bab ii perubahan sosial serta faktor-faktor … · 2018. 8. 24. · masa dalam setiap masyarakat....

21
11 | Page BAB II PERUBAHAN SOSIAL SERTA FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia, mempengaruhi hubungan sosial manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ada perubahan yang berdampak positif, adapula yang berdampak negatif. Ketika perubahan terjadi dan masyarakat siap untuk menerimanya, maka perubahan itu akan memajukan kehidupan atau membawa kesejahteraan pengikutnya, sebaliknya ketika perubahan terjadi tidak diimbangi dengan kesiapan menerima perubahan itu sendiri, akan berdampak pada timbulnya pertentangan, konflik dan hilangnya integritas atau kesatuan sosial. Salah satunya manusia menjadi individualis. Jika dahulu untuk menjaga hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, manusia akan saling bertegur sapa bahkan saling berkunjung rumah, namun dengan adanya kemajuan teknologi informasi manusia lebih mementingkan berkomunikasi melalui handphone daripada bertatap muka dengan alasan lebih menghemat waktu dan biaya perjalanan. Begitu pula dengan perubahan yang terjadi dalam tradisi Manekat orang Timor. Manekat yang pada hakekatnya adalah sebagai perekat sosial untuk menjaga dan mempersatukan hubungan kekeluargaan, dewasa ini telah mengalami perubahan nilai dan maknanya yang pada akhirnya berdampak pada memudarnya rasa solidaritas dan integrasi sosial. Pemberian dalam manekat yang seharusnya sebagai pemberian sukacita dan tanda kasih yang tidak mengharapkan imbalan, mengalami perubahan dalam nilai, bentuk dan pelaksanaannya. Penulis melihat bahwa perubahan yang terjadi dalam manekat telah merubah pola-pola perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat. Karena itu, dalam bab ini penulis akan memaparkan pengertian perubahan

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11 | P a g e

    BAB II

    PERUBAHAN SOSIAL SERTA FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA

    Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia, mempengaruhi hubungan

    sosial manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ada perubahan yang berdampak positif,

    adapula yang berdampak negatif. Ketika perubahan terjadi dan masyarakat siap untuk

    menerimanya, maka perubahan itu akan memajukan kehidupan atau membawa kesejahteraan

    pengikutnya, sebaliknya ketika perubahan terjadi tidak diimbangi dengan kesiapan menerima

    perubahan itu sendiri, akan berdampak pada timbulnya pertentangan, konflik dan hilangnya

    integritas atau kesatuan sosial. Salah satunya manusia menjadi individualis. Jika dahulu untuk

    menjaga hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, manusia akan saling bertegur sapa bahkan

    saling berkunjung rumah, namun dengan adanya kemajuan teknologi informasi manusia lebih

    mementingkan berkomunikasi melalui handphone daripada bertatap muka dengan alasan lebih

    menghemat waktu dan biaya perjalanan.

    Begitu pula dengan perubahan yang terjadi dalam tradisi Manekat orang Timor. Manekat

    yang pada hakekatnya adalah sebagai perekat sosial untuk menjaga dan mempersatukan

    hubungan kekeluargaan, dewasa ini telah mengalami perubahan nilai dan maknanya yang pada

    akhirnya berdampak pada memudarnya rasa solidaritas dan integrasi sosial. Pemberian dalam

    manekat yang seharusnya sebagai pemberian sukacita dan tanda kasih yang tidak mengharapkan

    imbalan, mengalami perubahan dalam nilai, bentuk dan pelaksanaannya. Penulis melihat bahwa

    perubahan yang terjadi dalam manekat telah merubah pola-pola perilaku dan hubungan sosial

    dalam masyarakat. Karena itu, dalam bab ini penulis akan memaparkan pengertian perubahan

  • 12 | P a g e

    sosial menurut beberapa ahli, dan teori perubahan sosial menurut perspektif Soerjono Seokanto

    serta faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. Penulis juga akan memaparkan tentang

    manekat sebagai pemberian dalam kebutuhan saling tolong menolong yang terangkum dalam

    teori The Gift dari Marcel Mauss.

    2.1 Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli

    Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan sosial yang tak bisa dihindari oleh

    setiap individu maupun kelompok masyarakat. Terjadinya perubahan sosial merupakan gejala

    wajar yang muncul sebagai akibat dari proses interaksi manusia di dalam dan dari masyarakat.

    Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencakup keseluruhan aspek

    kehidupan masyarakat. Proses tersebut berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia, baik itu

    dalam lingkup lokal maupun global. Perubahan sosial tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya

    masyarakat itu tidak bersifat statis melainkan dinamis dan heterogen.1 Perubahan sosial juga

    dapat terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan

    masyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, kebudayaan,

    dan perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman

    yang dinamis.2

    Jacobus Ranjabar dalam bukunya “Perubahan Sosial dalam Teori Makro” mengatakan

    bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, perubahan

    tersebut dapat mencakup nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga

    1 Syarifudin Jurdi, Awal Mula Sosiologi Modern: Kerangka Epistemologi, Metodologi, dan Perubahan Sosial

    Perspektif Ibn Khaldun (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012). 78. 2 Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia (Yogyakarta: Tiara

    Wacana, 2020), 20.

