bab ii tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aedes sp
Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai
950 spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan gigitan yang serius
terhadap manusia dan binatang, baik di daerah tropik dan daerah beriklim
lebih dingin. (http://digilib.unimus.ac.id)
1. Taksonomi Aedes sp
Genus Aedes sp memiliki dua spesies, yaitu:
a. Aedes aegyppti
Klasifikasi Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Subgenus : Stegomya
Species : Aedes aegypti (Sudarto, 1972)
5
6
b. Aedes albopictus
Aedes albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan
Aedes aegypti (Stegomya). Klasifikasi Aedes albopictus adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus (http://digilib.unimus.ac.id)
2. Morfologi Aedes sp
Aedes aegypti berbadan sedikit lebih kecil, tubuhnya sampai ke
kaki berwarna hitam dan bergaris-garis putih. Nyamuk ini tidak menyukai
tempat yang kotor, biasa bertelur pada genangan air yang tenang dan
bersih seperti jambangan bunga, tempayan, bak mandi dan lain-lain yang
kurang diterangi matahari dan tidak dibersihkan secara teratur. Bagi
nyamuk Aedes aegypti, darah manusia berfungsi untuk mematangkan
telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan. (Rozanah, 2004)
Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun (forest mosquito) yang
memperoleh makanan dengan cara menggigit dan menghisap darah
berbagai jenis binatang. Nyamuk ini berkembang biak di dalam lubang-
lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu, dan buah
kelapa yang terbuka. (http://digilib.unimus.ac.id)
7
Nyamuk Aedes sp sebagaimana serangga yang lainnya, memiliki
tanda pengenal sebagai berikut :
a. Tubuh dapat dibedakan secara jelas menjadi tiga bagian yaitu :
kepala,toraks, dan abdomen yang beruas-ruas.
b. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena
yang berbulu. Serta memiliki moncong yang panjang (proboscis)
untuk menusuk kulit hewan/manusia dan menghisap darahnya.
c. Kaki terdiri dari 3 pasang.
d. Sistem peredaran darah terbuka. (Widya .W.H, 2006)
Jarak terbang nyamuk dewasa betina jenis ini berkisar antara 400-
600 meter. Kesempatan berpindah tempat secara pasif bagi Aedes
albopictus lebih terbatas sebab spesies ini hidup di luar rumah. Namun di
sisi lain, kebiasaan mencari makan Aedes albopictus memungkinkan
spesies ini mentransmisikan virus dengue dari kera ke manusia dan
sebaliknya. Perkawinan terjadi di udara, satu kali kopulasi sudah cukup
untuk menyebarkan bibit telur. Perkawinan biasa terjadi sebelum/segera
setelah menghisap darah pertama kali. (http://digilib.unimus.ac.id)
3. Siklus Hidup
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes sp dapat
dibagi menjadi 4 tahap yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga
termasuk metamorfosis sempurna (holometabola).
(Soegeng Soegijanto, 2006)
8
1. Telur
Gambar 1. Telur Aedes sp
Pada waktu dikeluarkan telur berwarna putih, lalu berubah
menjadi hitam dalam waktu 30 menit. Dari penelitian Brown (1962)
bahwa telur yang diletakkan di dalam air akan menetas dalam waktu
1-3 hari pada suhu 30ºC, namun memerlukan waktu 7 hari pada suhu
16ºC. Telur Aedes akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan
95% pada hari kedua bila direndam dalam air dan dalam kondisi
normal. Jika diamati dibawah mikroskop, akan nampak adanya garis-
garis membentuk gambaran seperti sarang lebah pada dinding luar
(exochorion) telur nyamuk Aedes sp tersebut. (Sudarto, 1972)
Sama halnya dengan Aedes albopictus, telur Aedes aegypti dapat
tahan terhadap pengeringan, intensitas dan durasi yang bervariasi,
tetapi banyak spesies nyamuk ini yang dapat tetap kering dan layak,
selama berbulan-bulan. Ketika banjir, beberapa telur dapat menetas
dalam waktu beberapa menit, yang lain mungkin memerlukan
perendaman lebih lama dalam air, kemudian menetas dan
9
kemungkinan tersebar di beberapa hari atau minggu sesudahnya. Di
daerah panas Aedes albopictus bertahan dalam bentuk stadium telur
dan memerlukan peresapan air selama jangka waktu tertentu sebelum
dapat bertahan lama terhadap pengeringan dan temperatur rendah.
