bab ii ruang lingkup perlindungan hak privasi

39
11 BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI Manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara memiliki hak-hak yang harus diperoleh dan dipenuhi sejak manusia lahir bahkan sebelum manusia itu lahir, sehingga sifat dari hak adalah mutlak. Karena sifat mutlak dari hak maka sudah seharusnya hak ini dilindungi, terutama dibutuhkan peran aktif negara dalam melindungi hak masyarakatnya. Salah satu hak yang harus dilindungi adalah hak privasi. Hak privasi ini memberikan kebebasan dan keleluasaan bagi manusia untuk bergerak di daerah kehidupan pribadinya. Intervensi pemerintah yang begitu besar dalam kehidupan manusia terutama dalam ruang public (public sphere) membuat manusia tidak dapat bergerak bebas dan leluasa dalam kehidupan bermasyarakat. Yang tersisa hanya ruang privat bagi manusia untuk dapat bergerak bebas dan leluasa dalam memenuhi kebutuhan kehidupan pribadinya. Dari pernyataan di atas maka hak privasi menjadi penting karena hak privasi memberikan perlindungan terhadap ruang privat dari intervensi pemerintah. Sebelum membahas lebih lanjut tentang hak privasi, akan dijelaskan definisi privasi agar memiliki pemahaman yang lebih lengkap dan komprehensif. A. Pengertian Hak Privasi Hak privasi sebagai sesuatu yang mutlak dimiliki oleh individu manusia sebagai tuntutan akan pemenuhan kebutuhan serta kepentingan diri pribadi terhadap informasi tentang dirinya serta pembatasan akses terhadap

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

11

BAB II

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

Manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara memiliki hak-hak

yang harus diperoleh dan dipenuhi sejak manusia lahir bahkan sebelum manusia

itu lahir, sehingga sifat dari hak adalah mutlak. Karena sifat mutlak dari hak maka

sudah seharusnya hak ini dilindungi, terutama dibutuhkan peran aktif negara

dalam melindungi hak masyarakatnya. Salah satu hak yang harus dilindungi

adalah hak privasi. Hak privasi ini memberikan kebebasan dan keleluasaan bagi

manusia untuk bergerak di daerah kehidupan pribadinya.

Intervensi pemerintah yang begitu besar dalam kehidupan manusia terutama

dalam ruang public (public sphere) membuat manusia tidak dapat bergerak bebas

dan leluasa dalam kehidupan bermasyarakat. Yang tersisa hanya ruang privat bagi

manusia untuk dapat bergerak bebas dan leluasa dalam memenuhi kebutuhan

kehidupan pribadinya.

Dari pernyataan di atas maka hak privasi menjadi penting karena hak privasi

memberikan perlindungan terhadap ruang privat dari intervensi pemerintah.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang hak privasi, akan dijelaskan definisi

privasi agar memiliki pemahaman yang lebih lengkap dan komprehensif.

A. Pengertian Hak Privasi

Hak privasi sebagai sesuatu yang mutlak dimiliki oleh individu

manusia sebagai tuntutan akan pemenuhan kebutuhan serta kepentingan diri

pribadi terhadap informasi tentang dirinya serta pembatasan akses terhadap

Page 2: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

12

informasi pribadi. Hak privasi juga dapat didefinisikan sebagai

pengendalian terhadap informasi diri pribadi serta sebagai hak untuk

menetukan kapan, bagaimana, dan untuk apa informasi mengenai dirinya

dapat dipublikasikan atau diketahui oleh orang lain. Dari penjelasan tersebut

maka hak privasi sebagai jaminan perlindungan terhadap informasi individu

manusia dari intervensi individu lain maupun pemerintah.

Definisi di atas diperkuat oleh literature-literatur hukum serta

pendapat-pendapat para ahli hukum maupun putusan pengadilan yang

secara konseptual juga memberikan definisi serta pengertian terhadap hak

privasi, sebagaimana telah dijabarkan di bawah ini.

Black‟s Law Dictionary,mendefinisikan hak privasi (right of privacy)

sebagai “the right to personal autonomy”.1 Yang dimaksud dengan

autonomy pada pengertian di atas adalah autonomy yang berkaitan dengan

privasi (privacy) atau autonomy privacy, makna dari autonomy privacy

adalah “An individual‟s right to control his or her personal activities or

intimate personal decisions without outside interference, observation, or

intrusion”.2

Penjelasan yang diberikan oleh black‟s law dictionary cukup

memberikan pengertian serta pemahaman yang jelas bahwa hak privasi

sebagai pengendalian terhadap aktivitas kehidupan pribadi seseorang.

Definisi yang diberikan black‟s law dictioary senada dengan How Wang

1Bryan AGarner,ed.,Black‟s Law Dictionary, St. Paul-Minn.:West Co., 1999, h.

2Ibid.,h. 1315.

Page 3: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

13

yang memaknai hak privasi sebagai ”control over something”.3

Sebagaimana arti sebuah hak yaitu sesuatu yang mutlak menjadi miliki

seseorang dan penggunaannya tergantung kepada orang itu sendiri. Dari

pengertian hak tersebut memiliki makna bahwa setiap individu memiliki

kemandirian dalam memenuhi segala sesuatu yang mutlak menjadi

miliknya. Salah satu kemandirian yang telah didefinisikan oleh black‟s law

dictionary dan How Wang yaitu dalam mengatur segala aktivitas pribadinya

serta segala keputusan untuk dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain.

Sehingga dari definisi yang diberikan black‟s law dictionary dan How

Wang memberikan pengertian bahwa hak privasi memberikan kebebasan

kepada individu untuk mengatur aktivitas pribadinya tanpa intervensi atau

diketahui oleh orang lain.

Kemudian definisi yang populer dari para ahli, yang menjadi dasar

pemahaman mengenai privasi di seluruh dunia yaitu definisi yang diberikan

oleh Alan Westin (1967), yang mendefinisikan privasi sebagai;

“the claim of individuals, groups, or institutions to

determine for themselves when, how, and to what extent

information about them is communicated to others.”4

Definisi yang diberikan Westin mengenai privasi dapat dipahami juga

sebagai suatu hak individu untuk menuntut dan menentukan kapan

informasi tentang dirinya boleh diketahui oleh oranglain. Definisi ini

menunjukan bahwa hak privasi sebagai kekuasaan terbesar yang dimiliki

individu untuk menentukan kapan, bagaimana dan utuk apa informasi

3 Hao Wang, ProtectingPrivacy in China, Springer, New York, 2011, h. 3.

4Westin AF, Privacy and Freedom, Atheneum, New York, 1967, h. 7.

Page 4: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

14

tentang dirinya boleh dipublikasikan kepada orang lain atau diketahui orang

lain. Karena sifat privasi sebagai sesuatu yang mutlak dimiliki individu

maka setiap individu memiliki kemampuan (ability) untuk menetukan

kapan, bagaimana, dan untuk apa informasi mengenai dirinya boleh

diketahui oleh orang lain. Sehingga Westin memberikan definisi kedua yang

menyatakan “Privacy as the ability to “determine for themselves when, how,

and to what extent information about them is communicated to others.”5

Dari definisi yang diberikan oleh Westin dapat dipahami bahwa hak privasi

memberikan kemampuan (ability) kepada individu untuk menuntut (claim)

terhadap informasi mengenai diri pribadinya untuk diketahu oleh orang lain.

Kemudian menurut Supreme Court Amerika menyatakan bahwa

privasi merupakan ;

“right to control the dissemination of personal

information, especially one‟s identity, and toa lesser

extent, as a right to limit access to one‟s self”.6

Definisi yang diberikan oleh Suprem Court Amerika memberikan

pandangan bahwa memang privasi merupakan hak bagi individu manusia

terutama hak untuk mengkontrol/mengatur penyebaran informasi pribadi

bukan hanya itu saja tetapi privasi juga sebagai hak pembatasan akses

terhadap diri pribadi individu. Sehingga dari deifinisi ini dapat dikatakan

bahwa hak privacy adalah hak untuk mengatur penyebaran mengenai

informasi diri pribadi individu serta sebagai hak pembatasan. Karena privasi

5Ibid.

