihubungkan dengan transformator distribusi. Dengansdemikian gangguan

    padafsaluran sampingmtidak akanmmengganggu seluruhmpenyulang.

    Penggunaan sistem ini biasanya pada rumah sakit yang tidak boleh

    mengalami gangguan yang berlangsung lama.

    2.2.2 Sistem Lup

    Suatugcara lain untuk mengurangidlama interupsimdaya yang

    disebabkanwgangguan adalahsdengan menggunakan sistem lupmdengan

    menyamung keduamujung saluran [10]. Halnini mengakibatkan suatu

  • 8

    pemakaiddapat memperolehspasokan energislistrik dariqdua arah. Bilamana

    pasokanwdari salahwsatu terganggu, pemakaihitu akanedisambung pada

    pasokanqlainnya. Kapasitasxcadangan yangzcukup besarnharus tersedia

    padaktiap penyulang. Sistemilup dapatidioperasikan secara terbukaiataupun

    tertutup.

    2.2.3 Sistem Jaringan Primer

    Walaupundbeberapa studigmemberi indikasizbahwa padaxkondisi-

    kondisivtertentu sistemgjaringan primerhlebih murahndan lebihnhandal

    daripadassistem radial, secaranrelatif tidaknbanyak sistemejaringan primer

    yanggkinisdioperasikan [10]. Sistembini terbentukkdengan menyambung

    saluran-salurandutama atauapenyulang yangcterdapat padagsistem radial

    sehinggasmeembentuk suatugjaringan distribusi.

    2.2.4 Sistem Spindel

    Terutamagdi kota yanggbesar, terdapatqsuatu jenisygardu tertentu

    yangdtidak terdapatztransformator daya. Gardugdemikian dinamakanhgardu

    hubung, Gardu hubung padadumumnya menghubungkankdua atauglebih

    bagiangjaringan primerckota [10]. Sistem spidel menghubungkan bus dari

    gardu hubung dengan bus dari gardu hubung lain. Sistemkini banyak

    dipakaigdi Jakartaqdan kota-kotabbesar lainnyagdi Indonesia. Sistemoini

    memberiskeandalan operasigyang cukupktinggi.

    2.3 Distribusi Sekunder

    Distribusigsekunder menggunakanxtegangan rendah. Sebagaimana

    halnyagdengan distribusigprimer, terdapatvpula pertimbangan-pertimbangan

    mengenai keandalandpelayanan danmregulasi tegangan. Secara umum

    distribusi sekundergterdiri atas empatgjenis:

    2.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri

    Pelayananmdengan transformatormtersendiri dilakukanmuntuk

    konsumen yanggagak besarhatau konsumen yang terletakhagak berjauhan

    terutamakdi daerahkluar kota, sehinggagsaluran teganganbrendahnya akan

    menjadihterlampau panjang [10].

  • 9

    2.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai

    Sistem ini paling banyak dipakai untuk melayani sejumlah pemakai

    dengan saluran tegangan rendah. Sistemkini memperhatikannbeban dan

    keperluankpemakai yangxberbeda-bedawsifatnya [10].

    2.3.3 Bangking Sekunder

    Sistem yang menggunakan banking sekunder tidak begitu bayak

    dipakai. Antaragtransformator danxsaluran sekunderbbiasanya terdapat

    sekringsatau saklarzdaya otomatisbuntuk melepaskanqtransformator dari

    saluranhtegangan rendahyjika terjadikgangguan [10]. Kelebihan sistem ini

    dianggap dapatpmemberikan pelayanannyang tidakqterganggu dalamswaktu

    yangslama. Disisi lain jika salah satu transformator terganggu, beban

    tambahanhyang harusmdipikul transformator-transformatormlain dapat

    mengakibatkandbanyak transformatorpikut terganggu.

