bab ii sejarah perkembangan madrasah di...

22
9 BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA Sebelum membahas sejarah perkembangan madrasah bagian ini akan diawali dengan pembicaraan mengenai sumber informasi pembentuk persepsi termasuk di dalamnya definisi persepsi dari berbagai ahli dan bagaimana proses pembentukan persepsi itu. A. Pengertian, Proses dan Sumber Informasi Pembentuk Persepsi Kata persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang berarti tanggapan. Para ahli mendefinisikannya sebagai berikut : 1. Slameto Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. 1 2. Jalaluddin Rahmat Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 2 3. Irwanto Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (obyek, identitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. 3 Dari ketiga definisi tersebut, dapat ditarik intisari kesimpulan bahwa : 1. Persepsi adalah proses mental 2. Persepsi didahului dengan pengamatan atau sensasi 3. Terdapat obyek atau stimulus yang diambil 1 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 102. 2 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991) hlm. 51. 3 Irwanto, Psikologi Umum, (Gramedia Pustaka Utama, 1989) hlm. 71.

Upload: truongtuong

Post on 07-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

9

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA

Sebelum membahas sejarah perkembangan madrasah bagian ini akan

diawali dengan pembicaraan mengenai sumber informasi pembentuk persepsi

termasuk di dalamnya definisi persepsi dari berbagai ahli dan bagaimana proses

pembentukan persepsi itu.

A. Pengertian, Proses dan Sumber Informasi Pembentuk Persepsi

Kata persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang berarti

tanggapan. Para ahli mendefinisikannya sebagai berikut :

1. Slameto

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi

ke dalam otak manusia.1

2. Jalaluddin Rahmat

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.2

3. Irwanto

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (obyek, identitas, hubungan

antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan

dimengerti.3

Dari ketiga definisi tersebut, dapat ditarik intisari kesimpulan bahwa :

1. Persepsi adalah proses mental

2. Persepsi didahului dengan pengamatan atau sensasi

3. Terdapat obyek atau stimulus yang diambil

1 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1991), hlm. 102. 2 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991)

hlm. 51. 3 Irwanto, Psikologi Umum, (Gramedia Pustaka Utama, 1989) hlm. 71.

Page 2: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

10

Persepsi seorang terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut Sondang P. Siagian faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi terdiri dari : 4

1. Faktor dari yang bersangkutan sendiri

Faktor ini timbul dalam diri orang yang berpersepsi, yang

berbentuk ; sikap, motif, kepentingan, minat pengalaman dan harapan.

2. Faktor Sasaran Persepsi

Yang dimaksud dengan faktor sasaran persepsi di sini adalah faktor

yang muncul dari apa yang akan dipersepsi, misalnya hal-hal yang baru

seperti gerakan, ukuran tindak tanduk dan ciri-ciri yang tidak bisa akan

turut juga dalam menentukan persepsi orang yang melihatnya.

3. Faktor situasi.

Yang dimaksud adalah faktor yang sehubungan karena situasi pada

waktu mempersepsi, contohnya, kehadiran orang dengan pakaian renang

di tepi pantai tidak akan mengherankan karena persepsi orang tentang

orang yang berada di tepi pantai adalah untuk berenang. Akan tetapi jika

orang yang mengenakan pakaian renang itu di tempat yang tidak ada

hubungan dengan olah raga renang, tentunya akan menarik perhatian yang

luar biasa karena kehadirannya dengan cara demikian bukanlah hal yang

lumrah.

Dari beberapa faktor di atas yang mempengaruhi persepsi, dapat

disimpulkan bahwa faktor situasi dan sasaran sifatnya lebih obyektif, artinya;

masing-masing individu mempunyai kecenderungan yang sama terhadap

obyek yang dipersepsi,. Sedangkan faktor pelaku tersebut bersifat subyektif

artinya individu lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan psikis masing-masing.

Sedangkan dalam terminologi buku ilmu jiwa lama, persepsi disebut

sebagai tanggapan. Tanggapan ialah kenangan kepada pengamatan. Yang

sifatnya tidak terikat kepada waktu, tanpa rangsangan dan biasanya lebih

4 Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Implikasinya, Jakarta; Bina Aksara, 1989),

hlm. 101-105.

Page 3: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

11

kabur daripada pengamatan. Tanggapan itu bersifat perseorangan dan

berlangsung selama seseorang perhatiannya tertuju kepada suatu benda.5

B. Latar Belakang Kelahiran Madrasah 6

Sejarah madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di

Indonesia dimulai pada awal abad ke-20 Masehi. Keberadaannya tergolong

sebagai fenomena modern yang dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, ialah

adanya gerakan pembaharuan Islam, kedua merupakan respon pendidikan

Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.

Pendidikan oleh kalangan pergerakan pembaharuan Islam dipandang

sebagai aspek strategis dalam membentuk pandangan keislaman masyarakat.

Oleh karena itu agar cita-cita pembangunan dapat diwujudkan, maka harus

ditempuh langkah untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam.

Usaha-usaha pembaharuan Islam yang pada dasarnya ingin

mengembalikan pemahaman dan praktek pengamalan ajaran Islam ke sumber

aslinya yaitu al-Qur'an dan al-Hadist dalam kenyataannya menimbulkan

ketegangan dan bahkan gejolak sosial. Konflik itu terjadi antara kalangan

pembaharu dan golongan konservatif yang tetap mempertahankan status quo.

Selanjutnya untuk kepentingan mempertahankan pendirian masing-

masing kelompok, mereka menjadikan lembaga-lembaga pendidikan sebagai

sarana sosialisasi ide dan bahkan mobilisasi masa. Kalangan pembaharu yang

nota bene golongan muda menjadikan madrasah sebagai pusat konsolidasi ide

dan mobilisasi masa, sedangkan kalangan konservatif (golongan tua)

menjadikan surau sebagai pusat yang sama.

