bab ii - sinta.unud.ac.id ii skripsi...tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah,...

46
1 BAB II TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN, PEKERJA, DAN KECELAKAAN KERJA 2.1 Tanggung Jawab 2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. 1 Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab, apabila tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena dapat menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan 1 Wahmuji, 2008, “Kamus bahasa indonesia”, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, h.128

Upload: vokhanh

Post on 03-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN,

PEKERJA, DAN KECELAKAAN KERJA

2.1 Tanggung Jawab

2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab

menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,

memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab

dan menanggung akibatnya.1 Tanggung jawab adalah kesadaran manusia

akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di

sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya

sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti

dibebani dengan tanggung jawab, apabila tidak mau bertanggung jawab,

maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan

demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak

yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia

merasa bertanggung jawab karena dapat menyadari akibat baik atau buruk

perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan

1Wahmuji, 2008, “Kamus bahasa indonesia”, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, h.128

2

mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan

kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan,

penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung

jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah di lakukan. Tanggung

jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari

manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di

kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat

dari perbuatan pihak yang berbuat.

Ridwan Halim mendefinisikan tanggung jawab hukum sebagai

sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik peranan itu

merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan.2 Secara umum tanggung

jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau

berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang

telah ada.3

Ada beberapa macam tanggung jawab menurut para ahli yaitu :

a) Tanggung jawab Individu

Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat

bertanggung jawab. Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan

mereka. Oleh karenanya, istilah tanggung jawab pribadi atau tanggung

2 Ridwan Halim, 2011, “Tanggung jawab hukum”, Bumi aksara, Jakarta, h. 553 Khairunnisa, 2008, Kedudukan Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan,

Pasca Sarjana, hl. 4

3

jawab sendiri sebenarnya “mubajir”. Suatu masyarakat yang tidak mengakui

bahwa setiap individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya

tidak mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu

mengenali hakikat kebebasan. Friedrich August von Hayek mengatakan,

Semua bentuk dari apa yang disebut dengan tanggung jawab kolektif

mengacu pada tanggung jawab individu.4 Istilah tanggung jawab bersama

umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi tanggung jawab itu

sendiri. Dalam tanggung jawab politis sebuah masalah jelas bagi setiap

pendelegasian kewenangan (tanggung jawab). Pihak yang disebut

penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan

mereka. Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya

atau pensiun dini. Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak.

Karena itulah para penganut liberal menekankan pada subsidiaritas, pada

keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di kalangan rakyat

yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan tersebut.

b) Tanggung jawab terhadap kebebasan

Kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dipisahkan. Orang yang

dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya dan mempertanggung

jawabkan perbuatannya hanyalah orang yang mengambil keputusan dan

bertindak tanpa tekanan dari pihak manapun atau secara bebas. Liberalisme

menghendaki satu bentuk kehidupan bersama yang memungkinkan

manusianya untuk membuat keputusan sendiri tentang hidup mereka.

4Friedrich august von hayek, 2001, Tanggung jawab individu, Pradya Paramitha, jakarta,h. 102

4

Karena itu bagi suatu masyarakat liberal hal yang mendasar adalah

bahwa setiap individu harus mengambilalih tanggung jawab. Ini merupakan

kebalikan dari konsep sosialis yang mendelegasikan tanggung jawab dalam

ukuran seperlunya kepada masyarakat atau negara. Kebebasan berarti

tanggung jawab. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan manusia takut

terhadapnya. George Bernard Shaw mengatakan, Persaingan yang

merupakan unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi

jika ada tanggung jawab individu.5

c) Tanggung jawab sosial

Dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggung jawab

sosial. Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi dari tanggung

jawab secara umum. Namun berbeda dari penggunaan bahasa yang ada,

tanggung jawab sosial dan solidaritas muncul dari tanggung jawab pribadi

dan sekaligus menuntut kebebasan dan persaingan dalam ukuran yang

tinggi. Untuk mengimbangi “tanggungjawab sosial” tersebut pemerintah

membuat sejumlah sistem, mulai dari Lembaga Federal untuk Pekerjaan

sampai asuransi dana pensiun yang dibiayai dengan uang pajak atau

sumbangan-sumbangan paksaan. Institusi yang terkait ditentukan dengan

keanggotaan paksaan. Karena itu institusi-institusi tersebut tidak

mempunyai kualitas moral organisasi yang bersifat sukarela. Orang yang

terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah mereka yang

melaksanakan tanggungjawab pribadi untuk diri sendiri dan orang lain.

5George Bernard Shaw, 1999, Persaingan Masyrakat, Rajawali press, jakarta, h. 90

5

Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai ganti

tanggungjawab. Carl Horber mengatkan, Pada akhirnya tidak ada yang

bertanggungjawab atas dampak-dampak dari penagaruh politik terhadap

keamanan sosial.6 Akibatnya ditanggung oleh pembayar pajak dan penerima

jasa.

d) Tanggung jawab terhadap orang lain

Setiap manusia mempunyai kemungkinan dan di banyak situasi juga

kewajiban moral atau hukum untuk bertanggungjawab terhadap orang lain.

Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling

memberikan tanggung jawabnya. Si orang tua bertanggung jawab kepada

anaknya, anggota keluarga saling tanggung jawab. Anggota keluarga saling

membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam

keadaan sakit. Ini khususnya menyangkut manusia yang karena berbagai

alasan tidak mampu atau tidak mampu lagi bertanggungjawab terhadap

dirinya sendiri secara penuh. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu

berbentuk perkawinan atau tidak. Tanggung jawab terhadap orang lain

seperti ini tentu saja dapat diterapkan di luar lingkungan keluarga.

Bentuknya bisa beranekaragam. Yang penting adalah prinsip sukarela pada

kedua belah pihak. Pertanggungjawaban manusia terhadap dirinya sendiri

tidak boleh digantikan dengan perwalian.

e) Tanggung jawab terhadap risiko

6Carl Horber, 2001, Politik terhadap keamanan sosial, Pradya paramitha, Jakarta, h. 79

