bab ii mengenal islam
DESCRIPTION
islamTRANSCRIPT
Bab ii MENGENAL DINUL ISLAM
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL
II. uraian MATERI
A. MENGENAL NAMA “AL-ISLAM”
Al-Islam adalah nama dan sebutan agama Allah. Sebutan ini dapat berarti “selamat”
karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dapat juga berarti “damai” karena damai
dengan sesama mukmin, dan dapat juga berarti “meningkatkan derajat ummat”. Kata
padanannya ialah : salima = selamat, salami = taat, silmi = damai, sullam =
meningkatkan derajat.
Sullam adalah isim jamid yang diartikan sebagai fa’il. Dari salima (fi’il lazim)
kemudian dijadikan fi’il muta’addi menjadi : aslama–yuslimu- islaaman. Dari islaaman
yaitu masdar kemudian diberi al- atau “the” sehingga menjadi “al-Islam” atau “The
Islam”. Itulah nama agama Allah yang ditetapkan oleh-Nya sendiri dalam firman-Nya :
�َّن� �َن� ِا � ِالِّد�ْي �ِّد � ِالله ِع�ْن �ْس�آلِم �ِإل ِا “Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam” (Q.S Ali Imran (3) : 19)
Sebutan bagi Al-Islam ada beberapa macam. Kadang disebut “dienullah”,
agama Allah yaitu agama milik Allah (Q.S Ali Imran : 83), kadang disebut “dienul
haq” (agama yang haq), dan kadang disebut dengan “Dienul Khalish” (agama yang
bersih dan murni) ; agama yang terjaga dari pengaruh kekafiran, kemusyrikan dan
khurafat, sehingga kebersihan dan kemurniannya terjaga selama-lamanya (Mujahid
Abdul Muslim, 1988: 72). Dapat juga disebut dengan “addienul qayyim” (agama yang
tegak dan tetap tegak) karena Islam itu agama fitrah, maka seluruh ajaran dan
syari’atnya selalu tepat (relevan) untuk tercapainya derajat ummat yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Selalu cocok bagi tuntutan peradaban manusia
13
1. Menyebutkan nama-nama lain dienul Islam
2. Membedakan konsep agama, dien dan religi
3. Menjelaskan hakekkat Islam sebagai bentuk kepasrahan.
4. Membedakan muslim hakiki dan kafir hakiki
sepanjang masa. (Q.s At-taubah : 36, Ar-Ruum : 30) MASALAH KENCING SAMBIL
DUDUK ALA RAULULLAH.docx TERTIMONI KRISTEN KOPTIK.docx
Al-Islam Juga merupakan “Fitrah Allah” ; asal kejadian sesuatu (Q.S Ar-
Ruum:30, At-Taubah :36 dll). Maksudnya ialah karena alam semesta dijadikan dan
diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menyatakan bahwa segala yang ada
di langit dan di bumi semuanya muslim (pasrah) , baik sadar atau tidak sadar (thau’an)
maupun tidak sadar /karhan (Q.S.: 3 :83)
B. KERANCUAN PEMAHAMAN ISTILAH “AGAMA, DIIN, DAN RELIGI”
Salah satu sebab terjadinya distorsi (penyempitan), polarisasi, sinkritisme, dan
penyelewengan makna dari dinul Islam yang dimaksudkan oleh al-Qur,an dan as-
Sunnah yang menggunakan istilah-istilah dari bahasa aslinya yakni bahasa Arab, adalah
dengan masuknya istilah-istilah asing yang sebenarnya tidak mampu menggantikan
istilah aslinya, yakni kata agama dan religi. Berdasarkan tinjauan etimologis, dan
dalam kaiatannya dengan sistem-sistem keyakinan yang bersinggungan dengan
perjalanan sejarah perkembangan Islam dari waktu ke waktu, khususnya di Indonesia,
dapat dibedakan sebagai berikut:
Etimologi agama Etimologi agama membawa kita kepada Bahasa Sansekerta.. Ada
tiga macam teori tentang sejarah kata ini. Salah satunya, menguraikan : akar katanya
berasal dari gam, mendapat awalan dan akhiran -a, menjadi a-gam-a. Ada pula yang
memperoleh awalan i dan akhiran a, menjadi i-gam-a. Sebagian ahli sejarah menemukan
ketiga kata ini (agama, igama,ugama) dalam bahasa Bali. Agama ialah peraturan,
tatacara, upacara hubungannya dengan raja, igama dalam hubungannya manusia dengan
para dewa, dan ugama dalam hubungannya dengan sesama manusia.