(M.W. Service, 1996)
Telur yang berumur sama tidak menetas saat bersamaan. Telur
yang berumur sama dan diletakkan dalam suatu kontainer akan
menetas segera sesudah berkontak dengan air. Lama penetasan dan
dalam siklus hidup tergantung pada waktu yang dibutuhkan telur
untuk menjadi masak sesudah ditelurkan oleh induknya dan juga
bergantung pada temperatur masa perkembangan selanjutnya.
(http://digilib.unimus.ac.id)
Waktu bertelur sesudah menghisap darah dipengaruhi oleh
temperatur. Waktu terpendek antara menghisap darah dan bertelur
untuk pertama kali ialah 7 hari pada suhu 21ºC dan 3 hari pada suhu
28ºC. Penahanan telur yang sudah matang agaknya berhubungan
dengan keadaan dasar tempat bertelur. (http://digilib.unimus.ac.id)
Telur didepositkan pada permukaan basah dalam wadah buatan
seperti kaleng, botol, guci atau wadah air hujan. Ban mobil juga dapat
menyediakan habitat larva yang sangat baik dan tempat beristirahat
saat stadium dewasa. Dalam iklim tropis, larva juga ditemui dalam air
alami penahan rongga di lubang pohon dan tanaman herba. Telur
Aedes aegypti dapat menahan pengeringan hingga 1 tahun. Telur
10
menetas ketika dibanjiri oleh air yang terdeoksigenasi. (Womack .M,
1993).
2. Larva
Gambar 2. Aedes sp stadium Larva
Setelah menetas telur akan berkembang menjadi larva (jentik-
jentik). Pada stadium ini kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu,
pH air perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva,
lingkungan hidup, serta adanya predator. Berikut ini adalah ciri-ciri
dari larva Aedes aegypti :
a) Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir. Pada
corong udara tersebut memiliki pecten serta sepasang rambut
dan jumbai.
b) Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-
rambut berbentuk kipas (palmate hairs).
c) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale
sebanyak 8 – 21 atau berjejer 1 – 3 .
d) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
11
e) Pada sisi thorax terdapat duri ang panjang dengan bentuk kurva
dan adanya sepasang rambut di kepala. (Iskandar. A, 1985).
Larva Aedes aegypti biasa bergerak-gerak lincah dan aktif,
dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan
turun ke dasar wadah secara berulang. Larva mengambil makanan di
dasar wadah , oleh karena itu larva Aedes aegypti disebut pemakan
makanan di dasar (bottom feeder). Makanannya terdiri dari
mikroorganisme, detritus, alga, protista, daun, dan invertebrata hidup
dan mati. Pada larva Aedes albopictus makanan yang mengandung
protein lebih disukai daripada yang mengandung hidrat arang. (Barry
J. Beaty, 1996). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva
menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah
badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan
air. (Kusnindar, 1990)
Larva Aedes aegypti mempunyai tubuh memanjang tanpa kaki
dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini
dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali
pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut-turut
disebut instar I, II, III, dan IV. Larva instar I , tubuhnya sangat kecil,
warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada
(thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum
menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri
dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva
12
instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat
dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut
(abdomen). Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah,
bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat membentuk sudut
hampir tegak lurus dengan bidang permukan air. (Soegeng .S, 2006).
