bab ii pembahasan peradilan di indonesia

15
BAB II PEMBAHASAN A. Kekuasaan Kehakiman di Indonesia 1. Kekuasaan Kehakiman dan Sistem Peradilan (Era Penjajahan) a. Sistem ketatanegaraan yang dianut berpedomankepada teori klasik montesquieu, yaitu kekuasaan negara di tangan eksekutif, legislatif dan yudikatif. b. Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi Pengadilan Negeri (namundalam hal ini wewenangnya hanya terbatas teknis yuridis). c. Dalam setiap pengadilan negeri, diatur juga suatu lembaga yang disebut kejaksaan pada pengadilan negeri tersebut. d. Badan peradilan yang ada saat itu baru pengadilan umum dan pengadilan agama. 2. Kekuasaan Kehakiman (Sebelum Amandemen UUD) a. Berdasarkan pada konstitusi dan peraturan perundang- undangan lain yang masih mengatur tentang hierarki lembaga negara (tertinggi, tinggi dan lembaga negarasaja). 1

Upload: haris

Post on 14-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gadgf

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kekuasaan Kehakiman di Indonesia1. Kekuasaan Kehakiman dan Sistem Peradilan (Era Penjajahan)a. Sistem ketatanegaraan yang dianut berpedomankepada teori klasik montesquieu, yaitu kekuasaan negara di tangan eksekutif, legislatif dan yudikatif.b. Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi Pengadilan Negeri (namundalam hal ini wewenangnya hanya terbatas teknis yuridis).c. Dalam setiap pengadilan negeri, diatur juga suatu lembaga yang disebut kejaksaan pada pengadilan negeri tersebut.d. Badan peradilan yang ada saat itu baru pengadilan umum dan pengadilan agama.2. Kekuasaan Kehakiman (Sebelum Amandemen UUD)a. Berdasarkan pada konstitusi dan peraturan perundang- undangan lain yang masih mengatur tentang hierarki lembaga negara (tertinggi, tinggi dan lembaga negarasaja).b. Menganut teori ketatanegaraan klasik (Montesquieu), dimana kekuasaan negara dijalankan oleh lembaga eksekutif, lembaga yudikatif dan lembaga legislative.c. Format lembaga kekuasaan kehakiman masih setengah independen, yaitu hanya dalam hal pemikiran, sedangkan dalam hal kedudukan dan sarana prasarana operasional lainnya masih berada di bawah kekuasaan lembaga negara lainnya.3. Sistem Peradilan (Sebelum Satu Atap)a. Pembinaan organisasi dan sumber daya manusia di bawah dephukham (kekuasaan eksekutif) dan hal-hal yang berkaitan dengan teknis yuridis (manajemen pekara) dibawah wewenang MA.b. Badan peradilan hanya terdiri dari badan peradilan umum, TUN, agama dan militer yang masing-masing mempunyai jejang pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding dan pengadilan tingkat kasasi.c. Struktur MA sebagai badan peradilan tertinggi terdiri dari satu orang ketua, satu orang wakil ketua, beberapa ketua muda, Beberapa dir, satu orang pansekjen, beberapa orang kepala pusat, beberapa orang kepala bagian dan struktur2 lain di bawahnya.4. Kekuasaan Kehakiman (Setelah Amandemen UUD)a. Didasarkan pada konstitusi baru hasil amandemen yang memuat prinsip checks and balances (tidak ada lagi definisi lembaga tertinggi dan tinggi, tapi semuanya disebut lembaga negara).b. Disesuaikan juga dengan perkembangan teori ketatanegaraan modern dimana kekuasaan di suatu negara dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif dan lembaga independen dengan fungsi khusus.c. Dibentuk suatu lembaga kekuasan kehakiman yang lebih independen (terutama dari pengaruh kekuasaan negara lainnya) dengan apa yang disebut konsep satu atap dan dibuatnya lembaga kekuasaan baru yaitu MK.[footnoteRef:2] [2: http://omdompet.blogspot.sg/2012/07/sistem-peradilan-indonesia.html]

