bab ii tanaman padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... ii.pdfsecara keseluruhan disebut...

22
BAB II DAFTAR PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi 2.1.1. Tinjauan Umum Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal dengan nama Oryza sativa L.. Secara morfologi tanaman padi dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun, dan bagian generatif yang meliputi malai dan bunga (Gambar 2.1). Akar padi termasuk akar serabut, batang beruas-ruas yang dibatasi oleh buku. Anakan (tunas) tumbuh dari buku, ruas yang terpanjang terdapat paling atas dan menurun semakin ke bawah. Daun tumbuh pada batang berselang seling tumbuh pada setiap buku. Bunga secara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Bunga terdiri dari 6 benang sari dan 1 putik, butir biji adalah bakal buah yang matang, butir biji padi yang tanpa sekam disebut beras. Komponen butir biji padi terdiri dari sekam, kulit beras, endosperm dan embrio (Puspitarini, 2012). . Ada dua tipe tanaman padi yaitu padi lahan kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dimana kebutuhan airnya sangat tergantung dari curah hujan dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan air yang tergenang. Ada 13 varietas padi gogo dilepas oleh pemerintah sejak tahun 1990 hingga 2002, dan beberapa diantaranya tahan terhadap penyakit blas, seperti: varietas Danau Tempe, Situ Gintung, Way Rarem, Cirata, Towoti, Danau Gaung, Batu Tegi , Situ Patenggang, Situ Bagendit , dan Jati luhur (Supriatno et al., 2010).

Upload: buidang

Post on 10-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

2.1. Tanaman Padi 2.1.1. Tinjauan Umum

Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal dengan nama

Oryza sativa L.. Secara morfologi tanaman padi dibedakan menjadi 2 bagian

besar yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun, dan bagian

generatif yang meliputi malai dan bunga (Gambar 2.1). Akar padi termasuk akar

serabut, batang beruas-ruas yang dibatasi oleh buku. Anakan (tunas) tumbuh dari

buku, ruas yang terpanjang terdapat paling atas dan menurun semakin ke bawah.

Daun tumbuh pada batang berselang seling tumbuh pada setiap buku. Bunga

secara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan

cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Bunga terdiri

dari 6 benang sari dan 1 putik, butir biji adalah bakal buah yang matang, butir biji

padi yang tanpa sekam disebut beras. Komponen butir biji padi terdiri dari sekam,

kulit beras, endosperm dan embrio (Puspitarini, 2012). .

Ada dua tipe tanaman padi yaitu padi lahan kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dimana kebutuhan airnya sangat tergantung dari curah hujan dan

padi sawah di dataran rendah yang memerlukan air yang tergenang. Ada 13

varietas padi gogo dilepas oleh pemerintah sejak tahun 1990 hingga 2002, dan

beberapa diantaranya tahan terhadap penyakit blas, seperti: varietas Danau

Tempe, Situ Gintung, Way Rarem, Cirata, Towoti, Danau Gaung, Batu Tegi , Situ

Patenggang, Situ Bagendit , dan Jati luhur (Supriatno et al., 2010).

Page 2: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Varietas unggul yang tahan terhadap penyakit blas seperti : varietas IPB

4S baik dikembangkan pada sawah tadah hujan dan lahan irigasi. Padi varietas ini

memiliki produktivitas 7 ton per ha dan berpotensi menghasilkan 10,5 ton per ha.

IPB 3S dan IPB 4S memiliki ketahanan terhadap penyakit blas. Padi varietas IPB

Batola 5R yang diperuntukkan bagi lahan pasang surut memiliki produktivitas 4.3

ton per ha dan berpotensi menghasilkan 5,3 ton per ha gabah kering giling (GKG).

Varietas IPB Kapuas 7R merupakan varietas unggul padi bagi daerah rawa, juga

tahan terhadap penyakit blas (Puspitarini, 2012).