  • 13 | P a g e

    kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya.3 Willbert Moore

    mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang

    dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial.4 Lebih lanjut

    Moore mengatakan bahwa perubahan sosial bukanlah suatu gejala masyarakat modern tetapi

    sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup manusia, di mana perubahan sosial sebagai

    perubahan penting dari struktur sosial.5 Selanjutnya dalam pengertian struktur sosial dimasukan

    pula ekspresi seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Sehingga dengan demikian pengertian

    perubahan sosial bisa pula mencakup di dalamnya pengertian perubahan kultural.6 Harper

    (1989) dalam bukunya “ Exploring Social Change “, juga mengartikan perubahan sosial sebagai

    perubahan penting dalam struktur sosial, di mana Harper mengartikan struktur sosial sebagai satu

    jaringan relasi sosial yang bersifat tetap di mana di dalamnya terjadi interaksi rutin dan berulang.

    Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara

    hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan

    material. Komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan

    baru dalam masyrakat7, Sedangkan Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial

    meliputi segala perubahan pada suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di

    dalamanya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.8

    Prinsip-prinsip sosial yang berlaku dalam masyarakat, sudah pasti akan berkaitan dengan

    cara bagaimana mereka saling berhubungan. secara tradisional, setiap masyarakat pasti memiliki

    3 Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial dalam Teori Makro (Bandung: Alfabetha, 2008), 11.

    4 Robert H. Laurer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 4.

    5 Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioini, Sosial Change: Sources, Patterns and Consequences (New York:

    Basic Book, 1994), 56. 6 Daddi H. Gunawan, Perubahan Sosial di Pedesaan Bali (Salatiga: Program Pascasarjana Studi

    Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana, 2013), 34. 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Grafindo, 1982), 337.

    8 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 4.

  • 14 | P a g e

    sistem kekerabatan. Kekerabatan merupakan organisator yang kuat dari interaksi manusia.9 Ada

    tiga model kekerabatan yang biasanya berkembang dalam masyarakat, yakni Consanguineal,

    affinal, dan fictive.10

    Consanguineal merupakan kekerabatan yang dihasilakn karena kelahiran. Kekerabatan

    Affinal ada karena dilatarai oleh hubungan pernikahan, dan kekerabatan fictive tercipta dari

    proses atau praktek adopsi. Dalam hubungannya dengan masalah perubahan sosial, Harper

    (1989) memberikan beberapa tipologinya, yaitu: 11

    1. Adanya perubahan dalam personal di dalam struktur yang ada, yaitu dengan hadirnya orang-

    orang baru dan atau hilangnya orang-orang lama dalam struktur yang ada. Ini dalam pengertian

    bahwa keluar atau masuknya elemen-elemen anggota dari suatu struktur sosial akan mendorong

    terjadinya suatu perubahan sosial. Dalam konteks yang luas, misalnya suatu komunitas atau

    masyarakat, bila komposisi penduduknya berubah maka struktur sosialnya akan berubah.

    Contohnya: Desa di Timor yang hanya dihuni oleh orang-orang yang berasal dari suku yang

    sama dan mempunyai satu ikatan kekeluargaan, didatangi oleh orang-orang luar dari berbagai

    suku yang berbeda dan menetap di desa tersebut, baik karena tugas kedinasan maupun

    kepentingan perdagangan. Sedangkan orang-orang lama dalam desa tersebut keluar untuk

    mencari pekerjaan di daerah lain. Kehadiran orang-orang baru tersebut dengan pengalaman

    hidup yang berbeda, mengisi kekoksongan peran sosial yang ditinggalkan oleh orang-orang

    lama, peran-peran sosial yang baru lambat laun akan mempengaruhi pola relasi masyarakat

    9 Malcom Mcfee, “Social Organization II: Kinship, dalam E. Hunter dan Philip Whitten, The Study of Culture

    Anthropology (New York: Harper and Row, 1997), 124. 10

    Malcom Mcfee, Social Organization...., 130. 11

    H. Gunawan, Perubahan Sosial...., 35-36.

  • 15 | P a g e

    2. Adanya perubahan relasi dalam struktur sosial. Dalam hal ini termasuk misalnya perubahan

    dalam struktur kekuasaan, otoritas, dan komunikasi dalam struktur sosial yang ada.

    Contohnya: Desa yang dipimpin oleh seorang tuan tanah, mewariskan tongkat kepemimpinannya

    kepada anak atau cucunya, dalam hal ini kepemimpinan dinasti keluarga. Namun karena

    kehadiran orang-orang baru yang mengisi kekosongan peran sosial yang ditinggalkan oleh

    orang-orang lama, turut merubah pola kepemimpinan yang ada. Kepala desa diangkat

    berdasarkan pemilihan demokrasi bukan karena dinasti keluarga lagi.

    3. Adanya perubahan fungsi dalam struktur, yaitu menyangkut apa yang harus dilakukan dan

    bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.