B. Peradilan sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman.Ketentuan umum UU No 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman menegaskan kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.Berdasarkan pasal 1 UU No 4 tahun 2004, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya dalam lingkungan sebagai berikut:a. Peradilan Umum,b. Peradilan Agama,c. Peradilan Militer,d. Peradilan Tata Usaha Negara,e. Oleh sebuah mahkamah konstitusiPengadilan sipil, terdiri dari:1. Pengadilan Umum :a. Pengadilan negerib. Pengadilan tinggic. Mahkamah agung 2. Pengadilan Khusus : a. Pengadilan agama b. Pengadilan adatc. Pengadilan tata usaha Negara (administrasi negara)3. Pengadilan Militer, terdiri dari: a. Pengadilan tentara b. Pengadilan tentara tinggi c. Mahkamah tentara agung

Berdasarkan makna isi UUD 1945 pasal 24 ayat 2 maka pembagian kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh lembaga-lembaga antara lain:a. Peradilan umumDalam pasal 2 UU No. 2 tahun 1989 bahwa peradilan umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Rakyat pencari keadilan adalah setiap orang WNI atau bukan. Dalam pelaksanaannya kekuasaan kehakiman dilingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh:1. Pengadilan negeri sebagai pengadilan tingkat pertama berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kotamadya dengan daerah hukum meliputi kabupaten dan kotamadya yang bersangkutan. Dikecualikan dari ketentuan ini adalah pengadilan negeri Jakarta pusat, karena daerah hukumnya selain wilayah Jakarta pusat juga meliputi tindak pidana yang dilakukan diluar negeri.2. Pengadilan tinggi berkedudukan di ibu kota provinsi dengan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan.3. Mahkamah agung sebagai pengadilan Negara tertinggi, berkedudukan di ibu kota Negara, wilayah hukumnya adalah seluruh Indonesia.

b. Peradilan agamaPeradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang beragama islam dalam undang-undang no 7 tahun 1989 mengatakan bahwa peradilan agama adalah lembaga yang berada dibawah departemen Agama yang bertugas untuk meneyelenggarakan kekuasaan kehakiman guna menegakan hukum dan keadilan. Yang mempunyai lingkup kewenangan, yaitu :1. Peradilan bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam.2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perdata tertentu, yakni dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat, dan hibah berdasarkan islam, waqaf dan sedekah.c. Peradilan MiliterPeradilan militer sekarang ini diatur dalam UU No 31 Tahun 1997 tentag peradilan militer, sebelumnya diatur dalam UU No 7 Tahun 1946 tenang peradilan tentara. Peradilan militer merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang mempunyai kompetensi memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana yang dilakukan oleh seseorang yang berstatus sebagai anggota militer atau yang dipersamakan dengan itu. Secara administrative peradilan militer ada dibawah organisasi militer, jika terjadi kasus pidana militer maka akan berlaku KUHPM (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer), sedang hukum formilnya adalah hukum acara pidana militr dan berlaku dalam jurisdiksi peradilan militer.d. Peradilan tata usaha NegaraDalam pasal 4 Undang-undang No 5 Tahun 1986, peradilan Tata Usaha Negara adalah ssuatu pelaksna kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha Negara. Sengketa tata usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha Negara, baik pusat maupun Negara, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.e. Mahkamah AgungMahkamah agung sebagai lembaga tinggi Negara yang melaksanakan kekuasaan kehakiman mempunyai fungsi sebagai berikut :1. Dibidang peradilan, MA sebagai puncak peradilan menangani lima hal yaitu:a. Kasasi,b. Peninjauan kembali,c. Sengketa wewenang mengadili,d. Memutus dalam tingkat pertama dan terakhir semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Indonesiae. Melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada dibawahnya, berdasarkan ketentuan perundang-undangan.2. Fungsi bidang pengawasan Melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada dibawahnya, berdasarkan undang-undang3. Fungsi bidang pemberian nasihat Memebrikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi.4. Fungsi bidang pengamanan5. Fungsi bidang administrasi6. Fungsi bidang tugas dan kewenangan lainnya.f. Mahkamah KonstitusiMenurut UU No 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi, MK merupakan salah satu lembaga Negara yang melakukan tugas dibidang kekuasaan kehakiman, MK bersifat merdeka dalam menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan peradilan. MK berkedudukandi ibu kota Negara Indonesia. MK berkewenangan :1. Menguji UU erhadap UUD2. Memutus sengketa kewenangan lembaga-lembaga Negara3. Memutus pembubaran partai politik4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu5. Memutus pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan atau wakil presiden lagi.[footnoteRef:3] [3: http://alingunawan.blogspot.sg/2014/03/pelaksana-kekuasaan-kehakiman-dan.html]

