cover depan dan belakang - pusat pemanfaatan penginderaan...

86
2014 Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunung Gunung Gunung Gunung Api pi pi pi

Upload: buikhue

Post on 09-Sep-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

2014

Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh

LAPAN

Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungGunungGunungGunung AAAApipipipi

Page 2: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat

Daerah Terkena Bencana Erupsi Daerah Terkena Bencana Erupsi Daerah Terkena Bencana Erupsi Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiGunungapiGunungapiGunungapi

PROGRAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

BIDANG LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

(LAPAN) TAHUN ANGGARAN 2014

Page 3: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

ii Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi)

Disusun oleh:

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

(LAPAN)

Tim Penyusun:

Pengarah :

Dr. M. Rokhis Khomarudin, S.Si., M.Si.

Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Parwati, S.Si., M.Sc.

Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Peneliti:

Ir. Hidayat, M.T., Suwarsono, S.Si., M.Si.

Dr. Ir. Wiweka, M.T., Jalu Tejo Nugroho, S.Si., M.Si..

Editor, Penyunting, Desain, dan Layout:

Muhammad Priyatna, S.Si., MTI.

Jakarta, Desember 2014

Page 4: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan PengiPengembangan Model Pemanfaatan PengiPengembangan Model Pemanfaatan PengiPengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh nderaan Jauh nderaan Jauh nderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. dan salam sejahtera bagi kita semua. Berkat Rahmat Allah

S.W.T, maka laporan akhir tahun 2014 penelitian kami yang berjudul “Pengembangan

Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena

Bencana Erupsi Gunungapi)“ dapat diselesaikan dengan baik.

Harapan dari berbagai hasil kegiatan terkait dengan penelitian dan kajian pemanfaatan

penginderaan jauh untuk mendukung wahana memantau kondisi sumberdaya alam dan

lingkungan dengan menggunakan data penginderaan jauh di wilayah Indonesia yang telah

dan akan terus dilaksanakan di Satuan Kerja Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh,

LAPAN pada tahun berikutnya dapat terus terdokumentasi dengan baik dan dapat

dimanfaatkan kepada semua kalangan/pengguna.

Kami mengharapkan banyak masukan dari para narasumber untuk perbaikan laporan

penelitian ini, sehingga tujuan dan sasaran penelitian dapat tercapai sesuai dengan tugas

dan fungsi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN dalam menyelenggarakan

penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada

semua pihak, khususnya para peneliti dari Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Deputi

Penginderaan Jauh, dan para penelaah, yang telah berupaya keras untuk menyusun dan

menerbitkan laporan akhir ini.

Jakarta, Desember 2014

Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Page 5: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

iv Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

RINGKASAN (EXECUTIVE SUMMARY)

Penelitian ini telah memberikan hasil pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh

untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana, khususnya erupsi gunungapi, terutama sekali

dalam hal pemanfaatan data inderaja Landsat-8 LDCM yang baru saja diluncurkan di awal

tahun ini.

Kesimpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil kajian adalah metode change detection

dengan variabel nilai reflektansi, indeks dan suhu kecerahan dapat dipergunakan sebagai

dasar untuk deteksi daerah terkena erupsi gunungapi. Data citra Landsat-8 Band 5 (0.845 –

0.885 µm) merupakan band yang paling sensitif untuk deteksi semua tipe tutupan lahan

(hutan, semak belukar, lahan pertanian, dan juga lahan terbuka). Perubahan nilai reflektansi

dari semua tipe tutupan lahan (hutan, semak/belukar, lahan pertanian dan lahan terbuka)

menjadi deposit vulkanik (lava, lava debris, tephra, dan abu vulkanik) diindikasikan oleh

penurunan nilai reflektansi yang cukup besar pada band 5. Selain itu, variabel NDVI juga

memberikan hasil paling baik untuk deteksi dan pemisahan daerah yang terkena erupsi

gunungapi. Lebih lanjut, daerah yang tertutup oleh material produk erupsi gunungapi

memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya dan pola suhu yang

spesifik. Lava memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan lahar dan jatuhan abu vulkanik.

Sedangkan lahar sendiri memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jatuhan

abu vulkanik.

Rancangan untuk penyusunan guideline metode pemanfaatan data penginderaan jauh (jenis

Landsat-8) untuk deteksi daerah terkena erupsi gunungapi meliputi; 1) Input Data; 2) Proses;

dan 3) Output (Informasi); dan 4) Perhitungan tingkat akurasi. Input data adalah data proses

Landsat-8 periode sebelum dan pada saat/setelah erupsi. Parameter yang digunakan adalah

nilai reflektansi, indeks dan suhu kecerahan. Metode yang dapat diterapkan adalah metode

Change Detection dengan mengimplementasikan teknik pengambangan (thresholding).

Kesimpulan lainnya adalah bahwa model deteksi cepat daerah terkena bencana dapat

dijalankan dengan bantuan perangkat lunak ERDAS Imagine, ENVI, maupun Arc GIS.

Piranti lunak tersebut memiliki fitur untuk pengolahan citra secara cepat dan otomatis (fully

maupun semi-fully). ERDAS Imagine memiliki fitur Spatial Modeller, Arc GIS memiliki fitur

Modeller, sedangkan ENVI memiliki fitur IDL.

Page 6: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

v

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ii

KATA PENGANTAR iii

RINGKASAN iv

DAFTAR ISI v

BAB I. RANCANGAN PENELITIAN 1

Ringkasan Research Desain 1

Latar Belakang 1

Permasalahan 2

Tujuan dan Sasaran 3

Hasil Kegiatan 3

Metodologi 3

BAB II. STATE OF THE ART 8

BAB III. KAJIAN DATA LANDSAT-8 9

Karakteristik Teknis Satelit 9

Karaktreristik Spektral dan Spasial 10

Ketersediaan Data 11

Pengolahan Data Landsat-8 11

BAB IV. Deskripsi Gunung Api 14

Gunung Kelud 14

Gunung SInabung 31

BAB V. HASIL PENELITIAN (LANDSAT REFLEKTANSI) 41

Ringkasan Hasil 41

Data 41

Metode 41

Tahapan Pengolahan Data 42

Hasil 44

Kesimpulan 52

BAB VI. HASIL PENELITIAN (SUHU KECERAHAN) 55

Ringkasan Hasil 55

Data 55

Metode 56

Tahapan Pengolahan Data 56

Hasil 57

BAB VII. KAJIAN PERANGKAT LUNAK 61

Ketersediaan Perangkat Lunak 61

Kapasitas Perangkat Lunak 63

BAB VIII. REKOMENDASI PENYUSUNAN GUIDELINE 69

BAB IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 71

DAFTAR PUSTAKA 73

Page 7: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

1 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiBencana Erupsi GunungapiBencana Erupsi GunungapiBencana Erupsi Gunungapi

1

BAB I

RANCANGAN PENELITIAN

(RESEARCH DESIGN)

Ringkasan Research Design

Dalam konteks dukungan mitigasi bencana, teknologi sistem pengolahan data

inderaja sangat diperlukan dalam menghasilkan informasi daerah terkena bencana secara

efektif dan efisien. Model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemetaan cepat

daerah bencana erupsi gunungapi perlu dikembangkan dengan membangun sistem

pengolahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) menginventarisasi dan

mengindentifikasi metode deteksi cepat daerah yang terkena bencana erupsi gunungapi

menggunakan metode change detection maupun ekstraksi parameter fisis daerah bencana;

2) menyusun model yang dapat digunakan untuk pemetaan cepat daerah bencana baik yang

menggunakan metode change detection maupun ekstraksi parameter fisis daerah bencana,

dan ; 3) menyusun guide line pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan

bencana erupsi gunungapi. Metodologi penelitian ini dibagi menjadi 7 (tujuh) tahapan besar,

yaitu tahap kajian literatur, inventarisasi data, pengolahan data untuk penyusunan model,

verifikasi dan validasi, penyusunan pedoman, pelaporan, seta publikasi dan

seminar/workshop. Selain bermanfaat dalam memperkaya khasanah IPTEK penginderaan

jauh, sistem ini dapat dioperasionalisasikan untuk produksi informasi daerah terkena dampak

bencana erupsi gunungapi di dalam kegiatan berikutnya. Informasi daerah terkena dampak

bencana erupsi gunungapi tersebut sangat bermanfaat bagi pengguna, khususnya dalam

rangka mendukung upaya mitigasi bencana erupsi gunungapi. Para pengguna dapat berasal

dari kalangan instansi pemerintah (termasuk: BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan

Umum), Pemerintah Daerah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), akademisi,

maupun masyarakat umum.

Latar Belakang

Indonesia memiliki sekitar 129 gunungapi aktif yang berpotensi mengalami erupsi

dan menimbulkan bencana. Bencana yang berasal dari erupsi gunungapi dapat berasal dari

semburan lava pijar, jatuhan piroklastik, dan juga dari aliran lahar dingin. Kejadian besar

bencana erupsi gunungapi di akhir tahun 2013, yaitu erupsi Gunungapi Sinabung telah

menimbulkan dampak bencana yang nyata. Akibatnya, telah menelan korban jiwa manusia,

kerusakan permukiman, lahan pertanian, serta rusaknya infrastruktur. Tak terkecuali,

dampak kesehatan yang terjadi seperti ISPA yang diakibatkan oleh abu vulkanik yang

Page 8: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

2

terhirup oleh saluran pernapasan. Tak kurang kerugian secara ekonomis dapat mencapai

angka milyaran rupiah.

Mengingat dampak-dampak yang ditimbulkan oleh erupsi gunungapi tersebut maka

diperlukan suatu upaya mitigasi bencana. Sebagai negara yang sering terjadi bencana,

usaha-usaha pemerintah dan pemerintah untuk mengatasi bencana perlu dilakukan baik dari

sisi teknologi, peraturan perundangan maupun sisi pendekatan sosial budaya. Di tingkat

nasional, upaya penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh BNPB. Dalam upaya

penanggulangan bencana tersebut dibutuhkan peran serta instansi terkait sehingga terwujud

suatu pendekatan penanggulangan yang integral, terpadu, dan komprehensif.

Dalam upaya penanggulangan bencana, ilmu dan teknologi memainkan peranan

penting yang tidak bisa dilepaskan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

merupakan salah satu lembaga pemerintah yang juga ikut aktif berperan dalam upaya

penanggulangan bencana dengan kemampuan, sarana, dan prasarana yang dimilikinya.

Melalui PerKa No. 2 Tahun 2011 dalam struktur organisasinya terdapat Bidang Lingkungan

dan Mitigasi Bencana di bawah Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Bidang ini

mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan

jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana, serta melaksanakan penyiapan

bahan kerjasama teknis di bidangnya. Bidang ini memanfaatkan teknologi penginderaan jauh

(remote sensing) dalam upaya menjalankan tugasnya. Selain teknologi remote sensing

LAPAN juga telah mengembangkan teknologi penerbangan dan satelit dalam upaya

penanggulangan bencana.

Sudah banyak yang dilakukan untuk kegiatan penanggulangan bencana berbasis

data penginderaan jauh, namun hal yang sangat penting saat ini belum dilakukan adalah

pemetaan cepat daerah yang terkena bencana, khususnya yang diakibatkan oleh erupsi

gunungapi. Data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut karena

data ini memiliki historis yang baik dan memiliki resolusi spasial yang memadai. Untuk itu,

maka penelitian-penelitian untuk mengembangkan model pemetaan cepat sangat

diperlukan.

Permasalahan

Model pemanfaatan penginderaan jauh yang dilakukan oleh LAPAN untuk pemetaan

cepat daerah terkena bencana (rapid mapping), khususnya bencana erupsi gunungapi

sebagai respon cepat (quick response) masih belum dilakukan secara sistematis, standar,

dan otomatis. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menjawab permasalahan-

permasalahan tersebut, yang apabila dirumuskan adalah : model deteksi cepat daerah

Page 9: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

3 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

terkena bencana erupsi gunungapi berbasis teknologi inderaja manakah yang paling tepat

untuk dipergunakan?

Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan ini adalah:

1) Menginventarisasi dan mengindentifikasi metode deteksi cepat daerah yang terkena

bencana erupsi gunungapi menggunakan metode change detection maupun ekstraksi

parameter fisis daerah bencana.

2) Menyusun model yang dapat digunakan untuk pemetaan cepat daerah bencana baik

yang menggunakan metode change detection maupun ekstraksi parameter fisis daerah

bencana.

3) Menyusun guide line pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan

bencana erupsi gunungapi.

Sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1) Tersedianya review literatur terkait dengan metode deteksi cepat daerah yang terkena

bencana erupsi gunungapi.

2) Tersedianya rekomendasi model yang dapat digunakan dalam deteksi cepat daerah

terkena bencana erupsi gunungapi.

3) Tersedianya Guide line pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan

bencana erupsi gunungapi.

Hasil Kegiatan (Output)

Hasil kegiatan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

� Dokumen hasil review literatur terkait dengan metode deteksi cepat daerah yang

terkena bencana erupsi gunungapi.

� Dokumen teknis hasil kajian model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk

deteksi cepat daerah terkena bencana erupsi gunungapi serta rekomendasi model

yang paling sesuai untuk diaplikasikan.

� Guide line pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan bencana erupsi

gunungapi.

� Paper ilmiah

Metodologi

Secara garis besar metodologi penelitian ini dibagi menjadi 7 (tujuh) tahapan besar, yaitu

tahap kajian literatur, inventarisasi data, pengolahan data untuk penyusunan model,

Page 10: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

4

verifikasi dan validasi, penyusunan pedoman, pelaporan, seta publikasi dan

seminar/workshop.

1) Tahap Kajian Literatur

Tahap ini dilakukan untuk menginventarisasi dan mengindentifikasi metode deteksi cepat

daerah yang terkena bencana erupsi gunungapi baik yang menggunakan metode

metode ekstraksi parameter fisis daerah bencana serta change detection serta model

lainnya yang memungkinkan melalui kajian literatur. Pada tahap ini akan diketahui state

of the art dari perkembangan iptek pemanfaatan data penginderaan jauh untuk aplikasi

di bidang kegunungapian, khususnya untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana.

2) Tahap Inventarisasi Data

Data yang dipergunakan adalah citra inderaja optis, terutama citra Landsat, SPOT,

MODIS, NPP. Selain itu juga diupayakan untuk menggunakan citra SAR sebagai data

komplemen. Mengingat metode yang akan disusun adalah lebih pada change detection,

maka citra dipilih paling tidak 2 (dua) tanggal perekaman, yaitu yang mewakili periode

sebelum kejadian bencana dan pada saat atau setelah kejadian bencana.

3) Tahap Penyusunan Model

Hasil kajian literatur akan diperoleh model-model pemanfaatan data penginderaan jauh

untuk aplikasi di bidang kegunungapian, khususnya untuk pemetaan cepat daerah

terkena bencana yang nantinya akan dipilih yang paling memungkinkan dan

diujicobakan untuk kasus wilayah gunungapi terpilih.

4) Tahap Verifikasi dan Validasi untuk Uji Akurasi Model

� Model-model metode deteksi cepat yang telah diujicobakan kemudian diuji akurasinya

untuk mengetahui model manakah yang memberikan tingkat akurasi paling tinggi.

Sebagai data referensi untuk uji akurasi dipergunakan citra dengan resolusi lebih

tinggi dan didukung oleh data observasi lapangan.

� Selanjutnya, dilakukan penyusunan model yang dipilih dari metode yang paling

sesuai, yaitu yang memberikan tingkat akurasi paling tinggi dan dapat diaplikasikan

secara efektif dan efisien.

Page 11: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

5 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

5) Tahap Penyusunan Pedoman (Guideline)

� Penyusunan guideline pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi daerah

terkena bencana erupsi gunungapi dilakukan untuk menghadirkan dokumen yang

sistematis sebagai patokan dalam menjalankan sistem rapid mapping.

6) Tahap Pelaporan

Laporan kegiatan disusun secara lengkap, sistematis, singkat, padat, jelas, dan terinci

mengenai berbagai hal yang telah dilakukan sesuai dengan tahapan riset mulai dari

penyusunan model, penyusunan SOP, hasil-hasil seminar hingga prestasi publikasi

ilmiah yang telah akan dilakukan.

7) Tahap Publikasi dan Seminar Ilmiah / Workshop

Hasil kajian model-model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk aplikasi di bidang

kegunungapian, khususnya untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana beserta

dokumen guideline yang telah tersusun kemudian diseminarkan. Hasil-hasil seminar

diharapkan dapat diperoleh masukan-masukan dari kalangan peneliti, akademisi,

maupun praktisi demi perbaikan hasil penelitian. Hasil penelitian yang dianggap sudah

final kemudian disusun dalam format karya tulis ilmiah untuk publikasinya.

Selengkapnya, Gambar 1-1 memperlihatkan diagram alur kegiatan penelitian

pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemetaan cepat daerah

terkena bencana.