3. Pupa
Gambar 3. Aedes sp stadium pupa
Larva instar akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat
gemuk menyerupai tanda koma. Pada pupa terdapat kantong udara
yang terletak di antara bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat
sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga
memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan
serangkaian jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsangan. Selama
stadium pupa tidak memerlukan makanan. Ketika Metamorfosis
selesai dan nyamuk dewasa sepenuhnya terbentuk dalam selongsong
pupa, kemudian adanya gelembung udara dapat meningkatkan tekanan
internal, dan selongsong terbagi sepanjang garis belahan dada.
13
Nyamuk dewasa ini perlahan-lahan muncul dari sobeknya selongsong
pupa ke permukaan air. Kemudian secara skloretik nyamuk dewasa
mampu terbang dalam waktu 10-15 menit. (Barry .J. B, 1996)
Pupa Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok dengan
bagian kepala–dada (Cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan
dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”.
Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti
terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang
berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang
dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa
adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila
dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat, posisi pupa sejajar
dengan bidang permukaan air. (Soegeng .S, 2006)
Stadium pupa tidak lama, rata-rata berumur 2 ½ hari. dalam
percobaan penyelidikan di laboratorium ternyata nyamuk dewasa
dapat hidup maksimal selama 10 hari, umurnya di alam tidak
diketahui, tetapi pasti lebih pendek. Sepuluh hari setelah nyamuk
menghisap darah manusia yang kebetulan menderita infeksi dengue,
virus ditemukan dalam kelenjar induknya, sehingga dapat dimengerti
bahwa hanya nyamuk betina yang telah berumur 10 hari ke atas dapat
menyebarkan virus dengue.(http://digilib.unimus.ac.id)
14
4. Dewasa
Gambar 4. Nyamuk Aedes sp
Setelah keluar dari selongsong pupa, nyamuk akan diam
beberapa saat di selongsong pupa untuk mengeringkan sayapnya.
Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari
kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir, lalu nyamuk
akan menghisap darah lagi. (Hendratno.S, )
Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah
serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan
nyamuk jantan tidak bisa menggigit/ menghisap darah, melainkan
hidup dari sari bunga tumbuh – tumbuhan.
(Sri R.H.H, 2002).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat hidup dengan baik pada
suhu 6ºC dalam 24 jam. Nyamuk dapat hidup pada suhu 7ºC - 9ºC.
Rata-rata lama hidup nyamuk betina Aedes aegypti selama 10 hari.
(Poorwosudarmo.S, 1993).
15
Nyamuk Aedes aegypti dewasa mempunyai tubuh yang tersusun
dari 3 bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala
terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut
nyamuk betina tipe penusuk – pengisap (piercing - sucking) dan
termasuk lebih menyukai manusia (Anthropophagus), sedangkan
nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu
menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan
tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe-
pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose. (Soegeng .S, 2006)
Berikut ini adalah siklus hidup Aedes sp dari telur hingga
dewasa :
Gambar 5. Siklus Hidup Aedes sp
4. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti bersifat urban, hidup di perkotaan dan
lebih sering di dalam dan di sekitar rumah (domestik). Nyamuk ini
mempunyai lingkungan hidup yang erat dengan manusia. Sedangkan
16
nyamuk Aedes albopictus lebih sering berada di kebun-kebun dan
rawa-rawa. (Soegeng .S, 2006)
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti adalah dengan bantuan
manusia, mengingat jarak terbang rata-rata yang tidak terlalu jauh
yaitu sekitar 40 – 100 meter. Meskipun kadang pada keadaan tertentu
kecepatan terbangnya dapat mencapai 2 km, dikarenakan usahanya
dalam mencari tempat perindukan untuk meletakkan telurnya. Namun
hal demikian jarang terjadi bila tiga hal penting yang dibutuhkan
untuk berkembang biak terdapat dalam satu rumah, yaitu tempat
perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat.
(Sudarto, 1972).
