yang tertinggal/tersisa dari roh - christianresources.co fileyang tertinggal/tersisa dari roh 3...

44
Yang Tertinggal/Tersisa dari ROH Lachlan & Melanie Perrin dengan Victor Hall Edisi Pertama: 31 st Oktober 2008 Ayat-ayat diambil dari NASB, NKJV atau KJV kalau tidak akan dicatat. Di mana penekanan huruf miring digunakan dalam ayat- ayat referensi, ini telah ditambahkan dan tidak muncul dalam terjemahan asli. Diterbitkan oleh visionone ©Vision One Inc. 2008 TCF 10 Old Goombungee Road Toowoomba QLD 4350 Tlp: +617 4698 6646 Email: [email protected] Untuk Katalog musik Kristen dan Publikasi, silahkan kunjungi:

Upload: lekhue

Post on 03-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Yang Tertinggal/Tersisa dari ROH Lachlan & Melanie Perrin

dengan Victor Hall

Edisi Pertama: 31st Oktober 2008

Ayat-ayat diambil dari NASB, NKJV atau KJV kalau tidak akan

dicatat. Di mana penekanan huruf miring digunakan dalam ayat-

ayat referensi, ini telah ditambahkan dan tidak muncul dalam

terjemahan asli.

Diterbitkan oleh visionone

©Vision One Inc. 2008

TCF 10 Old Goombungee Road

Toowoomba QLD 4350

Tlp: +617 4698 6646

Email: [email protected]

Untuk Katalog musik Kristen dan Publikasi, silahkan kunjungi:

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

1

Daftar Isi

Pendahuluan 3  SATU 5  Menemukan Kesepadanan Melalui Persembahan 5  

Perjanjian Nenek Moyang 6  Kecocokan yang Romantis atau Kesepadanan Kristen? 7  Sukacita Romantis/Percintaan 8  Rumah dari Imam – Rumah Kristus 9  Teman Pewaris/Pewaris bersama 11  Korban-korban Rohani 13  Pengkhianatan Melawan Kesepadanan 15  Perjanjian Pernikahan 16  Dosa Adam 18  Yang tertinggal/tersisa dari Roh 20  Pengudusan 20  Penghormatan 21  Diberikan Kuasa dengan Yang Tertinggal/Tersisia dari Roh 22  Menjadi siap sedia 25  Diterima Melalui Kekepalaan 27  Membangun Rumah Israel 29  Membawa seorang Istri yang Percaya 31  Idealisme Keagamaan atau Kesepadanan yang Sesungguhnya? 33  

DUA 36  Reorientasi melalui Salib 36  

Sudahkan kita melepaskan ketidakdewasaan atau persepsi/pandangan ‘remaja’ mengenai romatis dan pernikahan? 37  Apakah kesaksian saya atas hubungan ini dari pertumbuhan yang dewasa dan pertemuan yang berdasarkan identitas? 38  Sudahkah kita melepaskan keinginan untuk menguasai yang lain dan mengontrol agenda? 39  Masihkah kita memelihara kekhawatiran? (Apakah perempuan menemukan kesepadanan dengan ketakutan? Apakah laki-laki takut perempuan tidak dapat sepadan dalam pekerjaannya? 40  

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

2

Sudahkan perempuan menemukan iman untuk menjadi paraclete, penolong yang sesungguhnya bagi laki-laki ini dan bukan ideal hebatnya dari seorang istri yang dia proyeksikan bagi dirinya sendiri? 42  

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

3

Pendahuluan

Dalam kitab Amsal, orang bijak heran dengan ‘jalan laki-laki dengan

perempuan.’ Ams 30:19. Pada buku ini kita naik ke kapal perjalanan

praktek untuk menemukan model/contoh bagi menemukan kesepadanan,

mengambil contoh dalam pembuatan Hawa, untuk Adam. Bagaimana

mujizat Allah dalam kasih orang Kristen menarik seorang laki-laki dan

seorang perempuan bersama-sama begitu dekat, sehingga mereka dapat

menjadi satu? Mat 19:6. Dengan melangkah melalui pernyataan profetik

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

4

Maleakhi, kita mengambil pandangan yang segar mengenai perjanjian

pernikahan, memperhatikan bahwa menerima ‘yang tertinggal/tersisa

dari Roh’ adalah makna yang berkuasa untuk menemukan kesepadanan

yang sesungguhnya. Pokok-pokok pembahasan lebih jauh lagi

termasuk: pertemuan dalam pengudusan; perhubungan dengan

menghormati identitas penentuan Allah bagi setiap orang;

model/contohnya Allah untuk membangun rumah-Nya.

Dapatkah kita mengetahui perbedaan antara romantis pada umumnya

yang digambarkan pada saat ini, dengan kasih yang sempurna dari

Allah? Perbedaan antara menemukan seseorang yang cocok, dengan

tindakan kedaulatan Allah untuk menyatukan dua individu ke dalam

satu rumah yang sepadan? Kita percaya jawabannya adalah ya. Bab

pertama akan melangkah melalui prinsip-prinsip theologia menemukan

kesepadanan melalui persembahan, sedangkan bagian kedua dari buku

ini berbicara secara praktek tentang pertemuan seorang laki-laki dan

seorang perempuan. Ketika setiap pasangan mencita-citakan

pernikahan yang ilahi, sebuah reorientasi melalui salib Kristus

menjamin pasangan sepadan. Belajar untuk mempersembahkan dengan

murni dan saling komitmen satu dengan yang lain, respek yang benar

terhadap pengudusan dan penghormatan, penghargaan terhadap

karunia masing-masing dan kunci kepada kebahagiaan yang terus-

menerus dalam pernikahan, memastikan buku ini memberikan

perspektif yang berguna pada pernikahan Kristen.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

5

SATU

Menemukan Kesepadanan Melalui Persembahan

Nabi Maleakhi memperingatkan rumah Israel bahwa hanya

kedaulatan/kekuasaan Allah yang dapat menyatukan laki-laki dan

perempuan dalam kesepadanan. Tidak lagi berpegang pada perjanjian

pernikahan kudusnya Tuhan, bangsa Israel ditegur Maleakhi karena

melakukan pengkhianatan; satu dengan yang lain, dengan istri mereka;

dan dengan Allah sendiri. Dua perjanjian mendasar hancur ketika Israel

mencari untuk menikahi anak-anak perempuan dari dewa-dewa asing

dan ‘meletakkan/meninggalkan’ istri mereka: perjanjian nenek moyang;

dan perjanjian pernikahan. Hanya melalui istirahat/tenang/rest dan

damai sejahtera dari persembahan, laki-laki dan perempuan dapat

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

6

menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh, dan dijadikan satu, oleh Allah.

Mal 2:15.

Perjanjian  Nenek  Moyang  Maleakhi bertanya kepada umat Allah, ‘mengapa kita berkhianat satu

sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang …

Yehuda … telah menjadi suami anak perempuan allah asing.’ Mal 2:10,11.

Perjanjian nenek moyang menunjuk kepada hukum yang diturunkan

kepada bangsa Israel melalui Musa. Tuhan memerintahkan umat-Nya

untuk jangan mengambil mempelai perempuan dari, atau memberikan

anak-anak perempuan mereka kepada, bangsa-bangsa yang mereka

temui ketika mereka mengikuti-Nya. Het, Girgazi, Amori, Kanaan,

Feris, Hewi, Yebus adalah semua yang disebutkan Allah. Kita dapat

memperhitungkan contoh-contoh dari Tuhan dalam masyarakat saat

ini, untuk mewakili semua orang yang bukan Kristen. ‘Janganlah

engkau mengadakan perjanjian … Janganlah juga engkau kawin-

mengawin dengan mereka … mereka akan membuat anakmu laki-laki

menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah

lain.’ Ul 7:1-3. Kita hidup dengan pengharapan bahwa semua laki-laki

dan perempuan akan mendengar suara Tuhan dan berjalan dalam

jalan-jalan-Nya, tapi sebelumnya, ‘Janganlah kamu merupakan

pasangan yang tidak seimbang (Jangan menjadi tidak seimbang dengan

mengenakan kuk bersama-sama – terjemahan Inggris) dengan orang-

orang yang tak percaya.’ 2 Kor 6:14. Lebih jauh lagi Paulus menjelaskan,

‘Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial [alah asing]?

Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

7

percaya?’ 2 Kor 6:15. Kami bukan bermaksud untuk berprasangka

terhadap mereka yang diluar persekutuan Kristus, tapi lembaga

pernikahan kudus-Nya Allah tidak dapat dimasuki kecuali keduanya

laki-laki dan perempuan dengan beriman mengakui salib Kristus

sebagai pusat dari pernikahan. Pemikiran duniawi tentang kecocokan

adalah dipertanyakan pada terbaiknya, sedangkan menemukan

kesepadanan adalah tidak mungkin.