Page 12: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

6

Gambar 1-1. Diagram alur kegiatan penelitian pengembangan model pemanfaatan

penginderaan jauh untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

DATA

Sebelum Bencana

DATA

Pada Saat/Setelah Bencana

PREPROCESSING PREPROCESSING

EKSTRAKSI PARAMETER FISIS EKSTRAKSI PARAMETER FISIS

CHANGE DETECTION (∆X)

MODEL ∆X1 MODEL ∆X2 MODEL ∆X3 MODEL ∆X4 MODEL ∆X5 MODEL ∆Xn

UJI AKURASI MODEL

SELEKSI MODEL

RANCANG BANGUN SISTEM

RAPID MAPPING

INPUT PROSES OUTPUT

DATA ALAT SDM

PROTOTYPE

UJI COBA PROTOTYPE

SEMINAR/WORKSHOP

SISTEM RAPID MAPPING

PERBAIKAN PROTOTYPE

GUIDELINE PUBLIKASI (JURNAL)

YA

TIDAK

SURVEI LAPANGAN

DATA RESOLUSI TINGGI

ANCILLARY DATA

HARDWARE,SOFTWARE,ALGORITMA

Page 13: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

7 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Ringkasan hasil kegiatan yang diharapkan tercapai dan pengguna yang akan

memanfaatkan hasil penelitian/ perekayasan

Hasil Kegiatan Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk

Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi adalah terdefinisikannya

sistematisasi rapid mapping di semua komponen masukan, proses dan keluarannya. Bentuk

hasil penelitian ini adalah model pemetaan cepat daerah terkena bencana erupsi gunungapi

yang tepat dan dapat dioperasionalkan untuk produksi informasi daerah terkena dampak

bencana erupsi gunungapi di dalam kegiatan berikutnya. Informasi daerah terkena dampak

bencana erupsi gunungapi tersebut sangat bermanfaat bagi pengguna, khususnya dalam

rangka mendukung upaya mitigasi bencana erupsi gunungapi. Para pengguna dapat berasal

dari kalangan instansi pemerintah (termasuk: BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan

Umum), Pemerintah Daerah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), akademisi,

maupun masyarakat umum.

Page 14: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

8

BAB II

STATE of THE ART

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DI BIDANG KEGUNUNGAPIAN

Kegiatan pemanfaatan data penginderaan jauh di bidang kegunungapian yang dilakukan

oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah dirintis sejak awal tahun

2000-an. Hingga saat ini pemanfaatan data penginderaan jauh masih terus dilakukan

khususnya untuk upaya-upaya respon tanggap darurat bencana oleh Bidang Pemantauan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang saat ini telah berganti nama menjadi Bidang

Lingkungan dan Mitigasi Bencana.

Beberapa peneliti di LAPAN telah mempublikasikan karya tulis terkait pemanfaatan data

penginderaan jauh untuk aplikasi di bidang kegunungapian (Wikanti et al., 2004; Suwarsono

et al., 2005; Yulianto et al., 2012; Parwati et al., 2013). Penelitian-penelitian tersebut memuat

tema-tema yang satu sama lainnya terpisah sehingga masih belum terangkai ke dalam satu

bentuk yang integral dan dapat dioperasionalisasikan untuk tujuan penanggulangan

bencana. Di sisi lain, karena keterbatasan dari sisi waktu, kegiatan respon tanggap darurat

yang dilakukan lebih ke arah pemberian informasi secara visual yang lebih bersifat kualitatif

dan belum menerapkan secara penuh model-model standar yang dapat menjadi acuan bagi

pemanfaatannya secara lebih luas. Uraian singkat beberapa penelitian terdahulu

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan data Landsat-8 sebagai generasi terbaru dari seri

Landsat untuk deteksi cepat daerah terkena bencana erupsi gunungapi di Indonesia.

Penelitian dengan menggunakan jenis data ini untuk aplikasi deteksi daerah terkena

bencana erupsi gunungapi di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga

menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan riset dengan topik ini, dengan harapan akan

ditemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat baik dari sisi pengembangan sains inderaja

maupun dari sisi pemanfaatan praktisnya.

Page 15: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

9 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB III

KAJIAN DATA LANDSAT-8

3.1. Karakteristik Teknis Satelit

Satelit Landsat 8 atau LDCM (Landsat Data Continuity Mission) merupakan generasi

terbaru dari seri Satelit Landsat. Satelit ini tercipta atas kerjasama beberapa institusi Amerika

Serikat, yaitu: the National Aeronautics and Space Administration (NASA), United States of

Geological Survey (USGS)-Department of the Interior (DOI), Orbital Science Corp., Ball

Aerospace & Technology Corp., dan NASA Goddard Space Flight Center.

Satelit Landsat 8 diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013 dengan menggunakan

wahana roket Atlas-V di Vandenberg Air Force Base, California. Berat spacecraft (satelit)

2.071 kilogram, dimensi panjang 3 meter dengan diameter 2,4 meter. Kebutuhan power

berasal dari sebuah antena matahari (solar array) berdimensi 9 x 0,4 meter dan satu buah

baterai Nickel-Hydrogen (NiH2) 125 Ampere-Hour (Ahr). Transfer data secara Direct

Downlink dengan Solid State Recorders (SSR) dengan data rate 384 Mbps pada frekuensi

X-band serta 260,92 Mbps pada frekuensi S-band. Satelit ini didesain untuk minimum

berumur 5 tahun.

Orbit satelit sinkron matahari (Sun-synchronous) yang memungkinkan dapat

merekam seluruh daerah di permukaan bumi. Ketinggian orbit satelit 705 km, siklus orbit 233

dengan periode ulang 16 hari (setiap 16 hari akan berulang dan merekam daerah yang

sama) kecuali pada lintang tinggi di sekitar kutub. Satelit ini mampu melintasi satu putaran

bumi dalam waktu 98,9 menit dan memotong ekuator sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.

Sistem lintasan path/row menggunakan Worldwide Reference System-2 (WRS-2). Gambar

3-1 memperlihatkan Satelit Landsat 8 berada pada orbitnya di ketinggian 705 km dari

permukaan bumi. Sedangkan Gambar 3-2 memperlihatkan instalasi sensor OLI dan TIRS

pada spacecraft Landsat 8.

Gambar 3-1.

Satelit Landsat 8, generasi Landsat terbaru,

berada pada orbitnya di ketinggian 705 km

dari permukaan bumi.

(Sumber: NASA)

Page 16: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

10

Gambar 3-2.

Satelit Landsat 8, terpasang sensor OLI dan

TIRS. Sensor OLI diisolasi dengan warna

putih sedangkan sensor TIRS diisolasi

dengan warna kuning emas.

(Sumber: NASA)

3.2. Karakteristik Spektral dan Spasial

Keunggulan yang dimiliki Satelit Landsat 8 dibandingkan para pendahulunya adalah

muatan sensor yang dibawanya, yaitu terdiri dari sensor Operational Land Imager (OLI) dan

Thermal Infrared Sensor (TIRS). Sensor OLI terdiri dari sembilan kanal spectral dengan

resolusi spasial 30 m (15 m untuk kanal pankromatik) dengan lebar cakupan 185 km. Lebar

julat 10pectral sensor OLI merupakan penyempurnaan dari sensor ETM+ pada Satelit

Landsat 7, yaitu disempurnakan untuk menghindari fitur penyerapan atmosfer.

Dibandingkan dengan pendahulunya, Landsat 7 ETM+, perubahan paling besar

terdapat pada sensor OLI kanal 5 (0.845 – 0.885 µm). Perubahan ini ditujukan untuk

mengecualikan fitur penyerapan air pada panjang gelombang 0.825 µm di tengah dari kanal

inframerah dekat ETM+ kanal 4 (0.775 – 0.900 µm). Julat spektral pada kanal 8 sensor OLI

juga lebih sempit dibandingkan dengan ETM+. Ini ditujukan untuk menciptakan kontras yang

lebih besar antara daerah yang bervegetasi dengan lahan terbuka. Pada sensor OLI juga

ditambahkan dua kanal, yaitu kanal biru (kanal 1: 0.433 – 0.453 µm) dan kanal SWIR (kanal

9: 1.360 – 1.390 µm). Tambahan kanal 1 untuk pengamatan warna laut (ocean color) di

wilayah pesisir dan kanal 9 untuk mendeteksi awan cirrus.

Sensor Thermal Sensor Inframerah (TIRS) dipergunakan untuk mengukur suhu

permukaan tanah di dua band termal (band 10 dan 11). Sensor TIRS ditambahkan ke dalam

misi Satelit Landsat 8 untuk mendeteksi panjang gelombang panjang cahaya (inframerah

thermal) yang dipancarkan oleh bumi yang intensitasnya tergantung pada suhu permukaan.

Sensor TIRS yang dipasang pada Landsat 8 menggunakan Quantum Well Infrared

Photodetectors (QWIPs) yang sensitif terhadap dua kanal panjang gelombang inframerah,

yang membantu dalam memisahkan suhu dari permukaan bumi dan dari atmosfer.

Page 17: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

11 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Tabel 3-1. Karakteristik spektral sensor OLI dan TIRS pada Satelit Landsat 8

Sensor No Kanal

Nama Spektrum

Julat Spektral

Resolusi spasial

OLI

1 Visible 0.433 – 0.453 30 m

2 Visible 0.450 – 0.515 30 m

3 Visible 0.525 – 0.600 30 m

4 Visible 0.630 – 0.680 30 m

5 NIR 0.845 – 0.885 30 m

6 SWIR 1 1.560 – 1.660 30 m

7 SWIR 2 2.100 – 2.300 30 m

8 Panchromatic

(PAN)

0.500 – 0.680 15 m

9 Cirrus 1.360 – 1.390 15 m

TIRS 10 TIRS 1 10.6 – 11.19 100 m

11 TIRS 2 11.5 – 12.51 100 m

Sumber : USGS

3.3. Ketersediaan Data

Data citra Landsat 8 baik OLI maupun TIRS dapat diperoleh dari Pusat Teknologi dan

Data Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sejak

pertengahan tahun 2013, LAPAN mengoperasikan stasiun bumi (Ground Station) yang

mampu mengakuisisi data Landsat 8. Sifat data adalah free of charge (dapat diperoleh

secara gratis). Permintaan data dapat dilakukan secara langsung dengan mengajukan

permohonan tertulis yang ditujukan kepada: Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan

Jauh LAPAN, alamat : Jl. LAPAN No.70, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Selain

melalui LAPAN, data dapat juga diakses melalui alamat website USGS berikut:

http://www.glovis.usgs.gov maupun http://www.earthexplorer.usgs.gov. Untuk memperoleh

data pada kedua alamat web tersebut perlu melakukan registrasi terlebih dahulu dengan

tanpa biaya.

3.4. Pengolahan Data Landsat-8

Standar produk Landsat-8 produk yang disediakan oleh USGS EROS Center terdiri

dari data Digital Number terkuantisasi dan terkalibrasi skala Numbers Digital (DN) yang

mewakili data citra multispektral yang diakuisi oleh kedua sensor baik Operasional Land

Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS).

Produk ini dibuat dalam format 16-bit unsigned integer dan dapat diskalakan dalam

reflektansi Top Of Atmosphere (TOA) dan/atau radian menggunakan menggunakan

koefisien rescaling radiometrik yang disediakan dalam file metadata produk (file MTL). File

Page 18: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

12

MTL juga berisi konstanta termal yang diperlukan untuk mengkonversi data TIRS ke suhu

kecerahan (brightness temperature).

3.4.1. Konversi DN ke Radiance

Data OLI dan TIRS dapat dikonversi ke TOA spectral radiance menggunakan faktor

skala yang disediakan di dalam file metadata, dengan persamaan sebagai berikut:

Lλ = MLQcal + AL ........................................................................ (3-1)

Dimana :

Lλ : TOA spectral radiance (Watts/( m2 * srad * µm))

ML : Band-specific multiplicative rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (RADIANCE_MULT_BAND_x, dimana x adalah nomor

band)

AL : Band-specific additive rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (RADIANCE_ADD_BAND_x, dimana x adalah nomor

band)

Qcal : Quantized and calibrated standard product pixel values (DN)

3.4.2. Konversi DN ke Radiance

Data OLI dapat juga dikonversi ke TOA planetary reflectance menggunakan faktor

skala yang disediakan di dalam file metadata (MTL file), dengan persamaan sebagai berikut:

ρλ' = MρQcal + Aρ ........................................................................ (3-2)

Dimana :

ρλ' : TOA planetary reflectance, tanpa koreksi solar angle. Catatan

bahwa ρλ' tidak memuat koreksi sun angle.

Mρ : Band-specific multiplicative rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (REFLECTANCE_MULT_BAND_x, dimana x adalah

nomor band)

Aρ : Band-specific additive rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (REFLECTANCE_ADD_BAND_x, dimana x adalah nomor

band)

Qcal : Quantized and calibrated standard product pixel values (DN)

TOA reflectance dengan koreksi sun-angle, dihitung dengan persamaan sebagai

berikut:

Page 19: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

13 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

ρλ =

ρλ'

=

ρλ'

cos(θSZ) sin(θSE)

........................................................................ (3-3)

Dimana :

ρλ : TOA planetary reflectance.

θSE : Local sun elevation angle. Sun elevation angle di pusat scene citra

dalam derajat in degrees disediakan di file metadata

(SUN_ELEVATION).

θSZ : Local solar zenith angle; θSZ = 90° - θSE

Untuk perhitungan reflektansi yang lebih akurat, per pixel solar angle dapat digunakan

sebagai pengganti dari Sun elevation angle di pusat scene citra, tapi data sudut zenith

matahari per pixel saat ini tidak disediakan dengan produk Landsat-8.

3.4.3. Konversi ke Brightness Temperature

Data TIRS dapat juga dikonversi dari spectral radiance ke Brightness Temperature

dengan menggunakan konstanta termal yang disediakan di dalam file metadata (MTL file),

dengan persamaan sebagai berikut:

T =

K2

ln(

K1

+1)

........................................................................ (3-4)

Dimana :

T : brightness temperature pada satelit (K)

Lλ TOA spectral radiance (Watts/( m2 * srad * µm))

K1 : Band-specific thermal conversion constant yang diperoleh dari file

metadata (K1_CONSTANT_BAND_x, dimana x adalah nomor band,

10 or 11)

K2 : Band-specific thermal conversion constant yang diperoleh dari file

metadata (K2_CONSTANT_BAND_x, dimana x adalah nomor band,

10 or 11)

Page 20: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

14

BAB IV

DESKRIPSI GUNUNGAPI (DAERAH PENELITIAN)

Uraian deskripsi daerah penelitian (G. Kelud dan G. Sinabung) meliputi deskripsi

umum, geologi, sejarah letusan, geofisika, deformasi, geokimia, mitigasi bencana, serta

kawasan rawan bencana. Uraian ini bersumber dari Data Dasar Gunungapi yang diambil dari

alamat situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi).

3.5. Gunungapi Kelud

4.1.1. Deskripsi Umum

Secara administrasi, wilayah G. Kelud berada di tiga kabupaten, yaitu Kab. Kediri,

Kab. Blitar dan Kab. Malang Provinsi Jawa Timur. Kota Kediri merupakan kota terdekat.

Koordinat puncak berada pada posisi 7°56’00’’ LS / 112°18’30’’ BT. Ketinggian puncak 1.731

m dpl dan ketinggian kawah 1113,9 m (Hadikusumo, 1960). Tipe gunungapi strato. Pos

pengamatan berada di Desa Margomulyo, Kecamatan Wates, Kediri yang terletak pada

koordinat 8°55’40,14’’ LS / 112°14’45,48’’ BT dan ketinggian 675 m dpl. Gambar 4-1

menunjukkan lokasi G.Kelud.

Gambar 4-1. Lokasi G. Kelud

4.1.2. Geologi

G. Kelud (1731 m) merupakan produk dari proses tumbukan antara lempeng Indo-Australia

yang menunjam ke bawah lempeng Asia tepatnya di sebelah selatan Jawa. Sebagai

Page 21: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

15 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

gunungapi muda yang tumbuh pada zaman Kwarter Muda (Holosen), G.Kelud merupakan

salah satu gunungapi dalam deretan gunungapi yang tumbuh dan berkembang di dalam Sub

Zona Blitar dari Zona Solo, yang dimulai dari daerah bagian selatan Jawa bagian tengah

(G.Lawu) hingga Jawa bagian timur (G.Raung), yang dibatasi gawir sesar Pegunungan

Selatan. Perkembangan gunungapi muda ini sangat terbatas, hal ini nampak dari kerucut

gunungapi yang rendah, puncak tidak teratur, tajam dan terjal.

Keadaan puncak – puncak tersebut disebabkan oleh sifat letusannya yang sangat merusak

(eksplosif) yang disertai dengan pertumbuhan sumbat- sumbat lava seperti puncak Sumbing,

Gajahmungkur dan puncak Kelud.

Secara morfologi, G.Kelud dapat dibedakan menjadi 5 satuan morfologi (A.Djumarma,1991)

yaitu : Satuan morfologi Puncak dan Kawah ; Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi; Satuan

Morfologi Kerucut Samping; Satuan Morfologi Kaki dan Dataran serta Satuan Morfologi

Pegunungan sekitar.

Satuan Morfologi Puncak dan kawah mempunyai ketinggian diatas 1000 m dpl tersusun oleh

aliran lava, kubah lava, dan batuan piriklastik; bentuk morfologi tidak teratur, bukit –bukit

kecil dengan tebing curam dengan kemiringan lereng lebih besar dari 40°, serta pola aliran

yang ada pada satuan morfologi ini adalah pola aliran radial.

Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi terletak pada ketinggian antara 600 – 1000 m dpl,

tersusun atas batuan piroklastik aliran, jatuhan dan endapan lahar. Kemiringan lereng antara

(5 – 20)°, serta pola aliran yang berkembang adalah pola radial – paralel.

Satuan Morfologi Kerucut Samping yang terdiri dari bukit Umbuk (1014 m) di sebelah barat

daya, bukit Pisang (865 m) di sebelah selatan dan bukit Kramasan (944 m) disebelah

tenggara lereng G.Kelud. Satuan ini tersusun oleh aliran lava, piroklastik aliran dan kubah

lava. Satuan morfologi ini mempunyai kemiringan lereng lebih besar dari 20°.

Satuan Morfologi Kaki dan Dataran mempunyai ketinggian kurang dari 600 m dpl,

kemiringan lereng kurang dari 5° dan pola alirannya parallel – braided, litologi penyusunnya

terdiri dari endapan lahar dan piroklastik jatuhan.

