bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/39010/3/bab 2.pdf · kebutuhan energi panas dari bbm dan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada perancangan ini saya akan merancang tentang rancang bangun Mesin Bricket Kotoran
sapi yang berkapasitas 75kg/proses. Dikarenakan Jika Kotoran Sapi ataupun Kotoran Hewan Lainnya
di biarkan maka akan mengendap dan akan mengganggu lingkungan di sekitar. Pada tinjauan pustaka
ini saya akan menjelaskan tentang perancangan yang akan saya lakukan seperti : Bahan bakar, kotoran
sapi dan Mesin Press macam macam brickets, sistem pengepres.
2.1 Pengertian Kotoran Sapi
Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi dan hewan dari subfamili Bovinae lainnya.Kotoran
sapi memiliki warna yang bervariasi dari kehijauan hingga kehitaman, tergantung makanan yang
dimakannya.Setelah terpapar udara, warna dari kotoran sapi cenderung menjadi gelap (wikipedia,
2016). Kotoran sapi adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang bersifat padat dan dalam proses
pembuangannya sering bercampur dengan urin dan gas, seperti metana dan amoniak. Kandungan unsur
hara dalam kotoran sapi bervariasi tergantung pada keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah
konsumsi pakan, serta individu ternak sendiri (Abdulgani, 1988).Komposisi kotoran sapi yang
umumnya telah diteliti dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2.1 Komposisi Kotoran Sapi
Senyawa Presentase
Hemisellulosa 18,6%
Sellulosa 52,2%
Lignin 20,2%
Protein 14,9%
Debu 13%
Sumber, Candra 2012
5
2.2 Pengertian Bricket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai
dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket Bekatul, briket arang,
briket sampah plastic, bricket kotoran sapi.
2.2.1 Macam-macam Bricket
• Briket Batu Bara
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari
butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar
bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatanny.
➢ Manfaat briket batu bara
1. Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk Rumah Tangga
dan Industri Kecil.
2. Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga
3. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di pabrik briketnya,
distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
4. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada daerah-daerah
terpencil.
5. Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket seperti batubara,
tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
6. Menghasilkan briket batubara yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dan UKM dalam kebutuhan energinya yang akan terus meningkat setiap
tahunnya
➢ Kekurangan Briket Batu Bara
1. Bahan susah di cari
2. Harga batu bara juga sangat mahal
3. Dan menyebabkan polusi udara
6
• Briket Bio Batubara
Pabrik percontohan dibangun di atas tanah seluas ± 1 Ha, terdiri dari 8 bangunan fasilitas
utama, yaitu bangunan untuk stockpile batu bara, stockpile bagas, pengeringan/ penggerusan/ bin/
pembriketan, pengayakan dan pengantongan briket, gudang produk briket, boiler minyak dan
laboratorium/gudang sparepart/perkantoran. Dalam perkembangannya, maka pabrik ini
dilengkapi pula dengan bangunan untuk percontohan berbagai tungku briket. Operasi produksi
dikontrol oleh panel sentral dan juga panel-panel lain untuk masing-masing peralatan secara
elektronik dan otomatik. Jumlah total daya listrik terpasang adalah 650 KVA. Sedangkan jumlah
tenaga kerja adalah 15 orang operator yang telah dilatih dan 10 orang tenaga harian.
Kapasitas produksi adalah 5 ton/jam atau 10.000 ton/tahun (1 shift). Saat ini mengingat pasar
belum terbentuk, produksi dan pemasarannya baru mencapai 100 ton/bulan. Pada tahun 2003
direncanakan produksi akan ditingkatkan sesuai dengan kapasitas terpasang. Pada awal proses
produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%), bagas (19%) dan kapur (5%). Dalam
perkembangannya untuk meningkatkan sifat fisik produk, ditambahkan molases sebagai bahan
pengikat (8%) dan pengurangan bagas menjadi 10%, sehingga komposisi briket bio batu bara
menjadi : batu bara (85%), bagas (10%) dan kapur (5%). Molases ditambahkan 8% dari total
campuran tersebut. Pembuatan briket tersebut dilakukan pada mesin briket 2 roller dengan kuat
tekan 2 – 3 ton/cm2. Briket yang pecah dialirkan kembali secara otomatis untuk dipres kembali.
Saat ini banyak industri kecil dan menengah serta rumah tangga yang masih menggunakan
bahan bakar kayu atau kombinasi kayu dan BBM. Di lain pihak hutan sebagai sumber kayu
bakar sudah banyak berubah fungsinya menjadi pemukiman, industri atau lahan pertanian.
