bab ii secara sederhana gagne mendefinisikan belajar sebagai...

30
9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1.Hakikat Belajar Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat beberapa prinsip belajar, yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut: (1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari (2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya (3) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) positif atau berakumulasi (5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan (6) permanen atau tetap (7) bertujuan dan terarah (8) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong keburuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

Upload: dangtu

Post on 29-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1.Hakikat Belajar

Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat

beberapa prinsip belajar, yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan

perilaku. Perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

(1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari (2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya (3)

fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) positif atau

berakumulasi (5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

(6) permanen atau tetap (7) bertujuan dan terarah (8) mencakup

keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses.

Belajar terjadi karena didorong keburuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik.

Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

Page 2: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

10

adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Agus

Suprijono, 2009: 4)

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan

dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain

aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang

aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,

proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses

melihat, mengamati, memahami sesuatu (Nana Sudjana, 1988: 28)

Kesimpulannya, belajar diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada

diri individu melalui perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman,

bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik

seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik

disengaja maupun tidak disengaja sepanjang waktu dan menuju pada suatu

perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru

diperoleh individu. Jadi belajar adalah proses perubahan individu dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil

Page 3: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

11

menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang

lebih baik, serta bermanfaat bagi individu itu sendiri dan lingkungan.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang memberikan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan dan nilai sikap dan perubahan itu bersifat reality

(Winkel, 1991:36). Dipertegas dalam Hilgard dan Bower (1975)

mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya

yang berulang-ulang dalam situaisi tersebut. Dimana perubahan tingkah

laku tersebut tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.

Tulus Tu’u (2004:75) mengungkapkan bahwa prestasi merupakan

hasil yang dicapai oleh seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan

tertentu. Prestasi dalam bidang akademik adalah hasil belajar yang

diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan

biasaanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi

belajar adalah penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 4: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

12

1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika

mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di

sekolah.

2. Prestasi belajar tersebut terutama di nilai dari aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemapuan siswa dalam pengetahua atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau

angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas

siswa atau ulangan-ulangan dan ujian yang ditempuhnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

siswa adalah suatu kekecakapan atau hasil yang telah diperoleh dalam

proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan

yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang

telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk

dipertanggungjawabkan. Prestasi ini ditandai dengan adanya nilai

tambah dari sebelumnya.

3. Hakekat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan

rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan

suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

diterapkan. Sedangkan model-model pembelajaran itu sendiri biasanya

Page 5: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

13

disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli

menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip atau teori

pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau

teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980). Menurut Joyce

dan Weil, berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,

dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2010:

132-133)

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para

guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya. Sehingga model-model pembelajaran

yang bersifat inovatif dapat membantu memberikan solusi cara belajar

yang menyenangkan bagi para peserta didik, sehingga materi-materi

pembelajaran yang membutuhkan pemahaman dan ketelitian dapat

dengan mudah dipelajari tanpa mengurangi nilai-nilai yang hendak

diajarkan dalam materi tersebut.

4. Model PAKEM (Partisipatif Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan)

PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman

dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya

berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Page 6: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

14

pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari

kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas

guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara

efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Brooks bahwa “pembaharuan dalam pendidikan harus dimulai dari

‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana guru mengajar’ bukan dari

ketentuan-ketentuan hasil” (Rusman, 2010: 232).

Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang

sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan

kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan

pendidikan dan guru pun harus mengerti siswa-siswa pada umumnya

memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda, ada yang bisa

menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan motorik (kinestetik),

ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan

ada yang lebih cepat menguasai materi dengan melihat atau membaca

(visual).

Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan

siswa sebagai pusat pembelajaran (students-centered learning) dan

pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar

mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar

mereka tidak merasa terbebani atau takut.