    2.3.4 Jaringan Sekunder

    Sistem jaringan sekunder memberikanrtaraf keandalanjpada jaringan

    teganganhrendah diqdaerah denganhkepadatan bebanzyangitinggi. Sehingga

    biayanyahyang tinggizdapat dipertanggungjawabkanfdan tingkatgkeandalan

    inildiperlukan [10]. Padakumumnya, jaringanzsekunder terjadimdengan

    menghubungkangsemua sisi teganganmrendah dari gardu-gardu

    transformatornyang diisidoleh dua atauhlebih penyulangptegangan

    menengah. Padagsisi teganganmrendah gardu distribusinterdapat saklar

    dayanyang dioperasikanmsecara otomatis dankdikenal denganmnama

    proteksimotomatis.

    2.4 Short Circuit

    Short ciruit atau hubung singkat adalah suatu gangguan dalam sistem

    tenaga listrik yang menyebabkan aliran arus menjadi tidak normal. Short

    circuit akan mengakibatkan nilai arus menjadi besar dan nilai tegangan

    menjadi kecil. Berdasarkan gangguannya, short circuit dibagi menjadi dua

    yaitu simetris dan asimetris. Semua hubung singkat berdasarkan gangguannya,

    dihitung menggunakan rumus dasar yaitu

    𝐼 = 𝑉

    𝑍 (2-1)

  • 10

    Perbedaan gangguan simetris dan asimetris baik itu satu fasa, dua fasa,

    dan tiga fasa ke tanah ialah impedansi yang terbentuk sesuai dengan gangguan

    itu sendiri dan tegangan yang mensuplai arus ke titik gangguan tersebut.

    Impedansi yang terbentuk ditulis sebagai persamaan berikut:

    Z untuk gangguan satu fasa Z = Z1 + Z2 + Z0 (2-2)

    Z untuk gangguan dua fasa Z = Z1 + Z2

    Z untuk gangguan tiga fasa Z = Z1

    Keterangan persamaan:

    I = Arus (A)

    V = Tegangan (V)

    Z = Impedansi total dari sumber sampai titik gangguan (Ω)

    Z1 = Impedansi urutan positif (Ω)

    Z2 = Impedansi urutan negatif (Ω)

    Z0 = Impedansi urutan nol (Ω)

    2.4.1 Gangguan Simetris

    Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya

    yang menyebabkan arus dan tegangan pada masing-masing fasa tetap bernilai

    seimbang. Gangguan simetris dibagi menjadi dua yaitu gangguan tiga fasa

    dan gangguan tiga fasa ke tanah. Gangguan tiga fasa ialah gangguan yang

    terjadi saat ketiga fasanya saling terhubung. Gangguan tiga fasa ke tanah ialah

    gangguan yang terjadi saat ketiga fasanya terhubung ke tanah.

    Gambar 2. 2 Gangguan Tiga Fasa

    2.4.2 Gangguan Asimetri

    Gangguan asimetris adalah gangguan yang menyebabkan arus dan

    tegangan pada masing-masing fasa menjadi tidak seimbang. Gangguan

    I2

    I3

    I1

    Gambar 2.2 Gangguan Tiga Fasa [11]

  • 11

    asimetris dibagi menjadi tiga yaitu gangguan satu fasa ke tanah, gangguan

    dua fasa, dan gangguan dua fasa ke tanah. Gangguan satu fasa ke tanah ialah

    gangguan yang terjadi saat salah satu fasa terhubung ke tanah. Gangguan dua

    fasa ialah gangguan yang terjadi saat antar kedua fasanya saling terhubung

    dan tidak terhubung ke tanah. Gangguan dua fasa ke tanah ialah gangguan

    yang terjadi saat antar kedua fasanya terhubung ke tanah.

    Gambar 2. 3 Gangguan Antar Fasa

    2.5 Voltage sag

    Voltage sag merupakan suatu penurunan nilai tegangan efektif atau

    tegangan rms pada frekuensi dengan durasi yang singkat, antara ,0.5 sampai

    30ocycle atau 10 ms sampai beberapa detik. IEEE Standard,1159a-a1995

    mendifinisikan voltage sag sebagaiavariasi tegangan rms dengan nilai antara

    10% sampai dengan 90% dari tegangan normal danaberlangsung selamaa0.5

    siklus sampaiasatu menit yang dapat dilihat pada gambar 2.4. Penyebabadari

    voltage sag ialah akibattdariigangguan short circuit 1 fasa atau 3 fasa ke tanah,

    starting motorrberdayaabesar, perubahannbeban yang secara tiba-tiba. Voltage

    sag pada sistemmyang mengalami gangguannbiasanya terjadi dalam

    waktuuantara 5 sampai dengann6 cycle, yang merupakanntotal waktu untuk

    mendeteksi gangguanndan circuit breaker akan bekerja untuk menghilangkan

    gangguan. Sedangkannwaktu penghilanganngangguan berkisarrantaraa3

    sampai 30 cycleetergantung magnitude arussgangguan dan jenissperalatan

    proteksi arusslebih.