Ketiga kata itu tersebar pemakaiannya dalam ketiga bahasa dewasa ini: Agama dalam
bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam bahasa Malaysia,
kesemuanya dengan pengertian sama, mejadi hubungan antara manusia dengan para
dewa. Jadi berdasarkan asal usul kata, agama akhirnya bermakna: Hubungan antara
manusia dengan para Dewa.
Dalam hubungannya dengan sejarah penyebaran agama-agama di masyarakat kita sejak
sebelum Islam, agama Hindu dan Budha mendahului sebelum Islam datang di Nusantara.
Lalu kata agama itu diambil alih oleh bahasa melayu, dilanjutkan oleh bahasa Indonesia
sekarang ini. Nampaknya dengan istilah agama dengan medan pengertian demikian
14
(hubungan antara manusia dengan dewa-dewa) memang mewakili sistem keyakinan
dalam Hindu dan Budha. Dan menurut para peneliti sejarah agama dunia , kedua agama
ini merupakan akumulasi dari perkembangan agama pimitif yang berisi ajaran-ajaran :
Dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteime (nisbi). Kesemua ajaran
tersebut pada intinya mengajarkan semata-mata persoalan ritual (sesaji), lain tidak.
Kemudian Islam datang di Nusantara (abad ke-7 M), Hinduisme pergi. Untuk
menunjuk keyakinan baru itu masyarakat Nusantara berbahasa Melayu,
mempergunakan kata agama juga, yang tadinya dipinjamnya dari bahasa sansekerta.
Agaknya ketika itu mulai terjadi kekaburan dan kekacauan pengertian, karena
menggunakan lambang yang dipakai dalam Hinduisme/Budhaisme kepada Islam, yang
berbeda sama sekali dengan sistem kepercayaan yang mendahuluinya itu. Islam datang
dengan simbol bahasa yang khas yakni dengan istilah diin al-Islam. Lalu apa bedanya
makna kata diin dengan kata agama ?
Etimologi diin Etimologi kata diin membawa kita bahasa Arab. Dalam kata
dasarnya kata diin mengalami berbagai perubahan atas dasar penggunaannya.
Diantaranya ada beberapa bentuk kata jadian : diin berarti pembalasan , dayna berarti
= hutang, madain – madiinatun berarti kota, tamaddun berarti peradaban, dll. Keluasan
cakupan makna dan hubungan makna satu dengan yang lain antara beberapa arti kata
ini, secara integral menggambarkan sebuah sistem yang utuh, baik hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Lambang bahasa diin ini mewakili/ mencerminkan sifat sistem ajaran Islam itu sendiri.
Bahwa di dalam ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara berbagai aspek
kehidupan. Dan berbagai aspek kehidupan tersebut berdiri di atas fondasi ketauhidan
(keyakinan akan ketunggalan Tuhan = Allah SWT). Atau berputar dengan bertumpu
pada porosnya, yakni Tauhid. (QS. 2: 208)
Dengan demikian dengan sangat jelas peminjaman simbul kata agama untuk
menggantikan simbul asli Islam (diin) tidaklah tepat dan tidak sepadan. Yang pada
akhirnya menyebabkan pengkaburan dan kekacauan dalam pengertian diinul
Islam. Akibat semua ini dapat kita temukan berbagai indikasi kesalah pahaman
terhadap Islam oleh umat lain Islam pada umumnya, bahkan oleh ummat Islam sendiri.