4.1.3. Sejarah Letusan

Sejarah aktivitas G.Kelud yang tercatat sejak tahun 1000 hingga 2014. Tanggal 10

September 2007, pukul 19.00-24.00 WIB tercatat Gempa Vulkanik Dalam (VA) 15 kali

kejadian dengan pusat gempa berada pada kedalaman 0,5 – 5 km. Tanggal 11 September

2007, pukul 00.00-12.00 WIB tercatat Gempa Vulkanik Dalam (VA) 1 (satu) kali, Low

frequensi 1 (satu) kali, Gempa Tremor 1 (satu) kali dengan amplituda maksimum 1 – 5 mm.

Page 22: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

16

Pada tanggal 11 September 2007 ; pukul 23:00 status G. Kelud dinaikan dari Normal ke

Waspada. Aktivitas kegempaan yang terus meningkat, data deformasi EDM dan Tiltmeter

menunjukkan inflasi dan data kimia juga menunjukkan adanya kenaikan suhu danau kawah

yang signifikan (Rosadi dkk, 2007), maka pada tanggal 29 September 2007 status aktivitas

dinaikkan menjadi Siaga (Level III). Tanggal 16 Oktober 2007, pukul 10:00 WIB hingga

17:00 WIB terekam 306 kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB) yang merupakan proses

terjadinya rekahan batuan secara progresif oleh fluida (magma, gas atau uap) menuju

permukaan, maka pada tanggal 16 Oktober 2007 status dinaikkan menjadi Awas (Level IV),

ketika terekam sekitar 500 gempa Vulkanik Dangkal (VB). Setelah peningkatan aktivitas

yang cukup signifikan pada tanggal 16 Oktober 2007, aktivitas kegempaan G. Kelud

cenderung menurun. Tanggal 24 Oktober 2007 kembali terekam gempa Vulkanik Dalam

(VA) dan Vulkanik Dangkal (VB) dalam jumlah yang signifikan. Keadaan ini berlangsung

sampai tanggal 31 Oktober 2007. Puncak krisis terjadi pada tanggal 3 Nopember 2007,

Keesokan harinya, pada tanggal 4 Nopember 2007, teramati munculnya kubah lava di

tengah danau kawah, yang menandakan fase letusan G. Kelud telah terjadi dan bersifat

efusif. Sifat letusan efusif ini berbeda dengan karakter letusan sebelumnya, pada tahun

1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990 yang bersifat eksplosif.

Letusan terkini (Februari 2014) dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990.[13]

meskipun

hanya berlangsung tidak lebih daripada dua hari dan memakan 4 korban jiwa akibat

peristiwa ikutan, bukan akibat langsung letusan. Peningkatan aktivitas sudah dideteksi di

akhir tahun 2013. Namun demikian, situasi kembali tenang. Baru kemudian diumumkan

peningkatan status dari Normal menjadi Waspada sejak tanggal 2 Februari 2014.

Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian

pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV),

sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu

kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif).

Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu

berupa aliran magma) menyebabkan hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di

wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal

aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah Kecamatan Wates dijadikan

tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah

lava, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi

(PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta (berjarak

200 km dari pusat letusan), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.

Page 23: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

17 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Ada tiga macam ciri letusan yaitu :

a. Letusan semi magmatik merupakan letusan freatik yang terjadi akibat penguapan air

danau kawah yang merembes melalui rekahan pada dasar kawah yang secara

serentak kemudian dihembuskan ke atas permukaan. Jenis letusan ini umumnya

mengawali aktivitas gunung Kelud terutama memicu terjadinya letusan magmatik.

b. Letusan magmatik merupakan letusan yang menghasilkan rempah- rempah gunungapi

baru berupa lava, jatuhan piroklastik, dan aliran piroklastik. Letusan magmatik yang

terjadi umumnya bersifat eksplosif yang dipengaruhi penambahan kandungan gas

vulkanik disertai meningkatnya energi letusan terutama energi panas.

c. Erupsi efusif, magma mengalir ke permukaan, dapat membentuk kubah lava atau

mengalir ke lereng.

4.1.4. Geofisika

Seismik

Pada kondisi aktif normal, di G. Kelud rata-rata tercatat sekitar 2 gempabumi vulkanik tiap

bulan. Pada tanggal 10 September 2007, terekam 13 gempabumi vulkanik dalam,

sedangkan 11 September 2007 terekam 3 gempabumi vulkanik dalam. Pada tanggal 11

September 2007 ; Sebaran hiposenter gempa-gempa vulkanik G. Kelud adalah sebagai

berikut:

Gambar 4-2.

Sebaran hiposenter gempabumi vulkanik

G.Kelud pada status Waspada.

Page 24: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

18

Gambar 4-3.

Sebaran hiposenter gempabumi vulkanik

G.Kelud pada status Siaga.

Gambar 4-4.

Sebaran hiposenter gempabumi vulkanik

G.Kelud pada status Awas.

Gambar 4-5.

Sebaran hiposenter gempabumi vulkanik

G.Kelud hingga tanggal 29 Oktober 2007.

Pada tanggal 26, 27, 28 dan 29 September 2007, terjadi lagi serangkaian gempabumi

Vulkanik-Dalam, maka status G. Kelud dinaikan dari Waspada ke Siaga. Tanggal 16 Oktober

Page 25: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

19 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

2007, pukul 10:00 WIB mulai terekam gempabumi Vulkanik-Dangkal, hingga pukul 17:00

WIB terekam 306 gempa Vulkanik Dangkal. gambar berikut adalah sebaran hiposenter

gempabumi Vulkanik-Dangkal yang terekam pada 16 -17 Oktober 2007.

Masa krisis kegempaan dimulai pada 1 Nopember 2007, dan sejak 2 Nopember 2007 pukul

11:07 WIB, alat seismograf merekam gempa tremor vulkanik menerus yang merupakan

aktivitas dangkal dari proses bergeraknya magma ke permukaan. Tremor vulkanik mencapai

puncaknya dengan energi maksimum yang ditengarai dengan magnituda “over scale” pada

pukul 16:00 hingga berlangsung sekitar 40 menit pada tanggal 3 Nopember 2007.

Gaya Berat

Studi pendahuluan penyelidikan medan gravitasi di G. Kelud pernah dilakukan pada tahun

1987, diperoleh harga rapat massa (r) Bouguer 2,6 gr/cm3 (Wimpy dkk, 1987). Pada

Agustus 1999 dilakukan pemetaan gayaberat yang lebih rinci oleh BPPTK Yogyakarta

dengan cakupan area sekitar (20x20) km2 . Dari selisih hasil pengukuran gayaberat

mikro/mikrograviti dengan survei sebelum letusan, yaitu data BPPTK-UGM tahun 2000, pada

beberapa titik ukur ditunjukan pada tabel 1 dan 2. Survei pengukuran April 2008 telah

melakukan sekitar 27 titik pengukuran gayaberat dan GPS. Namun data-data yang sudah

diolah menunjukan hanya 6 titik ukur saja yang kira-kira mewakili titik-titik ukur berlokasi

sama antara survei gayaberat tahun 2000 dan 2008.

Anomali data gayaberat sebesar ~ 20 µgal (± 20 µgal) pada titik ukur sejauh ± 2 km dari

kubah lava adalah sangat kecil kemungkinannya bila hanya diakibatkan oleh massa kubah

lava baru yang muncul ke permukaan. Perhitungan kasar efek gayaberat akibat magma

yang terletak di bawah kawah puncak untuk titik ukur berjarak 2 km dari kubah lava adalah ~

18 µgal (diasumsikan tidak ada variasi level muka air tanah). Dari hasil pemodelan 3-D

mikrograviti G. Kelud kemungkinan suplai magma sampai kedalaman 5 atau 10 km.

Dari selisih hasil pengukuran gayaberat mikro/mikrograviti dengan survei sebelum letusan,

yaitu data BPPTK-UGM tahun 2000, pada beberapa titik ukur ditunjukan pada tabel 1 dan 2.

Survei pengukuran April 2008 telah melakukan sekitar 27 titik pengukuran gayaberat dan

GPS. Namun data-data yang sudah diolah menunjukan hanya 6 titik ukur saja yang kira-kira

mewakili titik-titik ukur berlokasi sama antara survei gayaberat tahun 2000 dan 2008.

Anomali data gayaberat sebesar ~ 20 µgal (± 20 µgal) pada titik ukur sejauh ± 2 km dari

kubah lava adalah sangat kecil kemungkinannya bila hanya diakibatkan oleh massa kubah

lava baru yang muncul ke permukaan. Perhitungan kasar efek gayaberat akibat magma

yang terletak di bawah kawah puncak untuk titik ukur berjarak 2 km dari kubah lava adalah ~

Page 26: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

20

18 µgal (diasumsikan tidak ada variasi level muka air tanah). Dari hasil pemodelan 3-D

mikrograviti G. Kelud kemungkinan suplai magma sampai kedalaman 5 atau 10 km.

Gambar 4-6.

Pemodelan 3-D variasi mikrograviti

G.Kelud berdasarkan data tahun 2000

dan 2008.

Gambar 4-7.

Peta anomali Bouguer G.Kelud dan

sekitarnya. Titik (0,0): Pos PGA G.Kelud.

Jarak pada sumbu X dan Y x 10-1

km.

Garis melintang biru: error input data

(belum terkoreksi).

4.1.5. Deformasi

Pemantauan deformasi di G. Kelud dilakukan dengan memasang 2 stasion tiltmeter di G.

Sumbing dan G. Lirang. Pengiriman data dilakukan secara telemetri dengan menggunakan

radio pancar dari tiap stasion ke Pos Pengamatan G. Kelud. Hasil pengukuran deformasi

tiltmeter di stasion G. Lirang menunjukkan terjadi inflasi yang tajam sejak 3 Nopember 2007

pukul 17:42 WIB pada komponen tangensial maupun radial. Sejak 6 Nopember 2007 hasil

pengukuran deformasi tiltmeter di stasion G. Sumbing menunjukkan komponen radial

mengalami deflasi dan komponen tangensial datar.

Pengukuran GPS di G. Kelud secara episodik sejak tahun 1998 dilakukan terhadap 8 titik

GPS yang diletakan disekitar tubuh gunungapi dan 1 titik kontrol yang diletakan di Pos

Pengamatan Gunung Kelud. Dari 8 titik ukur yang ada, 2 diantarnya sudah hilang dan pada

pengukuran April 2008 dilakukan penggantian titik ukur yang hilang dan penambahan titik

Page 27: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

21 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

ukur GPS baru sebanyak 8 titik ukur tersebar di sekitar puncak G. Kelud. Titik pengukuran

GPS seluruhnya terdiri dari 17 titik dengan radius 0,5 sampai 6 km dari pusat kegiatan saat

ini (Danau Kawah G. Kelud). Dari 17 titik pengukuran, 7 diantaranya merupakan titik ukur

lama yang telah dilakukan pengukuran terakhir pada Pebruari 2008.

Dari hasil pemantauan deformasi sejak tanggal 6 Nopember 2007 menunjukkan bahwa

proses miringnya Danau Kawah G. Kelud melambat menuju keseimbangan. Pengukuran

deformasi tubuh gunungapi merupakan metoda pemantauan yang berbasis waktu panjang.

Deformasi terjadi secara perlahan sesuai dengan perkembangan distribusi tekanan di dalam

gunung. Untuk mengintensifkan pengukuran deformasi, sejak tahun 1995 telah dilakukan

usaha mengembangkan penggunaan metoda baru untuk pemantauan G. Kelud.

Gambar 4-8. Grafik tiltimeter Oktober-Nopember 2007.

4.1.6. Geokimia

Kimia batuan

Jenis batuan G. Kelud adalah “Calk –alkaline” dengan komposisi dari medium Kbasalt

sampai dengan medium K-andesit. Sesuai dengan perioda letusannya batuan G.Kelud dapat

dibagi menjadi 3 yaitu batuan Kelud 1, Kelud 2 dan Kelud 3. Batuan Kelud 1 merupakan

batuan yang berasal dari letusan kawah Lirang dan Gajahmungkur yang berumur lebih tua

dari 100.000; Batuan Kelud 2 merupakan batuan yang berasal dari letusan kawah Tumpak,

Sumbing 1 dan Sumbing 2 yang berumur antara 100.000 – 40.000; Batuan Kelud 3 adalah

batuan yang berasal dari letusan kawah Dargo, upit,Badak 1 dan 2 swerta kawah Kelud

yang berumur kurang dari 40.000. Batuan Kelud 1 berkomposisi dari basalt – andesit, Kelud

2 berkomposisi basaltik andesit dan Kelud 3 berkomposisi dari basalt – basaltik andesit.

Page 28: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

22

Hasil sayatan tipis batuan G. Kelud (kubah lava 2007) menunjukkan tekstur porfiritik dan

glomeroporfiritik, vesikuler, berbutir halus hingga berukuran 2,3 mm.

Gambar 4-9. Sayatan tipis batuan Andesitis G.Kelud.

Kimia Air

Air Kawah Kelud sebelum letusan letusan 2007, mempunyai tingkat keasaman yang netral

sebagaimana air biasa, yaitu pH skitar 6,5. Namun demikian karena percampurannya

dengan gas-gas vulkanik dari dasar kawah, air itu mengandung Silika tinggi yaitu sekitar 95

ppm dan kadar belerang 550 ppm. Ciri utama air kawah Kelud ialah kandungan

bikarbonatnya cukup tinggi yaitu sekitar 530 ppm.

Letusan G. Kelud pada tanggal 03 November 2007 di awali oleh perubahan warna air danau

yang mulai teramati sejak pertengahan Agustus 2007. Hasil pengukuran fluks gas CO2 yang

keluar dari air danau kawah selama bulan Agustus 2007 meningkat dari 50 ton/hari hingga

333 ton/hari dan pada awal September fluks gas CO2 mencapai 500 ton/hari.

Tabel 4-1. Komposisi kimiawi air kawah G.Kelud dan air sungai di sekitarnya. Hasil survei

tahun 1999 dalam ppm, DHL=Daya Hantar Listrik (mmho/cm)

Page 29: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

23 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Tabel 4-2. Perubahan temporal suhu, pH dan kimia air danau kawah (6 Oktober 1989 – 15

Januari 1990 dan (20 Agustus 2007 – 11 November 2007).

Tabel 4-3. Perubahan temporal rasio unsur-unsur kimia air danau kawah

(6 Oktober 1989 – 15 Januari 1990 dan (20 Agustus 2007 – 11 November 2007).

Page 30: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

24

Kimia Gas

Konsentrasi gas CO2 yang tinggi tersebut juga karena gelembung gas sampai di udara,

gelembung gas akan bercampur dengan udara dan konsentrasi CO2 menjadi cukup rendah

sehingga efeknya tidak terasa. Sebagai contoh selama melakukanpengambilan contoh

gelembung gas (dan selama survei batimetri), petugas tidak merasakan adanya gejala

keracunan gas CO2, misalnyakepala pusing atau mata berkunang-kunang. Pemantauan gas

dilakukan dengan cara pengukuran fluks gas CO2 yang keluar dari permukaan danau kawah

guna mengestimasi kuantitas gas CO2 yang dihasilkan oleh proses pelepasan gas magma

(degassing) dalam satu hari. Pada kondisi aktif normal fluks gas CO2 berkisar di bawah 50

ton /hari, namun pada pengukuran di awal Agustus 2007 fluks gas CO2 meningkat hingga

mencapai 333 ton/hari. Kemudian pada pengukuran di awal September 2007, fluks gas CO2

masih menunjukkan peningkatan hingga mencapai angka di atas 500 ton/hari. Sedangkan

pengukuran pada pertengahan September 2007 menunjukkan penurunan fluks gas CO2

menjadi 344 ton/hari.

Tabel 4-4. Komposisi kimia gelembung gas kawah Kelud dari hasil survei 1999

Page 31: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

25 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Gambar 4-10. Peta sebaran fluks CO2 G.Kelud, pengukuran tanggal 30 Juli – 2 Agustus

2007.

4.1.7. Mitigasi Bencana Gunungapi

Untuk mengantisipasi sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan oleh letusan

G.Kelud, maka telah dilakukan usaha penanggulangan bahaya baik sebelum, selama

berlangsung dan sesudah letusan. Kegiatan usaha penanggulangan bahaya sebelum

kejadian letusan antara lain adalah : pemantauan aktivitas gunung secara menerus dan

terpadu baik secara visual ataupun non visual dengan bermacam- macam metoda geofisika .

Visual

Pemantauan sehari–hari G.Kelud dipusatkan di Pos Pengamatan Margomulyo, meliputi

pemantauan visual dari warna, ketebalan dan tinggi asap solfatara dan cuaca di sekitar

puncak. Disamping itu pula dilakukan pengamatan langsung ke kawah meliputi pengukuran

suhu air dan pengamatan perubahan warna air G. Kelud serta pengamatan pergeseran

gelembung-gelembung gas yang muncul yang dapat diamati pada permukaan air kawah.

Selain secara visual pemantauan G. Kelud juga dilakukan dengan metoda seismisitas atau

kegempaan.

Seismik

Pemantauan kegempaan G. Kelud dimulai sejak dibangunnya Pos Pengamatan permanen

akhir tahun 1925, dengan dipasangnya sebuah seismograf Wiechert komponen vertikal.

Pada tahun 1987 mulai diperkenalkan seismograf Kinemetics PS-2 dengan sistem telemetri

radio. Sejak April 2007 telah dipasang tiga stasion tambahan. Sehingga dengan adanya 4

empat stasion seismometer

Page 32: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

26

4.1.8. Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

Berdasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kelud

dapat dibagi menjadi tiga tingkat kerawanan, yakni: Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III),

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), dan Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I).

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III)

Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan yang selalu terlanda lahar letusan,

awan panas, bahan lontaran batu pijar, gas beracun, dan kemungkinan aliran lava.

Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa mendatang lebih

besar dari letusan 1990 atau terjadi percampuran magma (magma mixing) sehingga terjadi

letusan hebat yang banyak merubah morfologi G. Kelud secara drastis. KRB-III ini meliputi

areal seluas 14, 36 km2 (1.436 ha).

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa

Daerah yang kemungkinan besar berpotensi terlanda oleh produk erupsi akan datang,

adalah lereng atas bagian barat dan baratdaya dengan jarak tidak lebih dari 5 km dari pusat

letusan. Sebaliknya sebaran ke arah lain dikontrol oleh adanya morfologi di sekitar puncak,

seperti G. Gajahmungkur (+1455 m), G. Kelud (+1731 m), dan G. Umbuk (+1014 m).

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran Batu (pijar)

Berdasarkan letusan terdahulu, bahan lontaran produk G. Kelud mencapai 2 km untuk

berukuran bom vulkanik, dan berjarak hingga 10 km dari pusat letusan untuk fragmen batuan

berukuran kurang dari 2 cm. Daerah yang sering terlanda lontaran batu (pijar) adalah sektor

barat.

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan

panas, lahar letusan, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava dan lahar

letusan.

b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu

(pijar), hujan abu lebat.

Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa datang lebih

besar dari letusan 1990 atau terjadi percampuran magma (magma mixing) sehingga terjadi

letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Kelud secara drastis. Luas

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) ini diprediksi mencakup areal seluas 91,8 km2 (9.180

ha).

Page 33: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

27 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa

Data geologi dan sejarah kegiatan masa lalu menunjukkan, bahwa produk letusan G. Kelud

banyak didominasi oleh aliran piroklastik (awan panas) dan lahar panas (lahar letusan),

bahkan hingga letusan magmatik terakhir (1990) masih didominasi aliran piroklastik (awan

panas) dan jatuhan piroklastik yang terutama menghancurkan dan menutup lereng barat dan

baratdaya G. Kelud. Sementara lahar hujan dialirkan melalui K. Bladak (sungai besar yang

mengalir ke arah baratdaya).

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran dan Hujan Abu Lebat

Material lontaran adalah semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke semua arah pada

saat terjadi letusan berupa bom vulkanik (kerak roti) yang berasal dari magma dan pecahan

batuan tua (fragmen litik). Bahan lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah tiupan angin saat

terjadi letusan, karena berukuran besar.

Berdasarkan data geologi, morfologi dan pengamatan di lapangan, daerah-daerah yang

diperkirakan dapat terkena material lontaran (bom gunungapi, pecahan lava), hujan lumpur

(panas) dan fragmen batuan lainnya serta hujan abu lebat diperkirakan meliputi kawasan

hingga radius 5 km dari pusat erupsi.

Berdasarkan letusan terdahulu, bahan lontaran produk G. Kelud umumnya mencapai 5 km

untuk ukuran >2 cm hingga ukuran bom vulkanik, dan berjarak hingga 10 km dari pusat

letusan untuk fragmen batuan berukuran kurang dari 2 cm.

Hujan abu lebat adalah material letusan berbutir kecil (pasir hingga abu) yang dilontarkan

secara vertikal ke atas lalu jatuh kembali ke tanah, sedangkan yang berbutir lebih halus

umumnya terbawa angin lebih jauh sesuai dengan arah tiupan angin pada saat letusan.

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan

kemungkinan terkena penyimpangan aliran lahar. Apabila letusannya membesar, maka

kawasan ini berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa hujan abu dan lontaran

batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, terdiri

dari:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan

penyimpangan aliran lahar, terletak di sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di

bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik/lontaran berupa hujan abu tanpa

memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan kemungkinan terkena lontaran

batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana-I ini diberi warna kuning, meliputi areal seluas 351

Page 34: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

28

km2 (35.100 ha). Apabila saat terjadi letusan/kegiatan gunungapi disertai dengan turun

hujan lebat, maka masyarakat yang bertempat tinggal di dalam Kawasan Rawan Bencana-I

(KRB-I) perlu meningkatkan kewaspadaan.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa

Daerah yang perlu waspada terhadap lahar umumnya terletak di dekat lembah atau bagian

hilir sungai, sedangkan perluasannya sering terjadi terutama pada kelokan-kelokan sungai

yang bertebing rendah. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan

kemungkinan penyimpangan aliran lahar (apabila terjadi letusan yang lebih besar dari 1990).

Lahar/banjir yang mungkin terjadi di lereng dan kaki selatan akan melalui sungai K. Putih, K.

Semut, dan K. Lekso. Unit-unit pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di alurK. Putih, di

antaranya adalah Kp. Leling, Purwosari, Sumberharjo, Mungklung, Tawang 1, Jeblog 1,

Sonogunting, dan sebagian Kp. Kali Putih. Sedangkan di alur K. Semut, di antaranya adalah

Kp. Lading 1, Babadan, Bogoangin, Kromasan 2, dan sebagian Kp. Sragi. Penyimpangan

aliran lahar kemungkinan dapat melanda kawasan hulu dan cabangcabang K. Semut, K.

Soso, K. Icir, dan K. Putih.

Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng dan kaki selatan-baratdaya adalah K.

Abab dan K. Jari. Pemukiman yang berpotensi dilanda lahar di kawasan ini adalah Kp.

Karangrejo, Babadan, Tawangsari, Jurangmenjeng, Garum, Diren, Combong Gajah,

Kuningan, dan sebagian Kp. Gaprang Dua. Penyimpangan aliran lahar kemungkinan dapat

terjadi di daerah hulu dan lembah K. Abab dan K. Jari.

Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng dan kaki baratdaya adalah K.

Lahargedog, K. Bladak, dan K. Kajar. Kawasan yang berpotensi terlanda penyimpangan

aliran laharr adalah di hulu K. Bladak. Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di barat

adalah K. Petungkobong, sementara unit pemukiman yang mungkin terlanda lahar/banjir

adalah Kp.Sumberurip, Sumberejo, Sindurejo, Lumpang, Kutukan, Japan, Jabalan,

Larangan, Singosari, dan sebagian Kp. Kandat. Penyimpangan aliran lahar dapat terjadi dari

K. Bladak ke K. Gedok dan K. Petung kobong.

Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng baratlaut adalah K. Sumberagung, K.

Toyoaning, K. Dermo, dan K. Puncu/K. Krinjing. Unit pemukiman yang mungkin terlanda

lahar/banjir adalah Kp. Sagi, Lorejo, Brenggolo, Bangkok, Besuk, Wonosari, Bulupasar,

sebagian Kp. Kranggan (melalui aliran K.Sumberagung); Kp.Sidomukti, Karangkletak,

Nambakan, Rejosari, sebagian Kp.Tawangsari (melalui aliran K.Toyoaning); Kp. Listrikan,

Karangnongko kidul, Dawuhan, Bolorejo, Wanoksian, Sitimerto,Semanding, dan sebagian

Kp. Cangkring (melalui aliran K. Dermo); Kp. Lestari,Gadungan, Gedangsewu, Duluran,

Talun, Gondosari, dan sebagian Kp. Mojoduwur (melalui aliran K. Puncu/K. Krinjing).

Page 35: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

29 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Penyimpangan aliran lahar kemungkin bisa terjadi di sekitar hulu K. Ngobo, dan K. Puncu/K.

Krinjing.

Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng utara adalah K. Konto dengan sejumlah

unit pemukiman, di antaranya adalah Kp. Sukorejo, Ngalik, Damarwulan, Pandeyan,

Sambong, Besuk, dan sebagian Kp. Blereng. Penyimpangan aliran lahar kemungkin bisa

terjadi di sekitar hulu K. Konto.

Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran Berdasarkan letusan 1990

menunjukan bahwa, bom volkanik dan bahan lontaran batu (pijar) lain bediameter >2 cm

dapat mencapai jarak 5 km dari kawah pusat, dan bahan lontaran berdiameter lebih kecil

dari 2 cm bisa mencapai jarak lebih dari 10 km dari

kawah pusat, sedangkan jatuhan abu letusan bisa mencapai jarak yang lebih jauh lagi.

Apabila terjadi letusan kembali di kawah pusat G. Kelud (setelah beristirahat 14 tahun),

maka skala letusannya bisa kecil, menengah atau besar. Besar/kecilnya skala letusan di

masa mendatang, akan sangat bergantung kepada besar/kecilnya akumulasi energi yang

dikumpulkan selama G. Kelud beristirahat. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka sebaran

bahan lontaran (berbutir lebih besar dari 2 cm) dibatasi pada radius 5 km dari pusat letusan,

sedangkan untuk butir lebih halus (lebih kecil dari 2 cm) berupa pasir halus dan abu

diperkirakan dapat mencapai jarak hingga 10 km dari pusat erupsi. Radius sebaran bahan

lontaran bisa saja lebih besar lagi manakala skala erupsi G. Kelud lebih besar dari skala

letusan 1990.

Page 36: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

30

Gambar 4-11. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kelud

Page 37: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

31 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

3.6. Gunungapi Sinabung

4.2.1. Deskripsi Umum

Secara administrasi, wilayah G. Sinabung berada Kabupaten Karo Provinsi Sumatera

Utara. Kota terdekat adalah Kabanjahe, Brastagi. Koordinat puncak berada pada posisi 3°10’

LS / 98°23.5’ BT. Ketinggian puncak 2.460 m dpl. Tipe gunungapi strato. Pos pengamatan

berada di Desa Surbhakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Gambar 4-12. Lokasi G. Sinabung

4.2.2. Geologi

Morfologi

Geomorfologi G. Sinabung dibagi menjadi 4 satuan morfologi berdasarkan morfografi dan

morfogenesa, yaitu :

1. Perbukitan Sedimen

2. Perbukitan Vulkanik

3. Kerucut Gunungapi

4. Puncak Gunungapi

Stratigrafi

Gunungapi Sinabung mempunyai satu khuluk, yang terdiri atas 25 satuan batuan erupsi

primer dari kawah pusat, dan 1 endapan batuan gunungapi sekunder. Endapan Pra

Sinabung di daerah ini berupa Satuan endapan Batugamping dan Endapan Aliran Piroklastik

Toba.

Page 38: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

32

Kajian foto radar dan telaahan sebaran pola morfologi yang ditunjang dengan penyelidikan

langsung di lapangan, terutama mengenai kontak antara satu satuan batuan dengan satuan

batuan lainnya yang berumur lebih muda dan atau lebih tua, maka stratigrafi gunungapi

daerah pemetaan berturut-turut dari tua ke muda, dapat dirinci sebagai berikut:

1. Endapan Batugamping (Pgp)

2. Endapan Aliran Piroklastik Toba (QTb)

3. Aliran Piroklastik Sinabung 1 (QsP1)

4. Aliran Lava Sinabung 1 (QsL1)

5. Aliran Lava Sinabung 2 (QsL2)

6. Endapan Lahar Sinabung (QsLh)

7. Aliran Piroklastik Sinabung 2 (QsP2)

8. Aliran Lava Sinabung 3 (QsL3)

9. Aliran Lava Sinabung 4 (QsL4)

10. Aliran Lava Sinabung 5 (QsL5)

11. Aliran Piroklastik Sinabung 3 (QsP3)

12. Aliran Lava Sinabung 6 (QsL6)

13. Aliran Lava Sinabung 7 (QsL7)

14. Aliran Lava Sinabung 8 (QsL8)

15. Aliran Lava Sinabung 9 (QsL9)

16. Aliran Piroklastik Sinabung 4 (QsP4)

17. Aliran Lava Sinabung 10 (QsL10)

18. Aliran Lava Sinabung 11 (QsL11)

19. Aliran Lava Sinabung 12 (QsL12)

20. Aliran Piroklastik Sinabung 5 (QsP5)

21. Aliran Lava Sinabung 13 (QsL13)

22. Aliran Lava Sinabung 14 (QsL14)

23. Aliran Piroklastik Sinabung 6 (QsP6)

24. Aliran Lava Sinabung 15 (QsL15)

25. Aliran Piroklastik Sinabung 7 (QsP7)

26. Aliran Lava Sinabung 16 (QsL16)

27. Aliran Lava Sinabung 17 (QsL17)

28. Aliran Piroklastik Sinabung 8 (QsP8)

29. Endapan Alluvium (Qa)

Page 39: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

33 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Struktur Geologi

Gunungapi Sinabung terbentuk pada tepian Baratlaut patahan cekungan Toba Tua. Garis

patahan Strike Slip mengiri sepanjang batas bagian barat Toba, yang bagian atasnya

terbentuk Gunungapi Sinabung menerus ke Timurlaut hingga Gunungapi Sibayak

merupakan sesar orde kedua.

Struktur Sesar Normal dijumpai di daerah Danau Kawar. Sesar Normal Kawar ini merupakan

sesar orde ketiga. Sesar tersebut kehilangan tekanan dan mengalami penurunan di bagian

Selatan yang merupakan hanging wall nya. Sesar ini dicirikan oleh morfologi triangular facet

yang menjadi salah satu penciri sesar normal.

Selain struktur sesar, struktur lainnya seperti Struktur kelurusan topografi yang pada

umumnya menunjukkan orientasi BaratDaya-TimurLaut serta struktur kawah juga di temukan

pada bagian puncak Gunungapi dengan orientasi BaratLaut-Tenggara.

Gambar 4-13.

Geologi G. Sinabung

4.2.3. Sejarah Letusan

Gunungapi Sinabung merupakan gunungapi tipe B. Sejarah kegiatan gunungapi ini,

khususnya yang berupa letusan tidak banyak diketahui dan tidak terdapat dalam catatan

sejarah dan literatur.

Page 40: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

34

G. Sinabung tergolong tipe-B, karena tidak ada aktivitas letusan sejak 1600-an

(Kusumadinata, 1979). Sejak letusan sekitar 1.200 tahun yang lalu, letusan freatik terjadi

pada 27 Agustus 2010. Sehubungan dengan aktivitas tersebut, Kepala Pusat Vulkanologi

dan Mitigasi Bencana Geologi mengklasifikasikan Gunung Sinabung ke A-Type gunung

berapi (Sutawidjaja, et al., 2013). Hingga pada akhir-pertengahan tahun 2013, gunungapi ini

mengalami erupsi lagi. Pada tanggal 3 November 2013, tingkat aktivitasnya dinaikkan dari

waspada menjadi Siaga. Kemudian dinaikkan lagi menjadi Awas pada tanggal 24 November

2013 pukul 10.00 WIB dikarenakan terjadi peningkatan secara signifikan aktivitas vulkanis.

Sejak tanggal 8 April 2014 pukul 17:00 WIB tingkat aktivitas kegiatan G. Sinabung

diturunkan dari tingkat aktivitas Awas menjadi Siaga. Sampai saat ini, aktivitas vulkanisme

masih terus berlangsung. Potensi bahaya dari erupsi G. Sinabung sampai dengan 11

September 2014 dapat berasal dari: aliran lava, guguran lava pijar, dan awan panas yang

mengarah ke arah selatan dan tenggara sejauh 5 kilometer. Selain itu, ada potensi bahaya

sekunder dari aliran lahar yang dapat terjadi akibat curah hujan tinggi sehingga mampu

mengangkut endapan abu/material erupsi/guguran lava/material rombakan melalui lembah-

lembah sungai.

4.2.4. Geofisika

Seismik

Energi kumulatif dihitung dari gempa vulkanik. Selama periode pengamatan, terjadi 3 kali

letusan, yang sebenarnya tidak terlalu ekstrim. Jika dilihat dari grafik energi kumulatifnya

tidak terjadi suatu kenaikan energi pelepasan yang sangat tajam yang berarti keluaran

energinya tidak terjadi secara besar besaran.

Page 41: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

35 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Gambar 4-14.

Tampilan 3-D pusat sumber

gempa G. Sinabung

Tiltimeter

Pemantauan deformasi di Gunung Sinabung juga dilakukan dengan memasang stasiun

tiltmeter di sebelah tenggara dari Gunung Sinabung. Pengiriman data dilakukan secara

telemetri dengan menggunakan radio pancar dari stasiun ke Pos PGA di Desa Surbakti.

Gambar 4-15.

Grafik pengukuran deformasi

G. Sinabung dengan

Tiltimeter.

Page 42: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

36

4.2.5. Geokimia

Kimia Air

Tabel 4-5 menunjukkan hasil pengukuran suhu air panas G.Kinayan G. Sinabung. Gambar

4-16 menunjukkan hasil analisis kimia air danau-danau di sekitar G. Sinabung Gambar 4-16

menunjukkan grafik perubahan suhu air panas G.Kinayan G. Sinabung dari tanggal 30

Agustus – 16 September 2010. Tabel 4-6 dan 4-7 menunjukkan hasil analisis kimia air

danau-danau di sekitar G. Sinabung. Sedangkan Tabel 4-8 menunjukkan hasil pengukuran

gas vulkanik di udara pasca letusan 30 Agustus, 3 September dan 7 September 2010

Tabel 4-5. Hasil pengukuran suhu air panas G.Kinayan G. Sinabung

Page 43: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

37 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Gambar 4-16. Grafik perubahan suhu air panas G.Kinayan G. Sinabung dari tanggal 30

Agustus – 16 September 2010

Tabel 4-6. Hasil analisis kimia air danau-danau di sekitar G. Sinabung

Tabel 4-7. Hasil analisis kimia air danau-danau di sekitar G. Sinabung

Page 44: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

38

Tabel 4-8. Hasil pengukuran gas vulkanik di udara pasca letusan 30 Agustus, 3 September

dan 7 September 2010

4.2.6. Mitigasi Bencana Gunungapi

Kegiatan G. Sinabung dipantau secara menerus baik secara visual dan kegempaan dari Pos

Pengamatan G. Sinabung

Visual

Page 45: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

39 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Berdasarkan pengamatan visual di lapangan G. Sinabung seringkali tertutup kabut, namun

pada saat gunung tampak jelas terlihat hembusan asap tipis hingga tebal berwarna putih

bertekanan lemah hingga sedang dengan ketinggian sekitar 50 - 200 m di atas kawah.