5. Perilaku nyamuk
Normalnya tempat berkembang biak nyamuk Aedes sp adalah
berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana.
Teori lama mengatakan tempat berkembang biak nyamuk ini tidak
berhubungan dengan tanah, namun perilaku Aedes sp yang mulai
menyimpang memunculkan teori baru bahwa nyamuk Aedes sp dapat
hidup dan berkembang biak pada air yang bersinggungan dengan
tanah.
Setelah lahir dan beristirahat sejenak, nyamuk Aedes aegypti
mampu terbang dan mencari mangsa. Nyamuk betina yang untuk
kelangsungan hidupnya menghisap darah manusia, dan lebih
menyukainya dibanding darah hewan (oleh karenanya di sebut dengan
17
antropofilik) memilih waktu untuk mencari mangsa mulai pagi sampai
petang hari, yakni pukul 09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00.
B. Media Perkembangan Aedes sp
Media yang paling sesuai untuk perkembangan Aedes sp merupakan
media yang dapat menyediakan semua yang dibutuhkan oleh Aedes sp untuk
dapat berkembang. Perkembangan nyamuk Aedes sp terutama larvanya
dipengaruhi oleh makanan yang terdapat pada media terutama
mikroorganisme yaitu bakteri dan spora jamur. Disamping itu suhu media
tempat perindukan yang optimal berkisar antara 25 – 27 derajat celcius
merupakan keadaan optimal untuk perkembangan larva nyamuk Aedes sp.
pH air media tempat perindukan juga mempengaruhi perkembangan larva.
(http://www.fkm.undip.ac.id)
C. Ketahanan Hidup Aedes sp
Nyamuk Aedes sp dikatakan dapat bertahan hidup apabila dapat
mengalami perkembangan hingga tahap tertentu. Beberapa faktor turut
mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk ini diantaranya yaitu suhu, pH air
perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan
hidup, serta adanya predator. (Iskandar. A, 1985). Tidak terkecuali cara
pengambilan telur yaitu rusak atau tidaknya telur juga turut menjadi faktor
yang berhubungan dengan perkembangan Aedes sp. Dan yang terakhir
adalah kemungkinan adanya telur yang infertil.
18
Salah satu faktor yang sering dijumpai sebagai penghambat
pembiakan Aedes sp adalah pH. Media yang berada dibawah pH optimum
atau bersifat asam dapat mempengaruhi penetasan telur menjadi larva. pH
optimum dimana telur Aedes sp dapat menetas yakni 6,5-7, kalau terlalu
asam atau basa pertumbuhan terhambat/mati. Bahkan kandungan oksigen
terlarut yang rendah juga turut mempengaruhi penetasan telur Aedes sp,
karena ternyata pada proses penetasan telur memerlukan oksigen terlarut
sebesar 7,9 mg/l dengan suhu media 280 C. Tanpa adanya oksigen terlarut
banyak organisme aquatik tidak akan ada dalam air. Kandungan zat kimia
dalam air ternyata juga turut mempengaruhi daya tetas Aedes sp, sebuah
penelitian menemukan bahwa air yang diberi penjernih air (tawas) membuat
penetasan telur Aedes sp menjadi terhambat. (Yuliana, 2008).
Pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur
sekitar 200 C – 300 C. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies
nyamuk. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250 C
– 270 C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu
kurang dari 100 C atau lebih dari 400 C. (Mardihusodo, 1988)
19
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
F. Variabel
• Variabel Bebas : Jenis media air untuk pembiakan.
• Variabel Terikat : Ketahanan hidup Aedes sp.
G. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan jumlah telur yang
menetas menjadi larva pada media air maupun media air dan tanah.
Jenis media airuntuk pembiakan
Ketahanan hidupAedes sp
KetahananHidup Aedes sp
Jenis MediaPembiakan
KepadatanLarva
TemperaturLingkungan
KetersediaanMakanan
pH Larutan
KerusakanTelur