    I2

    Gambar 2.3 Gangguan Antar Fasa [11]

    I3

    I1

  • 12

    Gambar 2. 4 Klasifikasi Tegangan

    2.6 Faktor Penyebab Munculnya Voltage sag

    Secara umummada dua penyebabbterjadinya voltage sag, yaitu

    dikarenakannadanya kegagalan pada sistemmdan pengasutan motorrinduksi

    berdaya besar. Pada motorrinduksi umumnya membutuhkan 5 sampaii6 kali

    arussratingnya padaasaat pengasutan. Arussini akan menurunnsecara bertahap

    seiringgdengan bertambahnya kecepatannmotor sampai padaakecepatan

    ratingnya. Terjadinya voltage sag ini bergantunggpada dinamikaamotor yang

    ditentukan oleh inersia motor tersebut.

    Kegagalannyang terjadi padaasaluran transmisi danndistribusi yang

    biasanyaamenjadi sumberrterjadinya voltage sag adalah kegagalan single line

    tooground (SLG)ddan lineeto line (L-L). kegagalan SLG seringgdisebabkan

    oleh kondisiicuaca yanggburuk seperti karenaapetir, saljuudan angin. Kontak

    binantang, ranting pohon yang menyentuh saluran, dan aktivitas manusia

    sepertiikonstruksi jugaamenyebabkan kegagalan SLG. Pada kegagalan L-L

    biasanya ternjadi akibat proses switching atau trip circuit breaker. Kegagalan

    pada penyulang paralel menyebabkan voltage sag pada busssubstation yang

    akannmempengaruhiisemua penyulang sampai kegagalan dihilangkan.

    Gambar 2.4 Klasifikasi Tegangan [2]

  • 13

    Gambar 2. 5 Diagram Garis Voltage Sag

    Magnitudoodan fasa dariitegangan usag selamatterjadi voltage sag pada

    pointtof commonncoupling (PCC) ditentukannoleh besarnyaaimpedansi

    gangguanndan impedansiisumber dengannpersamaan berikut:

    𝑈(𝑠𝑎𝑔) = 𝐸 𝑍𝑓

    𝑍𝑓+𝑍𝑠 (2-3)

    Perbedaan usag denganntegangan sebelummgangguan upre-sag sebesar

    uhilang, dapattditulis secara matematisssebagai usag = upre-sag – uhilang dan dapat

    dilihattpada gambarr2.5

    Gambar 2. 6 Diagram Vektor Voltage Sag

    Gambar 2. 7 Gelombang Terjadinya Voltage Sag

    Gambar 2.7 Gelombang Terjadinya Voltage sag

    E

    Usag

    Zs

    PCC

    Beban Sensitif

    Zf Gangguan

    Gambar 2.5 Diagram Garis Voltage sag [16]

    Gambar 2.6 Diagram Vektor Voltage sag [12]

  • 14

    Perbedaan magnitude dan pergeseran fasa φsag dapat terjadi saat

    voltage sag berlangsung. Kedua besaran tersebut merupakan bagian dari

    voltage sag. Bentuk gelombang saat terjadi voltage sag dapat dilihat pada

    gambar 2.7.

    2.7 Tentang Dynamic voltage restorer (DVR)

    Dynamiccvoltageerestorer (DVR) merupakan sebuah peralatan

    elektronika daya yanggdigunakan untukkmelindungiibeban sensitifterhadap

    voltage sag. DVRddipasang melaluittrafo secaraaseri antara penyulanggdan

    bebannsensitif untukkmengkompensasiitegangannpadaasaat terjadiigangguan.

