bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/bab ii.pdf ·...

15
8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Banyak yang telah melakukan peneletian berkaitan dengan tax avoidance dengan menggunakan variabel independen yang berbeda-beda. Berhubung pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah resiko perusahaan, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal maka peneliti mengambil beberapa jurnal sebagai referensi untuk penelitian. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto (2015) menyimpulkan bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2015) menunjukan hasil yang sama bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, serta penelitian yang dilakukan oleh Butje dan Tjondro (2014) mendapatkan hasil yang sama. Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang digunakan dalam penelitian Jasmine (2017), hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian dengan variabel serupa juga dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel serupa yang digunakan sebagai referensi akan dirincikan sebagai berikut:

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

8

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Banyak yang telah melakukan peneletian berkaitan dengan tax avoidance

dengan menggunakan variabel independen yang berbeda-beda. Berhubung

pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah resiko

perusahaan, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal maka peneliti

mengambil beberapa jurnal sebagai referensi untuk penelitian.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto

(2015) menyimpulkan bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap tax avoidance, penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2015)

menunjukan hasil yang sama bahwa resiko perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap tax avoidance, serta penelitian yang dilakukan oleh Butje dan Tjondro

(2014) mendapatkan hasil yang sama.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang digunakan

dalam penelitian Jasmine (2017), hasil dari penelitian tersebut menunjukan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian

dengan variabel serupa juga dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian terdahulu

yang menggunakan variabel serupa yang digunakan sebagai referensi akan

dirincikan sebagai berikut:

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

9

Tabel 2.1 Referensi Penelitian Terdahulu

No Nama (Tahun) Judul /jurnal Objek/variabel/

Analisis

Hasil

1.

Jasmine (2017)

Pengaruh leverage,

kepelimikan

institusonal, ukuran

perusahaan, dan

profitabilitas

terhadap

Penghindaran pajak

(studi pada

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2012-2014.

Objek : 34

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2012-2014

IV: leverage

kepemilikan

institusional,

ukuran

perusahaan, dan

profitabilitas,

DV: tax

avoidance

Metode :

multiple

regression

analysis.

Leverage,

kepemilikan

institusional,

Ukuran

perusahaan, dan

Profitabilitas

berpengaruh

terhadap

penghindaran

pajak.

2. Damayanti dan

Susanto (2015)

Pengaruh Komite

Audit, Kualitas

Audit, Kepemilikan

Institusional, Risiko

Perusahaan Dan

Return On Assets

Terhadap Ax

Avoidance

Objek : 22

perusahaan real

estate di BEI

tahun 2010-2013

IV: komite audit,

kualitas audit,

kepemilikan

institusional,

risiko perusahaan

dan return on

assets DV: tax

avoidance

Metode: analisis

regresi data panel.

Resiko perusahaan

dan ROA

perpengaruh

signifikan terhadap

tax avoidance.

Komite audit,

kualitas audit, dan

kepemilikan

intitusional tidak

berpengaruh

terhadap tax

avoidance.

3. Cahyono et al.

(2016)

Pengaruh komite

audit, kepemilikan

institusional, dewan

komisaris, ukuran

perusahaan (size),

leverage (DER) dan

profitabilitas (ROA)

terhadap tindakan

penghindaran pajak

Objek: 23

perusahaan go

public yang

terdaftar di BEI

2011-2013

IV: komite audit,

kepemilikan

institusional,

dewan komisaris,

Jumlah komite

audit, kepemilikan

institusional

berpengaruh

terhadap tax

avoidance.

Proporsi dewan

komisaris

independen,

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

10

(tax avoidance)

pada perusahaan

perbankan yang

listing BEI periode

tahun 2011 – 2013

ukuran

perusahaan (size),

leverage (DER)

dan profitabilitas

(ROA).

DV: tax

avoidance

Metode:

multiple

regression

analysis.

ukuran

perusahaan,

leverage, dan

profitabilitas tidak

berpengaruh

terhadap tax

avoidance.

4.

Ginting (2016)

Pengaruh corporate

governance dan

kompensasi rugi

fiskal terhadap

penghindaran pajak

dengan ukuran

perusahaan sebagai

variabel moderating.