C. Hubungan Badan badan Peradilan dengan Makamah Agung, Dapartemen Kehakiman, Dapartemen Agama, Dapartemen Hankam dan Pangab

Hubungan ke mahkamah Agung adalah di bidang teknis fungsional yudikatif.Hubungan ke departemen adalah di bidang organisator, administrative dab financisal.Setiap lingkungan peradilan memiliki kompetensi absolut masing-masing. Kompetensi absolut tersebut menentukan yurisdiksi perkara yang dapat diadili oleh masing-masing lingkungan peradilan.Lingkungan Peradilan Umum (yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) memiliki kompetensi atau kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dan perdata umum. Di samping itu dalam lingkungan Peradilan Umum terdapat pula pengadilan yang memiliki kompetensi khusus, yaitu: Pengadilan Niaga, dengan kompetensi memeriksa dan mengadili perkara-perkara kepailitan, penundaan kewajiban pembayaran utang dan sengketa Hak Kekayaan Intelektual; Pengadilan Hubungan Industrial, dengan kompetensi memeriksa dan mengadili perselisihan hubungan industrial (sengketa perburuhan); Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM), dengan kompetensi memeriksa dan mengadili perkara-perkara pelanggaran HAM berat; Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, dengan kompetensi memeriksa dan mengadili perkara-perkara tindak pidana korupsi yang disidik dan dituntut oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan anak ( UU no.3 tahun 1997) Pengadilan pajak ( UU no.14 tahun 2002)[8]Lingkungan Peradilan Agama berdasarkan UU No. 7 Tahun 1989 memiliki kompetensi memeriksa perkara-perkara talak, gugatan cerai, wasiat, waris dan wakaf bagi mereka yang beragama Islam. Dalam perkembangannya berdasarkan UU No. 3 Tahun 2006, kompetensi peradilan agama diperluas meliputi pula zakat, infaq, shadaqah dan segala sengketa yang timbul dalam hubungan transaksi ekonomi syariah, misalkan asuransi syariah ataupun transaksi-transaksi perbankan syariah.Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara memiliki kompetensi untuk memeriksa dan mengadili sengketa tata usaha negara yang timbul sebagai akibat diterbitkannya/ tidak diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara. Kewenangan dan struktur badan peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam UU No. 5 Tahun 1989 sebagaimana diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004.Lingkungan Peradilan Militer (yang dilaksanakan oleh Mahkamah Militer dan Mahkamah Militer Tinggi) memiliki kompetensi untuk memeriksa dan mengadili setiap tindak pidana yang dilakukan oleh warga negara yang masuk dalam dinas kemiliteran.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanDari beberapa uraian pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :1.Lembaga peradilan di Indonesia dapat terbagi menjadi beberapa golongan yakni peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negaran dan peradilan lain-lain.2.Sistem peradilan di Indonesia mengalami beberapa tahap yaitu kekuasaan hakim di era penjajahan, sistem peradilan sebelum amandemen UUD, sistem peradilan sebelum satu atap, sistem peradilan sebelum amandemen UUD dan sistem peradilan setelah satu atap.

B.Saran1.Melakukan amandemen dan atau penyempurnaan atas dasar hukum yangmengatur masing-masing Komisi2.Melibatkan publik secara maksimal, sehingga diharapkan dapat menyerap aspirasi secara optimal dan meminimalisir akibat kekurangan anggaran3.Membuat aturan-aturan SDM internal yangkhusus dan disesuaikan dengan karakter Komisi

DAFTAR PUSTAKAhttp://omdompet.blogspot.sg/2012/07/sistem-peradilan-indonesia.htmlhttp://alingunawan.blogspot.sg/2014/03/pelaksana-kekuasaan-kehakiman-dan.html

1