Pilihan pembenahan lembaga pendidikan sebagai sarana mewujudkan

cita-cita pembaharuan Islam juga dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan

usaha tokoh-tokoh pembaharu timur tengah pada akhir abad ke-19. Diantara

mereka dapat disebut dua yang sangat berpengaruh yaitu Jamal al-Din al-

5 A. Gazali, Ilmu Jiwa, (Bandung : Ganaco NV, 1981), hlm. 36. 6 Bahan-bahan kajian ini sebagian besar disadur dari sumber rujukan utama, Maksum,

Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta : Logos, 2001) hlm. 81-87, kecuali disebutkan lain.

Page 4: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

12

Afghani dan Muhammad Abduh. Hal ini sesuai yang ditulis Adams “The

Indonesian Muslim organizations known as the Muhammadiyah and al Irsyad

were also both heavily influenced by the thought of Abduh7 (Organisasi-

organisasi muslim Indonesia yang dikenal sebagai Muhammadiyah dan Al

Irsyad keduanya sangat kuat dipengaruhi oleh Abduh). Mereka berdua

mendukung umat Islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang lebih luas

sebagaimana dilakukan oleh sebagian besar negara barat. Untuk itu, perlu

dilakukan penataan kelembagaan sosial, politik, ekonomi termasuk pendidikan

yang memungkinkan berkembangnya semangat umat Islam yang lebih

progresif.

Pengaruh para pemikir pembaharu Islam di Timur Tengah terhadap

gerakan pembaharuan Islam di Indonesia dimungkinkan karena pada masa itu

sudah cukup banyak mahasiswa Indonesia yang memperdalam Islam di

beberapa pusat pendidikan Arab, khususnya Kairo, Madinah dan Makkah.

Pada tahun 1920-an di Universitas al-Azhar saja tercatat ada 200 mahasiswa

Indonesia. Disamping itu penerbitan juga ikut memainkan peranan, misalnya

majalah al-Manar. Gagasan-gagasan dalam al-Manar dapat dijadikan pusat

untuk mencontoh pembaharuan pendidikan Islam dalam bentuk madrasah

modern.

Dalam sebuah tulisan tentang murid Abduh yaitu Rasyid Rida

dinyatakan:

Like his master, Abduh, Rida exhorts Muslims to devote themselves financially to the establishment of schools, he called this the most excellent all good works. He considered the founding of schools to be better than the founding of mosques, for the prayer of ignorant man in a mosque has no value, while education in schools can eradicate ignorance. He criticized the prevalent governmental system of education for failing to provide adequate religious training.

7 Sri Mulyati, The Concept Of Good And Evil In The Risalat Al-Tawhid Of Muhammad

Abduh, Dalam Indonesian Of Academic Society XXI, The Qur'an And Philosophical Reflections (Yogyakarta : Titian Ilahi, 1997), hlm. 82.

Muhammadiyah dan al-Irsyad adalah organisasi yang didirikan oleh kalangan pembaharuan Islam.

Page 5: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

13

Like Abduh, Rida believed that education was amongst the most important tools for social change.8

“Seperti gurunya, Abduh, Rida mendesak orang-orang Islam untuk mencurahkan uang mereka sendiri untuk mendirikan sekolah-sekolah, beliau menyebut hal ini sesuatu yang terbaik dari semua pekerjaan-pekerjaan(amal-amal) yang baik. Beliau menganggap bahwa mendirikan madrasah lebih baik daripada mendirikan masjid, karena shalatnya orang yang lalai di suatu masjid tidak mempunyai nilai, sedang pendidikan dapat membasmi kelalaian. Beliau mengkritik sistem pendidikan pemerintah yang sudah umum, karena gagal memberikan latihan keagamaan yang memadai.

Seperti Abduh, Rida mempercayai pendidikan termasuk diantara alat-

alat penting untuk perubahan sosial”.

Kemudian tentang faktor respon pendidikan Islam terhadap kebijakan

pendidikan Hindia Belanda dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada masa

pemerintahan Gubernur Jendral Van Heustz, sistem pendidikan sekolah mulai

diselenggarakan untuk masyarakat luas. Pada mulanya sistem persekolahan

hanya untuk kalangan bangsawan. Sekolah yang mempunyai tingkatan

sebagai sekolah kelas satu (HIS) dan dua (Standard School) bertujuan

mencetak pegawai pemerintah, perdagangan dan perusahaan. Perkembangan

lebih lanjut sekolah-sekolah desa makin terbuka untuk masyarakat atau rakyat

luas. Kehadiran sekolah-sekolah desa ini yang menawarkan biaya-biaya

murah, pelajaran-pelajaran praktis dan juga menjanjikan pekerjaan, menjadi

saingan langsung lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren dan surau.

Sehingga upaya adaptasi dipandang perlu agar pendidikan Islam mampu tetap

bertahan dalam persaingan.

Proses adaptasi seperti ini memang sudah sering terjadi dalam sejarah

pendidikan Islam. Ruswan menulis:

The history of Islamic civilization illustrates the variety of educational models employed from time to time and also from region to region. The muslim landscape proffers for the observer a variety of centers of

8 Iftitah JA’far, Muhammad Rasyid Ridho The Political Thought, dalam Islam dan

Development, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 2001), hlm. 82.

Page 6: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

14

learning, such as kuttab, mosques, hospitals ,observatories, libraries, madrasa, khanqa, pesantren, ‘modern’ schools and universities.9

“Sejarah pendidikan Islam melukiskan variasi model-model

pendidikan Islam yang digunakan dari waktu ke waktu dan juga dari

suatu kawasan ke kawasan lain. Lanskap muslim menunjukkan kepada

pengamat suatu variasi pusat-pusat belajar, semacam kuttab, masjid,

rumah sakit, observatorium, perpustakaan, madrasah, khanqa,

pesantren, sekolah-sekolah ‘modern’ dan universitas-universitas.”

Selanjutnya, meskipun sekolah-sekolah dengan berbagai tingkat dan

jenis mulai dari HIS, MULO dan AMS, AMS bagian ilmu kealaman dan ilmu

kebudayaan telah semakin merakyat, namun dipandang diskriminasi untuk

mendapatkan pendidikan seluas-luasnya masih tampak dalam politik dan

kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Kondisi demikian itu mendorong

didirikannya lembaga pendidikan sekolah ala Belanda yang dikombinasikan

dengan pendidikan keagamaan. Lembaga ini kemudian lebih dikenal dengan

nama madrasah.

