laporan penelitian judul pemanfaatan temephos …. laporan-2017... · laporan penelitian judul...
TRANSCRIPT
HALAMAN JUDUL
LAPORAN PENELITIAN
JUDUL
PEMANFAATAN TEMEPHOS TERHADAP PENURUNAN
KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes Sp DI KOTA PALU
TIM PELAKSANA
ADE KURNIAWAN, SKM
MADE AGUS NURJANA, SKM, M.Epid
YUYUN SRIKANDI, SKM
BALAI LITBANG P2B2 DONGGALA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017
ii
iii
SUSUNAN TIM PENELITI
No Nama Keahlian/
Kesarjanaan
Kedudukan
Dalam Tim Tugas
1 Ade Kurniawan S1 Kesmas Peneliti Utama
Bertanggung jawab dalam
keseluruhan kegiatan
2 Made Agus Nurjana S2 Epideomologi Peneliti
Membantu peneliti dalam
wawancara dan survey
entomologi
3 Yuyun Srikandi S1Kesmas Teknisi dan
Adm
Membantu ketua pelaksana
wawancara, survey
entomologi dan
penyelesaian administrasi
iv
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
v
vi
viii
ix
x
xii
xiv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah serta taufiknya telah memberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran dan
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikanlaporan akhir penelitian “Pemanfaatan
Temephos Terhadap Penurunan Kepadatan Jentik Aedes Sp di Kota Palu”. Laporan
ini merupakan penyampaian secara tertulis dari hasil penelitian Riset Pembinaan
Kesehatanyang telah dilaksanakan. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pengelola program, ilmu pengetahuan, institusi dan masyarakat.
Adapun sumber pembiayaan dari penelitian ini adalah DIPA Sekretariat Badan
Litbangkes.
Penulis menyadari bahwa dengan selesainya penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ucapkan terima kasih kepadaKepala
Badan Litbang Kesehatan atas ijin serta dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan
penelitian ini, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes dan Shinta Prawoto, MS yang
senantiasa memberikan masukan serta bimbingan atas pelaksanaan penelitian ini.
Terima kasih pula kepada tim dari Dinas Kesehatan Kota Palu dan Puskesmas
Sangurara yang ikut membantu di lapangan pada proses penelitian ini. Tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada teman – teman Balai Litbang P2B2 Donggala yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini, baik berupa materil maupun dan non materiil serta
baik langsung maupun tidak langsung. Dengan penuh kesadaran, penulis menyadari
laporan penelitia ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik yang
membangun, sangat kami perlukan demi perbaikan penelitian kami selanjutnya.
Donggala, Desember 2017
Penulis
Ade Kurniawan
xv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penelitian Pemanfaatan Temephos Terhadap Penurunan Kepadatan Jentik Aedes Sp
di Kota Palu tahun 2017 bertujuan untuk mengetahui penggunaan temephos di rumah
tangga dan manfaatnya terhadap penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp di Kota
Palu. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Balaroa Kota Palu Sulawesi Tengah selama
8 bulan ( April – November 2017). Kelurahan Balaroa merupakan daerah endemis DBD.
Hasil survei jentik yang telah dilakukan menunjukan bahwa masih ditemukan
rumah tangga dengan kepadatan jentik tinggi yaitu 42,5% sedangkan rumah tangga dengan
kepadatan jentik rendah lebih banyak yaitu 57,5%. Pada penelitian ini, rumah tangga yang
menyediakan temephos untuk cadangan stok hanya 33 (16,5%) rumah tangga.
Ketersediaan temephos di rumah tangga tidak memiliki hubungan terhadap penurunan
kepadatan jentik (0,174 >0,05). Sedangkan rumah tangga yang menggunakan temephos
hanya 39 (19,5%). Penggunaan temephos di rumah tangga tidak memiliki hubungan
terhadap penurunan kepadatan jentik (0,454 >0,05).
Cara penggunaan temephos di rumah tangga yang menggunakan temephos sudah
menggunakan dengan benar 38 (97,4%) tetapi penggunaan temephos tidak memiliki
hubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (0,359 >0,05). Rumah tangga yang
menggunakan temephos sesuai dosis sebanyak 16 (41%), tetapi tidak berhubungan
terhadap penurunan kepadatan jentik (0,608 >0,05).
Frekuensi penggunaan temephos di rumah tangga 38 (97,4%) sudah benar namun
penggunaan temephos dengan frekuensi yang benar tidak memiliki hubungan terhadap
penurunan kepadatan jentik (1,000 >0,05). Anggota keluarga yang berperan dalam
pemanfaatan temephos lebih banyak ibu-ibu (87,2%) di bandingkan dengan anggota
keluarga lainnya (12,8%) tetapi tidak memiliki hubungan terhadap penurunan kepadatan
jentik (0,329 >0,05).
xvi
ABSTRAK
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat dari tahun ke tahun sehingga
menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pengendalian vektor DBD menggunakan bahan
kimia terutama temephos masih popular di masyarakat dibanding dengan pengendalian lain
dan mendapat perhatian oleh sebagian besar pengelolah program. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui penggunaan temephos di rumah tangga dan manfaatnya terhadap
penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp di Kota Palu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketersediaan temephos (0,174 >0,05), penggunaan temephos (0,454 >0,05), cara
penggunaan temephos (0,359 >0,05), dosis penggunaan temephos (0,608 >0,05), frekuensi
penggunaan temephos (1,000 >0,05) serta anggota rumah tangga yang berperan dalam
penggunaan temephos (0,329 >0,05) terhadap penurunan kepadatan jentik di daerah
endemis DBD di Kota Palu tidak memiliki hubungan. Menyadari kenyataan bahwa tidak
ada hubungan antara penggunaan temephos terhadap penurunan kedatan jentik maka
disarankan perlunya meningkatkan sosialisasi peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Kata kunci: Aedes Sp, temephos, kepadatan jentik.
xvii
ABSTRACT
Cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) increase from year to year so that becomes a
health problem in Indonesia. Dengue vector control of dengue fever using chemicals
especially temephos is still popular in the community compared to other controls and
received attention by most program managers. The purpose of this research is to know the
usage of temephos in household and its benefit to decrease the density of Aedes Sp's
mosquito larvae in Palu City. The results showed that the availability of temephos (0.174>
0.05), the use of temephos (0.454> 0.05), the use of temephos (0.359> 0.05), the dosage of
temephos (0.608> 0.05), the frequency of temephos use ( 1,000> 0,05) as well as
household members who play a role in the use of temephos (0,329> 0,05) to decrease of
density of larvae in dengue endemic area in Palu city has no relationship. Recognizing the
fact that there is no correlation between the use of temephos to the decrease of larva, it is
suggested to increase the socialization of community participation in the eradication of
mosquito nest (PSN)
Keywords: Aedes Sp, temephos, larva density.