Objek: 57

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2012-2014

DV: Tax

Avoidance

IV: corporate

governance dan

kompensasi rugi

fiskal

MV: ukuran

perusahaan

Metode: analisis

regresi linear

berganda.

Corporate

governance,

kompensasi rugi

fiskal, dan

kepemilikan

institusional

berpengaruh

signifikan terhadap

penghindaran

pajak. Sedangkan

komisaris

independen tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

penghindaran

pajak. Ukuran

perusahaan tidak

mampu

memoderasi

hubungan

variabel-variabel

tersebut.

5. Merslythalia

dan Lasmana

(2016)

Pengaruh

kompetensi

eksekutif, ukuran

perusahaan,

komisaris

independen, dan

kepemilikan

institusional

terhadap tax

avoidance.

Objek: 49

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2012-2014.

DV: tax

avoidance.

IV: kompetensi

eksekutif, ukuran

perusahaan,

komisaris

Kompetensi

eksekutif, ukuran

Perusahaan,

komisaris

Independen tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

tax avoidance.

Kepemilikan

institusional

berpengaruh

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

11

independen, dan

kepemilikan

institusional.

Metode: Analisis

regresi linear

berganda.

negatif

terhadap tax

avoidance.

6. Saifudin dan

Yunanda

(2016)

Determinasi ROA,

leverage, ukuran

perusahaan,

kompensasi rugi

fiskal dan

kepemilikan

institusi terhadap

penghindaran pajak

(studi empiris pada

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

tahun 2011 - 2014).

Objek: 35

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI

pada tahun 2011-

2014.

DV: tax

avoidance

IV: ROA,

leverage, ukuran

perusahaan,

kompensasi rugi

fiskal dan

kepemilikan

institusi.

Metode: analisis

regresi linear

berganda.

ROA, dan

kompensasi rugi

fiskal

berpengaruh

terhadap

penghindaran

pajak. Leverage,

ukuran

perusahaan, dan

kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh

terhadap

penghindaran

pajak.

7.

Saputra et al.

(2015)

Pengaruh corporate

governance,

profitabilitas dan

karakter eksekutif

terhadap tax

avoidance pada

perusahaan yang

terdaftar di BEI

tahun 2012-2014.

Objek: 38

perusahaan yang

te rdaftar di BEI

tahun 2012-2014.

DV: tax

avoidance.

IV: corporate

governance,

profitabilitas dan

karakter

eksekutif.

Metode: analisa

regresi linear

berganda.

Proporsi dewan,

kualitas audit, dan

audit komite tidak

signifikan

mempengaruhi tax

avoidance.

Sementara itu,

return on assets

dan karakter

eksekutif

signifikan

mempengaruhi tax

avoidance.

8. Maharani dan

Suardana

(2014)

Pengaruh corporate

governance,

profitabilitas dan

karakteristik

eksekutif pada tax

Objek: 37

perusahaan

Selama periode

pengamatan 5

tahun berturut-

Karakteristik

eksekutif

berpengaruh

positif terhadap tax

avoidance, ROA

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

12

avoidance

perusahaan

manufaktur

turut sehingga

total sampel 159

terdaftar di BEI

tahun 2008-2012

Variabel :

IV : corporate

governance,

profitabilitas dan

karakteristik

perusahaan

dan corporate

governance

berpengaruh

negatif terhadap

tax avoidance.

9. Ngadiman dan

Puspitasari

(2014)

Pengaruh leverage,

kepemilikan

institusional, dan

ukuran perusahaan

terhadap

penghindaran pajak

(tax avoidance)

pada perusahaan

sektor manufaktur

yang terdaftar di

BEI 2010-2012.

Objek : 67

perusahaan

manufaktur.

IV: leverage,

kepemilikan

institusional, dan

ukuran

perusahaan.

DV: tax

avoidance.

Metode: analisis

regresi linear

berganda.

Leverage tidak

memiliki pengaruh

yang signifikan,

sedangkan

kepemilikan

institusional dan

ukuran perusahaan

memiliki pengaruh

yang segnifikan

terhadap

penghindaran

pajak.