C. Madrasah Pada Masa Awal Pertumbuhan10

Kata madrasah sebagai istilah untuk menyebut nama lembaga

pendidikan Islam di Indonesia, tidak diketahui pasti sejak kapan digunakan.

Sedangkan madrasah sebagai sebutan sistem pendidikan Islam ber-kelas dan

mengajarkan baik ilmu keagamaan maupun non keagamaan sudah dijumpai

pada permulaan abad ke-20 Masehi.

Kemudian penetapan madrasah yang pertama berdiri juga merupakan

suatu yang masih didiskusikan. Departemen Agama RI menetapkan bahwa

madrasah yang pertama didirikan adalah Madrasah Adabiyah di Padang

(Sumatra Barat). Nama resminya adalah Madrasah Adabiyah School yang

9 Ruswan Thoyib, “Development of Muslim Educational System in the Classical Period

(600-1000AD) an Overview; dalam The Dynamics of Islamic Civilization, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 53.

10 Ibid., hlm. 97-111.

Page 7: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

15

didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Pada tahun 1915,

nama itu berubah menjadi HIS Adabiyah.11

Terlepas dari diskusi tentang madrasah yang pertama berdiri pada

masa-masa pertumbuhan ini dapat disebutkan beberapa nama madrasah baik

yang ada di Minangkabau maupun Jawa. Di Minangkabau selain Madrasah

Adabiyah, terdapat Madrasah Diniyah Labai Al-Yunusiah dan Madrasah

Diniyah Putri yang didirikan oleh Rangkayo Rahmah al-Yunusiah. Dia adalah

saudara putri Zainuddin Labay. Di Jawa Timur ada Madrasah Nahdlatul

Ulama, Madrasah Muhammadiyah di Yogyakarta, Madrasah Taswiq Thullab

di Jawa Tengah, madrasah persatuan umat Islam di Jawa Barat dan Madrasah

Jam’iyat Khair di Jakarta. Adapun di Sulawesi dapat disebutkan madrasah

Amiriyah Islamiyah dan Madrasah Ash-Shultoniyah di Kalimantan.

Pada periode pertumbuhan, keberadaan madrasah satu sama lain saling

lepas. Tidak ada hubungan langsung antara madrasah yang ada di Sumatra,

Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada aturan umum yang mengikat

semua madrasah di semua daerah di atas sehingga ada kesamaan kurikulum,

bentuk kelembagaan dan struktur manajemennya. Kesamaan diantara mereka

terletak pada sistem pengajarannya yang ber-kelas dan muatan kurikulum

yang memperhatikan ilmu-ilmu agama.

Akhirnya, perlu disampaikan bahwa madrasah-madrasah yang berdiri

pada masa awal pertumbuhan itu jika dilihat muatan kurikulumnya dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Madrasah yang mirip dengan sekolah Belanda.

2. Madrasah yang muatan kurikulum keagamaan dan non keagamaannya

seimbang. Dengan kata lain ada kombinasi antara materi pelajaran agama

dan umum.

3. Madrasah diniyah yang tekanan utamanya pada bidang studi agama

dengan sedikit tambahan muatan bidang studi umum tetapi sangat

terbatas.

11 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 2001), hlm. 193.

Page 8: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

16

Ketiga jenis madrasah itu sampai hari ini masih tetap eksis di

Indonesia tentu dengan dinamika yang berbeda-beda.

D. Madrasah Pada Masa Penjajahan Belanda

Seperti sudah diketahui bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan

Islam di Indonesia lahir pada awal abad ke-20 M. Dengan kata lain, lembaga

ini muncul ketika Indonesia masih dijajah Belanda. Konsekuensinya

keberadaan madrasah tidak dapat lepas dan luput sama sekali dari pengaruh

kebijakan pendidikan pemerintah kolonial.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda menyelenggarakan pendidikan

yang tujuan utamanya adalah memenuhi kepentingan mereka. Sistem dan

metode pendidikan baru mereka perkenalkan. Tetapi, pendidikan ditujukan

untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan

upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan

tenaga dari Barat.12 Dalam konteks ini, pendidikan madrasah tidak

sepenuhnya, kalau tidak sama sekali, sejalan dengan kebijakan penjajah. Pada

gilirannya hal ini akan mengurangi perhatian mereka terhadap madrasah.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah perhatian yang bersifat positif.

Kenyataan yang terjadi justru kebijakan pemerintah Hindia Belanda

terhadap pendidikan Islam bersifat menekan. Kekhawatiran akan timbulnya

militansi kaum muslimin terpelajar menjadi alasan mereka. Penjajah

melakukan pengawasan berlebihan terhadap lembaga pendidikan Islam,

seperti madrasah. Bentuk peraturan yang mencerminkan kekhawatiran mereka

adalah ordonansi guru. Peraturan ini bersifat politis untuk menekan

sedemikian rupa sehingga pendidikan agama tidak menjadi pemicu

perlawanan rakyat terhadap pemerintah. Ordonansi ini mengharuskan seorang

guru agama untuk mempunyai surat izin. Dalam perkembangannya, aturan

melunak menjadi keharusan bagi seorang guru agama untuk melapor atau

memberitahu saja.13

12 Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hlm. 146. 13 Maksum, op.cit., hlm. 115.