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................i
SUSUNAN TIM PENELITI ................................................................................................................ iii
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... xiv
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ xv
ABSTRAK ..................................................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. xx
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... xxi
A. PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................................. 2
B. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................................................2
2.1 Tujuan .................................................................................................................................. 2
2.2 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 3
C. HIPOTESIS ..................................................................................................................................3
D. METODE PENELITIAN .................................................................................................................4
4.1 Kerangka Teori .................................................................................................................... 4
4.2 Kerangka Konsep ................................................................................................................. 5
4.3. Desain dan Jenis Penelitian .................................................................................................. 5
4.4. Tempat dan Waktu .............................................................................................................. 5
4.5 Populasi dan Sampel ............................................................................................................ 6
4.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel .......................................................... 6
4.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................................ 6
4.8 Variabel ............................................................................................................................... 7
4.9 Definisi Operasional ............................................................................................................. 7
xix
4.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .............................................................................. 9
4.11 Bahan dan Prosedur Kerja .................................................................................................10
4.12 Manajemen dan Analisis Data ...........................................................................................11
E. HASIL ....................................................................................................................................... 12
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ...............................................................................................12
5.2. Kepadatan Jentik ................................................................................................................12
5.3. Wawancara pemanfaatan temephos ....................................................................................13
5.4. Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue .....................................................................14
5.5. Ketersediaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu ...........................................................................................................15
5.6. Penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp di daerah
endemis DBD Kota Palu ...........................................................................................................16
5.7. Cara penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu ...........................................................................................................17
5.8. Dosis penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu ...........................................................................................................17
5.9. Frekuensi penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di
daerah endemis DBD Kota Palu ................................................................................................18
5.10. Anggota keluarga yang berperan dalam pemanfaatan temephos di rumah tangga daerah
endemis DBD Kota Palu ...........................................................................................................19
F. PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 20
G. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................ 25
H. UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................................ 26
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................................ 27
LAMPIRAN ................................................................................................................................... 29
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Defenisi Operasional .........................................................................................................7
Tabel 2. Jumlah kasus DBD di Kota Palu Tahun 2014-2016............................................................ 12
Tabel 3. Kepadatan jentik di daerah endemis DBD Kota Palu Tahun 2017 ..................................... 13
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden menurut karateristik di daerah endemis DBD Kota Palu
Tahun 2017 .................................................................................................................................. 14
Tabel 5. Jenis kontainer yang diperiksa di daerah endemis DBD Kota Palu Tahun 2017................. 15
Tabel 6. Distribusi ketersedian temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah endemis
DBD Kota Palu Tahun 2017........................................................................................................... 16
Tabel 7. Distribusi Penggunaan temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah endemis
DBD Kota Palu Tahun 2017........................................................................................................... 16
Tabel 8. Distribusi Cara Penggunaan temephos terhadapa kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu tahun 2017 ............................................................................................. 17
Tabel 9. Distribusi dosis Penggunaan temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu tahun 2017 ............................................................................................. 18
Tabel 10. Distribusi frekuensi Penggunaan temephos terhadap kepdatan jentik di daerah endemis
DBD Kota Palu tahun 2017 ........................................................................................................... 18
Tabel 11. Distribusi ART yang menaburkan temephos di daerah endemis DBD Kota Palu tahun
2017 ............................................................................................................................................ 19
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka teori ..............................................................................................................4
Gambar 2. Kerangka konsep...........................................................................................................5
1
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering ditemui di daerah tropis.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropo-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan family Flaviviridae, Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.1
Di Indonesia, pada tahun 2015 dilaporkan jumlah penderita DBD sebanyak 129.650
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan 50,75 per
100.000 penduduk dengan CFR/angka kematian 0,83%).1 Pada tahun 2015 kasus DBD di
Kota Palu ditemukan dengan jumlah 650 kasus dengan IR 168,5/100.000 penduduk.2
Kegiatan pengendalian yang paling banyak dilakukan adalah membasmi nyamuk
dengan cara fogging dan membasmi jentik menggunakan larvasida temephos. Di daerah
urban atau perkotaan habitat vektor relatif lebih jelas dan terbatas, sehingga pemberian
larvasida lebih cost-effective daripada membasmi nyamuk dewasa. Abatisasi dilakukan
dengan menggunakan larvasida butiran temephos 1 % dengan kisaran aplikasi 1 ppm
dalam 8 - 12 minggu di dalam tempat-tempat penampungan air yang berpotensial sebagai
tempat perkembangbiakan Ae. aegypti dan Ae. albopictus.3
Pengendalian vektor DBD menggunakan bahan kimia masih popular di masyarakat
dibanding dengan pengendalian lain dan mendapat perhatian oleh sebagian besar
pengelolah program di Indonesia, karena merupakan bagian dari upaya menurunkan kasus
DBD secara cepat.3,4
Program ini dilakukan secara terus menerus oleh Dinas Kesehatan
sepanjang tahun tanpa ada rotasi larvasida dengan tujuan menghindari terjadinya wabah.
Penggunaan bahan kimia tersebut harus mempertimbangkan dapat diterimanya pemakaian
oleh masyarakat dan kerentanan terhadap spesies target. Hasil penelitian kerentanan
Insektisida, diketahui temephos masih rentan (susceptible) terhadap larva Aedes aegypti.5,6
Masih efektifnya penggunaan temephos di masyarakat memunculkan pertanyaan
mengapa kasus DBD di Kota Palu masih tetap tinggi padahal sudah seringkali dilakukan
pengendalian terutama dengan temephos untuk memutus rantai penularan pada fase jentik.
Sampai sekarang pemanfaatan dan cara penggunaan temephos tersebut di masyarakat
2
masih jarang dipantau. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui
penggunaannya dan bermanfaat tidaknya terhadap penurunan kepadatan jentik nyamuk
Aedes Sp di Kota Palu.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Temephos sampai saat ini masih efektif dalam pengendalian jentik nyamuk Aedes
Sp. Metode ini merupakan salah satu program pemerintah untuk menekan kejadian DBD
dimasyarakat, meskipun demikian belum di ketahui secara pasti pemanfaatan metode
tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penggunaan dan pemanfaatan
temephos di rumah tangga dan manfaatnya terhadap penurunan kepadatan jentik nyamuk
Aedes Sp di Kota Palu.
B. TUJUAN PENELITIAN
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui penggunaan temephos di rumah tangga dan manfaatnya
terhadap penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp di Kota Palu.
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi hubungan ketersediaan temephos dengan kepadatan jentik
nyamuk Aedes Sp. di rumah tangga daerah endemis DBD Kota Palu.
2) Mengidentifikasi hubungan penggunaan temephos dengan kepadatan jentik
nyamuk Aedes Sp. di rumah tangga daerah endemis DBD Kota Palu
3) Mengidentifikasi hubungan cara penggunaan temephos dengan kepadatan jentik
nyamuk Aedes Sp. di rumah tangga daerah endemis DBD Kota Palu
4) Mengidentifikasi hubungan dosis temephos dengan kepadatan jentik nyamuk
Aedes Sp. di rumah tangga daerah endemis DBD Kota Palu
5) Mengidentifikasi hubungan frekuensi penggunaan temephos dengan kepadatan
jentik nyamuk Aedes Sp. di daerah endemis DBD Kota Palu
6) Mengidentifikasi siapa anggota keluarga yang berperan dalam pemanfaatan
temephos di rumah tangga daerah endemis DBD Kota Palu.
3
2.2 Manfaat Penelitian
a. Bagi Program
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan ke Dinas Kesehatan tentang kepadatan
jentik Aedes Sp dan pemanfaatan temephos di Kota Palu.
b. Bagi Iptek
Penelitian ini diharapkan memperoleh informasi ilmiah bahwa insektisida temephos
dimasyarakat masih efektif atau tidak terhadap penurunan kepadatan jentik Aedes
Sp.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang
manfaat temephos dalam pengendalian jentik di rumah tangga.
C. HIPOTESIS
1. Ada hubungan ketersediaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah tangga.
2. Ada hubungan penggunaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah tangga
3. Ada hubungan cara penggunaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah
tangga
4. Ada perbe Ada hubungan dosis temephos dengan kepadatan jentik di rumah tangga
5. Ada hubungan frekuensi penggunaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah
tangga
6. Ada hubungan antara anggota keluarga yang berperan dengan kepadatan jentik di
rumah tangga
4
D. METODE PENELITIAN
4.1 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori3,7
Pengendalian larva vektor DBD bertujuan untuk memutus mata rantai penularan,
diantaranya dengan pengendalian secara fisik, biologi dan secara kimia. Pengendalian
secara fisik dikenal dengan kegiatan 3 M (menguras bak penampungan air di rumah
tangga, menutup tempat penampungan air di rumah tangga, dan mengubur atau
memusnakan barang-barang bekas yan dapat menampung air hujan). Pengendalian secara
biologi misalnya dengan menggunakan ikan predator jentik, ikan preator jentik sudah biasa
digunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi jentik Aedes Sp yaitu ikan cupang
(Poecilia reticulate) tetapi sampai saat ini belum dipergunakan oleh masyarakat secara
Pengendalian Jentik
vektor DBD
Fisik
Biologi
Kimiawi
Aplikasi Temephos
3 M
Pemberian ikan
pemakan jentik
Pemanfaatan Temephos:
- Ketersediaan
- Penggunaan
- Cara penggunaan
- Dosis penggunaan
- Frekuensi Penggunaan
- Keluarga yang berperan
Kepadatan Jentik
Aedes Sp.
5
teratur dan berkelanjutan. Pengendalian secara kimiawi sampai saat ini sangat popular baik
untuk program maupun masyarakat untuk mengendalikan larva dan vektor DBD salah
satunya dengan penggunaan temephos di masyarakat. Formulasi temephos yang digunakan
ialah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1ppm atau 10 gram (± 1 sendok
makan rata) untuk tiap 100 liter air. Jika pemanfaatan temephos di masyarakat
dilaksanakan dengan baik dan benar dapat menurunkan kepadatan jentik Aedes Sp.
4.2 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep
Keberadaan variabel pemanfaatan temephos (ketersediaan, penggunaan, cara penggunaan,
dosis penggunaan, frekuensi penggunaan dan keluarga yang berperan) dapat
mempengaruhi kepadatan jentik Aedes Sp. Kepadatan jentik dapat diukur dari indikator
Continer Index (CI) dan Bretau Index (BI) disamping pemanfaatan temephos terdapat
variable lainnya yang turut berpengaruh terhadap kepadatan jentik yaitu 3 M dan
pemberian ikan predator jentik.