    DVR mempunyai dua kondisi operasi yaitu:

    a. Standby atau juga disebut dengan short circuit operation (SCO) yaitu

    kondisi tidakkterjadinya voltage sag danntegangan yanggdiinjeksikan

    memiliki magnitude nol (zeroomagnitude).

    b. Boost yaitu kondisi DVR menginjeksikan tegangannyang diperlukannpada

    magnitude dannfasa yanggsesuai untukkmemperbaiki tegangannpada bus

    bebann(load bus) disaattterjadinya voltage sag.

    Secaraaumum konfigurasiidari rangkaiannDVR padaagambar 2.8

    terdiriidari empattkomponen utamaayang memilikiifungsinya masing-masing

    yaituuinjection/coupling transformer, control, Voltage Source Inverter (VSI),

    filter, energy storage.

    Gambar 2. 8 Konfigurasi DVR Pada Sistem Distribusi

    Gambar 2.8 Konfigurasi DVR Pada Sistem Distribusi [7]

  • 15

    2.7.1 Injection/Coupling Transformer

    Transformatorrsatu fasaadihubungkan secaraaseri dengan penyulang

    distribusiiyang digandengddengan VSI untuk level tegangan tinggi distribusi.

    Transformatorrsatu fasaadapat dihubungkan secaraastar/open atau delta/open.

    Fungsiidasarrdari injection/coupling transformer adalah sebagai

    isolasiielektrik sertaauntuk menaikkan suplaiitegangan AC yanggrendah yang

    dihasilkannoleh VSI untukkmenghasilkanntegangan yang diinginkan

    Hubunganndelta/open tidakkmenghasilkan injeksiitegangan urutannnol (zero

    sequence voltage). Pemilihannkumparan transformatorrinjeksi ditentukan oleh

    hubunganntransformator step-downnyang diumpanbalikkan kebbeban. Jika

    transformator dihubungkan secara delta/open, maka tidak perlu

    mengkompensasi tegangan urutan nol tapi jikaayang digunakannadalah

    hubungannstar/open dengannpentanahan pada titikknetral, tegangan urutan nol

    harus dikompensasi.

    2.7.2 Voltage Source Inverter (VSI)

    VSI adalahhperalatan elektronikaadaya yang dapattmenghasilkan

    tegangannsinusoidal dengan magnitude, frekuensi, dan sudut fasa yang

    diinginkan. Pulse widthhmodulation – voltage source inverter (PWM-VSI)

    digunakannpada penelitiannini yang terdiriddari switching yaituuinsulated

    gate bipolarrtransistors (IGBT).

    Fungsiddasar dari VSI adalahhuntuk mengkonversittegangan DC yang

    dihasilkannoleh energy storageedevice menjadi tegangannAC yang

    dibutuhkaniinjection/coupling transformerruntuk mengkompensasittegangan

    padabbeban sensitive (criticalgload)

    2.7.3 Energy Storage

    Fungsi energy storage yaituumenghasilkan dayaaaktif untuk

    mensuplaibbeban padaasaat terjadi voltage sag. Baterai, lead-acid, flywheel

    ataussuperconducting magneticcenergyystorage (SMES) dapat digunakan

    untukkmenyimpannenergi.

    2.7.4 Beban Nonlinear

    Beban nonlinear adalahhbeban yang impedansinyaatidak konstan

    dalammsetiap periodeetegangan masukan. Dengannimpedansinya yanggtidak

  • 16

    konstan, makaaarus yang dihasilkanntidaklah berbandingglurus dengan

    teganganyyang diberikan. Sehinggabbeban nonlinear tidaklahmmematuhi

    hukummohm yang menyatakannarus berbandingglurus denganntegangan.

    Bentuk gelombanggarus yang dihasilkannoleh beban nonlinearrtidak

    sama dengannbentuk gelombang tegangannsehingga terjadiccacat (distorsi).

    Dengannmeluasnya pemakaiannbeban nonlinear, gelombanggsinusoidal ini

    dapattmengalami distorsi.

    Kecenderungannpenggunaan beban-beban elektronika dalammjumlah

    besar akan menimbulkanmmasalah yanggtidak terelakkan sebelumnya.