Page 7: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

15

Partisipatif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini

menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran

(child center/students center) bukan pada dominasi guru dalam

penyampaian materi pelajaran (teacher center). Jadi pembelajaran akan

lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi

dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru

berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu

berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan

kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

Aktif, merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak

melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di

kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif

memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat

tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian

terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak

memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan

kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa

terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran,

Page 8: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

16

sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta

mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

Kreatif, merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan

guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa

selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa

metode dan strategi yang bervariasi. Pembelajaran kreatif menuntut

guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan

kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir

kreatif selalu dimulai dari berpikir kritis, yakni menemukan dan

melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki

sesuatu. Siswa dapat dikatakan kreatif apabila mampu melakukan

sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari

hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil

karya baru.

Efektif, merupakan proses pembelajaran yang mampu

memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi

siswa, serta menghantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara

optimal. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar suasana

pembelajaran kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan

kompetensi siswa. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa

secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran

dan pembentukan kompetensi. Pembelajaran yang efektif perlu

Page 9: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

17

didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif.

Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan evektifitas proses

pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus

menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan (joyfull

instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya

terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa tanpa ada

perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,

2006:194). Pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang

baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus

mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang

tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapt melibatkan

siswa secara optimal.

Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang

dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan

antara pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimilikinya.

Siswa diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan

mengaplikasikan konsep tersebut di luar kelas. Dalam pembelajaran

PAKEM siswa diperkenankan bekerja secara kooperatif. Pada

praktiknya, pembelajaran PAKEM membutuhkan kemampuan teritik

dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan

Page 10: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

18

teoritik, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Sedangkan

kemampuan praktik adalah mampu mempraktikkan metode-metode

pembelajaran PAKEM. Dalam pembelajaran PAKEM terdapat berbagai

model-model pembelajaran seperti model Talking Stick.

5. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Stick

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis

sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan

pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut.

Pembelajaran kolaboratiof didefenisikan sebagai falsafah mengenai

tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik

bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator,

memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil

yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentik assesment oleh

sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.

Sedangkan Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana

guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

Page 11: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

19

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta

didik menyelesaikanb masalah yang dimaksud. Guru biasaya

menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas(Suprijono 2009: 54).

Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan

sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar

kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi,

2002:14).

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif

melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama

akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan

rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui

aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling

ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,

mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung

Page 12: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

20

dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif,

siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi

berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

2. Model Talking Stick

Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian

belajar kooperatif oleh Slavin Pada tahun 1995. Model ini merupakan

suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu

mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut

mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga

siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa

juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.

Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model

pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang

memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari

guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan

tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat

giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ini, guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang

heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,

Page 13: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

21

persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan

mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

Menurut (Suprijono,2009:90) mengemukakan bahwa talking

stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah

tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat

akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara

estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara

bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat

tongkat dan pertanyaan.Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Talking stick merupakan salah satu

dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat

sebagai alat penunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga

mengoptimalisasikan partisipasi siswa.

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Talking stick, yaitu sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.

Page 14: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

22

4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan

mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri

menjawab pertanyaan guru.

5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah

itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang

tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat

menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain.

Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat

bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6. Guru memberikan kesimpulan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick

Kelebihan dari penggunaan metode pembelajaran Talking Stick

menguji kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, membuat siswa

membaca dan memahami pelajaran dengan cepat dan membuat siswa

belajar lebih giat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi

siswa (Suprijono, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui kelebihan dan

kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick. Kelebihan dari

model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:

1. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar

2. Terdapat interaksi antara guru dan siswa

3. Siswa menjadi lebih mandiri

Page 15: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

23

4. Kegiatan belajar lebih menyenangkan

Adapun kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick

adalah sebagai berikut:

1. Siswa cenderung individu

2. Materi yang diserap kurang

3. Siswa yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan

siswa yang kurang pandai kesulitan menerima materi

4. Guru kesulitan melakukan pengawasan

5. Ketenangan kelas kurang terjaga

6. Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS

mempelajari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui

mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga

negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,

komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju

kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Mata

pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

Page 16: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

24

a. Mengenal konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungan

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan, dan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global (Sa’dun Akbar, 2010: 84)

B. Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meingkatkan kualitas

dalam pembelajaran diantaranya, yaitu: Hasil penelitian dari Putu

Mariyanto, Maskun dan Syaiful M, FKIP Unila pada tahun 2013.