2.1.2. Jenis Tanaman Padi

Secara umum tanaman padi dibagi menjadi 3 kelompok varietas yaitu

yang pertama varietas hibrida atau sering disebut varietas padi sekali tanam,

karena hasilnya akan maksimal bila sekali ditanam.Keturunan yang ditanam

Gambar 2.1 Tanaman padi (O. sativa L.)

(Sumber: koleksi pribadi , 2014)

Tanaman padi

sehat

Page 3: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

kembali maka hasilnya akan jauh berkurang. Contohnya varietas Intani 1 dan 2,

PP1, H1, Bernas Prima, Rokan, SL 8 dan 11 (Ihsan, 2012). Kelompok varietas

yang kedua adalah varietas unggul. Varietas ini bisa berkali-kali ditanam, dan

hasil panen varietas ini bisa dijadikan benih kembali. Contoh dari varietas unggul

adalah varietas Ciherang, IR – 64, Cisadane, Situbagendit. Kelompok varietas

yang ketiga adalah varietas padi lokal. Varietas padi lokal merupakan varietas

yang sudah lama beradaptasi di daerah tertentu. Varietas ini mempunyai

karakteristik spesifik lokasi di daerah tersebut dan setiap varietas mempunyai

keunggulan dan kelemahan. Contoh varietas lokal seperti varietas Kebo, Dharma

Ayu, Pemuda Idaman (Indramayu), Gropak, Ketan tawon, Gundelan, Merong

(Pasuruan), Simenep , Srimulih, Andel Jaran, Ketan Lusi, Ekor Kuda, hingga

Gropak (Yogyakarta) (Deptan, 2012).

Varietas padi yang banyak ditanam di Indonesia adalah Ciherang bisa

mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam. Selain itu varietas lain yang

ditanam adalah IR-64, Mekongga, Cimelati, Cibogo, Cisadane, Situ Patenggang,

Cigeulis, Ciliwung, Cimelati, Membramo, Sintanur, Jati luhur, Fatmawati,

Situbagendit (Ihsan, 2012). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun

2013, varietas padi yang banyak ditanam di Bali adalah varietas Ciherang dan

untuk daerah Kecamatan Penebel Tabanan khususnya Desa Senganan dan Desa

Jati Luwih masih banyak petani menanam padi varietas lokal seperti padi Cicih,

padi Del Putih, padi Del Merah. Tanaman padi lokal ditanam bergantian dengan

tanaman padi unggul.

Page 4: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Spesies padi yang dibudidayakan dibedakan menjadi dua yaitu : O. sativa

L. yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada

awal mulanya O. sativa L. dianggap terdiri dari dua subspesies, yaitu indica dan

japonica. Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah

rebah, lemmanya memiliki ekor atau bulu, bijinya cenderung membulat, dan

nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil,

lemmanya tidak berbulu atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai

lonjong walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi,

persentase keberhasilannya tidak tinggi. Salah satu contoh dari hasil persilangan

ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica

dengan indica. Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javonica yang

memiliki sifat antara dari kedua tipe utama (Deptan, 2012).

Berdasarkan keanekaragaman budidaya maka di beberapa daerah tadah

hujan, dikembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran

tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi

gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu

sehingga hasil padi meningkat. Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau

dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini

ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang

panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem

musiman ( Hihsan , 2012).

Padi juga memiliki keanekaragaman mutu beras. Jenis padi pera adalah

padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran

Page 5: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen.

Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras

yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama

dilihat dari konsistensi nasinya. Ketan baik yang putih maupun hitam, sudah

dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati

berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.

Jenis padi wangi atau harum dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia,

yang terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi dan Rajalele. Salah satu tahap

terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar IR5 dan IR8, yang

merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini

adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi (Hihsan, 2012).