4.3. Desain dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan potong
lintang, yaitu untuk melihat pemanfaatan temephos di daerah Endemi DBD di Kota Palu
4.4. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di daerah endemis DBD Kota Palu Tahun 2017. Lokasi
penelitian berdasarkan data kasus DBD 3 tahun terakhir dan berdasarkan data kasus dari
Fisik
- Menguras
- Menutup
- Mengubur barang bekas
Pemanfaatan
Temephos:
- Ketersediaan
- Penggunaan
- Cara penggunaan
- Dosis Pengunaan
- Frekuensi penggunaan
- Keluarga yang
berperan
Kepadatan Jentik
Aedes Sp.
Biologis
- Pemberian ikan
Pemakan Jentik
6
Dinas Kesehatan Kota Palu. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 8 bulan (April –
November 2017).
4.5 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah rumah tangga yang berada didaerah endemis
DBD kota Palu. Sementara sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang terpilih
di daerah endemis DBD di Kota Palu.
4.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel
Pada penelitian ini, besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus singel
proporsi.8
Ket. α = tingkat kepercayan (95%)
P = Proporsi (13%)
d= Presisi (5%)
Dengan tinkat kepercayan 95%, presisi 5% dan proporsi rumah positif jentik 13%9
diperoleh sampel minimal 174 Rumah tangga, dengan perkiraan drop out 10 % jumlah
sampel minimal 192 dibulatkan menjadi 200 rumah. Sedangkan cara penarikan sampel
menggunakan stratified random sampling berdasarkan RW di Kelurahan endemis DBD
yang terpilih.
4.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Populasi dari penelitian ini adalah rumah tangga yang berada didaerah endemis
DBD kota Palu
Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang terpilih di daerah endemis
DBD di Kota Palu. Cara penarikan sampel menggunakan stratified random sampling
berdasarkan RW di kelurahan endemis DBD yang terpilih.
2
2
2/1 )1(
d
PPzn
7
1. Survei jentik
a. Kriteria Inklusi :
Rumah tangga terpilih berdasarkan random sampling
b. Kriteria Eksklusi :
Rumah tangga terpilih tetapi tidak berpenghuni, atau tidak bersedia diwawancara.
2. Wawancara
a. Kriteria Inklusi :
Anggota rumah tangga yang berusia minimal 15 tahun dan memiliki masa tinggal
minimal 6 bulan serta dapat berkiomunikasi dengan baik.
b. Kriteria Eksklusi :
Anggota rumah tangga yang sakit.
4.8 Variabel
1. Varibel dependen : Kepadatan jentik Aedes Sp diperoleh dengan kegiatan survei
jentik dirumah penduduk
2. Variabel independen : Pemanfaatan temephos (ketersediaan, penggunaan, cara
penggunaan, dosis penggunaan, frekuensi penggunaan dan keluarga yang berperan)
Kepadatan jentik dihitung berdasarkan nilai CI, dan BI dalam bentuk persentase.
4.9 Definisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional
Variabel Deskripsi Variabel Cara
Pengukuran Skala Ukur
Hasil Ukur
Kepadatan
jentik
Tingkat kepadatan jentik di suatu
rumah tangga berdasarkan angka CI Survei jentik Ordinal
Persentase
BI
Jumlah wadah (container) yang
ditemukan larva nyamuk dalam
rumah tangga yang di periksa
Survei jentik Ordinal
Persentase
8
CI
Jumlah wadah (container) yang
ditemukan jentik dari seluruh
wadah (container) yang diperiksa
Survei jentik Nominal
1. Rendah, jika
niali CI = 0%
2. Tinggi, jika
niali CI >0%
Ketersediaan
temephos
Rumah tangga memiliki
stok/cadangan temephos yang dapat
dipergunakan setia waktu.
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
Penggunaan
Temephos
Rumah tangga menggunakan
temephos pada tempat
penampungan air
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
Cara
penggunaan
Cara penggunaan temephos yang
diaplikasikan pada penampungan
air di rumah tangga sesuai dengan
petunjuk penggunaan.
Wawancara/obse
rvasi Nominal
1. Ya
2. Tidak
Dosis
Penggunaan
Penggunaan dosis temephos pada
tempat penampungan air didalam
rumah tangga sesuai standar yang
di anjurkan oleh kemenkes (1mg/
10 L)
Wawancara Nominal
1. Sesuai dosis
2. Tidak sesuai
dosis
Frekuensi
Penggunaan
Penggunaan temephos dilaksanakan
oleh rumah tangga secara terus
menerus dalam jangka waktu
tertentu (maksimal 3 bulan) Wawancara Nominal
1. Setiap saat
setelah
penampungan
air dikuras
2. < 3 bulan
sekali
3. > 3 bulan
sekali
Keluarga yang
berperan
Anggota keluarga yang sering
melakukan penaburan temephos di
rumah tangga Wawancara Nominal
1. Bapak
2. Ibu
3. Anak
4. Anggota
keluarga
lainnya.
9
Menguras
Tindakan pencegahan rumah tangga
dengan cara menguras dan
menyikat dinding penampungan air
minimal 1 minggu sekali
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
Menutup
Tindakan pencegahan rumah tangga
dengan cara menutup penempungan
air agar nyamuk tidak berkembang
biak.
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
Mengubur
Tindakan pencegahan rumah tangga
dengan cara mengubur barang
bekas yang dapat menampung air
hujan yang dpat menjadi tempat
perindukan nyamuk aedes Sp.
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
Pemeliharaan
ikan pemakan
jentik.
Memelihara ikan pemakan jentik
seperti mujair, Nila, Kepala timah
dan Ikan cupang pada tempat
penampungan air di rumah tangga.
Wawancara Nominal
1. Ya
2. Tidak
4.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
a. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Formulir survei jentik
2) Senter dan batu baterai
3) Pipet plastik 1,5 ml
4) Cidukan
5) Botol vial
6) Kuesioner
b. Cara pengumpulan data:
1) Data Primer
Data yang diperoleh di lapangan berupa informasi langsung penggunaan
temephos yang diperoleh dari hasil wawancara dan data keberadaan jentik hasil
pengamatan lapangan.
10
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palu berupa data kasus
DBD selama 3 tahun terakhir yang mendukung penelitian ini.
4.11 Bahan dan Prosedur Kerja
a. Survei Pendahuluan
Prosedur Kerja
a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Palu.
b. Mendapatkan data sekunder yang belum lengkap.
c. Melakukan koordinasi dengan Puskesmas untuk penentuan lokasi
penelitian.
c. Survei Jentik
Survei jentik dilakukan untuk memperoleh data kepadatan jentik nyamuk
Aedes Sp yang merupakan variable dependen dalam penelitian ini.
1) Alat dan Bahan :
a. Senter dan baterai
b. Pipet 1,5 ml
c. Cidukan
d. Botol Vial
e. Formulir survei jentik
2) Prosedur Kerja
a. Survei jentik dilakukan pada 200 rumah tangga di daerah endemis DBD
Kota Palu dengan metode stratified random sampling dengan RW sebagai
strata.
b. Pemeriksaan jentik dilakukan pada tempat tempat penampungan air yang
berada didalam maupun diluar rumah
c. Pada tempat tempat penampungan air yang detemukan jentik akan diambil
satu ekor jentik dengan cara single larva method,
d. Data hasil penangkapan jentik dicatat pada formulir jentik
e. Survei jentik ini akan menghitung kepadatan jentik (indeks entomologi)
yaitu Containers Index (CI), Breateu Index (BI).
11
d. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi terkait temephos
meliputi ketersediaan, penggunaan, cara penggunaan, dosis pengunaan, frekuensi
penggunaan serta keluarga yang berperan dalam kegiatan penaburan temephos dirumah
tangga.
Prosedur Kerja
a. Sebelum melakukan wawancara respoden diberikan penjelasan dan
kesediaan menandatangani inform consent.
b. Wawancara dilakukan terhadap salah satu anggota rumah tangga yang
terpilih untuk dilakukan survei jentik.
c. Jawaban responden sedapat mungkin tidak dipengaruhi oleh pihak lain
khususnya tenaga penamping kesehatan.
