bab ii mengenal islam

19
Bab ii MENGENAL DINUL ISLAM I. TUJUAN INSTRUKSIONAL II. uraian MATERI A. MENGENAL NAMA “AL-ISLAM” Al-Islam adalah nama dan sebutan agama Allah. Sebutan ini dapat berarti “selamat” karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dapat juga berarti “damai” karena damai dengan sesama mukmin, dan dapat juga berarti “meningkatkan derajat ummat”. Kata padanannya ialah : salima = selamat, salami = taat, silmi = damai, sullam = meningkatkan derajat. Sullam adalah isim jamid yang diartikan sebagai fa’il. Dari salima (fi’il lazim) kemudian dijadikan fi’il muta’addi menjadi : aslama–yuslimu- islaaman. Dari islaaman yaitu masdar kemudian diberi al- atau “the” sehingga menjadi “al-Islam” atau “The Islam”. Itulah nama agama Allah yang ditetapkan oleh-Nya sendiri dalam firman-Nya : َ ّ نِ اَ نْ يِ ّ الدَ دْ نِ ع ه ل ل ا ِ م لآْ سِ لآِ ا“Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam” (Q.S Ali Imran (3) : 19) 13 1. Menyebutkan nama-nama lain dienul Islam 2. Membedakan konsep agama, dien dan religi 3. Menjelaskan hakekkat Islam sebagai bentuk kepasrahan. 4. Membedakan muslim hakiki

Upload: dayad-delsworth

Post on 02-Dec-2015

100 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

islam

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Mengenal Islam

Bab ii MENGENAL DINUL ISLAM

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL

II. uraian MATERI

A. MENGENAL NAMA “AL-ISLAM”

Al-Islam adalah nama dan sebutan agama Allah. Sebutan ini dapat berarti “selamat”

karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dapat juga berarti “damai” karena damai

dengan sesama mukmin, dan dapat juga berarti “meningkatkan derajat ummat”. Kata

padanannya ialah : salima = selamat, salami = taat, silmi = damai, sullam =

meningkatkan derajat.

Sullam adalah isim jamid yang diartikan sebagai fa’il. Dari salima (fi’il lazim)

kemudian dijadikan fi’il muta’addi menjadi : aslama–yuslimu- islaaman. Dari islaaman

yaitu masdar kemudian diberi al- atau “the” sehingga menjadi “al-Islam” atau “The

Islam”. Itulah nama agama Allah yang ditetapkan oleh-Nya sendiri dalam firman-Nya :

�َّن� �َن� ِا � ِالِّد�ْي �ِّد � ِالله ِع�ْن �ْس�آلِم �ِإل ِا “Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam” (Q.S Ali Imran (3) : 19)

Sebutan bagi Al-Islam ada beberapa macam. Kadang disebut “dienullah”,

agama Allah yaitu agama milik Allah (Q.S Ali Imran : 83), kadang disebut “dienul

haq” (agama yang haq), dan kadang disebut dengan “Dienul Khalish” (agama yang

bersih dan murni) ; agama yang terjaga dari pengaruh kekafiran, kemusyrikan dan

khurafat, sehingga kebersihan dan kemurniannya terjaga selama-lamanya (Mujahid

Abdul Muslim, 1988: 72). Dapat juga disebut dengan “addienul qayyim” (agama yang

tegak dan tetap tegak) karena Islam itu agama fitrah, maka seluruh ajaran dan

syari’atnya selalu tepat (relevan) untuk tercapainya derajat ummat yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Selalu cocok bagi tuntutan peradaban manusia

13

1. Menyebutkan nama-nama lain dienul Islam

2. Membedakan konsep agama, dien dan religi

3. Menjelaskan hakekkat Islam sebagai bentuk kepasrahan.

4. Membedakan muslim hakiki dan kafir hakiki

Page 2: Bab II Mengenal Islam

sepanjang masa. (Q.s At-taubah : 36, Ar-Ruum : 30) MASALAH KENCING SAMBIL

DUDUK ALA RAULULLAH.docx TERTIMONI KRISTEN KOPTIK.docx

Al-Islam Juga merupakan “Fitrah Allah” ; asal kejadian sesuatu (Q.S Ar-

Ruum:30, At-Taubah :36 dll). Maksudnya ialah karena alam semesta dijadikan dan

diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menyatakan bahwa segala yang ada

di langit dan di bumi semuanya muslim (pasrah) , baik sadar atau tidak sadar (thau’an)

maupun tidak sadar /karhan (Q.S.: 3 :83)