Masalah tersebut tentunya berdampak pada berkurangnya penyediaan kayu bakar, sementara harga
minyak tanah juga cenderung meningkat. Dengan latar belakang tersebut, Puslitbang tekMIRA
berinisiatif untuk memperkenalkan bahan bakar alternatif berupa briket bio batu bara untuk mengisi
kekurangan kayu bakar dan pengganti minyak tanah, yakni dengan membangun sebuah pabrik
percontohan briket bio batu bara di Palimanan, Jawa Barat. Pabrik percontohan briket bio batu bara
Palimanan diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2 November 2001,
sebagai hasil kerja sama antara NEDO-METI (Jepang) dengan DESDM (Indonesia). Pabrik
percontohan ini berlokasi di Palimanan, ± 20 km sebelah barat Cirebon yang berfungsi sebagai
pelabuhan batu bara, berdekatan dengan sentra kegiatan industri kecil pembakaran
bata/genteng/kapur, industri rumah tangga (berbagai makanan), peternakan anak ayam, rotan, dan
lain-lain. Inisiatif membangun pabrik percontohan briket bio batu bara didasarkan atas perlunya
model pabrik briket dan produknya yang dapat memenuhi kebutuhan energi rakyat yang cocok dan
murah untuk industri kecil dan rumah tangga perdesaan. Hal ini sekaligus mendukung program
7
diversifikasi energi untuk mengurangi konsumsi minyak tanah. Dengan adanya pabrik
percontohan ini, maka tekMIRA akan mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengembangkan
litbang briket dan mensosialisasikannya kepada pihak pengguna. Diharapkan, ada pihak swasta
yang mengembangkannya pada tingkat komersial di kemudian hari.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga maupun industri
kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM dan kayu bakar. Energi
panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk memasak,
pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,dan lain-lain)
pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan industri lain yang membutuhkan panas. Briket
ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri
makanan, dan sebagainya. Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di
rumah tangga maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari
BBM dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di
antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi,
ikan,dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam pemenuhan energi
panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya. Produk briket yang dihasilkan direncanakan
untuk dapat dipakai di rumah tangga maupun industri kecil dan menengah, menggantikan
kebutuhan energi panas dari BBM dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran
briket dapat dipakai di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh,
bawang, tembakau, padi, ikan,dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam
pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya. Produk briket yang
dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga maupun industri kecil dan menengah,
menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM dan kayu bakar.
Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk memasak,
pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,dan lain-lain)
pembakaran bata/ genteng/ keramik/gerabah, dan industri lain yang membutuhkan panas. Briket
ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri
makanan, dan sebagainya.
8
➢ Manfaat briket batu bara
1 Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk Rumah Tangga
dan Industri Kecil.
2 Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga
3 Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di pabrik briketnya,
distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
4 Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada daerah-daerah
terpencil.
5 Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket seperti batubara,
tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
➢ Kekurangan Briket Batu Bara
1 Bahan susah di cari
2 Harga batu bara juga sangat mahal
3 Dan menyebabkan polusi udarakarena terbuat dari batu bara
• Briket Tempurung Kelapa
Limbah kelapa berupa tempurung dapat diolah menjadi produk yang bernilai tinggi, salah satunya
adalah briket tempurung kelapa yang bias dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi. Sebagai
pengganti batu bara yang merupakan bahan baker yang tidak dapat diperbaharui dan banyak
menimbulkan dampak negative bagi kesehatan dan lingkungan, salah satunya dapat mengakibatkan
gangguan pernapasan
➢ Manfaat Briket Tempurung Kelapa
1. Energi Terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dan bersumber dari sumber
daya alam, bahan bakunya merupakan hasil dari proses alam yang berkelanjutan. Briket Arang
tempurung kelapa termasuk kategori Biomassa. Biomassa sendiri adalah jenis energi
terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang hidup atau
belum lama mati
2. Panas yang di hasilkan maksimal karena bahan yang di gunakan dari batokkelapa yang
tergolong kering dan mudah terbajar
3. Tidak beracun karena dari cara pembuatan juga sangat alami sama seperti briket kotoran sapi
yang pada pembuatannya menggunakan perekat dari tepung tapioca atau kanji.
4. Tidak berasap ketika di bakar
5. Bisa menjadi bahan briket yang terbuat dari batu bara
9
➢ Kekurangan Briket Temourung Kelapa
1 Keterbatasan ketersediaannya, meskipun secara agregat memiliki jumlah yang melimpah,
namun pada kenyataannya sumber daya tersebut jauh dari beberapa lokasi.
2 Memiliki energy yang relative lebih kecil di banding para pesaingnya.
3 Bahan yang di gunakan untuk perekat relative lebih banyak karena harus membutuhkan bahan
campuran perekat yang mengandung etanol yg lebih banyak agar proses saat pemakaian nyala
api bisa lebih tahan lama.
• Briket Arang dari serbuk gergaji
Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling banyak dipakai karena
mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah
berat sehingga mengurangi persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif
penggantiannya, dan salah satunya adalah pembuatan briket arang. Dalam upaya pemanfaatan
limbah serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh
karena itu rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk
gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang. Manfaat Briket Arang Dengan penggunaan briket
arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari
hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli
minyak tanah atau gas elpiji.Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket
arang maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi
pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu
saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket
arang ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang dijual.Bahan pembuatan briket arang
mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
➢ Manfaat Briket arang dan serbuk kayu
1. Hemat dan ekonomis
2. Aman dan ramah lingkingan karena briket terbuat dari bahan alami dan tidak
menggunakan bahan kimia
3. Sumber serbuk kayu juga mudah di cari
4. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama
10
➢ Kekurangan Briket arang dan serbuk kayu
1. Dengan seiring berkembangnya zaman kayu sekarang semakin langka
2. Dan mayoritas masyarat lebih memilih di gunakan untuk kerajinan dari pada kayu
karena masih banyaknya bahan yang bisa di pakai sealain kayu. Seperti halnya kotoran
sapi
3. Karena briket arang bahan dasarnya dari serbuk kayu,pastinya masih ada asap yang
menyebabkan polusi meskipun itu tak sebanyak arang yang biasa di pakai masyarakat
di pedesaan.