Kecocokan  yang  Romantis  atau  Kesepadanan  Kristen?  Apa perbedaan antara kesepadanan Kristen dalam pernikahan dengan

tipu muslihat dan pengkhianatan dari kecocokan? Pertama-tama, kita

dapat berpikir mengenai kecocokan sebagai presentasi umum dari

percintaan dalam dunia saat ini. Pasangan bergumul antara pernyataan

negatif ‘kita tidak memiliki kesamaan’ dan pernyataan positif ‘saling

tertarik’, yang akhirnya menentukan suatu titik tengah, dan

menamakan diri mereka sendiri cocok. Tipu muslihat yang mungkin

dari berhubungan semacam ini adalah satu orang atau keduanya

mengorbankan siapa diri mereka yang sesungguhnya demi kecocokan.

Sebagai altenatif mereka melihat yang lain sebagai seorang yang bukan

diri mereka, demi kecocokan. Pasangan tetap lunak hanya untuk

menenangkan hubungan itu dan menjaga status quo. Cukup lucu,

model berhubungan ini tidak berbeda dengan

‘pertemanan/persahabatan’ dan tahap ‘pacaran/saling mengenal’ dari

pacaran Kristen dimana masing-masing masih secara mendasar menilai

orang lain dalam hal bagaimana mereka menambahkan sesuatu pada

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

8

diri mereka atau membuat mereka merasakan. Jenis hubungan

berdasarkan kecocokan ini, sama sekali tanpa kasih karunia dan

tuntunan ALLAH, dapat menghasilkan pertemuan yang cacat.

Bahayanya adalah fondasi ini membentuk dasar dari pernikahan, dan

terus berlanjut setelah hari pernikahan yang mana akan terbukti sendiri

menjadi perdagangan budaya yang pincang. Jika, bagaimanapun juga,

tahap yang tepat dari menemukan kesepadanan terjadi, pasangan akan

mencegah ‘banjir’ dari romantis/percintaan yang mengancam untuk

menyapu pasangan turun ke jalan kecocokan.

Sukacita  Romantis/Percintaan  Kesepadanan menjamin keduanya baik laki-laki maupun perempuan

dapat berdiri ditengah-tengah roman-percintaan yang menipu, dan

menemukan kekuatan dalam salib Kristus. Apakah ada

romantis/percintaan dalam pernikahan Kristen? Tentu saja! Tapi

romatis/percintaan berdasarkan pertemuan yang sepadan, dalam

identitas yang benar, menghasilkan sukacita yang lebih besar daripada

romantic/percintaan berdasarkan kecocokan yang saling

menentramkan. Kesepadanan memfasilitasi pertemuan yang benar,

tanpa penaklukan dalam bentuk apapun. Jika salah satu dari laki-laki

atau perempuan merasa bahwa keberhargaan, penerimaan atau validasi

mereka tergantung pada ‘memerintah’ hubungan, akan menghasilkan

pengejaran kontrol. Kemudian kecocokan, menuntut supaya dasar itu

menyerah dalam apa yang dinamakan sintesis/perpaduan kedewasaan.

Perdagangan antara berusaha untuk dasar menaklukkan dan menyerah,

menggerakkan hubungan ini ke paralel, jalan yang berdasarkan hukum.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

9

Sebagai perbandingan, kesepadanan memungkinkan keduanya lahir

dari identitas yang dari atas untuk melakukan persembahan. Dengan

rela saling menyerahkan kehidupan satu dengan yang lain dalam

ekspresi identitas yang penuh. Perhubungan yang didapatkan dalam

pertemuan yang benar memfasilitasi persembahan dalam

kesederhanaan dan perlindungan identitas. Hal ini dapat menjadi

indikasi yang baik dari pasangan yang bertumbuh dewasa. Jika

persembahan, baik dari laki-laki maupun perempuan adalah sulit atau

terhalang, mereka masih menyembunyikan sisa-sisa dari pertemuan

berdasarkan kecocokan. Dalam surat pertamanya, rasul Yohanes

menulis, ‘Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna

melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan

barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih’. 1 Yoh 4:18. Jika

pasangan tidak dapat bertemu dalam identitas yang penuh karena

takut akan hukuman (tuntutan supaya dasar itu mengalah), mereka

berhenti untuk meletakkan seluruh korban bakaran di atas mezbah.

Kel 29:18. Pengudusan dan penghormatan harus menjadi cara dari

persembahan jika kita mau menjadi bagian dari imamat yang rajani

yang mempersembahkan korban-korban rohani.

Rumah  dari  Imam  –  Rumah  Kristus  Adalah penentuan dari semua orang Kristen untuk menjadi ‘generasi

terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus.’ 1 Pet 2:9. Akan membantu

untuk membedakan bagaimana suami dan istri yang sepadan

membentuk rumah yang unik dalam Gereja, sementara kapasitas

mereka sebagai imam tetap menjadi suatu realita bersama. Kami akan

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

10

menganggap disini bahwa pernikahan, dalam satu rumah, tidaklah

merupakan keimamatan. Melainkan, gereja anak sulung, rumah

Kristus, yang melingkupi konteks dari imam. Pekerjaan dari imam

dalam seluruh Kitab Suci, adalah secara mendasar dilakukan dalam

tabernakel, bait Allah. Kita mengingat pentahbisan Harun dan anak-

anaknya dalam kitab Imamat. ‘Inilah hukum tentang korban sajian …

Selebihnya haruslah dimakan oleh Harun dan anak-anaknya; haruslah

itu dimakan sebagai roti yang tidak beragi di suatu tempat yang kudus

[bait] … Telah Kuberikan itu sebagai bagian mereka dari pada segala

korban api-apian-Ku … Setiap laki-laki di antara anak-anak Harun

haruslah memakannya; itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi

kamu turun-temurun … Setiap orang yang kena kepada korban-korban

itu menjadi kudus.’ Im 6:14-18. Kita perhatikan bahwa penunjukkan

Harun dan anak-anaknya sebagai imam diadakan sebagai bagian dari

roti tidak beragi, yang Allah sendiri perhitungkan dari ‘persembahan-

Nya’. Lebih jauh lagi, memakan dan pentahbisan dari Harun dan

rumahnya, hanya dapat brekenan di dalam pelataran kemah pertemuan.

Im 6:16. Ini dalah bait dari tubuh-Nya, gereja anak sulung, rumah

Kristus.

Raja Daud menulis tentang minyak urapan yang berharga ‘Seperti

minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke

janggut Harun dan ke leher jubahnya.’ Maz 133:2. Minyak urapan ini

mengalir turun ke pakaian Harun adalah minyak urapan yang mengalir

dari Kristus kepada semua anggota tubuh-Nya. Kristuslah Imam Besar

dari pengakuan kita, dengan minyak turun ke pakaian anggota tubuh-

Nya yang banyak, yang mengurapi Harun. Ibr 3:1.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

11

Pada Perjamuan Terakhir kita melihat penggenapan, pentahbisan

generasi terpilihnya Kristus, sebagai imamat rajani. ‘Dan ketika mereka

sedang makan, Yesus mengambil (beberapa) roti, mengucap berkat,

memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya

dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."’ Mat 26:26. Seperti

persembahan di tabernakel Musa, Yesus menggunakan persembahan-

NYA untuk murid-murid, supaya mereka dapat ‘kena … menjadi kudus

[ditunjuk sebagai imam-imam]’. Im 6:18. Ketika mereka mengambil

bagian dalam makan Paskah, mereka makan dalam rumah Kristus,

rumah anak sulung. Ini memberikan makna yang besar terhadap

pernyataan Paulus, ‘Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-

Nya; dan rumah-Nya ialah kita …’ Ibr 3:6. Partisipasi kita dalam perjamuan

kudus, makan roti dan minum anggur, menyucikan/mentahbiskan kita

sebagai imamat rajani dalam rumah Kristus. Rumah baru yang

dibentuk bersama oleh suami dan istri, menjadi satu keluarga di dalam

keluarga dari keluarga-keluarga yang membuat rumah Anak. Ini adalah

konteks imamat-Nya, generasi pilihan-Nya yang menjadikan diri

mereka bangsa yang kudus ketika mereka membawa persembahan

mereka.

Teman  Pewaris/Pewaris  bersama  Model persekutuan bersama kita ditemukan dalam persembahan.

‘Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani … supaya

kamu memberitakan [menunjukkan] perbuatan-perbuatan yang besar

dari Dia’. 1 Pet 2:9. Pekerjaan yang mendefinisikan dari imam adalah

menangani persembahan, dan dengan melakukan hal itu, menunjukkan

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

12

kebesaran Allah, disaat Dia menerima persembahan itu. Dasar kita

untuk persekutuan dalam pernikahan berlanjut pada fondasi

persembahan, di mana kita mencari untuk menghidupi kehidupan

Allah. Petrus, murid, menghubungkan pengudusan dan penghormatan

dengan persembahan di antara teman pewaris/sewaris_ injil Kristus.