Page 9: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

17

Disamping itu pemerintah kolonial Belanda juga membentuk suatu

badan khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan

Islam yang disebut priesterranden. Keluarnya aturan mengenai keharusan

memiliki izin, bagi guru mengaji merupakan nasehat dari badan ini.14

Peraturan yang lebih ketat dikeluarkan lagi oleh pemerintah kolonial

pada tahun 1925. Isinya tentang tidak semua orang (kyai) itu boleh

memberikan pelajaran mengaji. Pada tahun 1932 dikeluarkan peraturan lagi

yang memungkinkan diberantas dan ditutupnya madrasah dan sekolah yang

tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai pemerintah

kolonial. Peraturan ini disebut ordonansi sekolah liar (wilde school

ordonantie). Peraturan-peraturan di atas menggambarkan demikian ketat dan

kerasnya pengawasan dan tekanan dan pemberantasan aktivitas madrasah dan

pondok pesantren di Indonesia. Diharapkan dalam waktu yang tidak lama

pendidikan Islam akan menjadi lumpuh dan porak poranda, walaupun

kenyataan yang ada justru menunjukkan sebaliknya.15

Ulama yang bersikap non kooperatif dengan Belanda menyingkir dari

tempat yang dekat dengan Belanda. Kebudayaan Belanda diharamkan. Di

tempat yang jauh dari pantauan Belanda inilah para ulama mengembangkan

pendidikan Islam sambil tetap bertahan pada kebudayaan yang Islami.

E. Madrasah Pada Masa Penjajahan Jepang

Di awal kehadirannya pada tahun 1942, Jepang bersikap seolah-olah

membela kepentingan Islam. Kebijakan yang ditempuh adalah :

1. Menempatkan umat Islam sendiri sebagai pemimpin Kantor Urusan Agama. Pada masa Belanda, kantor ini dipimpin oleh orientalisten Belanda.

2. Melakukan kunjungan ke pondok pesantren yang besar-besar dan memberikan bantuan kepadanya.

3. Pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama diberikan di sekolah negeri.

14 Zuhairini, dkk., op.cit., hlm. 149. 15 Ibid., hlm. 151.

Page 10: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

18

4. Mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, Kahar Mudzakar dan Bung Hatta. 16

Kebijakan yang tampaknya memihak umat Islam itu, sesungguhnya

demi kepentingan Jepang sendiri dalam rangka perang Asia Timur Raya.

Kekuatan Islam dan nasionalis harus dibina untuk mendukung suksesnya

prang itu.

Ketika perang telah berkobar dan berkembang menjadi perang dunia

ke II, secara umum urusan pendidikan menjadi terbengkalai. Beruntunglah

madrasah-madrasah di lingkungan pesantren yang bebas dari pengawasan

langsung pemerintah Jepang masih dapat berjalan dengan agak wajar.

F. Masa Pemerintahan Orde Lama

Dalam perjalanan sejarahnya, madrasah banyak melakukan peran

penting dalam kehidupan berbangsa. Disamping sebagai lembaga pendidikan,

madrasah juga merupakan basis perjuangan menentang penjajah yang secara

langsung telah ikut mencerdaskan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, ketika

bangsa ini telah merdeka menjadi wajar jika pemerintah menunjukkan

perhatian yang besar terhadap kehidupan madrasah. Secara eksplisit

dinyatakan dalam pengumuman BP KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional

Indonesia Pusat) tanggal 22 Desember 1945. badan itu menganjurkan agar

dalam memajukan pendidikan dan pengajaran sekurang-kurangnya pengajaran

di langgar-langgar dan madrasah berjalan terus dan diperpesat. Kemudian

pada tanggal 2 Juli 1946, komisi yang dikenal sebagai Panitia Penyelidik

Pengajaran RI dan diketuai oleh Ki Hajar Dewantara membuat beberapa

usulan antara lain : Para guru agama diharuskan juga cakap dalam pendidikan

umum, diadakan latihan bagi para guru agama, kualitas pesantren dan

madrasah harus diperbaiki. Tampaknya usulan ini merupakan saran bagi

perbaikan pendidikan di madrasah dan pesantren.17

16 Ibid., hlm. 152. 17 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Logos, 2001), hlm.

52.

Page 11: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

19

Disamping perhatian, pada tanggal 27 Desember 1946, BP KNIP juga

menyarankan pemerintah agar memberikan bantuan materiil kepada pesantren

dan madrasah. Kedua lembaga pendidikan itu pada hakekatnya merupakan

alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan bagi rakyat jelata.18

Demikian besar perhatian pemerintah terhadap agama dan pendidikan

agama, sehingga dipandang perlu mendirikan Kementerian Agama pada

tanggal 3 Januari 1946. Tanggal ini sekarang ditetapkan sebagai hari jadi

Departemen Agama Republik Indonesia. Dalam struktur organisasi

Kementerian tersebut terdapat bagian pendidikan yang mempunyai tugas

pokok mengurusi masalah-masalah pendidikan agama di sekolah umum dan

pendidikan di sekolah agama yang dalam hal ini adalah madrasah dan

pesantren. Bagian ini disebut bagian C.

Secara terinci tugas bagian C adalah:

1. Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikelir. 2. Memberi pengetahuan umum di madrasah, dan 3. Mengadakan Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim

Islam Negeri(PHIN).19

Keberadaan Kementerian Agama dengan peran-peran di atas dapat

dikatakan mewakili umat Islam Indonesia dalam menyelenggarakan

pendidikan Islam dalam cakupan yang lebih luas di Indonesia. Kementerian

ini yang di kemudian hari berubah menjadi Departemen Agama merupakan

sandaran politis bagi umat Islam dalam rangka agar pendidikan madrasah dan

pesantren mendapat perhatian yang terus-menerus dari pengambil

kebijakan.20

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka memperkuat

keberadaan madrasah sebagai komponen pendidikan nasional yang diakui

sebagai penyelenggara kewajiban belajar adalah pencatumannya dalam

Undang-undang nomor 4 tahun 1950 tentang Pokok Pendidikan dan

Pengajaran. Pasal 10 ayat (2) undang-undang tersebut menyatakan bahwa

18 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Keagamaan (Jakarta : Gema Windu

Panca Perkasa, 2000, Cet. 1, hlm. 112. 19 Maksum, op.cit., hlm. 123. 20 Ibid

Page 12: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

20

belajar di sekolah-sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari

Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar. Madrasah yang

berhak menyelenggarakan kewajiban belajar harus memenuhi syarat yaitu

terdaftar pada Kementerian Agama dan memberikan pelajaran agama sebagai

materi pelajaran pokok, minimal 6 jam seminggu secara teratur disamping

mata pelajaran umum. Sebagai realisasi dari amanat Undang-undang itu pada

tahun 1958 berdiri Madrasah Wajib Belajar(MWB) di beberapa tempat.21

MWB adalah madrasah yang mempunyai lama belajar 8 tahun, usia

muridnya antara 6 sampai dengan 14 tahun. Madrasah ini memberikan

pelajaran agama, pengetahuan umum, ketrampilan dan kerajinan tangan

dengan alokasi waktu 25% pelajaran agama dan 75% pengetahuan umum.