Menunjuk Islam dengan agama berarti menjadikan Islam hanya sekedar urusan ritual
(hubungan antara manusia dengan Tuhan), sedangkan urusan selainnya bebas nilai
15
(netral agama). Dampak itu kini sangat nyata dan merata di masyarakat kita, dimana
mereka merasa sempurna Islamnya jika telah memenuhi ritual-ritual Islam (Syahadat,
Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji).
Dan pada saat yang sama kekacuan pemahaman antara sistem keyakinan Islam
dan keyakinan animisme-dinamisme-Budha-Hindu, menjadikan masyarakat muslim
masih lekat dengan praktek-praktek perdukunan, sesaji, dll., yang jelas-jelas musyrik
kepada Allah. Pada giliran selanjutnya, bersamaan dengan kehadiran bangsa kolonial
Barat, sistem keyakinan baru datang, dengan sistem keyakinan yang sama sekali
berbeda dengan sistem Islam; Kristen (nashara)/Khatolik. Penjajahpun memaksakan
penggunanaan istilah yang menujuk sistem tersebut, yakni kata religion (religi), untuk
menunjuk kepada ajaran Islam.
Apa bedanya pengertian religi dalam hubungannya dengan ajaran Kristiani, dengan
diin dalam hubungannya dengan Islam ?
Etimologi religi Istilah religi berasal dari bahasa latin (relegere atau religare). Yang
dimaksud dengan relegare : Berhati-hati dan pengertian- asasnya observansi
(berpegang pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang ketat). Pengertian asas ini
sesuai dengan anggapan orang Roma tentang religi, dimana orang harus berhati-hati
dengan Yang Kudus, Yang bersifat Suci (termasuk dewa-dewa). Jadi religi ada
kesamaan dengan pengertian agama, yakni sama-sama ritualistik.
Akan tetapi, karena latar belakang sejarah religi/agama Nasrani, akhirnya religi
menjadi berbeda sedikit dengan simbul pengertian agama dan diin. Sebagai akibat
perseteruan antara doktrin absolutisme Gereja dengan kaum intelektual Nasrani sendiri,
yang berakhir pada “perceraian” antara pihak Gereja (mewakili kekuatan rohani)
dengan kaum intelektual (mewakili duniawi/penguasa ). Maka sistem yang ditunjuk
istilah religi adalah keberagamaan yang sekuleristik. Hal ini tidak dikenal oleh Islam
sama sekali. Sementara sistem agama, sebaliknya, yakni senantiasa mengikuti budaya
setempat dengan tanpa standard dan batasan yang jelas dan konsisten.
Dengan demikian, memandang Islam sebagai sistem religi sama halnya dengan
sekularisasi ajaran Islam.
16
Untuk membantu pengenalan kita pada konsep Dinul Islam dan membedakannya
dengan konsep kepercayaan dan agama selain Islam, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
TINJAUAN KRITIS KONSEP AGAMA, DIN DAN RELIGI
No Tinjauan Agama Din Religi
1. Etimologis Agama (sansekerta)
A-gam-a, I-gam-a,
U-gam-a = hub.
Antara manusia dg.
Tuhan / dewa
Ritualitas
Diin (arab)
Din, dain, madain,
Madinah, tamaddun
= sistem kehidupan
Religi (latin)
= relegere, relegare,
Observansi +
berpegang pada
aturan-aturan ritual
yang ketat 2. Teologis Dinamisme,
animisme, politeisme,
henoteisme, dan
Monoteisme
(Hindu & Budha)
Sesaji & pemujaan
TAUHID
Islam, sejak Nabi
Adam s.d
Muhammad saw
Yahudi dan Nasrani
3. Ideologis Agama hanya ritual,
sedangkan Non ritual
adaptasi dengan budaya
penganutnya
ritual
semua aspek kehu\idupan
terikat tauhid
sekulerisme
3. HAKEKAT ISLAM; SEBUAH KEPASRAHAN
Arti kata ”islam” dalam dalam kamus-kamus bahasa Arab ialah ”tunduk dan patuh
kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa
membantah. (Maududi : 1985, hal. 8). Dienul Islam berarti taat kepada Allah dan
tunduk pada perintah dan larangan-Nya dengan tanpa membantah. Perintah dan
larangan Allah sama hakekatnya dengan hukum-hukum Allah.