‘suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, … Hormatilah

mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan,

supaya doamu jangan terhalang’ 1 Pet 3:7. Persembahan yang tidak

terhalang dari keduanya, suami dan istri, adalah yang terpenting dalam

pernikahan Kristen. Kata ‘menghormati’ yang Petrus peringatkan

suami-suami tunjukkan kepada istri-istri mereka, diterjemahkan

‘nilai/menghargai’. Hal ini memberi gambaran luar biasa dari pengertian

Petrus mengenai pernikahan. Dia menasehati suami-suami untuk

mengerti ‘nilai’ dari persembahan istri-istri mereka, sebagai secara

haikiki setara dengan ekspresi identitas mereka yang seutuhnya.

Persembahan kita secara individu, sebagai suami dan istri, adalah

mewakili identitas unik kita, lahir dari atas. Ketika kita mengakui dan

menghargai persembahan dari pasangan kita, kasih dan respek kita

kepada mereka akan terus ‘disempurnakan’. 1 Yoh 4:18. Dengan

melakukan hal itu, cara kita mempersembahan bersama melimpahi kita

dengan kasih karunia kehidupan.

Kita akan mengingat kembali perkataan Yesus, ‘Sebab itu, jika engkau

mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau

teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu [sesama pewaris]

terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu

dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

13

mempersembahkan persembahanmu itu.’ Mat 5:23,24. Jika suami dan

istri tinggal bersama, tanpa saling pengertian dan menghormati

persembahan yang dibawa masing-masing, mereka mempunyai ‘sesuatu

yang ada dalam hati satu terhadap yang lain’. Sementara mereka terus

membawa persembahan mereka sendiri dalam sikap seperti ini, mereka

tidak hidup sepadan, dan ‘doa mereka terhalang’. Raja Daud menulis,

‘Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan

tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu

petang’. Maz 141:2. Ketika kita memperhatikan perkataan Yesus dan

penggambaran Daud mengenai doa kita naik sebagai

korban/persembahan [bakaran] petang hari, sebagai latar belakangnya,

peringatan Petrus membawa hal yang jelas penting sekali. Kesepadanan

kita sebagai teman pewaris, tergantung pada atribut kita dalam

menghormati yang lain. Ketika kita hidup dengan cara

mempersembahkan bersama seperti ini, kita secara efektif menghidupi

kehidupan Allah dan sebagai gantinya menerima kasih karunia dari

kehidupan-Nya.

Korban-­‐korban  Rohani  Sementara kita dengan sungguh-sungguh rindu untuk ditemukan

dalam generasi pilihan-Nya. Kita dapat tinggal dengan mereka yang

membentuk rumah-Nya, ketika Dia menerima korban rohani kita. ‘Dan

datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh

manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah

kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan

suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

14

mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus

berkenan kepada Allah’ 1 Pet 2:4,5. ‘Datanglah kepada-Nya’

menggambarakan kita membawa persembahan dari rumah kita ke

mezbah di halaman/pelataran rumah-Nya. Mezbah-Nya, tempat

dimana nama-Nya tercatat, adalah satu-satunya konteks dimana

persembahan kita berkenan dan diterima. Konteks untuk menerima

dan mempersembahkan korban adalah bait, walaupun persembahan

kita dibawa dari rumah-rumah kita. Ini menjelaskan pengertian kita

tentang persembahan dari pasangan kita. Kita harus menghargai kerja

keras mereka ketika mereka ‘Selesaikanlah pekerjaanmu [mereka] di

luar, siapkanlah itu di ladang’. Ams 24:27. Bagi pasangan yang sudah

menikah, tidak ada mezbah di rumah mereka, dimana mereka

mempersembahkan kepada Allah. Kehidupan mereka harus menjadi

kehidupan yang terus-menerus ‘datang kepada-Nya’ membawa korban

yang berkenan dan berpartisipasi di dalam bangsa kudus-Nya.

Nabi Hosea menggambarkan sesuatu yang berlawanan sama sekali

antara bangsa-bangsa di bumi, dan bangsa kudusnya Allah. Janganlah

bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! …

Mereka tidak akan mempersembahkan korban curahan anggur kepada

TUHAN dan korban-korban sembelihan mereka tidak akan

menyenangkan hati-Nya. Roti mereka adalah seperti roti perkabungan,

semua orang yang memakannya akan menjadi najis, sebab roti mereka

adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN.’

Hos 9:1,4. Bukannya membawa korban yang berkenan dan datang ke

dalam rumah-Nya, bangsa-bangsa malah memakan roti mereka sendiri

dan tetap tidak kudus. Adalah penting sekali bahwa pasangan yang

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

15

sepadan mengetahui bahwa rumah-Nya adalah konteks bagi imamat

dari generasi pilihan. Inilah imamat rajani, persembahan bangsa yang

kudus di dalam rumah-Nya. Partisipasi kita dalam perjamuan

menguduskan/mentahbiskan kita sebagai imam, yang dapat dengan

benar menangani persembahan-Nya dan secara terus-menerus

memberikan kesaksian bahwa kita datang kepada Dia.

Pengkhianatan  Melawan  Kesepadanan  Pengkhianatan dari kecocokan adalah yang membangkitkan minat

mistik ‘Anak-anak perempuan allah asing.’ Kita melakukan

pengkhianatan seorang dengan yang lain, jika kita gagal untuk bertemu

dalam pengudusan dan penghormatan. Sebab itu, anak-anak

perempuan (atau laki-laki) dari allah lain, hidup diluar penentuannya

yang ilahi, akan muncul dengan diselubungi oleh mistik yang tidak

berakhir. Paulus memperingatkan jemaat Tesalonika, ‘supaya kamu

masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu

sendiri dan hidup (harus tahu bagaimana memiliki bejana [mereka] –

terjemahan Inggris) di dalam pengudusan dan penghormatan, (bukan

di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang

yang tidak mengenal Allah)’. 1 Tes 4:4,5. Tanpa dikuduskan oleh Roh

Kudus, mereka yang tidak mengenal Allah, hidup diluar kehendak-Nya,

tidak dapat menemukan kehendak-Nya. Inilah arti dari Amsal, ‘Orang

yang tak dapat mengendalikan diri (rohnya sendiri – terjemahan

Inggris) adalah seperti kota yang roboh temboknya’. Ams 25:28. Tanpa

diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk menguasai roh kita dan memahami

garis pengudusan dalam keduanya, hidup kita dan hubungan-

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

16

hubungan kita, kita tidak akan menemukan aturan-aturan atau batas-

batas. Maleakhi memperingatkan rumah Israel untuk tidak tertarik

pada mistik romatis ini karena itu hanya dapat menghasilkan

pertemuan yang salah, pengkhianatan. Luarbiasanya pernikahan

Kristen, setelah dibuat sepadan dan tetap berkomitmen untuk

mempersembahkan, adalah di mana penentuan tunggal dari rumah

bertumbuh dari ‘kemulian kepada kemuliaan’ dalam Tuhan, dan

pasangan berbagi sukacita dari kesepadanan yang berlangsung terus

sepanjang perjalanan kehidupan.

Perjanjian  Pernikahan  Kejijikan kedua yang mana Maleakhi menegor bangsa Israel, adalah

menghancurkan perjanjian pernikahan. Tidak hanya mereka dipikat

oleh kemistikan dari ketidakkudusan anak-anak laki-laki dan

perempuan dari alah asing, mereka menyingkirkan keberadaan istri-

istri mereka dan suami-suami mereka untuk melakukan hal tersebut!

‘Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang

kepadanya engkau telah tidak setia [menghancurkan perjanjian],

padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.’ Mal 2:14.

Jika kita merefleksi pada pernikahan paling pertama dalam Alkitab,

Adam dan Hawa, kita dapat melihat bagaimana mereka mengkhianati

Tuhan dan jatuh ke dalam dosa. Jika kita menyimpulkan poin kunci

pertama-tama, kita dapat membangun langkah-langkah secara

progresif dari situ: keduanya Adam dan Hawa telah berdosa sebelum

mereka memakan buah, karena mereka menghentikan persembahan di

salib, satu kepada yang lain. Nabi Hosea berkata, ‘Tetapi mereka [suku

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

17

Efraim dan Yehuda] itu telah melangkahi perjanjian di Adam, di sana

mereka telah berkhianat terhadap Aku.’. Hos 6:7. Mengapa Adam

disebutkan oleh Nabi, bukan Hawa? Bagaimana Adam berkhianat

kepada Allah? Bagaimana Adam dan Hawa saling berkhianat satu

dengan yang lain?

Ketika ular datang kepada Hawa dan menanamkan benih keraguan

dalam pikirannya, ‘Bukankah Allah berkata ….’, dia perlu secepatnya

mencari nasehat suaminya. Kej 3:1. Namun, dia masuk ke dalam dialog

dengan ular dengan meresponinya. Dia memberi kesempatan bagi

dustanya ular untuk mengambil alih dirinya dan menyesatkan dia.