2.2. Penyakit Blas

2.2.1. Gejala Penyakit

Penyakit blas yang disebabkan oleh jamur P. oryzae bisa menginfeksi

tanaman padi pada masa vegetatif dan menimbulkan gejala blas daun yang

ditandai dengan adanya bercak kecil pada daun berwarna ungu kekuningan

(Gambar 2.2). Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah

ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu, dengan

bagian tepi kecoklatan (Groth, 2012).

Gejala penyakit pada fase generatif ditandai dengan busuknya pangkal

malai dengan warna kehitaman dan mudah patah (Gambar 2.3). Ukuran bercak

berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat ketahanan varietas.

Jamur ini sangat mudah beradaptasi terhadap segala kondisi lingkungan, dan bisa

Page 6: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

dijumpai di tanah persawahan, padi gogo dan padi pasang surut, dan mudah

berpindah dari satu tempat ketempat lain (Balitbio, 2004).

Penyakit blas merupakan salah satu penyakit utama dalam budidaya

padi karena bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar. Penyakit blas

dilaporkan dapat menurunkan hasil panen di Asia Tenggara dan Amerika

Selatan sekitar 50%. Dilaporkan bahwa di Indonesia penyakit blas mencapai

luas 1.285 ha pada tahun 2007, meningkat menjadi 2.208 ha pada tahun 2011,

dan 3.649 ha pada tahun 2012 (Dahyar et al., 2010; Nugroho et al., 2013).

Page 7: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya jamur P.

oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan

sudah pernah ada penyakit blas sebelumnya maka besar kemungkinan blas ini

akan segera menyebar apabila didukung oleh faktor lingkungan seperti

kelembaban dan suhu optimum yaitu antara 24-28ºC. P. oryzae menyerap nutrisi

tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Apabila

penyakit terjadi pada tanaman muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak

normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak

menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan

maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak

Gambar 2.3 Gejala Penyakit Blas Malai pada Tanaman Padi

(Sumber: Koleksi Pribadi, 2014)

Page 8: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar. Penggunaan fungisida pada

fase vegetatif sangat dianjurkan guna menekan tingkat intensitas blas daun dan

juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (Tebeest and Michael, 2007).

Pemupukan unsur N pada musim hujan dengan dosis tinggi juga akan

memicu pertumbuhan P. oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan

ketersediaan nutrisi yang ideal bagi jamur P. oryzae dan lemahnya jaringan daun,

sehingga spora jamur ini pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan

menyebabkan kerusakan serius. Teknik budidaya padi terutama pada musim

tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Curah hujan yang tinggi serta

adanya faktor angin memicu perkembangan jamur dan penyakit blas dapat

meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan

mempengaruhi penyakit blas (Prayudi, 2010).

2.2.2. Penyebab Penyakit

Penyakit blas pada padi disebabkan oleh jamur P. oryzae Jamur ini

mempunyai konidia berbentuk bulat lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua

dengan konidiofor panjang bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu

(Gambar 2.4).

Page 9: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Gambar 2.4. Konidia Jamur P. oryzae (Sumber: Richard et al.,2009)

Daur penyakit blas meliputi tiga fase yaitu infeksi, kolonisasi, dan sporulasi. Fase

infeksi diawali dengan pembentukan konidia bersepta tiga yang dilepaskan oleh

konidiofor. Konidia berpindah ke permukaan daun yang tidak terinfeksi melalui

percikan air atau bantuan angin konidia menempel pada daun, konidia akan

berkecambah pada kondisi optimum dengan cara membentuk buluh-buluh

perkecambahan yang selanjutnya menjadi appresoria (Bourett dan Howard, 1990).

Appresoria akan menembus kutikula daun. Proses penetrasi appresoria pada

kondisi optimum berlangsung 8-10 jam. Pertumbuhan hifa yang terus terjadi

menyebabkan terbentuknya bercak. Pada kelemban yang tinggi, bercak pada

tanaman yang rentan menghasilkan konidia selama 3-4 hari. Konidia ini sangat

mudah tersebar dan merupakan inokulum untuk infeksi selanjutnya (Chumley dan

Valent, 1990).

Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh bagian tanaman

seperti biji dan jerami, karena P.oryzae mampu bertahan dalam sisa jerami dan

gabah tanaman sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bisa

Page 10: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai

lebih dari 3 tahun. Sumber inokulum primer di lapangan pada umumnya adalah

jerami. Sumber inokulum dari benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada

persemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulum selalu ada sepanjang tahun,

karena adanya spora di udara dan tanaman inang lain selain padi (Chumley dan

Valent, 1990).

Klasifikasi jamur P. oryzae (Sinaga, 2006) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisi : Mycota

Subdivisi : Eumycotina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Pyricularia

Spesies : Pyricularia oryzae Cav.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Perkembangan penyakit blas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

faktor genetik . Faktor tanaman inang dalam hal ini memberikan andil terhadap

perkembangan penyakit blas, tanaman yang rentan akan mudah terserang dan

yang tahan akan tetap bertahan (Agrios,2006). Spesies padi liar merupakan salah

satu alternatif sumber keragaman genetik yang dapat dimanfaatkan dalam

perakitan varietas tahan penyakit blas. Oryza rufipogon merupakan jenis padi liar

yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber gen tahan penyakit blas (Utami et

Page 11: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

al, 2005). Disamping gen dari inang, gen dari jamur P. oryzae itu sendiri juga

berpengaruh terhadap perkembangan penyakit blas. P. oryzae diketahui

mempunyai banyak ras fisiologi yang berbeda-beda sifat dan virulensinya.

Patogenitas ditentukan oleh perbedaan mekanisme metabolisme dan senyawa-

senyawa kimia yang terdapat pada jamur P. oryzae. Jamur ini mampu membentuk

beberapa toksin antara lain pyricularian, pyriculol, dan tennazonic acid (IRRI,

2010).

Faktor lingkungan juga tidak kalah pentingnya didalam mendukung

perkembangan penyakit blas. Jamur P. oryzae berkembang optimal pada

lingkungan dengan suhu berkisar antara 24-28ºC dan dengan kelembaban udara

mencapai 90% (IRRI, 2010). Epedemi sering terjadi pada suhu 320C atau suhu

170C, tanaman yang tumbuh pada suhu seperti ini akan menjadi stress dan mudah

diserang pathogen. Kelembaban di atas 90% merupakan faktor yang sangat

membantu perkembangan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyebaran

spora dibantu oleh angin dan masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km

dari sumber inokulum awal (Hidayat, 2012).

Air juga berpengaruh karena pada tanaman padi yang kekurangan air

pertumbuhannya akan terganggu, seperti padi gogo kadar silikon didalam daun

akan berkurang sehingga jamur patogen akan mudah mengalami penetrasi, bisa

berkembang lebih baik dan intensitas penyakit lebih parah dibandingkan dengan

padi sawah (Semangun, 2006). Demikian juga jika tanaman padi kelebihan air

maka kelembaban akan meningkat, dan serangan patogen blas akan meningkat

(IRRI, 2010).

Page 12: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Faktor inang alternatif. Inang utama P. oryzae adalah padi, namun dapat

memanfaatkan jenis rumput sebagai sumber inokulum seperti Digitaria cilaris;

Echinochloa colona dan Zea mays (Tandiabang dan Pakki, 2007), Magnaporthe

oryzae dapat menginfeksi tanaman monocotyl jenis Arabidopsis thaliana. Untuk

meminisasi perkembangan pathogen blas maka jerami sisa-sisa panen yang

menjadi tempat hidup miselia jamur dan bertahan selama satu tahun, sebaiknya

jerami setelah panen dibenamkan sehingga bisa menekan penyebaran penyakit

blas, dan meningkatkan kesuburan tanah karena didekomposisi oleh mikroba yang

ada di dalam tanah (Yolanda, 2013).