6Martin Khun, Federal DataveillanceImplications for Constitutional PrivacyProtections,

LFB Scholarly Publishing LLC, New York, 2007, h. 51.

Page 5: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

15

berkaitan erat dengan kerahasian informasi pribadi seseorang yang apabila

informasi tersebut disebarluaskan atau mengalami intervensi maka akan

merugikan individu manusia serta dapat merusak martabat serta nama baik

individu.

Begitu juga dengan putusan pengadilan dalam kasus Talley v

California yang memberikan konsep mengenai privacy sebagai

“a right to limit access to self through a right to control

access to personal information, and this privacy

interest is increasingly heightened as the immediate

threat of harm increases”.7

Definisi yang diberikan dalam putusan pengadilan ini menunjukan

adanya keterkaitan antara right to limit access dengan right to control acces

dalam intervensi terhadap personal information. Sehingga ketika adanya

pembatasan terhadap akses informasi mengenai individu maka disitu ada

hak individu untuk mengatur informasi mengenai diri pribadinya. Definisi

yang diberikan oleh putusan pengadilan dalam kasus Talley v California

menjadi fokus dalam penulisan ini karena hak privasi memberikan jaminan

terhadap personal information terutama memberikan hak kepada individu

untuk membatasi akses mengenai segala aktivitas pribadinya yang dapat

mengganggu rasa aman dan kenyamanan dalam melaksanakan aktivitas

dalam ruang privat individu tersebut.

7Ibid., h. 58.

Page 6: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

16

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, hanya UU ITE

memberikan definisi terkait hak privasi, terdapat 3 definisi dalam penjelasan

pasal 31 UU ITE yaitu;

a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati

kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam

gangguan.

b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat

berkomunikasi dengan orang lain tanpa tindakan

memata-matai.

c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi

akses informasi tentang kehidupan pribadi dan

data seseorang.

Dari tiga definisi yang diberikan oleh UU ITE menjadi definisi yang

spesifik mengenai hak privasi. UU ITE menyatakan bahwa hak privasi

adalah kebebasan individu dalam menikmati kehidupan pribadinya, tidak

dimata-matai dalam melakukan hubungan komunikasi, dan pengawasan

oleh individu terhadap informasi pribadinya. Sehingga definisi yang

diberikan oleh UU ITE juga menjadi fokus dalam penulisan ini.

B. Ruang Lingkup Hak Privasi

Pembahasan definisi-definisi pada sub bab sebelumnya belum secara

konkret menjelaskan mengenai ruang lingkup dari hak privasi. Dengan

demikian maka pertanyaan dalam sub bab ini adalah : apa saja yang masuk

ke dalam hak privasi ? dan hal/kegiatan konkret apa yang dilindungi oleh

hak privasi ?. Dengan kata lain sub bab ini akan membahas tentang obyek

dari hak privasi. Definisi mengenai hak privasi masih kabur apabila

dikaitkan dengan ruang lingkup hak privasi. Sehingga dalam sub-bab ini

penulis akan membahas secara lebih komprehensif mengenai ruang lingkup

Page 7: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

17

hak privasi. Diharapkan dengan pembahasan yang komprehensif mengenai

ruang lingkup hak privasi maka fokus pemahaman mengenai ruang lingkup

hak privasi akan lebih jelas dan menjawab pertanyaan di atas.

1. Ruang Lingkup Hak Privasi Secara Umum

Hak privasi memberikan perlindungan terhadap ruang privat

(private sphere) manusia.8 Ruang privat (private sphere) ini adalah

wilayah eksklusif dalam diri pribadi individu manusia yang

memberikan batasan terhadap intervensi dimana jika dimasuki akan

mengganggu rasa aman dan nyaman bagi individu tersebut. Sehingga

individu tersebut tidak dapat bergerak bebas serta leluasa dalam

memenuhi atau menjaga segala sesuatu yang dianggapnya rahasia.

Penjelasan tersebut senada dengan pendapat Scoglio yang menyatakan

bahwa

“but privatism, the upholding of a private sphere inside

which individuals are supposed to be free to do

whatever they want, even that which is unethical and

socially or self-destructive (what is truly unethical is

always destructive), as longas their actions do not

harm the equal arbitrary liberty of others”.9

Kemudian Bervely, Ohly, dan Lucas memberikan pengertian

mengenai ruang privat (privat sphere) sebagai “primafacie protected

against intrusion, information concerning the individual sphere may

be published if the public interest in free speech and information

8Huw Brevely Smith, Ansgar Ohly, Agnes Lucas Schloetter., Privacy, Property, and

Peronality Civil Law Perspectives on Commercial Appropriation, Cambridge University Press,

2005, h. 115., Kajian yang dilakukan oleh Beverly, Ohly, dan Lucas terhadap BVerfGE 54, 148 –

Eppler; BVerfGE 80, 376 – Tagebuch II; BGH GRUR 1987, 464. 9Stefano Scoglio,Transforming Privacy, Praeger Publishers, London, 1998, h. 29.

Page 8: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

18

carries more weight than the privacy interest”.10

Pengertian yang

diberikan oleh Bervely, Ohly, dan Lucas yaitu bahwa ruang privat

(privat sphere) memberikan perlindungan dari acaman terhadap

informasi pribadi, terutama ketika informasi pribadi yang berada

dalam ruang individu (individual sphere) mungkin dipublikasikan jika

public interest berada pada free speech. Begitu juga ketika informasi

pribadi yang dimiliki oleh publik lebih besar daripada privacy interest.

Untuk dapat memperjelas ruang lingkup hak privasi secara

umum, maka terdapat tiga konsep utama mengenai privasi, ketiga

konsep tersebut yaitu ;11

1. Privasi Sebagai Ruang (Privacy as Space).

Konsep yang paling jelas untuk memahami Privacy

as Space, adalah konsep yang diberikan oleh Fourth

Amendment ;

“The most common example of this

conceptualization is the Fourth

Amendment. Ratified in 1791 in the

tradition of “a man‟s house is his castle,”

the Fourth Amendment protected the right

of the people to be secure in their “persons,

houses, papers, and effects.”12

Penjelasan yang dimaksud oleh Fourth Amendment

dengan Pirvacy as Space yaitu bahwa privasi memberikan

perlindungan terhadap hak yang dimiliki seseorang.

Perlindungan tersebut ditujukan terhadap suatu ruang yang

10

Huw Brevely Smith, Ansgar Ohly, Agnes Lucas Schloetter., Loc Cit., 11

Marthin Kuhn, Op cit., h. 12. 12

Ibid.

Page 9: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

19

merupakan hak pribadi setiap orang. Ruang yang

dimaksud Fourth Amendment di sini yaitu “persons,

houses, papers, and effects”.

2. Privasi Sebagai Kerahasiaan (Privacy as Secrecy).13

Menurut Daniel Solovo konsep privacy as secrecy

timbul dari definisi private space sebagai “secrecy

paradigm” 14

. Secrecy paradigm muncul “when society

needed access to personal information in order to

function, and this need conflicted with individual privacy

rights in personal information”.15

Solove juga

mendeskripsikan informasi berdasarkan secrecy paradigm

dengan pernyataan seperti ini ;

“Privacy is invadedby uncovering one‟s

hidden world, by surveillance, and by the

disclosure of concealed information . . . If

the information isn‟tsecret, then courts

often conclude that the information can‟t

beprivate”.16

Penjelasan yang dimaksud Solove dengan Privacy

as Secrecy yaitu bahwa privasi memberikan batasan

13

Lihat The Law Reform CommissionOf Hong Kong, Consultation Paper OnCivil

Liability For Invasion Of Privacy, h. 8., Dalam Consultation Paper ini memberikan penjelasan

juga mengenai secrecy. Bahwa secrecy sebagai batasan-batasan yang diketahui oleh individu.