Dengan judul “Pengaruh Talking Stick Terhadap Aktifitas dan Hasil

Belajar IPS SMP Negeri 1 Pekurun”. Hasilnya ada pengaruh yang

signifikan menggunakan model pembelajaran talking stick terhadap hasil

belajar ranah kognitif siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Abung Pekurun

yaitu nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang diberikan model

pembelajaran talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol yang menggumakan model konvensional, dapat dilhat dari hasil

Page 17: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

25

rata-rata kelas eksperimen adalah 73.72 dan nilai rata-rata pada kelas

control adalah 62.44.

Hasil yang sama pula ditunjukkan pada jurnal Syamsuddin, Agus

Sastrawan, dan Suryadi Sowinangun Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Untan, pada tahun 2013. Dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasilnya Persentase hasil belajar

siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Sukadana yang mempunyai nilai

KKM. Pada mata pelajaran IPS Ekonomi sebelum menerapkan model

pembelajaran Talking Stick masih rendah. Dimana siswa yang tuntas

hanya 6 orang atau 38,10%, 2 Penerapan model pembelajaran Talking

Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B pada mata

pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana. Hal ini dapat dilihat

adanya peningkatan persentase ketuntasan pada siklus I dimana siswa

yang mencapai tuntas menccapai 15 orang atau 71,43%, 3. Setelah

penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS

Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana hasil belajar siswa dapat

meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada siklus

pertama persentase siswa yang tuntas 71,43% menungkat sebanyak

23,81% menjadi 95,24% pada siklus kedua. Jumlah siswa yang tuntas

pada siklus I sebanyak 15 orang siswa meningkat sebanyak 5 orang

siswa pada siklus II dan menjadi 20 orang, 1 orang yang tidak tuntas

Page 18: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

26

disebabkan faktor anak itu sendiri memang tidak semangat dalam

mengikuti belajar dan siswa yang pandai bisa berbagi pengetahuannya

dengan siswa yang kurang pandai. Di kedua penelitian tersebut, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dan pengolahan data yang sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin, dkk. serta dalam

menulis latar belakang dan mengolah data menggunakan metode yang

sama.

C. Kerangka Berfikir

Model Pembelajaran Awal

Siswa banyak yang tidakmemperhatiakan di kelas,ada yang tidur saat gurumenjelaskan materi didepan kelas, dan siswaasyik bermain denganteman sebangkunya.

Guru menggunakanmetode ceramah,belum ada kegiatandiskusi kelompok.

Dari 24 siswa 14siswa masih belummencapai nilai KKM.

Model Talking Stick

Page 19: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

27

ss

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari

materi lebih lanjut.

4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya,

siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.

5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan

kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6. Guru memberikan kesimpulan.

Bagian Kegiatan Pembelajaran

1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan

(lembar soal dan stick dari bambu).

3. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4 siswa yang dipilih melalui pengambilan permen secara acak secara

bergantian. Pengelompokan disesuaikan dengan jenis permen yang didapatkan

oleh masing-masing siswa.

4. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Talking

Stick.

5. Guru memutarkan musik, beriringan dengan berputarnya stick/tongkat.

6. Saat musik berhenti, bagi siswa yang memegang stick/tongkat akan diberikan

pertanyaan oleh guru. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab soal akan dibantu

oleh teman kelompoknya. Begitu seterusnya hingga sebagian besar siswa

mendapatkan pertannyan dari guru.

7. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi

tersebut.