Guru-guru, alat-alat maupun buku-buku pelajaran menjadi tanggungjawab

pemerintah.22

Gambaran yang menonjol dalam sejarah perkembangan madrasah pada

masa Orde Lama adalah pendirian Pendidikan Guru Agama (PGA) dan

Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Kedua madrasah ini dimaksudkan

untuk mencetak tenaga-tenaga profesional keagamaan, disamping

mempersiapkan tenaga-tenaga yang siap mengembangkan madrasah.

Kehadiran PGA adalah jaminan strategis bagi kelangsungan hidup madrasah,

mengingat dari PGA diharapkan lahir motor-motor penggerak

penyelenggaraan madrasah sekaligus pemasok tenaga-tenaga guru bagi

madrasah.23

Jumlah madrasah sampai dengan pertengahan dasawarsa 60-an yang

menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia tercatat : madrasah tingkat

rendah sebanyak 13.057 buah, dengan jumlah murid 1. 927. 777 murid,

madrasah tingkat pertama(tsanawiyah) sebanyak 776 buah dengan jumlah

murid sebanyak 87.932. Sementara itu diperkirakan ada 16 buah madrasah

tingkat atas (aliyah) dengan murid sebanyak 1.881, sehingga secara

21 Asrohah Hanun, op.cit., hlm. 195. 22 Ibid., hlm. 196. 23 Maksum, op.cit., hlm. 124.

Page 13: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

21

keseluruhan jumlah madrasah tersebut ada 13.849 dengan total murid

sebanyak 2.017.590 orang.24

G. Masa Pemerintahan Orde Baru sampai dengan 1989

Kebijakan orde baru yang menyangkut madrasah antara lain ditandai

dengan melanjutkan penegerian madrasah-madrasah ibtidiyah. Kesempatan

penegerian yang berdasarkan penetapan Menteri Agama Nomor 80 tahun

1967 dihentikan pada tahun 1970 berdasarkan keputusan Menteri Agama

nomor 813/1970. Pada saat itu madrasah ibtidaiyah negeri sudah berjumlah

358 buah.

Pada tahun 1967, pemerintah juga mulai mendirikan madrasah

tsanawiyah negeri. Madrasah yang mempunyai nama resmi Madrasah

Tsanawiyah Agama Islam Negeri, pada tahun 1970 jumlahnya sudah

mencapai 182 buah tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Demikian juga

untuk madrasah aliyah, pada tahun yang sama dilakukan penegerian terhadap

sejumlah madrasah aliyah seperti Madrasah Aliyah Al Islam Surakarta,

Madrasah Aliyah di Magetan Jawa Timur dan Madrasah Aliyah Palangkin

Sumatera Barat. Proses Penegerian terus berlangsung hingga terbitnya

keputusan Menteri Agama nomor 213 yang dikeluarkan pada tahun 1970

tentang penghentian penegerian madrasah.25

Lima tahun berikutnya, tepatnya tahun 1975 tercatat peristiwa penting

dalam perjalanan sejarah madrasah. Surat Keputusan Bersama 3 Menteri

dikeluarkan yang isinya antara lain: komposisi pelajaran madrasah terdiri 30%

agama dan 70% umum, status madrasah diakui sama sederajat dengan sekolah

umum setingkat, dan ijazah madrasah diakui sama dengan sekolah umum

setingkat. SKB itu juga menyatakan bahwa lulusan madrasah dapat

melanjutkan ke sekolah yang setingkat lebih atas dan murid madrasah boleh

pindah ke sekolah yang setingkat.

24 Ibid., hlm. 126. 25 Husni Rahim, op.cit., hlm. 55.

Page 14: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

22

Konsekuensi diterbitkannya SKB itu, madrasah harus melakukan

penyesuaian-penyesuaian dengan sekolah umum dalam berbagai hal. Oleh

karena itu Departemen Agama yang bertanggungjawab atas pembinaan dan

pengembangan madrasah pada tahun 1976 menyusun kurikulum madrasah

yang diberlakukan secara intensif pada tahun 1978. Pada tahun 1984

dilakukan lagi penyempurnaan kurikulum madrasah seiring dengan perubahan

kurikulum sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.26

SKB 3 Menteri yang tidak lain adalah upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan madrasah dan salah satu langkah dalam rangka mengintegrasikan

pendidikan madrasah dalam sistem pendidikan nasional mempunyai dampak

positif, yaitu menjadikan gengsi madrasah naik dan perkembangan madrasah

makin menggembirakan.27

Disamping dampak positif, keluarnya SKB itu menurut KH Sahal

Mahfudh sebagaimana dikutip Fatah Syukur telah mempengaruhi wawasan

madrasah. Nilai-nilai belajar li wajhillah lama-lama meredup digantikan oleh

nilai lil ijazah.28 Kondisi demikian tentu sangat berlawanan dengan nilai-nilai

belajar sebagian madrasah yang bersumber pada kitab Ta’lim al Muta’allim.

Dalam kitab itu dinyatakan:

ان ينوي المتعلم بطلب العلم رضا اهللا تعالى والداراالخرة وينبغى وازالة الجها لة عن نفسه وعن سائر الجهال واحياءالدين وبقاء

29 االسالم فان بقاء االسالم با لعلم

“Selayaknya agar seorang pelajar berniat dalam mencari ilmu(untuk

mendapatkan) keridoan Allah dan negeri akhirat, menghilangkan kebodohan

dari dirinya sendiri dan orang-orang lain yang bodoh, menghidupkan agama

dan melanggengkan Islam. Karena sesungguhnya kelanggengan Islam

bergantung pada ilmu”.