Berikut penjelasan mengenai secrecy menurut Consultation Paper OnCivil Liability For Invasion

Of Privacy; “A person canbe said to have lost privacy if he is unable to control the release oruse

of information about himself which is not available in the publicdomain. In general, the more

people know about the information, thegreater the loss of privacy suffered by the individual to

whom theinformation relates”., lihat juga Ruth Gavison, Privacy and Limits of Law, The Yale

Law Journal Company, 1980, h. 428. 14

Martin Khun,Op cit, h. 16. 15

Ibid, h. 17. 16

Ibid.,h. 16.

Page 10: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

20

terhadap masyarakat umum untuk memiliki akses terhadap

informasi pribadi seseorang serta membatasi masyarakat

umum yang bertujuan untuk menggunaka informasi

pribadi tersebut. Jika masyarakat umum dapat memiliki

akses terhadap informasi pribadi maka akan menimbulkan

pertentangan dengan hak privasi seseorang yang terdapat

dalam informasi pribadi.

Kemudian Hidden world yang dimaksud oleh

Solove adalah kerahasiaan (secrecy), karena rahasia

sehingga Solove mengartikan sebuah kerahasiaan sebagai

dunia yang tersembunyi (hidden world). Dari pernyataan

Solove tersebut dapat kita pahami bahwa informasi diri

pribadi berkaitan erat dengan kerahasiaan dan privasi itu

sendiri memberikan perlindungan terhadap kerahasian

informasi pribadi seseorang.

3. Privasi sebagai pengaturan informasi (Privacy as

Information Control).

Menurut Schwartz definisi privacy as information

control yaitu ;

“They are, first, the notion that the term

“privacy” means control (or rights of

control) over the use of personal data or

information; second, the notion that the

expression “right to privacy” means the

right or claim to control the use of personal

data or information; and, third, the notion

Page 11: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

21

that the central aim of privacy regulation

should be promoting individuals‟ control

(or rights of control) over personal data or

information.”17

Penjelasan yang dimaksud oleh Schwartz dengan

Privacy as Information Control yaitu bahwa hak privasi

memberikan perlindungan terhadap data atau informasi

pribadi seseorang. Sehingga dengan adanya perlindungan

terhadap data atau informasi pribadi, setiap individu

manusia memiliki hak untuk mengatur penggunaan

informasi atau data pribadi yang dimilikinya.

Perlindungan terhadap data atau informasi tersebut, juga

memberikan hak untuk menuntut terhadap penggunanaan

data atau informasi tentang diri pribadi manusia.

Kemudian menurut Rusel Brown, hak atas privasi

sebagai hak yang lahir akibat adanya hak atas milik

pribadi terhadap suatu sumber daya tertentu.18

Pernyataan

ini memberikan pemahaman bahwa hak privasi

memberikan perlindungan terhadap segala sesuatu yang

diklaim oleh individu sebagai milik dirinya sendiri.

Sebagai contoh ketika seseorang memiliki sebuah hand

phone maka individu tersebut memiliki hak untuk bebas

mempergunakan hand phone tersebut terhadap

17

Ibid.,h. 20. 18

Russel Brown, “Rethinking Privacy”, Alberta Law Review, Vol. 43 No. 589, 2006, h.

592.

Page 12: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

22

kepentingan pribadinya dan bebas membatasi seseorang

untuk mengetahui informasi yang ada di dalam hand

phone tersebut. Berbeda ketika individu tersebut

menggunakan hand phone untuk melakukan tindak

kejahatan maka fungsi dari hand phone tersebut sudah

tidak diartikan untuk kepentingan pribadi.

Sehingga hak privasi terbentuk akibat adanya klaim

kepemilikan akan sesuatu yang dianggap oleh individu

sebagai pembatasan terhadap intervensi orang lain.Yang

dimaksud sesuatu disini adalah wilayah-wilayah yang

dibatasi oleh individu untuk diketahui oleh orang lain.

Seperti rumah, individu akan membatasi individu lain

untuk memasuki rumahnya tanpa izin atau sepengetahuan

pemilik rumah tersebut dan apabila dimasuki secara paksa

akan mengganggu kenyamanan dan keamanan individu

yang memiliki rumah tersebut. Hak privasi juga terbentuk

akibat adanya kepentingan-kepentingan yang sifatnya

rahasia. Seperti individu yang memiliki perusahaan, maka

individu tersebut akan membatasi seseorang untuk

mengetahui informasi-informasi mengenai prusahaanya

baik dalam hubungan telekomunikasi maupun dalam

bahan-bahan produk yang digunakan. Apabila

kepentingan-kepentingan yang sifatnya rahasia ini diusik

Page 13: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

23

maka akan terjadi kerugian yang dialami oleh individu

tersebut.

2. Kerahasiaan Hubungan Komunikasi Pribadi Sebagai Hak Privasi

Dari semua penjelasan di atas maka dapat kita persempit ruang

lingkup mengenai hak privasi yang sesuai dengan pembahasan dalam

penulisan ini yaitu hak privasi dalam ruang lingkup kerahasian

hubungan komunikasi yang dilakukan oleh individu dengan individu

lain. Pemahaman serta penjelasan-penjelasan mengenai ruang lingkup

hak privasi di atas dapat kita tarik untuk membentuk suatu konsep dan

ruang lingkup yang lebih spesifik bahwa hak privasi juga memberikan

jaminan terhadap kerahasiaan hubungan komunikasi seseorang dengan

orang lain, dengan menggunakan alat komunikasi baik itu

menggunakan telepon, hp, atau teknologi elektronik lainya, yang

dapat digunakan untuk komunikasi. Jaminan tersebut diberikan oleh

hak privasi karena kerahasiaan hubungan komunikasi pribadi masuk

ke dalam ruang privat (privat sphere).

Individu dalam melakukan suatu hubungan komunikasi dengan

individu lainnya secara langsung akan menciptakan suatu ruang yang

membatasi individu lain untuk dapat mengintervensi atau mengetahui

apa yang sedang dibicarakan dalam hubungan komunikasi yang

dilakukan oleh individu tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Fourth

Amendment bahwa privasi sebagai ruang (privacy as space), privasi

memberikan jaminan kepada individu untuk membatasi individu lain

Page 14: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

24

untuk dapat mengintervensi ruang kehidupan privasinya, begitu juga

ketika individu melakukan suatu hubungan komunikasi maka individu

yang berada diluar ruang kehidupan privasinya tidak boleh masuk

secara bebas tanpa sepengetahuan individu tersebut.

Kemudian privasi sebagai ruang (privacy as space) merupakan

bagian dalam privat interest yang merupakan cakupan dari ruang

privat (privat sphere), hal ini dikarenakan privacy interest mencakup “

the interest in controlling entry to the “personal space” or “territorial

privacy” dan “the interest of the person in controlling the information held

by others about him, „information privacy“.19

Sehingga ketika individu

melakukan suatu hubungan komunikasi maka terdapat ruang yang

membatasi orang lain untuk masuk mengintervensi ke dalam ruang

tersebut. Ruang tersebut muncul akibat adanya privacy sebagai ruang

(privacy as space), yang memberikan perlindungan ketika seseorang

melakukan hubungan komunikasi. Perlindungan tersebut muncul

akibat privacy sebagai ruang (privacy as space) merupakan cakupan

dari privacy interest. Privacy interest tersebut menjadi bagian dalam

ruang privat (privat sphere) yang dilindungi oleh hak privasi,

sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab di atas. Dari penjelasan

19

Privacy as Space berkaitan dengan personal space dan territorial privacy, Personal

space menjadi salah satu ruang lingkup dalam hak privasi karena menjadi bagian dalam privacy

interests.Lihat Australia Law Reform Commission, Privacy, Publishing Service, Canberra, 1983, h.

1. Dalam Australia Law Reform Commission menjelaskan bahwa privacy interests mencakup

dalam hal ;

1. the interest in controlling entry to the „personal space‟ or „territorial privacy‟;

2. the interest in freedom from interference with one‟s person and „personal space‟

or„privacy ofthe person‟; and

3. the interest of the person in controlling the information held by others about him,

„informationprivacy‟.