    Berbedaadengan beban-beban listrikkyang menarikkarus sinusoidal, beban-

    beban elektronikkmenarik arusddengan bentuk nonsinusoidalmwalaupun

    disuplai oleh teganganmsinusoidal. Bebanyyang memilikissifat ini disebut

    sebagaibbeban nonlinear.

    Bebanmnonlinear adalahmperalatan yang menghasilkanmgelombang-

    gelombang arussyang berbentuk sinusoidalbberfrekuensi tinggi yang disebut

    denganmarus harmonisa. Arushharmonisa ini menimbulkanbbanyak implikasi

    padazperalatan sistemitenaga listrik. Misallrugi-rugi jaringanlakan meningkat,

    pemanasannyang tinggi padaakapasitor, transformator, danipada mesin-mesin

    listrikkyang berputarqserta kesalahanopada pembacaanwalat ukur.

    2.8 Sistem Kendali

    Pengendali PI merupakan pengendalikyang banyakkdigunakan dalam

    industri. PengendaliaPI telahmbertahan sejakmlama, dariaera sistemsanalog

    hinggamera sistemmdigital computer. Padamkenyataannya perkembangan

    teknologikdigital danfsoftware telahsmembuat perkembanganjyang signifikan

    terhadapopenelitian PI.

    2.8.1 Pengendali Proportional (P)

    Pengendalimproporsional memilikikrespon keluaran yanggsebanding

    denganmsinyal error yangidihasilkan dan dapat memperbaiki respon transien,

    ini sesuai dengan persamaan P

    CO(t) = Kp e(t) (2-4)

    Respon proporsional dapatgdisesuaikan denganmmengalikan sinyal

    erroruterhadap Kp atau yanggdisebut dengannproporsional gain.

  • 17

    Gambar 2. 9 Diagram Blok Pengendali Proporsional

    2.8.2 Pengendali Integral

    Pengendali integral digunakanuuntuk menghilangkan error steady

    state (offset) padahkeadaan tunak. Offset biasanya terjadippada plant yang

    tidaknmempunyai factor integrase (1/s), iniisesuai denagan persamaan berikut

    CO(t) = Ki ʃ e(t) dt (2-5)

    Disampinggmenghilangkan sinyal error dan offset, adaakemungkinan

    pengendalimintegral dapat menimbulkanmrespon yangbberosilasi dengan

    amplitude yanggmengecil secarar perlahankatau membesar.

    Gambar 2. 10 Diagram Blok Pengendali Integral

    2.9 Particle Swarm Optimization (PSO)

    Particle Swarm Optimization (PSO) merupakannsalah satuualgoritma

    yang digunakan untuk tunning pada sistem kontol. Teknik tunning didasarkan

    padakpenelusuran algoritma dan diawaligdengan suatufpopulasi yangrrandom

    yangmdisebut particle [13]. Algoritma PSO diperkenalkannoleh Kennedy dan

    Eberhartkpada tahunn1995, proses algortimanya terinspirasi dari perilaku

    sosialksekumpulan serangga atau burungadalamssuatu swarm.

    Berbedaadengan teknik tunning lainnya, setiapkparticle pada PSO

    jugaaberhubungan dengangsuatu velocity. Particle-particle tersebutbbergerak

    melaluikpenelusuran ruangmdengan velocity dinamis yangmdisesuaikan

    menurutkperilaku historisnya. Olehkkarena itu, particle-particle mempunyai

    kecenderunganguntuk bergerakhke area penelusuranyyang lebihkbaik setelah

    melewatiwproses penulusuran.

    Gambar 2.10 Diagram Blok Pengendali Integral

    Gambar 2.9 Diagram Blok Pengendali Proposional

    Set Point CO +

    Feedback

    CO Ki

    Set Point +

    -

    Kp

    Feedback

    -

  • 18

    Algortimanya yang sederhana dan performanya yang bagus membuat

    PSO banyak digunakan oleh para penelti dan banyak diaplikasikan pada

    berbagai persoalan optimasi sistem tenaga seperti desain kontrol PID, kontrol

    tegangan dan daya reaktif. PSO telah popular menjadi optimasi globalfdengan

    sebagianrbesar permasalahangdapat diselesaikanrdengan baik dan variabelnya

    berupa bilanganwriil.