    Contohnya: Di Timor, yang berhak dan memiliki kuasa untuk memimpin adalah mereka yang

    berasal dari golongan Usif atau Raja. Namun karena golongan Usif tidak memiliki generasi atau

    karena generasi berikutnya bermigrasi ke daerah lain, maka Golongan Mafefa atau juru bicara

    adat naik menjadi pemimpin. Mafefa dalam kepimpinannya membuat pendekatan-pendekatan

    yang berbeda atau pola fungsi berubah.

    4. Adanya perubahan dalam hubungan antara struktur-struktur yang berbeda. Ini menyangkut

    antara struktur sosial tertentu dengan struktur sosial lainnya di luar struktur yang disebutkan

    pertama.

    Contohnya: Dulu dalam masyarakat yang homogen, kalau orang gunting atau pangkas rambut,

    tidak akan membayar karena mereka adalah keluarga. Tetapi setelah masuknya orang-orang baru

    yang merubah pola relasi masyarakat, sekarang segala sesuatu yang dikerjakan harus dibayar

    dengan uang.

  • 16 | P a g e

    5. Adanya perubahan dalam bentuk munculnya struktur sosial baru dari struktur sosial yang

    lama. Struktur sosial yang lama mungkin pada akhirnya akan memudar atau hilang sama sekali

    atau dalam beberapa kasus terintegrasi dengan struktur sosial yang baru terbentuk itu.

    Contohnya: Dulu jika orang hendak bepergian jauh, anak-anak yang masih kecil dititipkan pada

    keluarga untuk sementara waktu. Namun, karena orang-orang lama telah keluar dan kehadiran

    orang-orang baru telah merubah pola relasi masyarakat, maka muncullah tempat penitipan anak

    (TPA).

    Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan perubahan sosial adalah perubahan yang

    terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola interaksi sosial di dalam suatu

    masyarakat yang dapat bersifat membangun karakter manusia menuju proses yang lebih baik

    atau malah sebaliknya. Dari definisi-defini di atas juga, memperlihatkan bahwa perubahan sosial

    mengandung dua konsep dasar yang saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial.12

    Yang dimaksud dengan dinamika sosial itu mencakup semua hal yang berubah dari waktu ke

    waktu yang mendorong manusia untuk mencapai tahap keseimbangan baru dan lebih lengkap

    atau lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan struktur sosial mengarah pada hierarki masyarakat

    yang berdasarkan tingkatan perkembangan dari suatu masa ke masa yang berikutnya.

    2.2 Perubahan Sosial dari Perspektif Soerjono Soekanto

    Menurut Soerjono Soekanto, Perubahan Sosial merupakan segala perubahan pada

    lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem

    sosialnya, di dalamnya termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara

    kelompok-kelompok dalam masyarakat.

    12

    Agus Salim, Perubahan Sosial, Sketsa Teori...., 9.

  • 17 | P a g e

    Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang terbatas, ada

    juga yang luas, ada perubahan yang lambat sekali, juga ada perubahan yang berjalan sangat

    cepat. Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam

    suatu masyarakat. Perubahan dalam masyarakat bisa mengenai berbagai hal, seperti nilai sosial,

    norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga, lapisan masyarakat, kekuasaan, dan wewenang

    serta interaksi sosial. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang

    masa dalam setiap masyarakat. Perubahan terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia

    yang selalu ingin mengadakan perubahan. Bahkan, disebutkan bahwa kebosanan manusia

    merupakan penyebab dari perubahan.13

    Yang menjadi masalah dalam perubahan sosial

    sebenarnya terletak pada tingkat kecepatan dan arahnya perubahan, bukan pada ada atau

    tidaknya perubahan tersebut.14

    Oleh karena itu, Laurer menambahkan bahwa yang perlu

    dicermati adalah mengapa pada masyarakat tertentu perubahan sangat cepat atau sangat lambat

    dan faktor apa yang mempengaruhinya serta bagaimana pengaruhnya.15

    2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial

    Perubahan tidak datang dengan sendirinya, tetapi terjadi melalui interaksi sosial harian dan

    bila dikaitkan dengan pemikiran Dahrendorf, maka unsur dominasi menjadi salah satu penyebab

    terjadinya perubahan. 16

    Ada begitu banyak faktor pemicu adanya perubahan sosial, namun yang

    paling umum terjadi adalah karena bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri atau faktor

    internal dan yang bersumber dari luar masyarakat atau faktor eksternal. Begitu juga dengan siapa

    yang menjadi aktor dibalik munculnya suatu perubahan sosial. Dalam bahasan umum sumber

    13

    Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu..., 333. 14

    Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: Tirta Wacana, 1992), 11. 15

    Robert Laurer, Perspektif Tentang Perubahan..., 4. 16

    K.J. Veeger, Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: Gramedia, 1993), 214.