Page 15: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

25

tersebut maka kerahasiaan hubungan komunikasi dapat menjadi

bagian dalam wadah ruang privat (privat sphere), karena ruang yang

muncul ketika seseorang melakukan hubungan komunikasi

memberikan perlindungan terhadap kerahasian hubungan komunikasi.

Sebagaimana juga dinyatakan oleh Peter Marzuki, guru besar

ilmu hukum di Universitas Airlangga, dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Hukum, bahwa hak atas privacy meliputi kesendirian

seseorang, komunikasi yang dilakukan oleh seseorang, data seseorang,

dan personal seseorang.20

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa

komunikasi yang dilakukan seseorang merupakan ruang lingkup dari

hak privasi. Pernyataan ini muncul akibat dari kekhawatiran akan

perkembangan teknologi yang mampu mengakses data maupun

informasi pribadi milik seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut.

Perkembangan teknologi yang kian mengkhawatirkan bagi

perlindungan hak privasi disebabkan oleh semakin banyak teknologi

yang dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi milik pribadi,

hal ini menjadikan hubungan komunikasi yang dilakukan oleh

seseorang menjadi ruang lingkup hak privasi.

Kemudian ketika individu melakukan suatu komunikasi maka

terdapat informasi atau data yang disampaikan di dalamnya. Informasi

tersebut bagi individu yang melakukan komunikasi sebagai klaim

kepemilikan atas informasi yang telah ia sampaikan, dan juga individu

tersebut memiliki hak untuk mengkontrol informasi atau data tersebut

20

Peter Mahmud Marzuki, Op cit, 2009, h. 206.

Page 16: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

26

boleh diketahui oleh siapa saja. Pernyataan ini senada dengan yang

sudah disampaikan oleh Schwartz dan Rusel Brown. Schwartz

menyatakan bahwa privasi sebagai kontrol informasi (privacy as

information control), ketika individu melakukan suatu komunikasi

maka informasi yang tersampaikan melalui komunikasi tersebut

menjadi hak individu untuk mengatur informasi tersebut, untuk apa,

bagaimana, dan siapa yang boleh mengetahuinya. Kemudian Rusel

Brown menyatakan bahwa privacy muncul atas klaim kepemilikan

akan sesuatu, maka ketika komunikasi dilakukan oleh seseorang

terdapat informasi di dalamnya dan informasi tersebut merupakan

klaim atas kepemilikan terhadap informasi tersebut.

Kerahasiaan hubungan komunikasi menjadi sangat jelas dapat

masuk ke wadah ruang privat (privat sphere) yaitu ketika privasi

sebagai kontrol informasi (privacy as control information) menjadi

bagian dan sebagai support terhadap privacy interest.21

Salah satu

support privasi sebagai kontrol informasi (privacy as information

control) terhadap privacy interest yang dapat menjelaskan bahwa

kerahasiaan hubungan komunikasi pribadi sebagai bagian dalam

21

Lihat The Law Reform Commission Of Hong Kong, Civil Liability For Invasion Of

Privacy, h. 10.,Privacy as Information Control berkaitan dengan personal information yang

menjadi support terhadap privacy interests. Berikut segala bentuk support yang diberikan personal

information terhadap privacy interests;

1. It helps us to forge and conduct personal and social relationships.

2. It protects individual choice by preventing a person from being divertedfrom his

chosen path lest others would be offended or might try to bringpressure to bear on

him if his choice is made known to others.

3. It enables family life to flourish in a secure home.

4. It protects the privacy and freedom of private communications.

5. It enables people to indulge their personal preferences in sex, play,reading matter,

religious worship, food or dress, in settings where they arenot visible to others.

6. It enables sheltered experimentation and testing of ideas without fear ofridicule or

penalty.

Page 17: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

27

wadah ruang privat (privat sphere). Privasi sebagai kontrol informasi

(privacy as information control) memberikan support terhadap

privacy interest dalam hal “ It protects the privacy and freedom of

private communications ”.22

Dari penjelasan tersebut maka terlihat

jelas bahwa privasi sebagai kontrol informasi (privacy as information

control) dapat membuktikan bahwa kerahasiaan hubungan komunikasi

pribadi dapat masuk ke dalam wadah ruang privat (privat sphere)

yang dilindungi oleh hak privasi.

Sehingga komunikasi yang dilakukan oleh seseorang melalui

alat komunikasi baik itu telephon, hp, internet, maupun alat

komunikasi lainnya merupakan ruang lingkup dari hak privasi yang

masuk ke dalam ruang privat (private sphere). Karena ketika

seseorang melakukan hubungan komunikasi di dalamnya terdapat

klaim akan kepemilikan informasi yang disampaikan, control terhadap

infromasi tersebut, terciptanya suatu ruang, serta adanya kerahasian

dalam informasi tersebut. Semua itu adalah harapan yang masuk akal

(reasonable expectation) akan privacy.

Kerahasiaan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang masuk

ke dalam ruang lingkup hak privasi karena memenuhi setiap unsur

dalam konsep ruang lingkup hak privasi yaitu; Privacy as Space,

artiya bahwa ketika seseorang telah melakukan hubungan komunikasi

maka akan terbentuk suatu ruang yang membatasi seseorang untuk

mengetahui informasi yang sedang di bicarakan. Privacy as

22Ibid.

Page 18: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

28

Information Control, artinya bahwa ketika seseorang melakukan

hubungan komunikasi maka terdapat informasi yang di sampaikan

melalui komunikasi tersebut dan orang tersebut berhak untuk

mengatur kapan, bagaimana, dan untuk apa orang lain menggunakan

informasi yang sedang dibicarakan dan membetasi seseorang untuk

mengetahui informasi yang sedang dibicarakan. Privacy as secrecy,

artinya bahwa ketika seseorang melakukan hubungan komunikasi

maka informasi yang tersampaikan melalui komunikasi tersebut

merupakan kerahasiaan, karena iformasi berkaitan erat dengan

kerahasiaan. Privacy memberikan perlindungan terhadap kerahasiaan

informasi pribadi terutama dalam melakukan hubungan komunikasi,

privacy memberikan perlindungan terhadap kerahasiaan dalam

komunikasi tersebut.

Kerahasian hubungan komunikasi dapat masuk ke dalam wadah

ruang privat (privat sphere) yang dilindungi oleh hak privasi karena

kedua konsep di atas yaitu privasi sebagai ruang (privacy as space)

dan privasi sebagai kontrol informasi (privacy as control information)

merupakan bagian dalam privacy interest. Privacy interest merupakan

bagian yang dilindungi oleh ruang privat (private sphere) karena

privacy interest mencakup “privacy and freedom of private

communications “, “ personal space”. or “territorial privacy “, dan

“controlling the information held by others”“(information privacy)”.

Dari penjelasan tersebut maka kegiatan konkret yang menjadi bagian

dalam ruang privat (private sphere) yaitu “secret photographing,

Page 19: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

29

surveillance by microphone or camera, telephone-tapping and the

like. A person‟s private sphere is also protected against nuisance and

disturbance by others”.23

Dari penjelasan di atas maka kerahasiaan komunikasi

pribadi merupakan bagian dalam wadah ruang lingkup hak privasi

yang dilindungi oleh HAM. Kerahasiaan komunikasi pribadi

memenuhi unsur-unsur yang termasuk kedalam ruang lingkup hak

privasi dan merupakan cakupan dari privacy interest, privat sphere,

dan hak privasi. Sehingga kerahasian komunikasi pribadi merupakan

bagian dari hak privasi yang dilindungi dan diakui oleh HAM.

C. Hak Privasi Sebagai HAM

1. Karakteristik Hak Privasi Sebagai HAM

Secara etimologis, hak asasi manusia terbentuk dari tiga suku

kata yaitu hak, asasi, dan manusia. Kata hak dan asasi diambil dari

bahasa Arab yaitu haqq yang memiliki arti kewenangan atau

kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.24

Adapun kata asasi berasal dari kata asasiy yang berasal dari kata assa,

yaussu, asasaan artinya membangun, mendirikan, dan meletakan.