    Beberapakistilah umumwyang biasaqdigunakan pada PSO dapat

    didefinisikanqsebagai berikut:

    a. Swarm : populasiqsuatutalgoritma

    b. Particle : anggotaqpadassuatu swarm. Posisi suatu particle ditentukan oleh

    representasi solusi saat itu. Setiapaparticle merepresentasikanksuatu solusi

    yangxpotensial padazpermasalahan yangxdiselesaikan.

    c. Pbest (Personal best) : posisinPbest suatuyparticle menunjukan posisi

    particleyyang disiapkan untukpmendapatkan suatussolusi terbaik.

    d. Gbest (Global best) : posisipterbaik particlespada swarm.

    e. Velocity (vektor) : vektornyang menggerakkankproses optimasi yang

    menetukan arahmagar suatumparticle diperlukanmberpindah untuk

    memperbaikipposisi semula.

    f. Inertia weigth : inertia weight disimbolkan w, parameterhini digunakan

    untukhmengontrol dampaksdari adanya velocityuyang diberikan olehfsuatu

    particle.

    Prosedurqstandar untuknmenerapkan algoritmaaPSO ialah sebagaidberikut:

    a. Inisialisasispopulasi darimparticle-particle dengansposisi danmvelocity

    secaranrandom pada ruangjdimensimpenelusuran.

    b. Evaluasibfungsi fitness optimasijyanggdiinginkan dijdalam variable d pada

    setiapnparticle.

    c. Membandingkanrevaluasi fitnessaparticle dengannPbest

    d. Identifukasi particle dalam lingkungan dengan hasil yang terbaik.

    e. Perbarui velocityudan posisioparticle

    f. Kembalijke step 2hsampai kriteriagterpenuhi.

    Sepertihhalnya denganaalgoritma lainnya, algoritmamPSO adalah

    sebuahapopulasi yangddidasarkan penelusuranbinisialisasi particlemsecara

  • 19

    randomvdan adanyaiinteraksi diantaraiparticle dalam populasi. Di dalam PSO

    setiapuparticle bergerakemelalui ruangesolusi danymempunyai kemampuan

    untukpmengingat posisiqterbaik sebelumnyajdan dapatjbertahan darijgenerasi

    kelgenerasi.

    2.9.1 Ukuran Swarm

    Ukurannswarm atauypopulasi yangqdipilih adalahdtergantung pada

    persoalannyang dihadapi. Ukuransswarm yangqumum digunakanmyaitu

    berkisarqantara 20ssampai 50. Halitersebut telah dipelajari sejak dulu bahwa

    PSOlhanya perlulukuran swarm ataulpopulasi yang lebih kecil dibandingkan

    algortima-algoritmaalainnya.

    2.9.2 Keoefisien Akselerasi

    Padadumumnya nilaixuntuk koefisiensakselerasi c1 dan c2 yaitu 2.

    Namungnilai tersebut dapat ditentukan sendiri dalambpenelitiannyang

    berbeda. Biasanyasiilai c1 dan c2 samajdan beradajpada rentang 0 sampaii4.

    2.9.3 Inertia Weigth

    Perubahanvvelocityapada algortima PSOiterdiri dari tigambagian

    yaitu social part, cognitove part, danbmomentum part. Ketiganbagian

    tersebutjmenentukan keseimbanganiantara kemampuanipenelusuran global

    danllocal. Olehlkarena itu akanamemberikan performa yangibaik padaiPSO.