6

Dalam masyarakat modern orang berhadapan dengan berbagai

risiko. Risiko itu bisa membuat orang sakit dan membutuhkan penanganan

medis yang sangat mahal. Atau membuat orang kehilangan pekerjaan dan

bahkan harta bendanya. Ada berbagai cara untuk mengamankan dari risiko

tersebut, misalnya dengan asuransi. Untuk itu tidak diperlukan organisasi

pemerintah, melainkan hanya tindakan setiap individu yang penuh

tanggungjawab dan bijaksana.7

2.1.2. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Di Perusahaan

Bentuk tanggung jawab di perusahaan bisa di lihat dari beberapa

bentuk tanggung jawab seperti halnya pengusaha berkewajiban untuk

memberikan perlindungan kerja kepada pekerja dalam hal ini pengusaha

memiliki sebuah tanggung jawab kepada segala hal yang berkaitan dengan

perusahaan. Salah satu tanggung jawab di perusahaan yaitu tanggung jawab

pengusaha kepada pekerja untuk meberikan suatu perlindungan kerja,

memenuhi hak dan kewajiban pekerja seperti yang di sebutkan di dalam

Pasal 10 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja menjelaskan mengenai kewajiban pengusaha dalam hal

pelaksanaan jaminan kecelakan kerja, kewajiban pengusaha dalam pasal ini

menjelaskan jika terjadi kecelakaan terhadap pekerja, pengusaha wajib

melaporkan kecelakaan kerja kepada kantor Departemen Tenaga Kerja dan

badan penyelenggara tidak lebih dari 2x24 jam, karena jika pengusaha

7Widiyono, 2004, Wewenang Dan Tanggung Jawab, Ghalia Indonesia, Bogor, h. 27

7

melebihi waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang maka, proses

klaim tidak dapat dilakukan. Pengusaha diwajibkan melaporkan kepada

Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak lebih 2x24 jam

setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya

dinyatakan sembuh. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa

kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-

haknya. Adapun bentuk tanggung jawab lainnya seperti:

1. Tanggung Jawab terhadap Karyawan

Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan.

Pertama, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan

pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung

jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka,

perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.

- Keselamatan Karyawan

Perusahaan memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan

dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa tindakan

pencegahannya dengan cara memeriksa mesin dan peralatan guna

memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan

digunakannya kacamata keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat

mencegah terjadinya cedera, dan menekankan tindakan pencegahan khusus

dalam seminar-seminar pelatihan.

Perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang aman

mencegah terjadinya cedera dan meningkatkan moral karyawan. Banyak

8

perusahaan saat ini mengidentifikasikan keselamatan di tempat kerja

sebagai salah satu tujuan utamanya. Pemilik perusahaan mengakui bahwa

perusahaan akan mengeluarkan biaya guna memenuhi tanggung jawab

seperti keselamatan karyawan. Usaha perusahaan untuk menyediakan

lingkungan kerja yang aman mencerminkan biaya penting dalam

menjalankan usaha.

- Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain

Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan

diperlakukan dengan semetinya oleh karyawan lain. Dua masalah utama

berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan pencegahan

terjadinya pelecehan seksual.

Keragaman, tidak hanya terbatas pada jender dan suku. Karyawan

dapat berasal dari latar belakang yang sepenuhnya berbeda dan memiliki

keyakinan yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan konflik ditempat

kerja. Banyak perusahaan memcoba untuk mengintegrasikan karyawan

dengan latar belakang yang berbeda agar mereka belajar bekerja sama guna

mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun merka memiliki pandangan

yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar kerja. Banyak perusahaan

merespons terhadap meningkatnya keregaman antar karyawan dengan

menawarkan seminar mengenai keregaman, yang menginformasikan kepada

karyawan mengenai keregaman budaya.

Pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Masalah lain di tempat

kerja adalah seksual(sexual harassment), yang melibatkan komentar atau

9

tindakan yang bersifat seksual tidak di terima. Perusahaan cenderung

mencegah pelecehan seksual dengan memberikan seminar mengenai hal

tersebut. Misalnya, seorang karyawan mungkin akan membuat suatu

paksaan seksual terhadap karyawan lain dan menggunakan kepuasaan

pribadi dalam perusahaan untuk menakuti status pekerjaan lain. Seperti,

seminar deversitas. Seminar ini dapat menolong karyawan menyadari

bagaimana suatu pernyataan atau perilaku mungkin dapat menyinggung

perasaan karyawan lain. Seminar ini tidak hanya suatu tindakan tanggung

jawab terhadap karyawan tetapi juga dapat memperbaiki produktivitas

perusahaan dengan menolong karyawan merasa kerasan dan nyaman.

2. Tanggung Jawab kepada Pemegang Saham (Investor)

Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya(para

pemegang saham). Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang

memuaskan kepentingan mereka sendiri dan bukannay kepentingan pemilik

saham. Misalnya saja, beberapa karyawan megambil uang perusahaan untuk

kepentingan pribadinya dan bukan kepentingan perusahaan.

3. Tanggung Jawab terhadap Kreditor

Perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban

keuangannya kepada kreditor. Jika suatu perusahaan mengalami masalah

keuangan dan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan

tersebut harus menginformasikan hal ini kepada kreditornya. Suatu

perusahaan memiliki insentif yang kuat untuk memenuhi tanggung

10

jawabnya terhadap kreditor. Jika perusahaan tidak membayar utangnya

kepada kreditor, perusahaan tesebut dapat dipaksa pailit.

4. Tanggung Jawab terhadap lingkungan

Kualitas lingkungan adalah kebaikan public, dimana setiap orang

menikmatinya tanpa peduli siapa yng membayar untuknya. Jika suatu

produk yang dihasilkan suatu perusahaan tentunya membawa dampak

negative tehadap lingkungan (pencemaran lingkunga) seperti, polusi udara,

tanah dan air. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Polusi udara

Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat

berbahaya bagi lingkungan masyarakat karena bisa menimbulkan penyakit

dan saluran pernapasan. Contonya seperti, polusinya kendaraan, produksi

bahan bakar dan baja.

Suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan

suatu produknya yang baik dengan begitu mereka berusaha agar yang

dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada perusahaan

otomotif dan baja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses

produksinya sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke

udara.

Peranan pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga

terlibat dalam memberlakukan pedoman tertentu yang mengharuskan

perusahaan untuk membatasi jumlah karbon dioksida yang ditimbulkan

olehproses produksi. Pada tahun 1970, Environmental Protection

11

Agency(EPA), diciptakan untuk mengembangkan dan memberlakukan

standar polusi.

- Polusi Tanah

Tanah telah terpolusi oleh limbah yang beracun yangn tida

dihasilkan dari beberapa proses produksi. Akibatnya tanah akan rusak tidak

subur dan akan berdampak buruk bagi pertanian.

Dengan begitu perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang

mengarah pada pencegahan terhadap polusi tanah. Misalkan, perusahaan

merevisi produksi dan pengemasan guna mengurangi jumlah limbah.

Perusahaan juga harus menyimpan limbah beracunnya ditempat yang

khusus untuk limbah beracun dan perusahaan juga bias mendaur ulang

membatasi penggunaan bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi

limbah padat. Ada banyak perusahaan yang memiliki program lingkungan

yang didesain untuk mengurangi kerusakan lingkuperngan.