Faktor pemupukan juga sangat berpengaruh. Pemupukan nitrogen yang

tinggi akan meningkatkan serangan penyakit blas akibat dari jaringan daun

menjadi lemah karena penyerapan silikon terganggu, sehingga spora jamur

menginfeksi secara optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman

padi (Tandiabang dan Pakki, 2007). Kombinasi pemupukan nitrogen yang tinggi

tanpa kalium dengan jarak tanam yang rapat juga menjadi faktor tingginya

kejadian penyakit blas malai (IRRI, 2010). Petani disarankan menggunakan pupuk

sesuai anjuran terutama pada daerah endemic penyakit blas. Penggunaan pupuk

berimbang dengan penggunaan kalium dan phosfat dianjurkan agar dapat

mengurangi infeksi penyakit blas di lapangan. Penggunaan kalium dapat

mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora akan

terhambat dan tidak berkembang di lapangan. Dianjurkan kepada para petani

penggunaan pupuk nitrogen 90 kg/ha (Tandiabang dan Pakki, 2007).

Page 13: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

2.2.4. Pengendalian

Menurut Effendi (2009), ada beberapa cara pencegahan dan pengendalian

penyakit blas di antaranya adalah pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada

tanaman padi. Salah satu tujuan PTT adalah mampu menekan penurunan hasil

akibat OPT (organisme penggangu tumbuhan) antara lain dengan jalan

menggunakan varietas tahan dan pembenaman jerami (Santika dan Sunaryo,

2008). Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blas sangat dianjurkan bagi

daerah yang endemi terhadap blas (Utami , 2005). Proses dekomposisasi jerami

selain dapat berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas

sehingga tidak berpotensi untuk berkembang. Penggunaan pupuk kompos dapat

menekan perkembangan penyakit blas dan meningkatkan produksi (Tandiabang

dan Pakki , 2007).

Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemi

penyakit blas khususnya penggunaan nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan

penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di

lapangan. Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga

penetrasi spora akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan

(Tandiabang dan Pakki , 2007). Penggunaan jarak tanam yang tidak rapat atau

lebih renggang akan menghambat perkembangan penyakit blas pada padi.

Semakin rapat jarak tanam maka semakin mudah perkembangan penyakit blas

(Balitbio, 2004).. Pengendalian penyakit secara terpadu dan tepat guna merupakan

salah satu cara untuk mengendalikan penyakit blas (Balitbio, 2004).

Page 14: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Penggunaan mikroba antagonis jenis Enterobacter agglomerans, Seratia

liguefaciens dan Xanthomonas lumenescens dapat menekan pertumbuhan jamur p.

oryzae Cav. penyebab penyakit blas (Suprapta , 2012). Penggunaan bakteri

antagonis Corynebacterium sp. terhadap penyakit blas menunjukkan hasil yang

menggembirakan, dimana dengan perlakuan perendaman benih dengan bakteri

antagonis Corynebacterium sp. selama 15 menit sebelum tanam dan dilakukan

penyemprotan memberikan hasil yang lebih baik (Dahyar, 2010). Fungisida hayati

lainnya dapat berupa produk langsung jadi yang dijual di pasaran seperti

inokulan/starter Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang digunakan sebagai

tindakan preventif pada masa vegetatif padi (Djunaedy , 2009).

Fungisida nabati juga telah dibuat untuk mengendalikan penyakit blas, di

antaranya menggunakan ekstrak daun sirih, ekstrak daun jambu dan ekstrak

lengkuas. Cara aplikasi bisa dengan disemprotkan ke tanaman yang terserang

penyakit atau belum untuk pencegahan dan atau dikocorkan langsung ke pangkal

tanaman. Ekstrak ini bisa memberikan penekanan terhadap penyakit blas sekitar

21% (Plantus, 2010).