B. KERANCUAN PEMAHAMAN ISTILAH “AGAMA, DIIN, DAN RELIGI”

Salah satu sebab terjadinya distorsi (penyempitan), polarisasi, sinkritisme, dan

penyelewengan makna dari dinul Islam yang dimaksudkan oleh al-Qur,an dan as-

Sunnah yang menggunakan istilah-istilah dari bahasa aslinya yakni bahasa Arab, adalah

dengan masuknya istilah-istilah asing yang sebenarnya tidak mampu menggantikan

istilah aslinya, yakni kata agama dan religi. Berdasarkan tinjauan etimologis, dan

dalam kaiatannya dengan sistem-sistem keyakinan yang bersinggungan dengan

perjalanan sejarah perkembangan Islam dari waktu ke waktu, khususnya di Indonesia,

dapat dibedakan sebagai berikut:

Etimologi agama Etimologi agama membawa kita kepada Bahasa Sansekerta.. Ada

tiga macam teori tentang sejarah kata ini. Salah satunya, menguraikan : akar katanya

berasal dari gam, mendapat awalan dan akhiran -a, menjadi a-gam-a. Ada pula yang

memperoleh awalan i dan akhiran a, menjadi i-gam-a. Sebagian ahli sejarah menemukan

ketiga kata ini (agama, igama,ugama) dalam bahasa Bali. Agama ialah peraturan,

tatacara, upacara hubungannya dengan raja, igama dalam hubungannya manusia dengan

para dewa, dan ugama dalam hubungannya dengan sesama manusia.

Ketiga kata itu tersebar pemakaiannya dalam ketiga bahasa dewasa ini: Agama dalam

bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam bahasa Malaysia,

kesemuanya dengan pengertian sama, mejadi hubungan antara manusia dengan para

dewa. Jadi berdasarkan asal usul kata, agama akhirnya bermakna: Hubungan antara

manusia dengan para Dewa.

Dalam hubungannya dengan sejarah penyebaran agama-agama di masyarakat kita sejak

sebelum Islam, agama Hindu dan Budha mendahului sebelum Islam datang di Nusantara.

Lalu kata agama itu diambil alih oleh bahasa melayu, dilanjutkan oleh bahasa Indonesia

sekarang ini. Nampaknya dengan istilah agama dengan medan pengertian demikian

14

Page 3: Bab II Mengenal Islam

(hubungan antara manusia dengan dewa-dewa) memang mewakili sistem keyakinan

dalam Hindu dan Budha. Dan menurut para peneliti sejarah agama dunia , kedua agama

ini merupakan akumulasi dari perkembangan agama pimitif yang berisi ajaran-ajaran :

Dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteime (nisbi). Kesemua ajaran

tersebut pada intinya mengajarkan semata-mata persoalan ritual (sesaji), lain tidak.

Kemudian Islam datang di Nusantara (abad ke-7 M), Hinduisme pergi. Untuk

menunjuk keyakinan baru itu masyarakat Nusantara berbahasa Melayu,

mempergunakan kata agama juga, yang tadinya dipinjamnya dari bahasa sansekerta.

Agaknya ketika itu mulai terjadi kekaburan dan kekacauan pengertian, karena

menggunakan lambang yang dipakai dalam Hinduisme/Budhaisme kepada Islam, yang

berbeda sama sekali dengan sistem kepercayaan yang mendahuluinya itu. Islam datang

dengan simbol bahasa yang khas yakni dengan istilah diin al-Islam. Lalu apa bedanya

makna kata diin dengan kata agama ?

Etimologi diin Etimologi kata diin membawa kita bahasa Arab. Dalam kata

dasarnya kata diin mengalami berbagai perubahan atas dasar penggunaannya.

Diantaranya ada beberapa bentuk kata jadian : diin berarti pembalasan , dayna berarti

= hutang, madain – madiinatun berarti kota, tamaddun berarti peradaban, dll. Keluasan

cakupan makna dan hubungan makna satu dengan yang lain antara beberapa arti kata

ini, secara integral menggambarkan sebuah sistem yang utuh, baik hubungan manusia

dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.