- Polusi Air / Pencemaran Air

Pencemaran air mengacu pada perubahan fisik, biologi, kimia dan

kondisi badan air yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem.Seperti

jenis polusi, hasil polusi air bila jumlah besar limbah yang berasal dari

berbagai sumber polutan tidak dapat lagi ditampung oleh ekosistem alam.

5. Tanggung Jawab terhadap Komunitas

Suatu perusahaan ketika mendirikan basisnya di suatu komunitas,

maka perusahaan tersebut menjadi bagian dari komunitas itu dan

mengandalkan komunitas tersebut sebagai pelanggan dan karyawannya.

12

Perusahaan mendemonstrasikan acara-acara local atau memberikan

sumbangan ke yayasan local, misalkan perusahaaan yang telah

mendonasikan dana ke unversitas.8

2.2.Perusahaan

2.2.1.Pengertian perusahaan

Perusahaan merupakan salah satu pengertian ekonomi yang juga

masuk ke dalam lapangan hukum perdata. Kata perusahaan di dalam kamus

bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) pengertian yaitu :

a. Onderneming, yang berarti suatu bentuk hukum (recht

worm) dari dari suatu perusahaan seperti misalnya

Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Firma (CV). Jika

dikatakan ondereming, maka yang di maksud adalah

menunjuk pada bentuk hukumnya yang berbentuk dua

macam yaitu :

1. Badan Hukum

2. Bukan Badan Hukum

b. Bedrif yang berarti kesatuan teknik kegiatan

pengelolaan untuk produksi seperti misalnya home

industry / indrusti rumah tangga atau industri rumahan,

kerajinan atau keterampilan khusus, pabrik.

8 Chrysanti Hasibuan Sedyono, 2015, Tanggung jawab sosial perusahaan, URL:https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, diakses tanggal 05 oktober2015

13

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di artikan sebagai berikut :

1. Perusahaan yang berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang karena

sifatnya dibebani tanggung jawab terbatas sebatas modal yang

ditanamkan.

2. Perusahaan yang tidak berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang

menurut sifatnya dan bentuknya memiliki tanggung jawab yang luas

secara pribadi.9

Beberapa pakar hukum telah merumuskan beberapa pengertian mengenai

perusahaan, yaitu :

a. Molleggraaff memberikan rumusan : bawasannya perusahaan

adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus,

untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan

atau menyerahkan barang dan atau mengadakan perjanjian

perdagangan.10

Perusaahaan merupakan salah satu sendi utama dalam kehidupan

masyarakat modern, karena perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan

manusia guna memenuhi kehidupannya. Selain itu perusahaan juga sebagai

salah satu sumber pendapatan negara melalui pajak dan wadah peyaluran

tenaga kerja.

Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang No 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan bahwa perusahaan adalah :

9 Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 4910Molleggraaff, 2007, Pengertian perusahaan, Rajawali Press, Jakarta, h. 122

14

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik

orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,

baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan

pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai

pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

Molleggraaff memandang pengertian perusahaan dari segi ekonomi

karena kaarena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan cara :

- Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan

menjualnya kembali dengan perhitungan memperoleh

penghasilan berupa keuntungan atau laba.

- Menyerahkan barang, yaitu melepaskan penguasaan

atas barang dengan perhitungan memperoleh

penghasilan dengan cara menyewakan barang.

b. Polak merumuskan perusahaan dari sudut komersial, artinya : Bisa

dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi

yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.11

Penambahan unsur laba rugi pada undur-unsur : terus menerus,

terang-terangan dalam badan usaha pada kegiatan di bidang

ekonomi, terbukti dari penjelasannya bahwa apakah suatu

11 Polak, 1997, Sifat Perusahaan, Bumi aksara, Jakarta, h. 50

15

perusahaan dijalankan menurut cara-cara yang lazim atau tidak,

dapat diketahui dari peraturan menjalankan perusahaan itu dan

bukan dijalankan secara teselubung atau tersembunyi. Jika unsur

tersebut tidak ada, maka hilanglah sifat perusahaan dari aspek

hukum perusahaan.

c. Menurut Undang-undang No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar

Perusahaan Daftar Perusahaan (UDWP) dalam pasal 1 huruf (b)

disebutkan bahwa :

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat dikemukakan bahwa

dalam pengertian perusahaan terdapat dua hal yaitu :

a. Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, dalam bahasa

inggris disebut “company”.

b. Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang

dilakukan secara terus menerus oleh pengusaha untuk memperoleh

keuntungan dan atau laba, dalam bahasa inggris disebut business.12

1.2.2 Bentuk-bentuk Perusahaan

Berdasarkan pengertian di dalam kamus bahasa Indonesia Kata

perusahaan memiliki 2 (dua) pengertian mengenai bentuk perusahaan yang

telah di jabarkan dan Hukum yang mengatur bentuk-bentuk perusahaan,

pada umumnya mencakup bentuk-bentuk usaha persekutuan

12Andasasmita, 2006, Pengertian perusahaan, Gramedia Pustaka, Jakarta, h.50

16

(Partnership)/Perusahaan tidak berbadan hukum, dan bentuk usaha

berbadan hukum (corporation). 13

Bentuk-bentuk perusahaan secara umum ada 2 (dua) yaitu:

1. Perusahaan Berbadan Hukum seperti :

a. Perseroan Terbatas (PT)

Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa : “Badan hukum yang didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya”.

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu

badan hukum. PT berbeda dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan

hukum. Sebagai badan hukum dalam PT terdapat pemisahaan

kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi pengusaha.

Walau demikian PT sebagai badan hukum yang wajib mendapat

pengesahan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman.

Sedangkan bentuk usaha yang bukan badan hukum tidak memiliki

kewajiban demikian. Dalam pengertian tersebut juga disebutkan

bahwa PT didirikan berdasarkan sebuah perjanjian, PT bukanlah

perusahaan perorangan seperti UD, tetapi suatu persekutuan sama

halnya dengan Fa dan CV yang didirikan oleh lebih dari satu orang.

13 Agus Sardjono, 2014, Pengantar Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 25

17

Adapun ciri-ciri Perseroan Terbatas yaitu :

1. Berbadan hukum memiliki harta kekayaan yang terpisah

dengan harta pribadi.

2. Modal terdiri dari saham-saham sehingga tanggung jawab

pemegang saham terbatas pada sejumlah saham yang

dimasukannya.