Seismik

Gambar 4-17 memperlihatkan jaringan seismik dan deformasi G. Sinabung.

Gambar 4-17. Jaringan seismik dan deformasi G. Sinabung

4.2.7. Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

Berdasarkan sifat erupsi dan keadaan G.Sinabung saat ini, maka potensi bahaya erupsi

yang mungkin terjadi, adalah berupa: aliran piroklastik (awan panas), jatuhan piroklastik

(lontaran batu pijar dan hujan abu), aliran lava serta lahar. Berdasarkan potensi bahaya yang

mungkin terjadi, kawasan rawan bencana G. Sinabung dapat dibagi menjadi tiga tingkat

kerawanan dari rendah ke tinggi, yiatu: Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan

Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana III.

Kawasan Rawan Bencana III (KRB-III)

Kawasan rawan bencana III (KRB III), adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda

awan panas, aliran dan guguran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan gas beracun.

Kawasan rawan bencana III (KRB III) G.Sinabung terdiri atas dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa (awan panas, aliran dan guguran

lava), dan gas beracun.

b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar) dan jatuhan hujan abu

lebat.

Kawasan Rawan Bencana II (KRB-II)

Page 46: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

40

Kawasan rawan bencana II (KRB II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas,

aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibedakan

menjadi dua bagian:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa (awan panas, aliran dan guguran

lava).

b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.

Kawasan Rawan Bencana I (KRB-I)

Kawasan rawan bencana I (KRB I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan

tertimpa hujan abu. Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini kemungkinan

berpotensi tertimpa lontaran batu (pijar) berdiameter lebih kecil dari 2 cm. Kawasan rawan

bencana I (KRB I) ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa (lahar).

b. Kawasan rawan bencana terhadap material jatuhan (hujan abu dan lontaran batu

(pijar).

Gambar 4-18. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Sinabung

Page 47: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

41 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB V

HASIL PENELITIAN

DETEKSI DAERAH TERKENA BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI

MENGGUNAKAN DATA LANDSAT-8

BERDASARKAN NILAI REFLEKTANSI

5.1. Ringkasan Hasil

Metode deteksi yang dikembangkan adalah metode deteksi perubahan (change detection)

dari nilai pantulan reflektansi. Metode ini dilakukan dengan mengetahui nilai sebelum erupsi

dan pada saat atau setelah erupsi terjadi. Dasar pemahaman yang dipergunakan adalah,

proses erupsi vulkanik akan menghasilkan produk letusan (piroklastik atau lava) yang

endapannya akan terkonsentrasi di sekitar kawah atau lereng-lereng gunungapi. Di sini akan

terjadi perubahan kondisi sebelum tertutup endapan erupsi dan setelah tertutup endapan

erupsi. Perubahan kondisi ini akan terdeteksi oleh sensor satelit. Data yang dipergunakan

adalah Landsat-8 yang merekam wilayah G. Sinabung di Sumatera Utara dan G. Kelud di

Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daerah terkena bencana erupsi

gunungapi akan mudah dideteksi dengan menggunakan data penginderaan jauh

berdasarkan perubahan nilai reflektansi dan indeks.

5.2. Data

Data yang dipergunakan adalah Landsat-8 yang merekam wilayah G. Sinabung di Sumatera

Utara dan G. Kelud di Jawa Timur. Tabel 5-1 berikut menyajikan nomor scene beserta

tanggal perekaman Landsat-8 yang dipergunakan.

Tabel 5-1. Nomor scene beserta tanggal perekaman Landsat-8 yang dipergunakan.

Wilayah Gunungapi

Nomor Scene Tanggal Perekaman

Sebelum Erupsi Setelah Erupsi

G. Kelud 118 / 066 26 Juni 2013 15 Juli 2014

G. Sinabung 129 / 058 7 Juni 2013 22 Maret 2014

5.3. Metode

Metode ini dilakukan dengan mengetahui nilai sebelum erupsi dan pada saat atau setelah

erupsi terjadi. Dasar pemahaman yang dipergunakan adalah, proses erupsi vulkanik akan

menghasilkan produk letusan (piroklastik atau lava) yang endapannya akan terkonsentrasi di

sekitar kawah atau lereng-lereng gunungapi. Di sini akan terjadi perubahan kondisi sebelum

tertutup endapan erupsi dan setelah tertutup endapan erupsi. Perubahan kondisi ini akan

terdeteksi oleh sensor satelit.

Page 48: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

42

5.4. Tahapan Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data meliputi; 1) Koreksi radiometrik (konversi DN menjadi

reflectance); 2) Delineasi wilayah Gunungapi; 3) Koreksi efek topografi;4) Perhitungan

statistik reflektansi dan indeks, dan 5) Deteksi daerah terkena erupsi.

5.4.1. Koreksi Radiometrik

Data Landsat-8 yang masih berupa nilai DN perlu dikonversi ke dalam reflektansi. Nilai

reflektansi disini adalah TOA planetary reflectance. Untuk mengkonversi menjadi nilai TOA

planetary reflectance, menggunakan persamaan sebagai berikut (USGS, 2013):

ρλ' = MρQcal + Aρ ..................................................................(5-1)

dimana ρλ' adalah TOA planetary reflectance (tanpa koreksi solar angle). Mρ adalah Band-

specific multiplicative rescaling factor diambil dari metadata

(REFLECTANCE_MULT_BAND_x, dimana x adalah band number), Aρ adalah band-

specific additive rescaling factor diambil dari metadata (REFLECTANCE_ADD_BAND_x,

dimana x adalah band number), dan Qcal adalah quantized and calibrated standard product

pixel values (DN).

Kemudian, sun angle correction of TOA reflectance dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut (USGS, 2013):

= = ................................................................(5-2)

dimana ρλ adalah TOA planetary reflectance, θSE adalah local sun elevation angle. Sun

elevation angle (dalam derajat) untuk pusat scene tersedia dalam file metadata

(SUN_ELEVATION). θSZ adalah local solar zenith angle, θSZ = 90° - θSE.

5.4.2. Delineasi Wilayah Gunungapi

Wilayah gunungapi merupakan suatu daerah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik

spesifik yang dipengaruhi oleh proses vulkanisme. Delineasi wilayah gunungapi dilakukan

secara visual pada citra Landsat-8 komposit warna semu RGB 654. Komposisi citra tersebut

memperlihatkan warna alami (natural color). Dari komposisi warna tersebut, wilayah

gunungapi akan mudah untuk diidentifikasi. Untuk menajamkan citra, dipergunakan band 8

(pankromatik) dengan resolusi 15 meter. Teknik penajaman yang dipergunakan adalah

Brovey algorithm. Selain itu, untuk memperkuat kesan dan ekspresi topografi, dipergunakan

Page 49: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

43 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

SRTM DEM 30 meter dengan pengesetan sudut azimuth dan sudut elevasi matahari

masing-masing 45°.

5.4.3. Koreksi Efek Topografi

Daerah bertopografi pegunungan akan memberikan efek distorsi nilai pantulan yang terekam

oleh sensor optis satelit. Pada permukaan yang sama, sisi lereng yang menghadap ke

sensor akan tampak lebih cerah dibandingkan sisi lereng yang menghadap ke arah lainnya.

Kondisi ini menjadi sebuah permasalahan pada saat klasifikasi citra dan evaluasi tematik

(Richter et al., 2009). Oleh sebab itu, dikembangkanlah metode koreksi topografi untuk

menurunkan atau menghilangkan sama sekali pengaruh topografi.

Metode koreksi topografi yang akan dilakukan adalah metode C-correction. Metode ini

merupakan pendekatan semi-empirical yang dikembangkan oleh Teillet et al. (1982). Metode

ini juga diimplementasikan dalam operasionalisasi proyek INCAS (Indonesian National

Carbon Accounting) untuk pengolahan data Landsat (Trisakti et al., 2009).

Persamaan yang dipergunakan untuk menghitung reflektansi terkoreksi dengan

menggunakan metode c-correction adalah sebagai berikut:

LH = LT × ................................................................(5-3)

Dimana LH adalah reflectance pada permukaan horisontal (horizontal surface), LT adalah

reflectance pada permukaan miring (inclined surface), z adalah solar zenith angle, i adalah

local solar incident angle, c = b/m for LT = m × cos i + b. m adalah gradien dari garis regresi:

LT – cos i, dan b adalah intercept of line: LT – cos i. Cos i adalah solar illumination angle

antara solar incident angle dan local surface normal. Cos i bervariasi dari -1 (minimum)

hingga +1 (maksimum), yang mana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

cos i = cos e cos z + sin e sin z cos (a-a’) .............................(5-4)

Dimana i adalah local solar incident angle, e adalah slope angle, z adalah solar zenith angle,

a adalah solar azimuth angle, dan a’ adalah aspect angle. Solar zenith angle dan solar

azimuth angle tersedia pada Landsat-8 metadata file (MTL), sedangkan slope angle dan

aspect angle dapat diturunkan dari DEM SRTM.

Page 50: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

44

5.4.4. Perhitungan Statistik dan Pemisahan Obyek Produk Erupsi

Kurva spektral dari produk erupsi gunungapi (lava, lava debris, lahar, dan tephra) dihasilkan

dari nilai pantulan (yang sudah terkoreksi dari efek topografi). Nilai pantulan tersebut dihitung

untuk kedua periode citra (sebelum dan setelah erupsi). Nilai-nilai yang dihasilkan tersebut

akan menggambarkan kondisi sebelum dan setelah erupsi serta perubahannya. Teknik

pengambangan (thresholding) berdasarkan perubahan nilai pantulan dari perhitungan

statistik dipergunakan untuk memisahkan daerah terkena erupsi gunungapi.

5.5. Hasil

5.5.1. Hasil Delineasi Wilayah Gunungapi Secara Visual

Hasil delineasi secara visual dari Landsat-8 dan DEM SRTM menunjukkan perkiraan batas-

batas wilayah vulkanik gunungapi. Untuk G. Sinabung, perkiraan luasnya adalah 4.251

hektar. Gambar 5-1 memperlihatkan hasil delineasi wilayah vulkanik gunungapi.

5.5.2. Hasil Delineasi Wilayah Gunungapi Secara Visual

Perhitungan c-factor untuk koreksi efek topografi menggunakan metode c-correction untuk

setiap band ditunjukkan pada Tabel 5-2. Training sampel diambil untuk penutup lahan hutan

pada daerah pegunungan. Gambar 5-1 memperlihatkan potongan daerah (cropping area)

hasil implementasi dari c-correction pada Landsat-8. Hasil menunjukkan nilai reflektansi

yang terkoreksi pada topografi pegunungan. Reflektansi yang belum terkoreksi

memperlihatkan warna lebih gelap.

Page 51: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

45 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

SEBELUM ERUPSI

(7 Juni 2013)

SETELAH ERUPSI

(22 Maret 2014) R

GB

pa

n 6

54

8

(a)

(b)

RG

Bp

an

65

48

de

ng

an

DE

M t

ran

sp

are

nc

y

(c)

(d)

Gambar 5-1. Delineasi wilayah vulkanik G. Sinabung. Batas-batas ditunjukkan dengan garis

kuning putus-putus.

Page 52: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

46

Tabel 5-2. Nilai c-

factor untuk setiap

band Landsat-8

Band b m c

1 0.08

3

0.00

1

63.92

3

2 0.06

3

0.00

2

39.43

8

3 0.04

7

0.00

4

11.85

0

4 0.02

9

0.00

3

10.55

6

5 0.19

0

0.04

0

4.708

6 0.07

8

0.01

7

4.565

7 0.02

9

0.00

6

4.742

8 0.03

9

0.00

3

12.51

6

9 0.00

1

0.00

0

30.00

0

(a) Citra sebelum terkoreksi

(b) Citra setelah terkoreksi

Gambar 5-2. Hasil implementasi dari c-correction pada Landsat-8.

Citra ditampilkan dengan komposit warna RGB 654.

5.5.3. Analisis spektral

Kurva spektral dari produk erupsi gunungapi (lava, lava debris, lahar, dan tephra) dihasilkan

dari nilai pantulan (yang sudah terkoreksi dari efek topografi). Nilai pantulan tersebut dihitung

untuk kedua periode citra (sebelum dan setelah erupsi). Gambar 5-3 menunjukkan nilai

reflektansi daerah terkena erupsi untuk G. Sinabung pada berbagai tipe penutup lahan.

Terdapat beberapa tipe perubahan, umumnya dari daerah bervegetasi menjadi lahan

terbuka. Beberapa tipe daerah bervegetasi adalah hutan, semak/belukar, dan lahan

budidaya (pertanian). Beberapa tipe perubahan tutupan permukaan yang terdeteksi adalah:

� Lahan hutan berubah menjadi lahan tertutup lava (F�Lv);

� Lahan hutan berubah menjadi lahan tertutup material rombakan lava (F�Lvd);

� Lahan hutan berubah menjadi lahan tertutup tephra (F�Tp);

� Lahan semak/belukar berubah menjadi lahan tertutup material rombakan lava

(Sb�Lvd);

� Lahan semak/belukar berubah menjadi lahan tertutup tephra (Sb�Tp);;

� Lahan budidaya pertanian berubah menjadi lahan tertutup oleh abu vulkanik

(Agr�Ash); serta

� Lahan terbuka berubah menjadi lahan terbuka yang tertutup oleh tephra (Brn�Tp).

Page 53: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

47 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Gambar 5-3. Nilai reflektansi pada daerah terkena erupsi gunungapi pada beberapa tipe

tutupan lahan (pada saat sebelum, setelah dan nilai perubahannya).

Band 5 (0.845 – 0.885 µm) dan Band 6 (1.560 – 1.660 µm) merupakan dua band yang paling

sensitif untuk deteksi semua tipe tutupan lahan (hutan, semak belukar, lahan pertanian, dan

juga lahan terbuka). Perubahan dari hutan menjadi lava (lahan hutan seluruhnya berubah

Page 54: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

48

menjadi lahan tertutup lava) diindikasikan oleh adanya peningkatan nilai reflektansi semua

band tampak (band 1, 2, 3 dan 4) serta band SWIRL (band 7). Sebaliknya, band 5 (NIR) dan

band 6 (SWIRS) mengalami penurunan. Pola ini juga sama untuk perubahan dari semak

belukar menjadi rombakan lava (lahan semak/belukar berubah menjadi lahan tertutup

material rombakan lava).

Perubahan dari hutan menjadi tephra (lahan hutan berubah menjadi lahan tertutup tephra)

diindikasikan oleh peningkatan nilai reflektansi untuk semua band (band 1, 2, 3, 4, 6 and 7)

kecuali band 5, nilai reflektansi band 5 akan mengalami penurunan. Pola ini juga sama

untuk untuk perubahan dari semak belukar menjadi tephra (lahan semak/belukar berubah

menjadi lahan tertutup tephra), dan juga perubahan dari lahan pertanian menjadi abu

vulkanik (lahan budidaya pertanian berubah menjadi lahan tertutup oleh abu vulkanik).

Terdapat pola yang unik pada perubahan dari lahan terbuka menjadi tephra (lahan terbuka

berubah menjadi lahan terbuka yang tertutup oleh tephra). Lahan terbuka sebelumnya

tersusun oleh material vulkanik berusia lebih tua, berubah menjadi lahan terbuka yang

tertutup oleh material produk erupsi muda/baru. Perubahan tersebut diindikasikan oleh

peningkatan nilai reflektansi untuk semua band tampak (band 1, 2, 3, and 4). Sebaliknya,

band NIR dan SWIR mengalami penurunan. Perhitungan gabungan /komposisi keseluruhan

tipe tutupan lahan (hutan, semak belukar, lahan pertanian dan lahan terbuka) menjadi

deposit vulkanik (lava, lava debris, tephra, dan abu vulkanik) diindikasikan oleh peningkatan

nilai reflektansi semua band kecuali band 5 yang mengalami penurunan.