26 Fatah Syukur, Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industri, (Semarang : PKPI2 –

PMDC, 2004), hlm. 41-45. 27 Ibid., hlm. 46. 28 Ibid 29 Azzarnuzi, Ta’limul Muta’allim, (Semarang : Pustaka Alawiyah, t.th), hlm. 13.

Page 15: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

23

H. Madrasah Pada Era UU Nomor 2/1989

Catatan penting dalam sejarah pendidikan nasional Indonesia pada

tahun 1989 adalah lahirnya undang-undang nomor 2 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Undang-undang itu dalam pasal-pasal tertentu

membicarakan madrasah sebagai bagian dari lembaga pendidikan yang hidup

di negeri ini. Madrasah dalam undang-undang ini terdiri dari dua macam yaitu

madrasah yang dikategorikan sebagai lembaga pendidikan formal dan

madrasah yang digolongkan sebagai lembaga pendidikan luar sekolah.

Termasuk jenis pertama adalah Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah

sedangkan Madrasah Diniyah termasuk kategori kedua.30

Dalam konteks undang-undang ini MI, MTs dan MA diperlakukan

sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan

oleh Departemen Agama dengan kewajiban memberikan kajian sekurang-

kurangnya sama dengan sekolah umum setingkat. Madrasah Ibtidaiyah

(selanjutnya disingkat dengan MI) itu setingkat SD, Madrasah Tsanawiyah itu

setingkat SLTP, Madrasah Aliyah setingkat SMU. Dengan kondisi demikian

maka madrasah tidak terlalu jauh berbeda dengan sekolah umum dilihat dari

segi muatan pelajaran (kurikulum)nya.31

Menghadapi kenyataan diatas, undang-undang tersebut juga memberi

ruang bagi Departemen Agama maupun masyarakat luas untuk mendirikan

lembaga pendidikan keagamaan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor

29/1990 Pasal 3 (3) Pendidikan Keagamaan mengutamakan penyiapan siswa

dalam pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.

Selanjutnya pasal 4 memberi kewenangan kepada Menteri Agama untuk

memberi nama Sekolah Menengah Keagamaan setelah mendengar

pertimbangan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Maka dalam rangka

menyikapi PP ini Departemen Agama mendirikan Madrasah Aliyah Program

Khusus(MAPK) yang jam pelajarannya terdiri dari 65% bidang studi umum,

30 M. Chabib Toha dan Abdul Mu’ti, PBM PAI, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 18-19.

31 Ibid

Page 16: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

24

sisanya 35% adalah bidang studi agama. Ditinjau dari penguasaan pelajaran

agama ternyata memang lulusan MAPK lebih baik daripada MA biasa.32

Alasan lain didirikannya MAPK yang di kemudian hari berubah

menjadi MAK(Madrasah Aliyah Keagamaan) adalah sebagai respon terhadap

ketidakpuasan masyarakat kepada MA biasa yang tidak lagi mempunyai bobot

pelajaran agama seperti pada masa-masa sebelumnya. Kenyataan

menunjukkan bahwa tamatan madrasah menjadi serba tanggung, tidak matang

dalam bidang studi umum, masih mengambang dalam penguasaan bidang

studi agama.

MAK yang secara kurikuler pada hakekatnya dimaksudkan untuk

program pembibitan ulama, pada masa Menteri Agama dijabat oleh Prof. Dr.

Munawir Syadzali dilaksanakan sebagai program intensifikasi pendidikan

melalui sistem asrama (program tutorial) dan pengembangan kemahiran

berbahasa Arab dan Inggris. Komposisi kurikulumnya dari waktu ke waktu

selalu memberikan porsi pelajaran agama yang lebih besar. Tabel di bawah ini

menunjukkan kenyataan di atas. 33

Tabel 1

Komposisi kurikulum MAK

Porsi mata pelajaran (%)

Kurikulum Agama Umum

1968

1973

1975

MAPK

1994

80

68

68

70

70

20

32

32

30

30

Untuk pelajaran agama kurikulum 1994 mengalokasikan waktu untuk

MI adalah 4 sampai dengan 7 jam, M Ts dan MA masing-masing 9 jam.

32 Ibid., hlm. 20. 33 Abdurrahman Saleh, op.cit., hlm. 120.

Page 17: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

25

Alokasi waktu sebanyak itu dirasakan kurang sehingga menimbulkan suara

bahwa kurikulum 1994 dipandang mendangkalkan agama. Maka dilakukan

berbagai upaya untuk mempertahankan citra madrasah sebagai lembaga

pendidikan Islam yang ciri khas Islamnya kuat. Upaya-upaya tersebut berupa

program MAFIKIBB (matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa Inggris) yang

‘bernuansa agama” dan “IPTEK”. Upaya lain adalah penciptaan suasana

keagamaan di lingkungan madrasah baik yang meliputi fisik dan sarana

maupun suasana pergaulan dan pakaian.34

I. Madrasah Pasca UU SISDIKNAS 2003

Pada tahun 2003 lahir undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang baru. Dalam undang-undang bernomor 20 itu, kedudukan

madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam formal diakui sama dengan

lembaga sekolah. Berikut ini dipetik beberapa pasal yang menyebut madrasah. Pasal 17(2) : Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar(SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah(M Ts) atau bentuk lain yang sederajat.

Pasal 18(3) : Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas(SMA), Madrasah Aliyah(MA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

Dari kutipan pasal tersebut, tampak jelas bahwa kedudukan madrasah

sama dengan sekolah. Oleh karena itu pasal-pasal tersebut dipandang sebagai

jaminan kelangsungan keberadaan madrasah sebagai bagian dari sistem

pendidikan nasional. Pengakuan akan eksistensi madrasah makin kukuh

secara legal formal.