10 Munandar et

al. (2016)

Pengaruh ukuran

perusahaan,

leverage, dan

kompensasi rugi

fiskal terhadap tax

avoidance

Objek : 40

perusahaan

manufaktur

subsektor

otomotif yang

terdaftar di BEI

tahun 2010-2014

IV : ukuran

perusahaan,

leverage, dan

kompensasi rugi

Fiskal.

DV : tax

avodance.

Metode: analisis

regresi data panel.

Ukuran

perusahaan

berpengaruh

negatif signifikan

terhadap tax

avoidance,

kompensasi rugi

fiskal tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

tax avoidance.

B. Tinjauan Pustaka

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

13

1. Teori Atribusi (Atribution Theory)

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Heider pada tahun 1958, yang

kemudian dikembangkan oleh Kelley tahun 1972. Menurut Heider (1958)

setiap individu adalah seorang ilmuan semu (pseudo scientist) yang selalu

berusaha mencari dan mengidentifikasi informasi yang berkaitan dengan alasan

individu melakukan sesuatu. Dengan kata lain, teori atribusi menegaskan

bahwa seseorang berusaha menjelaskan penyebab orang lain atau dirinya

sendiri melakukan hal tersebut. Menurut Robbins dan Judge (2008) ada faktor-

faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu.

Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan eksternal. Jika seseorang

melakukan sesuatu atas dasar kemauan sendiri atau dikendalikan oleh dirinya

artinya orang tersebut dipengaruhi oleh faktor internal, sebaliknya jika dibawah

kendali orang lain atau lingkungan luar berarti dipengaruhi oleh faktor

eksternal. Robbins & Judge (2008) mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaruhi penyebab perilaku internal dan eksternal adalah sebagai

berikut:

a. Kekhususan

Kekhususan artinya individu cenderung memperlihatkan perilaku-

perilaku yang berlainan. Jika perilaku tersebut dianggap biasa maka dianggap

sebagai faktor internal. Sebaliknya, apabila perilaku dianggap tidak biasa maka

perilaku tersebut disebabkan faktor eksternal.

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

14

b. Konsensus

Konsensus artinya apabila semua orang melakukan perilaku yang sama

dalam menghadappi situasi atau kondisi serupa. Apabila konsensus rendah,

maka perilaku tersebut disebabkan secara internal. Sebaliknya, apabila

konsensus tinggi maka perilaku tersebut disebabkan eksternal.

c. Konsistensi

Konsistensi artinya apakah individu selalu mempunyai kecenderungan

merespon dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten

perilaku, maka perilaku tersebut disebabkan secara internal. Sebaliknya,

semakin tidak konsisten perilaku, maka perilaku tersebut disebabkan secara

eksternal.

Dilihat dari sudut pandang teori atribusi maka teori ini relevan dengan

penelitian perpajakan yang merujuk pada kepatuhan wajib pajak dalam

mentaati setiap peraturan perpajakan yang dibuat, khususnya cara-cara yang

digunakan dalam perhitungan beban pajak apakah sesuai dengan yang

tercantum dalam peraturan perpajakan.

2. Teori Kepentingan

Kepentingan dijadikan sebagai dasar pembagian beban pajak kepada

rakyat dengan melihat tingkat kepentingan masing-masing pribadi (Mardiasmo,

2000:3). Teori ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepentingan

terhadap suatu negara maka besar beban pajak yang dibayarkan juga

berbanding lurus. Maka selayaknya perusahaaan harus membayar beban pajak

sesuai dengan kepentingannya. Perusahaan membutuhkan seluruh aspek yang

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

15

ada di dalam suatu negara agar dapat menghasilakan penghasilan atau

keuntungan. Selain itu, perusahaan dalam pengambilan keputusan dan

kebijakan sangat bergantung pada negara, yang didalamnya menyangkut

regulasi, masyarakat dan stabilitas negara. Konflik akan terjadi apabila

perusahaan yang besar dengan tingkat kepentingan tinggi melakukan

penghindaran pajak sehingga beban pajak yang dibayarkan kepada negara tidak

sesuai dengan kepentingannya.