• Briket Bagas dan Blotong
Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan dua macam limbah padat, yaitu: ampas tebu
(bagas) dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari
perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyakmengandung serat dan gabus.
Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga
dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas. Kadangkala
masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini
memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk.
Limbah padat yang kedua berupa blotong, merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira)
sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir
berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan
menimbulkan bau busuk yang menyengat. Sekitar tahun 1980, blotong menjadi masalah yang
serius bagi pabrik gula dan masyarakat sekitar. Di musim hujan, tumpukan blotong basah,
sehingga menebarkan bau busuk dan mencemari lingkungan. Pabrik gula memindahkannya dari
lingkungan pabrik ke lahan masyarakat yang disewa. Hal ini untuk mengurangi tumpukannya yang
semakin menggunung dalam lingkungan pabrik. Namun, lama kelamaan banyak masyarakat yang
tidak mau lagi lahannya ditempati blotong karena baunya yang tidak sedap.
➢ Manfaat Briket Bagas dan Blotong
Penduduk Desa Sendang, Kec. Banyakan, Kediri, Jawa Timur, 90 persennya
menggeluti usaha pembuatan tahu, dan sebagian kecil memiliki usaha pembuatan batu
bata atau tempe. Pada proses pembuatannya diperlukan bahan bakar untuk
memasak/membakar. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah kayu bakar. Semakin
sedikitnya kayu bakar yang ada menyebabkan harganya semakin tinggi. Hal ini
memaksa masyarakat yang memiliki usaha tadi mencari bahan bakar alternative
pengganti kayu bakar. Makrus (39 th), pengusaha tahu di Sendang, mengungkapkan
11
bahwa pada tahun 1985 penduduk yang memiliki usaha pembuatan tahu mendapat
informasi bahwa blotong yang dipadatkan dan dikeringkan (briket) dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Menurut bapak yang memiliki usaha sejak tahun 1989,
masyarakat tertarik untuk mencoba memanfaatkan blotong yang dihasilkan oleh Pabrik
Gula (PG) Mrican karena banyak yang dibuang dan belum diketahui cara
pemanfaatannya. PG. Mrican letaknya sangat dekat dengan Desa Sendang sehingga
penduduknya juga merasakan pencemaran yang disebabkan oleh blotong. Pihak PG.
Mrican memberi blotong dengan gratis kepada masyarakat. Mulailah masyarakat
memanfaatkannya sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar. Hal ini melegakan semua
pihak karena memberi keuntungan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah dari PG.
Sejak itu, masyarakat pun sangat antusias untuk memanfaatkan blotong sebagai bahan
bakar. Akibat semakin banyak permintaan blotong dari masyarakat membuat PG.
Mrican mematok tarif harga sebagai biaya angkut ke rumah penduduk. Di tahun
1989, PG. Mrican mematok harga sebesar Rp. 3.000 per 1 rit (truk). Harganya terus
mengalami kenaikan. Sampai musim giling tahun 2004, harganya mencapai Rp. 35
ribu per rit. Harga ini masih lebih ekonomis dibandingkan dengan kayu bakar atau
minyak tanah. Blotong, Menarik Minat Para Pengusaha Briket blotong pertama kali
dimanfaatkan oleh pengusaha rumah tangga pembuatan tahu. Lalu diikuti oleh pengusaha
rumah tangga yang lain, seperti: pembuat tempe atau batu bata dan warung makan.
Pada tahun 1990, hampir semua penduduk Desa Sendang memanfaatkan briket tersebut.
Saiku (28 th), yang mulai tahun ini menggantungkan hidupnya dari usaha tahu,
mengatakan bahwa pada umumnya masyarakat membuat dan memakai sendiri briket
blotong yang dibuatnya. Aktivitas masyarakat sebagai petani, pembuat tahu/tempe dan
batu bata sekaligus memasarkannya, sudah membuat mereka sangat sibuk. Sehingga,
belum ada orang yang menggeluti usaha pembuatan briketnya untuk dijual. Walaupun
konsumen briket blotong sudah bertambah banyak, tapi pemakainya masih terbatas pada
yang memiliki usaha industri kecil saja. Sedikit sekali masyarakat yang menggunakannya
sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Briket ini memiliki panas yang tinggi
dan pemakaiannya harus sampai habis. Hal ini membuat masyarakat lebih menyukai
memanfaatkannya sebagai bahan bakar industri kecil. Pembuat tahu memanfaatkannya
sebagai bahan bakar untuk memasak bubur kedelai sebelum proses pencukaan dan
pembuat tempe memanfaatkannya sebagai bahan bakar memasak kedelai
sebelum diberi ragi. Cara pemakaiannya yaitu briket yang sudah sedikit terbakar
dimasukkan ke dalam lubang luweng (tempat pembakaran khas Jawa) yang telah didesain
12
khusus dan bagian bawahnya diberi saringan untuk mengeluarkan abu sisa pembakaran.