Kata asas adalah bentuk tunggal dari kata usus yang berarti asal,

esensial, asas, pangkal, dasar dari segala sesuatu. Dengan demikian,

23

Smith Huw Beverly, Ansgar Ohly, Schloetter Agnes Lucas., Loc Cit., 24

Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM; Mengurai Hak Eonomi, Sosial, dan Budaya,

Raja Grafindo Persada, Depok, 2013, h. 17.

Page 20: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

30

kata asasi diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia yang berarti bersifat

dasar atau pokok.25

Sehingga dalam Bahasa Indonesia, HAM dapat diartikan

sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia.26

Munculnya istilah

HAM itu sendiri merupakan produk sejarah. Istilah HAM pada

awalnya adalah keinginan dan tekad manusia untuk diakui dan

dilindungi dengan baik. Para pengkaji HAM mencatat bahwa

kelahiran wacana HAM adalah sebagai reaksi atas tindakan despotik

yang diperankan oleh penguasa.27

Daripada itu kemunculan HAM

berupaya membatasi peran penguasa yang sewenang-wenang terhadap

masyarakatnya. Terutama kesewenang-wenangan negara terhadap hak

privasi manusia.

Hak privasi merupakan suatu hak yang berkaitan erat dengan

individual interests. Dengan adanya individual interests, individu

manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan ruang

privatnya (personal sphere/ private sphere) untuk bebas dari

gangguan pihak yang berada di luar ruang privatnya (personal

sphere/privat sphere). Pernyataan ini senada dengan Hao Wang yag

menyatakan bahwa “However, the preceding discussion on different

views of the meaning of privacy has clearly illustrated that privacy

consists of a number of related individual interests that individuals

have in keeping the personal sphere free from interference from

25

Ibid. 26

Ibid. 27

Ibid.

Page 21: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

31

others”.28

Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan juga bahwa

hak privasi mendasari individual interests secara mandiri, artinya

bahwa hak privasi memegang peran utama dalam memberikan

perlindungan terhadap individual interest.29

Kemudian karakteristik hak privasi menurut Prof. Wang Liming,

bahwa“the right to privacy is a right of personality, enjoyed by a

natural person, under which he can dispose of all personal

information, private activities, and private areas which belong only to

the person and have no relation to public interest”.30

Pemahaman

yang diberikan Prof. Wang Liming mengartikan bahwa karakteristik

hak privasi yang dapat diartikan juga sebagai hak pribadi (right of

personality) yang memberikan kenyamanan kepada individu untuk

menjadi pribadi yang utuh dalam memenuhi informasi pribadinya,

aktivitas pribadinya, wilayah yang dianggap hanya boleh dimasuki

oleh individu yang dianggap boleh untuk memasuki wilayah privatnya

dan tidak perlu adanya hubungan terhadap ruang publik. Dari

penjelasan tersebut maka karakteristik hak privasi adalah memberikan

suatu kebebasan kepada individu untuk dapat memenuhi segala

kebutuhan kehidupan pribadinya tanpa ada campur tangan pihak lain.

Sama halnya dengan pendapat Prof. Yang Lixin yang

menyatakan bahwa “the right to privacy is a right of publicity, enjoyed

by natural persons only, under which they can dominate their

28Hao Wang,Op Cit., h. 6.

29Pernyataan ini juga disampaikan oleh Hao Wang bahwa “In order words, it is a right

and this right to privacy is underpinned by a series of independent individual interests”, Ibid.

30

Hao Wang, Op Cit, h. 44.

Page 22: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

32

personal information, private spaces, and private

activities.”31

Penjelasan yang diberikan oleh Prof. Yang Lixin

memberikan pemahaman bahwa karakteristik hak privasi sebagai hak

publisitas (right of publicity) yang memberikan kebebasan kepada

individu untuk membatasi publikasi mengenai informasi tentang

dirinya, aktivitas pribadinya, maupun ruang kehidupan pribadinya.

Dengan adanya karakteristik hak privasi sebagai hak publisitas

memberikan kemampuan kepada individu untuk mendominasi

terhadap informasi mengenai diri pribadi individu tersebut, ruang

kehidupan pribadiya, dan mengenai aktivitas kehidupan pribadinya.

Dari penjelasan di atas baik itu pendapat dari How Wang, Prof.

Wang Limin, dan Prof. Yang Lixin memberikan pengertian bahwa

pentingnya meletakkan hak privasi ke dalam HAM. Begitu besarya

peran hak privasi dalam memberikan perlindungan dan kebebasan

bagi individu untuk dapat bebas memenuhi kebutuhan kehidupan

privasinya, terutma karena karakteristik hak privasi yang berkaitan

erat dengan individu interests dan karakteristik hak privasi sebagai

right of personal serta right of publicity yang memberikan kebebasan

kepada individu manusia untuk dapat bebas memenuhi kebutuhan

kehidupan pribadinya baik itu dalam hal informasi pribadi, aktivitas

kehidupan pribadi individu, dan ruang kehidupan pribadi manusia.

Dengan meletakkan hak privasi sebagai bagaian dalam HAM

31Ibid.,h. 43-44.

Page 23: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

33

memberikan perlindungan terhadap kehidupan pribadi individu

manusia.

Karakteristik hak privasi selanjutnya adalah sifat hak privasi

yang saling melengkapi (indivisibility) dan saling bergantungan

(interdependent), serta dalam penerapannya harus secara adil baik

terhadap individu maupun terhadap suatu kelompok. Sifat ini

merupakan sifat mendasar dari setiap HAM. Hubungan setiap hak

yang berbeda-beda sangatlah kompleks dan dalam prakteknya tidak

selalu saling menguatkan atau saling mendukung. Sebagai contoh, hak

politik, seperti hak untuk menjadi pejabat publik, tidak dapat dicapai

tanpa terlebih dahulu terpenuhinya kepentingan sosial dan budaya,

seperti tersedianya sarana pendidikan yang layak.

Sama halnya dengan hak privasi yang memiliki relasi yang kuat

dengan hak-hak lainnya yang melekat pada individu manusia.

Kekhususan hak privasi sebagai hak yang melindungi ruang privat

manusia (private sphere). Seperti yang sudah di jelaskan di atas

bahwa salah satu ruang lingkup hak privasi yaitu, hak untuk bebas

berkomunikasi yang secara eksplisit diatur dalam Pasal 32 UU No 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 40 UU No 36 Tahun

1999 tentang Telekomunikasi, dan Pasal 31 ayat (1) UU No. 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Relasi lainya yang dimiliki oleh hak privasi adalah relasi

terhadap hak atas rasa aman bertempat tinggal yang secara eksplisit

diatur dalam Pasal 31 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Page 24: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

34

Manusia yang menyatakan “tempat kediaman siapapun tidak boleh

diganggu”, kemudian dijelaskan pada penjelasan Pasal 31 “Yang

dimaksud dengan “tidak boleh diganggu” adalah hal yang berkaitan

dengan kehidupan pribadi (privacy) di dalam tempat kediamannya”.

Dari penjelasan tersebut maka hak privasi berkaitan dan memiliki

hubungan dengan hak-hak lainnya terutama yang berkaitan erat

dengan aktivitas pribadi manusia atau di dalam ruang privat (privat

sphere).

Karena begitu besar relasi yang dimiliki hak privasi terhadap

hak-hak yang melekat pada diri pribadi manusia menjadikan hak

privasi memiliki peran penting dalam HAM terutama dalam

memberikan perlindungan terhadap ruang privat manusia (privat

sphere). Dari segala bentuk pemaparan di atas maka menjadi penting

meletakkan hak privasi sebagai bagian dari HAM.