Lambang bahasa diin ini mewakili/ mencerminkan sifat sistem ajaran Islam itu sendiri.

Bahwa di dalam ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara berbagai aspek

kehidupan. Dan berbagai aspek kehidupan tersebut berdiri di atas fondasi ketauhidan

(keyakinan akan ketunggalan Tuhan = Allah SWT). Atau berputar dengan bertumpu

pada porosnya, yakni Tauhid. (QS. 2: 208)

Dengan demikian dengan sangat jelas peminjaman simbul kata agama untuk

menggantikan simbul asli Islam (diin) tidaklah tepat dan tidak sepadan. Yang pada

akhirnya menyebabkan pengkaburan dan kekacauan dalam pengertian diinul

Islam. Akibat semua ini dapat kita temukan berbagai indikasi kesalah pahaman

terhadap Islam oleh umat lain Islam pada umumnya, bahkan oleh ummat Islam sendiri.

Menunjuk Islam dengan agama berarti menjadikan Islam hanya sekedar urusan ritual

(hubungan antara manusia dengan Tuhan), sedangkan urusan selainnya bebas nilai

15

Page 4: Bab II Mengenal Islam

(netral agama). Dampak itu kini sangat nyata dan merata di masyarakat kita, dimana

mereka merasa sempurna Islamnya jika telah memenuhi ritual-ritual Islam (Syahadat,

Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji).

Dan pada saat yang sama kekacuan pemahaman antara sistem keyakinan Islam

dan keyakinan animisme-dinamisme-Budha-Hindu, menjadikan masyarakat muslim

masih lekat dengan praktek-praktek perdukunan, sesaji, dll., yang jelas-jelas musyrik

kepada Allah. Pada giliran selanjutnya, bersamaan dengan kehadiran bangsa kolonial

Barat, sistem keyakinan baru datang, dengan sistem keyakinan yang sama sekali

berbeda dengan sistem Islam; Kristen (nashara)/Khatolik. Penjajahpun memaksakan

penggunanaan istilah yang menujuk sistem tersebut, yakni kata religion (religi), untuk

menunjuk kepada ajaran Islam.

Apa bedanya pengertian religi dalam hubungannya dengan ajaran Kristiani, dengan

diin dalam hubungannya dengan Islam ?

Etimologi religi Istilah religi berasal dari bahasa latin (relegere atau religare). Yang

dimaksud dengan relegare : Berhati-hati dan pengertian- asasnya observansi

(berpegang pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang ketat). Pengertian asas ini

sesuai dengan anggapan orang Roma tentang religi, dimana orang harus berhati-hati

dengan Yang Kudus, Yang bersifat Suci (termasuk dewa-dewa). Jadi religi ada

kesamaan dengan pengertian agama, yakni sama-sama ritualistik.

Akan tetapi, karena latar belakang sejarah religi/agama Nasrani, akhirnya religi

menjadi berbeda sedikit dengan simbul pengertian agama dan diin. Sebagai akibat

perseteruan antara doktrin absolutisme Gereja dengan kaum intelektual Nasrani sendiri,

yang berakhir pada “perceraian” antara pihak Gereja (mewakili kekuatan rohani)

dengan kaum intelektual (mewakili duniawi/penguasa ). Maka sistem yang ditunjuk

istilah religi adalah keberagamaan yang sekuleristik. Hal ini tidak dikenal oleh Islam

sama sekali. Sementara sistem agama, sebaliknya, yakni senantiasa mengikuti budaya

setempat dengan tanpa standard dan batasan yang jelas dan konsisten.

Dengan demikian, memandang Islam sebagai sistem religi sama halnya dengan

sekularisasi ajaran Islam.

16

Page 5: Bab II Mengenal Islam

Untuk membantu pengenalan kita pada konsep Dinul Islam dan membedakannya

dengan konsep kepercayaan dan agama selain Islam, dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

TINJAUAN KRITIS KONSEP AGAMA, DIN DAN RELIGI

No Tinjauan Agama Din Religi

1. Etimologis Agama (sansekerta)

A-gam-a, I-gam-a,

U-gam-a = hub.

Antara manusia dg.