4.12 Manajemen dan Analisis Data
Analisis data meliputi :
Kepadatan Jentik (Indeks Entomologi)
1. Container Index
CI =
x 100%
2. Bretau Index
BI =
3. Pemanfaatan temephos dan kepadatan jentik pada daerah endemis dengan
menggunakan uji beda proporsi (chi-square)
12
E. HASIL
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kelurahan Balaroa terletak di Kecamatan Tatanga Kota Palu dengan luas wilayah
203,042 Ha, 100% terdiri dari daratan, dengan ketinggian 15 mdpl. Bentang topografi
terdiri dari 85% daratan dan 15 % pebukitan, suhu udara 25-28ºC, tekanan udara 1013-
1015 mb, kelembaban udara 69-79% dan curah hujan 2-7 mm pertahun. Kelurahan Balaroa
terdiri dari 9 RW dan 33 RT.
Kelurahan Balaroa secara administrasi memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Donggala Kodi
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kamonji dan Kelurahan Boyaoge
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Duyu
Seberah Barat berbatasan dengan Desa Daenggune Kecamatan Kinovara Kab.
Donggala.
Data kasus DBD Kelurahan Balaroa dari tahun 2014 – 2016 yang diperoleh dari
pengelola DBD Dinas Kota Palu menunjukkan adanya kenaikkan kasus. Tabel berikut
merupakan laporan kasus DBD Kelurahan Balaroa dari tahun 2014 – 2016.
Tabel 2. Jumlah kasus DBD di Kota Palu Tahun 2014-2016
No Tahun Jumlah Kasus
DBD
1 2014 20
2 2015 42
3 2016 47
Pada tahun 2014 dilaporkan jumlah kasus sebanyak 20 kasus, meningkat menjadi
42 kasus pada tahun 2015 dan terakhir pada tahun 2017 angka kasus meningkat kembali
mencapai 47 kasus.
5.2. Kepadatan Jentik
Kepadatan jentik dapat diukur dari nilai BI dan CI. Nilai BI di Kelurahan Balaroa
yaitu 59% sedangkan nilai CI per rumah tangga berkisar antara 0 – 100% kepadatan jentik
pada penelitian ini adalah nilai CI karena unit analisis pada penelitian ini adalah rumah
tangga. Hasil kepadatan jentik dapat dilihat pada tabel berikut
13
Tabel 3. Kepadatan jentik di daerah endemis DBD Kota Palu Tahun 2017
Kepadatan Jentik (N = 200) Frekuensi %
Tinggi 42,5
Rendah 57,5
Pada tabel diatas menujukkan bahwa masih ditemukan rumah tangga dengan
kepadatan jentik tinggi yaitu 42,5% sedangkan rumah tangga dengan kepadatan jentik
rendah lebih banyak yaitu 57,5%.
5.3. Wawancara pemanfaatan temephos
Wawancara anggota rumah tangga terkait pemanfaatan temephos dilakukan
terhadap 200 rumah tangga yang juga merupakan rumah tangga yang di survei jentik.
Rumah tangga yang disurvei tersebar di 9 RW Kelurahan Balaroa. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa masyarakat paling banyak diwawancarai usia 26-45 tahun (53%) dan
jenis kelamin perempuan (65,9%). Hal ini dikarenakan ibu-ibu cenderung lebih banyak
ditemukan berada di rumah saat survei dilakukan dibandingkan dengan laki-laki yang lebih
banyak bekerja pada siang hari (Tabel 2).
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan
Balaroa bervariasi, dari yang tidak sekolah hingga yang tamat perguruan tinggi. Paling
banyak ditemukan dengan pendidikan SMA (46,5%) sedangkan yang paling sedikit tidak
sekolah (1%) dengan pekerjaan mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga (48,5%) dan
wiraswasta (27%).
14
Adapun karakteristik responden di masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden menurut karateristik di daerah endemis DBD Kota
Palu Tahun 2017
Karateristik Responden (N = 200) Frekuensi %
Umur
< 26 Tahun 13,5
26-45 Tahun 53
46-55 Tahun 14,5
>55 Tahun 19
Pendidikan
Tidak sekolah 1
SD 20,5
SMP 18,5
SMA 46,5
Diploma 3
Sarjana 10,5
Pekerjaan
Tidak Bekerja 5,5
Pegawai Negeri/swasta 5,5
URT 48,5
Buruh 1
Wiraswasta 27
Pelajar 8
Lainnya 4,5
Penghuni Rumah
< 5 Orang 41,5
5-10 Orang 56,5
> 10 Orang 2
5.4. Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue
Survei jentik dilakukan pada 200 rumah tangga sampel yang tersebar di 9 RW di
Kelurahan Balaroa. Survei jentik ini dilakukan pada kontainer di dalam dan luar luar untuk
menghitung indikator entomologi (CI).
Berdasarkan hasil survei jentik dan pemeriksaan jenis kontainer di Kelurahan
Balaroa Kota Palu, diperoleh data bahwa jenis kontainer yang paling potensial sebagai
tempat perkembangbiakan jentik di dalam rumah tangga adalah ember (31,2%) dan diluar
rumah tangga adalah ban bekas (43,5%). Secara rinci disajikan pada tabel 4
15
Tabel 5. Jenis kontainer yang diperiksa di daerah endemis DBD Kota Palu Tahun 2017
No Jenis Kontainer
Persentase kontainer
yang diperiksa
persentase kontainer
positif larva
Dalam Luar Dalam Luar
1 Bak Mandi 10,6 4,8 26 4,3
2 Bak Wc 1,3 4 3,1 0
3 Drum 1 8,7 4,2 8,7
4 Tempayan 6,9 3,2 10,4 4,3
5 Ember 41,6 42,1 31,3 21,7
6 Baskom/Loyang 26,5 21,4 3,1 4,3
7 Ban Bekas 0 10,3 0 43,5
8 Kolam/Aquarium 0,3 0 0 0
9 Tempat Minum Burung 0,1 4 1 4,3
10 Penampungan Dispenser 6,8 0 18,8 0
11 Belakang Kulkas 4,2 0 1 0
12 Lainnya 0,7 1,5 1 8,9
Total 100 100 100 100
5.5. Ketersediaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di
daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 5 menunjukan bahwa sangat sedikit rumah tangga yang menyimpan
temephos di rumah (16,5%). Rumah tangga yang menyimpan stok themephos di rumah
nilai kepadatan jentiknya lebih banyak rendah (69,7%) dibandingkan dengan yang tinggi
(30,3%). Namun pada rumah tangga yang tidak menyimpan temephos angka kepadatan
jentik relatif hampir sama antara yang tinggi maupun rendah. Untuk lebih rinci dapat
dilihat pada tabel berikut :
16
Tabel 6. Distribusi ketersedian temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu Tahun 2017
Ketersediaan Temephos/ Stok
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Ya 23 69,7 10 30,3 33 16,5 0,174
Tidak 92 55,1 75 44,9 167 83,5
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa ketersediaan temephos di
rumah tangga tidak memiliki hubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (0,174
>0,05), hal ini berarti rumah tangga yang menyimpan maupun tidak menyediakan
temephos tidak berpengaruh terhadap kepadatan jentik di rumah tangga atau dapat
diartikan bahwa kepadatan jentik antara yang menyimpan maupun tidak menyimpan bisa
sama.
5.6. Penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes Sp di
daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 6, menunujukkan bahwa rumah tangga di Kelurahan Balaroa sangat sedikit
yang menggunakan temepos untuk membunuh jetik (19,5%). Rumah tangga yang
menggunakan temephos angka kepadatan jentik lebih banyak rendah (64,1%)
dibandingkan yang tinggi (35,9%), namun pada kelompok yang tidak menggunakan
kepadatan jentik antara yang menggunakan maupun tidak hampir sama. Untuk lebih rinci
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Distribusi Penggunaan temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di daerah
endemis DBD Kota Palu Tahun 2017
Penggunaan Temephos
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Ya 25 64,1 14 35,9 39 19,5 0,454
Tidak 91 56,5 70 43,5 161 80,5
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa penggunaan temephos di
rumah tangga tidak memiliki hubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (0,454
>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara rumah tangga yang
menggunakan maupun tidak menggunakan temephos dalam hal kepadatan jentik di rumah
17
tangga, atau dapat diartikan bahwa rumah tangga yang menggunakan maupun yang tidak
menggunakan temephos akan memiliki peluang kepadatan jentik yang sama
5.7. Cara penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes
Sp. di daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 7, menunujukkan bahwa dari 39 rumah tangga yang menggunakan temephos
97,4% sudah menggunakan temepos dengan benar. terdapat 25 rumah tangga (65,8%) yang
menggunakan temephos dengan cara yang benar dengan kepadatan rendah. Sedangkan
rumah tangga yang menggunakan temephos dengan cara yang salah dan memiliki
kepadatan jentik tinggi 1 rumah tangga (2,6%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 8. Distribusi Cara Penggunaan temephos terhadapa kepadatan jentik Aedes Sp. di
daerah endemis DBD Kota Palu tahun 2017
Cara Penggunaan Temephos
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Benar 25 65,8 13 34,2 38 97,4 0,359
Salah 0 0 1 2,6 1 2,6
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa cara penggunaan temephos
tidak memiliki hubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (0,359 >0,05). Hal ini
berarti rumah tangga yang menggunakan temephos dengan cara yang benar maupun salah
akan memiliki kepadatan jentik yang sama.