Page 20: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

28

Berdasarkan kerangka berfikir dapat dijelaskan bahwa ketika guru

melakukan proses belajar mengajar belum menggunakan model

pembelajaran Talking Stick, tetapi masih menggunakan model ceramah

dan diskusi. Pada kondisi tersebut siswa belum berpartisipasi aktif di

dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang asyik bercerita dengan

teman sebangkunya, ada juga siswa yang tidur di kelas, dan ada siswa

yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Rata-rata klasikal pada

pra siklus yaitu 69, siswa yang belum tuntas ada 14 siswa dari 24 siswa.

Melihat kondisi tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran

Talking Stick dalam penelitian ini, agar meningkatkan hasil belajar siswa

sekaligus menjadikan siswa lebih aktif dan berpartisipasi selama proses

belajar mengajar berlangsung. Dengan menggunakan model

pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS, siswa SMP Negeri

7 Salatiga mengalami peningkatan khususnya kelas VIII H.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka

peneliti menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode pembelajaran Talking Stick diduga dapat

Dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPSsiswa SMP Negeri 7 Salatiga mengalami peningkatan.

Page 21: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

29

meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7

Salatiga Semester I Tahun 2015/2016 pada mata pelajaran IPS.

Page 22: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan

Oktober sampai November 2015. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan

dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran

2015/2016.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa

kelas VIII di SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 24 siswa yang terdiri

dari 15 siswa laki-laki dan 9 perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kurt

Lewin yang terdiri dari empat langkah, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

2. Aksi atau tindakan (Acting)

3. Observasi (Observing)

4. Refleksi (Reflecting)

SIKLUS I

1. Perencanaan (Planning) meliputi:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Page 23: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

31

b. Menyiapkan instrument (lembar pengamatan siswa)

c. Merancang format evakuasi (post test) dan kunci jawaban

d. Menyiapkan materipembelajaran dan media pembelajaran yang

diperlukan (kumpulan soal, aneka rasa permen(untuk pembagian

kelompok), dan stick/tongkat)

e. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 4 siswa yang telah dibagi secara acak melalui

pengambilan undian permen di dalam sebuah kotak.

2. Tahap Tindakan (Action) meliputi:

Kegiatan awal

a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk

undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam

pelaksanaan pembelajaran.

b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran

c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran

Talking stick

Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi Keunggulan Lokasi Terhadap

Kolonialisme melalui LCD, menunjukkan peta pelayaran bangsa-

bangsa Eropa dalam mencari rempah-rempah, memutarkan video,

menunjukkan berbagai foto tokoh-tokoh pelaut Eropa dan foto

berbagai jenis rempah-rempah.

Page 24: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

32

b. Guru melakukan tanya jawab, dan memberikan kesempatan siswa

untuk bertanya.

c. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di

dalam sebuah kotak.

d. Guru mengatur tempat duduk menjadi melingkar, dan memulai

memutarkan stick/tongkat.

e. Guru memberikan soal dan siswa menjawab

f. Guru membimbing dan memberikan penjelasan serta pengarahan

terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran.

g. Guru memberikan aplaus bagi siswa yang dapat menjawab soal

dengan benar

h. Stick terus berputar samapi sebagian besar siswa mendapatkan soal

dan menjawab

i. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar

pada materi tersebut

Kegiatan akhir

Siswa secara individu mengerjakan post test di akhir pembelajaran

3. Tahap Observasi (observation) meliputi:

a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan

aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick

pada mata pelajaran IPS.

Page 25: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

33

b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada

saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar

pengamatan siswa dan guru.

4. Tahap Refleksi (Reflection)

a. Siswa belum memanfaatkan waktu dengan tepat

b. Beberapa siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik

c. Beberapa siswa masih kurang percaya diri mengutarakan

jawabannya di depan kelas

d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang

kekurangan pembelajaran, untuk merencanakan perbaikan tindakan

pembelajaran pada siklus berikutnya.

Setelah mengetahui kekurangan pada siklus I, maka peneliti

mencoba mengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaan lebih efektif.