Dengan jaminan undang-undang itu, seharusnya seluruh pihak yang

terkait dengan kehadiran madrasah terus berupaya melakukan pembenahan

terhadap madrasah sehingga dari waktu ke waktu madrasah dapat terus

tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Apalagi, di

era reformasi ini telah dianjurkan menerapkan konsep Manajemen Berbasis

Sekolah/Madrasah yang memberikan kelonggaran bagi pengelola lembaga

34 Husni Rahim, op.cit., hlm. 96.

Page 18: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

26

pendidikan formal untuk berimprovisasi secara manajerial tanpa terlalu

terkungkung dengan regulasi birokrasi pemerintah.

Secara kuantitatif pertumbuhan madrasah memang selalu meningkat.

Hasil pendataan tahun pelajaran 2004/2005 menunjukkan bahwa jumlah Mts

secara nasional mencapai 12.054 yang terdiri dari 1.260 M Ts negeri dan

10.794 swasta. Untuk tingkat madrasah aliyah tercatat seluruhnya ada 4.687

MA, negeri sebanyak 634 dan swasta sebanyak 4.033.

J. Peran dan Pembinaan Madrasah

Secara historis dapat ditarik kesimpulan bahwa madrasah bersama

lembaga pendidikan Islam yang lain telah memainkan peranan penting sebagai

benteng untuk mempertahankan pendidikan Islam dari segi-segi negatif

pendidikan sekuler yang diselenggarakan oleh penjajah Belanda. Dengan

demikian madrasah telah ikut berjasa dalam melestarikan ajaran-ajaran Islam

di bumi Indonesia. Pada masa yang sama, bahkan sesudah Indonesia merdeka

madrasah juga telah secara aktif turut serta dalam upaya pemerataan

memperoleh kesempatan belajar bagi banyak lapisan masyarakat atau rakyat

Indonesia.

Sesudah kemerdekaan Indonesia madrasah tetap diberi ruang untuk

tetap eksis dan berpartisipasi aktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Di

awal masa kemerdekaan madrasah mengambil bagian dalam pelaksanaan

wajib belajar, demikian pula ketika di atas tahun 1960-an dicanangkan wajib

belajar 9 tahun madrasah tidak ketinggalan untuk ikut mensukseskannya.

Adapun peran madrasah sebagai lembaga yang berfungsi tafaqquh

fiddin sampai saat ini masih tetap dijalankan. Dilihat dari bobot kajian

teoritiknya peran ini banyak atau secara intensif dimainkan oleh Madrasah

Aliyah Keagamaan dan Diniyyah. Sedangkan MA Umum telah diarahkan

untuk mendalami bidang-bidang studi yang selama ini dikenal sebagai mata

pelajaran umum. Dengan kata lain lebih ditujukan ke arah ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan sedapat-dapatnya tetap diwarnai oleh nilai-nilai agama

Islam.

Page 19: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

27

Dapat dikatakan bahwa berdasarkan peran-peran di atas, madrasah

mengemban tugas yang sangat mulia dalam rangka membentuk peserta didik

menjadi manusia seutuhnya, manusia yang sejahtera lahir batin. Manusia yang

demikian itu tentu manusia yang bercitra Islami sebagaimana digambarkan

oleh Sayyid Quthub:

بخالفته , هو سيد هذه االرض– فى التصوراالسالمى –فاالنسان وقد أو تى , بقدرة اهللا تعالى, وآل ما فيها مسخر له, فيها عن اهللا

واالستمتاع بطيبتها , امكان العلم بشؤونها هبة من اهللا سبحانهوليست االرض وحدها وآل مافيها , وجمالها نعمة من اهللا خالصة

ولكن آذالك السموات مهيائة لمساعدة االنسان ...من احياء واشياء فى خالفته فى االرض ومراعى فى بنائها دوراالنسان فى هذه

35ولكنه آذالك ... الخالفة انه امر عظيم هائل

“Maka manusia – dalam gambaran yang Islami adalah tuan bagi bumi sebab kekhilafahannya di bumi dari Allah, dan segala apa yang ada di bumi tunduk kepada manusia dengan kekuasaanNya, dan manusia telah sungguh-sungguh diberi kemungkinan ilmu mengenai urusan bumi sebagai pemberian Allah SWT, dan bersenang-senang dengan hal-hal yang baik dan indah di bumi, sebagai kenikmatan yang murni dariNya. Tidak hanya bumi dan segala apa yang terdapat di dalamnya baik berupa benda hidup atau apapun. Tetapi begitu juga langit disediakan bagi manusia untuk membantu kekhilafahannya di bumi. Dalam “pembinaan langit” tetap dipelihara peranan manusia dalam kekhilafahannya. Sesungguhnya ini adalah perkara besar yang menakutkan … tetapi memang demikianlah”.

Peran lain madrasah yang tidak dapat dianggap remeh adalah sebagai

pemompa dan pengobar semangat generasi muda dalam menjalani kehidupan.

Salah satu indikatornya adalah dijadikannya kitab Idhatun Nasyiin sebagai

buku pelajaran untuk mata pelajaran akhlaq di Madrasah Aliyah Tambakberas

Jombang Jawa Timur dan madrasah-madrasah yang didirikan para alumninya.

Kitab yang terdiri dari 46 bab termasuk pendahuluan dan penutupnya,

memang sangat provokatif dan mempunyai daya sentuh yang mampu

35 Sayid Quthub, Al Islam wa al Musykilaat Alhadloroh, (Cairo : Dar al Syuruq, 1992),

hlm. 24.

Page 20: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

28

membangkitkan gairah generasi muda untuk menapaki kehidupan berdasarkan

keluhuran budi pekerti dan kecerdasan berpikir.