Tuhan / dewa

Ritualitas

Diin (arab)

Din, dain, madain,

Madinah, tamaddun

= sistem kehidupan

Religi (latin)

= relegere, relegare,

Observansi +

berpegang pada

aturan-aturan ritual

yang ketat 2. Teologis Dinamisme,

animisme, politeisme,

henoteisme, dan

Monoteisme

(Hindu & Budha)

Sesaji & pemujaan

TAUHID

Islam, sejak Nabi

Adam s.d

Muhammad saw

Yahudi dan Nasrani

3. Ideologis Agama hanya ritual,

sedangkan Non ritual

adaptasi dengan budaya

penganutnya

ritual

semua aspek kehu\idupan

terikat tauhid

sekulerisme

3. HAKEKAT ISLAM; SEBUAH KEPASRAHAN

Arti kata ”islam” dalam dalam kamus-kamus bahasa Arab ialah ”tunduk dan patuh

kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa

membantah. (Maududi : 1985, hal. 8). Dienul Islam berarti taat kepada Allah dan

tunduk pada perintah dan larangan-Nya dengan tanpa membantah. Perintah dan

larangan Allah sama hakekatnya dengan hukum-hukum Allah.

Pada hakekatnya, hukum Allah adalah mencerminkan kehendak-Nya terhadap

makhluk-Nya. Allah sebagai rabbul ’alamin menciptakan, memelihara, menguasai dan

mengatur alam semesta seisinya. Kehendak-Nya dituangkan dalam hukum-hukum

17

agama

dunia

Page 6: Bab II Mengenal Islam

keteraturan yang Dia ciptakan, dengan tujuan agar terjadi keteraturan, keharmonisan,

dan keindahan.

Secara umum hukum Allah dibedakan dalam dua bentuk, yaitu hukum alam

(sunnatullah kauniyah) dan hukum syar’i (dienullah). Kedua hukum tersebut dapat

dijelaskan secara detail sebagai berikut :

1. Sunnatullah Kauniyah

Sunnatullah kauniyah disediakan Allah untuk mengatur dan menjaga

keteraturan flora, fauna, dan benda-benda (termasuk jasmaniyah manusia) serta para

malaikat-Nya.Allah menciptakan lalu memanggilnya untuk memenuhi hukum-

hukum-Nya sebagaimana firman-Nya:

Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia

Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku (hukum-

hukum sunnatullah kauniyah) dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang

dengan suka hati".

Demikian pula seluruh tumbuhan, binatang, dan benda-benda yang ada di

langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, merekapun pasrah dan tunduk

kepada hukum tersebut secara total, menurut cara masing-masing (QS. 16:49 | 22:18

| 24:41 | 55:5-8 | 13:13, 39). Bahkan, manusiapun kalau anda perhatikan

keadaannya, ternyata iapun tunduk dan patuh kepada sunnatullah dengan sepenuh-

penuhnya. Kerja jantung, paru-paru, darah, dan seluruh tubuhnya bekerja di luar

kesadaran akalnya. Ia tunduk pada sunnatullah kauniyah. Karakter alam bahkan

termasuk tubuh kita. Ketundukan itu bersifat pasti (exact), konsisten (immuntable),

dan obyektif alam semesta (benda-benda, flora dan fauna) pada hakekatnya adalah

MUSLIM.

2. Sunnatullah Qauliyah (dinullah).

Benda-benda, flora dan fauna, dengan masa, kekuatan, dan geraknya, akan

saling bergerak bebas dan bertabrakan. Maka dibutuhkan hukum keteraturan

(sunnatullah) untuk terjadinya keteraturan dan kesetabilan alam. Demikian pula lah

dengan manusia denga segala perbedaan potensi akal (free will) , daya gerak

(nafsunya), dan kekuatan fisiknya, akan cenderung saling menabrak dan melanggar

hak (harta, jiwa, dan herga diri) satu dengan yang lainnya. Untuk kesetabilan,

keteraturan dan keharmonisan tatanan sosial manusia, maka Allah Sang Pencipta

manusia, menciptakan hukum keteraturan berupa dinullah (sunnatullah

18

Page 7: Bab II Mengenal Islam

qauliyah)/dinul Islam. Namun, dinul Islam tidak dipaksakan, melainkan ditawarkan

kepada manusia oleh Allah memalui para Rasul-Nya, Adam as, Idris as, Nuh as

hingga Nabi Muhammad saw.