5.8. Dosis penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik Aedes
Sp. di daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 8, menunujukkan bahwa dari 39 rumah tangga yang menggunakan temephos
59% masih salah dalam menentukan dosis. Terdapat 9 rumah tangga (56,3%)
menggunakan sesuai dosis dan memiliki kepadatan jentik rendah, sedangkan rumah tangga
yang menggunakan temephos tidak sesuai dosis dan memiliki kepadatan jentik rendah 15
rumah tangga (65,2%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
18
Tabel 9. Distribusi dosis Penggunaan temephos terhadap kepadatan jentik Aedes Sp. di
daerah endemis DBD Kota Palu tahun 2017
Dosis Penggunaan Temephos
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Sesuai 9 56,3 7 43,7 16 41 0,608
Tidak Sesuai 15 65,2 8 34,8 23 59
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa dosis penggunaan temephos
tidak berhubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (0,608 >0,05). Hal ini berarti
rumah tangga yang menggunakan temephos sesuai dosis maupun tidak sesuai dosis akan
memiliki kepadatan jentik yang sama.
5.9. Frekuensi penggunaan temephos di rumah tangga terhadap kepadatan jentik
Aedes Sp. di daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 9, menunujukkan bahwa 97,4% rumah tangga frekuensi penggunaan temepos
sudah benar yaitu paling lama 3 bulan. Dari 39 rumah tangga yang menggunakan
temephos, ada 24 rumah tangga (63,2%) dengan frekuensi penggunaan temephos sudah
benar dan memiliki kepadatan jentik rendah, sedangkan rumah tangga dengan frekuensi
penggunaan temephos yang salah dan memiliki kepadatan jentik rendah 1 rumah tangga
(4,5%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Distribusi frekuensi Penggunaan temephos terhadap kepdatan jentik di daerah
endemis DBD Kota Palu tahun 2017
Frekuensi Penggunaan Temephos
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Benar 24 63,2 14 36,8 38 97,4 1,000
Salah 1 2,6 0 0 1 2,6
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa frekuensi penggunaan
temephos tidak memiliki hubungan terhadap penurunan kepadatan jentik (1,000 >0,05).
Hal ini berarti rumah tangga yang menggunakan temephos dengan frekuensi yang benar
maupun yang salah akan memiliki kepadatan jentik yang sama.
19
5.10. Anggota keluarga yang berperan dalam pemanfaatan temephos di rumah
tangga daerah endemis DBD Kota Palu
Tabel 10, menunujukkan bahwa lebih banyak ibu-ibu yang berperan dalam
pemenafaatan temephos dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya (87,2%). Dari 39
rumah tangga yang menggunakan temephos, anggota rumah tangga yang paling berperan
dalam pemanfaatan dan penggunaan temephos dengan CI rendah adalah ibu rumah tangga
sebanyak 23 (67,6%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Distribusi ART yang menaburkan temephos di daerah endemis DBD Kota Palu
tahun 2017
Anggota Rumah Tangga Yang Berperan dalam Pemanfaatan
Temephos
CI Total
Pvalue Rendah Tinggi
N % N % N %
Ayah 2 40 3 60 5 12,8 0,329
Ibu 23 67,6 11 32,4 34 87,2
Berdasarkan hasil uji Chi-square didapatkan bahwa anggotakeluarga yang berperan
dalam pemanfaatan temephos rumah tangga tidak memiliki hubungan terhadap penurunan
kepadatan jentik (0,329 >0,05).
20
F. PEMBAHASAN
Kota Palu merupakan daerah endemis DBD karena jumlah kasus DBD yang terus
meningkat, dari 46 kelurahan wilayah Kota Palu semua tergolong daerah endemis DBD.10
Kelurahan Balaroa merupakan salah satu daerah endemis DBD di Kota Palu, hal ini karena
jumlah kasus DBD yang di laporkan selama 3 tahun terakhir mengalami trend kenaikan di
bandingkan dengan kelurahan lain di Kota Palu.
Penularan DBD tidak terlepas dari peranan vektor sebagai pembawa penyakit.
Vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber
penular penyakit terhadap manusia.11
Aedes Sp merupakan vektor penular penyakit DBD.
Keberadaan jentik di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk
Aedes Sp dan kewaspadaan dini terhadap penularan DBD di daerah tersebut.
Berdasarkan hasil survei jentik dan pemeriksaan jenis kontainer di Kelurahan
Balaroa Kota Palu, diperoleh data bahwa kontainer positif lebih banyak ditemukan di
dalam rumah dibandinkan dengan di luar rumah, ini sama dengan penelitan lainnya yang
juga pernah dilakukan di Kota Palu.12
jenis kontainer yang paling potensial sebagai tempat
perkembangbiakan jentik di dalam rumah tangga adalah ember dan di luar rumah tangga
adalah ban bekas, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil survei lainnya, dimana
menemukan bahwa tempat perindukan potensial merupakan Tempat Penampungan Air
(TPA) bukan untuk keperluan sehari-hari yang umumnya berada di luar rumah yaitu ban
bekas.13
Ember juga ditemukan sebagai tempat perindukan potensial di Kelurahan Barru.12
Berbeda dengan penelitian lainnya yang dilakukan di Kota Palu menyatakan bahwa
kontainer yang berpotensial untuk tempat perkembang biakan jentik adalah bak mandi dan
drum.14,15
Adanya perbedaan dengan hasil yang ditemukan dapat dikarenakan waktu dan
lokasi survei berbeda.
Ember sebagai tempat perindukan potensial disebabkan karena ember sebagai
tempat penampungan air sementara dan jarang dibersihkan dan memungkinkan telur
nyamuk menempel pada dinding ember, sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang tatacara pengelolaan air di TPA walaupun air untuk kebutuhan sehari-
hari tidak menjadi permasalahan di daerah tersebut.16
Ember dan ban bekas pada umumnya
berwarna gelap dan warna gelap merupakan kontainer sangat disukai oleh nyamuk Aedes
Sp. untuk meletakkan telur.17
21
Sudah menjadi problem klasik dimana suatu wilayah yang masih bermasalah
dengan distribusi air yang tidak lancar, maka wilayah tersebut biasanya juga mempunyai
masalah dengan tingginya kasuss DBD, seperti dikelurahan tondo.15
Selanjutnya pada
wilayah seperti itu, pengendalian vektor menumpukan harapan pada pemerintah dengan
pengendalian kimianya, demikian halnya dengan hasil penelitian ini dimana masyarakat
berharap pemerintah atau dinas kesehatanlah yang bepreran aktf dalam pengendalian DBD
di wilayahnya.
Pengendalian vektor DBD menggunakan bahan kimia masih popular di masyarakat
dibanding dengan pengendalian lain dan mendapat perhatian oleh sebagian besar pengelola
program di Indonesia, karena merupakan bagian dari upaya menurunkan kasus DBD secara
cepat.3,4
Temephos merupakan larvasida yang paling banyak digunakan untuk membunuh
jentik Aedes Sp dengan dosis yang digunakan 1 ppm.
Hasil wawancara yang dilakukan di rumah tangga menunjukan bahwa ketersedian
temephos sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang tidak memiliki ketersedian
di rumah tangga, dengan dalih sudah habis digunakan, baru dengar atau melihat temephos
serta ada anggota rumah tangga menyatakan bahwa temephos terakhir dilakukan
pembagian dari puskesmas tahun 2016. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dari petugas
kesehatan bahwa pembagian temephos dilakukan setiap triwulan dan apabila ditemukan
kasus Demam Berdarah atau ada permintaan dari masyarakat maka dilakukan pembagian
temephos melalui puskesmas pembantu (pustu) serta di sediakan langsung di puskesmas
melalui pojok ABATE.
Pengelola program DBD di puskesmas membagikan temephos secara gratis, namun
masyarakat belum tentu menggunakannya ke dalam penampungan air karena masih adanya
anggapan masyarakat bahwa temephos itu beracun untuk diminum. Adanya penjual
temephos yang ilegal meresahkan masyarakat karena mereka memaksa masyarakat untuk
membeli dengan harga tinggi, kendala-kendala inilah yang menjadi penghambat dalam
penggunaan temephos di rumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
memberikan informasi yang benar mengenai temphos dan cara penggunaannya dari pihak
pukesmas dan unsur terkait.
