analisis faktor-faktor penentu perubahan kondisi ...digilib.unila.ac.id/57611/3/3. skripsi full...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERUBAHAN KONDISI
KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA (STUDI KASUS DI SUB-
SUB-DAS KHILAU, SUB-DAS BULOG, DAS SEKAMPUNG)
(Skripsi)
Oleh
HAFID AZI DARMA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ITAS LAS MR PE UVI N
N G
U
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERUBAHAN KONDISI
KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA (STUDI KASUS DI SUB-
SUB-DAS KHILAU, SUB-DAS BULOG, DAS SEKAMPUNG)
Oleh
HAFID AZI DARMA
Pemanfaatan hutan secara tidak bijaksana mengakibatkan penurunan keaneka-
ragaman hayati serta fungsi hutan secara ekologis. Tujuan penelitian ini untuk
merekonstruksi sejarah kawasan, mengetahui kondisi keanekaragaman hayati dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaannya, terkait dengan pemanfaatan
hutan di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rekonstruksi sejarah. Penarikan
sampel dilakukan menggunakan snowball sampling. Studi mengenai perubahan
kawasan dan keanekaragaman hayati dipelajari melalui wawancara dan mempe-
lajari bukti-bukti sejarah, seluruh data dianalisis menggunakan metode agrarian
diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukan perubahan sejarah kawasan terbagi ke
dalam lima (5) periode, yaitu periode kedatangan gelombang migran, periode
kegiatan ekstensifikasi pertanian, periode kegiatan bercocok tanam secara mono-
kultur, periode perbaikan lahan dengan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan), dan periode akses pasar serta campur tangan KPH (Kesatuan
Hafid Azi Darma
Pengelolaan Hutan). Pengelolaan lahan berpengaruh terhadap keanekaragaman
hayati. Sebelum lahan dikelola secara intensif di wilayah studi, masih banyak
dijumpai jenis-jenis flora dan fauna langka, setelah lahan dikelola secara intensif
dan budidaya masyarakat mulai exsploratif jumlah flora dan fauna yang tergolong
langka menurun dengan cepat bahkan beberapa diantarannya tidak dapat ditemu-
kan kembali di wilayah tersebut. Saat ini hanya terdapat 45 jenis flora yang
didominasi flora endemik dan 25 jenis fauna yang beberapa diantaranya dilin-
dungi berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature),
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hutan adalah faktor
ekonomi yaitu adanya fluktuasi harga komoditi; faktor sosial berupa perubahan
pola orientasi masyarakat yang tadinya subsisten menjadi komersil; faktor budaya
adanya pengaruh etnik dalam sistem budidaya dan pengelolaan lahan; dan faktor
politik terjadinya okuptasi lahan pada awal era reformasi.
Kata Kunci : Keanekaragaman Hayati, Periode, Sub-sub-DAS Khilau,.
ABSTRACT
ANALYSIS OF DETERMINING FACTORS OF CHANGES IN FLORA
AND FAUNA DIVERSITY CONDITIONS (CASE STUDY IN SUB-SUB OF
THE KHILAU WATERSHED, BULOG DAS, SEKAMPUNG
WATERSHED)
By
HAFID AZI DARMA
The unwise use of forests results in ecological degradation of biodiversity and
forest functions. The purpose of this study is to reconstruct the history of the area,
determine the condition of biodiversity and the factors that influence its existence,
related to the use of forests in the Khilau Sub-watershed, the Bulog Sub-DAS, the
Sekampung watershed. The method used in this study is an analysis of historical
reconstruction. Sampling is done using snowball sampling. The study of changes
in area and biodiversity studied through interviews and studying historical
evidence, all data analyzed by using agrarian diagnosis methods. The results of
this study show that the historical changes of the area are divided into five (5)
periods, those are the arrival period of migrant waves, periods of agricultural
extensification activities, periods of monoculture farming activities, periods of
land improvement with GNRHL (National Forest and Land Rehabilitation
Movement), and period market access and interference from KPH (Forest
Hafid Azi Darma
Management Unit). Land management affects biodiversity. Before the land was
managed intensively in the study area, there were still many rare species of flora
and fauna, after the land was managed intensively and community cultivation
began to explorative, the number of rare species of flora and fauna decreased
rapidly even some of them could not be recovered in the area. At present there are
only 45 species of flora dominated by endemic flora and 25 species of fauna
which some of them is protected under the IUCN (International Union for
Conservation of Nature), while the factors that affect forest use are economic
factors, those are fluctuations in commodity prices; social factors in the form of
changes in the orientation pattern of the community that had become subsistence
to become commercial; cultural factors for ethnic influences in land cultivation
and management systems; and political factors in land occupation at the beginning
of the reform era.
Keywords: Biodiversity, Period, Khilau Sub-watershed.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERUBAHAN KONDISI
KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA (STUDI KASUS DI SUB-
SUB-DAS KHILAU, SUB-DAS BULOG, DAS SEKAMPUNG)
Oleh
HAFID AZI DARMA
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ITAS LAS MR PE UVI N
N G
U
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Poncowarno, Kecamatan
Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah pada 23 Juli
1995, putra pertama dari pasangan Bapak Sunaryo dan
Ibu Jamilah. Selanjutnya penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 05 Poncowarno
tahun 2002–2008, SMP Muh 2 Kalirejo tahun 2008-
2011, dan SMAN 1 Kalirejo tahun 2011–2014. Penulis melanjutkan pendidikan
di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2014
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama kuliah, penulis menjadi Anggota Utama Himpunan Mahasiswa Kehutanan
(Himasylva). Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Balapulang Divisi Regional Unit I Jawa Tengah pada
bulan Juli-Agustus 2017 selama 40 hari. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Wonokerto, Kecamatan Tulang Bawang Tengah 2,
Kabupaten Tulang Bawang Barat pada bulan Januari-Maret 2018 selama 40 hari.
Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Silvika dan Silvikultur tahun
2018. Penulis juga mengikuti kegiatan Magang Bakti Rimbawan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada bulan Agustus-
September 2018 selama 60 hari.
Untuk Bapak dan Ibu serta
Saudaraku Tersayang
SANWACANA
Assalamu ‘alaikum wr.wb.
Puji syukur yang selalu terucap kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW,
karena berkat anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Penentu Perubahan Kondisi Keanekaragaman Flora
dan Fauna (Studi Kasus di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung)”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehu-
tanan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Terselesaikannya penulisan skripsi tidak terlepas
dari bantuan, dorongan, dan kemurahan hati dari berbagai pihak. Maka dari itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dan penguji skripsi atas saran yang telah
diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku pembimbing akademik dan pembimbing
iii
pertama saya yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik
kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai
skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, moti-
vasi, saran dan kritik yang telah diberikan.
5. Segenap dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
bagi penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
6. Universitas Lampung, UNDP (United Nations Development Programme) dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang telah memberikan
dukungan pada penelitian ini sampai selesai.
7. Bapak Sutisna selaku Ketua Kelompok Tani Hutan Indah Jaya yang telah
bersedia membantu penulis mengumpulkan data di lapangan.
8. Kedua orang tua kandung penulis Bapak Sunaryo dan Ibu Jamilah atas segala
doa, dukungan, kesabaran yang tidak terhingga, kasih sayang, canda tawa, dan
keikhlasan hati yang telah diberikan sehingga penulis dapat lulus dan menye-
lesaikan skripsi ini.
9. Saudara kandung penulis Gilang Rahmadi yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Keluaga Besar Bapak Drs. Mujiman, Ibu Titik Wahyuni, Bapak Zusuf Amien,
S.Pd, Ibu Sri Aryani Wulandari, S.Si., M.Pd, Mas Sigit Riyadi, S.T, Mba
Anisa, S.E, Kakak Liqwina Almira Maulida, Adik Muhammad Hanan
Damara, Dinara Safina Ardani, dan Muhamad Dafan Atallah yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
iv
11. Teman-teman seperjuangan penulis, Kehutanan 2014 “LUGOSYL” khususnya
Kevin Van Damme S, Azhary Taufiq, Atikah Badzlina, Zulfikri, Elham
Wicaksono, Giga Piancita, Ida Lestari, Anis Ambarwati, Astry Sri Rezeki R
dan Ghina Zhafira atas bantuan, dukungan, dan kebersamaan mereka.
12. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian dan penyelesaian
skripsi mulai dari awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Wassalamu‘alaikum wr.wb.
Bandar Lampung, 13 Mei 2019
Hafid Azi Darma
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.4 Kerangka Penelitian ....................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ......................................................... 7
2.2 Bentuk-Bentuk Deforestasi ............................................................ 9
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deforestasi ............................ 10
2.4 Keanekaragaman Hayati ................................................................ 11
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 13
3.1 Tempat dan Waktu ......................................................................... 13
3.2 Alat dan Objek ............................................................................... 13
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 14
3.3.1 Data primer ........................................................................... 14
3.3.1.1 Pengambilan Sampel .................................................. 14
3.3.1.2 Wawancara ................................................................. 15
3.3.2 Data Sekunder ...................................................................... 15
3.4 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 16
3.5 Verifikasi Data ............................................................................... 16
3.5.1 Pemaparan ........................................................................... 17
3.5.2 Umpan Balik (Feedback) .................................................... 17
3.6 Revisi dan Finalisasi Laporan ........................................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 18
4.1 Faktor-faktor Berpengaruh terhadap Perubahan Kondisi Flora
dan Fauna di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung .......................................................................... 18
4.2 Sintesis Perubahan Flora-Fauna berdasarkan Periode yang
Terjadi di Wilayah Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung ........................................................................... 22
vi
Halaman
4.3 Verifikasi Data Perubahan Kondisi Flora dan Fauna di
Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ......... 31
4.4 Faktor Penting Perubahan Flora dan Fauna di Sub-Sub -DAS
Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung .................................. 38
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 43
5.1 Simpulan ........................................................................................ 43
5.2 Saran .............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45
LAMPIRAN ............................................................................................... 52
Gambar 7-14................................................................................................ 52-55
Panduan wawancara .................................................................................... 56
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman flora dan fauna
di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ............ 18
2. Perubahan kondisi vegetasi yang berdampak terhadap keberadaan
jenis satwa di wilayah Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung .................................................................................. 22
3. Penyempurnaan data keanekaragaman flora dan fauna berdasarkan umpan
balik (feedback) dari masyarakat di wilayah Sub-Sub-DAS Khilau,
Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ..................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian analisis faktor-faktor
penentu perubahan kondisi keanekaragaman flora dan fauna (studi
kasus di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung) . 6
2. Teknik pengambilan sampel ................................................................ 14
3. Time line perubahan kondisi hutan ...................................................... 16
4. Time line analisis pola penggunaan lahan terhadap flora dan fauna .... 30
5. Perubahan keanekaragaman flora dan fauna serta penyebabnya ......... 40
6. Tutupan vegetasi melalui foto udara menggunakan Google Earth
Pro 2018. .............................................................................................. 41
7. Survei lokasi penelitian di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung .................................................................................. 52
8. Kondisi vegetasi di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung. ................................................................................. 52
9. Persiapan pengambilan data di Sub-Sub-DAS Khilau,
Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ..................................................... 53
10. Pengambilan data menggunakan wawancara kepada informan di
Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ................ 53
11. Jejak fauna babi (Sus Scrofa) di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung .................................................................................. 54
12. Flora babi (Sus scrofa) yang berhasil diabadikan oleh masyarakat
melalui foto di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung .................................................................................. 54
13. Fauna ular sanca kembang (Malayophyton reticulatus) yang berhasil
diabadikan oleh masyarakat melalui foto di Sub-Sub-DAS Khilau,
Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ..................................................... 55
ix
Gambar Halaman
14. Verifikasi data bersama masyarakat dan informan di
Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung ................ 55
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mengalami kehilangan biodiversitas dengan
laju yang sangat tinggi (Triyono, 2013). Kehilangan biodiversitas di Indonesia
utamanya berkorelasi dengan laju deforestasi dan degradasi lahan. Menurut
Departemen Kehutanan (2008) laju deforestasi dan degradasi hutan Indonesia
mencapai 1,09 juta ha per tahun selama kurun waktu 2000-2005.
Penyebab utama deforestasi adalah adanya konversi kawasan hutan secara
permanen menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan keperluan lain
(Nursanti, 2008). Selain itu, terjadi penggunaan kawasan hutan di luar sektor
kehutanan melalui pinjam pakai kawasan hutan dan pemanenan hasil hutan yang
tidak memperhatikan prinsip-prinsip hutan lestari. Sementara itu, degradasi hutan
disebabkan oleh kebakaran hutan dan pembalakan liar (illegal logging) (Badan
Litbang Kehutanan dan Taman Nasional Meru Betiri, 2011).
Konversi hutan menjadi perkebunan utamanya disebabkan oleh pertumbuhan dan
kepadatan penduduk serta meningkatnya jumlah petani kecil di dalam kawasan
hutan. Menurut World Bank (1990) dan FAO (1990) dalam CIFOR (1997),
sistem perladangan berpindah dan trasmigrasi spontan menjadi salah satu penye-
babnya. Barbier dkk. (1993) dalam CIFOR (1997) dan Fraser (1996)
2
menambahkan penyebab kepadatan penduduk dianggap paling berpengaruh dalam
kegiatan laju deforestasi dan degradasi hutan.
Beberapa kajian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan masuknya
masyarakat ke dalam kawasan hutan antara lain adanya faktor politik, faktor
ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor lemahnya penegakan hukum. Sejak masa
reformasi hingga sekarang, masyarakat memiliki andil besar dalam pembukaan
kawasan hutan. Kurangnya alternatif mata pencaharian serta terbatasnya tingkat
pendidikan dan keterampilan menjadikan masyarakat menggantungkan hidupnya
pada hutan (Senoaji, 2011). Selain itu lemahnya pengawasan petugas keamanan
hutan membuat masyarakat membuka kawasan hutan lebih luas lagi.
Perubahan-perubahan yang telah terjadi serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan tutupan lahan tersebut dianalisis dengan metode rekonstruksi
sejarah kawasan. Rekonstruksi sejarah merupakan upaya untuk mengulang
kembali peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan menemukan, mengung-
kapkan, dan memahami nilai serta makna budaya yang terkandung. Rekonstruksi
sejarah ini akan dapat memberikan info terkait faktor- faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan kondisi keanekaragaman hayati (Sacklokham dan Baudran,
2005).
Salah satu wilayah hutan yang banyak dikonversi oleh masyarakat adalah Sub-
Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung. Berdasarkan Citra Lansat
tahun 2015, tutupan hutan di wilayah ini hanya tersisa 7%. Kemudian lokasi ini
ditetapkan sebagai lokasi pilot project pengaplikasian tiga koferensi Rio De
Janero (degradasi lahan, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim) dalam
3
bentuk kegiatan Cross Cutting Capacity Development (CCCD) (Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). Penelitian ini penting dilakukan untuk
mempelajari faktor-faktor penyebab dan kondisi yang mempengaruhi kehilangan
keanekaragaman hayati pada Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kondisi keanekaragaman hayati, bagaimana faktor-faktor ekonomi,
sosial, politik dan budaya baik lokal, nasional, maupun internasional berdampak
terhadap praktik pengelolaan lahan serta apasaja faktor-faktor ekonomi, sosial,
politik dan budaya yang menjadi penyebab perubahan kondisi keanekaragaman
hayati di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Merekonstruksi sejarah kawasan di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog,
DAS Sekampung,
2. Mengetahui kondisi keanekaragaman hayati di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-
DAS Bulog, DAS Sekampung.
3. Mengetahui faktor-faktor ekonomi, sosial, politik dan budaya baik lokal,
nasional, maupun internasional berdampak terhadap praktik pengelolaan lahan
di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung.
4
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan rujukan tentang kondisi
keanekaragaman hayati di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung. Kajian ini juga diharapkan dapat menyajikan informasi penting
tentang faktor-faktor yang telah mempengaruhi perubahan keanekaragaman hayati
di wilayah tersebut, sehingga dapat dijadikan dasar untuk tindakan preverentif
maupun kebijakan untuk memperbaiki kondisi keanekaragaman hayati baik di
wilayah studi maupun di wilayah lain.
1.4 Kerangka Penelitian
Tutupan lahan merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung sistem
kehidupan pada suatu kawasan hutan (Fauzi dkk., 2016). Tingginya manfaat dari
suatu kawasan hutan menyebabkan masyarakat memanfaatkan hutan secara besar-
besaran. Pada tahun 1973-2011 perubahan tutupan lahan pada hutan primer di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) mencapai 4.116,5 ha (Sinaga
dan Darmawan, 2014). Menurut Adalina dkk. (2015) tingkat pendapatan yang
rendah serta minimnya ilmu pengetahuan, menyebabkan masyarakat masuk ke
dalam kawasan hutan dan melakukan aktivitas di dalamnya sehingga dapat
menurunkan tutupan lahan pada kawasan hutan.
Handoko dan Darmawan (2015) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan tutupan lahan dalam kawasan hutan adalah adanya aktivitas manusia
(perambahan hutan, Illegal logging dan perladangan), perubahan setatus kawasan,
dan kebijakan pemerintah. Sejatinya pada tutupan lahan yang utuh pada kawasan
5
hutan menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, karena hutan
berfungsi sebagai tempat tinggal, mencari makan serta berkembangbiak bagi flora
maupun fauna (Alikodra, 2002).
Praktik pengelolaan lahan yang dilakukan masyarakat yakni dengan perladangan
berpindah, pembalakan liar (illegal logging) dan pemukiman. Menurut Senoaji
(2012) perladangan perpindah merupakan suatu teknik perladangan yang berasal
dari budaya berdasarkan warisan adat dengan masa bera sekitar 5-7 tahun. Waktu
pemberaan yang singkat menyebabkan berkurangnya luasan hutan dan tutupan
lahan (Talaohu, 2013). Selain itu kegiatan kegiatan illegal logging yang tinggi
dan alih fungsi lahan sebagai pemukiman menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati (Auhara, 2013). Praktik pengelolaan ini sangat
berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati.
Sebagai upaya untuk mengetahui fenomena sosial, ekonomi, budaya dan politik,
yang berpengaruh terhadap pengelolaan lahan, maka dilakukan rekonstruksi
sejarah perkembangan kawasan. Rekonstruksi sejarah dilakukan dengan metode
agrarian diagnosis (Sacklokham dan Baudran, 2005). Menurut Mirhan (2014)
dalam rekonstruksi sejarah tidak dapat dipisahkan dari ilmu sosial karena banyak
data tentang sosial budaya yang dapat membantu dalam penulisan sejarah.
Rekonstruksi sejarah ini akan dapat digunakan untuk mengetahui fenomena-
fenomena apa saja yang berpengaruh terhadap praktik pengelolaan lahan dan
kehilangan keanekaragaman hayati. Data yang dihasilkan dapat digunakan
sebagai kebijakan yang tepat serta tindakan preverentif di wilayah studi maupun
wilayah lain. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian analisis faktor-faktor
penentu perubahan kondisi keanekaragaman flora dan fauna (studi
kasus di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung).
Kawasan
Hutan
Masyarakat
Faktor Penentu Perubahan
Biodiversitas
Kondisi Biofisik
dan Vegetasi
dan Vegetasi
Tindakan Preverentif dan kebijakan untuk
memperbaiki kondisi Biodiversitas
memperbaiki kondisi Biodiversitas
Perubahan Terus-menerus
Perubahan Biodiversitas
Flora dan Fauna
Analisis Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Perubahan Biodiversitas
Rekonstruksi Sejarah
Ekonom
imi
Politik
Sosial
Budaya
Pola Budidaya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai merupakan (DAS) merupakan suatu daerah yang tersusun
atas komponen-komponen yang kompleks (biotik dan abiotik) (Fuady dan Azizah,
2008). Definisi Daerah Aliran Sungai menurut Peraturan Pemerintah RI No. 37
Tahun 2012 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Suatu DAS dapat berfungsi apabila gabungan dari faktor-faktor DAS dapat
berfungsi dengan baik, faktor yang ada pada DAS yaitu vegetasi, bentuk wilayah
(topografi), tanah, dan manusia (Asdak, 2010). Salah satu fungsi DAS adalah
fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah
hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud
termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air, menyangga kejadian puncak
hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi
pembuangan.
8
Apabila salah satu faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan
mempengaruhi ekosistem DAS dan akan menyebabkan gangguan terhadap
bekerjanya fungsi DAS. Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem
hidrologisnya akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan dan penyim-
panan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya menjadi sangat
boros.
Agus dan Widianto (2004), mengemukakan bahwa sebuah DAS yang sehat dapat
menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi manusia dan
hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat
berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik
secara positif dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan
sumber daya alam lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012,
pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,
agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya keman-
faatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Menurut Sudaryono
(2002) pengelolaan DAS harus juga dilakukan melalui sistem yang dapat membe-
rikan produktivitas lahan yang tinggi, kelestarian DAS, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
9
2.2 Bentuk-Bentuk Deforestasi
Deforestasi merupakan hilangnya tutupan hutan secara permanen ataupun semen-
tara (perubahan lahan hutan menjadi tidak berhutan) (Wahyuni, 2016). Menurut
Anwar dkk. (2011) Deforestasi pada hutan alam sama halnya dengan degradasi
Daerah Aliran Sungai (DAS), secara nyata menurunkan produktivitas lahan akibat
adanya peningkatan erosi tanah, runn off, evapotraspirasi dan menurunnya
simpanan air. Bentuk-bentuk kegiatan deforestasi seperti perambahan hutan,
Pembalakan liar (Illegal logging) dan perladangan berpindah.
Pembalakan liar (Illegal logging) merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
lingkungan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu jaringan
kejahatan yang terorganisir (Elvira, 2012). Pembalakan liar terjadi akibat
berbagai faktor seperti ekonomi, budaya, sosial serta politik.
Perladangan berpindah merupakan bagian dari kearifan lokal yang ada pada
masyarakat adat yang diwariskan secara turun-temurun untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat adat (Yulianto, 2013). Tanaman penutup (cover
crop) digunakan sebagai indikator untuk menentukan tempat perladangan berpin-
dah selanjutnya (Silvi dkk., 2017). Menurut Alam (2007) belakangan ini
diketahui masyarakat yang melakukan kegiatan perladangan berpindah yaitu
masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan, pendapatan serta akses terhadap
ekonomi dan lainnya rendah. Selanjutnya yaitu pemukiman memiliki peran yang
tinggi dalam deforestasi hutan.
10
Menurut Sylviani dan Hakim (2014) di KPHP Gedong Wani pemukiman yang
berada di dalam kawasan hutan mencapai 7,60 % dari seluruh total luas kawasan
yang ada. Tingginya pemukiman di dalam kawasan hutan akan seiring dengan
bertambahnya kebutuhan sosial ekonomi sehingga akan memperluas lahan untuk
dijadikan pemukiman di dalam hutan (Antoko dkk., 2008). Selain itu akses yang
mudah untuk memasuki kawasan hutan perlu diperhatikan untuk menekan
kerusakan hutan yang telah terjadi (Hidayat, 2014).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deforestasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam deforestasi hutan seperti faktor ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Faktor penyebab kerusakan hutan menurut Sylviani
(2008) adalah faktor ekonomi masyarakat di sekitar hutan yang digambarkan
sebagai masyarakat petani miskin yang memasuki kawasan hutan. Lemahnya
faktor ekonomi, menyebabkan masyarakat melakukan proses deforestasi dan
degradasi hutan (Junaidi dan Maryani, 2013). Selain itu, meningkatnya harga
suatu komoditas pertanian menyebabkan masyarakat melakukan konversi hutan
besar-besaran dari lahan hutan menjadi perkebunan monokultur (Verbist dkk.,
2004). Tidak hanya faktor ekonomi, sosial budaya dan politik pun berpengaruh
dalam deforestasi hutan.
Menurut Rasyid (2014) faktor sosial budaya yang ada dimasyarakat yaitu
pengunaan api dalam pembukaan kawasan hutan. Penggunaan api dalam
membuka kawasan hutan sudah menjadi tradisi dan cara yang paling efektif bagi
masyarakat di sekitar hutan. Selanjutnya yaitu faktor politik.
11
Politik sangat erat hubungannya dengan sumberdaya alam dengan komposisi
legislatif dan eksekutif yaitu antara pemegang kekuasaan dan yang menjalankan
peraturan di lapangan (Angi dan Wiati, 2017). Pemegang kekuasaan memiliki
peran yang besar untuk menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan, namun
kebijakan yang dibuat seringkali tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan
serta masyarakat lokal (Asri, 2013). Menurut Alviya dkk. (2012) stakeholders
harusnya lebih fokus pada permasalahan ekologi karena sangat berpengaruh
terhadap kelestarian hutan serta kesejahteraan masyarakat.
2.4 Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merupakan semua kehidupan di atas permukaan bumi ini
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang
terkandung dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup.
Keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi berbagai ekosistem yang menjaga
agar lingkungan alami tetap hidup, mulai dari menjaga daerah aliran sungai yang
menyediakan air bersih, hingga polinasi dan siklus-siklus nutrisi, serta menjaga
kebersihan udara dan gas di atmosfer. Dengan demikian keanekaragaman hayati
mencakup keanekaragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies), dan genetik
(varietas/ras) (Dahuri, 2003).
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keunikan mulai dari genetik,
keanekaragaman jenis spesies, ekosistem dan endemisnya (Sutoyo, 2010). Bebe-
rapa fauna endemik Indonesia seperti komodo (Varanus komodoensis), orang utan
(Pongo pygmaeus), harimau (Panthera tigris), beruang madu (Helarctos
12
malayanus), badak jawa (Rhinoceros sondaicus), dan gajah sumatra (Elephas
maximus sumatranus). Seiring berjalannya waktu beberapa flora fauna di
Indonesia sudah terancam punah. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun
1999 jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi antaralain terdapat 70 jenis
Mamalia, 92 jenis Aves, 30 jenis Reptilia, 19 jenis Insecta, 7 jenis Pisces, 14 jenis
Bivalia, 14 jenis Palmae, 1 jenis Rafflessiacea, 29 jenis Orchidaceae, 1 jenis
Nephentaceae, dan 2 jenis Dipterocarpaceae.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung Provinsi Lampung. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja
(Purposive) karena wilayah ini terpilih sebagai lokasi pilot project CCCD
(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018) dengan pertimbangan
wilayah DAS ini strategis karena sangat mempengaruhi kondisi hilir Gedung
Tataan Lampung Selatan dan kondisi DAS yang buruk sehinga perlu untuk
dipulihkan. Waktu penelitian dijadwalkan pada bulan September-November
2018.
3.2 Alat dan Objek
Alat yang digunakan yaitu panduan wawancara, perekam suara, kamera digital 13
mp dan seperangkat komputer yang dilengkapi software microsoft excel. Objek
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dan memiliki ketergantungan
ekonomi terhadap keberadaan Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS
Sekampung.
14
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data primer
3.3.1.1 Pengambilan sampel
Metode pengambilan sampling yang digunakan adalah snowball sampling
(Neuman, 2003). Snowball sampling merupakan suatu metode untuk meng-
identifikasi, memilih dan mengambil sampel melalui hubungan keterkaitan dari
satu orang dengan orang yang lain atau satu kasus dengan kasus lain, kemudian
mencari hubungan selanjutnya melalui proses yang sama, demikian seterusnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Metode snowball sampling dapat disebut juga (bola
salju) yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-garis, pada penelitian ini
titik awal dalam penentuan (informan) adalah aparatur Desa (Kepala Desa), dari
Kepala Desa diharapkan diketahui (informan-informan) lain yang menjadi pelaku
sejarah di kawasan tersebut.
Gambar 2. Teknik pengambilan sampel.
A
B C
D E F G
15
3.3.1.2 Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara semi berstruktur (Rachmawati, 2007)
dengan menanyakan a) periode waktu beserta keadaan karakteristik area
(perbedaan penggunaan lahan, spesies yang di tanam, bagaimana praktiknya,
penggunaan alat dalam bercocok tanam, varietas tanaman yang digunakan,
bagaimana dalam menjaga kesuburan tanah), b) kondisi sosial per peride waktu
(tahun kedatangan, perubahan demografi, fasilitas, perubahan dalam jaringan
komunikasi, perubahan dalam peluang pekerjaan, krisis kesuburan tanah, peru-
bahan iklim,tren harga, kebijakan pertanian/regulasi, program pengembangan atau
proyek dan teknologi terbaru yang tersedia), c) kondisi keanekaragaman hayati
per periode waktu (jenis tumbuhan yang dapat di temukan, jenis tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan, bagaimana memanfaatkan tumbuhan, seberapa banyak
tumbuhan yang dimanfaatkan, jenis hewan yang dapat di temukan, jenis hewan
yang dapat dimanfaatkan, bagaimana memanfaatkan hewan, seberapa banyak
hewan yang dimanfaatkan) (Ferraton dkk., 2010).
3.3.2 Data sekunder
Pengumpulan data monografi Desa, hasil-hasil penelitian terdahulu dan literatur
tentang perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya yang telah terjadi di wilayah
studi, di Indonesia, dan dunia.
16
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh, diolah dengan sistem tabulasi yang bertujuan
untuk mengetahui kejadian-kejadian penting apa saja yang terjadi. Selanjutnya
dibuat dalam bentuk time line berupa waktu, momen penting, perubahan, cara
masyarakat memanfaatkan kawasan lahan hutan dan kondisi keanekaragaman
hayati pada periode waktu tertentu dapat di lihat pada Gambar 3 dan selanjutnya
data dianalisis menggunakan metode analisis historis. Analisis historis meru-
pakan analisis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau, secara
sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi,
dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti guna
memperoleh kesimpulan yang akurat (Suryana, 2010).
Kondisi sekarang
Hutan Alami Perubahan
1961
1961-1971 1971-2018
Gambar 3. Time line perubahan kondisi hutan.
3.5 Verifikasi Data
Verifikasi data merupakan pengecekan data yang telah terhimpun guna
mencocokan kebenaran data yang didapatkan. Menurut Gumilang (2016)
17
verifikasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dengan menggolong-
golongkan data-data yang didapatkan sesuai dengan fokus penelitian.
3.5.1 Pemaparan
Pemaparan merupakan proses penyajian informasi dari data-data yang di ambil
selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan antara lain data hasil
pengamatan (peristiwa yang terjadi melalui panca indra), hasil wawacara
(informasi dari informan) serta informasi lainnya (dokumen, foto, rekaman vidio
dan hasil pengukuran) (Wahidmurni, 2017).
3.5.2 Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik (feedback) merupakan segala informasi baik yang menyangkut input
maupun transformasi (Arikunto, 2008). Umpan balik (feedback) perlu dilakukan
untuk memperbaiki informasi yang didapatkan. Input di sini adalah (informan)
dan transformasi adalah sintesis data yang dilakukan si peneliti terhadap objek
penelitian.
3.6 Revisi dan Finalisasi Laporan
Revisi merupakan kegiatan menyempurnakan standar sesuai dengan kebutuhan
(PP RI No 15 Tahun 1991). Sedangkan finalisasi laporan merupakan final akhir
dalam penyempurnaan laporan yang telah didapatkan sesuai dengan fokus
penelitian.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah.
1. Sejarah di wilayah Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-DAS Bulog, DAS Sekampung
terbagi ke dalam lima (5) periode, yaitu periode kedatangan gelombang
migran, periode kegiatan bercocok yang tanam tinggi, periode kegiatan
bercocok tanam secara monokultur, periode perbaikan lahan dengan GNRHL
(Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan), dan periode akses pasar
serta campur tangan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan).
2. Kondisi keanekaragaman hayati terdapat 45 jenis flora dan 25 jenis fauna, pada
flora terdapat flora endemik seperti kapur sintuk (Dryobalanops oocarpa),
damar (Agathis spp), suren (Toona sureni Merr) dan bayur (Pterospermum
javanicum) sedangkan pada fauna terdapat fauna yang dilindungi berdasarkan
IUCN (International Union for Conservation of Nature) di antaranya burung
elang hitam (Ictinaetus malayensis) beresiko rendah, beruang madu
(Halarcetos malayanus) rentan, dan surili (Presbitys aygula) rentan.
3. Faktor ekonomi adanya fluktuasi harga komoditi, faktor sosial berupa
perubahan pola orientasi masyarakat yang tadinya subsisten menjadi komersil,
faktor budaya adanya pengaruh etnik dalam sistem budidaya dan pengelolaan
lahan, dan faktor politik terjadinya okuptasi lahan pada awal era reformasi.
44
5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah adanya kajian lebih lanjut dalam kegiatan
inventarisasi flora dan fauna, serta pengukuran keberhasilan program Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) di Sub-Sub-DAS Khilau, Sub-
DAS Bulog, DAS Sekampung.
DAFTAR PUSTAKA
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah., Asiah. dan Japisa, T. 2012. Karakteristik habitat gajah sumatera
(elephas maximus sumaranus) di kawasan ekosistem seulawah kabupaten
aceh besar. J. Ilmiah Pendidikan Biologi Edukasi. 4(1):41-45.
Adalina, Y., Nurrochman, D.R., Darusman, D. dan Sundawati, L. 2015. Kondisi
sosial ekonomi di sekitar taman nasional gunung halimun salak.
J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 12(2):105-118.
Agus, F. dan Widianto. 2004. Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering.
Buku. World Agroforestry Center. Bogor. 101 hlm.
Alam, S. 2007. Hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan konversi
hutan rakyat menjadi areal perladangan berpindah (studi kasus petani hutan
kemiri rakyat kabupaten maros). J. Hutan dan Masyarakat. 2(3):280-289.
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Buku. Yayasan Penerbit
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 303 hlm.
Alviya, I., Salminah, M., Arifanti, V.B., Maryani, R. dan Syahadat, E. 2012.
Persepsi para pemangku kepentingan terhadap pengelolaan lanskap hutan di
daerah aliran sungai tulang bawang. J. Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 9(4):171-184.
Andini, U.H., Soeaidy, M.S. dan Hayat, A. 2015. Pemberdayaan ekonomi
masyarakat dari desa tertinggal menuju desa tidak tertinggal (studi di desa
muktiharjo kecamatan margorejo kabupaten pati. J. Administrasi Publik
(JAP). 2(12):7-11.
Angi, E.M. dan Wiati, C.B. 2017. Kajian ekonomi politik deforestasi dan
degradasi hutan dan lahan di kabupaten paser, kalimantan timur.
J. Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 3(2):63-80.
Antoko, B.S., Sanudin. dan Sukmana, A. 2008. Perubahan fungsi hutan di
kabupaten asahan, sumatera utara. J. Info Hutan. 5(4):307-316.
Anwar, M., Pawitan, H., Murtilaksono, K. dan Jaya, I.N.S. 2011. Respons
hidrologi akibat deforestasi di das barito hulu, kalimantan tengah.
J. Manajemen Hutan Tropika. 17(3):120-126.
46
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Buku. Bumi Aksara.
Jakarta. 343 hlm.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 630 hlm.
Asri, S. 2013. Dimensi internasional dalam deforestasi di hutan. J. Ilmu Politik
Hubungan Internasional. 14(2):1-22.
Auhara, L. 2013. Dampak illegal logging terhadap perlindungan hukum satwa
yang dilindungi. J. Lex Administratum. 1(1):5-13.
Awak, T.F., Fatem. S. dan Yohanita, A. 2015. Sistem perburuan landak
moncong panjang (zaglossus bruijnii) pada masyarakat kampung waibem dan
kampung saukorem tambrauw papua barat. J. Ilmu Kehutanan. 9(1):57-66.
Azwartika, R.R. dan Sardjito. 2013. Pengembangan komoditas unggulan
petanian dengan konsep agribisnis di kabupaten pamekasan. J. Teknik
Pomits. 2(2):168-172.
Badan Litbang Kehutanan. dan Taman Nasional Meru Betiri. 2011. Review
Tentang Illegal Logging Sebagai Ancaman Terhadap Sumberdaya Hutan
Dan Implementasi Kegiatan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi (REDD+) di Indonesia. Buku. Pusat penelitian dan
pengembangan perubahan iklim dan kebijakan badan penelitian dan
pengembangan kehutanan, kementerian kehutanan indonesia. Bogor.
26 hlm.
Bawono, B.T. dan Mashdurohatun, A. 2011. Penegakan hukum pidana di
bidang illegal logging bagi kelestarian lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya. J. Hukum. 16(2):590-611.
CIFOR. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia: Penelaahan
Kerancuan dan Penyelesaiannya. Buku. Center For International Forestry
Research. Bogor. 20 hlm.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412
hlm.
Departemen Kehutanan. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Buku.
Departemen Kehutanan. Jakarta. 204 hlm.
Dewi, K.A.N.P. dan Santoso, E.B. 2014. Pengembangan komoditas unggulan
sektor pertanian tanaman pangan di kabupaten karangasem melalui
pendekatan agribisnis. J. Teknik Pomits. 3(2):184-189.
47
Diarto., Hendrarto, B. dan Suryoko, S. 2012. Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan kawasan hutan mangrove tugurejo di kota semarang.
J. Ilmu Lingkungan. 10(1):1-7.
Elvira. 2012. Pembalakan liar (studi tentang pola jaringan pembalakan liar di
taman nasional bukit barisan selatan (tnbbs) kabupaten lampung barat).
J. Kriminologi Indonesia. 8(2):78-93.
Endarwati, M.A., Wicaksono, K.S. dan Suprayogo, D. 2017. Biodiversitas
vegetasi dan fungsi ekosistem: hubungan antara kerapatan, keanekaragaman
vegetasi, dan infiltrasi tanah pada inceptisol lereng gunung kawi, malang. J.
Tanah dan Sumberdaya. 4(2):577-588.
Fauzi, R.M., Nugroho, J.R. dan Herawatiningsih, R. 2016. Analisis perubahan
penutupan lahan pada kawasan hutan lindung gunung naning kabupaten
sekadau provinsi kalimantan barat. J. Hutan Lestari. 4(4):520-526.
Ferraton, N., Touzard, I., Barral, S. dan Loosemore, N. 2010. Understanding
Family Farming: Diagnostic Analysis Of Farming System In a Small Region.
Buku. Institute Des Region Chaudes, Monspiller SupAgro. Monspiller. 157
hlm.
Fraser, A.I. 1996. Social, Economic and Political Aspects of Forest Clearance
and Land-Use Planning in Indonesia. Buku. Unpublished manuscript. 218
hlm.
Fuadi, N.A., Purwanto, M.Y.J. dan Tarigan, S.D. 2016. Kajian kebutuhan air
dan produktifitas air padi sawah dengan sistem pemberian air secara sri dan
konvensional menggunakan irigasi pipa. J. Irigasi. 11(1):23-32.
Fuady, Z. dan Azizah, C. 2008. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem
ekologi dan manajemen daerah aliran sungai. J. Lentera. 6(1):1-10.
Gumilang, G.S. 2016. Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. J. Fokus Konseling. 2(2):144-159.
Handoko. dan Darmawan, A. 2015. Perubahan tutupan hutan di taman hutan
raya wan abdul rachman (tahura war). J. Sylva Lestari. 3(2):43-52.
Hani, A. 2016. Peran agroforestry dalam meningkatkan keberhasilan penanaman
sengon. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri ke-5. 57-62.
Hardiatmi, J.M.S. 2010. Investasi tanaman kayu sengon dalam wanatani cukup
menjanjikan. J. Innofarm. 9 (2):17-21.
48
Herdiyanto, D. dan Setiawan, A. 2015. Upaya peningkatan kualitas tanah
melalui sosialisasi pupuk hayati, pupuk organik, dan olahan tanah konservasi
di desa sukamanah dan desa nanggerang kecamatan cigalontang kabupaten
tasikmalaya. J. Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 4(1):47-53.
Hidayat, S. 2014. Kondisi vegetasi hutan lindung sesaot, kabupaten lombok
barat, nusa tenggara barat, sebagai dasar informasi dasar pengelolaan
kawasan. J. Penelitian Kehutanan Wallacea. 3(2):97-105.
Indrawardana, I. 2012. Kearifan lokal masyarakat sunda dalam hubungan dengan
lingkungan alam. J. Komunitas. 4(1):1-8.
Junaidi, E. dan Maryani, R. 2013. Pengaruh dinamika spasial ekonomi pada
suatu lanskap daerah aliran sungai (das) terhadap keberadaan lanskap hutan
(studi kasus pada das citanduy hulu dan das ciseel , jawa barat).
J. Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan. 10(2):122-139.
Kamilia, I. dan Nawiyanto. 2015. Kerusakan hutan dan munculnya gerakan
konservasi di lereng gunung lamongan, klakah 1999-2013. J. Publik
Budaya. 1(3):72-85.
Karmeli, E. dan Fatimah, S. 2008. Krisis ekonomi indonesia. J. of Indonesian
Applied Economics. 2(2):164-173.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Keputusan Direktur
Perencanaan dan Evaluasi, SK. 13/PEPDAS/P2DAS/KLN.0/3/2018.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta. 4 hlm.
Kosmayanti. dan Ermiati, C. 2017. Pengaruh modal dan luasan lahan terhadap
pendapatan petani sawit di desa pangkatan kecamatan pangkatan kabupaten
labuhan batu utara. J. Plans. 12(1):171-176.
Kristin, Y., Qurniati, R. dan Kaskoyo H. 2018. Interaksi masyarakat sekitar
hutan terhadap pemanfaatan lahan taman hutan raya wan abdul rachman.
J. Sylva Lestari. 6(3):1-8.
Kusumo, A., Bambang, A.N. dan Izzati, M. 2016. Struktur vegetasi kawasan
hutan alam dan rerdegredasi di taman nasional tesso nilo. J. Ilmu
Lingkungan. 14(1):19-26.
Mirhan, A.N. 2014. Pentingnya rekonstruksi sejarah. J. Adabiyah. 14(1):96-
103.
Mustari, A.H., Setiawan, A. dan Rinaldi, D. 2015. Kelimpahan jenis mamalia
menggunakan kamera jebakan di resort gunung botol taman nasional gunung
halimun salak. J. Media Konservasi. 20(2):93-101.
49
Neuman, W.L. 2003. Social Research Methods, Qualitative and Quantitative
Approaches. Buku. Fifth Edition. Pearson Education. Boston. 584 hlm.
Nursanti. 2008. Deforestasi dan degradasi hutan di indonesia. J. Agronomi.
12(1):54-58.
Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 1991. Tentang Standar Nasional
Indonesia. Jakarta. 15 hlm.
Peraturan Pemerintah RI No. 37 Tahun 2012. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Jakarta. 44 hlm.
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Jakarta. 32 hlm.
Prastio, A.B., Trisnaningsih. dan Sudarmi. 2018. Migrasi dan kondisi sosial
ekonomi suku sunda di desa neglasari lampung utara. J. Penelitian Geografi.
6(4):1-10.
Rachmawati, I.N. 2007. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
wawancara. J. Keperawatan Indonesia. 11(1):35-40.
Rahman, D.A. 2010. Karakteristik habitat dan preferensi pohon sarang orangutan
(pongo pygmaeus wurmbii) di taman nasional tanjung putting (studi kasus
camp leakey). J. Primatologi Indonesia. 7(2):37-50.
Rasyid, F. 2014. Permasalahan dan dampak kebakaran hutan. J. Lingkar
Widyaiswara. 1(4):47-49.
Rosni. 2017. Analisa tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di desa dahari
selebar kecamatan talawi kabupaten batubara. J. Geografi. 9(1):53-66.
Sacklokham, S. dan Baudran, E. 2005. Using Agrarian Systems Analysis to
Understand Agriculture. Buku. NAFRI. Laos. 229 hlm.
Sahureka, M. 2008. Implementasi program gn-rhl di kota ambon.
J. Agroforestry. 3(2):149-155.
Senoaji, G. 2011. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan lindung bukit
daun di bengkulu. J. Sosiohumaniora. 13(1):1-17.
Senoaji, G. 2012. Sistem pertanian perladangan berpindah dan konservasi hutan
oleh masyarakat baduy di banten selatan. J. Sosiohumaniora. 14(3):273-289.
Setianto, P. dan Susilowati, I. 2014. Komoditas perkebunan unggulan yang
berbasis pada pengembangan wilayah kecamatan di kabupaten banjarnegara
provinsi jawa tengah. J. Wilayah dan Lingkungan. 2(2):143-156.
50
Silvi., Lumangkun, A. dan Wardenaar, E. 2017. Kearifan lokal masyarakat
dalam kegiatan ladang berpindah di dusun laek desa bengkilu kecamatan
tujuh belas kabupaten bengkayang. J. Hutan Lestari. 5(4):1027-1034.
Sinaga, R.P. dan Darmawan, A. 2014. Perubahan tutupan lahan di resort pugung
tampak taman nasional bukit barisan selatan (tnbbs). J. Sylva Lestari.
2(1):77-86.
Sofyan, A.F. 2013. Pengaruh transmigrasi terhadap perubahan sosial ekonomi
masyarakat di desa tepian makmur kecamatan rantau pulung kabupaten kutai
timur. J. Ilmu Pemerintahan. 1(3):1167-1180.
Sudarmadji., Darmanto, D., Widyastuti, M. dan Lestari, S. 2016. Pengelolaan
mata air untuk penyediaan air rumah tangga berkelanjutan di lereng selatan
gunung api merapi. J. Manusia dan Lingkungan. 23(1):102-110.
Sudaryono. 2002. Pengelolaan daerah aliran sungai (das) terpadu, konsep
pembangunan berkelanjutan. J. Teknologi Lingkungan. 3(2):153-158.
Sugiartidiningsih. 2012. Pengaruh luas lahan, terhadap produktifitas jagung di
indonesia periode 1990-2006. J. Ekonomi Insentif Kopwil4. 6(1):45-48.
Surtiani, Y. dan Budiati, L. 2015. Evaluasi rehabilitasi hutan dan lahan (rhl) di
daerah aliran sungai (das) juwana pada kawasan gunung muria kabupaten
pati. J. Pembangunan Wilayah dan Kota. 11(1):117-128.
Suryana. 2010. Metode Penelitian (Model Prakatis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Buku. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 58 hlm.
Susilowati, S.H. 2016. Fenomena penuaan petani dan berkurangnya tenaga kerja
muda serta implikasinya bagi kebijakan pembangunan pertanian.
J. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 34(1):35-55.
Sutoyo. 2010. Keanekaragaman hayati indonesia (suatu tinjauan : masalah dan
pemecahnya). J. Buana Sains. 10(2):101-106.
Sutrisno. 2011. Penegakan hukum terhadap hutan dari illegal loging.
J. Yustitia. 5(2):241-249.
Syam, T., Darmawan, A., Banuwa, I.S. dan Ningsih, K. 2012. Pemanfaatan citra
satelit dalam mengidentifikasi perubahan penutupan lahan : studi kasus hutan
lindung register 22 way waya lampung tengah. J. Globe. 14(2):146-156.
Sylviani. dan Hakim, I. 2014. Analisis tenurial dalam pengembangan kesatuan
pengelolaan hutan (KPH): studi kasus kph gedon wani provinsi lampung. J.
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 11(4):309-322.
51
Sylviani. 2008. Kajian dampak perubahan fungsi kawasan hutan terhadap
masyarakat sekitar. J. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 5(3):155-
178.
Talaohu, M. 2013. Perladangan berpindah antara masalah lingkungan dan
masalah sosial. J. Populis. 7(2):59-63.
Triyono, K. 2013. Keanekaragaman hayati dalam menunjang ketahanan pangan.
J. Inovasi Pertanian. 11(01):12-22.
Ulfah, M., Rahayu, P. dan Dewi, L.S. 2015. Kajian morfologi tumbuhan pada
spesies tanaman lokal berpotensi penyimpan air: konservasi air di
karangmanggis, boja, kendal, jawa tengah. J. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. 1(3):418-422.
Verbist, B., Putra, A.E. dan Budidarsono, S. 2004. Penyebab alih guna lahan
dan akibatnya terhadap fungsi daerah aliran sungai (das) pada lansekap
agroforestri berbasis kopi di sumatra utara. J. Agrivita. 26(1):29-38.
Wahidmurni. 2017. Memaparkan Data dan Temuan Penelitian. Skripsi.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang. 16 hlm.
Wahyudi, A., Harianto, S.P. dan Darmawan, A. 2014. Keanekaragaman jenis
pohon di hutan pendidikan konservasi terpadu tahura wan abdul rachman. J.
Sylva Lestari. 2(3):1-10.
Wahyuni, Y. 2016. Deforestation reduction policy in rokan hilir year 2011-2012.
J. Jom Fisip. 3(1):1-14.
Wulan, Y.C., Yasmi, Y., Purba, C. dan Wollenberg, E. 2004. Analisa Konflik
Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003. Buku. CIFOR. Jakarta.
77 hlm.
Yudiarini, N. 2011. Perubahan pertanian subsisten tradisional ke pertanian
komersil. J. Agro. 2(1):1-8.
Yulianto, E.H. 2013. Konservasi tradisional berbasis kearifan lokal masyarakat
tani kabupaten paser (studi kasus desa semuntai kecamatan long ikis
kabupaten paser). J. Agrifor. 12 (2):140-148.
Zanzibar, M. dan Witjaksono. 2011. Pengaruh penuaan dan iradiasi dengan sinar
gamma(60
Co) terhadap pertumbuhan bibit suren (toona sureni blume merr).
J. Penelitian Hutan Tanaman. 8(2):89-96.