Pada hakekatnya, hukum Allah adalah mencerminkan kehendak-Nya terhadap
makhluk-Nya. Allah sebagai rabbul ’alamin menciptakan, memelihara, menguasai dan
mengatur alam semesta seisinya. Kehendak-Nya dituangkan dalam hukum-hukum
17
agama
dunia
keteraturan yang Dia ciptakan, dengan tujuan agar terjadi keteraturan, keharmonisan,
dan keindahan.
Secara umum hukum Allah dibedakan dalam dua bentuk, yaitu hukum alam
(sunnatullah kauniyah) dan hukum syar’i (dienullah). Kedua hukum tersebut dapat
dijelaskan secara detail sebagai berikut :
1. Sunnatullah Kauniyah
Sunnatullah kauniyah disediakan Allah untuk mengatur dan menjaga
keteraturan flora, fauna, dan benda-benda (termasuk jasmaniyah manusia) serta para
malaikat-Nya.Allah menciptakan lalu memanggilnya untuk memenuhi hukum-
hukum-Nya sebagaimana firman-Nya:
Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia
Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku (hukum-
hukum sunnatullah kauniyah) dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
Demikian pula seluruh tumbuhan, binatang, dan benda-benda yang ada di
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, merekapun pasrah dan tunduk
kepada hukum tersebut secara total, menurut cara masing-masing (QS. 16:49 | 22:18
| 24:41 | 55:5-8 | 13:13, 39). Bahkan, manusiapun kalau anda perhatikan
keadaannya, ternyata iapun tunduk dan patuh kepada sunnatullah dengan sepenuh-
penuhnya. Kerja jantung, paru-paru, darah, dan seluruh tubuhnya bekerja di luar
kesadaran akalnya. Ia tunduk pada sunnatullah kauniyah. Karakter alam bahkan
termasuk tubuh kita. Ketundukan itu bersifat pasti (exact), konsisten (immuntable),
dan obyektif alam semesta (benda-benda, flora dan fauna) pada hakekatnya adalah
MUSLIM.
2. Sunnatullah Qauliyah (dinullah).
Benda-benda, flora dan fauna, dengan masa, kekuatan, dan geraknya, akan
saling bergerak bebas dan bertabrakan. Maka dibutuhkan hukum keteraturan
(sunnatullah) untuk terjadinya keteraturan dan kesetabilan alam. Demikian pula lah
dengan manusia denga segala perbedaan potensi akal (free will) , daya gerak
(nafsunya), dan kekuatan fisiknya, akan cenderung saling menabrak dan melanggar
hak (harta, jiwa, dan herga diri) satu dengan yang lainnya. Untuk kesetabilan,
keteraturan dan keharmonisan tatanan sosial manusia, maka Allah Sang Pencipta
manusia, menciptakan hukum keteraturan berupa dinullah (sunnatullah
18
qauliyah)/dinul Islam. Namun, dinul Islam tidak dipaksakan, melainkan ditawarkan
kepada manusia oleh Allah memalui para Rasul-Nya, Adam as, Idris as, Nuh as
hingga Nabi Muhammad saw.