Inilah arti dari pernyataan Paulus kepada orang-orang Korintus,

‘perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-

pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara.

Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh

hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka

menanyakannya kepada suaminya di rumah...’ 1 Kor 14:34,35. Ini bukanlah

pernyataan dominasi maskulin, atau inferioritas perempuan. Tidak

sama sekali! Paulus menunjuk kepada order kekepalaan yang

semestinya dari Kristus, ‘Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal

ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari

perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.’ 1 Kor

11:3. Ada penyediaan dari Allah bagi laki-laki untuk memimpin istri dan

keluarganya. Ini adalah karunia otoritas dari order kekepalaan. Jika saja

Hawa mencari ‘suaminya di rumah’, dia akan mendapatkan hikmat dari

Tuhan melalui otoritas Adam sebagai kepalanya. Tentu saja, semua

perempuan dapat dipimpin oleh Roh Kudus dan diiluminasi ketika

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

18

mereka berdoa dan mencari Tuhan. Tapi bagi Hawa, ini adalah ujian

bagi imannya dan persembahannya dalam pernikahan.

Saat dia masuk dalam dialog dengan ular, adalah saat dimana

persembahannya terhenti dan sebuah ganjalan dibiarkan ada antara dia

dengan Adam. Kita tidak dapat melupakan bahwa Adam dan Hawa

hidup selama 3000 tahun di dalam taman sebelum mereka memakan

buah terlarang! Hal ini menyoroti betapa pentingnya sikap

mempersembahkan dalam keseluruhan pernikahan. Sedihnya, setelah

mereka berdosa, Allah berkata kepada Hawa, ‘Susah payahmu waktu

mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau

akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu

dan ia akan berkuasa atasmu’. Kej 3:16. Jika saja Hawa memelihara

persembahannya dan membiarkan Allah terus membentuk dia sebagai

penolong yang sepadan, dia akan mendapatkan hikmat dari Allah,

bukannya diperdaya oleh setan. Adam dapat saja ‘berkuasa atas dia’

bukan untuk superiorits yang picik, tapi untuk perlindungan Hawa

berdasarkan pada otoritas kasih karunia dari kekepalaan.

Dosa  Adam  Bukan hanya Hawa yang menghancurkan perjanjian pernikahan

dengan Adam, Adam juga mengkhianati Hawa. Hosea bernubuat

kepada Efraim dan Yehuda, menyamakan kesalahan mereka bukan

dengan prilaku Hawa, tapi Adam! Orang bijak menulis, ‘Siapa

mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan.’

Ams 18:22. Perkenanan dari Tuhan adalah hikmat dan kapasitas-Nya

untuk memimpin istri dan keluarga. Dosa Adam dan pengkhianatannya

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

19

terhadap Hawa dan Tuhan, adalah gagal untuk campur tangan dan

terus menerus mempersembahkan dirinya sendiri kepada istrinya

dalam kasih. ‘Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah

mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.’ Ef 5:25.

Dosa Adam dimulai ketika dosa Hawa dimulai – sebelum mereka

memakan buah. Ketika Hawa berhenti mempersembahkan dan ‘berahi

kepada suaminya’, Adam secara serentak berhenti mempersembahkan

dirinya dalam kasih kepada istrinya. Adam perlu untuk campur tangan

dan mencegah Hawa terperdaya, tapi sebaliknya dia tidak melakukan

apa-apa. Kita dapat benar-benar melihat sekarang kegagalan dan

kepengecutan tanggung jawabnya kepada Allah, ‘Perempuan yang

Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu

kepadaku, maka kumakan.’ Kej 3:12.

Yesus sangat jelas ketika Dia berbicara dengan murid-murid-Nya

‘Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya,

kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat

zinah.’ Mat 19:9. Ketika bangsa Israel meninggalkan istri-istri mereka,

berhenti mempersembahkan dan menemukan kesepadanan, mereka

menghancurkan perjanjian pernikahan. Mereka saling berkhianat satu

dengan yang lain, dan dengan Allah. Maleakhi memberikan kita

jawaban penting untuk benar-benar menemukan, dan sama

pentingnya, memelihara, kesepadanan - menerima yang tertinggal/tersisa

dari Roh.

   

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

20

Yang  tertinggal/tersisa  dari  Roh  Bagi pasangan, mencari kesepadanan, menyatakan/mengakui

kedaulatan Allah atas penyatuan mereka adalah yang terpenting. Tidak

ada usaha keras dari laki-laki atau perempuan, keluarga mereka, atau

bahkan konselor mereka sendiri, yang dapat memimpin kepada

kesepadanan. Untuk Adam dan Hawa, ‘dari rusuk yang diambil

TUHAN Allah dari manusia (laki-laki) itu, dibangun-Nyalah seorang

perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu’. Kej 2:22. Rusuk

untuk pernikahan dibuat tersedia bagi pernikahan di dalam salib,

sehingga dua ornag yang bisa tidak sama, dapat menjadi sepadan dan

dijadikan satu. ‘… untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia

baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,

dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan

Allah oleh salib ...’ Ef 2:15,16. Hanya ketika kita adalah anggota-anggota

tubuh-Nya, daging dan tulang-Nya, dapatlah elemen dari rusuk

tersedia bagi kita. Persekutuan dalam persembahan Kristus, di dalam

salib, memungkinkan perpindahan ini terjadi melalui pengudusan dari roh,

dan penghormatan.

Pengudusan  Yesus berkata, ‘Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya

merekapun dikuduskan dalam kebenaran’ Yoh 17:19. Pengudusan roh

kita, dimana kita dengan sungguh-sungguh menyelaraskan hati dan

pikiran kita dengan Roh Kristus, adalah bagian yang sangat penting

dari persembahan dalam pernikahan. Kesibukan kita sebelum sebelum

pernikahan, ketika dua penentuan unik ada, adalah untuk menyatakan

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

21

kemuliaan Kristus, ‘Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi

bersama dengan Kristus di dalam Allah’. Kol 3:3. Jadi, kita mencari

untuk menghidupi kehidupan Kristus. Setelah menikah, ukuran dari

penolong yang sepadan, adalah kesibukan dari perempuan untuk

menyatakan kemuliaan [identitas yang sudah ditentukan] dari

suaminya. ‘Isteri yang cakap adalah mahkota [kemuliaan] suaminya’.

Ams 12:4. Jadi, kita memerlukan hikmat untuk memelihara pengudusan

dari kepala dan penolong dalam rumah pernikahan kita. Lebih jauh lagi,

berhubungan satu dengan yang lain dalam pengudusan dan

penghormatan membuat kita dapat memelihara perjanjian kita sebagai

imam dalam rumah Kristus.

Penghormatan  Prinsip dari penghormatan menunjuk kepada mengangkat dan

memampukan, melalui kuasa kebangkitan. Dinyatakan secara

sederhana, pemikiran ‘penghormatan dalam tindakan’, adalah hidup

yang dapat dipertanggungjawabkan untuk nama yang telah ditentukan

Bapa bagi kita. Inilah bagaimana Paulus dapat menyaksikan ‘Aku telah

disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku

sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan

hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh

iman dalam Anak Allah ...’ Gal 2:20. Ketika Roh Kudus menerangi kita,

berdasarkan pada kebenaran atas siapakah kita dalam Kristus, kita

hidup sepadan dengan nama yang diberikan-Nya dan karena itu, hidup

dengan penghormatan. Sekarang kita dapat berkomentar pada

pernyataan Petrus mengenai penghormatan dalam pernikahan. ‘hai

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

22

suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang

lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih

karunia, yaitu kehidupan …’ 1 Pet 3:7. Petrus tidak menyarankan

perempuan lebih lemah secara fisik, atau emosi. Tapi lebih kepada, dia

lebih lemah karena dia adalah bejana/wujud dari kesepadanan, sebagai

lawan dengan laki-laki yang adalah bejana/wujud dari kekepalaan.

Suami-suami menghormati istri-istri mereka dengan menyatakan

reorientasi mereka melalui salib, untuk kesepadanan dengan satu

penentuan untuk satu rumah. Hidup dalam penghormatan menyatakan

secara tidak langsung perempuan menemukan kekuatan di dalam salib,

bersama dengan kuasa kebangkitan, untuk pertaman-tama menjadi

istri yang paraclete, dan kedua seorang ibu.

Kapasitas Allah untuk menyatukan laki-laki dan perempuan bersama,

‘tulang dari tulang dan daging dari daging’ adalah mujizat. Kej 2:22.

Kehidupan baru adalah mujizat dan TUHAN membuat segala sesuatu

baru. Wah 21:5. Setelah menegor rumah Israel karena pengkhianatan

mereka, Maleakhi dengan sederhana berkata. ‘Bukankah Allah yang Esa

menjadikan mereka daging dan roh? (Tapi tidak seorangpun telah

melakukan jadi siapa yang memiliki yang tertinggal/tersisa dari Roh –

terjemahan Inggris)’. Mal 2:15. Inilah kunci kepada seluruh

proposisi/pernyataan ‘menemukan kesepadanan’.