Berdasarkan indeks jentik tidak ada hubungan antara penggunaan temephos
terhadap penurunan kepadatan jentik. Hal serupa sama dengan penelitian di kota
22
Tenggerang Selatan yang menyatakan bahwa penggunaan temephos tidak mempunyai
hubungan dengan keberadaan jentik dipenampungan air,18,19
dan tidak mempunyai
hubungan dengan kejadian DBD.20
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah
dilakukan di wilalayah Kota Palu bahwa penggunaan temephos dapat meningkatkan Angka
Bebas jentik (ABJ),9 serta memiliki resiko lebih kecil terhadap kejadian DBD.
21 Tidak
ditemukannya hubungan penggunaaan temephos terhadap penurunan kepadatan jentik
dapat disebabkan oleh jenis kontainer, yang paling banyak ditemukan positif jentik adalah
ember, sedangkan temephos biasanya digunakan pada tempat penampungan air yang besar
seperti bak mandi maupun penampungan air lainnya. Selain itu penggunaan temephos
dengan dosis yang tidak sesuai dengan volume air turut pula berpengaruh terhadap
populasi vektor.
Hasil penelitian kerentanan insektisida di Indonesia, khususnya di Semarang dan
Suka Bumi, diketahui temephos masih rentan (susceptible) terhadap larva Ae. Aegypti.5,6,22
Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan temephos di daerah penelitian ini belum
intensif dan berkelanjutan, dan upaya pengendalian jentik Aedes. Sp dilakukan dengan cara
pengendalian secara fisik melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
menguras, menutup tempat penampungan air serta mengubur tempat-tempat yang
memungkinkan menjadi tepat perkembangbiakan nyamuk Aedes. Sp oleh rumah tangga.
Untuk memutus rantai siklus hidup Aedes Sp, maka perlu adanya upaya untuk memberikan
informasi dan pengawasan yang benar tentang bubuk temephos dan cara penggunaannya di
masyarakat oleh pihak puskesmas ataupun instansi terkait secara berkala dan
berkesinambungan.
Cara penggunaan temephos yang benar di rumah tangga sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan perilaku masyarakat. Pada penelitian ini rumah tangga yang
menggunakan temephos sudah mengetahui cara penggunaannya dengan baik dan benar
sesuai yang disarankan oleh petugas kesehatan yaitu menggunakan temephos dengan cara
dibungkus dengan kemasan serta dilubangi karena temephos memiliki efek residu sampai 3
bulan. Ada rumah tangga langsung menaburkan ketempat penampungan air sesuai dengan
petunjuk di kemasan yaitu 10 gram ke dalam 100 liter air. Penggunaan yang di lakukan
dengan cara menaburkan efektif bila pada penampungan air jarang dibersihkan23
tetapi
menjadi tidak efektif bila penampungan sering di lakukan pencucian/pengurasan.24
Pengendalian jentik dengan penggunaan larvasida dengan formulasi yang berbahan
23
aktif temephos (temephos 1%) yang digunakan yaitu granules. Dosis yang digunakan 1
ppm atau 10 gram untuk 100 liter air.3 Penggunaan insektisida secara selektif, tepat
sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor.7
Kenyataan penggunaan temephos di daerah penelitian sebagian besar yang menggunakan
tanpa didasari pengetahuan dasar tentang temephos sehingga rumah tangga banyak
menggunakan dosis yang tidak tepat. Bila penggunaan temephos ini di lakukan secara terus
menerus dan dalam jangka waktu relatif cukup lama dengan frekuensi tinggi serta tidak
dalam pengawasan oleh pihak terkait dapat mengakibatkan jentik nyamuk Aedes Sp
menjadi resisten terhadap temephos seperti yang telah di laporkan di Jakarta Timur, Jakarta
Barat, Jakarta Selatan dan Banjarmasin Barat.25,26
Pengaruh dosis temephos terhadap penurunan kepadatan jentik tidak menunjukan
hubungan yang bermakna, berbeda dengan penlitian yang dilakukan di wilayah Kota Palu9
dan Kecamatan Malalayang Kota Manado menyatakan dosis temephos menunjukan
hubungan bermakna dengan populasi jentik Ae. aegypti.27
Temephos memiliki efek residu sampai 3 bulan, penggunaannya dapat di lakukan
secara berulang dan cara aplikasi yang terbaik adalah dengan cara dibungkus dengan
kemasan atau kain serta dilubangi. Pada penelitian ini, frekuensi penggunaan temephos
banyak dilakukan setelah selesai melakukan pengurasan tempat penampungan air, karena
penggunaan temephos dilakukan sesuai dengan yang disarankan oleh petugas kesehatan,
namun ada satu rumah tangga menggunakan temephos diatas 3 bulan sekali dengan dalih
ingin mencoba-coba masa aktiv temephos. Aplikasi temephos dengan cara dibungkus
mempunyai kelemahan yaitu, dengan cara ini seakan temephos masih terus ada karena
adanya bungkusan/kemasan tersebut di dalam kontainer penyimpanan air, sehingga lupa
bila masa kadaluarsanya sudah habis (3 bulan). Pada dasarnya aplikasi temephos dengan
cara bungkus maupun di tabur sama-sama efektif bila dilakukan dengan benar, dosis tepat
dan maksimal 3 bulan sekali wajib diganti.
Pada penelitian ini anggota keluarga yang paling berperan dalam pemanfaatan
temephos adalah ibu rumah tangga. Penelitian ini serupa dengan penlitian yang di lakukan
di Sendangmulyo menyatakan dengan adanya kesadaran ibu akan kebersihan lingkungan
dan rumah tangga, akan timbul perasaan mereka untuk berusaha menjaga kebersihan
penampungan air dari jentik nyamuk Ae.agypti dengan cara menguras serta memberikan
bubuk temephos,28
dari segi kesehatan ibu rumah tangga lebih perhatian dibandingkan
24
dengan laki-laki tentang DBD karena dapat memberikan dampak perekonomian, emosi dan
masalah kesehatan keluarga.29
Ibu rumah tangga lebih mementingkan kesehatan keluarganya dibandingkan
dengan kesehatan diri mereka sendiri.30
Ibu rumah tangga menjadi kunci sukses dalam
usaha peningkatan kesehatan di masyarakat sebab dari merekalah ketahanan dan keutuhan
keluarga akan terwujud, sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu
rumah tangga mengenai pentingnya pemanfaatan temephos, ibu rumah tangga efektif
dalam upaya penyebaran informasi mengenai pencegahan penyait DBD karena dalam
keseharian mereka selalu berinteraksi dengan ibu rumah tangga lainnya.31
Keterbatasan Penelitaian
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan atau kelemahan yang mungkin
berpengaruh pada hasil penelitian salah satunya adalah kurangnya rumah tangga yang
memanfaatkan temephos pada penampungan air di daerah endemis DBD kota palu tahun
2017.
25
G. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan ketersediaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah
tangga
2. Tidak ada hubungan penggunaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah
tangga
3. Tidak ada hubungan cara penggunaan temephos dengan kepadatan jentik di rumah
tangga
4. Tidak ada hubungan penggunaan temephos sesuai dosis dengan kepadatan jentik di
rumah tangga
5. Tidak ada hubungan frekuensi penggunaan temephos yang benar dengan kepadatan
jentik di rumah tangga
6. Anggota rumah tangga yang paling berperan dalam pemanfaatan dan penggunaan
temephos adalah ibu rumah tangga
7.2. SARAN
1. Masyarakat diharapkan meningkatkan kontrol terhadap tempat penampungan air
yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Sp khususnya ember.
2. Meningkatkan sosialisasi PSN dan 3M plus di rumah tangga melalui penyuluhan-
penyuluhan pada saat kegiatan posyandu ataupun kegiatan lainnya.
3. Survailans jentik dengan cara mengaktifkan kembali jumantik dan juru pembasmi
jentik.
4. Meningkatkan koordinasi antara masyarakat dan puskesmas dalam pengecekan
jentik nyamuk Aedes Sp secara rutin.
5. Memberikan informasi mengenai fungsi dan praktek penggunaan abate pada tempat
penampungan air kepada masyarakat terutama pada ibu rumah tangga.
6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan penelitian jenis
kualitatif, sehingga informasi tentang faktor-faktor pemanfaatan temephos bisa
dibahas lebih mendalam.