Manusia di dalam kehidupannya mempunyai dua segi yang berlain-lainan:
Pertama, ia tunduk kepada undang-undang Allah (sunnatullah kauniyah) karena
fitrah dan mematuhinya karena nalurinya (gharizah). Maka dengan ini satu sisi ia
telah dicetak menurut sunnatullah kauniyah, ia adalah muslim. Dengan ini Fir’aun,
Abu Jahal, Haman, Qarun pada satu sisi adalah Muslim. Bahkan tidak pernah keluar
dari kedudukan ini. Sama halnya dengan alam semesta, flora dan fauna. Kedua, ia
telah dikaruniai ’aql (akal), daya untuk memahami, memperhatikan, dan
menentukan pendapat. Maka ia dapat menerima sesuatu, dan menolak yang lain,
menyukai sesuatu dan membenci yang lain dan menciptakan dari dirinya sendiri
suatu kaedah untuk bebrbagai-bagai segi kehidupan atau menerima suatu sistem
kehidupan yang diciptakan oleh manusia lainnya (atheisme, sekulerisme, kristen,
dsb). Ia bebas memilih untuk menjadi apapun.
Dari kedua segi ini, satu sisi jasmani dan qalbnya dalam fitrah kemusliman
(tidak bebas pilih) dan aqanya yang bebas pilih (free will), manusia terbagi menjadi
dua, yakni manusia MUSLIM HAKIKI dan manusia KAFIR HAKIKI.
1. Muslim Hakiki
Ialah manusia yang memahami dan menyadari hakekat fitrah kejadiannya
yang telah muslim, tunduk pada undang-undang-Nya menurut nalurinya,
sebagaimana pula ia menyadari ia hidup di tengah-tengah-tengah makhluk-Nya
yang tunduk dan patuh pada hukum sunnatullah-Nya, lalu ia menggunakan daya
akalnya untuk memahami lalu memilih untuk mentaati undang-undang syari’at-
Nya dalam kehidupan sosialnya. Ia hanya menyebah Allah dan mengingkari
uandang-undang buatan manusia. Maka dialah yang disebut MUSLIM HAKIKI.
Dengan ini ia memperoleh kehidupan ”jannah”1 di dunia dan Jannah akhirat.
2. Kafir Hakiki
Ialah manusia yang dilahirkan dan hidup dengan fitrah kemusliman melalui
perintah nalurinya sepanjang hayatnya. Namun ia mau mempekerjakan ilmu 1
19
dan akalnya, untuk memahami dan menyadari siapa yang telah menciptakan,
mengatur dirinya dan alam semesta. Ia juga tidak memahami dan menyadari
hidup di tengah-tengah alam makhluk-Nya yang seluruhnya sujud dan tunduk
(muslim) kepada undang-undang sunnatullah kauniyah-Nya. Ia menolak,
menyelimuti dan menyelubungi kemusliman fitrah dan nalurinya, serta
kemusliman alam semesta dengan memilih undang-undang buatan manusia
dalam kehidupan sosialnya. Ia menyelimuti, menyelubungi fitrahnya dan fitrah
alam semsta dengan selubung kebodohan (jahil) dan selubung kepicikan. Ia
menolak syari’at/dinullah dengan enggan dan sombong. Ia akan mendapati
kehidupan ”naar”, yang kacau penuh kontradiksi dan jauh dari keharmonisan
dan keadilan serta kebahagiaan. Ia hidup bertentangan dengan fitrahnya, fitrah
alam semesta dan dengan Tuhannya. Inilah yang disebut ORANG KAFIR.
4. SISTEM AJARAN ISLAM
1. Prototype Sistem Islam
Laksana Bangunan
Sistem Islam digambarkan dengan sebuah prototype bangunan yang ideal.
Bangunan Islam, yang menggambarkan system diin yang telah disempurnakan Allah SWT
(Q.S.Al-maidah (5):3) satu-satunya agama yang mendapatkan pengakuan sebagai agama
yang benar dan diridlai Allah (Q.S Ali Imran (3) : 19), adalah bangunan yang rancang
oleh Sang Arsitektur Alam Semesta (Allah SWT) dengan ciri- ciri sebagai berikut :
1. Fondasi yang kokoh dan kuat tahan terhadap segala macam goncangan.
20
Atapnya ; jihad dan amar ma’ruf nahi munkar
Bangunan & segala fasilitasnya: Ibadah dan muamalah : system ekonomi, politik, budaya hukum dst
Fondasi : syahadat dan Rukun Iman (tauhidnya)
2. Bangunan yang megah dan indah, serta taman yang warna-warni ; dengan fasilitas
yang komplit, ruang-ruang yang memenuhi segala macam kebutuhan fitrah
manusia, sehingga penghuninya tidak perlu keluar untuk kebutuhannya karena
semuanya tersedia di dalam “rumah” Islam. Lambat laun penghuninya makin
bertambah setelah merasa gerah dan tidak terlayani fitrahnya di “rumah-rumah”
buatan manusia.