Pembuat batu bata memanfaatkannya sebagai bakan bakar untuk membakar bata. Bata
yang akan dibakar disusun bertingkat seperti candi, berbentuk segi empat yang
mengerucut ke atas. Di tengahtengah tumpukan bata, dulu biasanya diberi kayu bakar
agar bata yang berada di tengah bisa ikut matang menjadi batu bata. Setelah mengetahui
manfaatnya sebagai bahan bakar, kayu bakar diganti dengan briket blotong. Hasil
pembakaran bata dengan menggunakan briket ini lebih sempurna, karena panas yang
dihasilkan lebih tinggi. Selain karena hasil yang memuaskan, penggunaan briket dapat
mengurangi biaya operasional untuk pembelian kayu bakar. Pemilik warung makan juga
menggunakan briket ini sebagai pengganti kayu bakar. Dengan beberapa briket saja
mereka sudah bisa memasak makanan dan menggoreng kue-kue yang akan dipasarkan.
Panas yang dihasilkan oleh briket dapat mempercepat proses memasak dan dapat
mengurangi biaya untuk bahan bakar, sehingga penghasilan dapat meningkat.
Sebenarnya briket blotong bukan hanya digunakan oleh pengusaha kecil di Kediri
saja. Teknologi pemanfaatan briket ini juga sudah lama dimanfaatkan oleh pengusaha
kecil di daerah sekitarnya seperti Nganjuk, Jombang, dan Sidoarjo. Belum banyaknya
orang yang membuat usaha pembuatan briket blotong untuk dijual, membuat briket ini
belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Jika ingin membelinya, briket harus dipesan
dulu kepada orang yang biasa membuatnya.
➢ Kerugian dan Kelemahan Briket Bagas dan Blotong
Bahan bakar yang biasa dimanfaatkan selain kayu adalah sekam (limbah kulit padi). Harga
beli sekam masih lebih mahal daripada blotong tapi lebih murah daripada harga kayu bakar.
Harga sekam bias turun bila sedang musim panen padi dan limbah padi di penggilingan
beras cukup banyak. Dibandingkan dengan bahan bakar jenis lainnya, briket blotong
memiliki beberapa keunggulan seperti lebih ekonomis, api berwarna biru, bara api
lebih tahan lama, panasnya sangat stabil, bila sirkulasi udara baik asap yang
dihasilkan sedikit dan abu dari sisa pembakarannya pun sedikit. Banyaknya
keuntungan menggunakan briket blotong membuat penduduk Sendang tidak merasakan
kerugiannya. Apalagi kebanyakan masyarakat menganggap keunggulan suatu barang
terletak pada nilai harga yang murah. Semua barang yang adakeunggulan pasti ada
13
kelemahannya. Begitu juga dengan pemanfaatan briket ini sebagai bahan bakar tentu
memiliki kelemahan, antara lain:
1. Bila pabrik gula tidak giling, maka stok blotong habis. Sehingga pembuatan briket ini
sangat tergantung dengan musim giling pabrik gula. Musim giling berkisar antara bulan
Mei-September. Lamanya musim giling tergantung dari jumlah tebu yang ditanam
masyarakat.
2. Blotong yang masih basah menimbulkan bau busuk yang menyengat. Sehingga blotong
yang akan dicetak menjadi briket, terlebih dulu dicampur cairan kanji untuk mengurangi
baunya dan menambah kerekatan briket.
3. Pengeringan briket memerlukan waktu 4 hari sampai 1 minggu tapi jika mendung atau
sinar matahari kurang terik diperlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, pembuatan
briket secara manual memerlukan lahan yang luas untuk penjemurannya.
4. Briket yang sudah jadi tidak boleh terkena air. Walaupun sudah dikeringkan,
briket yang terkena air akan mengalami kelainan pada nyala api dan baranya. Api yang
dihasilkan menjadi berwarna merah dan baranya kurang panas. Seringkali briket yang
sudah terkena air sulit dinyalakan.
5. Memasak dengan briket harus cepat karena jika tidak cepat menangani masakan,
dapat membuat masakan sangit atau gosong.
6. Pemakaiannya harus sekali habis, karena baranya sulit dimatikan. Walaupun briket
yang basah karena dimatikan sudah kering, briket akan sulit dinyalakan lagi.
Kendala dan Tantangan ke Depan Adanya teknologi pemanfaatan blotong sebagai bahan
bakar sangat membantu usaha kecil masyarakat Desa Sendang. Namun,
ketersediaannya yang musiman dan cara pengeringannya yang masih konvensional
masih menjadi kendala bagi masyarakat. Banyaknya bahan organik yang terkandung dalam
blotong membuat pengusaha pupuk organik meliriknya sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik, seperti yang dilakukan salah satu perusahaan pupuk organic yang ada
di Nganjuk. Perusahaan ini menjalin kerja sama dengan PG. Mrican untuk mendapatkan
blotong. Kerja sama ini menyebabkan masyarakat Sendang tidak bisa lagi
memanfaatkan blotong untuk dijadikan briket. Walaupun di Kediri ada 3 pabrik gula,
masyarakat Sendang tetap tidak bisa mendapatkannya karena pabrikpabrik gula ini
sudah bekerja sama dengan pabrik pupuk organik. Sehingga pada musim giling tahun ini
masyarakat Sendang harus menahan kekecewaan dan kegetiran karena tidak bisa
14
mendapatkan blotong lagi. Makrus, Saiku dan segenap masyarakat Sendang sangat
berharap mereka bisa mendapatkan blotong lagi agar dapat membuat briket. Tanpa
adanya briket ini masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli
sekam sebagai bahan bakar.