SIKLUS II

1. Tahap perencanaan (Planning) meliputi:

a. Identifikasi masalah berdasarkan refleksi pada siklus I

b. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c. Menyiapkan kembali instrument (lembar pengamatan siswa)

d. Merancang kembali format evaluasi

e. Menyiapkan kembali media pembelajaran yang diperlukan dalam

proses pembelajaran

Page 26: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

34

f. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar

siswa yang terdiri dari 4 siswa.

2. Tahap tindakan (acting) meliputi:

Kegiatan awal

a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk

undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam

pelaksanaan pembelajaran.

b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran

c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran

Talking stick

Kegiatan inti

a. Guru memberikan materi lanjutan

b. Guru menunjuk 6 siswa sebagai ketua, masing-masing ketua bebas

memilih anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok

terdiri dari 4 siswa.

c. Guru memberikan kesempatan siswa membaca ulang materi dalam

waktu 15 menit

d. Guru berkeliling, membimbing dan memberikan penjelasan kepada

siswa yang belum memahami pembelajaran.

e. Guru kembali mengatur kelas menjadi sebuah lingkaran dan

memainkan stick berjalan

Page 27: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

35

f. Guru memberikan reward berupa cokelat bagi siswa yang dapat

menjawab pertanyaan dengan benar

g. Permainan berlanjut hingga sebagian besar siswa mendapatkan

pertanyaan dan dapat menjawab

h. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar

pada materi tersebut.

Kegiatan akhir

Siswa secara individu mengerjakan post test diakhir pembelajaran.

3. Tahap observasi (Observing)

a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan

aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick

pada mata pelajaran IPS.

b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada

saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar

pengamatan siswa dan guru.

4. Tahap refleksi (Reflection)

a. Siswa sudah mengerti penerapan model Talking Stick, maka pada

siklus II ini siswa lebih aktif dan berpartisipasi di dalam proses

pembelajaran

b. Siswa lebih tertarik dan dapat memahami materi Keunggulan

Lokasi Terhadap Kolonialisme dengan baik

c. Siswa menggunakan waktu dengan cukup baik

Page 28: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

36

d. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar,

dan hanya beberapa siswa kurang tepat dalam menjawab, tetapi

temannya dapat membantu menjawab.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

tes, dan dokumentasi.

1. Tes

Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas

yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk

mengukur belajar siswa (Slameto, 1986: 34). Bentuk tes yang dipilih

untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk pilihan ganda dan

uraian.

2. Observasi

Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap

interprektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan

pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat

dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diamati adalah siswa

yang melakukan proses pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai

pelaksana PTK dan guru pamong atau mata pelajaran sebagai observer.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah

diperoleh dalam observasi dengan mencatat atau mengabadikan dengan

Page 29: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

37

menggunakan camera yang berupa foto pada saat proses pembelajaran.

Dokumen-dokumen tersebut berupa arsip perencanaan pelaksanaan

pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa yang dapat memberikan

informasi data serta dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi

pembelajaran IPS.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data tes belajar siswa dianalisis menggunakan cara

deskriptif komparatif. Klasifikasi hasil observasi siswa diambil secara

deskriptif kualitatif. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan teknik

deskriptif komparatif, yaitu mengolah data yang terkumpul mulai pra

siklus, siklus I. siklus II, kemudian membandingkannya, sehingga tampak

peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

F. Indikator Keberhasilan

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini

adalah hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kalsikal mencapai tujuh puluh

delapan (78 dan minimal 90% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil

belajar tuntas (KKM=71)). Tingkat keberhasilan pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran Talking Stick dikatakan berhasil.

Untuk menghitung presentase peningkatan hasil belajar dengan rumus :

Keterangan :

% = × 100

Page 30: BAB II Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9669/2/T1_152012010_BAB II.pdf · 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG

38

% = Presentase peningkatan hasil belajar

n = Jumlah siswa tuntas

N = Jumlah siswa keseluruhan

(Muh. Ali, 1993: 186)