3. Sistemnya lebih tertutup sehingga segala jenis pengoperasian,

pembubaran dan aturan lainnya diatur berdasarkan Undang-

Undang.14

Pendirian Perseroan terbatas harus dengan akta notaris dan memiliki

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang harus disahkan oleh

Menteri Hukum dan HAM, dan kewajiban mendaftarkan/mengumumkan

berada dipundak direksi. Selanjutnya didaftarkan ke Departemen

Perindustrian dan perdagangan dan diumumkan dalam Tambahan Berita

Negara.15

b. Koperasi

Pada dasarnya koperasi berasal dari Bahasa Inggris Coperation

terdiri dari dua suku kata “Co yang berarti bersama, dan Operation

yang berarti bekerja.” Sehingga koperasi bisa diartikan bekerja sama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia koperasi merupakan

perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para

14 Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 5815 Ibid

18

anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan

harga murah (tidak bermaksud mencari untung).

Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoprasian pada Bab I

Pasal 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

Menurut Moh. Hatta “Bapak Koperasi Indonesia”, koperasi adalah

usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi

berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut

didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan

seorang buat semua dan semua buat seorang.

Modal koperasi bersumber dari anggota baik berupa simpanan

pokok, simpanan wajib maupun simpanan sukarela: simpanan dari

anggota, hibah, dana cadangan, dari SHU (sisa hasil usaha) dan

pinjaman-pinjaman lain. Seluruh modal dipergunakan untuk sebesar-

besar keperluan dan kesejateraan anggota koperasi.16

Pendirian koperasi primer dapat dilakukan dengan jumlah anggota

minimal 20 orang. Disamping itu di dalam praktik dapat juga dibentuk

koperasi pusat yaitu koperasi yang terdiri dari minimal tiga koperasi

primer, dan koperasi gabungan dapat dibentuk dengan jumlah minimal

16 Ibid, h. 62

19

tiga koperasi pusat, dan koperasi induk dapat dibentuk minimal tida

koperasi gabungan.17

Berhubung koperasi didirikan atas asas kekeluargaan, maka

koperasi merupakan soko guru perekonomian bangsa yang diharapkan

menjadi kekuatan perekonomian rakyat maka koperasi memiliki

beberapa prinsip yaitu:

1) Sukarela

2) Demokratis

3) Sisa Hasil Usaha dipergunakan untuk masing-masing anggota

4) Kemandirian.18

Pendirian koperasi harus dilaksanakan dengan membuat Anggaran

Dasar (AD) yang disahkan oleh Kantor Perdagangan dan Koperasi

setempat dan diumumkan Tambahhan berita negara Republik

Indonesia.

Organ Koperasi terdiri dari: Rapat anggota sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi, Pengurus sebagai pengelola koperasi sehari-hari

dan Pengawas yang bertindak mengawasi sepak terjang koperasi.19

c. Yayasan

Yayasan (foundation) adalah suatu Badan Hukum yang

mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan

kemanusiaan, didirikan dengan memerhatikan persyaratan formal

17 Ibid, h. 6318 Ibid19 Ibid

20

yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan diatur

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.20

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang

dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di

bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat

melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan

tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan /atau ikut serta

dalam suatu badan usaha. Yayasan tidak boleh membagikan hasil

kegiatan usaha kepada Pembina., Pengurus, dan Pengawas. Yayasan

didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian

harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal. Pendirian yayasan

dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.

Biaya pembuatan akta notaris ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah21.

Dalam hal yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama

orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendirian yayasan tersebut

diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pengesahan akta pendirian

diajukan oleh pendirian atau kuasanya dengan mengajukan

permohonan tertulis kepada Menteri Kehakiman dan HAM.

Pengesahan akan diberikan dalam waktu paling lambat 30 hari

terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Dalam

20 Ibid, h. 6421 Ibid

21

waktu di perlukan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (3) pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam

jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal jawaban

permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait; atau setelah

lewat 30 hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan

pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.22

Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus,

dan Pengawas.

Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang

tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawa oleh undang-undang

ini atau anggaran Dasar. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) meliputi:

1) Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar.

2) Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan

anggota Pengawas.

3) Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran

Dasar Yayasan.

4) Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan

Yayasan.

5) Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau

pembubaran Yayasan.

22 Ibid

22

Pengurusan adalah organ yayasan yang melaksanakan

kepengurusan yayasan. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah

orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.

Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.23

Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan

rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 kali masa jabatan. Susunan Pengurus sekurang-

kurangnya terdiri atas:

1) Seorang ketua;

2) Seorang sekretaris/ dan

3) Seorang bendahara.

Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan

pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam

menjalankan kegiatan yayasan. Yayasan memiliki pengawas

sekurang-kurangnya 1(satu) orang pengawas yang wewenang, tugas,

dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar. Yang dapat

diangkat menjadi Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu

melakukan perbuatan hukum, Pengawas tidak boleh merangkap

sebagai Pembina atau Pengurus.24

2. Perusahaan tidak berbadan hukum seperti :

a. Perusahaan Perorangan / Usaha Dagang (UD)

23 Ibid, h. 6524 Ibid

23

Perusahaan Perorangan merupakan bentuk usaha paling sederhana

yang termasuk kedalam usaha swasta yang pengusahanya satu orang.

Pengusaha disini adalah pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang

dimaksudkan dapat berupa uang, benda atau tenaga (keahlian) yang

semuanya bernilai uang.

Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal pengambilan

keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang

ada. Sedangkan kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang

besar untuk menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.25

b. Persekutuan Perdata

Pasal 1618 KUHD menyebutkan bahwa maatschap adalah suatu

perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk

memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi

keuntungan yang diperoleh karenanya.26

Persekutuan memiliki arti persatuan orang perseorangan yang

mempunyai kepentingan yang sama terhadap suatu perusahaan tertentu.

Sedangkan arti sekutu adalah peserta pada suatu perusahaan. Jadi,

persekutuan dapat diartikan sebagai perkumpulan orang orang yang

menjadi peserta pada suatu perusahaan tertentu. Jika badan usaha tersebut

tidak menjalankan perusahaan, maka badan itu bukanlah Persekutuan

Perdata, tetapi dikatakan sebagai Perserikatan Perdata, orang-orang yang

mengurus badan usaha itu disebut anggota bukan sekutu.

25 Ibid26 Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 49

24

Perkembangan lebih lanjut di belanda penggunaan istilah

maatschap ditiadakan dan dimasukkan ke dalam pengertian vennootschap

yang menyatakan bahwa perseroan perdata adalah suatu bentuk perjanjian

kerja sama. Persekutuan perdata ini merupakan bentuk pemitraan yang

paling sederhana, karena :

1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang “besarnya”

modal.

2. Dalam hal pemasukan sesuatu dalam persekutuan atau

maatschap selain terbentuk uang atau barang, dapat hanya

menyumbangkan tenaga kerja.

3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, dan dapat didalam bidang

perdagangan.