26
H. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada: Kepala Badan Litbang Kesehatan yang
telah membiayai penelitian ini. Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala atas izin dan
dukungannya dalam pelaksanaan penelitian. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan
Kota Palu yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian di wilayah Kelurahan Balaroa,
Dr. Ekowati Rahajeng SKM., M.kes dan Shinta Prawoto, MS atas bimbingannya selama
penelitian. Ibu drg. Lutfiah, MKM. (Kepala Bidang P2P dan Kesling Dinkes Kota Palu)
Bapak Irzam, SKM (Kasie P2M dan PTM Dinkes Kota Palu), Bapak Azhar (Pengelolah
DBD Dinkes Kota Palu), Ibu Novarita (Puskesmas Sangurara), Malonda Maksud, Ni
Nyoman Veri Diana, Hasrida Mustafa dan Irawati yang telah membantu kami di lapangan
selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan pula
kepada Lurah Balaroa, beserta jajaran di bawahnya (Ketua RW/RT) yang telah
memfasilitasi kami dengan baik, masyarakat yang turut membantu, sehingga kami dapat
melaksanakan penelitian ini dengan rasa nyaman.
27
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016. doi:351.077 Ind.
2. UPT Survailans Data dan Informasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawsi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015. Palu: UPT Survailans Data dan Informasi; 2016.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 1992.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Direktorat Jenderal PP dan PL; 2011.
5. Fuadzy H, Hodijah DN, Jajang A, et al. Kerentanan Larva Aedes aegypti Terhadap Temefos Di Tiga Kelurahan Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Sukabumi. Bul Penelit Kesehat. 2015;43(1):41-46.
6. Jastal, W Y, M M, et al. Pemetaan Status Kerentanan Aedes Aegypti Terhadap Insektisida Di Indonesia. Palu; 2015.
7. Sukowati S. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:26-30.
8. Isgiyanto A. Teknik Pengambilan Sampel Pada Pengendalian Penelitian Non-Eksperimental. 1st ed. (Setiawan A, ed.). Jogjakarta: Mitra Cendikia Press; 2009.
9. Rosmini, Garjito TA, Hayani A, Yudith L, Risti. Aplikasi Temephos Dalam Reservoir Air Perusahaan Daerah Air Minum Terhadap Penurunan Indeks Jentik Ae. aegypti di Wilayah Kota Palu. J Ekol Kesehat. 2006;5(1):409-416.
10. Dinas Kesehatan Kota Palu. Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2016. Palu; 2016.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 Tentang Pengendalian Vektor. Jakarta; 2012.
12. Widjaja Y, Anastasia H, Nurjana MA. Tempat Perkembangbiakan Jentik Aedes aegypti di Kota Palu. J Vektor Penyakit. 2007;1(1):35-39.
13. Nurjana MA, Wijaya J, Anastasia H, Risti. Preferensi Jentik Aedes aegypti terhadap Jenis Kontainer di Kota Palu. J Vektor Penyakit. 2008;2(1):9-14.
14. Widjaja J. Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu , Sulawesi Tengah The Existence of Water Container as Risk Factors the Transmission of Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) in Palu Central Sulawesi Province. Aspirator. 2006;3(2):82-88.
15. Veridiana NN, Ambar Gardjito T, Anastasia H, et al. Pengamatan Indeks Jentik dan Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti di Kota Palu. J Vektor Penyakit. 2008;2(1):1-7.
16. Milana salim, Lasbudi P. Abarita, Yahya AY dan YS. Efektivitas Malathion Dalam Pengendalian Vektor DBD dan Uji Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Temephos di Kota Palembang. Bul Penelit Kesehat. 2011;39(1):10-21.
28
17. Nurjana MA, Kurniawan A. Preferensi Aedes aegypti Meletakkan Telur pada Berbagai Warna Ovitrap di Laboratorium. BALABA. 2017;13(1):37-42.
18. Putri A. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk Dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Keberadaan Jentik Ae. Aegypti Di Kelurahan Benda Baru Kota Tanggerang Selatan. Tanggerang Selatan; 2015.
19. Faradillah Desniawati. Pelaksanaan 3M plus Terhadap Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Bulan Mei-Juni Tahun 2014. Jakarta; 2014.
20. Tamza RSD. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar LAmpung. J Kesehat Masy. 2013;2(2):31.
21. Respati YK, Keman S. Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jenis Aedes aegypti Hubungannya Dengan Kejadian DBD. J Kesehat Lingkung. 2007;3(2):107-118.
22. Artha AF, Martini, Hestiningsih R. Perbedaan Kerentanan Larva Ae. aegypti Daerah Endemis Tinggi dan Rendah Demam Berdarah Dengue Terhadap Larvasida ABATE 1 SG (TEMEPHOS 1%). J Kesehat Masy. 2012;1:2,3.
23. Yanti S AO, Boewono DT, Hestiningsih R. Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga terhadap Temephos (Organofosfat). Vektora. 2012;4(1):9-21.
24. Milana Salim, Lasbudi P. Ambarita, Yahya, Aprioza Yenni, Yanelza Supranelfy. Efektivitas Malathion Dalam Pengendalian Vektor DBD dan Uji Kerentanan Larva Aedes aegypti Terhadap Temephos di Kota Palembang. Bul Penelit Kesehat. 2011;39(1):10-21.
25. Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T. Status Resistensi Aedes aegypti ( Linn .) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta. Balaba. 2016;12(1):23-30.
26. Istiana, Heriyani F, Isnaini. Resistance status of Aedes aegypti larvae to temephos in West Banjarmasin. J Epidemiol dan Penyakit Bersumber Binatang. 2012;4(2):53-58.
27. Lauwrens FIJ, Wahongan GJ, Bernadus JB. Pengaruh Dosis Abate Terhadap Jumlah Populasi Jentik Nyamuk Aedes spp Di Kecamatan Malalayang Kota Manado. J e-Biomedik. 2014;2(1):1-5.
28. Pujiyanti A, Triratnawati A. Pengetahuan dan Pengalaman Ibu Rumah Tangga Atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Makara Kesehat. 2011;15(1):6-14.
29. Pujiyanti, Aryani dan Trapsilowati W. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kutowinangun, Salatiga. J Vektora. II:102-115.
30. Dewi DAL. Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Perekonomian Keluarga Studi Kasus di Desa Gunem Kabupaten Rembang. Bul Bisnis dan Manaj. 2015;1(1):38-45.
31. Masturoh I, Wn R, Dinata A, Yusmiadji D. Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan , Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat Effectiveness of Housewives Empowerment to Increase . :22-27.
29
LAMPIRAN
30
29
LAMPIRANA. Etik Penelitian
30
B. Ijin Penelitian
31
32
C. Form Pengumpulan Data
FORMKUESIONER
Pemanfaatan Temephos Terhadap Penurunan Kepadatan Jentik NyamukAedes Sp Di Kota Palu
I. PENGENALAN TEMPAT1. Puskesmas :
2. Kecamatan :
3. Kelurahan :
4. No Urut Sampel Banguna Fisik :
II. KETERANGAN RUMAH TANGGA1. Nama Kepala Rumah Tangga :
2. Jumlah Penghuni Bangunan Fisik :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
5. Usia Tahun
III. KETERANGAN RESPONDEN1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Pendidikan terakhir :
4. Usia Tahun
1. Apakah dirumah tangga ibu/bapak/sdr(i) menyimpan persediaan/stok abate dalam rumahtangga ?
a. YA,b. TIDAK, alasan ………
2. Apakah dalam rumah tangga ibu/bapak/sdr(i) menggunakan abate pada penampunganair?
a. YA, Lanjut ke pertanyaan selanjutnyab. TIDAK. Alasan………..
Lanjut ke pertanyaan 3 MNo. 8
33
3. Bagaimana cara penggunaan abate tersebut 1. Ya 2. Tidaka. Di taburkan.
Alasan…
b. Dibungkus kain.Alasan….
c. Dibungkus dengan sak obat/ kemasan abate dan dilubangi.Alasan….
d. Dibungkus dengan sak obat/kemasan abate tanpa dilubangi.Alasan….
4. Berapa rata-rata volume air pada penampungan ibu/bapak/sdr(i) ? ….. L5. Berapa banyak abate yang di pergunakan dalam penampungan tersebut?................Mg
6. Seberapa sering abate digunakan ditempat penampungan aira. Setiap saat setelah penampungan air dikurasb. < 3 bulan sekalic. > 3 bulan sekali
7. Siapa anggota keluarga yang berperan dalam menaburi abate di penampungan airibu/bapak/sdr(i) ?
a. Ayah, alasan ……b. Ibu, alasan …….c. Anak, alasan…….d. Anggota keluarga lainnya, alasan…….