Hak privasi sebagai HAM secara subtantif melahirkan hubungan

hukum yang sepesifik antara individu/ manusia dengan negara. Dalam

hubungan hukum tersebut posisi masing-masing adalah sebagai

berikut. Individu/ manusia sebagai pemegang hak dan negara sebagai

pemegang kewajiban.

Negara sebagai pihak pemegang kewajiban (obligation holder)

karena negara sebagai pihak yang dilimpahkan tanggung jawab atas

kekuasaan yang dimilikinya. Tanggung jawab ini dilimpahkan kepada

negara seiring dengan diakuinya HAM di dunia. Karena konsep

hukum HAM secara normatif bertujuan untuk mencegah

Page 25: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

35

kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan kursif

negara.32

Pencegahan terhadap penyalahgunaan kekuasaan ini

merupakan bagian dari upaya pembatasan terhadap kekuasaan negara.

Bentuk kewajiban negara adalah kewajiban untuk menghormati

(to respect) dan kewajiban untuk melindungi (to protect). Pengertian

dari kewajiban negara untuk menghormati HAM memiliki arti yaitu;

“which most obviously requires Governments to

refrain from violating human rights. This is often

also called a “negative” obligation, or an

obligation not to engage in a particular act or

practice. The classic example is that a State must

refrain from an act of torture or arbitrary

deprivation of life”.33

Penjelasan yang sama mengenai kewajiban/ tugas negara untuk

menghormati HAM yaitu bahwa ;

“the duty to respect refers to a state‟s obligation

to refrain from acting in ways that would deprive

people of their right or impair their enjoyment of

them, and is immeediately applicabel”.34

Daripenjelasan di atas terkait dengan kewajiban negara dalam

menghormati hak-hak manusia terutama kewajiban negara untuk

menghormati HAM. Bahwa negara harus menahan diri dari segala

tindakan yang menyiksa atau tindakan yang sewenang-wenang

32

Rhoda E. Howard, HAM Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya, Pustaka Utama

Grafika, Jakarta, 2000, h. 11-12. 33

The Human Right Committee, “Civil and Political right”, Geneva, 2005, h. 5.

http://www.ohchr.org/Documents/Publications/FactSheet15rev.1en.pdf, dikunjungi pada 10

Februari 2016, pukul 12.14. 34

Tom Campbell, Jeffrey Denys Goldsworthy,Andrienne Stone,ed.Protecting Human

Right: Instruments and Institutions,Oxford, New York, 2003, (fn 22) h. 285.

Page 26: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

36

merampas kehidupan manusia/ merampas hak-hak manusia secara

sewenang-wenang.

Kemudia kewajiban negara yang kedua yaitu untuk melindungi

HAM. Pengertian dari kewajiban negara untuk melindungi HAM

yaitu bahwa;

“the State party must not only refrain from

violating an individual‟s rights itself, but it must

also protect an individual from a violation of his

or her rights by third parties, be they private

individuals, corporations, or other non-State

actors. This may well require positive action by

the State party”.35

Pernyataan di atas memiliki arti bahwa dalam upaya untuk

melindungi HAM. Negara harus melindungi hak-hak individu/

manusia dari pihak ketiga maupun terhadap pihak-pihak yang bukan

dari negaranya. Salah satu bentuk perlindungan terhadap HAM yaitu

“by establishing an appropriate legislative and policy framework”.36

Artinya bahwa, kewajiban negara dalam upaya melindung HAM

dapat dilakukan dengan cara; (1) membentuk perundang-undangan

yang tepat (estabilishing an appropriate legislative) untuk melindungi

HAM, dan (2) membentuk suatu kerangka kebijakan (policy

framework) yang dapat melindungi HAM.

Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai kewajiban

negara secara umum yaitu kewajiban negara untuk menghormati dan

melindungi HAM. Dari penjelasan umum tersebut maka pembahasan

35

The Human Right Committee, Loc cit., 36

Ibid.

Page 27: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

37

selanjutnya akan menjelaskan mengenai kewajiban negara secara

khusus yaitu kewajiban negara terhadap hak privasi sebagai HAM.

Kewajiban negara dalam menghormati hak privasi (respect of

privacy) terutama dalam hubungan komunikasi pribadi individu/

manusia sebagai hak kebebasan pribadi yang merupakan bagian dalam

HAM.37

Negara memiliki kewajiban untuk menghormati kerahasiaan

hubungan komunikasi pribadi sebagai hak privasi, seperti yang

dinyatakan oleh Walter Kälin dan Jörg Künzli yaitu bahwa ;

“The right to respect of privacy is intended to

secure space of individual self determination and

development without outside interference.38

Such

autonomy is clearly effected if an individual‟s

privat behaviour is monitored by

authorities.39

Therefor , freedom from state

surveillance in one‟s own private sphere is

essential to protect the individual‟s private life.

Typical violation of this right include all forms of

surveillance of a person‟s home, especially by

mean of telephone tapping.40

Pendapat di atas menjelaskan bahwa to respect of privacy

bertujuan untuk melindungi individu, sehingga individu dapat

menentukan nasib dan segala kebutuhan pribadinya tanpa campur

tangan/ intervensi dari luar ruang kehidupan pribadinya (private

sphere).

37

Adnan Buyung Nasution, A. Patra M. Zen, ed., Loc Cit., 38

Walter Kälin, Jörg Künzli, The Law of Internasional Human Right, Oxford, New York,

2009, h. 383. Pernyataan ini diambil dari penjelas Manfred Nowak mengenai state obligation to

respect. Baca Manfred Nowak , Inroduction to the Internasional Human Right Regime, h. 377. 39

Yang dimaksud dengan “autonomy” pada pengertian di atas adalah “autonomy” yang

berkaitan dengan privasi (privacy) atau “autonomy privacy”, makna dari “autonomy privacy”

adalah “An individual‟s right to control his or her personal activities or intimate personal

decisions without outside interference, observation, or intrusion”. 40

Ibid.

Page 28: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

38

Dari penjelasan di atas terkait dengan kewajiban negara dalam

menghormati hak privasi. Negara tidak boleh mengintervensi segala

bentuk aktivitas privasi individu, terutama aktivitas komunikasi

pribadi dari tindakan penyadapan (Typical violation of this right

include all forms of surveillance of a person‟s home, especially by

mean of telephone tapping). Karena hak privasi merupakan bagian

dari ruang privat (private sphere) yang melindungi segala aktivitas

privasi setiap individu/ manusia, salah satunya adalah kerahasiaan

komunikasi pribadi (supra sub-judul 2). Begitu juga dengan

keberadaan hak privasi sebagai HAM maka negara harus

menghormati (to respect) hak privasi yang dimiliki setiap individu

manusia.

Kemudian kewajiban negara yang kedua yaitu untuk melindungi

(to protect) HAM terutama hak privasi dalam kaitanya dengan

kerahasiaan hubungan komunikasi pribadi. Pengertian dari kewajiban

negara untuk melindungi HAM yaitu bahwa negara harus melindungi

individu/ manusia dari intervensi terhadap haknya dari pihak ketiga

maupun gangguan akan privasi individu/ manusia.

Upaya perlindungan hak privasi ini dinyatakan dalam bentuk

peraturan perundang-undangan dan suatu kerangka kebijakan.

Kaitanya dengan perlindungan hak privasi terutama perlindungan

terhadap kerahasian hubungan komunikasi pribadi sebagai bagian

dalam hak privasi. Senada dengan pendapat Walter Kälin dan Jorg

Künzli yang menyatakan bahwa :

Page 29: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

39

“in view of the obvious fact that threats in the

private sphere emanate more frequently from

private actors than from the state, it is not

surprising that the right to privacy under both

ICCPR, Article 17 (2), ACHR, Article 11 (3), and

ACHR, Article 21 (2) expressly requires state to

protect privacy by law.

