mengenal islam
DESCRIPTION
Disadur dari Wikipedia tentang ISLAM, dan situs mualaf online (www.mualafcenter.com) Mengungkapkan tentang Islam dalam bahasa yang sangat mudah dimengertiTRANSCRIPT
MENGENAL ISLAM
Islam (Arab: al-islām, ا%ســــــــــــــــــ"م : "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-
agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk
dalam golongan agama Ibrahim. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: 'ا, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal
dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Islam mengajarkan bahwa Allahmenurunkan firman-Nya kepada manusia melalui
para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa
Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua
kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang
berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila
seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini,
berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang
baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad
sebagai Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-
Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber
fundamental Islam. Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas
agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari
Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya (untuk lebih lanjutnya, silakan baca artikel
mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi Islam menegaskan bahwa
agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada
nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu,
ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka
yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril
yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2). Allah juga
telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu
ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan
untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an
(Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul
terdahulu adalah benar adanya. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an,
seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu
pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-
satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab
sebelumnya.
Umat Islam juga meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul
utusan Allah sejak masa Adam adalah agama tauhid, dengan demikian tentu saja
Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni imannya) maka
menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama
Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di
dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab
atau Ahlul Kitab.
Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid-kepercayaan bahwa hanya ada
satu Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Allāh; kebanyakan ilmuwan percaya kata
Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh ' (dewa, bentuk maskulin),
bermaksud "Tuhan" (al-ilāh '), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari Arami
Alāhā. Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani)
dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan
Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhiddituangkan dalam
syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi:
2 إله إ2 ا' محمد رسول الل”ه
Tiada Tuhan Melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
”Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana pada Surah Al-Ikhlas
yang terjemahannya adalah:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis
kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an
dikatakan:
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat". (Asy-
Syu'ara' [42]:11)
Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-
Nya kepada manusia melalui al-Quran :
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". (Ta Ha [20]:14)
Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam
percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat
Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak
ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politeisme.
Mengutip al-Qur'an, An-Nisa' [4]:71:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa
putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya)
yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu
mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu.
Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara".
Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini
dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena
Tuhan tidak serupa dengan apapun (Asy-Syu'ara' [42]:11). Sebagai gantinya, Islam
menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang
menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.
Al-Qur'an
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al Qur'an
Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada
Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti
bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam
merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan
pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada Muhammad melalui
malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610
hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur'an lebih banyak ditransfer
melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu
yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang
disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya,
yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum
para ulama menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini, pertama kali
dikompilasi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang
berkisar antara 650 hingga 656 M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan
duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu
dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.[22]
Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan
tergantung cara menghitung).[23] Hampir semua Muslim menghafal setidaknya
beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur'an, mereka yang menghafal keseluruhan
Al-Qur'an dikenal sebagai hafiz(jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu
yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur'an
diseluruh dunia. Di Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an yaitu lomba
membaca Al-Qur'an dengan tartil atau baik dan benar. Yang membacakan disebut
Qari (pria) atau Qariah (wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan
dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh
karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-
Qur'an ataupun hasil usaha mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu
sendiri.
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi
sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran
Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-
kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin
bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
■ Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi
kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
■ Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator)
bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
■ Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan
pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
■ Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita
mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian
mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa
aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang
dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
Nabi Muhammad
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Muhammad dan hadits
Muhammad (570-632) adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam dimana mengakui
kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang
muslim (lihat syahadat). Dalam Islam Muhammad tidak diposisikan sebagai
seorang pembawa ajaran baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-
nabi yang diturunkan sebelumnya.
Terlepas dari tingginya statusnya sebagai seorang Nabi, Muhammad dalam
pandangan Islam adalah seorang manusia biasa. Namun setiap perkataan dan
perilaku dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal dari seorang
muslim. Oleh karena itu dalam Islam dikenal istilah hadits yakni kumpulan
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. Hadits
adalah teks utama (sumber hukum) kedua Islam setelah Al Qur'an.
Berbagi kisah seputar orang - orang yang mengenal islam..
Rahmat Purnomo mantan pendeta : Ujung Pencarian memperoleh Rahmat Islam
Ia adalah seorang laki-laki keturunan, sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari
Kota Ambon yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. Kristen
adalah agama yang diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya. Kakeknya
adalah seorang yang punya kedudukan tinggi pada agama kristen yang
bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian, namun ia bermadzhab
Pantikosta. Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita, adapun
dia sendiri juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah
Gereja Bethel Injil Sabino.
Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikit pun untuk menjadi seorang muslim, sebab
sejak kecil aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu mengatakan
padaku bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya ilmu, tak
dapat membaca dan menulis.