Alinea pertama bab Tarbiyah pada kitab itu berbunyi:

ان هؤالء األ طفال سيكون فى المستقبل رجاال فاذا تعودوا اال وحصلوا فى العلوم ما ينفعون , خالق الصالحة التى تعلى شأنهم

آانوا اساسا مكينا لنهضة االمة وهذا امر ال يختلف فيه , به وطنهماثنان وان ستعادوا سافل االخالق وهجروا العلم الذى هو سبب

وشرا على البال د التى يقطنو , على االمةلحيا ة األمم آانوا ويال 36نها

“Sesungguhnya anak–anak itu akan menjadi tokoh di masa mendatang. Apabila mereka dibiasakan dengan akhlak yang baik yang akan mempertinggi derajat mereka, dan menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi tanah air mereka. Mereka adalah modal yang kuat bagi kebangkitan bangsa. Dan ini bukan perkara yang diperselisihkan. Dan apabila mereka dibiasakan dengan akhlak yang rendah dan menjauh dari ilmu – yang menjadi sebab kebangkitan bangsa – maka mereka akan menjadi bencana bagi bangsa, dan keburukan bagi negara yang ditinggali”

Dengan memperhatikan peran historis dan ideal di atas maka

selayaknya perlu terus dilakukan pembinaan terhadap madrasah yang

mengacu ke beberapa hal yang menjadi dasar strategi pengembangan

madrasah, yaitu :37

Pertama, menjadikan ajaran agama Islam sebagai basic reference seluruh kegiatan pengembangan pendidikan di madrasah. Kedua, madrasah sebagai lembaga pendidikan umum yang berciri khas agama Islam, berfungsi sebagai pengembang dasar-dasar ketrampilan multi dimensi. Ketiga, pengembangan secara bertahap. Keempat, tahapan-tahapan pengembangan madrasah.

36 Mushthafa al Ghalayaini, Idhatun Nasyiin, (Berrut : Maktabah Al Ahliah,m 1953),

hlm. 186. 37 Husni Rahim, op.cit., hlm. 128-131.

Page 21: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

29

K. Pandangan Masyarakat Tentang Madrasah

Berbagai pandangan tentang madrasah dapat dipaparkan alam uraian di

bawah ini.

Madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang peserta didik

atau lulusannya berkualitas rendah. Hal ini terjadi akibat kualitas gurunya

yang rendah pula. Tercatat 60 % guru madrasah tergolong pada kriteria tidak

layak. Selain itu, minat murid madrasah terhadap bidang studi umum,

khususnya matematika, fisika, kimia, biologi dan bahasa inggris, kecil sekali.

Kelima bidang studi ini “belum menarik” perhatian serta dianggap “berat”

oleh para siswa.38

Anggapan lain mengenai madrasah adalah tekanan atau titik beratnya

pada soal kepribadian. Ini berarti bahwa madrasah lebih memfokuskan diri

pada pendidikan yang diarahkan untuk membentuk kepribadian siswa

sehingga siswa memiliki religiositas dan moral (akhlaq) yang baik. Madrasah

adalah lembaga yang berfungsi sebagai “benteng moral”, namun kurang

berhasil dalam meningkatkan kecerdasan, ketrampilan dan profesionalisme.39

Akibat selanjutnya dari anggapan di atas, madrasah dipandang tidak

menjanjikan. Artinya madrasah tidak dapat menjadikan andalan bagi

lulusannya untuk dapat bersaing memperoleh pekerjaan. Dengan kata lain

lulusan madrasah tidak memiliki masa depan yang jelas karena kurangnya

bekal ilmu pengetahuan, ketrampilan dan penggunaan terhadap teknologi.

Kepedulian madrasah terhadap lingkungan fisik juga dipandang

rendah. Misalnya soal kebersihan hanya berhenti pada sekedar slogan yang

terpampang dengan tulisan kaligrafi indah pada dinding-dinding kelas. Slogan

kebersihan adalah setengah dari iman bertolak dengan kenyataan lingkungan

madrasah yang “yang terkesan kumuh, jorok, bangku tidak terawat, banyak

peralatan sekolah yang rusak dan sebagainya”. 40

38 Ibid., hlm. 129-135. 39 Ibid., 40 Departemen Agama RI, Profil Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Depag RI, 2005),

hlm. 24.

Page 22: BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH DI INDONESIA ... perpustakaan, madrasah,

30

Madrasah dalam pandangan sementara mempunyai “kebiasaan-

kebiasaan kurang baik yang memprihatinkan seperti kurang disiplin, etos kerja

(belajar) agak lemah, persaingan tidak tumbuh secara baik, budaya patriarki

seperti di pesantren masih terlihat dan lain sebagainya”.41

Madrasah dipandang pula sebagai sekolah kelas dua atau bahkan

sekolah buangan yang dipilih oleh masyarakat setelah tidak dapat diterima di

sekolah-sekolah umum. Dengan demikian dapat dimaklumi kalau kualitas

masukan murid madrasah dari segi inteligensi itu rendah.42

Demikian beberapa pandangan masyarakat terhadap madrasah. Jika

diragukan pandangan-pandangan itu terkait dengan kualitas, orientasi lebih

berat ke bidang pembinaan moral religius, tidak menjamin masa depan

duniawi, rendah kepeduliannya terhadap lingkungan fisik, kinerja yang rendah

dan derajatnya dibawah sekolah umum.

L. Perkembangan dan Pertumbuhan Madrasah Diniyah di Indonesia

Dalam UU Sisdiknas yang terbaru, keberadaan madrasah diniyah

bersama-sama dengan pesantren tetap diakui sebagai salah satu jalur

pendidikan di Indonesia. Madrasah diniyah termasuk dalam jalur pendidikan

luar sekolah atau non formal.

Sampai dengan tahun 2003 di Indonesia sudah terdapat madrasah

diniyah sebanyak 1.9014 yang tersebar di 30 propinsi mulai dari Nangroe

Aceh Darussalam sampai Papua. Guru yang terlibat sebanyak 71714 orang

sedangkan murid yang diserap sebanyak 2.376.910, terdiri dari 1.183.952

siswa laki-lai dan 1.102.230 siswa perempuan.

Data di atas menunjukkan bahwa madrasah diniyah tetap tumbuh

berkembang di bumi Indonesia sejak awal sejarahnya hingga sekarang ini.43

41 Ibid, hlm. 125. 42 Mulyasa dkk, Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta : Depag Ri, 2001), hlm. 91. 43 Depag RI, Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, (Jakarta : Depag Ri, 2003), hlm.

50.