Diberikan  Kuasa  dengan    Yang  Tertinggal/Tersisia  dari  Roh  Buku Menemukan Kesepadanan (Hall dkk), secara keseluruhan melangkah

melalui dan mengeksplorasi pengertian kita tentang kesepadanan.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

23

Sasaran kita di sisni adalah mengamati bahwa memperoleh yang

tertinggal/tersisa dari roh adalah cara untuk menemukan kesepadanan.

Kita perlu mejawab pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana yang

tertinggal/tersisa dari Roh menolong? Bagaimana kita memperoleh yang

tertinggal/tersisa dari Roh? Kapan, dalam proses pacaran/saling

mengenal, seharusnya kita mencari yang tertinggal/tersisa dari Roh?

Dan, proses apa yang laki-laki alami yang berlawanan dengan proses

yang dialami perempuan, untuk menerima yang tertinggal/tersisa dari

Roh?

Untuk menyegarkan lagi tentang topik kesepadanan, kesimpulan

singkat dari proses ini akan membantu diskusi kita tentang yang

tertinggal/tersisa dari Roh. Berdasarkan pada Kejadian pasal 2:

1. Tidak ada penolong yang sepadan untuk Adam sampai Allah

bertindak dan membentuk [membangun] Hawa dari rusuk Adam.

2. Rusuk Adam (Adam mewakili semua laki-laki) adalah yang

digunakan Allah untuk membentuk.

3. Allah mengambil dari rusuk Adam (seolah-olah di dalam

momen/saat) ketika Adam tidur, adalah gambaan dari suatu proses.

4. Proses adalah satu dari persembahan, dengan jalan mana Adam

mempersembahkan sesuatu dari dirinya sendiri, yang dari itu

Tuhan kemudian membentuk penolong yang sepadan. Hal ini

menyatakan lagi pentingnya rusuk-nya Adam, karena berbeda dari

rusuk yang lain. Rusuknya menjadi penjelmaan dirinya yang

lengkap – yang meringkaskan segala yang hakiki tentang dia,

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

24

kepada siapa Hawa dibangun sepadan. Ini adalah poin yang

penting untuk dimengerti. Apa yang Adam persembahkan dari

dirinya sendiri, menjadi ukuran yang tepat (baik maksimum dan

minimum) dari penolong yang sepadan di masa depannya.

5. Rusuknya adalah gambaran dari penentuannya (ditemukan dalam

kehendak Bapa) dan dengan demikian juga penentuan

(tunggal/satu) dari rumahnya. Perempuan, secara resmi dari rumah

ayahnya dan penentuannya sendiri (oleh karena itu, dua penentuan

ada pada awalnya), menemukan penentuan yang

dipersembahkan/diberikan oleh laki-laki ini, dan mulai bersatu

kepada penentuan itu dalam iman (dua penentuan menjadi satu).

6. Laki-laki istirahat/tenang/rest dalam damai sejahtera dan iman

persembahannya, mempercayai bahwa ketika dia mencurahkan

dirinya sendiri, dalam pola yang sama dengan Kristus mencurahkan

dirinya di Kalvari untuk mempelai-Nya yaitu gereja, Allah

menerima persembahannya dan membangun seorang penolong

yang sepadan berdasarkan hal ini (sehingga daging dari satu

menjadi dua).

7. Allah membawa penolong kepada laki-laki, dan menjadi benar-

benar ‘berasal dari dia’, laki-laki bersatu dengan perempuan seolah-

olah dia adalah bagian dari dagingnya sendiri. ‘Sebab itu seorang

laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu

dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.’ Kej 2:24.

8. Dalam mujizat Allah menyatukan laki-laki dan perempuan bagi

pernikahan, daging dan penentuan dari dua (laki-laki dan

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

25

perempuan), menjadi satu (rumah), sementara daging dan

penentuan dari satu (rumah), menjadi dua (laki-laki dan

perempuan)!

Pentingnya untuk menerima yang tertinggal/tersisa dari Roh menjadi

jelas bagi pasangan, ketika mereka memahami kebenaran bahwa

keseluruhan proses pada uraian diatas, adalah diluar batas kemampuan

mereka. ‘…baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan

dengan dia’ Kej 2:20. Sebagaimana romantis ‘kecocokan’ yang

kelihatannya sebagai pasangan yang potensi, kesepadanan adalah

penyatuan yang secara mujizat bagi laki-laki dan perempuan dalam

satu penentuan, yang hanya mungkin melalui perbuatan Allah. Laki-

laki harus masuk dalam istirahat/tenang/rest dari persembahan, ‘tidur

nyenyak’, mencurahkan dirinya sendiri, dan percaya bahwa Allah akan

membentuk perempuan yang sepadan.

Menjadi  siap  sedia  Sepanjang pertemanan pada awalnya dan diteruskan pada fase

pacaran/saling mengenal dalam sebuah hubungan, adalah tidak masuk

akal bagi laki-laki untuk memberikan dirinya sendiri bagi perempuan

‘sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan

diri-Nya baginya’ Ef 5:25. Kita perlu untuk mengerti sifat dari

persembahan Kristus di salib, sebagai substansi dari persembahan laki-

laki, dari titik pertunangan pribadi. Proses Kalvari lebih dari sekedar

persembahan-Nya bagi dosa kita. ‘Jadi, saudara-saudara, oleh darah

Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat

kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup …’ Ibr

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

26

10:19,20. Pertama-tama, curahan darah-Nya efektif untuk

menghapuskan kesalahan kita. Bagaimanapun juga, sesuatu ‘dari

Kristus’ dibuat tersedia pada hari itu di salib. Dalam hal rusuk-Nya

dipersembahkan bagi kita, sehingga gereja, mempelai Kristus, dapat

berjalan di jalan yang baru dan yang hidup kepada kesempurnaan

[kesepadanan]. ‘Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan

memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan

pengantin-Nya telah siap sedia.’ Wah 19:7. Itu adalah esensi dari Kristus

yang digunakan bagi kita di salib di mana kita semua berharap untuk

menjadi sepadan. Inilah bagaimana kita ‘menjadi siap sedia’.

Perjalanan menemukan kesepadanan bagi seorang laki-laki dan seorang

perempuan, mengikuti pola yang sama seperti Kristus dan mempelai-

Nya. sementara laki-laki dengan rendah hati mencari untuk

mempersembahkan penentuannya di salib, Allah bertemu dengan dia

disitu dan mencurahkan ke atas persembahan. Pada momen pemberian

dengan iman itu, dari kasih untuk seorang perempuan tanpa ketakutan,

yang tertinggal/tersisa dari Roh secara mujizat terimpartasi kepada

laki-laki. Tanah/dasar kehidupannya, penentuan yang lengkap bagi

rumahnya, tersedia bagi perempuan untuk dibuat sepadan, dan dengan

yang tertinggal/tersisa dari Roh, transaksi ini diberi kuasa. ‘Aku akan

memberikan mereka hati (satu hati – terjemahan Inggris)yang lain dan

roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari

tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,

supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-

peraturan-K.’ Yeh 11:19,20. Dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh,

pasangan dapat dibuat menjadi satu. Maleakhi bernubuat lebih lanjut

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

27

lagi, ‘Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi!’. Mal

2:15. Pernyataan ini memberi konteks kepada pusat dari tujuan

menemukan kesepadanan – supaya setiap rumah mengambil mandat

yang sama untuk ‘berbuah dan bermultiplikasi/bertambah banyak’. Kej

1:28. Setiap rumah dibuat sepadan dengan Kristus, mencari mandat-

Nya, dan rindu untuk membangun rumah Israel.

Diterima  Melalui  Kekepalaan  Pertunangan pribadi dan periode pertunangan yang berikutnya dari

pacaran/saling mengenal, memberikan kesempatan yang sangat bagus

bagi laki-laki untuk dengan sungguh-sungguh menyentuh dimensi dari

kekepalaan Allah. Tidak seperti Adam, yang gagal untuk berdiri dalam

kekepalaan atas istrinya, suami-suami harus mengangkat kepala dalam

iman yang tulus untuk menemukan penentuan dari atas, bukannya

memandang wajah-wajah dari istri-istri mereka untuk

penegasan/peneguhan/afirmasi. Tidaklah dapat diganggap remeh,

betapa berkuasanya ketidaksetujuan perempuan yang tidak berubah-

ubah dan meremehkan atau agenda berdasarkan perdebatan dapat

terjadi terhadap suaminya. Ams 21:19. Perempuan harus memberikan

perhatian secara terus-menerus kepada kesepadanan, tidak pernah

mencapai titik ‘menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa

perselisihan (tanpa keraguan – terjemahan Inggris)’. 1 Tim 2:8. Dia

harus berdoa untuk kasih karunia dan iman untuk berdiri di

tanah/dasar dari penentuan suaminya, dan percaya kepada

kekepalaannya. Solusinya bagi laki-laki bagaimanapun juga, adalah

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

28

mengangkat kepala mereka. Tindakan ini dimungkinkan melalui

persembahan.