4. Tidak terdapat pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang

dilakukan dalam Firma. Apabila tidak ditetapkan lain didalam

persetujuan perjanjian, maka kerja sama tersebut sudah mulai

berlaku setelah adanya perjanjian.

Perjanjian dalam persekutuan perdata pada umumnya berisi hal-hal

sebagai berikut :

1. Pembagian keuntungan. Apabila pembagian keuntungan tidak

diatur, maka berlaku ketentuan menurut Undang-undang.

2. Tujuan kerjasama.

3. Waktu atau lamanya.

25

Pasal 1619 KUHPerdata menetapkan bahwa segala Perseroan

harus mengenai suatu usaha dan dibuat untuk kemanfaatan bersama.

Kemanfaatan bersama dari pihak yang bersangkutan dimaksudkan bahwa

masing-masing sekutu berjanji untuk mendapatkan keuntungan, yang akan

dibagi bersama diantara para anggota sekutu.

c. Persekutuan Firma (Fa)

Firma merupakan suatu persekutuan karena pengusahanya

merupakan sekutu (partner) yang lebih dari satu orang. Firma adalah tiap

persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah

satu nama bersama dan tanggung jawab secara tanggung menanggung.27

Menurut Pasal 16 KUH Dagang bahwa tiap-tiap persekutuan yang

didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Jadi firma

merupakan persekutuan Perdata khusus, dimana kekhususannya terletak

pada 3 (tiga) unsur mutlak yaitu :

1. Menjalankan Perusahaan

2. Dengan nama bersama atau Firma

3. Adanya pertanggung jawaban sekutu yang bersifat pribadi

untuk keseluruhan (tanggung jawab tentang perikatan /

perjanjian persekutuan).

Menurut Pasal 22 KUHD, firma didirikan dengan akta autentik yang

dimuat dimuka notaris. Dalam pasal 26 KUHD Akta pendirian tersebut memuat

anggaran firma dengan rincian sebagai berikut :

27 Ibid, h. 26

26

1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu.

2. Penetap nama bersama atau firma.

3. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan

perusahaan bidang tertentu.

4. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk

menandatangani perjanjian bagi firma.

5. Saat mulai dan berakhirnya firma.

6. Ketentuan-ketentuan lain mengenai pihak ketiga terhadap

sekutu.

Akta pendirian firma harus didaftarkan di Kepanitraan pengadilan

Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan firma yang

bersangkutan hal tersebut dijelaskan di dalam Pasal 23 KUHD.

Selanjutnya dalam pasal 28 KUHD, akta pendirian harus diumumkan

dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara.

Firma dimasukkan kedalam golongan bukan badan hukum, karena:

1. Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan

dengan pribadi sekutu-sekutu, setiap sekutu bertanggung jawab

untuk keseluruhan.

2. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri

Kehakiman.

d. Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan komanditer merupakan persekutuan terbuka yang terang-

terangan menjalankan perusahaan disamping satu orang atau lebih sekutu biasa

27

yang bertindak sebagai pengurus, mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam

yang bertanggung jawab atas jumlah pemasukannya.28

Menurut pasal 19 KUHD bahwa persekutuan komanditer (CV) adalah

suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang di bentuk antara satu

orang atau lebih, persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab

untuk seluruhnya pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas

(pemberi) uang pada pihak yang lain.

Pengaturan CV dalam KUHD hanya terdapat dalam tiga pasal yaitu Pasal

19,10, dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di tengah pasal-pasal

yang mengatur persekutuan firma tersebut sudah sepatutnya, karena persekutuan

komanditer merupakan persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususan

tersebut terletak pada adanya sekutu komanditer, sedangkan didalam persekutuan

firma tidak terdapat sekutu komanditer. Pada persekutuan firma hanya terdapat

sekutu-sekutu kerja “Firmant” , sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali

sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak bekerja, sekutu

yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.

Kelebihan CV terdapat pada sekutu diam tersebut yang menyebabkan CV

lebih fleksibel karena tersedianya sarana pemodal untuk berinvestasi di dalam

pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu bertindak

sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja.

Dengan demikian, persekutuan komanditer terdapat 2 (dua) macam sekutu

yaitu :

28 Ibid, h.29

28

a. Sekutu Komplementer (sekutu aktif) : Sekutu ini aktif menjalankan

perusahaan dan berhubungan hukum serta bertanggung jawab terhadap

pihak ketiga. Sehingga tanggung jawab sekutu kerja ini adalah

tanggung jawab secara pribadi. Apabila sekutu kerja ini lebih dari

seorang, harus ditegaskan di dalam Anggaran Dasarnya apakah

diantara mereka ada yang dilarang untuk bertindak keluar mengadakan

hubungan hukum/transaksi dengan pihak ketiga (Pasal 17 KUHD).

Meski demikian, sekutu kerja yang dikeluarkan dari kewenangan

untuk bertindak keluar mengadakan hubungan hukum dengan pihak

ketiga tersebut, tanggung jawabnya tetap sebagaimana ditetapkan di

dalam Pasal 18 KUHD.

b. Sekutu Komanditer (Sekutu Pasif) : Sekutu yang hanya menyerahkan

uang, benda, ataupun tenaga kepada persekutuan seperti apa yang di

sanggupinya, dan untuk itu berhak menerima keuntungan dari

persekutuan. Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada

sejumlah modal yang di sanggupi untuk di setor, dan sekutu imi tidak

boleh ikut campur di dalam pengurusan atau mencampuri tugas dari

sekutu kerja namun hanya berhak mengawasi jalannya perusahaan.

Menurut Pasal 20 ayat (2) KUHD, sekutu komanditer tidak

diperkenankan melakukan pengurusan dalam CV meskipun di beri kuasa.

Apabila sekutu komanditer tetap melakukan pengurusan pada perusahaan

tersebut maka sebagai sanksinya bahwa sekutu komanditer tersebut dapat

29

dipertanggungjawabkan sebagai sekutu komplementer yaitu tanggung

jawab secara pribadi untuk seluruhnya.