    Parameterninertia weigth digabungkanadengan social part pada

    algortima PSO. Persamaanadari PSOsyaitu

    𝑉𝑖𝑑 = 𝑤 𝑉𝑖𝑑 + 𝑐1 𝑟𝑎𝑛𝑑1 (𝑃𝑖𝑑 − 𝑋𝑖𝑑)

    +𝑐2 𝑟𝑎𝑛𝑑2 (𝑃𝑔𝑑 − 𝑋𝑖𝑑) (2-6)

    𝑑𝑎𝑛

    𝑋𝑖𝑑1 = 𝑋𝑖𝑑 + 𝑉𝑖𝑑 (2-7)

    Inertia weigth diperkenalkanmuntuk keseimbanganmantara

    kemampuankpenelusuran globalsdan local. Secaraaumum parameterjinertia

    weigth (w) diperolehsdengan menggunakanqpersamaan berikut

    𝑤 = 𝑤𝑚𝑎𝑥 − 𝑤 max − 𝑤𝑚𝑖𝑛

    𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑥 𝐼𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (2-8)

    Inertia weigth yangdbesar dapatsmemudahkan dalamapenelusuran

    global daniinertia weigth yangdkecil memudahkanauntuk penelusuran local.

    Penggunaanninertia weigth dapatumeningkatkan performa dalamsbeberapa

  • 20

    aplikasi dengan nilai velocity maksimum, nilai w padaarentang dinamisddari

    setiapsvariable biasanyadantara 0,4ssampai 0,9.

    2.10 DVR Dengan PI - PSO Controller

    Penambahan algoritma PSO digunakan sebagai tunning pada PI

    controller. PI controller yang di tunning dengan PSO akan menghasilkan nilai

    Kp dan Ki secara otomatis. Nilai Kp dan Ki dari hasil tunning, merupakan

    nilai terbaik. Nilai Kp dan Ki terbaik akan menghasilkan tegangan injeksi

    yang mendekati nilai tegangan yang hilang akibat voltage sag. Gambar 2.11

    merupakan diagram blok DVR dengan menggunakan PI-PSO controller.

    Gambar 2. 11 Diagram Blok DVR dengan PI-PSO Controller

    Algoritma

    PSO

    Kontrol

    PI SPWM

    Gambar 2.11 Diagram Blok DVR dengan PI-PSO Controller

    IGBT

    Gate Measurement

    + Set Point

    -

    e

    BAB II TINJAUAN PUSTAKABAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sistem Tenaga Listrik2.1 Sistem Tenaga Listrik2.2 Distribusi Primer2.2 Distribusi Primer2.2.1 Sistem Radial2.2.1 Sistem Radial2.2.2 Sistem Lup2.2.2 Sistem Lup2.2.3 Sistem Jaringan Primer2.2.3 Sistem Jaringan Primer2.2.4 Sistem Spindel2.2.4 Sistem Spindel

    2.3 Distribusi Sekunder2.3 Distribusi Sekunder2.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri2.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri2.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai2.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai2.3.3 Bangking Sekunder2.3.3 Bangking Sekunder2.3.4 Jaringan Sekunder2.3.4 Jaringan Sekunder

    2.4 Short Circuit2.4 Short Circuit2.4.1 Gangguan Simetris2.4.1 Gangguan Simetris2.4.2 Gangguan Asimetri2.4.2 Gangguan Asimetri

    2.5 Voltage sag2.5 Voltage sag2.6 Faktor Penyebab Munculnya Voltage sag2.6 Faktor Penyebab Munculnya Voltage sag2.7 Tentang Dynamic voltage restorer (DVR)2.7 Tentang Dynamic voltage restorer (DVR)2.7.1 Injection/Coupling Transformer2.7.1 Injection/Coupling Transformer2.7.1 Injection/Coupling Transformer2.7.2 Voltage Source Inverter (VSI)2.7.2 Voltage Source Inverter (VSI)2.7.3 Energy Storage2.7.3 Energy Storage2.7.4 Beban Nonlinear2.7.4 Beban Nonlinear

    2.8 Sistem Kendali2.8 Sistem Kendali2.8.1 Pengendali Proportional (P)2.8.1 Pengendali Proportional (P)2.8.2 Pengendali Integral2.8.2 Pengendali Integral

    2.9 Particle Swarm Optimization (PSO)2.9 Particle Swarm Optimization (PSO)2.9.1 Ukuran Swarm2.9.1 Ukuran Swarm2.9.2 Keoefisien Akselerasi2.9.2 Keoefisien Akselerasi2.9.3 Inertia Weigth2.9.3 Inertia Weigth

    2.10 DVR Dengan PI - PSO Controller2.10 DVR Dengan PI - PSO Controller