Manusia di dalam kehidupannya mempunyai dua segi yang berlain-lainan:

Pertama, ia tunduk kepada undang-undang Allah (sunnatullah kauniyah) karena

fitrah dan mematuhinya karena nalurinya (gharizah). Maka dengan ini satu sisi ia

telah dicetak menurut sunnatullah kauniyah, ia adalah muslim. Dengan ini Fir’aun,

Abu Jahal, Haman, Qarun pada satu sisi adalah Muslim. Bahkan tidak pernah keluar

dari kedudukan ini. Sama halnya dengan alam semesta, flora dan fauna. Kedua, ia

telah dikaruniai ’aql (akal), daya untuk memahami, memperhatikan, dan

menentukan pendapat. Maka ia dapat menerima sesuatu, dan menolak yang lain,

menyukai sesuatu dan membenci yang lain dan menciptakan dari dirinya sendiri

suatu kaedah untuk bebrbagai-bagai segi kehidupan atau menerima suatu sistem

kehidupan yang diciptakan oleh manusia lainnya (atheisme, sekulerisme, kristen,

dsb). Ia bebas memilih untuk menjadi apapun.

Dari kedua segi ini, satu sisi jasmani dan qalbnya dalam fitrah kemusliman

(tidak bebas pilih) dan aqanya yang bebas pilih (free will), manusia terbagi menjadi

dua, yakni manusia MUSLIM HAKIKI dan manusia KAFIR HAKIKI.

1. Muslim Hakiki

Ialah manusia yang memahami dan menyadari hakekat fitrah kejadiannya

yang telah muslim, tunduk pada undang-undang-Nya menurut nalurinya,

sebagaimana pula ia menyadari ia hidup di tengah-tengah-tengah makhluk-Nya

yang tunduk dan patuh pada hukum sunnatullah-Nya, lalu ia menggunakan daya

akalnya untuk memahami lalu memilih untuk mentaati undang-undang syari’at-

Nya dalam kehidupan sosialnya. Ia hanya menyebah Allah dan mengingkari

uandang-undang buatan manusia. Maka dialah yang disebut MUSLIM HAKIKI.

Dengan ini ia memperoleh kehidupan ”jannah”1 di dunia dan Jannah akhirat.

2. Kafir Hakiki

Ialah manusia yang dilahirkan dan hidup dengan fitrah kemusliman melalui

perintah nalurinya sepanjang hayatnya. Namun ia mau mempekerjakan ilmu 1

19

Page 8: Bab II Mengenal Islam

dan akalnya, untuk memahami dan menyadari siapa yang telah menciptakan,

mengatur dirinya dan alam semesta. Ia juga tidak memahami dan menyadari

hidup di tengah-tengah alam makhluk-Nya yang seluruhnya sujud dan tunduk

(muslim) kepada undang-undang sunnatullah kauniyah-Nya. Ia menolak,

menyelimuti dan menyelubungi kemusliman fitrah dan nalurinya, serta

kemusliman alam semesta dengan memilih undang-undang buatan manusia

dalam kehidupan sosialnya. Ia menyelimuti, menyelubungi fitrahnya dan fitrah

alam semsta dengan selubung kebodohan (jahil) dan selubung kepicikan. Ia

menolak syari’at/dinullah dengan enggan dan sombong. Ia akan mendapati

kehidupan ”naar”, yang kacau penuh kontradiksi dan jauh dari keharmonisan

dan keadilan serta kebahagiaan. Ia hidup bertentangan dengan fitrahnya, fitrah

alam semesta dan dengan Tuhannya. Inilah yang disebut ORANG KAFIR.

4. SISTEM AJARAN ISLAM

1. Prototype Sistem Islam

Laksana Bangunan

Sistem Islam digambarkan dengan sebuah prototype bangunan yang ideal.

Bangunan Islam, yang menggambarkan system diin yang telah disempurnakan Allah SWT

(Q.S.Al-maidah (5):3) satu-satunya agama yang mendapatkan pengakuan sebagai agama

yang benar dan diridlai Allah (Q.S Ali Imran (3) : 19), adalah bangunan yang rancang

oleh Sang Arsitektur Alam Semesta (Allah SWT) dengan ciri- ciri sebagai berikut :

1. Fondasi yang kokoh dan kuat tahan terhadap segala macam goncangan.

20

Atapnya ; jihad dan amar ma’ruf nahi munkar

Bangunan & segala fasilitasnya: Ibadah dan muamalah : system ekonomi, politik, budaya hukum dst