2.3. Ekstrak Tanaman Sebagai Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari ekstrak

tanaman atau tumbuhan yang ada di lingkungan di sekitar kita yang menunjukkan

aktivitas biologis terhadap hama dan pathogen tanaman (Suprapta, 2014). Salah

satu pestisida nabati yang bersifat sebagai anti jamur disebut dengan fungisida

nabati. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran

lingkungan karena mudah terurai, harganya juga relatif murah apabila

Page 15: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

dibandingkan dengan pestisida kimia (Hendayana, 2006). Cara kerja pestisida

nabati sangat spesifik seperti menghambat pertumbuhan jamur patogen. Pestisida

nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan pestisida

nabati diantaranya adalah sebagai berikut: aman terhadap lingkungan, tidak

menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan pada hama,

kompatibel digabungkan dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan

produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida. Kekurangannya adalah

: daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung,

tidak tahan disimpan, kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang

(Suprapta, 2014).

Bahan kimia yang terkandung pada tanaman biasa disebut sebagai

metabolit sekunder dan sering digunakan sebagai pestisida nabati seperti

terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Metabolit sekunder adalah

senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme, yang

ditemukan dalam bentuk unik atau berbeda-beda antara spesies satu dengan

spesies lainnya. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai

obat atau bahan untuk membuat parfum, pewarna makanan, racun, aroma

makanan, obat, pestisida dan insektisida (Lenny, 2006). Metabolit sekunder dapat

tersebar di seluruh organ tubuh tumbuhan seperti daun, akar, batang, bunga, kulit,

umbi, dan buah (Tanjung, 2013). Produksi metabolit sekunder dipengaruhi oleh

beberapa faktor di antaranya faktor stres lingkungan, faktor genetik, dan faktor

fisik (Mariska, 2013). Hatta (2011) menyatakan meningkatnya kandungan polifenol

pada salinitas tinggi mungkin disebabkan oleh akumulasi metabolit sekunder.

Page 16: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Jenis dan kandungan metabolit sekunder dapat sama atau berbeda di

setiap organ tumbuhan. Metabolit sekunder tidak mempunyai peranan yang terlalu

penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, namun pada

jumlah yang sangat besar mampu melindungi tanaman dari hama dan penyakit

(Mariska, 2013). Pembentukan metabolit sekunder sangat sedikit, karena hanya

disintesis oleh agen biologik tertentu dan pada saat tertentu (Sunarminingsih,

2002). Senyawa metabolit sekunder pada tanaman memiliki fungsi di antaranya

sebagai atraktan, melindungi diri dari cekaman lingkungan, pelindung dari hama

dan penyakit (fitoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat

pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain disebut dengan

alelopati (Mariska, 2013).

Menurut Tohir (2010), bahwa ekstrak biji sirsak (Anona sguamosa) dapat

menurunkan aktivitas makan ulat grayak atau bersifat anti –feedant, karena pada

biji sirsak terkandung zat bioaktif asetogenin dan annonain yang bersifat

insektisida, penolak serangga, larvasida dan anti-feedant. Ekstrak biji sirsak

dengan pelarut metanol dapat menurunkan aktivitas makan ulat grayak sebesar

49,80%. Selain itu tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung senyawa

bioaktif azadirachtin, salanin, nimbinen, meliantricl yang dapat digunakan sebagai

pestisida nabati. Azadirachtin bekerja mengganggu fungsi hormon perkembangan

serangga sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan serangga.

Nimba juga bersifat anti-feedant dan aktif terhadap 300 jenis serangga

(Rachmawati dan Korlina , 2009).

Page 17: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Ekstrak rimpang Alpinia galanga dan ekstrak daun Carica papaya

memiliki daya hambat terhadap Ceratocystis sp. (Suprapta et al., 2001). Ekstrak

rimpang Alpinia galanga dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium

oxysporum dalam media PDA (Suprapta dan Khalimi, 2009; Suprapta, et al.