8. Apakah rumah tangga melakukan kegiatan 3 M pada penampungan air di rumah?1. YA 2. Tidak
a. Menguras
b. Menutup
c. Mengubur
Jika tidak mengapa?
9. Apakah rumah tangga memelihara ikan pemakan jentik di penampungan air?a. Yab. Tidak
10. Harapan bapak/ibu/saudara(i) terhadap dinkes/PKM dalam upaya pengendalian jentik dirumah tangga
34
FORM JENTIK
I. PENGENALAN TEMPAT1. Puskesmas :
2. Kecamatan :
3. Kelurahan :
4. No Urut Sampel Banguna Fisik :
II. KETERANGAN RUMAH TANGGA1. Nama Kepala Rumah Tangga :
2. Jumlah Penghuni Bangunan Fisik :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
5. Usia Tahun
III. ENTOMOLOGI DBD
No JenisTPA
TPAPositif
Letak/
TempatBahan Warna Tertutup Sumber
AirVolumeAir (L) Jentik Pupa Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12.3.4.5.6.7.8.
9.10.11
35
KETERANGAN
Jenis TPA Letak/ Tempat Bahan Warna Tertutup Sumber Air Perkiraanvolume air Jentik Pupa Spesies
2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
01. Bak mandi02. Bak WC03. Drum04. Tempayan05. Ember06. Baskom / Loyang07. Ban bekas08. Gelas / botol09. Vas/ pot10. Kolam/aquarium11. Talang air12. Tempat minumhewan13. Saluran air14. PenampunganDispenser15.PenampunganKulkas16. Kaleng17.. Lainnya,sebutkan 1 yangdominan…………
1. Dalam rumah2. Luar rumah
01. Semen02. Tanah03. Plastik04. Kaca05. Keramik06. Logam07. Karet08. Batu09. Fiber10. Kayu
11. Bambu12. Daun
13. Styrofoam
1. gelap2. terang3. bening
1. Ya2. Tidak
1. PAM2. Sumur Pompa3. Sumur Terbuka4. Sungai/ danau5. Mata air6. Air hujan7. Air Isi Ulang
1. <1 lt2. 1- 20 lt3. >20 -100 liter4. >100 liter
1. YA2. Tidak
1. YA2. Tidak
1. Aedes aegypti2.Aedes albopictus3. Non Aedes
36
NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEKDAN FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMEDCONSENT)
Penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan di Indonesia sebanyak 129.650 kasus denganjumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan 50,75 per 100.000 pendudukdengan CFR/angka kematian 0,83%). Kasus DBD tahun 2015 di Kota Paluberjumlah 650 kasus dengan IR 168,5/100.000 penduduk.
Sasaran penelitian ini adalah rumah tangga di daerah endemis DBD. Penelitiandilaksanakan dengan survei jentik dan wawancara pada rumah tangga yang terpilih..Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui penggunaan abate di rumah tanggadan manfaatnya terhadap penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes Sp di Kota Palu.Hasil penelitian yang berupa data pemanfaatan abate dan kepadatan jentik yang dapatmenjadi acuan untuk kegiatan pencegahan dan pengendalian demam berdarah. Manfaatdari riset ini adalah diketahuinya pemanfaatan abate oleh rumah tangga dan kepadatanjentik Aedes sp yang nantinya dapat digunakan sebagai informasi pengendalian DBD dimasa yang akan datang.
Wawancara akan dan survey jentik dirumah bapak/ibu/sdr(i) akan menyita waktu30 menit. Sebagai tanda terima kasih akan diberikan imbalan berupa barang, yaitupembersih kamar mandi. Apabila kami menemukan jentik di tempat penampungan airbapak/ibu/sdr(i) maka akan kami ambil beberapa ekor dengan menggunakan pipet dandi masukan kedalam botol fial untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium
Partisipasi Bapak/Ibu/ Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaandan bila tidak berkenan dapat menolak, atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpasanksi apapun.Semua informasi dari Bapak/Ibu/ Saudara akan dijaga kerahasiaannya dan akandisimpan di Balai Litbang P2B2 Donggala dan hanya digunakan untuk pengembangankebijakan program kesehatan. Semua data tidak akan dihubungkan dengan identitasBapak/Ibu/ Saudara
Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda, andadapat menghubungi Ade Kurniawan, SKM (085242352696), Made Agus Nurjana, SKM.M.Epid (081341017423), Yuyun Srikandi, SKM (081326266168).
37
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera pada lembar penjelasan,dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan tentangpenelitian ini dengan anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, waktu dan prosedurpenelitian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya menyatakankeikutsertaan saya secara sukarela dalam penelitian ini.TANDA TANGAN
No Nama Alamat Tanda tangan
................................ 2017
Tim Penelitian(Pewawancara) Saksi,
…………………………………………… ……………………………………….
38
D. Hasil Analisis
Menggunakan abate * CI Crosstabulation
CI
TotalRendah Tinggi
menggunakan abate ya Count 25 14 39
% within menggunakan abate 64.1% 35.9% 100.0%
% of Total 12.5% 7.0% 19.5%
tidak Count 90 71 161
% within menggunakan abate 55.9% 44.1% 100.0%
% of Total 45.0% 35.5% 80.5%
Total Count 115 85 200
% within menggunakan abate 57.5% 42.5% 100.0%
% of Total 57.5% 42.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .864a 1 .353
Continuity Correctionb .561 1 .454
Likelihood Ratio .876 1 .349
Fisher's Exact Test .373 .228
Linear-by-Linear Association .860 1 .354
N of Valid Cases 200
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,58.
b. Computed only for a 2x2 table
39
cara penggunaan abate * CI Crosstabulation
CI
TotalRendah Tinggi
cara penggunaan abate 1 Count 25 13 38
% within cara penggunaan
abate
65.8% 34.2% 100.0%
% of Total 64.1% 33.3% 97.4%
2 Count 0 1 1
% within cara penggunaan
abate
.0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 2.6% 2.6%
Total Count 25 14 39
% within cara penggunaan
abate
64.1% 35.9% 100.0%
% of Total 64.1% 35.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.833a 1 .176
Continuity Correctionb .089 1 .766
Likelihood Ratio 2.096 1 .148
Fisher's Exact Test .359 .359
Linear-by-Linear Association 1.786 1 .181
N of Valid Cases 39
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36.
b. Computed only for a 2x2 table
40
dosis abate * CI Crosstabulation
CI
TotalRendah Tinggi
dosis abate sesuai Count 9 7 16
% within dosis abate 56.3% 43.8% 100.0%
% of Total 23.1% 17.9% 41.0%
tidak sesuai Count 16 7 23
% within dosis abate 69.6% 30.4% 100.0%
% of Total 41.0% 17.9% 59.0%
Total Count 25 14 39
% within dosis abate 64.1% 35.9% 100.0%
% of Total 64.1% 35.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .727a 1 .394
Continuity Correctionb .264 1 .608
Likelihood Ratio .723 1 .395
Fisher's Exact Test .503 .303
Linear-by-Linear Association .708 1 .400
N of Valid Cases 39
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,74.
b. Computed only for a 2x2 table
41
frekuensi penggunaan abate * CI Crosstabulation
CI
TotalRendah Tinggi
frekuensi penggunaan abate benar Count 24 14 38
% within frekuensi penggunaan
abate
63.2% 36.8% 100.0%
% of Total 61.5% 35.9% 97.4%
salah Count 1 0 1
% within frekuensi penggunaan
abate
100.0% .0% 100.0%
% of Total 2.6% .0% 2.6%
Total Count 25 14 39
% within frekuensi penggunaan
abate
64.1% 35.9% 100.0%
% of Total 64.1% 35.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .575a 1 .448
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .904 1 .342
Fisher's Exact Test 1.000 .641
Linear-by-Linear Association .560 1 .454
N of Valid Cases 39
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36.
b. Computed only for a 2x2 table
42
ART menambur abate * CI Crosstabulation
CI
TotalRendah Tinggi
ART menambur abate ayah Count 2 3 5
% within ART menambur abate 40.0% 60.0% 100.0%
% of Total 5.1% 7.7% 12.8%
ibu Count 23 11 34
% within ART menambur abate 67.6% 32.4% 100.0%
% of Total 59.0% 28.2% 87.2%
Total Count 25 14 39
% within ART menambur abate 64.1% 35.9% 100.0%
% of Total 64.1% 35.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.448a 1 .229
Continuity Correctionb .496 1 .481
Likelihood Ratio 1.384 1 .239
Fisher's Exact Test .329 .237
Linear-by-Linear Association 1.411 1 .235
N of Valid Cases 39
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,79.
b. Computed only for a 2x2 table
43
E. Foto Kegiatan
44
45
46
47