Fondasi : syahadat dan Rukun Iman (tauhidnya)

Page 9: Bab II Mengenal Islam

2. Bangunan yang megah dan indah, serta taman yang warna-warni ; dengan fasilitas

yang komplit, ruang-ruang yang memenuhi segala macam kebutuhan fitrah

manusia, sehingga penghuninya tidak perlu keluar untuk kebutuhannya karena

semuanya tersedia di dalam “rumah” Islam. Lambat laun penghuninya makin

bertambah setelah merasa gerah dan tidak terlayani fitrahnya di “rumah-rumah”

buatan manusia.

3. Suasana pergaulan didalamnya penuh keharmonisan, ketenangan, kedamaian

sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya merasa tentram, karena seluruh

fasilitas telah disertai aturan penggunaan dan perawatan yang jelas.

4. Atap dan dindingnya kuat dan rapat untuk melindungi segala bangunan di

bawahnya.

5. Konsep Bangunan yang dirancang Allah SWT ini telah direalisasikan oleh Nabi

Muhammad saw dan para sahabatnya, para ulama, dan khalifah Islam. Rumah

besar itu menaungi penduduk Dunia hampir 7 abad lamanya (abad 7–15 M).

Kemudian perlahan-lahan dirusak sendiri oleh penghuninya dari dalam dan diserang

dari luar, sebagian kekayaanya dirampok dan dicuri tetangganya yang sejak lama

dengki dan memusuhinya.

6. Bangunan itu kini digantikan dengan bangunan-bangunan baru yang memenfaatkan

ilmu dan teknologi hasil curian dan dikembangkan hingga menjadi rumah yang

modern. Tetapi rumah tersebut tidak jelas bentuk dan ruas-ruasnya. Rumah itu tidak

mampu memberi kepuasan dan kebahagiaan siapaun yang tinggal di dalamnya.

Bahkan rumah itu dijadikan “pembantaian” fitrah manusia. Rumah itu menjadikan

penghuninya berubah menjadi bangsa “binatang” baik dalam sosialnya, budaya dan

hokum, serta moralitasnya.

7. Akan tetapi, seluruh komponen, gambar arsitektur, rancangan bahan baku dan

segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dibangunnya kembali Rumah Islam itu masih

tersimpan dan orisinal, karena dijaga oleh Pemiliknya yakni Allah SWT. Tinggal

bagaimana tekad dan perjuangan Muslimin untuk membangunnya kembali adalah

menjadi penentunya. Tetapi berdasarkan hadits-hadits Nabi Allah menjanjikan akan

ditegakkannya kembali oleh generasi manusia yang beriman sekali lagi sebelum

hari Qiyamat tiba.

21

Page 10: Bab II Mengenal Islam

Laksana Pohon Yang baik

Allah SWT menggambarkan system Islam sebagaimana pohon yang tumbuh dari biji ,

kalimat tauhid: laa ilaaha illallah (Q.S. Ibrahim (14) : 24-25 ) :

Rasulullah saw menumbuhkembangkan system dinul Islam itu pada kehidupan manusia

(sahabatnya) sehingga membuat kagum dan iri terhadap keunggulan pohon itu di seluruh

pohon yang ada, yang mereka tanam. Sebagaimana tergambar pada Q.S. Al-Fath (48) : 29 :

“……demikianlah sifat-sifat mereka (orang beriman) dalam Taurat dan dalam Injil, yaitu

seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia da tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

penanam-penanamnya karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir

(dengan kekuatan orang-orang muslim)… “

Kelengkapan dan kesempurnaan system Islam sebagaimana permisalan pada ayat tersebut

dapat disistematisir melalui skema (gambar : 3)

SKEMA SISTEMATIKA AGAMA ISLAM

(Sistem Syaria’at Islam )

22

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah

telah membuat perumpamaan kalimat

thoyyibah , seperti pohon yangbaik , akarnya

teguh menghunjam ke tanah dan cabangnya

menjulang ke langit. Pohon itu memberikan

buahnya pada setiap musim dengan seizin

Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-

perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka

selalu ingat”

Aqidah

Syari’ah

Akhlaq

Page 11: Bab II Mengenal Islam

23

1. Syahadat 2. Iman Kepada Allah 3. Iman kepada malaikat-Nya4. Iman Kepada Kitab-Nya5. Iman kepada Rasul-Nya6. Iman Kepada hari qiyamat 7. Iman kepada Taqdir-Nya