Table 5-3. Perubahan nilai reflektansi F�Lv

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.0896 0.0686 0.0559 0.0323 0.3006 0.1089 0.0393 0.0455

Dev.std 0.0006 0.0006 0.0013 0.0010 0.0164 0.0052 0.0022 0.0020

Setelah

Erupsi

Mean 0.1385 0.1226 0.1030 0.1033 0.1084 0.0937 0.0851 0.1034

Dev.std 0.0028 0.0032 0.0042 0.0052 0.0063 0.0060 0.0052 0.0048

Perubahan Mean 0.0488 0.0540 0.0471 0.0709 -0.1922 -0.0153 0.0459 0.0579

Dev.std 0.0029 0.0032 0.0040 0.0051 0.0164 0.0063 0.0047 0.0049

Tabel 5-4. Perubahan nilai reflektansi F�Tp

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.0897 0.0693 0.0583 0.0349 0.3012 0.1131 0.0442 0.0479

Dev.std 0.0008 0.0009 0.0021 0.0018 0.0219 0.0087 0.0051 0.0027

Setelah

Erupsi

Mean 0.1332 0.1150 0.0904 0.0847 0.1128 0.1332 0.0967 0.0889

Dev.std 0.0020 0.0022 0.0024 0.0028 0.0083 0.0068 0.0048 0.0038

Perubahan Mean 0.0435 0.0457 0.0322 0.0498 -0.1885 0.0201 0.0525 0.0410

Dev.std 0.0021 0.0022 0.0031 0.0029 0.0232 0.0097 0.0056 0.0041

Page 55: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

49 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Tabel 5-6. Perubahan nilai reflektansi Sb�Lvd

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.1020 0.0846 0.0814 0.0687 0.2674 0.1911 0.0924 0.0745

Dev.std 0.0009 0.0010 0.0016 0.0022 0.0075 0.0050 0.0031 0.0026

Setelah

Erupsi

Mean 0.1852 0.1755 0.1655 0.1799 0.2051 0.1857 0.1703 0.1707

Dev.std 0.0024 0.0027 0.0035 0.0046 0.0050 0.0053 0.0053 0.0049

Perubahan Mean 0.0832 0.0909 0.0842 0.1112 -0.0623 -0.0054 0.0779 0.0963

Dev.std 0.0024 0.0028 0.0041 0.0052 0.0093 0.0080 0.0063 0.0057

Tabel 5-7. Perubahan nilai reflektansi Sb�Tp

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.0911 0.0723 0.0727 0.0447 0.3955 0.1335 0.0513 0.0601

Dev.std 0.0020 0.0023 0.0055 0.0047 0.0129 0.0171 0.0096 0.0058

Setelah

Erupsi

Mean 0.1358 0.1189 0.0969 0.0928 0.1115 0.1411 0.1045 0.0958

Dev.std 0.0027 0.0032 0.0037 0.0050 0.0057 0.0100 0.0070 0.0047

Perubahan Mean 0.0448 0.0466 0.0242 0.0481 -0.2840 0.0076 0.0532 0.0356

Dev.std 0.0024 0.0026 0.0044 0.0042 0.0119 0.0212 0.0115 0.0049

Tabel 5-8. Perubahan nilai reflektansi Agr�Ash

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.1078 0.0898 0.0836 0.0645 0.3352 0.1658 0.0825 0.0744

Dev.std 0.0094 0.0108 0.0110 0.0167 0.0738 0.0267 0.0219 0.0150

Setelah

Erupsi

Mean 0.1638 0.1532 0.1397 0.1408 0.1847 0.1676 0.1292 0.1393

Dev.std 0.0058 0.0073 0.0090 0.0115 0.0155 0.0137 0.0119 0.0109

Perubahan Mean 0.0560 0.0634 0.0561 0.0763 -0.1505 0.0018 0.0466 0.0649

Dev.std 0.0087 0.0100 0.0102 0.0148 0.0721 0.0268 0.0213 0.0142

Tabel 5-9. Perubahan nilai reflektansi Brn�Tp

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.1101 0.0938 0.0774 0.0797 0.1588 0.2427 0.1596 0.0769

Dev.std 0.0043 0.0055 0.0067 0.0090 0.0263 0.0495 0.0374 0.0092

Setelah

Erupsi

Mean 0.1534 0.1412 0.1292 0.1375 0.1524 0.1382 0.1140 0.1315

Dev.std 0.0062 0.0072 0.0097 0.0139 0.0153 0.0168 0.0171 0.0141

Perubahan Mean 0.0433 0.0474 0.0518 0.0577 -0.0065 -0.1045 -0.0455 0.0546

Dev.std 0.0084 0.0099 0.0134 0.0199 0.0349 0.0615 0.0518 0.0194

Page 56: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

50

Tabel 5-10. Perubahan nilai reflektansi dari gabungan /komposisi keseluruhan tipe tutupan

lahan (hutan, semak belukar, lahan pertanian dan lahan terbuka) menjadi deposit vulkanik

(lava, lava debris, tephra, dan abu vulkanik) (All�Vk)

Band 1 2 3 4 5 6 7 8

Sebelum

Erupsi

Mean 0.0994 0.0804 0.0725 0.0527 0.3118 0.1487 0.0692 0.0632

Dev.std 0.0106 0.0121 0.0142 0.0192 0.0641 0.0396 0.0309 0.0165

Setelah

Erupsi

Mean 0.1531 0.1395 0.1222 0.1227 0.1537 0.1498 0.1182 0.1222

Dev.std 0.0182 0.0217 0.0272 0.0327 0.0401 0.0283 0.0263 0.0290

Perubahan Mean 0.0537 0.0590 0.0497 0.0700 -0.1581 0.0011 0.0489 0.0590

Dev.std 0.0133 0.0153 0.0181 0.0215 0.0738 0.0316 0.0265 0.0199

Gambar 5-4.

Grafik perubahan

All�Vk

Berdasarkan pola perubahan nilai reflektansi, dapat diketahui juga pola perubahan nilai

NDVI. Dari respon spektral dapat dilihat bahwa secara umum nilai reflektansi paling tinggi

ada pada band NIR (band 5) dan paling rendah ada pada band merah (band 4). Juga terlihat

penurunan paling tinggi terjadi pada band 5, serta penurunan paling rendah terjadi pada

band 4. Kombinasi kedua band (band 4 dan 5) dapat dipergunakan untuk deteksi perubahan

akibat erupsi gunungapi. NDVI diperoleh dengan perhitungan menggunakan kedua band

tersebut. NDVI dari Landsat-8 dapat dihitung dengan menggunakan persamaa sebagai

berikut:

..................................................................(5-5)

Dimana ρ4 dan ρ5 berturut-turut menrupakan nilai reflektansi band 4 dan band 5. Kemudian

untuk mengetahui kemampuan band atau indeks dalam memisahkan obyek (obyek daerah

terkena dan tidak terkena erupsi gunungapi) dipergunakan parameter D-values (Normalized

Page 57: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

51 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Distance) (Kaufman & Remer, 1994). Nilai D-values > 1 menunjukkan bahwa band atau

index tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam memisahkan obyek. Persamaan 5-6

berikut dipergunakan untuk menghitung D-values.

..................................................................(5-6)

Dimana D adalah Normalized Distance, µ1 dan µ2 berturut-turut adalah nilai rerata sampel

sebelum dan sesudah erupsi. σ1 dan σ2 berturut-turut adalah nilai standar deviasi sampel

sebelum dan sesudah erupsi. Hasil perhitungan D-values dapat dilihat pada Tabel 5-11

berikut ini.

Table 5-11. Nilai D-values untuk setiap band dan NDVI dari Landsat-8

Variabel ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 ρ5 ρ 6 ρ7 ρ8 NDVI

D-value 1.868 1.745 1.201 1.349 1.516 0.017 0.856 1.296 3.216

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa ρ1, ρ2, ρ3, ρ4, ρ5, ρ8, and NDVI menunjukkan

nilai D-values lebih dari 1. Jadi, band-band tersebut dan NDVI memiliki kemampuan yang

baik dalam membedakan/memisahkan obyek deposit vulkanik dan non deposit vulkanik.

Kemudian, band-band tersebut dan NDVI dipergunakan untuk pemisahan menggunakan

metode pengambangan (thersholding) berdasarkan nilai rerata dan standar deviasi, yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5-12.

Tabel 5-12. Nilai rerata dan standar deviasi untuk ρ1, ρ2, ρ3, ρ4, ρ5, ρ8, dan NDVI

Periode Setelah

Erupsi

Perubahan

Rerata SD Rerata SD

ρ1 0.1531 0.0182 0.0537 0.0133

ρ2 0.1395 0.0217 0.0590 0.0153

ρ3 0.1222 0.0272 0.0497 0.0181

ρ4 0.1227 0.0327 0.0700 0.0215

ρ5 0.1537 0.0401 -0.1581 0.0738

ρ8 0.1222 0.0290 0.0590 0.0199

NDVI 0.1121 0.0524 -0.5987 0.1301

Page 58: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

52

Kemudian ρ1, ρ2, ρ3, ρ4, ρ5, ρ8, dan NDVI diujicoba untuk ekstraksi daerah terkena

bencana erupsi gunungapi yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5-5.

Hasil-hasil menunjukkan bahwa band 5 (NIR) dan NDVI dapat dipergunakan untuk

mendeteksi dan memisahkan daerah terkena erupsi gunungapi. Tetapi, tampak bahwa NDVI

memberikan hasil lebih baik dibandingkan band 5. Untuk band-band yang lainnya terlihat

kurang bagus karena tampak banyak memberikan kesalahan komisi (commission error).

5.6. Kesimpulan

Band 5 (0.845 – 0.885 µm) merupakan band yang paling sensitif untuk deteksi semua tipe

tutupan lahan (hutan, semak belukar, lahan pertanian, dan juga lahan terbuka). Perubahan

nilai reflektansi dari semua tipe tutupan lahan (hutan, semak/belukar, lahan pertanian dan

lahan terbuka) menjadi deposit vulkanik (lava, lava debris, tephra, dan abu vulkanik)

diindikasikan oleh penurunan nilai reflektansi band 5. Band 5 menunjukkan penurunan nilai

paling besar sedangkan band 4 menunjukkan peningkatan nilai paling besar. Dibandingkan

dengan penggunaan band tunggal, variabel NDVI memberikan hasil paling baik untuk

deteksi dan pemisahan daerah yang terkena erupsi gunungapi.

Page 59: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

53 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Band 1(µ- σ) Band 2 (µ- σ) Band 3 (µ- σ)

Band 4 (µ- σ) Band 5 (µ+ σ) Band 5 (µ+ 2σ)

Band 8(µ- σ) NDVI (µ+ σ) NDVI (µ+ 2σ)

Gambar 5-5. Implementasi

variabel ρ1, ρ2, ρ3, ρ4, ρ5, ρ8,

dan NDVI untuk pemisahan

daerah terkena erupsi

gunungapi berdasarkan

beberapa kriteria.

FCC RGBpan 6548 before

eruption

FCC RGBpan 6548 after

eruption

Page 60: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

54

HASIL VERIFIKASI LAPANGAN

PERHITUNGAN NILAI REFLEKTANSI DI LAPANGAN

Hasil pengukuran reflektansi di lapangan memperlihatkan bahwa material hasil erupsi

(piroklastik & lava) memiliki karakteristik spektral yang berbeda dengan lahan terbuka

(landclearing). Sehingga, keduanya dapat dipisahkan berdasarkan nilai spektralnya.

Batuan Pumice (piroklastik) Batuan Lava Andesitis

Lahan Terbuka (Landclearing) Vegetasi (Tebu Muda)

Gambar 5-6. Nilai reflektansi beberapa obyek di lapangan

Page 61: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

55 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB VI

HASIL PENELITIAN

DETEKSI DAERAH TERKENA BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI

MENGGUNAKAN DATA LANDSAT-8

BERDASARKAN NILAI SUHU KECERAHAN

5.7. Ringkasan Hasil

Metode ini dilakukan dengan mengetahui nilai suhu kecerahan dari material produk

erupsi gunungapi. Dasar pemahaman yang dipergunakan adalah, proses erupsi vulkanik

akan menghasilkan produk letusan (piroklastik atau lava) yang endapannya akan

terkonsentrasi di sekitar kawah atau lereng-lereng gunungapi. Obyek-obyek material erupsi

yang baru keluar dari kawah tersebut diduga memiliki suhu lebih tinggi. Suhu tersebut akan

terdeteksi oleh sensor termal dari satelit. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa

daerah yang tertutup oleh material produk erupsi G. Sinabung memiliki pola suhu yang

spesifik. Namun, kondisi tersebut kurang terlihat untuk wilayah G. Kelud. Nilai TB band 10

untuk obyek piroklastik bervariasi berkisar 286 hingga 297 K, dengan rerata 291 dan standar

deviasi 2 K. Berdasarkan nilai TB band 10, lava memiliki kisaran suhu lebih tinggi

dibandingkan lahar dan ashfall, dan lahar memiliki kisaran suhu lebih tinggi dibandingkan

ashfall. Kisaran TB lava 306 hingga 330 K dengan rerata 311 K. Kisaran TB lahar 303

hingga 312 K dengan rerata 308 K, dan kisaran TB ashfall 284 hingga 292 K dengan rerata

290 K. TB10 dan TB 11 berkorelasi secara positif dan menunjukkan hubungan yang kuat.

Jadi, pemakaian satu band (band 10) sudah cukup untuk mewakili kondisi suhu permukaan

obyek piroklastik.

5.8. Data

Data yang dipergunakan adalah Landsat-8 yang merekam wilayah G. Sinabung di

Sumatera Utara dan G. Kelud di Jawa Timur. Tabel 6-1 berikut menyajikan nomor scene

beserta tanggal perekaman Landsat-8 yang dipergunakan.

Tabel 6-1. Nomor scene beserta tanggal perekaman Landsat-8 yang dipergunakan.

Wilayah Gunungapi

Nomor Scene Tanggal

G. Kelud 118 / 066 26 Juni 2013

G. Sinabung 129 / 058 7 Juni 2013

Page 62: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

56

5.9. Metode

Metode ini dilakukan dengan mengetahui nilai suhu kecerahan dari material produk

erupsi gunungapi. Dasar pemahaman yang dipergunakan adalah, proses erupsi vulkanik

akan menghasilkan produk letusan (piroklastik atau lava) yang endapannya akan

terkonsentrasi di sekitar kawah atau lereng-lereng gunungapi. Obyek-obyek material erupsi

yang baru keluar dari kawah tersebut diduga memiliki suhu lebih tinggi. Suhu tersebut akan

terdeteksi oleh sensor termal dari satelit.

5.10. Tahapan Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data meliputi; 1) Perhitungan nilai suhu kecerahan (konversi DN

menjadi Temperature Brightness); 2) Penentuan sampling; 3) Analisis statistik.

Perhitungan Nilai Suhu Kecerahan

1) Konversi DN ke Radiance

Data OLI dan TIRS dapat dikonversi ke TOA spectral radiance menggunakan faktor

skala yang disediakan di dalam file metadata, dengan persamaan sebagai berikut:

Lλ = MLQcal + AL ........................................................................ (6-1)

Dimana :

Lλ : TOA spectral radiance (Watts/( m2 * srad * µm))

ML : Band-specific multiplicative rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (RADIANCE_MULT_BAND_x, dimana x adalah nomor

band)

AL : Band-specific additive rescaling factor yang diperoleh dari file

metadata (RADIANCE_ADD_BAND_x, dimana x adalah nomor

band)

Qcal : Quantized and calibrated standard product pixel values (DN)

2) Konversi ke Brightness Temperature

Data TIRS dapat juga dikonversi dari spectral radiance ke Brightness Temperature

dengan menggunakan konstanta termal yang disediakan di dalam file metadata (MTL file),

dengan persamaan sebagai berikut:

T =

K2

ln( K1

+1)Lλ

........................................................................ (6-2)

Page 63: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

57 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Dimana :

T : brightness temperature pada satelit (K)

Lλ TOA spectral radiance (Watts/( m2 * srad * µm))

K1 : Band-specific thermal conversion constant yang diperoleh dari file

metadata (K1_CONSTANT_BAND_x, dimana x adalah nomor band,

10 or 11)

K2 : Band-specific thermal conversion constant yang diperoleh dari file

metadata (K2_CONSTANT_BAND_x, dimana x adalah nomor band,

10 or 11)

5.11. Hasil

5.5.4. Perhitungan Suhu Kecerahan dan Penentuan Sampling

Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa daerah yang tertutup oleh material

produk erupsi G. Sinabung memiliki pola suhu yang spesifik. Namun, kondisi tersebut kurang

terlihat untuk wilayah G. Kelud.

(a) Landsat 8 RGB 654 / 15 Juli 2014 (b) TB 10 / 15 Juli 2014

280 305 K

Gambar 6-1. Training sampel untuk analisis nilai TB di G. Kelud

Page 64: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

58

(a) Landsat 8 RGB 654 / 22 Maret 2014 (b) TB 10 / 22 Maret 2014

280 345 K

Gambar 6-2. Training sampel untuk analisis nilai TB di G. Sinabung

5.5.5. Analisis Statistik

Nilai TB band 10 untuk obyek piroklastik bervariasi berkisar 286 hingga 297 K, dengan

rerata 291 dan standar deviasi 2 K. Berdasarkan nilai TB band 10, lava memiliki kisaran

suhu lebih tinggi dibandingkan lahar dan ashfall, dan lahar memiliki kisaran suhu lebih tinggi

dibandingkan ashfall. Kisaran TB lava 306 hingga 330 K dengan rerata 311 K. Kisaran TB

lahar 303 hingga 312 K dengan rerata 308 K, dan kisaran TB ashfall 284 hingga 292 K

dengan rerata 290 K. TB10 dan TB 11 berkorelasi secara positif dan menunjukkan hubungan

yang kuat. Jadi, pemakaian satu band (band 10) sudah cukup untuk mewakili kondisi suhu

permukaan obyek piroklastik.

Tabel 6-1. Nilai TB obyek piroklastik G. Kelud

(Landsat-8 / 15 Juli 2014)

OBYEK TB MIN MAX MEAN STD

PYROCLASTICS 10 285.59 297.44 290.82 2.27

11 281.80 292.22 286.73 2.00

Page 65: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

59 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Tabel 6-2. Nilai TB obyek lava, lahar dan ashfall G. Sinabung

(Landsat-8 / 22 Maret 2014)

OBYEK TB MIN MAX MEAN STD

LAVA 10 305.06 329.78 311.13 6.98

11 293.16 314.41 298.38 5.90

LAHAR 10 302.73 312.09 308.54 2.68

11 290.43 298.36 295.31 2.13

ASHFALL 10 283.98 291.71 289.35 2.06

11 277.28 284.05 281.86 1.70

Gambar 5-3. Scattergrams TB 10 (x-axis) dan TB 11 (y-axis), obyek produk erupsi

(piroklastik) Gunungapi Kelud

Page 66: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

60

Gambar 5-4. Scattergrams TB 10 (x-axis) dan TB 11 (y-axis), obyek produk erupsi

(piroklastik) Gunungapi Sinabung

Page 67: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

61 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB VII

KAJIAN PERANGKAT LUNAK

UNTUK MENDUKUNG OTOMATISASI PEMETAAN CEPAT

DAERAH TERKENA BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI

7.1. Ketersediaan Perangkat Lunak Pengolah Data Citra Inderaja

Pada saat ini telah banyak tersedia berbagai jenis perangkat lunak untuk pengolahan

data citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Menurut Jensen (2005)

sebagian besar fungsi-fungsi penting yang dapat dilakukan oleh suatu perangkat lunak untuk

pemrosesan citra dan GIS secara garis besar meliputi beberapa kemampuan sebagai

berikut:

� Pengolahan awal citra (preprocessing)

� Tayangan (display) dan Penajaman Citra (enhancement)

� Ekstraksi informasi (information extraction)

� Ekstraksi informasi fotogrammetri (photogrammetric information extraction)

� Metadata atau pendokumentasian citra/peta (metadata and image/map lineage

documentation)

� Komposisi kartografi citra dan peta (image and map cartographic composition)

� Intergrasi pengolahan citra dan GIS (integrated image processing and GIS)

� Kemampuan-kemampuan penting lainnya (utilities), seperti jaringan, internet,

kompresi, dan ekspor/impor data.