Dari penjelasan tersebut maka kewajiban negara dalam

melindungi (to protect) hak privasi sebagai HAM, harus membuat

peraturan-peraturan terkait dengan perlindungan terhadap hak privasi

terutama dalam hal perlindungan terhadap kerahasiaan hubungan

komunikasi pribadi individu/ manusia. Peraturan tersebut dibuat untuk

melindungi individu dari intervensi, baik itu intervensi yang dilakukan

pemerintah maupun pihak-pihak yang berada di luar ruang privat

(private sphere) setiap individu/ manusia. Pembentukan peraturan

perundang-undangan ini juga akan berpengaruh pada pembatasan

(limitation) terhadap intervensi negara maupun intervensi yang

dilakukan lembaga bentukan negara terhadap aktivitas peribadi setiap

individu/ manusia.

2. Pengecualian Kewajiban Negara Terhadap Hak Privasi Sebagai

HAM

Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai pengecualian

kewajiban negara terhadap hak privasi individu/ manusia dan alasan-

alasan yang harus dipenuhi pemerintah dalam mengurangi

(derogation) maupun membatasi (limitation) hak-hak individu/

manusia, terutama terhadap hak privasi individu/ manusia. Sebelum

Page 30: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

40

masuk pada pembahasan utama pada sub-bab ini terlebih dahulu akan

dijelaskan perbedaan antara pembatasan dan pengurangan.

Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai perbedaan

pembatasan dan pengurangan dapat membantu untuk memahami

pembahasan-pembahasan berikutnya.

Negara sebagai pemegang kedaulatan memiliki kewenangan

untuk melakukan tindakan pembatasan (limitation) dan pengurangan

(derogation) terhadap hak-hak masyarakatnya. Pembatasan

(limitation) atau a limitation clause berfungsi sebagai ;

“... an exception to the general rule. The general

rule is the protection of the right; the exception is

its restriction. The restriction – interpreted in the

light of the general rule – may not be applied to

completely suppress the right”.41

Artinya, klausula pembatasan merupakan sebuah pengecualiaan

terhadap peraturan umum. Peraturan umum tersebut berfungsi untuk

melindungi hak, dan pengecualiannya adalah pembatasan.

Dalam kaitan dengan pembatasan terdapat pula dua konsep

HAM, yaitu hak absolut dan hak yang dapat dibatasi. Konsep tersebut

berfungsi untuk menentukan hak-hak yang dapat di batasi dan hak-hak

yang tidak dapat dibatasi (hak absolut). Untuk memperjelas konsep

tersebut maka akan dijelaskan pengertian dari masing-masing konsep,

dan hak-hak yang masuk ke dalam konsep tersebut. Terlebih dahulu

41

Nihal Jayawickrama, The Judicial Application of Human Right Law; National,

Regional, and Internasional Jurisprudence, Cambrige University Press, 2002, h. 182.

Page 31: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

41

akan dijelaskan pengertian dari hak absolut (absolute right), menurut

G.W. Smith hak absolut yaitu ;

“when it cannot be overridden in any

circumstances, so that it can never he justifiably

infringed and it must be fulfilled without any

exceptions”.42

Dari penjelasan tersebut maka hak yang dapat dikatakan absolut

adalah hak yang tidak dapat dikesampingkan dalam keadaan apapun,

maka dengan itu tidak dapat dibenarkan jika hak tersebut dilanggar

dan harus dapat dipenuhi tanpa pengecualian.

Selanjutnya G.W. Smith secara spesifik memberikan penjelasan

mengenai hak bersifat absolut terkait penjelasan di atas, yaitu bahwa ;

1) A right is fulfilled when the correlative duty

is cariied out i.e., when the required action

is performed or the prohibited action not

performed.

2) A right is infringed when correlative duty is

not carried out, i.e., when the required

action is not performed or the prohibited

action is performed.

3) A right is violated when it is unjustifiably

infringed, i.e., when the required action is

unjustifiably not performed or the

prohibited action is unjutifiably performed.

4) A right is overridden when it is justifiably

infringed, so that there is sufficient

justification for not carrying out the

correlative duty, and the required action is

justifiably not performed or the prohibited

action is justifiably performed.43

42

G.W.Smith,ed,. Liberalism: Right, Property, ad Market,ROUTLEDGE, New York,

2002, h. 147. 43

Ibid., h. 147.

Page 32: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

42

Sehingga menjadi jelas bahwa hak bersifat absolut (absolute right)

ketika hak tersebut tidak dapat dikesampingkan dan tidak ada

pengecualian.

Lebih lanjut menurut Nihal Jayawickrama hak yang masuk ke

dalam ketegori hak absolut yaitu ;

a) Freedom from torture (International

Covenant on Civil and Political Rights

(ICCPR), Article 7, European Convention

for the Protectionof Human Rights and

Fundamental Freedoms (ECHR), Article 3,

American Convention on Human Rights

(ACHR), Article 5);

b) Freedom from slavery and servitude

(ICCPR 8, ECHR 4, ACHR 6);

c) Right of prisoners to be treated with

humanity (ICCPR 10);

d) Freedom from imprisonment for inability to

fulfil a contractual obligation (ICCPR 11);

e) Right to a fair trial by a competent,

independent and impartial tribunal

established by law (ICCPR 14, ECHR 6,

ACHR 8);

f) Right not to be subjected to the application

of retroactive criminallaw (ICCPR 15,

ECHR 7, ACHR 9);

g) Right to legal personality (ICCPR 16);

h) freedom to have or to adopt a religion or

belief of one‟s choice (ICCPR 18, ECHR 9,

ACHR 12);

i) right to marry and to found a family, and

the right to equality of rights and

responsibilities of spouses (ICCPR 23,

ECHR 12);

j) right of a child to a nationality (ICCPR 24,

ACHR 20);

k) right to equality before the law, the equal

protection of the law, and to freedom from

discrimination on the ground of race,

colour, sex, language, religion, political or

other opinion, national or social origin,

property, birth or other status (ICCPR 26);

Page 33: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

43

l) right of ethnic, religious, or linguistic

minorities to enjoy their own culture, to

profess and practise their own religion, and

to use their own language (ICCPR 26).44

Kemudian hak yang masuk ke dalam hak yang dapat dibatasi

yaitu ;

The exercise of the rights referred to in ICCPR 12

(freedom of movement), 14 (public trial), 18

(freedom of religion), 19 (freedom of expression),

21 (right of peaceful assembly) and 22 (freedom

of association),and the corresponding rights in

ECHR and ACHR, and in International Covenant

on Economic, Social and Cultural Rights

(ICESCR) 8 (right to form trade unions),...45

Selanjutnya pengertian dari pengurangan (derogation).

Pengurangan adalah“...,a temporary measure limited to the period of

“the public emergency threatening the life of the nation”.46

Maksud

dari penjelasan tersebut yaitu pengurangan pada dasarnya adalah

pembatasan sementara pada saat keadaan darurat muncul di dalam

masyarakat dan mengancam kehidupan bangsa. Untuk mengantisipasi

ancaman yang muncul di dalam masyarakat maka negara dapat

melakukan pengurangan terutama terhadap hak-hak individu/

manusia.

Dalam kaitan dengan pengurangan (derogation) terdapat dua

konsep HAM, yaitu hak yang tidak dapat dikurangi (non-derogable

right) dan hak yang dapat dikurangi (derogable right). Untuk

memperjelas konsep tersebut maka akan dijelaskan pengertian dari

masing-masing konsep, dan hak-hak yang masuk ke dalam konsep

44

Nihal Jayawickrama, Op cit, h. 182-183 45

Ibid, h. 184 46

Ibid, h. 182

Page 34: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

44

tersebut. Terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari non-

derogable rights yang dimaknai bahwa terdapat beberapa HAM yang

tidak dapat dikurangi oleh Negara Pihak, walaupun dalam keadaan

darurat sekalipun,47

atau dalam keadaan apapun,48

atau dalam keadaan

apapun dan oleh siapapun.49

Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat dipisahkan hak-

hak yang masuk ke dalam konsep non-derogable right dan hak yang

masuk dalam konsep derogable right. Beberapa contoh hak yang

masuk ke dalam non-derogable right yaitu ;

“In the first place, some right are intrinsically of

such fundamental nature as to be characterised

as peremptory norms (jus cogens). Obvious

examples for this category of right include the

right guaranteed in Article 6 ( the right to life)

and 7 (the prohibition of torture, cruel, inhuman

or degrading treatment or punishment). In the

second place, according to the HRC, derogation

from certain right is considered simply

unnecessary, even in time of exigencies. The HRC

refers to the right embodied in Articles 11 (the

prohibition) and 18 (the right to freedom of

thoughtm conscience and religion)...”.50

Konsep yang kedua adalah konsep derogable rights yaitu hak-

hak yang dapatdikurangi oleh Negara-Negara Pihak. Hak-hak

tersebutantara lain:

(1) Hak atas kebebasan berkumpul secara

damai;

47

Ifdal Kasim,ed., Hak sipi dan politik, Op.cit, h. xii. 48

Pasal 28I ayat (1) UUDNRI 1945 dan Pasal 37 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998. 49

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. 50

Yutaka Arai, The Law of occupation: Continuity and Change of International

Humanitarian Law, and its Interaction with International Human Right Law, Martinus Nijhoff

Publisher, Netherlands, h. 467.