1. Aqidah

1. Ibadah Mahdlah

1. Thaharoh2. Shalat 3. Puasa4. Zakat 5. haji

2. Syari’ah

1. Muamalah D.A agak luas = hukum perdata(al-qanunul khas)

a. Muamalah D.A khas = hukum niaga b. munakahat = hukum nikah c. waratsah = kukum waris d. dlsb

2. Muamalah D.A luas

ISLAM

al-qanunul ‘am= hukum publik

a. jinayah = hk. Pidana b. Khilafah = hukum Negara c. Jihad = Hukum perang & damaid. dlsb

3. Akhlaq

1. Akhlaq thd. Khaliq

2. Akhlaq thd. makhluk

1. Akhlak thd. Manusia

2. Akhlak thd. Non manusia

a. diri sendirib. tetangga c. masyarakat

a. flora b. fauna c. dlsb

Gambar 3

Page 12: Bab II Mengenal Islam

III. INTISARI

IV. evaluasi

24

1. Islam adalah sebuah sistem ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan secara integral dan universal. Kandungan dan esensi ajarannya tercermin dari medan pengertian istilah sekaligus nama "Islam" dengan segala derifatnya; din, dain, madain, madinah, dan tamadun. Juga ditunjukkan oleh istilah-istilah yang dipai untuk menunjuk ajaran Islam, diantaranya; dinullah, dinul haq, dinul Qayyim, dinul khalish.

2. Semua aspek ajaran Islam berporos pada Prinsip Keesaan Allah (Tauhid), yang tidak mengenal snkritisme, dan sekularisme dalam hidup baik pribadi, keluarga, masyarakat, Negara, bahkan peradaban dunia. Namun prinsip ini telah mengalami kerancuan dalam dataran pemikiran, perasaan dan tindakan ummat Islam, khususnya di masyarakat Indonesai.

3. Prinsip kepasrahan total kepada Allah, adalah prinsip yang paling dominan yang mengacu pada dua bentuk kepasrahan; sunnatullah kauniyah, dan sunnatullah qauliyah.

4. Prototype Islam dapat dibaca dengan lebih mudah dan jelas sebagaimana protype pohon yang sempurna, dan bangunan yang sempurna.

5. Krisis idealisme yang makin parah disebabkan kurangnya pengenalan pada sumber utama ajaran Islam (al-Qur'an dan al-Hadits), sejarah Islam dan factor kemajuan eksternal Ummat Islam yang justru mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.

1. Sebutkan nama-nama lain dari dienul Islam !2. Sebutkan dalil-dalil Al-Qur'an tentang kebenaran Islam!3. Tulislah dalil hadits tentang kebenaran Islam 4. Ungkapkan fakta-fakta rasional menganai kebenaran Islam

(tugas) 5. Silakan anda mengidentifikasi kesaksian non Islam tentang

kebenaran Islam6. Jelaskan mengapa Islam disebut sebagai dienul qayyim? 7. Jelaskan perbedaan konsep antara ”agama”, ”din” dan

”religi” ditinjau dari etimologis, teologis dan ideologis 8. Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah pohon yang

baik 9. Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah bangunan 10. Jelaskan bahwa Islam adalah sebgai bentuk kepasrahan. 11. Jelaskan nisbah antara Iman-ilmu-amal.12. Presentasikan sisematika ajaran islam dengan skema yang

Page 13: Bab II Mengenal Islam

Referensi

1. Al-Qur’an

2. Al-Badits (kutubusssittah)

3. Ala-a-Maududi, Abul., Principles of Islam, Terj. Suhaili,

Abdullah, Penerbit PT Alma’arif, Bandung, 1985

4. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , Islamization of Knowledge, Islamisasi

Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984

5. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , TAUHID, Its Implications for Thought

and Life, terj. Rahmani Astuti, Penerbit Pustaka, Bandung, 1982

6. AM Rasyidi, Bible, Qur’an dan Sain

7. Galab, Inilah Hakekat Islam

8. Mamud Syaltut, Islam aqidah wasyari’ah

9. Sidi Gazalba, Azas-azas Islam

10. Saleh, Khairul, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP

Polines, 2005

25