Tabel 7-1 berikut menyajikan beberapa perangkat lunak dengan kemampuan fungsi-fungsi

yang dimiliki berturut-turut untuk yang licence dan open source.

Tabel 7-1. Beberapa perangkat lunak pengolah data citra inderaja dengan kemampuan

fungsi-fungsi yang dimiliki

No. Software OS 1 2 3 4 5 6 7 8

1 ACORN Windows x - - - - - - -

2 AGIS Windows - - - - - - - x

3 Applied Analysis

Subpixel Processing

Windows x v x - - - - -

4 ArcGIS W/Unix x x x x - - x x

5 ATCOR2 Windows x - v - - - - -

6 AUTOCAD 2004 W/UNIX x x v - - - v x

Page 68: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

62

No. Software OS 1 2 3 4 5 6 7 8

7 BAE Systems SOCET

Set

W/UNIX x x x x - - - x

8 Blue Marble W/Unix x x - - - - x -

9 Earth View Windows x x x - - - - -

10 eCognition Windows x x x - - - - v

11 EIDETIC Earthscope Windows v v v - - - - -

12 ENVI W/U/M/

IDL

x x x v v v x v

13 DIMPLE Windows x x x - - - x v

14 Dragon Windows x x x - - - - -

15 ERDAS Imagine W/Unix x x x x x x x x

16 ER Mapper W/Unix x x x x - - x x

17 FullPixelSearch Mac x x x - - - - -

18 GENASYS W/Unix x x x - - - x x

19 Global Lab Image Windows - x v - - - - -

20 GRASS UNIX x x x - x x x x

21 IDRISI Windows x x x - - - x x

22 ImagePro Windows x x x - - - - -

23 Intelligent Library

Solution

UNIX x x - - x - x -

24 Intergraph W/Unix x x x x x x x x

25 MapInfo W/Unix - v - - x x x x

26 MrSID W/U/M x x - - - - - -

27 NOeSYS W/Mac v x - - - - - -

28 PCI Geomatica W/Unix x x x x x x x x

29 Photoshop W/U/M v x x - - - - -

30 R-WEL Windows x x x - - - x x

31 Remote View Windows x x x - - - - -

32 MacSadie Mac x x x - - - - -

Page 69: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

63 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

No. Software OS 1 2 3 4 5 6 7 8

33 TNTmips W/Unix x x x x x x x x

34 OrthoView UNIX x x x - - - - -

35 VISILOG W/Unix x x x - - - - -

Sumber : Jensen (2005)

Berdasarkan kajian dan sumberdaya yang telah dimiliki oleh LAPAN, maka dalam

penelitian ini direkomendasikan 2 (dua) software utama, yaitu ArcGIS dan Erdas Imagine.

7.2. Kapabitas Perangkat Lunak Pengolah Data Citra Inderaja

1) ArcGIS

ARCGIS merupakan perangkat lunak yang handal untuk keperluan pemetaan dan

analisis geospasial. ArcGIS merupakan produk buatan ESRI yang berkantor besar di

Redlands, California, Amerika Serikat. Kantor Perwakilan ESRI di Indonesia (PT. Esri

Indonesia) berkantor di Jakarta, tepatnya di Menara 165, Lt.6, Unit B, Jl. TB. Simatupang

Kav 1. ArcGIS merupakan sistem yang lengkap untuk merancang dan mengelola solusi

melalui penerapan pengetahuan geografis. Pada saat ini, produk ArcGIS meliputi ArcGIS for

Desktop, ArcGIS for Mobile, ArcGIS for Server dan ArcGIS for online. Produk software

ArcGIS yang LAPAN sudah memiliki licence adalah ArcGIS for Desktop versi 10. ArcGIS for

Desktop memiliki kemampuan dalam analisis lanjutan dan geoprocessing (meningkatkan

pemahaman dan meningkatkan pengambilan keputusan menggunakan pemodelan kuat dan

alat analisis), memiliki tool-tool editing yang kuat (menyederhanakan desain data, masukan,

dan pembersihan dengan kemampuan pengeditan lanjutan), memiliki kendali proses

produksi kartografi (Otomasi banyak aspek kartografi, membuat produksi peta

cerdas/intelligent map yang kurang memakan waktu), serta memiliki kemampuan tak

terbatas dalam sharing data dan peta (mudah membuat dan berbagi informasi dengan

individu, kelompok, atau organisasi).

Fitur-fitur utama yang dimiliki oleh ArcGIS Desktop meliputi analisis spasial (spatial

analysis), pengelolaan data (data management), pemetaan dan visualisasi (mapping and

visualization), penyuntingan lanjutan (advanced editing), geocoding, proyeksi peta (map

projection), pengolahan citra lanjutan (advanced imagery), berbagi data (data sharing), dan

kustomisasi (customization).

� Spatial Analysis

Ratusan alat untuk melakukan analisis spasial termasuk dalam ArcGIS Desktop

untuk. Alat-alat ini memungkinkan Anda untuk mengubah data menjadi informasi

Page 70: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

64

yang ditindaklanjuti dan mengotomatisasi banyak tugas GIS Anda. Sebagai

contoh, Anda dapat: Hitung kepadatan dan jarak, Lakukan analisis statistik

canggih, Melakukan overlay dan analisis kedekatan.

� Data Management

Dengan dukungan lebih dari 70 format data, Anda dapat dengan mudah

mengintegrasikan semua jenis data untuk visualisasi dan analisis. Serangkaian

luas geografis, tabular, dan manajemen metadata, pembuatan, dan alat-alat

organisasi memungkinkan Anda untuk: Mencari dan menemukan informasi

geografis; Rekam, lihat, dan mengelola metadata; Membuat dan mengelola skema

dari Geodatabases.

� Mapping and Visualization

Menghasilkan berkualitas tinggi peta tanpa kerepotan terkait dengan perangkat

lunak desain yang kompleks. Dengan ArcGIS Desktop untuk Anda dapat

mengambil keuntungan dari: Sebuah perpustakaan besar simbol; Sederhana

penyihir dan template peta standar; Luas suite unsur peta dan grafik

� Advanced Editing

Memanipulasi data dengan jumlah minimum klik dan mengotomatisasi alur kerja

Anda mengedit dengan alat editing kuat. Lanjutan editing dan koordinat geometri

(CoGo) alat menyederhanakan desain data Anda, masukan, dan pembersihan.

Multiuser dukungan editing memungkinkan beberapa pengguna untuk mengedit

geodatabase Anda pada saat yang sama, memfasilitasi berbagi data antara

departemen, organisasi, dan staf lapangan.

� Geocoding

Dari analisis data sederhana untuk bisnis dan manajemen pelanggan untuk teknik

distribusi, ada berbagai macam aplikasi yang geocoding dapat digunakan. Dengan

alamat Geocode, Anda bisa dengan leluasa menampilkan lokasi alamat dan

mengenali pola dalam informasi. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan melihat

informasi atau menggunakan beberapa alat analisis dalam ArcGIS Desktop untuk.

� Map Projections

Dengan pilihan yang luas dari sistem koordinat proyeksi dan geografis, ArcGIS

Desktop untuk memungkinkan Anda untuk mengintegrasikan dataset dari sumber

yang berbeda ke dalam kerangka kerja umum. Anda dapat dengan mudah

menggabungkan data, melakukan operasi analitik berbagai, dan menghasilkan

sangat akurat, peta kualitas profesional.

� Advanced Imagery

Page 71: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

65 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Ada banyak cara Anda dapat bekerja dengan data gambar (data raster) di ArcGIS

untuk Desktop. Anda dapat menggunakannya sebagai latar belakang (basemap)

untuk menganalisis lapisan data lain, menerapkan berbagai jenis spesifikasi pada

dataset citra, atau menggunakannya sebagai bagian dari analisis.

� Data Sharing

Kekuatan dan kenyamanan ArcGIS Online sekarang di ujung jari Anda. Dengan

ArcGIS Desktop untuk (mulai versi 10), Anda dapat mengambil keuntungan penuh

dari ArcGIS online tanpa harus meninggalkan antarmuka ArcMap. Impor

basemaps, mencari data atau fitur, dan berbagi informasi dengan individu atau

kelompok dari lokasi, nyaman terpusat

� Customization

Mudah menyesuaikan user interface dengan menambahkan dan menghapus

tombol, item menu, atau docking toolbar dalam ArcGIS Desktop untuk, atau

mengembangkan GIS desktop kustom aplikasi withArcGIS Engine, yang tersedia

melalui Esri Developer Network (EDN).

Namun demikian, untuk ArcGIS, licence yang dimiliki oleh LAPAN terbatas pada

ArcGIS Standard. Untuk memenuhi kebutuhan dalam riset ini diperlukan extention tool

tambahan seperti 3D Analyst Tools, Network Analyst Tools, Spatial Analyst Tools, Data

Interoperability Tools, Editing Tools, Geostatistical Analyst Tools, dan Schematic Tools

(target pengadaan tahun 2013).

2) ERDAS Imagine

ERDAS Imagine merupakan sebuah perangkat lunak pengolah data penginderaan

jauh dengan kemampuan berbasis raster yang didesain oleh ERDAS. Versi terbaru dari

ERDAS Imagine adalah versi 11.0.4 yang di-launching tahun 2011. Tujuan utama dibangun

software ini adalah untuk permrosesan data geospasial format raster dan memungkinkan

pengguna untuk mempersiapkan, menampilkan, dan menajamkan citra dijital untuk

keperluan pemetaan di dalam Sistem Informasi Geografis (GIS) maupun Computer-aided

Design (CADD). Produk-produk ERDAS sebelumnya adalah ERDAS 4 (1978), ERDAS 7.x

(1982), dan ERDAS Imagine yang mulai dirintis sejak rilisan pertama di tahun 1990.

ERDAS Imagine menggabungkan pengolahan dan analisis citra geospasial,

penginderaan jauh dan GIS dalam satu paket, dengan kemampuan yang kuat dan

kenyamanan dalam pemakaian. Hal ini memungkinkan pengguna untuk dengan mudah

menciptakan nilai tambah produk-produk seperti citra 2D, mosaik ortofoto, klasifikasi penutup

Page 72: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

66

lahan, film 3D flythrough, pemvektoran, dan komposisi peta kartografi yang berkualitas dari

data geospasial.

ERDAS Imagine tersedia dalam tiga tingkatan produk sesuai dengan skala tingkat

kebutuhan penggunaan data geospasial yang dibutuhkan, yaitu:

� ERDAS Imagine Essential; merupakan entry level pengolahan produk citra untuk

pembuatan peta dan dilengkapi dengan tools yang sederhana. ERDAS Imagine

Essentials memungkinkan batch processing secara serial.

� ERDAS Imagine Advantage; mencakup semua kemampuan ERDAS Imagine

Essential. Dengan tambahan, kemampuan pemrosesan spektral tingkat tinggi,

registrasi citra, mosaik dan analisis citra, dan kemampuan dalam deteksi

perubahan (change detection). ERDAS Imagine Advantage memungkinkan batch

processing secara paralel untuk mempercepat keluaran.

� ERDAS Imagine Professional; mencakup semua kemampuan ERDAS Imagine

Advantage. Dengan tambahan, tersedia toolset produksi untuk pengolahan

spektral, hiperspektral, dan pemrosesan radar, dan termasuk juga pemodelan

spasial. Dalam paket ERDAS Imagine Professional sudah termasuk juga ERDAS

ER Mapper. Tabel 7-2 menunjukkan perbandingan kemampuan dasar dari ketiga

paket ERDAS Imagine.

Tabel 7-2. Perbandingan kemampuan dasar dari paket-paket ERDAS Imagine

Page 73: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

67 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Sumber: http://geospatial.intergraph.com/Libraries/Content_Images/imagine_2010_chart.sflb.ashx

3) ENVI

ENVI (Environment for Visualising Image) merupakan jenis perangkat lunak yang

juga populer dipergunakan pada saat ini. ENVI yang berbasis sistem operasi Windows

memiliki fungsi analisis yang sangat baik. ENVI dikembangkan oleh RSI (Research System

Institute) Inc. yang berbasis di Amerika Serikat.

Fungsi-fungsi yang menonjol dari ENVI adalah kemampuannya dalam membaca dan

mengonversi data baik impor maupun ekspor dalam banyak format, membuat pemotongan

subimage dalam pilihan secara bebas, melakukan koreksi dan kalibrasi citra (geometrik dan

radiometrik), klasifikasi multispektral dan hiperspektral berikut dengan menu-menu post-

classification yang lepas dari fungsi-fungsi dalam GIS, visualisasi dan analisis data

topografi. Selain itu, dalam ENVI juga dilengkapi dengan modul untuk analisis citra SAR.

Salahsatu keunggulan ENVI adalah perangkat lunak ini dibuat secara terintegrasi

dengan modul pemrograman IDL (Interactive Data Language). Dalam modul ini, pengguna

dapat memprogram sendiri modul yang diinginkan yang kemudian diintegrasikan dengan

menu-menu yang sudah tersedia (secara lengkap). Kekurangan yang dimiliki oleh ENVI

adalah kekurangmampuan dalam mengintegrasikan hasil analisis citra secara spektral

dengan data spasial lainnya serta kurangnya dalam aspek penyajian kartografis.

Page 74: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

68

Sampai saat ini, LAPAN sedang melakukan upaya untuk memiliki lisensi dalam

menggunakan perangkat lunak ini versi terbaru, yaitu ENVI 5.0 (target pengadaan

barang/jasa tahun 2013).

7.3. Rekomendasi pemanfaatan perangkat lunak

Berdasarkan kajian ini maka untuk keperluan otomatisasi pemetaan cepat daerah

terkena bencana menggunakan citra penginderaan jauh dapat dipergunakan software

ERDAS Imagine Professional, ArcGIS, maupun ENVI. Hasil kajian ini tepat berkenaan

dengan licence ERDAS Imagine Professional, ArcGIS dan ENVI yang sudah dan akan

dimiliki LAPAN.

Page 75: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

69 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB VIII

REKOMENDASI PENYUSUNAN GUIDELINE

METODE PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH

(LANDSAT-8) UNTUK DETEKSI DAERAH TERKENA BENCANA

ERUPSI GUNUNGAPI

7.4. Pendahuluan

Hasil-hasil penelitian telah menunjukkan bahwa daerah terkena erupsi gunungapi

dapat dideteksi dan dipisahkan dengan menggunakan data Landsat-8. Parameter yang

dapat dipergunakan adalah nilai reflektansi dan nilai suhu kecerahan. Hal ini menjadi dasar

dalam merancang pedoman (guideline) metode pemanfaatan data penginderaan jauh

(Landsat-8) untuk deteksi daerah terkena erupsi gunungapi. Penyusunan guideline ini

menjadi salahsatu tugas LAPAN sesuai dengan amanat UU No.21 Tahun 2013 Tentang

Keantariksaan.

7.5. Skema Metode

Skema metode pemanfaatan data penginderaan jauh (Landsat-8) untuk deteksi daerah

terkena erupsi gunungapi meliputi; 1) Input Data; 2) Proses; dan 3) Output (Informasi); dan

4) Perhitungan tingkat akurasi. Input data adalah data proses Landsat-8 periode sebelum

dan pada saat/setelah erupsi. Parameter yang digunakan adalah nilai reflektansi, indeks dan

suhu kecerahan. Metode yang direkomendasikan adalah metode Change Detection. Teknik

pengambangan (thresholding) dapat dipergunakan dalam implementasinya. Untuk verifikasi,

direkomendasikan menggunakan data citra resolusi spasial lebih tinggi (seperti SPOT-5/6/7).

Perhitungan akurasi meliputi akurasi keseluruhan (overall accuracy), akurasi pengguna (user

accuracy) dan akurasi produser (producer accuracy). Output dari metode ini adalah informasi

daerah terkena erupsi gunungapi yang disajikan dalam format raster atau vektor. Gambar 8-

1 memperlihatkan Alur Metode Deteksi Daerah Terkena Erupsi Gunungapi Menggunakan

Citra OPTIS (Landsat-8).

7.6. Pengembangan Metode

Rancangan pedoman yang direkomendasikan ini hanya mendasarkan pada riset yang

dilakukan di dua wilayah gunungapi (G.Sinabung dan G.Kelud). Pengembangan metode

disarankan untuk terus dilakukan dengan melakukan riset yang mengambil lokasi di wilayah

gunungapi lainnya, sehingga mampu mewakili karakteristik gunungapi-gunungapi di

indonesia. Selain itu juga perlu dilakukan pengembangan metode dengan menggunakan

jenis citra satelit lainnya, baik optis maupun radar.