3. Teori Daya Pikul

Teori ini mengemukakan bahwa beban pajak untuk semua orang harus

sama berat, artinya beban pajak yang dibayarkan kepada negara harus sesuai

dengan daya pikul atau beban masing-masing orang (Mardiasmo, 2000:4). Ada

dua pendekatan yang digunakan untuk mengukur daya pikul, yaitu: pendekatan

unsur objektif dan pendekatan unsur subjektif. Unsur objektif menitikberatkan

pada seberapa besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki, sedangkan

unsur subjektif melihat besarnya kebutuhan materil yang harus dipenuhi.

4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Tax avoidance adalah alat untuk melakukan tax saving dengan

mengalihkan sumber daya yang seharusnya diberikan untuk negara kepada

para pemegang saham agar nilai after tax perusahaan meningkat (Butje &

Tjondro, 2014). Menurut Prebble et al., (2012) tax avoidance adalah suatu

kegiatan dalam melakukan penghindaran pajak dengan cara mengambil

keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan hukum yang ada untuk

mengecilkan pajak terutang. Tax avoidance merupakan contoh dari tax

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

16

planning yang dapat dilakukan melalui proses pengelolaan laba untuk

mengurangi pengenaan pajak yang tidak diinginkan perusahaan sehingga

perusahaan dapat melakukan tax saving. Tindakan tax avoidance dilakukan

melalui mekanisme manajemen pajak.

5. Risiko Perusahaan

Risiko perusahaan merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa

diukur dengan rumus deviasi standar. Risiko perusahaan (corporate risk)

merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan

itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downsiderisk) atau lebih dari yang

direncanakan (upset potensial), semakin besar deviasi standar earning

perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada.

Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif

apakah termasuk risk taker atau risk averse Setiap perusahaan memiliki

seorang pemimpin yang menduduki posisi teratas baik sebagai top eksekutif

maupun top manajer, dimana setiap pimpinan memiliki karakter-karakter

tertentu untuk memberikan arahan dalam menjalankan kegiatan usaha sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (Butje dan Tjondro, 2014). Low

(2006) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan

perusahaan, eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk

averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih

berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan

kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

17

lebih tinggi, berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk

averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga

kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif dengan karakter

risk averse jika mendapatkan peluang maka ia akan memilih resiko yang lebih

rendah.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengklasifikasikan

perusahaan dari segi total aset, jumlah penjualan, jumlah tenaga kerja, dan lain-

lain (Saifudin dan Yunanda, 2016). Definisi ini hampir serupa dengan definisi-

definisi yang telah dinyatakan sebelumnya. Total aset dan jumlah penjualan

menjadi alat pengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan beberapa definisi

tersebut, maka dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala

yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai

equity, nilai penjualan, jumlah karyawan, nilai total aset, dan lainnya.

7. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi kerugian dalam pajak penghasilan diatur pada Pasal 6 ayat

(2) Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000. Adapun beberapa

poin penting yang perlu diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah

sebagai berikut:

a. Istilah kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial.

Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan

biaya-biaya yang telah memperhitungkan ketentuan pajak penghasilan.

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

18

b. Kompensasi kerugian hanya di perkenankan selama lima tahun ke depan

secara berturut-turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada

kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi

dikompensasikan.

c. Kompensasi kerugian hanya diperuntukan wajib pajak badan dan orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak

dikenakan PPh Final dan perhitungan pajak penghasilannya tidak

menggunakan norma penghitungan.

d. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan

penghasilan dari dalam negeri.

C. Perumusan Hipotesis

1. Resiko Perusahaan Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance

Merujuk pada teori atribusi yang menyatakan adanya faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi perilaku individu, maka karakteristik eksekutif

yang mencerminkan resiko perusahaan dapat digolongkan sebagai faktor

internal perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

penghindaran pajak (tax avoidance) yang dijadikan sebagai dasar kebijakan

perusahaan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh eksekutif perusahaan.

Eksekutif perusahaan melakukan pengambilan keputusan atas dasar

pengalaman dan keahlian yang dimiliki, dimana keputusan maupun kebijakan

yang diambil oleh eksekutif merupakan refleksi dari sifat dan karakter yang

dimilikinya. Keputusan untuk melakukan tax avoidance bergantung pada

individu eksekutif perusahaan dalam mengambil keputusan.