2.3. Direktur Perusahaan

2.3.1. Pengertian direktur perusahaan

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja bahwasannya direktur merupakan pejabat yang di tunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja untuk memimpin perusahaannya sendiri atau orang

profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan

memimpin perusahaannya, direktur juga dapat disebut sebagai dewan

manager, dewan gubernur, atau dewan eksekutif. Direktur merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, bertanggung jawab

merekrut para pekerja, menggaji pekerja,mengatur jadwal kerja, mengatasi

segala permasalahan pekerja dan mengurusi semua tentang kebutuhan

pekerja untuk menjalankan pekerjaannya, memberikan perlindungan hak

dan kewajiban pekerja perusahaan. Dan direktur memiliki tanggung jawab

atas kerugian di perusahaan yang disebabkan direktur tidak menjalankan

kepengurusan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan

anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan perusahaan. Atas

kerugian perusahaan, direktur akan dimintai pertanggung jawabannya baik

secara perdata maupun pidana. Apabila kerugian perusahaan disebabkan

kerugian bisnis dan direktur telah menjalankan kepengurusan perusahaan

sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan anggaran dasar, kebijakan

30

yang tepat dalam menjalankan perusahaan, maka direktur tidak dapat

dipersalahkan atas kerugian yang dialami perusahaan.29

Setiap perusahaan pasti memiliki orang yang akan mengelola atau

menjalankan usaha tersebut. Salah satu yg diberi kuasa untuk mengelola

perusahaan adalah pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan (bedrif

leider, manager) adalah orang yang diberi kuasa oleh pengusaha untuk

menjalankan perusahaan atas nama pengusaha. Pemimpin perusahaan

berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa dalam segala hal yang

berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya. Pemimpin

perusahaan bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan kemunduran

perusahaan pada perusahaan berbentuk dewan pimpinan yang disebut

Direksi yang di ketuai oleh seorang Direktur Utama.30

2.3.2.Kewenangan Direktur Di Perusahaan

Secara umum di Indonesia pengaturan terhadap direktur terdapat di

dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas di

jabarkan mengenai Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab direktur

perusahaan.31

Beberapa tugas dan wewenang direktur di perusahaan :

a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang

administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.

29 Memphis, 2014, pengertian direktur, Serial Online, URL: http;//www.wikipedia.org,diakses tanggal 25 Agustus 2015

30 Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Jakarta, Rajawali Pers, h. 1031 https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 2015

31

b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan

peralatan perlengkapan.

c. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta

pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

d. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif

e. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi.

f. Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan

tata-tertib, keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi

secara tepat, menyesuaikan alokasi waktu per item masalah, menentukan

urutan agenda, mengarahkan diskusi ke arah konsensus, menjelaskan

dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan

g. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan

dunia luar

h. Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board

dan sub-komite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas

i. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan pada situasi tertentu

yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-meeting.

j. Menetapkan peraturan perusahaan, Merencanakan, menetapkan sistem

operasional bank, Menetapkan strategi pencapaian visi dan misi Bank,

Menetapkan strategi pencapaian tingkat kesehatan bank yang sehat dan

32

wajar, Menetapkan kebijakan tentang ketentuan-ketentuan pelaksanaan

operasional bank dengan pembagian tugas yang jelas.32

1.4. Pengertian Pekerja

Istilah buruh sangat populer di dunia perburuhan/ketenagakerjaan,

selain istilah tersebut sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari

zaman penjajahan Belanda, karena peraturan perundang-undangan yang

lama (sebelum Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan) menggunakan istilah Buruh. Pada Zaman penjajahan

belanda yang dimaksudkan dengan buruh/pekerja adalah pekerja kasar

seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar yang disebut

juga dengan “Bule Collar”. Sedangkan buruh/pekerja yang melakukan

pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai

“Kariawan/Pegawai” (White Collar). Pembedaan yang membawa

konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh

pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya memecah belah orang-orang

pribumi.

Setelah merdeka tidak terdapat perbedaan antara buruh halus dan

buruh kasar tersebut, semua semua orang yang bekerja disektor swasta baik

pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal tersebut di jelaskan

dalam pasal 1 ayat (1) a Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 Tentang

32 https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 2015

33

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan bahwa “Barang siapa yang bekerja

pada majikan dengan menerima upah”.33

Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah

sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja

rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan

Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung

kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Akan

tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata tersebut sama mempunyai arti satu

yaitu Pekerja. hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan,

yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.34

Yang dimaksud dengan pekerja yaitu para tenaga kerja yang bekerja

pada perusahaan, dimana para pekerja itu harus tunduk kepada perintah dan

peraturan kerja yang di tetapkan oleh pengusaha (majikan) yang

bertanggung jawab atas tanggung jawab perusahaannya, dan tenaga kerja itu

akan mendapatkan upah dan atau jaminan hidup lainnya yang sewajarnya,

Pengertian tentang pekerja juga dapat di lihat di dalam Undang-undang

kerja, Undang-undang perlindungan dan Keselamatan Kerja, serta beberapa

Undang-undang lainnya dan peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan

dengan Undang-undang tersebut, dimana buruh atau pekerja diartikan

sebagai “tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, yang tunduk dan ada di

33 Lalu Husni, 2012, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, RajawaliPers, h. 43

34 https://id.wikipedia.org/wiki, Buruh, Diakses tanggal 28 Agustus 2015

34

bawah perintah pengusaha, sesuai dengan peraturan kerja yang berlaku

dalam lingkungan perusahaannya”.35

Sedangkan di dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah

“Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat”, dan

pasal 1 angka 3 mengatakan bahwa “Pekerja/buruh adalah setiap orang yang

bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan di atas sejalan dengan pengertian tenaga

kerja menurut konsep ketenaga kerjaan pada umumnya sebagaimana di tulis

oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower

adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang

mencari kerja dan melakukan pekerjaan lain seperti perusahaan.36

1.4.1. Hak dan Kewajiban Pekerja Perusahaan

1. Hak Pekerja

a. Setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Undang-undang RI No. 13

Tahun 2003 Pasal 88 Ayat 1).

35 https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 201536Payaman J. Simanjuntak, 1985, Pengertian Tenaga Kerja, Bumi Aksara, Jakarta, h. 2

35

b. Tuntutan upah pekerja/ buruh dan segala pembayaran yang timbul dari

hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2

tahun (dua tahun sejak timbul hak) (Undang-undang RI No. 13 Tahun

2003 Pasal 96).

c. Menerima tunjangan bila sakit (Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003

Pasal 93 Ayat 3).

d. Hak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja (Undang-

undang RI No. 13 Tahun 2003 Pasal 104 Ayat 1).

e. Menerima hak jaminan tenaga kerja (Undang-undang No. 7 Tahun 1992

Pasal 4 Ayat 1).

f. Hak untuk berorganisasi dan berunding bersama (Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. 18 Tahun 1956 tentang konvensi ILO).

g. Hak penerimaan upah pada hari raya resmi (Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor : PER. 03/ MEN/ 1987).

2. Kewajiban Pekerja

Tentang Pekerja/buruh yang baik, menurut pasal 1603-d KUHPerdata

dinyatakan sebagai berikut : Yaitu buruh yang menjalankan kewajiban-

kewajibannya dengan baik, yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau

tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama, seharusnya

dilakukan atau tidak dilakukan.