Page 35: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

45

(2) Hak atas kebebasan berserikat, termasuk

membentuk danmenjadi anggota serikat

buruh; dan

(3) Hak atas kebebasan menyatakan pendapat

atau berekpresi, termasukkebebasan

mencari, menerima dan memberikan

informasi dan segalamacam gagasan tanpa

memperhatikan batas (baik melalui lisan

atau tulisan).51

Dari penjelasan di atas mengenai perbedaan pembatasan dan

pengurangan maka dapat dilihat perbedaan yang mendasar dari

masing-masing konsep. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kondisi-

kondisi yang memenuhi syarat justifikasi masing-masing penerapan.

Penerapan pembatasan dapat dilakukan saat kondisi negara normal

dan tidak ada suatu kejadian yang mengancam kehidupan bangsa.

Sedangkan penerapan pengurangan dilakukan negara ketika terjadi

keadaan yang darurat dan mengancam kehidupan bangsa.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai pengecualian

kewajiban negara yaitu derogation dan limitation, apabila dikaitkan

dengan hak privasi maka pengecualian kewajiban negara yang tepat

untuk diterapkan adalah limitation. Adapun penerapan derogation

hanya dalam konteks “the public emergency threatening the life of the

nation”, sedangkan penerapan limitation tidak dalam konteks tersebut.

Kemudian kaitan dengan dua konsep HAM yang terdapat dalam

limitation yaitu hak absolut dan hak yang dapat dibatasi, maka hak

privasi masuk ke dalam hak yang dapat dibatasi. Hak privasi masuk ke

dalam hak yang dapat dibatasi karena sifat dari hak absolut yang tidak

51

Ifdal Kasim,ed., Loc cit.,

Page 36: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

46

dapat dikesampingkan dalam keadaan apapun dan mencakup hak-hak

yang mendasar. Sementara itu hak privasi bukan hak yang mendasar

dan dapat dibatasi, walaupun demikian pembatasan hak privasi harus

diatur dalam undang-undang dan memiliki prosedur serta tata cara

yang jelas dari pembatasan tersebut.

Senada dengan pendapat Nihal Jayawickrama terkait dengan hak

yang dapat dibatasi yaitu bahwa ;

..., any such restriction must cumulatively meet

the following conditions: it must be provided for

by law; it must address one of the aims or

interests enumerated in the relevant 184 general

principles article; and it must be necessary to

achieve the legitimate purpose. The fact that

ICCPR, ECHR and ACHR do not contain a

general limitation clause similar to Universal

Declaration on Human Rights (UDHR) 29 (2) or

ICESCR 4, means that limitations under those

instruments are permitted only where a specific

limitation clause is provided, and only to the

extent so permitted.52

Pernyataan di atas memiliki arti bahwa sebuah hak mungkin dibatasi,

akan tetapi pembatasan tersebut harus diikuti dengan kondisi yang

mendukung pelaksanaanya. Salah satu pendukung pelaksanaan

pembatasan yaitu harus diatur oleh hukum, atau dapat diartikan

sebagai undang-undang di dalam negara hukum. Selain itu dalam

melaksanakan pembatasan harus terdapat spesifikasi pembatasan

tersebut, artinya dalam pembatasan harus terdapat prosedur dan tata

cara pelaksanaannya.

52

Nihal Jayawickrama, Op cit, h. 184.

Page 37: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

47

Lebih lanjut menurut hakim MK dalam putusan No 006/PUU-

I/2003 terkait dengan kerahasiaan hubungan komunikasi pribadi

sebagai hak privasi yang dilindungi oleh HAM, putusan ini

menyatakan bahwa ;

“wewenang perekaman percakapan melalui

telepon terhadap orang-orang yang disangka

korupsi tetap harus dengan pengawasan yang

jelas dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur syarat-syarat minimal yang harus

dipenuhi sedemikian rupa, sehingga tidak

menimbulkan kesewenang-wenangan”.53

Dari pemaparan di atas maka upaya pemerintah dalam

membatasi hak privasi kaitanya dengan kerahasiaan hubungan

komunikasi pribadi yang merupakan bagian dari hak privasi sebagai

HAM, harus memiliki alasan-alasan yang jelas atas pembatasan hak

privasi setiap individu/ manusia. Alasan-alasan dalam upaya

pembatasan ini diperlukan untuk melindungi individu/ manusia dari

kesewenang-wenangan pemerintah dan merupakan keharusan negara

sebagai pemegang kewajiban (obligation holder). Salah satu

kewajiban negara yaitu untuk melindungi (to protect) hak-hak

individu/ manusia dari intervensi maupun pembatasan yang dapat

dilakukan negara. Pembatasan harus dinyatakan dengan membentuk

perundang-undangan yang tepat (estabilishing an appropriate

legislative) untuk melindungi HAM serta membatasi kewenangan

negara.

Untuk memperkuat argumen di atas maka akan dijabarkan

peraturan-peraturan yang menyatakan bahwa, upaya pembatasan

53

Putusan MK 006/PUU-I/2003, h 116.

Page 38: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

48

HAM terutama terhadap hak privasi harus diatur dalam peraturan

perundang-undangan, untuk menghormati dan melindungi hak-hak

individu/ manusia. Berdasarkan Pasal 28J ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditentukan, bahwa

upaya pembatasan terhadap HAM hanya dapat dilakukan dengan

alasan berikut :

(1) Ditetapkan dengan undang-undang;

(2) Untuk menjamin pengakuan serta penghormatan

atas hak dan kebebasan oranglain;

(3) Untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai

dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,

keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis.

Pasal 29 ayat (2) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

menyatakan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap

orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan:

(1) Dilakukan berdasarkan hukum;

(2) Untuk menjamin pengakuan serta penghormatan

yang layak bagi hak-hak dan kebebasan orang

lain;

(3) Untuk memenuhi syarat-syarat yang benar dari

kesusilaan; dan demi tata tertib umum dalam

suatu masyarakat demokrasi.

Page 39: BAB II RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HAK PRIVASI

49

Pasal 12 ayat (3) Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan

Politik (KIHSP) menyatakan bahwa upaya pembatasan hanya dapat

dilakukan dengan alasan berikut:

(1) Ditentukan dengan undang-undang;

(2) Menjaga keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan

umum dankesusilaan;

(3) Hak-hak dan kebebasan orang lain.

Dari berbagai bentuk penjelasan di atas maka negara maupun

pemerintah tidak boleh secara sewenang-wenang membatasi hak

warga negaranya. Terkadang pemerintah salah mengartikan

pembatasan (limitation), pemerintah membatasi hak tersebut tanpa ada

dasar peraturan yang jelas dalam pelaksanaanya (dalam hal ini harus

dengan undang-undang/ legislasi, bukan dengan regulasi). Pemerintah

mengabaikan ketentuan mengenai pembatasan yang secara eksplisit

sudah diatur baik dalam hukum nasional maupun secara internasional.