  • 18 | P a g e

    perubahan sosial seringkali didasarkan pada dua sumber pokok, yakni endogenous (dalam) dan

    exogenous (luar).17

    Adapun sebab-sebab terjadinya perubahan sosial dari faktor internal, antara

    lain:18

    a. Penduduk, perubahan jumlah penduduk seperti bertambahnya jumlah penduduk karena

    transmigrasi dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada struktur masyarakat

    terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kehadiran transmigrasi dapat

    berdampak positif dan menguntungkan jika mereka memiliki keterampilan kerja.

    b. Pertentangan/konflik, selama manusia hidup berkelompok, selama itu pula terdapat

    pertentangan. Pertentangan merupakan bagian dari interaksi sosial, karena itu

    pertentangan tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat diatasi. Ketika sumber pemenuhan

    kebutuhan semakin terbatas, akan menimbulkan persaingan dan pada akhirnya

    mengakibatkan konflik. Ketika terjadi konflik, dalam masyarakat muncul kekecewaan

    dan keresahan sosial, maka pada saat itu individu-individu sangat mudah terpengaruh

    dengan hal-hal yang baru.

    c. Penemuan baru, penemuan baru dalam kebudayaan dapat berpengaruh pada berbagai

    sektor kehidupan lainnya. Pengaruh-pengaruh tersebut saling berkaitan dan saling

    mempengaruhi bidang-bidang kehidupan yang satu dengan lainnya. Contohnya

    penemuan listrik mengakibatkan penemuan radio, televisi dan komputer yang akhirnya

    dapat mempengaruhi adat istiadat, pendidikan, ekonomi dan pola perilaku masyarakat.

    Adapun perubahan sosial terjadi karena adanya faktor eksternal atau faktor-faktor yang

    bersumber dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain:19

    17

    Talcott Parsons,” A Functional Theory of Change”, dalam Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioni, Social Changes: Sources, Patterns and Consequences (New York: Basic Book, 1994), 76.

    18 Donatus Patty, pengantar Sosiologi (Kupang: CV Kasih Indah, 2005), 248-252.

  • 19 | P a g e

    a. Lingkungan alam, lingkungan alam turut mempengaruhi keadaan sosial, kebudayaan

    serta perilaku masyarakat yang hidup di sekitarnya. Lingkungan alam yang berbeda-beda

    berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang berbeda-beda pula. Masyarakat yang

    tinggal di pedesaan kehidupan sosialnya berbeda dengan masyarakat perkotaan.

    b. Peperangan, peperangan antar dua negara atau lebih menyebabkan adanya perubahan, di

    mana pihak yang kalah akan dipaksa untuk mengikuti semua keinginan pihak yang

    menang, termasuk dalam hal ekonomi, kebudayaan dan pola perilaku.

    c. Pengaruh kebudayaan lain, masuknya kebudayaan asing yang diterima dan diterapkan

    berdampak pada kehidupan sosial yang mengakibatkan terjadinya perubahan sistem

    sosial. Akibat globalisasi informasi, transparasi dan ekonomi, pengaruh budaya asing

    merubah keseluruhan tatanan hidup dan pola perikelakuan masyarakat, seperti pola

    konsumsi dan gaya hidup.

    2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

    Perubahan sosial menurut Soerjono Soekanto dibedakan dalam beberapa bentuk sebagai

    berikut:20

    a. Perubahan lambat (Evolusi)

    Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini biasanya

    merupakan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan

    terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya

    berusaha menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul

    sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contohnya, masyarakat pedesaan yang mulai

    19

    Donatus Patty, Pengantar Sosiologi...., 253-255. 20

    Soerjono Soekanto, Sosiologi...., 345-349.

  • 20 | P a g e

    menggunakan seng sebagai atap rumah, namun masih mempertahankan rumah yang

    beratapkan alang-alang sebagai tempat penyimpanan bahan makanan seperti jagung dan

    padi.

    b. Perubahan cepat (Revolusi)

    Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar

    atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi

    dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa direncanakan dan dapat dijalankan tanpa

    kekerasan atau melalui kekerasan. Contohnya, adanya perang dalam merebut

    kemerdekaan suatu negara.

    c. Perubahan sosial yang direncanakan

    Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan

    atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan

    perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan ini

    dinamakan agent of change , yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat

    kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga

    kemasyarakatan. Contohnya, pembangunan sarana prasarana, pembangunan bendungan,

    pembangunan jalan maupun kawasan industri yang dilakukan oleh pemerintah maupun

    tokoh masyarakat.

    d. Perubahan sosial yang tidak direncanakan

    Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahan-

    perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau kemampuan

    manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak

    diharapkan masyarakat. Perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki, biasanya lebih

  • 21 | P a g e

    banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat

    yang bersangkutan. Contohnya, adanya bencana alam seperti longsor, tsunami atau

    gunung meletus yang memporak-porandakan seluruh harta milik dan mata pencaharian

    masyarakat, atau perang antar kampung yang merusak fasilitas pribadi maupun umum.