Buruh yang benar-benar telah menghayati nilai-nilai Pancasila, tentunya

dengan keterikatannya dalam hubungan kerja akan mengetahui tentang apa yang

baik yang harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus dihindari, dengan

36

demikian maka pekerja telah turut berperanserta dalam mewujudkan perusahaan

yang stabil, yang akan maju dan berkembang, dimana pekerja akan dapat

menikmati aspek-aspek positif sehubungan dengan kemajuan dan atau

perkembangan perusahaan tempat dimana mereka bekerja, seperti misalnya

peningkatan upah dan jaminan kerja, pendidikan yang diadakan perusahaan,

penghargaan-penghargaan bagi hari tua dan sebagainya, dan dan yang paling

penting pekerja akan dapat bekerja memperoleh upah selama mungkin, sepanjang

perusahaan tetap berdiri dan berkembang.37

Dengan demikian pengusaha wajib memberitahukan atau menyampaikan

kewajiban-kewajiban di dalam bekerja sesuai dengan perjanjian kerja yang dibuat

antara pengusaha dan pekerja berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata

tentang Kewajiban Pekerja , yang disebutkan pada pasal-pasal sebagai berikut :

a. Pasal 1603 KUH Perdata : Buruh berkewajiban melakukan pekerjaan

yang dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya.

b. Pasal 1603-a KUH Perdata : Buruh berkewajiban melakukan sendiri

pekerjaannya, hanyalah dengan seizin pengusaha ia dapat menyuruh

seorang keriga menggantikannya.

c. Pasal 1603-b KUH Perdata : Buruh wajib mentaati peraturan mengenai

hal melakukan pekerjaan dan peratturan yang ditunjukan pada

peningkatan tata tertib dalam perusahaan, peraturan yang diberikan

kepadanya oleh atau atas nama pengusaha dalam batas aturan

37 Kartasaputra, 1986, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, BinaAksara, Jakarta, h. 62

37

perundang-undangan atau perjanjian atau peraturan pengusaha, atau jika

hal itu tidak ada, yaitu oleh kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.

d. Buruh yang bertempat tinggal pada pengusaha, wajib berkelakuan

menurut tata tertib rumah tangga pengusaha.38

3. Hak Untuk Menerima Upah

a. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang No.33 Tahun 1947 tentang

kecelakaan kerja yang dimaksud dengan kata “upah” dalam undang-undang ini

adalah :

1) Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai

ganti pekerjaan.

2) Perumahan, makanan, bahkan makanan dan pakaian dengan percuma

yang nilainya ditaksir menurut harga umum di tempat itu.

b. Pengertian upah juga terdapat di dalam Undang-undang RI No. 3 Tahun

1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, yakni terkandung dalam pasal 1 ayat (5)

dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan upah adalah :

Suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pengusaha kepada tenaga

kerja untuk suatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan, dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan

perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara

pengusaha dengan pekerja, termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri

maupun keluarganya.

38 Kartasaputra, 1986, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, BinaAksara, Jakarta, h. 63

38

Demi meningkatkan taraf hidup (upah) pekerja/ buruh. Biasanya meraka

melakukan beberapa usaha melalui proses pendidikan yang dapat ditempuh

melalui 3 jalur, yaitu :

a. Pendidikan formal (sekolah).

b. Pendidikan informal (kursus ketrampilan).

c. Pendidikan magang (belajar sekaligus bekerja).

Menurut Ubu Ahmad dan Nur Uhbiyati pendidikan terdapat tiga bagian

yaitu :

a. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai jenjang yang

bertingkat, seperti lembaga pendidikan SD dari kelas I sampai

dengan kelas VI, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang dilakukan

karena tugas jabatan oleh guru kepada murid-muridnya.

b. Pendidikan informal adalah pendidikan tidak resmi yaitu pendidikan

keluarga yang dilakukan karena kewajiban kodrati oleh orang tua

kepada anaknya.

c. Pendidikan non formal yaitu Pendidikan tersebut bukan resmi seperti

dalam pramuka, Organisasi masyarakat, PKK, pengajian dan

sebagainya.39

Di samping Tri Pusat pendidikan tersebut, dengan istilah-istilah yang

berbeda, ada juga yang mengatakan istilah lain yaitu pendidikan unformal (tak

39 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,1991, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, h. 191

39

resmi). Istilah informal ini dimaksudkan untuk lembaga-lembaga pendidikan yang

tidak mempunyai jenjang tertinggi, seperti kursus-kursus, misalnya kursus

mengetik, montir, menjahit, computer dan lain-lain.

Dari pembahasan di atas dapat diasumsikan bahwa untuk meningkatkan

produktifitas rakyat, perlu memiliki pendidikan yang memadai. Namun, usaha

dalam peningkatan taraf hidup atau lebih sering kita dengar dengan pengentasan

kemiskinan melalui jalur-jalur pendidikan tersebut marupakan usaha yang sia-sia

saja, karena pendidikan perlu banyak biaya, apalagi masa sekarang ini, kebutuhan

hidup meningkat termasuk di dalamnya biaya pendidikan. Dalam kenyataan

usaha-usaha yang dilakukan masyarakat hanya untuk bertahan hidup dan

perhatian dibidang pendidikan sama sekali tidak ada.

1.5. Pengertian Kecelakaan Kerja

Tenaga kerja merupakan tulang punggung dari perusahaan, tanpa adanya

tenaga kerja maka suatu perusahaan tidak dapat melaksanakan kegiatan

perusahaan. Oleh sebab itu maka diadakan hubungan kerja antara pihak

perusahaan dengan pihak tenaga kerja dengan terlebih dahulu melakukan

perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak pertama, si

buruh mengikatkan dirinya dengan pihak lain yaitu majikan untuk bekerja dengan

mendapatkan upah.40 Perjanjian kerja yang telah dibuat oleh kedua belah pihak

tidak boleh bertentangan dengan perjanjian perburuhan yang telah dibuat oleh

pihak pengusaha dengan serikat buruh yang ada pada perusahaan. Demikian juga

40Lalu husni, 1993, dasar-dasar hukum perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,h.51

40

peraturan kerja tersebut tidak boleh bertentangan denan peraturan perusahaan

yang telah dibuat oleh pihak pengusaha.

Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan dalam

dunia bisnis yang semakin ketat, maka peningkatan mutu bagi perusahaan wajib

dilaksanakan untuk memuaskan konsumen dimana tenaga kerja memegang

peranan pentig untuk mewujudkan hal tersebut. Penggunaan peralatan-peralatan

yang tersedia pada saat ini merupakan peralatan yang bertujuan untuk

memudahkan dan bersifat efisien namun tidak jarang memiliki bahaya apabila

terjadi sedikit. Pekerjaan yang dilakukan akan semakin tinggi dan tidak jarang

terjadi kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja.