2005). Ekstrak kasar daun jati (Tectona grandis L.f) mampu menghambat

pertumbuhan lima jenis jamur perusak kayu sengon (Arthrinium phaeospermum,

Nigrospora sp, Aspergillus flavus, Acremonium butyri, dan Penicillium citrinum)

(Astiti dan Suprapta, 2012).

Plantus (2010), menyatakan bahwa dari 18 jenis tumbuhan yang diekstrak

yang berpotensi sebagai bahan fungisida nabati, didapat 3 jenis tumbuhan yang

berpotensi tinggi menekan perkembangan penyakit blas yaitu ekstrak daun sirih

(Piper betle), ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava), ekstrak rimpang

lengkuas (A. galanga). Ketiga ekstrak tersebut pada tingkat kondisi lapangan

dapat menekan perkembangan penyakit blas malai, dimana ekstrak daun sirih (P.

betle) dapat menekan 3.3%, ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) dapat

menekan 4,7%, ekstrak rimpang lengkuas (A. galanga) dapat menekan 2,7%.

Ekstrak Lentinus tropis bersifat sebagai antimikroba dapat menghambat

pertumbuhan Bacillus substilis, Mucor ramannianus, dan Rigidoporus lignosus

(Sudirman, 2005).

Ekstrak kasar sirih (P.betle) juga dapat menghambat pembentukan spora

Fusarium oxysporum f.sp.vanilla pada media PDB dan menghambat

pertumbuhan koloni pada media PDA (Suprapta dan Ohsawa, 2007). Hasil

penelitian Sibarani (2008) menunjukkan bahwa larutan daun mimba (Azadirachta

Page 18: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

indica), daun sirih (P. betle) dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang

disemprotkan pada tanaman cabe (Capsicum annum) dapat menekan kejadian

penyakit antraknosa (Colletroticum capsici). Menurut Rachmawati dan Korlina

(2009) bahwa daun sirih (P. betle) mengandung minyak atsiri yang di dalamnya

terkandung 55% senyawa fenol. Senyawa ini mempresifitasikan protein secara

aktif, sehingga susunan protein menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan sel dan

merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan terjadi

osmosis sehingga sel menjadi lisis. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan

jamur menjadi terganggu (Rachmawati dan Korlina, 2009).

2.4. Tanaman Cabe Hutan (Piper caninum Blume) 2.4.1.Morfologi

Cabe hutan (P. caninum Blume) merupakan tanaman menjalar dan

merambat di pohon dengan batang bulat, kulit batang hijau kehitaman, dan

berbulu. Pada batang yang masih muda daunnya berbentuk jantung dengan

permukaan daun atas dan bawah berbulu, dengan warna hijau tua. Batang yang

tua membentuk percabangan dengan panjang percabangan 30-45 cm, bulat,

berbulu. Daun pada percabangan bulat telur, permukaan atas dan bawah berbulu

(Gambar 2.5). Perbungaan muncul pada ketiak daun pada cabang, panjang 2 cm

berwarna putih. Buah bulat tersusun dalam karangan berwarna hijau pada waktu

muda dan berwarna oranye saat masak (Astuti dan Munawaroh , 2010). Menurut

Backer dan Bakhuizen (1965) klasifikasi dari Cabe hutan (P. caninum Blume)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Page 19: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Pipereceae

Genus : Piper

Spesies : Piper caninum Blume

Habitat Cabe hutan (P. caninum Blume) ditemukan di daerah tropis dan

subtropis, menyebar dari daerah dataran rendah sampai dengan dataran tinggi

(1.100 dpl). Tumbuhan ini menyukai ketinggan 600-800 meter dari permukaan

laut. Kelembaban yang cocok adalah 60%, dengan kisaran suhu 20-25OC,

menyukai tanah lempung berpasir. Cabe Hutan mempunyai banyak nama seperti

di Jawa disebut dengan sirih hutan atau cabe hutan, di Sumatra Utara disebut

dengan nama piper lowong, di Bali disebut dengan nama bleng dakep, dan di

Malaysia disebut dengan cabe hantu. Tanaman ini hidup di hutan dan semak-

Gambar 2.5 Foto Tumbuhan Cabe Hutan (Piper caninum Blume)

(Sumber: koleksi pribadi, 2014)

Page 20: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

semak liar dan jarang dimanfatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Cabe hutan

hidup menempel di pohon-pohon besar seperti menempel pada pohon kelapa,

pohon cengkeh, pohon nangka, dan pohon-pohon liar lainnya (Astuti dan

Munawaroh , 2010).