3. Suasana pergaulan didalamnya penuh keharmonisan, ketenangan, kedamaian
sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya merasa tentram, karena seluruh
fasilitas telah disertai aturan penggunaan dan perawatan yang jelas.
4. Atap dan dindingnya kuat dan rapat untuk melindungi segala bangunan di
bawahnya.
5. Konsep Bangunan yang dirancang Allah SWT ini telah direalisasikan oleh Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, para ulama, dan khalifah Islam. Rumah
besar itu menaungi penduduk Dunia hampir 7 abad lamanya (abad 7–15 M).
Kemudian perlahan-lahan dirusak sendiri oleh penghuninya dari dalam dan diserang
dari luar, sebagian kekayaanya dirampok dan dicuri tetangganya yang sejak lama
dengki dan memusuhinya.
6. Bangunan itu kini digantikan dengan bangunan-bangunan baru yang memenfaatkan
ilmu dan teknologi hasil curian dan dikembangkan hingga menjadi rumah yang
modern. Tetapi rumah tersebut tidak jelas bentuk dan ruas-ruasnya. Rumah itu tidak
mampu memberi kepuasan dan kebahagiaan siapaun yang tinggal di dalamnya.
Bahkan rumah itu dijadikan “pembantaian” fitrah manusia. Rumah itu menjadikan
penghuninya berubah menjadi bangsa “binatang” baik dalam sosialnya, budaya dan
hokum, serta moralitasnya.
7. Akan tetapi, seluruh komponen, gambar arsitektur, rancangan bahan baku dan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dibangunnya kembali Rumah Islam itu masih
tersimpan dan orisinal, karena dijaga oleh Pemiliknya yakni Allah SWT. Tinggal
bagaimana tekad dan perjuangan Muslimin untuk membangunnya kembali adalah
menjadi penentunya. Tetapi berdasarkan hadits-hadits Nabi Allah menjanjikan akan
ditegakkannya kembali oleh generasi manusia yang beriman sekali lagi sebelum
hari Qiyamat tiba.
21
Laksana Pohon Yang baik
Allah SWT menggambarkan system Islam sebagaimana pohon yang tumbuh dari biji ,
kalimat tauhid: laa ilaaha illallah (Q.S. Ibrahim (14) : 24-25 ) :
Rasulullah saw menumbuhkembangkan system dinul Islam itu pada kehidupan manusia
(sahabatnya) sehingga membuat kagum dan iri terhadap keunggulan pohon itu di seluruh
pohon yang ada, yang mereka tanam. Sebagaimana tergambar pada Q.S. Al-Fath (48) : 29 :
“……demikianlah sifat-sifat mereka (orang beriman) dalam Taurat dan dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia da tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang muslim)… “
Kelengkapan dan kesempurnaan system Islam sebagaimana permisalan pada ayat tersebut
dapat disistematisir melalui skema (gambar : 3)
SKEMA SISTEMATIKA AGAMA ISLAM
(Sistem Syaria’at Islam )
22
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat
thoyyibah , seperti pohon yangbaik , akarnya
teguh menghunjam ke tanah dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat”
Aqidah
Syari’ah
Akhlaq
23
1. Syahadat 2. Iman Kepada Allah 3. Iman kepada malaikat-Nya4. Iman Kepada Kitab-Nya5. Iman kepada Rasul-Nya6. Iman Kepada hari qiyamat 7. Iman kepada Taqdir-Nya
1. Aqidah
1. Ibadah Mahdlah
1. Thaharoh2. Shalat 3. Puasa4. Zakat 5. haji
2. Syari’ah
1. Muamalah D.A agak luas = hukum perdata(al-qanunul khas)
a. Muamalah D.A khas = hukum niaga b. munakahat = hukum nikah c. waratsah = kukum waris d. dlsb