    2.3 Ciri-Ciri Perubahan Sosial

    Setiap perubahan sosial memiliki karakterisitik yang beragam. Dengan demikian, tidak

    ada perubahan yang memiliki sifat yang sama persis dengan perubahan lainnya. Tetapi pada

    setiap perubahan sosial, ada pola mendasar atau ciri-ciri umum yang hampir ada dalam setiap

    perubahan.

    a. Differential Social Organizations

    Dalam masyarakat tradisional, pengaruh keluarga sangat besar, di mana keluarga sebagai

    unit terkecil dalam masyarakat tetap menjalankan fungsinya. Dalam masyarakat seperti

    itu, hubungan antara individu dengan individu maupun individu dengan masyarakat tetap

    terjalin dan tindakan-tindakan individu cenderung seragam. Dengan demikian organisasi

    sosial mengadakan pengawasan untuk memungkinkan terpeliharanya keseragaman

    norma.21

    Hal tersebut berbeda dengan masyarakat yang terpengaruh arus kemajuan

    sebagai akibat terlibat dengan dunia luar, sehingga menimbulkan perubahan sosial. Ada

    norma-norma yang dulu dianut menjadi pudar bahkan hilang karena dianggap tidak

    sesuai dengan tuntutan zaman.

    b. Mobilitas

    21

    Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 57-58

  • 22 | P a g e

    Adanya revolusi industri dan revolusi demokrasi, mengakibatkan terjadinya mobilisasi

    masyarakat. Revolusi industri berdampak pada perpindahan orang-orang dari desa ke

    kota, sedangkan revolusi demokrasi mengakibatkan seseorang dapat berubah status.22

    Keadaan tersebut berdampak pada merenggangnya hubungan keluarga dan hubungan

    lingkungan. Fungsi keluarga tidak berjalan seharusnya karena kesibukan, perbedaan jarak

    dan perubahan status sehingga fungsi keluarga sebagian diserahkan ke lembaga sosial.

    c. Culture conflict

    Setiap kebudayaan memiliki norma-norma yang berbeda, di mana norma-norma tersebut

    ikut membentuk tingkah laku individu yang hidup dalam suatu masyarakat. Dalam

    masyarakat ada social different yang menghasilkan differential organization, dan setiap

    organisasi sosial memiliki norma-norma tertentu. Pertentangan dapat terjadi apabila

    individu-indvidu dari organisasi sosial yang berbeda merasa tidak sependapat dengan

    norma-norma yang ada. Bila norma-norma organisasi sosial lain diberlakukan pada

    kelompok organisasi lainnya, maka akan terjadi conflick norma atau culture conflik.23

    2.4 Dampak Positif dan Negatif Suatu Perubahan Sosial

    Perubahan sosial adalah sebuah proses yang pasti selalu terjadi dalam kehidupan manusia

    dan masyarakat sebagai akibat adanya interaksi sosial. Adanya perubahan sosial sendiri dapat

    memberikan manfaat, namun tak jarang pula bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi

    sistem dan struktur sosial kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial berdampak pada munculnya

    suatu tatanan baru dalam masyarakat. Dampak dari munculnya suatu tatanan baru itu bisa ke

    arah yang positif, bisa juga sebaliknya ke arah negatif.

    22

    Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 59 23

    Jacobus Ranjabar, Perubahan Sosial...., 60.

  • 23 | P a g e

    2.4.1 Dampak Positif Perubahan Sosial

    Dampak positif mengarah pada kemajuan dengan menuju terciptanya masyarakat yang adil

    dan sejahtera. Hal inilah yang dijadikan harapan oleh masyarakat dan dampak positif itu dapat

    terwujud jika pihak-pihak yang menjadi agent of change bekerja sepenuhnya untuk

    kesejahteraan masyarakat, tanpa adanya kepentingan-kepentingan pribadi maupun golongan

    tertentu. Dampak positif dari berlangsungnya perubahan sosial antara lain :

    Munculnya nilai dan norma baru, ketika suatu nilai dan norma yang berlaku dalam

    masyarakat dirasa tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia yang semakin

    kompleks. Dengan adanya perubahan sosial diharapkan mampu mendorong munculnya

    nilai maupun norma baru yang lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Di

    mana nilai dan norma yang baru itu membuat masyarakat menjadi lebih aman, nyaman

    dan sejahtera.

    Adanya struktur dan hubungan sosial baru, artinya bahwa struktur dan hubungan sosial

    yang baru lebih menekankan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ketika

    relasi sosial yang berlaku selama ini adalah relasi yang bersifat kekuasaan individu, di

    mana mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi seringkali menindas dan

    mengabaikan nilai kemanusian terhadap mereka yang memiki status sosial rendah, maka

    perubahan sosial yang terjadi diharapkan mampu memberikan kesejajaran hidup antara

    satu individu dengan individu lainnya.

    Dalam masyarakat homogen, pengambilan keputusan hanya oleh osatu orang yang

    dipertuankan. Tetapi karena perubahan, keputusan diambil berdasarkan musyawarah

    mufakat atau suara mayoritas.

  • 24 | P a g e

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosial mendorong terjadinya

    inovasi yang mana berpengaruh pada kemajuan dalam berbagai bidang serta aspek

    kehidupan manusia. Salah satunya tentu saja kemajuan dalam bidang pengetahuan serta

    teknologi. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja akan

    mampu mengubah nilai-nilai yang lama menjadi sebuah nilai baru menuju sebuah

    perubahan sosial yang lebih modernisasi

    Tingkat pendidikan formal semakin tinggi dan merata, Perkembangan berbagai jenjang

    pendidikan formal, dengan jurusan dan biaya yang beragam akan semakin meningkatkan

    akses anggota masyarakat terhadap pendidikan.

    Berkembangnya industrialisasi, Perkembangan ini memunculkan produktivitas dan nilai

    tambah yang signifikan, sehingga menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan

    peluang ekspor.

    2.4.2 Dampak Negatif Perubahan Sosial

    Dampak negatif mengarah pada kemunduran yang ditandai dengan adanya tindak

    kriminalitas, konflik sosial, deviasi sosial, serta berbagai masalah sosial lainnya. Hal inilah yang

    menjadi titik jenuh dari perubahan sosial dalam masyarakat. Dampak negatif suatu perubahan

    dapat terjadi juga dikarenakan pihak-pihak yang menjadi agent of change memiliki kepentingan

    tersembunyi untuk keuntungan diri sendiri maupun golongan tertentu. adapun dampak yang

    bersifat negatif antara lain:

    Terjadinya Disintegrasi Sosial, artinya bahwa Munculnya disintegrasi sosial tentu saja

    tidak terlepas dari perubahan besar yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat.

  • 25 | P a g e

    Perbedaan tujuan, kepentingan, dan kesenjangan sosial yang ada membuat munculnya

    konflik dan sosial yang terjadi di dalam masyarakat

    Perubahan tingkah laku, artinya menjurus pada perilaku menyimpang. Suatu perilaku

    dianggap menyimpang apabila perilaku tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma

    yang berlaku dalam masyarakat tempat tinggalnya.

    Keputusan yang diambil berdasarkan suara mayoritas, menyebabkan mereka mereka

    yang tidak mampu, dalam hal ini memiliki status sosial rendah, terpaksa harus tunduk

    pada keputusan suara mayoritas.

    Budaya konsumtif dan berkembangnya sifat individualisme, individu mengkonsumsi

    suatu barang yang tidak sesuai kebutuhan hanya sebagai simbol status.

    Adanya kesenjangan sosial, Anggota masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan

    perubahan tentu akan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Namun sebaliknya, apabila

    masyarakat tidak mampu melakukan penyesuaian, maka lama kelamaan akan semakin

    terbelakang dan mengalami penurunan kualitas hidup. Sehubungan bergulirnya

    perubahan, semakin lebar pula kesenjangan sosial yang tercipta dalam hubungan antara

    dua keadaan yang saling bertolak belakang ini.

    2.5 Teori Pemberian Menurut Marcel Mauss

    Marcell Mauss adalah adalah murid sekaligus keponakan dari Emile Durkheim. Mauss

    hidup dari tahun 1872 hingga 1950. Ia lahir di sebuah kota kecil bernama Lorraine, di Prancis

    dari suatu keluarga Yahudi. Pemikiran Durkheim mengenai solidaritas sangat kental

    mempengaruhi pandangan dari Marcel Mauss mengenai prinsip pemberian hadiah.

  • 26 | P a g e

    Dalam karangannya mengenai fungsi dari pranata tukar-menukar hadiah dalam

    kehidupan masyarakat yang berjudul Essai Sur Le Don yang diterjamahkan dalam bahasa inggris

    The Gift, Mauss mengembangkan suatu konsep struktural fungsional yang penting mengenai

    integrasi sosial masyarakat manusia.24

    Karangan Mauss ini dimulai dengan suatu uraian

    geografi-ekologikal mengenai lingkungan alam kutub dari daerah pemukiman eskimo. Mauss

    menggambarkan dua morfologi sosial dari masyarakat eskimo, yaitu morfologi sosial musim

    panas dan morfologi sosial musim dingin.

    Dalam musim panas para warga kelompok Eskimo berpencar, di mana keluarga-keluarga

    inti pergi berburu ke wilayah masing-masing yang letaknya berjauhan. Dalam musim dingin

    semua keluarga inti berkumpul kembali di pemukiman induk. Di situ beberapa keluarga inti yang

    berhubungan dekat bergabung menjadi keluarga-keluarga luas dan tinggal dalam rumah-rumah

    besar yang dibuat dari kayu. Rumah besar tersebut dijadikan balai komunitas yang mana di

    dalamnya keluarga-keluarga luas yang menjadi anggotanya melakukan suatu rangkaian upacara

    keagamaan bersama. Upacara-upacara yang mengandung unsur-unsur tukar-menukar harta,

    makan bersama, menyanyi dan menari bersama hingga mencapai trance, mempunyai fungsi

    untuk mempertinggi kesadaran kolektif dan mengintensifkan solidaritas sosial.25

    Berdasarkan sistem tukar-menukar pada zaman kuno, Mauss (1992) mengatakan bahwa

    setiap pemberian tidak ada yang cuma-cuma atau gratis, menurut Mauss setiap pemberian

    apapun bentuknya, pasti akan ada pemberian kembali atau imbalan, dalam bentuk yang sama

    atau yang berbeda. Teori Marcel Mauss yang dikenal dengan gift giving atau gift exchange

    menyatakan, bahwa adanya relasi dan interaksi sosial antar warga dalam masyarakat primitif

    yang berlangsung secara harmonis dan adanya kedekatan kekerabatan. Pemberian dan saling

    24

    Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), 104. 25

    Konetjaraningrat, Sejarah...., 105.