Jika kita melihat Ayub, dan pergumulan luar biasa yang dia alami dalam

mempertahankan penentuannya yang dari Allah, kita memperhatikan

dia menang dengan mengangkat kepalanya. Allah mengizinkan Iblis

menyerang kekayaan, keluarga, dan kesehatan Ayub, namun ditengah

dakwaan, jalan alternatif dan keraguan dari sahabat-sahabatnya, dia

menemukan kekepalaan di dalam Tuhan. Elifas, sahabat Ayub,

menuduhnya dengan berkata, ‘Mulutmu sendirilah yang

mempersalahkan engkau, bukan aku; bibirmu sendiri menjadi saksi

menentang engkau … Apakah engkau turut mendengarkan di dalam

musyawarah Allah dan meraih hikmat bagi dirimu? Apakah yang

kauketahui, yang tidak kami ketahui? Apakah yang kaumengerti, yang

tidak terang bagi kami?’. Ayub 15:6,8,9. Seluruh kitab Ayub menuliskan

kepahitannya, pergumulan yang menusuk-nusuk untuk mengatasi

kebingungan dari dunia, dengan hikmat dari kekepalaan. Dalam

tekanan, kekhawatiran yang mengemudikan fase pernikahan, sebagai

laki-laki yang menginginkan untuk berdiri bertanggung jawab bagi

rumahnya, dia dapat saja menghadapi dengan pernyataan yang sama

dengan istrinya, “Apa yang engkau tahu, yang aku tidak tahu?’.

Sementara istri harus terus mempersembahkan dan mengusahakan

kesepadanan, laki-laki harus mengangkat matanya/pandangannya dan

menemukan kekepalaan Allah.

Ketika kitab Ayub diakhiri, dia meresponi dengan berkenan kepada

Allah dan menemukan arahan yang pasti dan berkat yang sangat besar.

‘Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

29

sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku

mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu

dan abu.’ Ayub 42:5,6. Jika laki-laki menurunkan pandangannya dari

hikmat yang dari atas, dia harus bertobat dan mencari Allah. Yang

menarik, teman-teman Ayub diinstruksikan oleh Allah untuk

membawa persembahan mereka kepada Ayub. Dia mendoakan mereka,

dan memberikan persembahan mewakili mereka, supaya itu dapat

diterima. ‘karena TUHAN telah berkenan [harfiah. mengangkat wajah

kepada] Ayub. Kita dapat menyamakan kekepalaan dari laki-laki dan

perempuan, dengan kapasitas Ayub untuk menjadi imam dari hidup

Allah kepada sahabat-sahabatnya. Seorang laki-laki tidak pernah dapat

mencari penegasan/peneguhan/afirmasi atau penentuan dari rumahnya

dengan memandang wajah istrinya. Adalah tanggung jawabnya untuk

mengangkat mata/pandangan dalam kekepalaan, menemukan

penentuan yang Ilahi dari Bapa, dan mempersembahkan ini melalui

salib, sebagai tanah/dasar dimana perempuan menjadi sepadan. Istrinya

harus dapat memandang wajahnya, dan melihat refleksi dari penentuan

Allah bagi rumah mereka. Dengan jalan demikian, seluruh rumah laki-

laki berkenan mewakilinya.

Membangun  Rumah  Israel  Setiap penolong dibangun/didandani secara unik sepadan bagi

suaminya, dan penentuan dari rumahnya. Lebih jauh lagi, mandat yang

sama bagi semua keluarga-keluarga dalam persekutan Kristus

ditetapkan dalam penciptaan dari laki-laki dan perempuan; ‘beranak

cuculah dan bertambah banyak (berbuah-buah dan bermultiplikasi –

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

30

terjemahan Inggris)’. Kej 1:28. Perkataan Tuhan kepada yang

tertinggal/tersisa dari Israel yang kembali dari Babel, menyatakan

kembali mandat, ‘hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun

(bangkit dan membangun – terjemahan Inggris)’. Neh 2:20. Perkataan

ini bertahan untuk semua generasi Kristen – bangkit dan membangun

rumah Israel.

Dua menjadi satu adalah formasi dari sebuah keluarga yang baru,

sebuah rumah yang baru, yang memiliki satu penentuan. Kita sebaiknya

memperhatikan disini, bahwa penentuan tunggal dari rumah adalah

dari rumah itu sendiri, bukan hanya didefinisikan oleh laki-laki, tapi

juga didefinisikan oleh dua menjadi satu. Empat faktor yang bekerja:

penentuan yang khusus dari laki-laki, penentuan yang khusus dari

perempuan, karakteristik dari perempuan sebagai penolong laki-laki,

dan sifat yang khusus/tersendiri dari rumah itu sendiri.

Jika kita memperhatikan tanggung jawab Boas dan Rut, kita melihat

bahwa perempuan dibangun sepadan terhadap kepalanya, sehingga dia

mampu membangun rumah. ‘Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya.’

Ams 14:1. Hikmat perempuan untuk membangun, mengalir dalam order

kekepalaan Kristus: dari Kristus, kepada suaminya, kepada dia sebagai

penolong yang sepadan. ‘Dan seluruh orang banyak yang hadir di pintu

gerbang, dan para tua-tua berkata: "Kamilah menjadi saksi. TUHAN

kiranya membuat perempuan yang akan masuk ke rumahmu itu sama

seperti Rahel dan Lea, yang keduanya telah membangunkan umat Israel

(membangun rumah Israel – terjemahan Inggris).’ Rut 4:11. Sesungguhnya

tanggung jawab dari Rahel, Lea dan Sarah dengan Abraham,

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

31

menunjukkan kepada kita motivasi terdalam dari hati perempuan-

perempuan ini adalah untuk membangun rumah Allah. Berkat dari

orang-orang kepada Boas dan Rut, adalah bahwa Rut akan dibuat

sepadan dengan suaminya, seperti dia dapat membangun rumah

mereka. Sebelumnya di kitab Rut, dia memohon Boas untuk

membentangkan perlindungan [pakaian] atasnya. Kita dapat mem-

paralelkan permohonan ini dengan kitab Wahyu, ‘ … Ia yang duduk di

atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.

Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau

panas terik tidak akan menimpa mereka lagi …’ Wah 7:15,16. Mempelai

Kristus, gereja, dilindungi oleh perlindungan-Nya dan karena itu,

tinggal dalam posisi siap untuk membangun. Rut bermohon kepada

perlindungan Boas sebagai kepalanya, supaya dia dapat menjadi

sepadan di tanah penentuan Boas, dan berada pada posisi untuk

membangun.

Membawa  seorang  Istri  yang  Percaya  Dalam mujizat membentuk perempuan, sepadan dengan penentuan

suaminya, persembahannya yang unik sebagai individu dalam kerajaan

Allah adalah dapat berubah. Setiap orang Kristen, keduanya laki-laki

dan perempuan, dapat dengan yakin bersaksi, ‘Karena kita ini buatan

Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan

baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di

dalamnya’. Ef 2:10. Dari penentuan tunggal yang baru dari rumah,

prinsip dari pekerjaan yang dipersiapkan sebelumnya dinyatakan

dalam 3 cara: kemampuan-kasih karunia individu dari laki-laki;

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

32

kemampuan-kasih karunia individu dari perempuan; dan kasih karunia

dari laki-laki dengan perempuan sebagai penolongnya di dalam

rumahnya. Dalam penyatuan laki-laki dan perempuan, penentuan

perempuan mengalami sebuah reorientasi melalui salib. Talenta dari

perempuan yang berasal dari Bapa dan kasih karunia dari perempuan

yang berasal dari Anak tidak berhenti untuk tetap ada dan tidak akan

dilepaskan darinya. Kapasitas untuk membawa persembahan tetap ada,

tapi ketika dibangun sepadan kepada suami, konteks dan kesempatan

perempuan untuk mempersembahkan didapatkan dalam penundukkan

yang sebagaimana mestinya kepada suaminya sebagai kepala.

Berbicara pada prakteknya, jika kecakapan seorang perempuan secara

langsung memberi pujian terhadap pekerjaan laki-laki dalam kerajaan,

dia dapat secara benar-benar bekerja disisi laki-laki. Sebagai

kemungkinan lain, jika talenta dan karunianya berfungsi di tempat

yang berbeda, melalui penundukkan yang sebagaimana mestinya

kepada suaminya, dia bebas untuk mempersembahkan sesuai dengan

itu. Dalam kedua kasus, dia membawa persembahannya diatas tanah

dari saudara-saudara. Lebih jauh lagi, persembahannya diterima oleh

administrasi diaken-diaken berdasarkan otoritas-kasih karunia mereka.