2.4.2. Kandungan Kimia

Secara umum genus Piper mengandung minyak atsiri seperti kadinen,

kavikol, sineol, eugenol, karvakol Senyawa ini digunakan untuk mengobati

penyakit seperti keputihan, nafas berbau, badan berbau, batuk, radang selaput

lendir mata, jantung berdebar-debar, kemurungan, demam selepas bersalin, air

susu terlampau banyak dan sariawan (Mol, 2011). Tedjasulaksana (2012)

menyatakan bahwa kandungan alkaloid pada daun sirih (P.betle) dapat

menurunkan hormon reproduksi estrogen dan androgen. Kandungan minyak atsiri

pada daun sirih bersifat sebagai pembunuh kuman, bersifat sebagai antioksidan

dan bersifat sebagai anti jamur (Tompun, 2006).

Menurut Maj et al. (2004), bahwa P. caninum Blume memilki fitokimia

yang bersifat sebagai antimikroba dan sebagai antioksidan sebesar 77,9% terdapat

pada daun dan 87% terdapat pada batang. Tanaman ini mempunyai aktivitas anti

mikroba terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas

aeruginosa, Pseudomonas putida, Escherichia coli, Candida albicans, dan

Aspergillus niger. Semua Piper mengandung senyawa fitokimia jenis evalonik

acid, cinanamoyl amides, alkhyl amides, aristolaktam, flavones, dehidroflavone,

dehidrochalcone, dehidroflavonoid (Maj et al., 2004).

Page 21: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan

Menurut Zetzer et al., 2004), bahwa ekstrak daun P. caninum mempunyai

daya hambat terhadap mikroba Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan

Streptococcus pneumonia. Selain itu ekstrak tanaman ini juga dapat menghambat

pertumbuhan jamur karena mengandung 4,5-dioxoaporphine alkaloid

cepharadione A (Maj et al., 2004). Menurut Sudrajat et al. (2011) bahwa Piper

spp. (Piperaceae) mengandung zat bioaktif antara lain zat phenylpropanoids,

lignoids, dan plavonoids. Senyawa phenylpropanoids bersifat sebagai insektisida

khususnya senyawa dimethoxy-4,5-mthylenodioxy-allelbenzene (dilallpiol).

Menurut Purnomo dan Asmarayani (2004) bahwa daun Piper spp. mengandung

minyak esensial (terpenoid) yang sering digunakan sebagai obat tradisional dan

bumbu penyedap masakan. Genus Piper telah terbukti memiliki antimikroba,

antijamur, antioksidan, insektisida, allelopathi dan kegiatan antitumor (Tanjung,

2013). Berbagai senyawa terkandung dalam genus Piper seperti alkaloid,

propenylphenols, lignan, neolignans, terpene, steroid, kawapyrones, chalcones,

flavon dan flavanones yang telah diisolasi dari Piper yang berbeda spesies

(Purnomo dan Asmarayani, 2004).

Berdasarkan uji pendahuluan terhadap 37 jenis tanaman ditemukan bahwa

ekstrak kasar daun P. caninum mampu menghambat pertumbuhan jamur P. oryzae

secara in vitro pada media PDA dengan diameter zona hambatan sebesar 44 mm.

Page 22: BAB II Tanaman Padi merupakan tanaman pangan, yang dikenal ... II.pdfsecara keseluruhan disebut malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan