bab ii perbedaan posisi tekanan darah

97
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. 5 Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah. 6 Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini 5

Upload: zul-hermawan

Post on 30-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh

permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh

darah.5

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem

sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah. 6

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang

mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan

keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.

Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-

pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang

akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah

yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-

sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang

dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen

kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke

paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.7

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota

tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan

5

Page 2: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120)

menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan

disebut tekanan sistol. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung

beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang

paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam

keadaan duduk atau berbaring. 8

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi

dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah

daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana

akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di

waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. 8

Kenaikan tekanan arteri pada usia tua biasanya dihubungkan dengan

timbulnya arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri yang terutama

meningkat; pada kira-kira sepersepuluh dari semua orang tua akhirnya

meinngkat di atas 200mmHg. 9

Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal.

Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah

tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut

menderita tekanan darah rendah/hipotensi. 7

6

Page 3: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

II.2 Standar Tekanan Darah Normal 10

II.2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Usia Dewasa yang dapat dilihat

pada Tabel 2.110

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa

KategoriTekanan Darah

SisitolikTekanan Darah

Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg >= 100 mmHg

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55 – 60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau menurun drastis. 10

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg

atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan

diastolik masih dalam keadaan normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada

usia lanjut. 10

Dalam pasien dengan diabetes melitus atau penyakit ginjal, penelitian

telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus

dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan. 10

7

Page 4: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

II.2.2  Klasifikasi Tekanan Darah (mmHg) Menurut WHO yang Dapat

Dilihat pada Tabel 2.210

Tabel 2.2Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah menurut WHO

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal – Tinggi 130 - 139 85 – 89

Hipertensi Stage 1 (Mild)

140 - 159 90 – 99

Hipertensi Stage 2 (Moderate)

160 - 179 100 – 109

Hipertensi Stage 3 (Severe)

≥ 180 ≥ 110

II.2.3 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa > 18 tahun menurut

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High blood Pressure / JNC VI, dapat dilihat pada tabel

2.3: 10

Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure / JNC VI.

KategoriTekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85

Normal – Tinggi 130 - 139 85 – 89Hipertensi

Derajat 1 (Ringan) 140 - 159 90 – 99Derajat 2 (Sedang) 160 - 179 100 – 109Derajat 3 (Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥ 140 < 90

8

Page 5: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

II.2.4 Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure / JNC VII tahun 2003, pada orang berusia 18

tahun ke atas yang dapat dilihat pada Tabel 2.4: 10

Tabel 2.4Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure / JNC VII.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal ≥ 120 < 80

Prehypertension 120 - 139 85 – 89

Derajat 1 140 - 159 90 – 99

Derajat 2 ≥ 160 100

Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥ 140 < 90

II.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah11

Untuk mengukur tekanan darah pada manusia, diperlukan berbagai

macam alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan bacaan tekanan

darah. Secara umum ada 2 metode atau teknik yang digunakan untuk

mendapatkan bacaan tekanan darah, yaitu Metode Palpasi atau Rabaan, dan

Metode Auskultasi dengan menggunakan berbagai macam alat dan teknik

pengukuran sesuai dengan keragaman jenis alat yang digunakan. 11

II.3.1 Metode Palpasi 12

Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan

kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut

radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti

9

Page 6: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode

palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang di ukur

dengan metode auskultasi. 12

Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut radialis ketika

memompa manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode

auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang

menghilang pada tekanan di atas tekanan diastolik, kemudian muncul lagi

pada tekanan yang lebih rendah (“celah auskultasi”). Bila manset dimulai

untuk dipompa sampai denyut radialis menghilang, pemeriksa dapat yakin

bahwa tekanan manset di atas tekanan sistolik, dan nilai tekanan rendah

palsu dapat dihindari. 12

Gambar 2.1 : pengukuran tekanan darah metode palpasi (perabaan

denyut nadi)

Sumber : http://witaridewi.files.wordpress.com/2011/01/foto-nensi.jpg

10

Page 7: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

II.3.2 Metode auskultasi 11

Metode auskultasi telah menjadi andalan pengukuran tekanan darah

klinis selama ini tetapi secara bertahap digantikan oleh teknik lain yang

lebih cocok untuk pengukuran pengukuran secara otomatis.

Gambar 2.2 : pengukuran tekanan darah metode auskultasi

Sumber :

http://www.kapukonline.com/2011/10/prosedurtindakancarapengukur

anpemeriksa.html

A. Metode Auskultasi-Merkuri, Sphygmomanometer Aneroid, dan

Sphygmomanometer Hybrid 11

Hal ini mengejutkan bahwa hampir 100 tahun setelah pertama kali

ditemukan, dan pengakuan akan akurasi yang terbatas, teknik

pengukuran Korotkoff untuk megukur tekanan darah terus digunakan

tanpa perbaikan besar. Arteri brakialis disumbat oleh sabuk yang

dilingkarkan di lengan atas dan dan dibuat mengembang untuk mencapai

tekanan sistolik. Karena secara bertahap mengempis, aliran darah yang

berdenyut ini menjadi normal kembali dan disertai dengan suara yang

11

Page 8: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

dapat dideteksi dengan stetoskop yang di letakkan di atas arteri tepat di

bawah manset. Secara tradisional, suara tersebut telah diklasifikasikan

dalam 5 tahap yaitu: 11

Tahap / Fase I, adanya suara denyutan menjadi tanda adanya

denyutan nadi yang dapat teraba untuk kemudian dijadikan

patokan;

Tahap / Fase II, suara menjadi lebih lembut dan lebih lama;

Tahap / Fase III, suara menjadi lebih tajam dan keras;

Tahap / Fase IV, suara menjadi teredam dan lebih lembut,

Tahap / Fase V, suara hilang sepenuhnya. Tahap kelima

dengan demikian tercatat sebagai suara terakhir yang dapat

didengar.

Suara diperkirakan berasal dari kombinasi turbulensi aliran darah

dan osilasi dari dinding arteri. Ada kesepakatan bahwa awal dari tahap I

menyatakan tekanan sistolik tetapi cenderung berada pada perkiraan

kurang dari tekanan sistolik yang terekam oleh pengukuran intra-arteri

secara langsung. Hilangnya suara (tahap V) menyatakan tekanan

diastolik tetapi cenderung terjadi sebelum tekanan diastolik ditentukan

oleh pengukuran intra-arteri secara langsung. Tidak ada signifikansi

klinis pada fase II dan III. 11

Metode suara Korotkoff cenderung memberikan nilai untuk tekanan

sistolik yang lebih rendah dari tekanan intra-arteri yang sebenarnya, dan

nilai-nilai diastolik yang cenderung lebih tinggi. Rentang perbedaannya

12

Page 9: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

cukup mencolok, perbedaan antara 2 metode mungkin sebanyak 25

mmHg pada beberapa individu. 11

Telah ada perselisihan di masa lalu, apakah fase IV atau V bunyi

Korotkoff harus digunakan untuk merekam tekanan diastolik, tetapi fase

IV cenderung lebih tinggi daripada fase V bila dibandingkan terhadap

tekanan intra-arteri diastolik yang sebenarnya dan lebih sulit untuk

diidentifikasi dari fase V. 11

Saat ini sudah ada konsensus umum bahwa fase kelima harus

digunakan, kecuali dalam situasi di mana hilangnya suara tidak dapat

dipercaya karena suara yang terdengar bahkan setelah deflasi lengkap

manset, misalnya, pada wanita hamil, pasien dengan fistula arteriovenosa

(misalnya, untuk hemodialisis), dan insufisiensi aorta. 11

Kebanyakan uji klinis yang telah mengevaluasi manfaat dari

perawatan hipertensi menggunakan besaran-skala fase kelima. 11

Pada pasien yang lebih tua dengan tekanan nadi melebar, suara

Korotkoff mungkin menjadi tak terdengar antara tekanan sistolik dan

diastolik, dan muncul kembali saat deflasi manset dilanjutkan. Fenomena

ini dikenal sebagai kesenjangan auskultasi. Dalam beberapa kasus, hal ini

dapat terjadi karena fluktuasi tekanan intra-arteri dan kemungkinan besar

terjadi pada subyek dengan kerusakan organ tertentu. 11

Kesenjangan auskultasi sering dapat dihilangkan dengan

meninggikan lengan di atas kepala selama 30 detik sebelum

menggembungkan manset dan kemudian membawa lengan ke posisi

13

Page 10: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

normal untuk melanjutkan pengukuran. Manuver ini mengurangi volume

vaskular di anggota tubuh dan meningkatkan arus masuk untuk

meningkatkan suara Korotkoff. Kesenjangan auskultasi tidak menjadi

masalah pada penngukuran menggunakan metode nonauskultasi. 11

B. Sphygmomanometer Merkuri 11

Gambar 2.3 : Sphygmomanometer Merkuri

Sumber : http://alatkesehatanjogja.com/produk-69-tensimeter-raksa-

abn-regency.html

Sphygmomanometer merkuri / air raksa telah selalu dianggap

sebagai standar emas untuk pengukuran klinis tekanan darah, tapi situasi

ini kemungkinan akan berubah dalam waktu dekat, seperti yang

dibahas. 11

Desain Sphygmomanometer merkuri telah berubah sedikit selama

50 tahun terakhir, kecuali bahwa versi modern cenderung menumpahkan

merkuri jika terjatuh. Pada prinsipnya, kecil kemungkinan untuk berbuat

salah dengan Sphygmomanometer merkuri dibandingkan dengan

perangkat lain, dan salah satu fitur unik adalah bahwa kesederhanaan

14

Page 11: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

desain berarti bahwa ada perbedaan dalam akurasi dari merek yang

berbeda, yang tentunya tidak berlaku untuk setiap jenis dari

manometer. 11

Namun, hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk berpuas diri. Salah

satu survei rumah sakit menemukan bahwa 21% dari perangkat memiliki

masalah teknis yang akan membatasi akurasi, sedangkan yang lain

ditemukan> 50% rusak. Sphygmomanometer nol acak dirancang untuk

menghilangkan bias pengamat tapi tidak lagi tersedia. 11

C. Sphygmomanometer Aneroid 11

Gambar 2.4 : Sphygmomanometer Aneroid

Sumber : http://www.tokopedia.com/armada/tensi-darah-aneroid-

anzon

Pada alat ini, tekanan terekam oleh sistem mekanis yang merekam

hembusan pada logam yang bergerak seiring dengan meningkatnya

tekanan manset dan serangkaian tuas yang merekam tekanan pada skala

melingkar. Sistem jenis ini tidak mempunyai stabilitas yang tetap dari

waktu ke waktu, terutama jika ditangani dengan kasar. Oleh karena itu

15

Page 12: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

system ini secara inheren kurang akurat dibandingkan

sphygmomanometer merkuri dan memerlukan kalibrasi secara berkala. 11

Perkembangan terkini dalam desain perangkat aneroid mungkin

membuat system seperti ini kurang rentan terhadap kerusakan mekanis

ketika jatuh. Perangkat Wall-mount mungkin kurang rentan terhadap

trauma dan, karenanya, lebih akurat daripada perangkat mobile lainnya. 

11

Keakuratan manometer sangat bervariasi dari satu produsen ke

lainnya. Dengan demikian, 4 survei yang dilakukan di rumah sakit dalam

10 tahun terakhir telah meneliti akurasi perangkat aneroid dan telah

menunjukkan ketidakakuratan yang signifikan mulai dari 1% sampai

44%.  Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan perangkat

aneroid telah berfokus pada keakuratan sistem perekam tekanan sebagai

kebalikan terhadap tingkat kesalahan pengamat, yang kemungkinan lebih

tinggi dengan perangkat lainnya. 11

D. Sphygmomanometer Hibrid 11

Gambar 2.5 : Sphygmomanometer HibridSumber : http://global.rakuten.com/en/store/satuma/item/kenz-kz-700/

16

Page 13: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Perangkat ini telah dikembangkan dengan menggabungkan

beberapa fitur perangkat baik elektronik dan auscultatory, dan disebut

sebagai Sphygmomanometer "hibrid". Fitur utama adalah bahwa kolom

merkuri digantikan oleh sebuah pengukur tekanan elektronik, seperti

yang digunakan pada perangkat oscillometric. 11

Tekanan darah diambil dengan cara yang sama seperti dengan

perangkat raksa atau aneroid, oleh pengamat dengan menggunakan

stetoskop dan mendengarkan suara Korotkoff. Tekanan manset dapat

ditampilkan sebagai simulasi kolom merkuri, sebagai pembacaan digital,

atau sebagai simulasi tampilan aneroid. 11

Dalam satu versi, manset mengempis dengan cara biasa, dan ketika

tekanan sistolik dan diastolik mulai terdengar, maka tombol yang berada

di samping tombol deflasi ditekan, yang membekukan tampilan digital

untuk menampilkan angka tekanan sistolik dan tekanan diastolik. 11

Alat ini memiliki potensi untuk meminimalkan preferensi terminal

digit, yang merupakan sumber utama kesalahan dengan perangkat

merkuri dan aneroid.  Hibrid sphygmomanometer memiliki potensi untuk

menjadi pengganti merkuri, karena menggabungkan beberapa fitur

terbaik dari merkuri dan perangkat elektronik pada setiap tingkat sampai

yang terakhir sehingga menjadi cukup akurat untuk digunakan tanpa

adanya validasi individu. 11

17

Page 14: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

E. Teknik Oscillometric 11

Teknik ini pertama kali ditunjukkan oleh Marey pada tahun

1876, dan kemudian menunjukkan bahwa ketika tekanan osilasi dalam

manset sphygmomanometer dicatat selama deflasi bertahap, titik osilasi

maksimal menyatakan tekanan intra-arteri rata-rata. 11

Osilasi bermula tepat di atas tekanan sistolik dan berlanjut di bawah

diastolik, sehingga tekanan sistolik dan diastolik hanya dapat

diperkirakan secara tidak langsung menurut beberapa algoritma yang

diperoleh secara empiris. 11

Salah satu keuntungan dari metode ini yaitu transduser yang tidak

perlu ditempatkan di atas arteri brakialis, sehingga penempatan manset

tidaklah menjadi masalah. Potensi lain dari metode oscillometric yaitu,

untuk pemantauan rawat jalan metode ini tidak terlalu terpengaruh

terhadap kebisingan eksternal (tetapi tidak untuk getaran mekanik

frekuensi rendah), dan manset dapat dilepas dan diganti sendiri oleh

pasien, misalnya ketika mandi . 11

Masalah utama dengan teknik ini adalah bahwa amplitudo dari

osilasi tergantung pada beberapa faktor selain tekanan darah, yang paling

penting adalah kekakuan arteri. Dengan demikian, pada orang tua dengan

arteri kaku dan tekanan nadi yang lebar, tekanan arteri rata-rata dapat

secara signifikan berada di bawah nilai yang semestinya. 11

Algoritma yang digunakan untuk mendeteksi tekanan sistolik dan

tekanan diastolik berbeda dari satu perangkat ke perangkat lainnya dan

18

Page 15: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

tidak dibocorkan oleh produsen. Perbedaan antara perangkat telah secara

dramatis ditunjukkan oleh studi yang menggunakan gelombang tekanan

simulasi, di mana tekanan sistolik 120 mmHg didaftarkan serendah 110

mmHg dan setinggi 125 mmHg  oleh perangkat yang berbeda. 11

Kerugian lain adalah bahwa perekam tersebut tidak bekerja dengan

baik selama aktivitas fisik, ketika mungkin ada artefak gerakan yang

cukup besar. 11

Teknik oscillometric telah berhasil digunakan dalam memonitor

tekanan darah ambulatory (rawat jalan) dan memonitor tekanan darah di

rumah. Perbandingan beberapa model komersial yang berbeda dengan

pengukuran suara intra-arteri dan Korotkoff telah menunjukkan keadaan

yang umumnya baik, tetapi hasilnya lebih baik dalam memonitor

keadaan ambulatory (rawat jalan) dibandingkan dengan perangkat yang

lebih murah dipasaran untuk digunakan di rumah. Perangkat

Oscillometric juga sekarang tersedia untuk pengukuran dalam

penggunaan di klinik. 11

F. Metode Manset Jari Penaz / Penaz Finger Cuff 11

Gambar 2.6 : Penaz Finger CuffSumber : http://page2anesthesiology.org

19

Page 16: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Metode menarik ini pertama kali dikembangkan oleh Penaz  dan

bekerja pada prinsip dari "penurunan dinding arteri". Pulsasi arteri di jari

terdeteksi oleh photoplethysmograph dibawah tekanan manset. Output

dari plethysmograph digunakan untuk menggerakkan servo-loop, yang

dengan cepat mengubah tekanan manset untuk menjaga output konstan,

sehingga arteri ditahan dalam keadaan setengah terbuka. 11

Osilasi tekanan dalam manset diukur dan telah ditemukan

menyerupai gelombang tekanan intra-arteri di sebagian besar

subyek. Metode ini memberi perkiraan yang akurat dari perubahan

tekanan sistolik dan diastolik, meskipun keduanya kadang di bawah

perkiraan (atau berlebihan pada beberapa subyek) jika dibandingkan

dengan tekanan arteri brakialis, manset dapat dibiarkan dalam keadaan

menggelembung sampai 2 jam. 11

Sekarang tersedia secara komersial sebagai Finometer (sebelumnya

Finapres) dan perekam Portapres, dan telah divalidasi dalam beberapa

penelitian terhadap tekanan intra-arteri.  Portapres memungkinkan

pembacaan yang akan diambil lebih dari 24 jam meskipun subyek dalam

keadaan rawat jalan, meskipun agak rumit. 11

Metode ini dalam bentuknya yang sekarang tidak cocok untuk

penggunaan klinis karena biaya, ketidaknyamanan, dan ketidaktelitian

relatif untuk mengukur tingkat absolut tekanan darah. Nilai terbesarnya

adalah untuk studi penelitian menilai perubahan jangka pendek tekanan

20

Page 17: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

darah dan variabilitasnya. Monitor tekanan darah jari yang tersedia di

toko obat tidak menggunakan metode ini. 11

G. Teknik Ultrasonografi 11

Perangkat yang menggabungkan teknik ini menggunakan pemancar

dan penerima ultrasonik ditempatkan di atas arteri brakialis di bawah

manset sphygmomanometer. Ketika manset mengempis, pergerakan

dinding arteri pada tekanan sistolik menyebabkan pergeseran fase

Doppler pada ultrasound yang dipantulkan, dan tekanan diastolik dicatat

sebagai titik di mana penurunan gerak arteri terjadi. Variasi lain dari

metode ini mendeteksi onset aliran darah, yang telah ditemukan yang

kemudian menjadi nilai khusus untuk mengukur tekanan sistolik pada

bayi dan anak. 11

Pada pasien dengan suara Korotkoff sangat samar (misalnya orang-

orang dengan atrofi otot), penempatan probe Doppler di atas arteri

brakialis dapat membantu untuk mendeteksi tekanan sistolik, dan teknik

yang sama dapat digunakan untuk mengukur indeks pada pergelangan

kaki-lengan, di mana tekanan sistolik pada arteri brakialis dan arteri

tibialis posterior dibandingkan untuk mendapatkan indeks dari penyakit

arteri perifer. 11

H. Tonometri 11

Prinsip dari teknik ini adalah bahwa ketika arteri dikompresi

sebagian atau displint terhadap tulang, maka pulsasi sebanding dengan

tekanan intra-arteri.  Teknik ini telah dikembangkan untuk pengukuran

21

Page 18: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

tekanan darah di pergelangan tangan, karena arteri radialis terletak tepat

di atas tulang radius.  Namun, transduser perlu terletak tepat di atas pusat

dari arteri, dengan itu, sinyal berada pada posisi yang sangat sensitif. Hal

ini telah ditangani dengan menggunakan sebuah array dari transduser

yang ditempatkan di arteri. Meskipun teknik ini telah dikembangkan

untuk memantau denyut per denyut pada tekanan darah pergelangan

tangan, hal itu memerlukan kalibrasi pada setiap pasien dan tidak cocok

untuk penggunaan klinis secara rutin. 11

Aplikasi lain adalah applanation tonometry, di mana transduser

tunggal ditahan secara manual di atas arteri radial untuk merekam

gelombang tekanan saat sistolik and diastolik diukur dari arteri

brakialis. Teknik ini telah digunakan untuk memperkirakan tekanan pusat

aorta. Alasan untuk hal ini adalah bahwa tekanan arteri pada tingkatan

aortic root berbeda dari tekanan arteri brakialis, dan bahwa perbedaan ini

bervariasi sesuai dengan sejumlah variabel fisiologis dan patologis. 11

Dengan demikian, bisa diduga bahwa tekanan aorta mungkin

memprediksi kejadian jantung lebih erat dari tekanan arteri

brakialis. Bentuk gelombang tekanan di arterial tree / pokok arteri

ditentukan oleh kombinasi dari gelombang insiden dan gelombang yang

dipantulkan dari perifer. 11

Pada subyek hipertensi dan subyek dengan arteri kaku, gelombang

tekanan sistolik di aorta dan arteri brakialis ditambah dengan puncak

22

Page 19: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

sistolik akhir, yang dapat dikaitkan dengan refleksi gelombang dan yang

tidak terlihat pada arteri perifer lebih seperti arteri radial. 11

Dengan menggunakan analisis Fourier, adalah mungkin untuk

mendapatkan bentuk gelombang tekanan aorta sentral dari jejak arteri

radial. Namun, perbandingan dengan tekanan aorta direkam secara

langsung yang dilakukan selama kateterisasi jantung telah menunjukkan

sebaran yang cukup antara nilai estimasi dan dan nilai

sebenarnya,  sehingga teknik ini belum dapat direkomendasikan untuk

praktek klinis rutin. 11

II.3.3 Berdasarkan Lokasi Pengukuran - Lengan , Pergelangan Tangan,

dan Jari-jari 11

Lokasi standar untuk pengukuran tekanan darah adalah lengan atas,

dengan stetoskop di lipatan siku di atas arteri brakialis, meskipun ada

beberapa lokasi lain untuk menempatkannya. Pengamatan yang mengukur

tekanan pada pergelangan tangan dan jari telah menjadi populer, tetapi

penting untuk disadari bahwa tekanan sistolik dan diastolik berbeda secara

substansial di berbagai bagian dari cabang arteri. Secara umum, kenaikan

tekanan sistolik di arteri distal lebih tinggi, sedangkan tekanan diastolik

lebih rendah. Berarti tekanan arteri mengalami penurunan 1 sampai 2 mm

Hg antara aorta dan arteri perifer. 11

23

Page 20: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

A. Monitor Pergelangan Tangan11

Monitor pergelangan tangan memiliki keuntungan dengan menjadi

lebih kecil dari perangkat lengan dan dapat digunakan pada orang gemuk,

karena diameter pergelangan tangan hanya sedikit terpengaruh oleh

kenaikan berat badan pada penderita obesitas. Masalah potensial pada

monitor pergelangan tangan adalah kesalahan sistematis diakibatkan oleh

efek hidrostatik pada perbedaan posisi pergelangan tangan yang relatif

terhadap jantung. Hal ini dapat dihindari jika pergelangan tangan selalu di

tingkat yang setara posisi jantung ketika pembacaan diambil, tetapi tidak

ada cara untuk mengetahui secara retrospektif apakah hal ini terjadi pada

serangkaian pembacaan terakhir. Perangkat yang tersedia sekarang hanya

akan merekam pengukuran ketika monitor diletakkan di tingkat setara posisi

jantung. Monitor pergelangan tangan memiliki potensi namun perlu

dievaluasi lebih lanjut. 11

B. Finger Monitor / Monitor Jari 11

Monitor jari sejauh ini telah ditemukan tidak akurat dan tidak

direkomendasikan.  11

II.4 Faktor Pengaruh Perubahan Tekanan Darah 11

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah

pada manusia, baik itu faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar

yang menyebabkan perubahan tekanan darah pada subjek ataupun dapat

24

Page 21: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

menyebabkan kesalahan pembacaan tekanan darah, maupun faktor internal

yang berasal dari dalam tubuh subjek tersebut. 11

II.4.1 Faktor Eksternal 11

A. Pengaruh Posisi Tubuh 11

Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau

posisi terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang

berbeda. Sudah diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat

duduk lebih tinggi dari ketika diukur terlentang (dengan perbedaan ≥ 5

mmHg), meskipun ada yang kurang bersepakat tentang perbedaan pada

tekanan sistolik. Ketika posisi lengan secara cermat disesuaikan sehingga

manset berada pada selevel atrium kanan di kedua posisi, tekanan sistolik

telah dilaporkan menjadi 8 mm Hg lebih tinggi pada terlentang daripada

posisi tegak. 11

Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika

punggung tidak didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi

pemeriksaan), tekanan diastolik dapat meningkat hingga 6 mm

Hg.  Menyilangkan kaki dapat meningkatkan tekanan sistolik sekitar 2

sampai 8 mmHg.  11

Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah

antara tempat tidur dan sternum  , dengan demikian, jika lengan sedang

beristirahat di tempat tidur, maka posisinya akan berada di bawah

permukaan jantung. Untuk alasan ini, ketika pengukuran dilakukan dalam

25

Page 22: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

posisi terlentang lengan harus didukung dengan bantal. Dalam posisi duduk,

tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau ruang intercostal IV. 11

posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah karena

terkait dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi. 13

B. Pengaruh Posisi Lengan 11

Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah

diukur, jika lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan

menggantung ke bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan

terlalu tinggi. Demikian pula, jika lengan berada di atas tingkat jantung,

pembacaan akan terlalu rendah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh efek

dari tekanan hidrostatik  dan mungkin perbedaannya 10 mmHg atau

lebih,  atau 2 mmHg untuk setiap inci di atas atau di bawah tingkat jantung11

Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama

proses pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri

oleh pasien (bukan diangkat oleh pengamat), latihan isometrik akan

meningkatkan tekanan. 11

C. Perbedaan Antara 2 Lengan 11

Beberapa penelitian telah membandingkan tekanan darah yang diukur

di kedua lengan, sebagian besar menggunakan teknik auskultasi. Hampir

semuanya telah melaporkan menemukan perbedaan, namun tidak ada pola

yang jelas;. Meski demikian, perbedaan yang muncul tidak ditentukan oleh

apakah subyek tersebut bertangan kanan atau kidal. 11

26

Page 23: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Salah satu penelitian terbesar dilakukan pada 400 subyek menggunakan

pengukuran simultan dengan perangkat oscillometric, tidak menemukan

perbedaan sistematis antara 2 lengan, tetapi 20% dari subyek memiliki

perbedaan > 10 mmHg.  Meskipun temuan ini sedikit mengganggu, tetap

saja tidak jelas sampai sejauh mana perbedaan yang konsisten, berkebalikan

dengan hasil dari variabilitas tekanan darah yang melekat. 11

Namun demikian, dianjurkan bahwa tekanan darah harus diperiksa pada

kedua lengan pada pemeriksaan pertama. Hal ini mungkin membantu dalam

mendeteksi coarctation dari aorta dan obstruksi arteri ekstremitas

atas. Ketika ada perbedaan antar lengan yang konsisten, lengan dengan

tekanan yang lebih tinggi harus digunakan. Pada wanita yang memiliki

mastektomi, tekanan darah bisa diukur di kedua lengan kecuali ada

lymphedema. 11

D. Penempatan Manset dan Stetoskop 11

Penempatan manset harus didahului dengan pemilihan ukuran manset

yang tepat untuk lingkar lengan subjek. Pengamat harus terlebih dahulu

melakukan palpasi arteri brakialis di fossa antecubital dan menempatkan

garis tengah bagian tengah manset (biasanya ditandai pada manset oleh

produsen) sehingga berada di atas pulsasi arteri di atas lengan pasien. 11

Lengan tidak boleh dilipat sedemikian rupa sehingga memiliki efek

tourniquet di atas manset tekanan darah. Ujung bawah manset harus 2

sampai 3 cm di atas fossa antecubital untuk memungkinkan ruang untuk

27

Page 24: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

penempatan stetoskop.Namun, jika manset yang melingkupi ruang tersebut

memiliki panjang bladder yang tidak cukup mengelilingi lengan (setidaknya

80%), manset yang lebih besar harus digunakan, dengan pertimbangan

bahwa jika manset menyentuh stetoskop, kebisingan artifaktual akan

terjadi. 11

Manset kemudian ditarik pas di sekitar lengan atas yang tidak

tertutup. Baik pengamat maupun pasien tidak boleh berbicara selama

pengukuran. Tahap 1 (sistolik) dan Tahap 5 (diastolik) suara Korotkoff

adalah yang terbaik digunakan untuk mendengar bel / bunyi denyut dari

stetoskop di atas arteri brakialis yang teraba di fossa antecubital, meskipun

beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan  bila

menggunakan bel atau diafragma. 11

Kunci untuk pengukuran yang baik adalah penggunaan stetoskop

berkualitas tinggi dengan tabung pendek, karena model murah mungkin

memiliki sifat transmisi suara yang kurang baik yang diperlukan untuk

pengukuran auscultatory secara akurat. 11

E. Sistem Inflasi / Deflasi 11

Pengukuran tekanan darah tidak langsung mengharuskan oklusi dari

arteri brakialis diproduksi oleh inflasi dan deflasi bertahap dari manset

berukuran tepat. Pipa dari perangkat ke manset harus cukup panjang (70 cm

atau lebih) untuk memungkinkan fungsinya dalam suasana kantor. 11

Inflasi dan deflasi yang sukses membutuhkan sebuah sistem kedap

udara, inspeksi yang sedang berlangsung dan pemeliharaan pipa untuk

28

Page 25: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

kerusakan karet (cracking) dan katup pelepasan diperlukan. Manset awalnya

harus digelembungkan untuk setidaknya 30 mmHg di atas titik di mana

denyut radial menghilang. Laju deflasi memiliki dampak yang signifikan

terhadap penentuan tekanan darah. 11

Deflasi dengan nilai > 2 mm per detik dapat menyebabkan hasil yang

secara signifikan lebih rendah pada tekanan sistolik dan terlalu tinggi pada

tekanan diastolik. Perangkat otomatis dengan tingkat deflasi linear mungkin

telah meningkatkan akurasi atas keadaan lebih sering terjadi pada perangkat

otomatis yang memiliki deflasi bertahap. Disarankan bahwa tingkat deflasi

sebesar 2 sampai 3 mm Hg per detik (atau per denyut ketika denyut jantung

sangat lambat).  11

F. Poin Penting Pengukuran Tekanan Darah Klinis 11

Pasien harus duduk nyaman dengan punggung didukung dan lengan atas

terbuka tanpa tertutup pakaian secara konstriktif. Kaki tidak boleh menyilang.

Lengan harus selevel / sejajar dengan tingkat jantung, dan bladder dari

manset harus mengelilingi setidaknya 80% dari lingkar lengan.

Kolom merkuri harus kempes dengan kecepatan 2 sampai 3 mm/detik, dan

suara terdengar pertama dan terakhir harus diambil sebagai tekanan sistolik dan

diastolik. Kolom harus dibaca dengan 2 mmHg terdekat.

Baik pasien maupun pengamat tidak boleh berbicara selama pengukuran.

G. Pengamat 11

29

Page 26: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Pengamat adalah komponen yang paling penting dari pengukuran

tekanan darah yang akurat. Untuk pengukuran tekanan darah yang akurat,

pengamat harus: 11

(1) secara benar terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah,

(2) menggunakan perangkat akurat dan terawat dengan baik,

(3) mengenali faktor subjek, seperti kecemasan dan penggunaan nikotin

terakhir, yang akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah,

(4) posisikan subjek dengan tepat,

(5) pilih manset yang benar dan posisi dengan benar, dan

(6) melakukan pengukuran dengan menggunakan metode oscillometric

auscultatory atau otomatis dan merekam nilai yang diperoleh secara

akurat.

Kesalahan pengamat adalah keterbatasan utama dari metode

auscultatory.  kesalahan sistematis menyebabkan Kesalahan intra-pengamat

dan kesalahan inter-pengamat. Terminal preferensi digit mungkin adalah

manifestasi paling umum dari penentuan tekanan darah suboptimal. Hal ini

umumnya direkomendasikan bahwa pengamat harus membaca tekanan

darah terdekat ke 2 mmHg, tetapi ketidaktepatan dalam perekaman "nol"

sebagai angka terakhir dalam penentuan tekanan darah auscultatory telah

dilaporkan oleh peneliti dalam beberapa pengaturan klinis dan penelitian . 11

Bias Digit atau prasangka digit sangat umum ketika pengamat

mengakui nilai ambang tertentu untuk tekanan darah dan, tergantung pada

keadaan, catat tekanan tepat di atas atau di bawah angka tersebut. Contoh

30

Page 27: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

yang baik adalah Trial Syst-Eur, yang menunjukkan kedua preferensi nol

meningkat dan bias digit yang signifikan untuk 148 mmHg sistolik, ambang

batas yang berhasil untuk pengobatan dalam percobaan itu. 11

H. Jumlah Pengukuran 11

Hal ini juga diakui bahwa kekuatan prediksi dari pengukuran beberapa

tekanan darah jauh lebih besar daripada pembacaan tunggal.  Salah satu

keuntungan potensial melengkapi bacaan auscultatory dengan pembacaan

yang diambil oleh sebuah perangkat otomatis adalah kemampuan untuk

mendapatkan lebih banyak bacaan. 11

Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang

tertinggi. Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1

menit, dan rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili

tekanan darah pasien. Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan

pertama dan kedua, tambahan (1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan

kemudian rata-rata dari beberapa bacaan tersebut yang digunakan. 11

I. Metode Otomatis 11

Perangkat tekanan darah otomatis oscillometric semakin sering

digunakan dalam pengukuran tekanan darah kantoran, serta untuk rumahan

dan pemantauan rawat jalan. Ketika mereka digunakan di kantor,

pembacaan biasanya lebih rendah dari pembacaan yang diambil oleh dokter

atau perawat. 11

31

Page 28: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Keuntungan potensial dari pengukuran otomatis di kantor adalah

penghapusan kesalahan pengamat, meminimalkan efek jas putih, dan

meningkatkan jumlah bacaan. Kelemahan utama adalah kesalahan yang

melekat dalam metode oscillometric dan fakta bahwa data epidemiologi

sebagian besar didasarkan pada ukuran tekanan darah yang diauskultasi. 11

Perangkat otomatis mungkin juga menawarkan kesempatan untuk

menghindari pelatihan mahal dan berulang perawat kesehatan profesional di

tahapan auskultasi, yang diperlukan untuk mengurangi kesalahan

pengamat. Penggunaannya masih memerlukan evaluasi kehati-hatian

terhadap pasien pengguna kafein atau nikotin, pemilihan ukuran manset

yang tepat, dan posisi pasien yang tepat jika tekanan darah yang akurat ingin

diperoleh. Perangkat yang tersedia sekarang dapat mengambil serangkaian

pembacaan sekuensial dan otomatis merata-ratakan hasilnya. 11

J. Kebisingan 8

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu

kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya

gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya

kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-

putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga. 8

Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan

mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan

tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit,

bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.

32

Page 29: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah,

hipertensi dan menambah stress. 8

K. Tekanan panas 8

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan

penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang

disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban

kardiovaskuler bertambah. 8

II.4.2 Faktor Internal

A. Aktivitas fisik 8

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi

tekanan darah Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan

darah semakin meningkat.

B. Emosi 8

Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah

meningkat.

33

Page 30: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

C. Stress

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu

mengalami pengukuran.8 Stress bisa bersifat fisik maupun mental,

namun sulit untuk membedakannya. Bentuk stress dapat berupa situasi

yang mengancam hidup atau masalah yang timbul. Yang terjadi adalah

jantung berdenyut lebih kuat atau lebih cepat. Kelenjar seperti tiroid

dan adrenalin bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon aktif

mereka, sehingga kebutuhan otak akan darah juga meningkat.14

D. Umur 8

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan

usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan

usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk

kemudian menurun lagi.8

Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi.

Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis. 8

E. Jenis Kelamin 8

Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10

mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause

tekanan darahnya lebih meningkat. 8

F. Status Gizi (Obesitas) 8

34

Page 31: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan

terjadinya peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang

kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5

- 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk

dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk

dalam kategori obesitas. 8

G. Minuman Alkohol 8

Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam

Parsudi, 1992). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara

tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa

efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol

sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya. 8

H. Merokok 8

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah

dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan

ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir

ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus

memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah

meningkat. 8

35

Page 32: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh

darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan

tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali

per menit. 8

I. Kelebihan Protein Dalam Diet. 14

Terlalu banyak protein dapat menyebabkan pengentalan aliran

darah. Lemak daging kaya akan kolesterol, semakin kental cairan,

semakin sulit mengalir, dan semakin besar pula tekanan yang

dibutuhkan untuk memaksanya melewati pembuluh yang sempit. 14

Kelebihan pemasukan lemak hewan yang menyebabkan kolesterol

menumpuk pada dinding pembuluh darah. 14

Lemak yang diperoleh dari makanan hewan padat dan keras seperti

lilin. Sebaliknya lemak yang berasal dari sereal, biji-bijian dan sayuran

berbentuk cairan seperti minyak benih gandum. Bila lemak hewan

tertumpuk terlalu banyak dalam tubuh maka akan menyumbat sebagian

dari pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah yang

mengalirr meningkat. 14

J. Makanan tak bervitamin yang mengganggu keseimbangan

kelenjar. 14

36

Page 33: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Bila diet kekurangan nilai vitamin dan mineral penting, kelenjar

endokrin akan gagal berfungsi dengan efisien. Kelenjar ini gagal

mengeluarkan bermacam hormon ke dalam aliran darah dan seluruh

susunan kimiawi tubuh terganggu. 14

K. Terlalu banyak garam dalam diet. 14

Pemasukan garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan darah.

Bagian garam yang menyebabkan hipertensi adalah sodium yang juga

terdapat pada bubuk pengembang kue. 14

Pemasukan kalori yang tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat

badan. 14

Setiap makan kita membutuhkan darah untuk mencernanya.

Semakin banyak makan semakin banyak jumlah darah yang diperlukan.

Dengan kata lain semakin banyak makan semakin berat tugas jantung,

ginjal dan mekanisme sirkulasi. 14

L. Kekuatan memompa jantung 7

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol

dan pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri

serentak dan disebut sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial.

Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga

sistol dan diastol ventrikel. 7

37

Page 34: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel

lebih lama dan lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang

terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk

mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. 7

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang

sama, tetapi tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru

dimana tekanannya jauh lebih rendah. 7

M. Viskositas (kekentalan) darah 7

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel

darah yang berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua

faktor ini akan merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang

ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung yang dilaluinya,

berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan

makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui

pembuluh. 7

Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas; pada

anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang. 15

N. Elastisitas dinding pembuluh darah 7

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab

otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada

vena.7

38

Page 35: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

O. Tahapan tepi (resistensi perifer) 7

Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang

mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam

sistem sirkulasi besar berada di dalam arteriol. Dan turunnya tekanan

terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghaluskan denyutan

yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di

dalam kapiler dan vena. 7

P. Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit 7

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau

kena panas dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin,

sehingga bekerja seperti termostat yang mempertahankan suhu tubuh

agar tetap normal. Kalau arteri-arteri kecil ini mangalami dilatasi,

tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan menurukan

tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi

kurang aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan

glukose yang biasanya tersedia. 7

Q. Panjang pembuluh Darah 15

Semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran

darah. 15

39

Page 36: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

R. Radius pembuluh 15

Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh

sampai pangkat ke empatnya. Jika radius pembuluh digandakan seperti

yang terjadi pada vasodilatasi, maka aliran darah akan meningkat 16

kali lipat dan tekanan darah akan turun. Jika radius pembuluh dibagi 2,

seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka tahanan terhadap aliran

akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan naik. Karena

panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka

perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahann radius

pembuluh darah. 15

II.5 Pencabutan / Ekstraksi Gigi

II.5.1 Defenisi Pencabutan Gigi / Ekstraksi Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,

dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.

Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan

bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh

bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah

dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa

rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap

jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan

sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang. 16

40

Page 37: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang

melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta

keselurahan bagian tubuh. Pada tindakan pencabutan gigi perlu

dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama (asepsis) dan prinsip-

prinsip pembedahan (surgery). Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara

bersamaan tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi

yang ada ataupun yang mungkin akan terjadi. 17

Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari socket

gigi dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan

jaringan keras gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang

menyebabkan adanya jalur terbuka untuk terjadinya infeksi yang

menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh

karena itu tindakan aseptic merupakan aturan perintah dalam bedah mulut.18

Selalu diingat bahwa gigi bukanlah “ditarik” melainkan dicabut dengan

hati-hati. Hal ini merupakan prosedur pembedahan dan etika bedah yang

harus diikuti guna mencegah komplikasi serius (fraktur tulang/gigi,

perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun masing-masing

gigi merupakan struktur individual yang penting, dan masing-masing harus

dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi harus diambil untuk

alasan terapeutik atau kuratif. 19

II.5.2 Klasifikasi Ekstraksi Gigi

41

Page 38: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

A. Pencabutan Sederhana / Pencabutan Dengan Tang / Pencabutan

Intra Alveolar

Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan

menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini

sering juga di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa

dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi. 20,21

Pencabutan dengan menggunakan tang terdiri dari beberapa langkah

yaitu : pemeriksaan, adaptasi dan aplikasi tang, ekspansi/luksasi alveolus,

mengeluarkan gigi yang diikuti dengan pemeriksaan, kuretase dan

kompresi. 22

Pemeriksaan meliputi pengamatan yang hati-hati, baik secara klinis

maupun radiografis berkenaan dengan gigi yang akan dicabut dan

merupakan dasar untuk menentukan rencana pembedahan. Pencabutan

dengan tang biasanya terjadi tanpa komplikasi, tetapi tidak menutup

kemungkinan bahwa secara rutin diperlukan pula cara-cara lain seperti

perubahan instrumentasi / pembedahan apabila mahkota atau akar fraktur. 22

Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan

masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding

tulang alveolar. Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan

kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi

dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi

agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan

terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari. 23,24

42

Page 39: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Tekanan terkontrol adalah kunci dari penggunaan elevator dan tang.

Menggunakan tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol akan

mengakibatkan pencabutan yang eksplosif yang merupakan resiko terkecil

dan fraktur akar atau cedera serius lainnya, yang merupakan konsekuensi

terburuk. 22

Penggunaan tekanan yang terkontrol tergantung pada urutan tindakan.

Posisi pasien terhadap operator harus benar. Siku operator terletak di

samping dengan telapak tangan ke bawah untuk mencabut gigi-gigi bawah,

dan telapak tangan ke atas untuk gigi-gigi atas. 22

Harus digunakan grasp atau pegangan yang benar, baik pinch grasp

maksila atau sling grasp mandibula. Yang terpenting adalah adanya sensai

taktil dari besar tekanan yang diaplikasikan dan perubahan mobilitas gigi.

Aplikasi tekanan yang terkontrol akan menjamin keamanan pencabutan dan

mengurangi terjadinya komplikasi. 22

B. Pencabutan Dengan Pembedahan / Pencabutan Trans Alveolar 25,26,16

Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan

metode intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu

dilakukan pencabutan dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini

dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga

gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode surgical

yang digunakan pada kasus-kasus:

43

Page 40: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra

alveolar / gigi impaksi

Gigi yang mengalami hypersementosis atau ankylosis

Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi

Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan

dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus

maxillaris.

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat

secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan.

Masing-masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang

disesuaikan dengan keadaan dari setiap kasus.

Walaupun klasifikasi dari impaksi molar ketiga nampaknya mempunyai

manfaat terbatas, namun melengkapi dasar untuk menentukan kesukaran

pencabutan gigi dan sebagai pedoman untuk melakukan perencanaan

tindakan bedah. 22

Kesalahan pembedahan yang umum adalah tidak memadainya jalan

masuk karena kurang besarnya flap. Oleh karena itu, prinsip-prinsip

mendesain flap adalah penting dan perlu diperhatikan dengan baik. Dengan

jalan masuk yang adekuat, pemisahan/pemotongan terkontrol dari gigi

merupakan rute yang pasti untuk mendapatkan arah pengeluaran tanpa

halangan dengan mengorbankan tulang sesedikit mungkin. 22

44

Page 41: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Keterampilan dalam melakukan pembedahan gigi dicapai melalui

pengalaman klinik yang lama. Beberapa pengalaman terbaik diperoleh

melalui kemampuan memecahkan masalah pada situasi yang tidak

terlupakan. Dengan pengalaman, banyak dari situasi yang tak diinginkan

bias dihindari melalui pemikiran dan perencanaan yang hati-hati. 22

II.5.3 Indikasi Pencabutan / Ekstraksi Gigi

Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena

sakit gigi itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di

sekitarnya, atau letak gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh

indikasi dari pencabutan gigi: 25

A. Karies yang parah 26

Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk

pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi

yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk

dilakukan tindakan pencabutan.

B. Nekrosis pulpa 26

Sebagai dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan

pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang

tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan

45

Page 42: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

jumlah pasien yang menurun atau perawatan endodontik saluran akar yang

berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik endodontik

standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan

ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk

pencabutan.

C. Penyakit periodontal yang parah 26

Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit

periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada

selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang

berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini,

gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.

D. Alasan orthodontik 26

Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan

pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang

paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi

premolar ke-dua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan

pencabutan dengan alasan yang sama.

E. Gigi yang mengalami malposisi 26

46

Page 43: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan

dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan

tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus

diekstraksi. Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar

kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan

lunak di pipi. Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.

F. Gigi yang retak 26

Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang

telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan

tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan

kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.

G. Ekstraksi Pra-prostetik 26

Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat

dari peralatan prostetik seperti gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan

atau gigitiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.

H. Gigi impaksi 26

Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.

Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan

47

Page 44: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah

pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi

yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis,

impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada

pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.

I. Gigi Supernumerary 26

Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi

yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan

memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.

J. Gigi yang terkait dengan lesi patologis 26

Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan

pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi

terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi

dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.

K. Terapi pra-radiasi 26

Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus

memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan

pencabutan.

L. Gigi yang mengalami fraktur rahang 26

48

Page 45: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar

kadang-kadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian

besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan,

tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk

mencegah infeksi.

M. Estetik 26

Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.

Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau

fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol.

Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah

pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan untuk

memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk

rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.

N. Ekonomis 26

Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua

indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika

pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung

keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien

untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan

pencabutan gigi.

II.5.4 Kontra-Indikasi Pencabutan / Ekstraksi Gigi 27

49

Page 46: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

A. Kontraindikasi sistemik 27

Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan

pertimbangan khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi

mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang

memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit

tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien

sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang

menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk

menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat

pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.27

1. Diabetes Mellitus 27

Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolut

atau relative kadar insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme

glukosa. Penderita diabetes melitus digolongkan menjadi: 27

a. Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1,

juvenile,ketotik, britlle). 27

Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun

pada orang yang predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada

pasien yang berumur di bawah 40 tahun.

b. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2,

diabetes dewasa stabil). 27

50

Page 47: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan

dengan kegemukan. Lebih sering terjadi pada umur di atas 40

tahun. 27

Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien

diabetes tipe 2 dengan menggunakan anestesi lokal biasanya tidak

memerlukan tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Pasien

diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian insulin

seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan

karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik

untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi. Diabetes

yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh

karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontrol lebih

dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan

rujukan dan kemungkinan pasien harus rawat inap. 27

Diabetes dan Infeksi. Diabetes yang terkontrol dengan baik

tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan

rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan

mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami

infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.

Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat

defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau

terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena

hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan kendala

51

Page 48: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes, misalnya

meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat

kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang

terjadi bersamaan dengan kegagalan penyembuhan infeksi dengan

terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita diabetes. 27

Keadaan Darurat pada Diabetes. Diabetes kedaruratan,

syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia)

lebih sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering

terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul sangat cepat

apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin

dengan asupan karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis

biasanya berkembang setelah beberapa hari. Pasien yang

menderita hipoglikemia menunjukkan tanda-tanda pucat,

berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan pemberian

glukosa secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan

mudah membaik. Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan

mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin menyebabkan

kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian

insulin dan cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah

sakit (pasien rawat inap). 27

2. Kehamilan 27

Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan

kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara

52

Page 49: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi

mungkin merupakan manifestasi dari kehamilan gingivitis yang

disebabkan pergolakan hormon selama kehamilan. 27

Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi

hipertensi dan diabetes mellitus yang meskipun sifatnya hanya

temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat

menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi

yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi,

bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk scaling

kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya dirujuk dulu untuk

pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula

darahnya. Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun,

pasien dilakukan tensi dulu. 27

Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal

itu tidak bisa dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan

surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu

kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama.

rontgen harus dihindari saja kecuali kasus akut (politrauma,

fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan antibiotik,

(ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

(FDA) sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan).

Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu

53

Page 50: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring,

karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior. 27

Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat

ditunda sampai post-partus, maka sebaiknya tindakan dilakukan

di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau

tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa

dilakukan dengan baik dan aman di praktek, klinik biasa, atau

rumah sakit. 27

Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu

hamil adalah keadaan psikologisnya yang biasanya tegang, dll.

Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di

konsulkan dulu ke dokter kandungannya. 27

3. Penyakit Kardiovaskuler 27

Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita

memang harus mengetahui riwayat kesehatan pasien baik melalui

rekam medisnya atau wawancara langsung dengan pasien. Jika

ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan

kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai

bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena

itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya

pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk

mendukung diagnosa sehingga kita dapat menyusun rencana

54

Page 51: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak

diinginkan. 27

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat,

tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah

terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.Pasien dengan

penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra

indikasi eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh

melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun dalam

penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini

dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa

mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis

mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan

eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi

jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum

atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita

jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah

eksodonsi dilakukan. 27

4. Kelainan Darah 27

a. Purpura hemoragik 27

Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan

ke dan dari dalam gusi merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal

ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler

abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan

55

Page 52: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

kurang, sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi

pendarahan petechie dan ecchimosis. 27

Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan

pasca eksodonsia, atau pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya

diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan

waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin. 27

b. Leukemia 27

Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan

leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang.

Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan. 27

c. Anemia 27

Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam

darah sehingga kemampuan darah untuk mengangkut oksigen

menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki

kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler

d. Hemofilia 27

Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma

pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah

pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,

disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-

faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada

vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu

clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari

56

Page 53: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk

deposisi fibrin. 27

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan

defisiensi faktor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas)

terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s

disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini

jarang ditemukan. 27

Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu

ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan

dan waktu pembekuan darah yg tdk normal pada penderita27

5. Hipertensi 27

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung

vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan

tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,

sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi

lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap

mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi

obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer

darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan

perdarahan. 27

6. Jaundice 27

57

Page 54: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Tanda-tandanya adalah kulit berwarna kekuning-kuningan

disebut bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan,

membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat pada cairan

tubuh ( bila pigmen yang menyebabkan warna menjadi kuning ).

Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan

“prolonged hemorhage” yaitu perdarahan yang terjadi

berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima

pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli

yang merawatnya atau sebelum eksodonsi lakukan premediksi

dahulu dengan vitamin K. 27

7. AIDS 27

Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV.

Tanpa pemeriksaan secara hati-hati, sering lesi oral tersebut tidak

terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-

macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi

jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma. 27

Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga

sistem kekebalan tubuh menjadi berkurang. Pada tindakan

eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada

jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang

lebih parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan

premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan

medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.

58

Page 55: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala

penyakit mematikan ini pada pasiennya, maka dokter bisa

langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion

(waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung

tangan, masker, kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu.

Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV. 27

8. Sifilis 27

Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema

pallidum. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah,

sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka

terhambat. 27

9. Nefritis 27

Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita

nefritis, dapat berakibat keadaan nefritis bertambah buruk.

Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan

dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi. 27

10. Malignansi Oral 27

Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi

sel jaringan mempunyai aktivitas yang rendah sehingga daya

resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia yang

dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis

rahang. Apabila perawatan radiasi memang terpaksa harus

dikerjakan sehubungan dengan malignansi tersebut maka

59

Page 56: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

sebaiknya semua gigi pada daerah yang akan terkena radiasi

dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang

berpendapat bahwa semua gigi yang masih ada di daerah itu,

dibuang bersih dahulu sebelum penderita menerima radiasi yang

berat. 27

Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan

alveolektomi seluruh processus alveolaris sejauh sepertiga dekat

apeks lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar pada

daerah yang akan dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan

ke arah lipatan mukobukal atau lipatam labial. Semua tulang

labial atau bukal diambil dengan menggunakan chisel dan mallet.

Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan interseptal,

dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers,

chisel, bone burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus

yang tinggal dan tulang kortikal bagian lingual diambil dengan

meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus. Kemudian

flaps yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps

dapat bertemu dengan baik, tanpa terdapat teganagan.

Penyembuhan biasanya cepat dan perawatan radiasi dapat dimulai

dalam waktu seminggu. 27

11. Hipersensitivitas 27

Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat

mengakibatkan shock anafilaksis apabila diberi obat-obatan

60

Page 57: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang dokter gigi perlu

melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan

menghindari obat-obatan pemicu alergi. 27

12. Toxic Goiter 27

Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil,

tachycardia dan palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula

tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos

(bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic

naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada

wanita), nafsu makan berlebih. 27

Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat

mengakibatkan krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar,

sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat

penenang. 27

Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah

mulut, termasuk tindakan eksodonsi, karena dapat menyababkan

krisis tiroid dan kegagalan jantung. 27

B. Kontraindikasi Lokal 27

1. Infeksi gingival akut 27

Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing

ulcerative gingivitis (ANUG) atau fusospirochetal gingivitis.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri fusospirochaetal atau

streptococcus. 27

61

Page 58: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah : 27

a. memiliki OH yg jelek

b. perdarahan pada gusi

c. radang pada gusi

d. sakit

e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)

2. Infeksi perikoronal akut 27

Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar

mahkota gigi molar yang terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis

dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi sebagian (hanya muncul

sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri

dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada

perikoronitis, makanan / plak dapat tersangkut di bawah flap gusi

di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi, pembengkakan dan

infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu,

faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari

gigi di sebelahnya, merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian

atas. 27

3. Sinusitis maksilaris akut 27

Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar

rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran

mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan, sinus)

mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat

62

Page 59: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan

mukus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mukus di

dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi

sinus. 27

Gejala sinusitis akut : 27

• Nyeri, sakit di sekitar wajah

• Hidung tersumbat

• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung

• Kurang peka terhadap bau dan rasa

• Eritem di sekitar lokasi sinus

• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di

sekitar wajah

4. Radiasi 27

Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut

diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan

menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan terjadi keadaan

septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang

disebabkan oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik,

septikimia juga biasa diartikan dengan infeksi berat pada darah.

Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat

dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien

63

Page 60: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

telah mengalami sepsis dan tidak segera ditangani maka keadaan

sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic dan dapat

mengakibatkan kematian pasien. 27

Tanda-tanda respon sistemik sepsis : 27

a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit)

b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)

c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)

Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang

disebabkan oleh tidak cukupnya perfusi jaringan dan adanya

hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis. Keadaan diatas

kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik

(Systemic Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu

respon inflamasi sistemik yang bervariasi bentuk kliniknya,

ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut : 27

a. Temperatur > 38

b. Denyut jantung > 90 kali /menit

c. Respirasi > 20 kali/menit

d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3

II.6 Hubungan Antara Perubahan Tekanan Darah dan Pencabutan Gigi

Seperti yang kita ketahui dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah

seseorang, beberapa diantaranya yaitu: posisi tubuh, posisi lengan, aktifitas

64

Page 61: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

fisik, emosi, stress, umur, jenis kelamin, status gizi , perokok, dan beberapa

lainnya.

Dalam praktek kedokteran gigi, khususnya pencabutan gigi, beberapa

dari faktor tersebut dapat muncul pada pasien yang akan menjalani

pencabutan gigi. Misalnya saja faktor posisi tubuh, dimana pasien yang

akan menjalani tindakan pencabutan gigi, didudukkan di kursi unit dengan

posisi tertentu, sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah pasien tersebut.

Kemudian faktor lainnya yaitu emosi, stress, kecemasan, yang mana

faktor tersebut umum dijumpai pada pasien yang berkunjung ke doker gigi.

Misalnya saja setiap pasien tentunya mengalami perasaan cemas, yang bias

saja berujung pada perasaan stress saat berada di tempat praktek dokter gigi.

Hal ini bisa saja disebabkan oleh pasien tersebut yang mungkin pertama kali

berkunjung ke dokter gigi, atau pasien memiliki ketakutan tertentu terhadap

tindakan medis atau peralatan medis.

Kesemua hal tersebut di atas pada akhirnya akan menghasilkan

perubahan pada tekanan darah pasien, yang mana tentunya akan ada

perbedaan tekanan darah sebelum menjumpai kondisi / faktor yang dapat

meningkatkan tekanan darah, dengan pada saat menerima tindakan medis

dan sesudah dilakukan tindakan pencabutan gigi.

Oleh karena itu, tindakan pencabutan gigi dan perubahan tekanan darah

memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana tindakan pencabutan gigi dapat

mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah, dan sebaliknya

65

Page 62: BAB II Perbedaan Posisi tekanan darah

perubahan tekanan darah juga akan mempengaruhi keputusan tindakan

medis yang akan diambil.

II.7 Hipotesis

Hipotesis sementara untuk penelitian ini adalah terdapat perubahan

tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan pencabutan gigi. Hal tersebut

kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun

eksternal seperti yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya.

66