• Briket Kotoran Sapi dan Hewan Ternak
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat
diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat
padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan
zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan
makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan (Sihombing, 2002).
Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Harga bahan bakar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin membengkak dan semakin sulit ditemukan,khususnya
minyak tanah. Tingginya harga BBM ini mulai memberi dampak yang mengkhawatirkan. Upaya
pemerintah mensubsidi LPG untuk menggantikan peran minyak tanahpun juga tidak sepenuhnya
berhasil. Krisis energi yang membuat harga minyak dunia mencapai US $ 70 /barel semakin
menghimpit kehidupan masyarakat berbagai lapisan di Indonesia. Kenaikan harga BBM yang
dilakukan pemerintah membuat harga minyak tanah menyamai harga premium sebelum dinaikkan
(Subroto, Himawanto, dan Putro, S., 2006).
Dalam situasi seperti ini pencarian, pengembangan, dan penyebaran teknologi energi non BBM
yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama ditujukan pada keluarga miskin sebagai
golongan yang banyak terkena dampak kenaikan BBM. Salah satu teknologi energi yang sesuai
dengan persyaratan tersebut adalah teknologi biogas (Darsin, 2006). Pemerataan pembagian LPG
belum sepenuhnya merata. Apalagi akhir-akhir ini sering terjadi ledakan tabung LPG yang
membuat masyarakat semakin khawatir.Banyak masyarakat yang kembali memanfaatkan kayu
sebagai sumber bahan bakar. Jika hal ini berlangsung lama, akan menimbulkan masalah baru yaitu
pembabatan hutan sehingga dikawatirkan dapat merusak lingkungan. Oleh sebab itu, untuk
mengatasi hal-hal tersebut perlu dicari sumber energi alternatif agar kebutuhan bahan bakar dapat
dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Salah satu bahan bakar alternatif ini ternyata dapat dibuat
dari kotoran sapi.
15
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk
mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan
produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
feses,urine,sisa makanan,embrio,kulit telur,lemak,darah,bulu,kuku, tulang,tanduk,isi rumen,dan
lain-lain.
Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan
salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah
tangga. Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu biogas dan briket.
Kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk briket merupakan hal baru bagi
masyarakat, dan peternak kita. Meskipun,banyak masyarakat yang sudah mengetahui pemanfaatan
kotoran sapi sebagai bahan bakar alternatif,tapi terkendala oleh kesan bahwa membuat biogas itu
rumit dan memerlukan banyak ketrampilan. Untuk biogas mungkin benar,tapi membuat briket dari
kotoran sapi ternyata tidak terlalu sulit. Kotoran sapi yang sudah kering, memang mempunyai sifat
mudah terbakar dalam waktu yang lama.
➢ Keunggulan Briket Sapi dan Hewan Ternak
Briket kotoran sapi memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan
bakar lain seperti minyak tanah atau gas elpiji, antara lain :
1. Tidak mudah meledak seperti gas elpiji.
2. Tidak mengeluarkan api, karena briket kotoran sapi ini menyala seperti nyala
rokok, dengan panas yang dihasilkan tak jauh beda dengan bahan bakar
minyak tanah maupun elpij.
3. Peralatan memasak menjadi lebih awet karena briket kotoran sapi ini tidak
menghasilkan api yang membuat hitam bagian bawah peralatan memasak.
4. Lebih sehat, karena briket kotoran sapi tidak menghasilkan asap.
5. Bentuknya lebih seragam karena pembuatannya dengan dicetakkan
mempergunakan alat,
6. Briket kotoran sapi dapat menghasilkan panas yang bertahan lama,dengan
demikian secara perhitungan biaya,akan menjadi lebih murah dan ekonomis.
7. Ramah lingkungan karena memanfaatkan kotoran ternak yang merupakan
salah satu limbah.
8. Lebih hemat Karena kotoran dua ekor sapi setara dengan 2,6 liter minyak atau
1,90 kg elpiji per hari.
9. Relative lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran
16
10. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja
Indonesia baik langsung maupun tidak langsung.