  • 27 | P a g e

    tukar-menukar hadiah ini merupakan suatu cerminan hubungan baik kedekatan antarpersonal dan

    hubungan sosial yang terjalin. Terlihat disini bahwa „the gift’ atau pemberian menjelma sebagai

    sebuah simbol, moralitas dan etika sosial di tengah masyarakat.

    Mauss menjelaskan bahwasannya saling tukar menukar adalah suatu proses sosial yang

    dinamis dan mencakup lapisan masyarakat secara universal yang membentuk suatu sistem yang

    komprehensif. Proses yang dinamis itu dapat kita lihat dari kebiasaan masyarakat yang

    mengharuskan si penerima untuk mengembalikan pemberian bahkan pengembalian itu dituntut

    untuk lebih banyak dari pada yang ia terima. Dari adanya keharusan untuk mengembalikan

    pemberian dalam jumlah yang lebih dari pada yang ia terima memicu persaingan kedudukan dan

    kehormatan antar pihak yang bersangkutan, implikasinya saling tukar menukar tidak pernah jeda

    dan terkikis oleh waktu dari generasi ke generasi.

    Bentuk interaksi dalam masyarakat bisa berupa perbuatan saling tolong-menolong

    sebagai sebuah tuntutan hidup bermasyarakat. Dalam masyarakat kuno atau primitif, bentuk

    interaksi dalam masyarakat bisa berupa saling tukar menukar pemberian yang melibatkan

    kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat secara menyeluruh. Sistem saling tukar

    menukar ini menyangkut setiap unsur dari kedudukan atau harta milik terlibat di dalamnya dan

    berlaku bagi setiap anggota masyarakat yang bersangkutan. Pendapat dari Mauss (1992) ini juga

    diperkuat oleh Malinowski yang berpendapat bahwa semua bentuk transaksi berada dalam suatu

    gabungan yang berkesinambungan yang di satu kutub pemberian itu bercorak murni tanpa

    tuntutan imbalan, dan dikutub lainnya bercorak pemberian yang harus dikembalikan.

    Adapun Mauss menjelaskan bahwa Saling tukar-menukar pemberian mempunyai ciri-ciri

    sebagai berikut:

  • 28 | P a g e

    1. Pengembalian benda yang diterima tidak dilakukan pada saat pemberian itu diterima

    tetapi pada waktu yang berbeda sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku. Kalau

    pemberian imbalan diberikan pada waktu yang sama, maka namanya barter.

    2. Pengembalian pemberian yang diterima tidak berupa barang yang sama dengan yang

    diterima tetapi dengan benda yang berbeda yang mempunyai nilai yang sedikit lebih

    tinggi daripada pemberian yang telah diterima atau setidaknya yang sama dengan itu.

    3. Benda-benda pemberian yang diterima tidak dilihat sebagai benda dengan nilai

    harafiahnya, tetapi sebagai prestasi, karena benda-benda tersebut dipercaya berisikan

    kekuatan gaib yang oleh Mauss digolongkan ke dalam suatu kategori yang dinamakan

    prestation atau prestasi.

    Marcel Mauss berpendapat bahwa ada tiga kewajiban dalam teori pertukaran:

    1. Memberi hadiah sebagai langkah pertama menjalin hubungan sosial.

    2. Menerima hadiah bermakna sebagai penerimaan ikatan sosial.

    3. Membalas dengan memberi hadiah dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan integritas

    sosial.

    Kegagalan untuk memberi atau menerima sama dengan kegagalan untuk membalas pemberian,

    yang sama artinya dengan kehilangan rasa harga diri dan kehormatan, lebih lanjut Mauss

    mengemukakan bahwa ”orang yang tidak dapat membayar hutang atau pothlach26

    , kehilangan

    kedudukannya dalam jenjang sosial dan bahkan kedudukannya sebagai orang bebas”.27

    Mauss

    mengemukakan bahwa dalam masyarakat primitif, interaksi antar warga berlangsung hangat dan

    26

    Istilah potlatch didefinisikan Mauss sebagai pemberian yang dipertukarkan. Lebih tegas lagi dikategorikan pembelian timbal balik. Di sini tak ada konsep ikhlas, dan saleh. Yang ada adalah pemberian berpengharapan.”

    27 Marcel Mauss, Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno (Jakarta: Yayasan Obor

    Indonesia, 1992), 56-60.