2. Muamalah D.A luas
ISLAM
al-qanunul ‘am= hukum publik
a. jinayah = hk. Pidana b. Khilafah = hukum Negara c. Jihad = Hukum perang & damaid. dlsb
3. Akhlaq
1. Akhlaq thd. Khaliq
2. Akhlaq thd. makhluk
1. Akhlak thd. Manusia
2. Akhlak thd. Non manusia
a. diri sendirib. tetangga c. masyarakat
a. flora b. fauna c. dlsb
Gambar 3
III. INTISARI
IV. evaluasi
24
1. Islam adalah sebuah sistem ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan secara integral dan universal. Kandungan dan esensi ajarannya tercermin dari medan pengertian istilah sekaligus nama "Islam" dengan segala derifatnya; din, dain, madain, madinah, dan tamadun. Juga ditunjukkan oleh istilah-istilah yang dipai untuk menunjuk ajaran Islam, diantaranya; dinullah, dinul haq, dinul Qayyim, dinul khalish.
2. Semua aspek ajaran Islam berporos pada Prinsip Keesaan Allah (Tauhid), yang tidak mengenal snkritisme, dan sekularisme dalam hidup baik pribadi, keluarga, masyarakat, Negara, bahkan peradaban dunia. Namun prinsip ini telah mengalami kerancuan dalam dataran pemikiran, perasaan dan tindakan ummat Islam, khususnya di masyarakat Indonesai.
3. Prinsip kepasrahan total kepada Allah, adalah prinsip yang paling dominan yang mengacu pada dua bentuk kepasrahan; sunnatullah kauniyah, dan sunnatullah qauliyah.
4. Prototype Islam dapat dibaca dengan lebih mudah dan jelas sebagaimana protype pohon yang sempurna, dan bangunan yang sempurna.
5. Krisis idealisme yang makin parah disebabkan kurangnya pengenalan pada sumber utama ajaran Islam (al-Qur'an dan al-Hadits), sejarah Islam dan factor kemajuan eksternal Ummat Islam yang justru mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.
1. Sebutkan nama-nama lain dari dienul Islam !2. Sebutkan dalil-dalil Al-Qur'an tentang kebenaran Islam!3. Tulislah dalil hadits tentang kebenaran Islam 4. Ungkapkan fakta-fakta rasional menganai kebenaran Islam
(tugas) 5. Silakan anda mengidentifikasi kesaksian non Islam tentang
kebenaran Islam6. Jelaskan mengapa Islam disebut sebagai dienul qayyim? 7. Jelaskan perbedaan konsep antara ”agama”, ”din” dan
”religi” ditinjau dari etimologis, teologis dan ideologis 8. Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah pohon yang
baik 9. Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah bangunan 10. Jelaskan bahwa Islam adalah sebgai bentuk kepasrahan. 11. Jelaskan nisbah antara Iman-ilmu-amal.12. Presentasikan sisematika ajaran islam dengan skema yang
Referensi
1. Al-Qur’an
2. Al-Badits (kutubusssittah)
3. Ala-a-Maududi, Abul., Principles of Islam, Terj. Suhaili,
Abdullah, Penerbit PT Alma’arif, Bandung, 1985
4. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , Islamization of Knowledge, Islamisasi
Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984
5. Al-Faruqi, Isma’il Raj’I , TAUHID, Its Implications for Thought
and Life, terj. Rahmani Astuti, Penerbit Pustaka, Bandung, 1982
6. AM Rasyidi, Bible, Qur’an dan Sain
7. Galab, Inilah Hakekat Islam
8. Mamud Syaltut, Islam aqidah wasyari’ah
9. Sidi Gazalba, Azas-azas Islam
10. Saleh, Khairul, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP
Polines, 2005
25