11. Sumberdaya Energi Yang Mampu Menyuplai Dalam Jangka Panjang
12. Tidak Beracun. Proses yang dilakukan untuk membuat briket Kotoran
sapi sangatlah alami. Adanya bahan tambahan hanya pada tepung tapioka
yang berasal dari Singkong sebagai perekat. Hal ini menjadikan briket arang
tempurung kelapa menjadi material yang aman dan tidak beracun (non-toxic)
➢ Kekurangan Briket Kotoran sapi dan Hewan Ternak
1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi mesin briket
2. Belum di kenal masyarakat
3. Tidak dapat di kemas dalam bentuk cair dan tabung
4. Sulit untuk di terima di masyarakat perkotaan
2.3 Gaya Dorong Briket
1. Tabung gerak tunggal, Pada silinder gerak tunggal, udara bertekanan diberikan hanya pada
satu sisi saja. Silinder jenis ini dapat menghasilkan kerja hanya dalam satu arah. Oleh karena itu
udara diperlukan hanya untuk satu arah gerakan. Pegas juga terpasang tetap sebagai gaya luar
menggerakkan torak dalam arah berlawanan. Gaya pegas ditetapkan sehingga piston dapat
dikembalikan dalam posisi netral dalam kecepatan yang cukup tinggi. Silinder dapat disebut juga
sebagai aktuator yaitu suatu benda yang dikendalikan oleh suatu prosesor, seperti pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Tabung Silinder
17
Tabung gerak tunggal Sumber: Festo didactic, 2002
2. Tabung gerak ganda, II-33 Gaya dorong yang ditimbulkan oleh udara bertekanan,
menggerakkan torak pada silinder gerak ganda dalam dua arah. Gaya dorong besarnya tertentu
digunakan pada dua arah yaitu gerakan maju dan mundur. Silinder gerak ganda digunakan apabila
torak diperlukan melakukan kerja pada dua arah. Oleh karena ini memungkinkan adanya
pemakaian yang lebih fleksibel jika dibandingkan dengan tabung gerak tunggal. Silinder dapat
disebut juga sebagai aktuator yaitu suatu benda yang dikendalikan oleh suatu prosesor, seperti
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tabung Gerak Ganda
Tabung gerak ganda Sumber: Festo didactic, 2002 Gaya yang dihasilkan oleh silinder atau biasa
disebut dengan gaya piston silinder berbanding lurus dengan besar luasan silinder dan besar
tekanan yang digunakan didalam rangkaian pneumatic. Besar gaya piston silinder tersebut dapat
dicari dengan menggunakan persamaan, yaitu :
a. Dorongan silinder,
Gaya dorong silinder dapat dihitung dari diameter tabung silinnder,diameter piston rod dan
tekanan udara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5.
𝐹𝑝 =𝜋
4 𝐷2. 𝑃.µ
1
Dengan :
Fp = Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
18
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2 )
µ1 = Koefisien tekanan beban dorong
b. Tarikan Silinder,
Gaya tarikan silinder bisa diketahui dengan menggunakan persamaan 2.6.
𝐹𝑝 =𝜋
4 (𝐷2 − 𝑑2)𝑃. µ2
dengan;
Fp= Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
d = diameter piston (Cm)
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2)
μ2= Koefisien tekanan beban tarik
c. Kecepatan langkah silinder,
Waktu operasi silinder tergantung pada beban dan ukuran dari lubang masuk.
Persamaan antara kebutuhan udara dengan kecepatan langkah silinder adalah
maka kebutuhan udara yang terjadi dapat dijelaskan pada persamaan 2.7.
𝑄 = 𝐷2. 𝑉. 𝐶𝑟
dengan;
Q = Kebutuhan udara (m3 /min)
V = Kecepatan langkah silinder (m/det)
Cr = Compression ratio
D = Diameter tabung silinder (m)
2.4 Kecepatan Pisau
Sebelum mencari daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin, maka harus mencari
kecepatan pisau ketika berputar
19
V = 𝜋.2𝑟.𝑛
60.100
Dimana :
V = Kecepatan keliling putaran pisau (m/s)
r = Jarak sumbu poros dengan benda yang akan dipotong (m)
n = putaran poros (rpm)
(Sularso, 1991 : 238)
2.5 Daya Yang Digunakan Untuk Mencacah Briket Kotoran
Besarnya daya untuk menghancurkan diapers dapat dihitung dengan persamaan dibawah
ini :
P = F . v . z
Dimana :
F = Gaya potong (N)
v = Kecepatan potong (m/s)
z = jumlah pisau (memotong pada waktu yang sama)
(sighley, perencanaan teknik mesin, 1986 : 162)
2.6 Perhitungan Daya Untuk Momen Inersia
Besarnya daya untuk momen inersia dapat dihitung dengan persamaan :
P = T . ω
P = I . α . ω
Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
α = Percepatan sudut (rad/s2)
I = Momen inersia (kg.m2)
T = Torsi (Nm)
2.7 Momen Inersia Pisau
Besarnya momen inersia pisau dapat dicari menggunakan rumus batang langsung diputar
tengah.
20
I = 1
12 . m . L2
Dimana :
I = Momen inersia (kg.m2)
m = Massa pisau (kg)
L = Panjang pisau (m)
2.8 Kecepatan Sudut
Besarnya kecepatan sudut dapat dicari menggunakan rumus :
ω = 2𝜋.𝑛
60
Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
n = Putaran poros (rpm)
(Lea Prasetyo, 1997 :60 )
2.9 Percepatan Sudut
Besarnya percepatan sudut dapat dicari menggunakan rumus :
α = ω₁ − ω₀
∆t
Dimana :
α = Percepatan sudut (rad/s2)
ω₀ = Kecepatan sudut awal (rad/s)
ω₁ = Kecepatan sudut saat beroperasi (rad/s)
∆t = Waktu yang diperlukan dari kondisi diam sampai dengan
kecepatan kecepatan konstan (s)
(Lea Prasetyo, 1997 : 60)
2.10 Menentukan Torsi
Untuk mencari besarnya torsi dapat dihitung menggunakan rumus :
T = I . α
Dimana :
21
I = Momen inersia (kg.m2)
α = Percepatan sudut (rad/s2)
2.11 Poros
Poros adalah salah satu Elemen Mesin yang berbentuk silindris memanjang dengan
penampang yang biasanya berbentuk lingkaran yang memiliki fungsi sebagai penyalur daya atau
tenaga melalui putaran sehingga poros ikut berputar. Jadi, poros bisa dikatakan transmisi atau
penghubung dari sebuah elemen mesin yang bergerak ke sebuah elemen mesin yang akan
digerakan. Ada berbagai macam penamaan poros, mulai dari shaft maupun axis ada juga yang
menyebut poros sebagai as namun disini as lebih berperan sebagai poros yang statis dan tidak ikut
berputar sebagai penyalur daya atau tenaga.