Page 76: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

70

Gambar 8-2. Alur Metode Deteksi Daerah Terkena Erupsi Gunungapi Menggunakan Citra

OPTIS (Landsat-8)

PHYSICAL

PARAMETER

EXTRACTION

Landsat 8

Pre-Disaster

Reflectance t1

Temperature Brightness t1

Index t1

Reflectance t2

Temperature Brightness t2

Index t2

INPUT

(Data

Process)

Training

Sampel

THRESHOLDING

- Reflectance

- Tb

- Index

- Combination

PROCESS

OUTPUT

(Information)

RESULTED

INFORMATION

ACCURACY

User Accuracy

Producer Accuracy

Overall Accuracy

ACCURACY

ASSESMENT

AFFECTED AREA OF

VOLCANO ERUPTION

VOLCANO

ERUPTION

Landsat 8

During/Post Disaster

CHANGE DETECTION

ALGORITMA

BEST SELECTION

(Discrimination

Abbility)

SAMPEL

ACCURACY

Distance Value

Data Correction

(Radiometric;

Geometric)

Data Correction

(Radiometric;

Geometric)

SPOT-5/6

Page 77: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

71 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

BAB IX

KESIMPULAN dan REKOMENDASI

Penelitian ini telah memberikan hasil pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh

untuk pemetaan cepat daerah terkena bencana, khususnya erupsi gunungapi, terutama

sekali dalam hal pemanfaatan data inderaja Landsat-8 LDCM yang baru saja diluncurkan di

awal tahun ini.

Kesimpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil kajian adalah metode change

detection dengan variabel nilai reflektansi, indeks dan suhu kecerahan dapat dipergunakan

sebagai dasar untuk deteksi daerah terkena erupsi gunungapi. Data citra Landsat-8 Band 5

(0.845 – 0.885 µm) merupakan band yang paling sensitif untuk deteksi semua tipe tutupan

lahan (hutan, semak belukar, lahan pertanian, dan juga lahan terbuka). Perubahan nilai

reflektansi dari semua tipe tutupan lahan (hutan, semak/belukar, lahan pertanian dan lahan

terbuka) menjadi deposit vulkanik (lava, lava debris, tephra, dan abu vulkanik) diindikasikan

oleh penurunan nilai reflektansi yang cukup besar pada band 5. Selain itu, variabel NDVI

juga memberikan hasil paling baik untuk deteksi dan pemisahan daerah yang terkena erupsi

gunungapi. Lebih lanjut, daerah yang tertutup oleh material produk erupsi gunungapi

memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya dan pola suhu yang spesifik.

Lava memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan lahar dan jatuhan abu vulkanik.

Sedangkan lahar sendiri memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jatuhan

abu vulkanik.

Rancangan untuk penyusunan guideline metode pemanfaatan data penginderaan jauh (jenis

Landsat-8) untuk deteksi daerah terkena erupsi gunungapi meliputi; 1) Input Data; 2) Proses;

dan 3) Output (Informasi); dan 4) Perhitungan tingkat akurasi. Input data adalah data proses

Landsat-8 periode sebelum dan pada saat/setelah erupsi. Parameter yang digunakan adalah

nilai reflektansi, indeks dan suhu kecerahan. Metode yang dapat diterapkan adalah metode

Change Detection dengan mengimplementasikan teknik pengambangan (thresholding).

Kesimpulan lainnya adalah bahwa model deteksi cepat daerah terkena bencana dapat

dijalankan dengan bantuan perangkat lunak ERDAS Imagine, ENVI, maupun Arc GIS. Piranti

lunak tersebut memiliki fitur untuk pengolahan citra secara cepat dan otomatis (fully maupun

semi-fully). ERDAS Imagine memiliki fitur Spatial Modeller, Arc GIS memiliki fitur Modeller,

sedangkan ENVI memiliki fitur IDL.

Page 78: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

72

Rekomendasi kegiatan berikutnya adalah perlu terus dilakukan pengembangan metode

deteksi dengan melakukan riset yang mengambil lokasi di wilayah gunungapi lainnya,

sehingga mampu mewakili karakteristik gunungapi-gunungapi di indonesia. Selain itu juga

perlu dilakukan pengembangan metode dengan menggunakan jenis citra satelit lainnya, baik

optis maupun radar.

Page 79: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

73 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

DAFTAR PUSTAKA

Asriningrum, W., Noviar, H., Suwarsono. 2004. Extracting the damaging effects of the 2010

eruption of Merapi volcano in Central Java, Indonesia. Natural Hazards. DOI

10.1007/s11069-012-0438-4

Benoît, S.B., Christelle, W., d’Oreye, N., 2010. A new map of the lava flow field of

Nyamulagira (D.R. Congo) from satellite imagery. Journal of African Earth Science 58, 778-

786.

Bignami, C., Ruch, J., Chini, M., Neri, M., Buongiorno, M.F., Hidayati, S., Surono, 2013.

Pyroclastic density current volume estimation after the 2010 Merapi volcano eruption using

X-band SAR. Journal of Volcanology and Geothermal Research 261, 236-243.

Davila, N., Capra, L., Gavilanes-Ruiz, J.C., Varley, N., Norini, G., Vazquez, A.G., 2007.

Recent lahars at Volcán de Colima (Mexico): Drainage variation and spectral classification.

Journal of Volcanology and Geothermal Research 165, 127-141.

Dean, K.G., Dehn, J., Papp, K.R., Smith, S., Izbekov, P., Peterson, R., Kearney, C., Steffke,

A., 2004. Integrated satellite observations of the 2001 eruption of Mt. Cleveland, Alaska.

Journal of Volcanology and Geothermal Research 135, 51-73.

Ebmeier, S.K., Biggs, J., Mather, T.A., Elliott, J.R., Wadge, G., Amelung, F., 2012.

Measuring large topographic change with InSAR: Lava thicknesses, extrusion rate and

subsidence rate at Santiaguito volcano, Guatemala. Earth and Planetary Science Letters

335-336, 216-225.

ESRI. http://www.esri.com/software/arcgis. diakses tanggal 29 Januari 2013 pukul 10:47 am.

Flynn, L.P., Harris, A.J.L., Rothery, D.A., Oppenheimer, 2000. High-Spatial-Resolution

Thermal Remote Sensing of Active Volcanic Features Using Landsat and Hyperspectral

Data. Remote Sensing of Active Volcanism. Geophysical Monograph 116, 161-177.

Flynn, L.P., Harris, A.J.L., Wright, R., 2001. Improved identification of volcanic features using

Landsat 7 ETM+. Remote Sensing of Environment 78, 180-193.

Harris, A.J.L., Flynn, L.P., Keszthelyi, L., Mouginis-Mark, P.J., Rowland, S.K., Resing, J.A.,

1998. Calculation of lava effusion rates from Landsat TM data. Bull Volcanol 60, 52-71.

http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/622-evaluasi-tingkat-

aktivitas-siaga-level-iii-g-sinabung-hingga-tanggal-11-september-2014. Accessed on Oktober

18, 2014.

Jensen, J.R. (2005). Introductory digital image processing, a remote sensing perspective.

Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Page 80: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

74

Kadarsetia, E., Primulyana, S., Sitinjak, P., Saing, U.B., 2006. Karakteristik kimiawi air

danau kawah Gunung Api Kelud, Jawa Timur pasca letusan tahun 1990. Jurnal Geologi

Indonesia 1(4), 185-192.

Kaufman, Y.J., Remer, L.A., 1994. Detection of forest fire using Mid-IR reflectance: and

application fro aerosols study. IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing 32,

672-683.

Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi.

Lombardo, V., Buongiorno, M.F., Pieri, D., Merucci, L., 2004. Differences in Landsat TM

derived lava flow thermal structures during summit and flank eruption at Mount Etna. Journal

of Volcanology and Geothermal Research 134, 15-34.

Lu, Z., Rykhus, R., Masterlark, T., Dean, K.G., 2004. Mapping recent lava flows at Westdahl

Volcano, Alaska, using radar and optical satellite imagery. Remote Sensing of Environment

91, 345-353.

Novak, I.D., Soulakellis, N., 2000. Identifying geomorphic features using LANDSAT-5 TM

data processing techniques on Lesvos, Greece. Geomorphology 34, 101-109.

Pallister, J.S., Schneider, D.J., Griswold, J.P., Keeler, R.H., Burton, W.C., Noyles, C.,

Newhall, C.G., Ratdomopurbo, A., 2013. Merapi 2010 eruption—Chronology and extrusion

rates monitored with satellite radar and used in eruption forecasting. Journal of Volcanology

and Geothermal Research 261, 144-152.

Parwati, Yulianto, F., Suwarsono, Zubaidah,A., Suprapto,T., Wiweka. 2013. Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh untuk Analisis Potensi Aliran Erupsi Gunung Api dan Banjir Lahar

Dingin . Majalah Inderaja (4)6, 46-53.

Patrick, M.R., Dehn, J., Rapp, K.R., Lub, Z., Dean, K., Moxey, L., Izbekov, P., Guritz, R.

2003. The 1997 eruption of Okmok Volcano, Alaska: a synthesis of remotely sensed

imagery. Journal of Volcanology and Geothermal Research 127, 87-105.

Patrick, M., Dean, K., dehn, J., 2003. Active mud volcanism observed with Landsat 7 ETM+.

Journal of Volcanology and Geothermal Research 131, 307-320.

Pinel, V., Hooper, A., De la Cruz-Reyna, S., Reyes-Davila, G., Doin, M.P., Bascou, P., 2011.

The challenging retrieval of the displacement field from InSAR data for andesitic

stratovolcanoes: Case study of Popocatepetl and Colima Volcano, Mexico. Journal of

Volcanology and Geothermal Research 200, 49-61.

Pratomo, I., 2006. Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa letusan

gunung api dalam sejarah. Jurnal Geologi Indonesia1(4), 209-227.

Riddick, S.N., Schmidt, D.A., Deligne, N.I., 2012. An analysis of terrain properties and the

location of surface scatterers from persistent scatterer interferometry. ISPRS Journal of

Photogrammetry and Remote Sensing 73, 50-57.

Page 81: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

75 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

Stevens, N.F., Manville, V., Heron, D.W., 2002. The sensitivity of a volcanic low model to

digital elevation model accuracy: experiments with digitised map contours and interferometric

SAR at Ruapehu and Taranaki volcanoes, New Zealand. Journal of Volcanology and

Geothermal Research 119, 89-105.

Sutawidjaja, I.S., Prambada, O., Siregar, D.A., 2013. The August phreatic eruption of Mount

Sinabung, North Sumatra. Indonesian Journal of Geology 8 (1), 55-61.

Teillet, P., Guindon, B., Goodenough, D., 1982. On the slope-aspect correction of

Multispectral Scanner Data. Canadian Journal of Remote Sensing 8(2), 84-106.

Trisakti, B., Kartasasmita, M., Kustiyo, Kartika, T., 2009. Kajian koreksi terrain pada citra

Landsat Thematic Mapper (TM). Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra

Digital 6, 1-10.

USGS, http://landsat.usgs.gov/Landsat8_Using_Product.php, diakses pada 2013-06-01

03:48 pm

Wright, R., Flynn, L.P., Harris, A.J.L., 2001. Evolution of lava flow-fields at Mount Etna, 27–

28 October 1999, observed by Landsat 7 ETM+. Bull Volcanol 63, 1-7.

Wessels, R.L., Vaughan, R.G., Patrick, M.R., Coombs, M.L., 2013. High-resolution satellite

and airborne thermal infrared imaging of precursory unrest and 2009 eruption at Redoubt

Volcano, Alaska. Journal of Volcanology and Geothermal Research 259, 248-269.

Yulianto, F., Sofan, P., Khomarudin, M.R., Haidar, M. 2012. Extracting the damaging effects

of the 2010 eruption of Merapi volcano in Central Java, Indonesia. Natural Hazards. DOI

10.1007/s11069-012-0438-4

Page 82: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

76

Lampiran

1

KEBUTUHAN PENGGUNA (USER REQUIREMENTS)

LAPORAN HASIL RAPAT Koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam Rangka Kajian Permintaan Pengguna Informasi Kebencanaan-Gunungapi dari Data Satelit

Waktu Jum’at, 22 Agustus 2014, pukul 09.00 – 11.30 WIB

Tempat Ruang Rapat Bidang LMB

Peserta 1. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN.

2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Agenda 1. Sosialisasi produk-produk informasi terkait bencana erupsi

gunungapi berbasis penginderaan jauh yang selama ini telah

dihasilkan oleh LAPAN.

2. Mengetahui state of the art informasi kegunungapian yang

dibutuhkan oleh stakeholder/pengguna, khususnya dari Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

3. Menerima saran/masukan mengenai bentuk informasi

kegunungapian bagaimanakah yang sebaiknya dibuat dengan

berbasis citra satelit.

Hasil Rapat 1. PVMBG memberikan respon positif terhadap kegiatan riset

pemanfaatan data satelit untuk deteksi daerah terkena erupsi

gunungapi yang dilakukan oleh Pusfatja LAPAN.

2. PVMBG memaparkan keperluan data penginderaan jauh untuk

mendukung kegiatan di PVMBG, khususnya dalam modelling

asap letusan dan daerah terkena aliran lava/lahar. Data DEM

resolusi tinggi diperlukan untuk mendukung modelling tersebut.

Rencana

selanjutnya

1. Rencana pembuatan Buku Pemantauan 22 Gunungapi Prioritas

(dari Citra Inderaja).

2. Rencana kunjungan Tim Pusfatja LAPAN ke PVMBG.

3. Tindak lanjut untuk penyusunan MoU, LAPAN – Badan Geologi.

Dokumentasi/Foto-foto Kegiatan

Page 83: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

77 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

LAPORAN HASIL PERTEMUAN Koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kajian Permintaan Pengguna Informasi Kebencanaan-Gunungapi dari Data Satelit

Waktu Rabu, 27 Agustus 2014, pukul 13.00 – 15.00 WIB

Tempat Kantor BPBD Kab. Malang

Peserta 1. BPBD Kab. Malang

2. Tim Survei Pusfatja LAPAN

Agenda 1. Sosialiasi riset pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi

daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

2. Diskusi permintaan pengguna.

3. Koordinasi rencana survei.

Hasil Rapat 1. Pihak BPBD Kab. Malang memberikan respon positif terhadap

kegiatan riset yang dilakukan oleh Pusfatja LAPAN, khususnya

terkait dengan pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi

daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

2. LAPAN menyerahkan print-out ukura A3 produk-produk

pemantauan erupsi G.Kelud tahun 2014 dari citra satelit.

3. Pihak BPBD berkenan untuk meminta hasil-hasil riset yang

dilakukan oleh Pusfatja LAPAN dalam konteks jenis bencana

secara lebih luas (erupsi gunungapi, abrasi pantai, kekeringan,

dll.).

Rencana

selanjutnya

Dalam pertemuan ini pihak BPBD Kab. Malang akan mencoba

melakukan penjajagan bentuk kerjasama yang tepat untuk ke

depannya.

Dokumentasi/Foto-foto Kegiatan

Page 84: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

78

LAPORAN HASIL PERTEMUAN Koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kajian Permintaan Pengguna Informasi Kebencanaan-Gunungapi dari Data Satelit

Waktu Kamis, 28 Agustus 2014, pukul 10.00 – 15.00 WIB

Tempat Kantor BPBD Kab. Blitar

Peserta 1. BPBD Kab. Blitar

2. Tim Survei Pusfatja LAPAN

Agenda 1. Sosialiasi riset pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi

daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

2. Diskusi permintaan pengguna.

3. Koordinasi rencana survei.

Hasil Rapat 1. Pihak BPBD Kab. Blitar memberikan respon positif terhadap

kegiatan riset yang dilakukan oleh Pusfatja LAPAN, khususnya

terkait dengan pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi

daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

2. Pihak BPBD berkenan untuk mendampingi selama pelaksanaan

survei lapangan di wilayah Kab. Blitar.

Rencana

selanjutnya

Dalam pertemuan ini pihak BPBD Kab. Blitar akan mencoba

melakukan penjajagan bentuk kerjasama yang tepat untuk ke

depannya, terutama dalam pelatihan dan permintaan data citra satelit.

Dokumentasi/Foto-foto Kegiatan

Page 85: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

79 Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi GunungapiUntuk Pemetaan Cepat Daerah Terkena Bencana Erupsi Gunungapi

LAPORAN HASIL PERTEMUAN Koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) G.Kelud

Kajian Permintaan Pengguna Informasi Kebencanaan-Gunungapi dari Data Satelit

Waktu Jumat, 29 Agustus 2014, pukul 13.00 – 15.00 WIB

Tempat Pos Pengamatan G. Kelud Kab. Kediri

Peserta 1. Staf Pengamat G. Kelud

2. Tim Survei Pusfatja LAPAN

Agenda 1. Sosialiasi riset pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi

daerah terkena bencana erupsi gunungapi.

2. Diskusi permintaan pengguna.

3. Koordinasi rencana survei.

Hasil Rapat 1. Pihak PGA memberikan respon positif terhadap kegiatan riset

yang dilakukan oleh Pusfatja LAPAN, khususnya terkait dengan

pemanfaatan data penginderaan jauh untuk deteksi daerah

terkena bencana erupsi gunungapi.

2. Pihak PGA berkenan untuk mendampingi selama pelaksanaan

survei lapangan di wilayah Kab. Blitar.

Rencana

selanjutnya

Dalam pertemuan ini pihak Tim LAPAN menyerahkan print-out A3

hasil pemantauan erupsi G.Kelud tahun 2014. Pihak PGA meminta

untuk bisa akses informasi hasil pemantauan bencana, khususnya

terkait erupsi G. Kelud.

Dokumentasi/Foto-foto Kegiatan

Page 86: Cover Depan dan Belakang - Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauhpusfatja.lapan.go.id/files_uploads_ebook/publikasi/Buku Laporan... · penelitian dan pengembangan model pemanfaatan penginderaan

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH - 2014