  • 29 | P a g e

    dekat satu sama lain. Mereka membangun hubungan sosial yang bersifat face to face community

    interactions, hal ini tercermin pada kebiasaan bertukar hadiah (gift exchange) dan memberi

    bingkisan (gift giving). Tukar-menukar hadiah menggambarkan suatu relasi harmonis di antara

    anggota masyarakat, melambangkan penghormatan/penghargaan sesama warga masyarakat,

    merefleksikan kohesivitas sosial yang kokoh, serta melukiskan kedekatan personal di antara

    pihak yang terlibat dalam pertukaran hadiah. Pemberian hadiah juga merupakan simbolisasi civic

    culture, social virtue, dan public morality di kalangan masyarakat tradisional. Bila seseorang

    diberi hadiah, ia memiliki kewajiban moral untuk membalas pemberian hadiah itu dengan nilai

    setara atau lebih sebagai ungkapan penghargaan dan aktualisasi nilai-nilai kebajikan sosial. Ini

    merupakan bentuk etika sosial yang menandai penghormatan kepada sesama warga masyarakat.

    Menurut Mauss, apa yang dilakukan oleh masyarakat primitif ini berbanding terbalik dengan apa

    yang dilakukan oleh masyarakat modern. Di mana jika dalam masyarakat primitif, pemberian

    lebih ditekankan pada nilai estetika, keagamaan, moral dan hukum adat, sedangkan dalam

    masyarakat modern pemberian cenderung berorientasi ekonomis.28

    Pertanyaan bagi kita ialah, kekuatan apa di balik pemberian sehingga menuntut penerimanya

    untuk membayar kembali pemberian tersebut? Marcel Mauss berpendapat bahwa kekuatan

    tersebut adalah “system of total prestation” atau prestasi total, di mana dalam pemberian tersebut

    terdapat perang prestasi. Sang pemberi menunjukan prestasinya dalam pemberiannya, sedangkan

    sang penerima pun akan menunjukan prestasinya dengan membalas kembali pemberian

    tersebut.29

    Ketika sang penerima menolak pemberian, dengan sendirinya ia menyatakan

    28

    Emizal Amri, Perkembangan Teori Pertukaran, Struktural Fungsional, dan Ekologi Budaya: (Padang: IKIP, 1997), 9.

    29 Marcel Mauss, Pemberian...., 3-6.

  • 30 | P a g e

    kekalahannya, karena itu sang penerima akan berupaya untuk menerima dan membayar kembali

    pemberian tersebut.

    2.6 Manekat Sebagai Pemberian/Sumbangan Sukacita

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemberian memiliki 3 arti yaitu yang berasal dari

    kata dasar beri: pemberian berarti sesuatu yang diberikan, pemberian berarti sesuatu yang

    didapat dari orang lain karena diberi, pemberian berarti proses, cara, perbuatan memberi atau

    memberikan. Dalam hubungannya dengan Manekat, pemberian dapat dianggap sebagai

    sumbangan. Sumbangan berasal dari kata sumbang, di mana dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (1990) sumbang/menyumbang memiliki arti, “memberi sesuatu kepada orang yang

    sedang pesta, dan sebagainya sebagai sokongan”, sedangkan sumbangan sendiri artinya adalah

    “pemberian sebagai bantuan (pada pesta perkawinan, dsb)”.30

    Secara umum menyumbang

    termasuk aktivitas sosial manusia yang disebut gotong royong. Koentjaraningrat menjelaskan

    konsep gotong royong sebagai “rasa saling tolong-menolong atau rasa saling bantu-membantu

    dalam jiwa masyarakat”. Pertolongan/bantuan yang diberikan seseorang bentuknya bermacam-

    macam. Bantuan tersebut dapat berupa tenaga, pikiran, benda materi, biaya, dan sebagainya.

    Seseorang dalam kehidupan masyarakat dapat memberikan salah satu bentuk

    pertolongan/bantuan saja seperti misalnya tenaga, pikiran, benda materi, biaya, atau bantuan

    yang lainnya, namun seseorang juga dapat memberikan berbagai bantuan dalam suatu acara.

    Koentjaraningrat membedakan kegiatan tolong-menolong dalam masyarakat menjadi empat,

    yaitu:31

    1. Tolong-menolong dalam produksi pertanian

    30

    Kamus Besar Bahasa Indonesia 31

    Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1990), 59.

  • 31 | P a g e

    2. Aktivitas tolong-menolong antar tetangga yang tinggal berdekatan, untuk pekerjaan-

    pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan

    3. Aktivitas tolong-menolong antara kaum kerabat dan kadang-kadang termasuk tetangga

    yang paling dekat untuk menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan atau upacara-upacara

    lain sekitar titik peralihan pada lingkaran hidup individu.

    4. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara spontan

    pada waktu seseorang penduduk desa mengalami kematian atau bencana.

    Dari keempat jenis kegiatan tolong-menolong di atas, Manekat merupakan sebuah bentuk

    tolong-menolong pada aktivitas ketiga dan keempat. Salah satu bentuk tolong menolong adalah

    sumbangan atau pemberian. Di dalam masyarakat kita pemberian memiliki dua arti. Pertama,

    pemberian dalam arti umum yang mencakup semua pertolongan baik yang berupa tenaga,

    pikiran, benda materi, biaya, dan sebagainya. Kedua, pemberian dalam arti yang lebih sempit,

    yaitu sebagai istilah pertolongan (sokongan) yang berupa bantuan material (benda ataupun biaya)

    untuk membantu seseorang yang sedang memiliki acara atau hajatan.