➢ Jenis – jenis Poros Pada Elemen Mesin
Ada beberapa jenis atau macam – macam poros bila ditinjau dari spesifikasi masing –
masing antara lain:
Jenis poros berdasarkan pembebanannya:
1. Poros Transmisi
Poros transmisi merupakan poros yang mengalami pembebabanan faktor (torsi),
pembebanan lentur murni, maupun kombinasi dari pembebanan torsi lentur.
2. Spindel
Spindel adalah poros transmisi yang memiliki dimensi lebih pendek dengan pembebanan
faktor saja. Contohnya : poros pada mesin perkakas.
3. Gandar
Gandar merupakan poros roda yang biasa dijumpai pada roda kereta api dan biasanya
disebut dengan as.
➢ Jenis Poros Berdasarkan Bentuknya
1. Poros Lurus
2. Poros Engkol
3. Poros Luwes (Untuk trasmisi daya kecil)
Setelah kita mengetahui jenis – jenis serta penggunaan poros, sekarang kita harus
mengetahui bagaimana cara merancang poros yang baik dan benar. Tetapi sebelum itu
22
kita bahas dulu hal – hal penting yang harus diperhatikan jika kita hendak merancang
poros.
➢ 5 Hal Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Merancang
1. Kekuatan Poros
Kekuatan poros sangat penting dalam menentukan dan merancang poros yang baik
serta aman digunakan. Dengan melihat pembebanan yang terjadi pada poros seperti beban
22actor, beban lentur, baban 22acto kita dapat menentukan kekuatan poros yang sesuai.
Selain itu kita harus memerhatikan factor lainnya seperti kelelahan (fatigue), tumbukan,
dan kosentrasi tegangan.
2. Putaran Kritis Poros
Poros harus dirancang sedemikian rupa sehingga putaran kerja yang dibutuhkan
harus menjauhi putaran kritis dari poros itu sendiri. Poros dapat dibuat bekerja di bawah
putaran kritisnya ataupun di atas putaran kritisnya untuk menghindari kegagalan.
3. Bahan Poros
Dari sisi teknis pemilihan bahan untuk pembuatan poros harus memerhatikan
ketersiaan bahan, biaya produksinya, serta manufactureability atau kemampuan proses
manufacturnya. Poros yang berasal dari bahan yang langka di daerah kita serta
membutuhkan pekerjaan yang khusus akan menaikan harga produksi, oleh karena itu
perhatikan ketersediaan bahan poros di daerah sekitar.
4. Faktor Korosi
Penggunaan dan penempatan poros akan menentukan nilai korosi pada poros. Oleh
karena itu perhatikan penempatan poros agar 22actor dapat dikurangi. Misal poros
digunakan pada pompa mesin pompa air laut maka poros tersebut harus lebih tahan korosi
jika dibandingkan dengan poros pada pompa air tawar. (Sularso,1991)
Tebel 2.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.
Standar dan
macam
Lambang Perlakuan
panas
Kekuatan
Tarik
(kg/mm2)
Keterangn
23
Baja karbon
konstruksi
mesin (JIS G
4501)
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
48
52
55
58
62
66
Batang baja
yang difinis
dingin
S35C-D
S45C-D
S55C-D
-
-
-
53
60
72
Ditarik dingin,
digerinda,
dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut
( Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita,
Jakarta 1997 ).
Tabel 2.3 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan data yang akan ditransmisikan, fc.
Data yang ditransmisikan fc
Daya rata – rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5
( Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita,
Jakarta 1997 ).