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

19

Eksekutif biasanya memiliki dua karakter yaitu risk taker dan risk averse

(Rangkuti et al., 2017). Ekesekutif yang memiliki karakteristik risk taker

cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis bahkan tidak ragu-

ragu dalam mengambil keputusan, berbeda dengan risk averse yang cenderung

ragu untuk mengambil resiko terkait keputusan yang diambilnya (Saputra et

al., 2015). Oleh karena itu secara logika eksekutif yang cenderung memiliki

sifat risk taker akan berani malakukan praktik penghindaran pajak (tax

avoidance) karena semakin eksekutif bersifat risk taker, nilai Current ETR

akan semakin rendah yang mengindikasikan tax avoidance makin tinggi. Hal

ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2015)

menyimpulkan karakter eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance. Sama halnya dengan penelitian Butje dan Tjondro (2014) yang

medapatkan hasil yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesisi

yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Risiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

2. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance

Perusahaan yang termasuk dalam skala perusahaan besar akan

mempunyai sumber daya yang berlimpah yang dapat digunakan, tentunya tidak

menutup kemungkinan sumber daya tersebut berasal dari negara yang

dijadikan tempat usahanya suatu perusahaan, artinya ada kepentingan

perusahaan terhadap suatu negara. Hal ini sejalan dengan teori kepentingan

yang menegaskan bahwa semakin besar kepentingan wajib pajak terhadap

negaranya maka semakin besar pula pajak yang harus dibayarkan. Namun,

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

20

perusahaan dengan skala besar akan berusaha menekan laba atau

penghasilannya agar beban pajak yang dibayarkan kepada negara semakin

sedikit dengan mencari cara untuk melakukan penghindaran pajak (tax

avoidance). Hal tersebut tentunya berlawanan dengan teori kepentingan.

Richardson dan Lanis (2007) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan

maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan

perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya

untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory).

Selain itu, perusahaan dengan skala besar cenderung memiliki transaksi yang

rumit dan komplek sehingga celah-celah tersebut dimanfaatkan oleh

perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Hal tersebut

juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Jasmine (2017) menyimpulkan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak

(tax avoidance), dan selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman

dan Puspitasari (2014) yang mendapatkan hasil serupa bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka hipotesisi yang diajukan pada

penelitian ini sebagai berikut :

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

3. Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap Tax

Avoidance.

Berdasarkan teori atribusi individu cenderung melakukan sesuatu

didasari dengan suatu alasan atau penyebab. Penyebab tersebut dipengaruhi

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

21

oleh fator internal dan eksternal. Selain itu, pada teori atribusi mengidentifikasi

apakah perilaku individu tersebut mengarah pada kepatuhan atau tidak. Jika

dihubungkan teori atribusi dengan kepatuhan akan peraturan dan undang-

undang perpajakan maka penghindaran pajak (tax avoidance) dapat

digolongkan sebagi perilaku yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan

kompensasi rugi fiskal digolongkan sebagai faktor yang mempengaruhinya

secara internal. Secara logika, perusahaan yang telah merugi dalam satu

periode akuntansi diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian

tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba

perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian

tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari

beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah

kompensasi kerugian perusahaan. Hal ini selaras dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh Saifudin dan Yunanda (2016) menyimpulkan bahwa

kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax

avoidance). Selain itu Ginting (2016) juga mendapatkan hasil yang sama

bahwa kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

pajak (tax avoidance). Hasil serupa juga didapat oleh penelitian yang dilakukan

Rinaldi (2015). Maka hipotesisi yang diajukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H3 : Kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

D. Kerangka Pemikiran

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39738/3/BAB II.pdf · kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan. c

22

Perusahaan akan berusaha untuk menekan jumlah laba agar beban pajak

yang dibayarkan berkurang sehingga perusahaan cenderung melakukan praktik

penghindaran pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan celah-celah

peraturan perpajakan. Cara-cara yang dilakukan tentunya dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang berhubungan dengan penghindaran pajak seperti risiko

perusahaan, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal perusahaan.

H1

H2

H3

Gambar 2.1

Risiko

Perusahaan

(X1)

Ukuran

Perusahaan

(X2)

Kompensasi

Rugi Fiskal

(X3)

Tax

Avoidance

(Y1)