Ketika dia melayani dengan sikap seperti ini, dia benar-benar adalah

saudari terhadap suaminya dalam pekerjaan mereka, sementara

memelihara persembahan mereka dalam kerajaan, menjamin bahwa

rumah mereka berkontribusi dalam pekerjaan tubuh dan pembangunan

rumah Allah. ‘Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka

menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.’ Pengk 4:9.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

33

Hal ini menjelaskan arti dari pernyataan Paulus kepada orang Korintus,

‘Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri

Kristen (seorang istri yang percaya - terjemahan Inggris) …?’. 1 Kor 9:5.

Kata ‘percaya’ pada kasus ini, sebenarnya diterjemahkan, ‘saudari’.

Pengertian Paulus mengenai penolong sepadan sebagai seorang

saudari–istri, menjaga keseimbangan penundukkan perempuan

terhadap penentuan dan kekepalaan suaminya, dengan

persembahannya secara individu berdasarkan talenta dan karunianya.

Dengan cara ini, laki-laki dan perempuan dapat dilihat sebagai satu

orang, melayani ‘unit’ dalam keluarga dari keluarga-keluarga yang lebih

luas. Dia tidak perlu menjadi kuatir atau takut bahwa kesepadanan

akan mengorbankan dia, kreativitasnya, inspirasinya, kecakapannya

atau karunianya. Kesepadanan yang sesungguhnya adalah tulang dari

tulang, daging dari daging, penyatuan dari laki-laki dan perempuan,

sehingga keseluruhan hubungan mereka melayani sebagai fondasi/dasar

dari persembahan.

Idealisme  Keagamaan  atau  Kesepadanan  yang  Sesungguhnya?  Dapatkan kita benar-benar menemukan kesepadanan? Dengan seluruh

prinsip-prinsip yang telah diletakkan sepanjang bab satu, apakah

kesepadanan hanya sesuatu yang kita bicarakan secara teologi belaka?

Atau itu adalah sesuatu yang kita temukan dan hidupi? Mungkin,

untuk saat ini, kita dapat menyamakan kesepadanan dengan kasih.

Ketika pasangan-pasangan bertanya kepada diri mereka sendiri: apakah

saya di dalam kasih; bagaimana saya tahu saya di dalam kasih;

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

34

bagaimana saya menunjukkan saya di dalam kasih; dan demikian juga,

pertanyaan-pertanyaan yang sama dapat ditanyakan tentang

kesepadanan. Kita dapat dengan yakin, dan berbesar hati, bahwa

kesepadanan yang ilahi adalah dapat dicapai dan bermanfaat

sebagaimana kasih yang ilahi antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan. Betapa sukacitanya bahwa pasangan dapat menjadi teman

pewaris bersama-sama, dari kasih karunia dan mandat Allah.

Pertemuan yang sejati dalam identitas dan persekutuan bersama dalam

persembahan Kristus, mengeluarkan segala mistik keagamaam dari

proses. Dalam bab berikut, sebuah jarak antara masalah praktek

dihubungkan dengan menyerahkan di dalam salib akan diangkat dan

dikomentari. Ketika pasangan terlibat dan terhubung dalam

persekutuan persembahan, beberapa reorientasi yang nyata muncul di

jalan kepada kesepadanan. Kesepadanan yang sesungguhnya didapatkan tanpa

memproyeksikan idealisme keagamaan atau perpaduan kecocokan. Tetapi,

menemukan substansi dari rusuk, yang tersedia melalui salib, bersama

dengan pekerjaan dari persembahannya, memberikan tanah/dasar dan

kemungkinan untuk membangun sebuah rumah. Pembuatan dari

seorang penolong adalah dari dimensi kasih karunia yang adalah milik

dari laki-laki, digunakan melalui rusuk, dengan yang tertinggal/tersisa

dari Roh, untuk menjadi seorang istri.

Tidak ada tingkatan kerja keras pribadi dapat menolong proses. Tidak

juga suara pengertian dari prinsip-prinsip, tanpa aplikasi yang murni,

dapat menolong juga. Dalam menemukan kesepadanan, pasangan

menjadi satu rumah dan satu daging. Dengan cara yang sama, kita tidak

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

35

memerlukan ‘fokus’ atau ‘konsentrasi’ untuk menjaga jari-jari kita atau

anggota tubuh kita melekata pada tubuh kita, pasangan yang sepadan

tidak memerlukan ‘fokus’ atau ‘konsentrasi’ pada menyatukan satu

dengan yang lain! Ketika Allah membentuk seorang penolong yang

sepadan, dan pasangan saling berkomiten satu dengan yang lain untuk

terus-menerus mempersembahkan di dalam salib Kristus pada pusat

pernikahan mereka, dengan sendirinya mereka adalah satu rumah dan

satu daging. Rasa tentram dan damai sejahtera melingkupi, ketika

pasangan tinggal bersama dalam pengudusan dan penghormatan, hidup

sepadan dalam kesatuan penentuan mereka. Terbebas dari pergumulan

yang terus menerus dalam hal kesalahan menyesuaikan dalam

kecocokan atau idealisme keagamaan, kepada kebebasan

mempersembahkan dan melayani dalam rumah Tuhan, kesepadanan

pada faktanya adalah elemen yang penting dari kasih ilahi antara suami

dan istri.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

36

DUA

Reorientasi melalui Salib

Pada bagian akhir buku ini, kita akan memeriksa beberapa pertanyaan

ilistrasi yang pasangan-pasangan akan temukan ketika mereka terikat

bersama. Pasangan-pasangan sebaiknya mengambil waktu untuk

merenung dan merefleksikan tentang jenis-jenis pertanyaan ini,

sementara mereka bersama bertumbuh sepadan. Pada akhirnya,

sementara Roh Kudus menuntun pasangan-pasangan dan

mengiluminasi pertanyaan-pertanyaan dalam hati mereka, topik-topik

yang dirancang ini akan membentuk isi dari diskusi dengan konselor-

konselor. Bagi perempuan untuk dibangun sepadan terhadap suaminya,

dia harus menjalani sebuah reorientasi melalui salib. Salib bekerja

dengan dua cara yang prinsip: pertama-tama untuk membebaskan

perempuan (dari segala halangan untuk proses kesepadanan, beberapa

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

37

diantaranya ada dalam daftar pertanyaan dibawah), untuk menjadi

sepadan; dan kedua untuk menyediakan kasih karunia bagi pernikahan.

Salib juga mendorong kapasitas untuk saling menyembah/menghargai

satu dengan yang lain dan bertemu dalam koinonia yang sesungguhnya.

Dengan membuat observasi praktis dan mencari pengertian yang

cukup/memadai, pasangan akan dapat mengembangkan kesaksian yang

menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah.

Sudahkan  kita  melepaskan  ketidakdewasaan  atau  persepsi/pandangan  ‘remaja’  mengenai  romatis  dan  pernikahan?  Jika sebuah hubungan dibentuk antara dua individu yang tidak dewasa,

dicirikan dengan tidak stabil, identitas yang tidak beres, mereka akan

bertemu dalam jalan yang timpang. Identitas yang tidak pasti

menumbuhkan persepsi/pandangan romantis mengenai apakah

hubungan yang seharusnya, bukan pertemuan yang sebagaimana

mestinya dan apresiasi/penghargaan bagi orang lain, pengudusan dan

penghormatan mereka. Ketika kapasitas untuk ‘berdiri’ dalam identitas

penentuan mereka menjadi dewasa, sebuah pemisah mulai terbentuk

antara menjadi siapa mereka yang mereka perkenalkan diri mereka

sendiri sebelumya. Ini menjadi jelas ketika pasangan bergumul untuk

menjaga ukuran dari hubungan kepada romantis, persepsi tidak dewasa

mereka, yang berlari berlawanan dengan identitas dan panggilan

mereka.

Untuk alasan ini, kita dapat melihat lobang kejatuhan remaja

membentuk hubungan. Itu akan membuktikan ketidakmungkinan

untuk menemukan kesepadanan yang sesuai bagi pernikahan.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

38

Kedewasaan membutuhkan penundukkan sebuah hubungan terhadap

proses pembersihan/pemurnian melalui salib, benar-benar menguji

kelangsungannya untuk seumur hidup dari pernikahan dalam Tuhan,

tidak akan ada. Lebih lanjut lagi, ketika sebuah hubungan dibentuk

antara dua orang yang tidak seimbang atau tidak dibentuk dalam

identitas mereka dalam Tuhan, fondasi hubungan mereka akan menjadi

esensi yang sebenarnya dari semua yang asing kepada allah.

Untuk menemukan kesepadanan, semua persepsi yang tidak dewasa

dalam hubungan harus dihapuskan, dan fondasinya haruslah salib.