Pada perhitungan poros, yang akan dihitung adalah bahan dan diameternya. Pertama harus
diketahui Daya Motor (P) dan Putaran Motor (𝑛1) yang diinginkan, setelah itu tentukan bahan
yang akan digunakan lihat tabel 2.1 ,
24
2.12 Daya
Pd = Fc × P
Keterangan :
Pd = Daya rencana (Kw)
Fc = Faktor koreksi
P = Daya (Kw)
Setelah mengetahui daya rencana selanjutnya menentukan momen 24actor atau momen rencana
T = 9,74 × 105 × 𝑃𝑑 𝑛1⁄
Tegangan izin dicari dengan menggunakan persamaan
τα = 𝜎𝐵 (𝑆𝑓1 × 𝑆𝑓2) ⁄
Keterangan :
σB = kekuatan tarik izin
Sf1 = kekuatan keamanan dari bahan S-C dengan pengaruh masa
Sf2 = pengaruh kekasaran permukaan poros
Faktor koreksi untuk momen faktor Kt dan Faktor lenturan Cb / Km
Tabel 2.4 Menentukan nilai Km / Cb dan Kt
Jenis Pembebanan
1.1 Poros Tetap
a. Beban perlahan
b. Beban tiba – tiba
1.2 Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun tetap
b. Beban tiba–tiba – kejutan
ringan
c. Beban tiba–tiba – kejutan
Km / Cb
1.0
1.5 – 2.0
1.5
1.5 – 2.0
Kt
1.0
1.5 – 2.0
1.0
1.5 – 2.0
25
berat
2.0 – 3.0
1.5 – 3.0
Poros dengan beban faktor
Mt = 71620𝑁
𝑛
Dimana : N = daya yang ditransmisikan
Mt = momen torsi
n = putaran poros
Kekakuan Poros
Ɵ = 584 𝑀𝑡.𝐿
Ɵ.𝑑𝑠4
Dimana : ds = diameter poros
Ɵ = sudut defleksi (deg)
L = panjang
Mt = momen 25actor
τizin = modulus geser
Gambar 2.3 Poros
2.13 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur. Bantalan
26
harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan
baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung.
Bantalan yang dipakai adalah bantakan jenis gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan
gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
1. Faktor kecepatan (fn)
fn = (33,3
𝑛)
1
3 (sularso dan K Suga 1991)
2. Faktor umur (fh)
fh = fn . 𝐶
𝑃𝑟 (Sularso dan Suga (1991 ; Hal 143)
Keterangan :
fh = Faktor umur bantalan
fn = Faktor kecepatan
C = Kapasitas nominal statis
P = Gaya yang bekerja pada
3. Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 . fh3
Gambar 2.4 Bantalan
27
2.14 Pulley
Pulley adalah bagian atau elemen mesin yang berfungsi mentransmisikan atau
meneruskan tenaga dari poros satu ke poros lain memakai sabuk.
Pulley bisa dibuat dari besi tuang, baja tuang atau baja yang dicetak, pulley pada umumnya
terbuat dari besi tuang karena harganya rendah. Pulley dapat dibagi dalam beberapa jenis
diantaranya:
- Sheaves/V-Pulley, paling sering digunakan untuk transmisi, produk ini digerakkan oleh V-
Belt karena kemudahannya dan dapat diandalkan.
- Variable Speed Pulley, perangkat yang digunakan untuk mengontrol kecepatan mesin.
Berbagai proses industri seperti jalur perakitan harus bekerja pada kecepatan yang berbeda
untuk produk yang berbeda. Dimana kondisi memproses kebutuhan penyetelan aliran dari
pompa atau kipas, memvariasikan kecepatan dari drive mungkin menghemat 27actor
dibandingkan dengan teknik lain untuk kontrol aliran.
- Mi–Lock Pulleys, digunakan pada pegas rem jenis ini menawarkan keamanan operasional
yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi personil, mesin dan peralatan, dapat
diandalkan untuk pengereman yang mendadak atau fungsinya menahan pada mesin yang
tiba-tiba mati atau karena kegagalan daya.
- Timing Pulley, Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan
untuk aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan
yang lebih spesifik.
Diameter pulley yang digerakkan:
D2 = n₁ . D₁
n₂
Dimana:
D2 = Diameter pulley yang digerakkan (mm)
D1 = Diameter pulley penggerak (mm)
n1 = Putaran pulley penggerak (rpm)
n2 = Putaran pulley yang digerakkan (rpm)
2.15 Sabuk V-Belt
Sebagian besar sabuk transmisi menggunakan sabuk “V”, karena mudah penanganannya
dan harganya murah. Selain itu sistem transmisi ini juga dapat menghasilkan transmisi daya yang
28
besar pada tegangan yang relatif rendah. Dalam perhitungan besarnya daya yang di transmisikan
tergantung dari beberapa faktor antara lain:
1. Kecepatan linier sabuk
2. Tegangan sabuk yang terjadi
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan pulley
4. Kondisi sabuk yang dipakai
Bahan V – Belt:
1. Kulit
2. Anyaman benang
3. Karet
Jenis – jenis V – Belt:
a. Tipe standart; ditandai huruf A, B, C, D, & E
b. Tipe sempit; ditandai simbol 3V, 5V & 8V
c. Tipe untuk beban ringan ; ditandai dengan 3L, 4L, & 5L.
Gambar 2.5 Sabuk dan Pulley
Gambar 2.6 Bagian-bagian V – Belt
29
Gambar 2.7 Ukuran penampang sabuk – V
Gambar 2.8 Tegangan pada pulley
a. Menentukan panjang sabuk :
𝐿 = 𝜋(𝑟₁ + 𝑟₂) + 2𝑥 [(𝑟₁ − 𝑟₂)2
𝑥]
Dimana :
L = panjang sabuk (mm)
x = jarak sumbu poros (mm)
r1 = jari-jari poros kecil (mm)
r2 = jari-jari poros besar (mm)
b. Kecepatan sabuk :
𝑉 = 𝜋 . 𝐷𝑝 . 𝑛
60
Dimana:
V = Kecepatan sabuk (m/s)
Dp = Diameter puli penggerak (mm)
n = Putaran Puli penggerak (rpm)