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang

dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Terjadinya suatu

kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak diduga dan tidak diinginkan oleh

setiap tenaga kerja. Tidak diduga karena kecelakaan kerja terjadi tanpa

direncanakan terlebih dahulu dan akan menyebabkan kerugian fisik dan mental

pekerja.

Dalam suatu peristiwa kecelakaa kerja selain akan menyebabkan kerugian

fisik, baik itu luka ringan sampai dengan kemungkinan yang terburuk yakni

kematian dan cacat seumur hidup tentunya tidak jarang disertai juga dengan

kerugian materi. Dalam pasal 6 ayat 1 UU Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan

sosial tenaga kerja disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja

adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja yang terjadi dalam

41

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui

jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Adapun beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian dari kecelakaan

kerja sebagai berikut; menurut imam soepomo yang dimaksud dengan kecelakaan

kerja adalah kecelakaan yang terjadi bila seorang buruh dalam perjalanan menuju

tempat kerja maupun setelah pulang dari melakukan pekerjaan menuju tempat

tinggalnya melalui jalur yang semestinya.41 Sedangkan darwin prinst memberikan

pengertian bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang dialami seorang

buruh sewaktu melakukan pekerjaan42, serta suma’mur mebuat batasan bahwa

kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja

dengan perusahaan, hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena

pekerjaan pada waktu melaksanakan pekerjaan.43

Pada dasarnya pengertian kecelakaan kerja seluruhnya mencakup faktor

yang sama yaitu kecelakaan yang terjadi yang berhubungan dengan hubungan

kerja dari suatu perjanjian kerja yang telah disepakati sebelumnya, termasuk juga

penyakit yang timbul dari hubungan kerja, dalam hal ini pihak perusahaan wajib

untuk memberikan pertanggung jawaban atas terjadinya kecelakaan kerja yang

menimpa tenaga kerja tersebut atas dasar perjanjian kerja yang telah disetujui oleh

pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja yang memuat hak dan kewajiban dari

41Imam Soepomo, 1983, Hukum perburuhan bidang kesehatan kerja, Cet. V, PradyaParamitha, Jakarta, h.8

42Darwin Prinst, 2000, Hukum ketenagakerjaan Indonesia, Cet. II, PT Citra aditya bakti,Bandung, h.213

43Suma,Mur, 1988, Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Masagung, Jakarta, h. 60

42

kedua belah pihak. Salah satunya terdapat kewajiban dari pihak perusahaan untuk

memberikan perlindungan berupa jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.

Namun terkadang kecelakaan kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga

meliputi kecelakaan-kecelakaan di rumah atau pada waktu rekreasi atau cuti, dan

lain-lain. Hal tersebut merupakan di luar makna kecelakaan akibat kerja,

sekalipun pencegahannya seiring dimasukkan ke dalam program keselamatan dan

kesehatan kerja perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk ke dalam

kecelakaan umum, hanya saja menimpa tenaga kerja dari suatu perusahaan namun

di luar lingkup pekerjaan.

1.5.1. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja

Dari hasil berbagai kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi di dalam

suatu perusahaan, di peroleh data bahwa kecelakaan terjadi karena beberapa tipe:

1) Jatuh dari ketinggian yang berbeda.

2) Jatuh dari ketinggian yang sama.

3) Kejatuhan benda ( berat,keras,runcing,tajam dll )

4) Tersentuh benda panas.

5) Tersentuh aliran listrik.

6) Terbentur.

7) Terbakar.

8) Tersiram cairan panas, uap panas, debu, gas.

9) Keracunan bahan kimia, gas.

10) Tertusuk, teriris, tergores, ( benda tajam, runcing )

43

11) Terpapar radioaktif,

12) Dan lain-lain (yang mungkin bertambah sesuai dengan kemajuan

tehnologi, cara kerja dan pemakaian bahan).

Dari beberapa jenis kecelakaan kerja yang terjadi di dalam perusahaan

tersebut yang di jelaskan peneliti di atas, sebagian besar di sebabkan beberapa

faktor yang terjadi dan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Menurut Bennett Santoso terdapat empat faktor bergerak dalam satu

kesatuan berantai yang dapat menyebabkan kecelakaan, yaitu : lingkungan,

peralatan, bahaya dan manusia.44 Ada beberapa sebab yang memungkinkan

terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai menurut Mangkunegara,

diantaranya yaitu :

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang

kurang diperhitungkan keamanannya.

b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.45

2. Pengaturan Udara

a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.

b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan Penerangan

a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b) Ruang kerja yang kurang cahaya.

44Bennett Santoso, 2004, Kecelakaan Perusahaan, Pradya Paramitha, Jakarta, h. 9845 Mangkunegara, 2001, Kesehatan Pegawai, Bina aksara, jakarta, h. 43

44

4. Pemakaian Peralatan Kerja

a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a) Kerusakan alat indra dan stamina pegawai yang tidak stabil.

b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara

berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,

sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan dalam

penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa

resiko bahaya.

Menurut Dessler, ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu:

1. Kejadian yang bersifat kebetulan.

2. Kondisi tidak aman :

a. Peralatan pelindung yang tidak memadai.

b. Peralatan rusak.

c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin atau

peralatan.

d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh.

e. Penerangan yang tidak memadai.

f. Ventilasi tidak memadai.46

3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan :

a. Membuang bahan-bahan

46Dessler, 1997, Kecelakaan Kerja, Rajawali press, Jakarta, h. 51

45

b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.

c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik.

d. Menggunakan peralatan yang tidak aman.

e. Menggunakan prosedur yang tidak aman.

f. Mengambil posisi tidak aman.

g. Mengangkat secara tidak tepat.

h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih, dan

permainan kasar.

Penyebab dari kecelakaan kerja dimana meliputi faktor-faktor yang dapat

menimbulkan adanya suatu bahaya dari kecelakaan kerja itu sendiri di bagi

menjadi dua kategori yaitu:

a. Kecelakaan industri (Industrial Accident) merupakan kecelakaan yang

terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau adanya

bahaya itu sendiri.

b. Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) merupakan

kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan

adanya hubungan kerja.47

Dari beberapa penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan, ternyata

faktor manusia didalam timbulnya kecelakaan kerja memiliki peran yang sangat

dominan, terdapat 80-85 % kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian

manusia atau human error.48

47 Suma’Mur. PK, op.cit, h.21248 Soukidjo Notoatmodjo,2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet.

II, Rineka Cipta, Jakarta, h. 65

46