Pasangan harus menghilangkan konsep mereka sebelumnya tentang

romantis dan pernikahan yang ‘seharusnya’ dan mengorientasikan

kembali melayani dan saling mempersembahkan satu dengan yang lain

dan dalam keluarga gereja. Jika ketidakdewasaan ini atau idaman/cita-

cita remaja dipegang, pasangan akan terus saling melihat dan

membentuk satu dengan yang lain dalam persepsi romantis mereka

yang salah. Pasangan tidak akan pernah benar-benar bertemu dan yang

lebih penting lagi, mereka tidak akan pernah menemukan kesepadanan

yang sesungguhnya.

Apakah  kesaksian  saya  atas  hubungan  ini  dari  pertumbuhan  yang  dewasa  dan  pertemuan  yang  berdasarkan  identitas?  Pada titik menemukan kesepadanan, kesaksian pasangan haruslah dari

kedewasaan dan kesiapan untuk membangun rumah. Setelah

menyerahkan hubungan mereka untuk menjalani proses dari salib,

mereka akan mencapai titik dimana mereka benar-benar nyaman dan

ditegakkan pada peran mereka sebagai kepala dan penolong.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

39

Perempuan sebaiknya menjadi begitu sepadan sehingga dia membuat

penentuan suaminya adalah penentuannya juga. Mereka sekarang

mulai untuk berjalan bersama sebagai satu, membawa persembahan

mereka pada meja yang sama. Seorang perempuan sepadan dengan

seorang laki-laki tidaklah kemudian dirampas dari karunia-karunia dan

anugerah-anugerahnya yang unik, tapi sebaliknya terus menerus

membawa persembahannya sebagai saudari di atas tanah dari saudara-

saudara. Penundukkannya ketika persembahan adalah kepada otoritas-

kasih karunia dari saudara-saudara yang menjadi diaken dalam

administrasi. Adalah mitos bahwa ketika perempuan menemukan

kesepadanan, dia kemudian kehilangan semua karunia dan kapasitas

dimana dia sebelumnya persembahkan dan yang membentuk

identitasnya dalam Kristus. Sebaliknya, dia membawanya ke atas tanah

dari suaminya sebagai persembahan untuk bersatu dengan

penentuannya.

Sudahkah  kita  melepaskan  keinginan  untuk  menguasai  yang  lain  dan  mengontrol  agenda?  Rintangan menonjol yang banyak pasangan hadapi, adalah mengatasi

kebutuhan untuk mengontrol dan menaklukan yang lain ketika

tekanan-tekanan kehidupan menggunung dihadapan mereka. Dalam

pencobaan kehidupan, pasangan harus mempunyai iman terhadap yang

lain, hubungan mereka dan pimpinan Allah dalam kehidupan mereka.

Jika perasaan mengejar kontrol masuk dalam hubungan, bukannya

saling mengimani komitmen masing-masing terhadap hubungan

mereka dan kehendak Tuhan, berkompetisi untuk kontrol akan

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

40

muncul. Bukannya memberikan tanah/dasar atau bertemu secara

rasional dan perhubungan, mereka berakhir dengan berkompetisi

untuk menjadi benar, tidak ingin untuk bertemu pada tanah kudus dan

memelihara salib antara mereka. Mencoba untuk menaklukan yang lain

mencegah menemukan kesepadanan yang sesungguhnya. Pasangan

harus dalam iman sepenuhnya untuk peran mereka sebagai kepala dan

penolong. Perempuan harus tunduk dan mempercayai laki-laki, dan

laki-laki harus mengangkat kepalanya kepada Kristus, bukan

memandang wajah istrinya.

Masihkah  kita  memelihara  kekhawatiran?  (Apakah  perempuan  menemukan  kesepadanan  dengan  ketakutan?  Apakah  laki-­‐laki  takut  perempuan  tidak  dapat  sepadan  dalam  pekerjaannya?  Ketakutan akan masa depan adalah kesulitan yang terulang kembali

bagi banyak pasangan. Pasangan-pasangan yang khawatir tentang masa

depan belum sepenuhnya meletakkan hubungan mereka di kaki Tuhan

dan dengan demikian kembali pada pemikiran-pemikiran mencari

kontrol dan pada akhirnya menaklukkan yang lain. Untuk menemukan

kesepadanan laki-laki harus menemukan damai sejahtera dan

istirahat/tenang/rest, mempercayai Tuhan untuk membentuk istrinya

secara sepadan. Ketakutan bahwa perempuan tidak dapat menjadi

sepadan dapat membuat laki-laki mencoba untuk memaksa dia

kedalam penundukkan dan membentuknya menjadi apa yang dia

tentukan seorang istri sepadan yang seharusnya. Sebagai gantinya, jika

perempuan menemukan kesepadanan dengan ketakutan, dia tidak akan

percaya kepada laki-laki. Ini membuktikan dia belum sepenuhnya

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

41

membicarakan tentang perhubungan terhadap pernikahan. Setelah

pasangan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk

membuat mereka sepadan, tidak akan ada ketakutan atau

kekhawatiran tergantung pada hubungan mereka. Walaupun masa

depan belum perlu dipetakan secara rapi dan teratur, pasangan berada

dalam iman yang penuh bahwa hubungan ini dengan tenang berada

dalam kehendak Tuhan.

Sudahkan kita melalukan mimpi romantis dan memusatkan salib antara kita, sebagai fondasi kita?

Bahayanya, khususnya bagi perempuan, adalah mengembangkan

kumpulan idaman/ideal yang kemudian dia coba untuk bentuk dan

ukurkan pada laki-laki. Bukannya memandang kepada Tuhan untuk

menemukan kesepadanan, dia mencoba untuk membentuk laki-laki

menjadi laki-laki romantis yang ideal menurut yang dia sukai. Tetapi,

dia harus merangkul siapa laki-laki itu dalam Tuhan. Demikian juga,

laki-laki tidak dapat membentuk kembali perempuan menjadi seideal

dengan apa yang telah dia renungkan tentang seorang istri sempurna

yang seharusnya. Adalah tidak mungkin bagi pasangan untuk bertemu

yang sesungguhnya dan menemukan kesepadanan sementara jenis

fantasi romantis ini mendasari hubungan mereka. Pasangan harus tiba

pada titik dimana mereka dalam iman sepenuhnya terhadap hubungan

mereka. Mereka telah saling merangkul satu dengan yang lain untuk

siapa mereka dalam identitas mereka yang diberikan Allah. Mereka

telah membuat salib menjadi pusat dari hubungan mereka dan

berkemauan untuk menempatkan itu diatas keinginan mereka sendiri.

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

42

Sudahkan  perempuan  menemukan  iman  untuk  menjadi  paraclete,  penolong  yang  sesungguhnya  bagi  laki-­‐laki  ini  dan  bukan  ideal  hebatnya  dari  seorang  istri  yang  dia  proyeksikan  bagi  dirinya  sendiri?  Perempuan harus dalam iman sepenuhnya terhadap jalannya hubungan

pada pernikahan dan kemudian membiarkan Allah untuk membuat dia

menjadi sepadan bagi laki-laki. Kesepadanan yang sesungguhnya hanya

dapat ditemukan dengan yang tertinggal/tersisa dari Roh. Pasangan

harus waspada bahwa menemukan kesepadanan yang ilahi adalah

diluar batas kapasitas kemanusiaan mereka. Ini adalah mujizat dari

Allah menyatukan laki-laki dan perempuan. Perempuan harus

menemukan kadar kesepadanan dimana juga itu adalah ‘dari laki-laki’

seolah-olah dia telah diambil dari rusuknya juga, seperti Hawa

dibentuk dari rusuk Adam. Jenis kesepadanan ini adalah pertama-tama

tidak dapat dibayangkan/dipahami/digambarkan, tapi dapat ditemukan

ketika hubungan mereka benar-benar berorientasikan salib dan

pasangan beriman bahwa hubungan mereka adalah kehendak Tuhan

bagi kehidupan mereka.

Sekali kesepadanan ditemukan, pasangan dapat tetap menjadi sepadan

sementara mereka terus-menerus mempersembahkan. Ketika

persembahan berhenti, mereka tidak lagi dapat berjalan dalam satu

penentuan, dan akan kembali kehilangan kesepadanan. Ini adalah kasus

bagi kita semua, ketika pasangan menginginkan untuk membangun

rumah. Kita dapat tetap sepadan selama hidup kita, selama kita terus

menerus mempersembahkan. Hanya oleh Tuhan membawa penolong

yang sepadan dari dan untuk laki-laki, menerima yang tertinggal/tersisa

Yang Tertinggal/Tersisa dari Roh

43

dari Roh, dapatlah pasangan menemukan dan memelihara kesepadanan

cukup untuk seumur hidup pernikahan Kristen. Jika perempuan masih

mencoba untuk membuat/menciptakan kembali dirinya sendiri kepada

‘idealnya’ yang dia ciptakan dalam pikirannya atau menduga-duga yang

diinginkan suaminya, dia tidak akan pernah menjadi paraclete yang

sesungguhnya, atau menemukan dan memelihara kesepadanan.