Bahkan lebih dari itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang
nasrani dari Prancis bahwa Muhammad itu seorang dajjal yang tinggal di tempat
kesembilan dari neraka. Demikianlah kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan
pribadi Rasul shallallahu ʻalaihi wa sallam, sejak itulah tertanam pada diriku
pemikiran salah yang mendorongku untuk menolak Islam dan menjadikannya
sebagai agama.
Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berdakwah selama tiga hari
tiga malam di Kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang
terletak di sebelah selatan pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak
menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba-tiba seorang laki-laki muncul
di hadapanku, lalu bertanya dengan pertanyaan aneh, “Engkau telah mengatakan
bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang ketuhanannya?” Aku
menjawab, “Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu, jika
kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah.”
Namun, ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan
selalu terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat Kitab Injil mencari
jawaban yang benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat
kitab Injil yang berbeda-beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya MARKUS,
yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan manusia.
Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku, “Apakah Al Qurʼan dengan nuskhoh
yang berbeda-beda juga buatan manusia?” Aku mendapatkan jawaban yang tak
bisa lari darinya yakni dengan pasti, “Bukan!”
Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS
berbicara apa tentang Al-Masih Isa ʻalaihis salam? Kami membaca di dalamnya
sebagai berikut, “Sesungguhnya Isa Al-Masih bernasab kepada Ibrohim dan
kepada Daud…” (1-1), lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya,
kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, “Dialah yang merajai atas rumah
Yaʼkub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir.” (1-33). Dan Injil
MARKUS berkata, “Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak Allah.” (1).
Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata,
“Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu
adalah Allah.” (1:1). Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al-Masih dan Al-
Masih di sisi Allah, maka Al-Masih adalah Allah.
Aku bertanya pada diriku, “Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat
kitab ini seputar dzat Isa ʻalaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah
ataukah Raja ataukah Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum
menemukan jawabannya. Di sini aku ingin bertanya kepada teman-temanku orang-
orang kristen, “Apakah didapatkan dalam Al-Qurʼan pertentangan antara satu ayat
dengan yang lainnya?” Pasti tidak! Kenapa? Karena Al-Qurʼan datang dari sisi Allah
subhanahu wa taʼala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. Kalian tahu
dan tidak ragu kalau Isa ʻalaihis salam sepanjang hidupnya berdakwah kepada
Allah di sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal yang didaʼwahkan oleh
Isa ʻalaihis salam?
Ini Injil MARKUS berkata, “Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka
berbincang-bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al-Masih) mereka
menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia
menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah ʻDengarkan
wahai Bani Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa.ʼ” (12: 28-29). Inilah
pengakuan yang jelas dari Isa ʻalaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa
Allah adalah Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa
adalah Allah juga, maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu?
Kemudian, aku lanjutkan pencarianku dan aku temukan pada Injil YOHANNES
nash-nash yang menunjukkan doa dan ketundukan Isa Al-Masih ʻalaihis salam
kepada Allah subhanahu wa taʼala. Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa
adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia membutuhkan
kepada ketundukan dan doa? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa bukan tuhan tetapi
dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat dalam injil
YOHANNES, inilah nash doanya: “Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui
bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah Al-Masih yang Engkau telah
mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan padaku
ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya.” (17-3-4). Ini doʼa yang
panjang, yang akhirnya berkata, “Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak
mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah mengetahui bahwa
Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan namaMu
dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti
Engkau telah mencintaiku.” (17-25-26).
Doa ini menggambarkan pengakuan Isa ʻalaihis salam bahwa Allah Dialah Yang
Maha Esa dan Isa adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan
pada seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita baca dalam Injil MATHIUS
(15:24) di mana ia berkata, “Aku tidak diutus, melainkan pada kaum di rumah Israʼil
yang sasar.” Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan-pengakuannya ini
dengan yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa, “Allah adalah
Tuhan Yang Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil.” Kemudian
kulanjutkan pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca
kalimat berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku
berkata pada diriku: Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa
kelas satu sekolah dasar “1 + 1 + 1 = 3 ?” Pasti akan menjawab “ya”. Kemudian,
jika kita katakan padanya, “Akan tetapi 3 juga = 1?” Tentu dia takkan menyepakati
hal itu, sebab di sana terdapat pertentangan yang jelas pada apa yang kami
ucapkan, karena Isa ʻalaihis salam berkata dalam Injil seperti yang kami lihat
bahwa Allah Esa tidak ada serikat baginya.
Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak kecil,
yakni: tiga dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al-Masih sendiri dalam kitab-
kitab injil yang ada di tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu
satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling benar? Belum ada
usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu, namun yang benar dikatakan bahwa
sesungguhnya Allah itu Esa/satu. Kemudian, aku cari lagi dari kitab injil dari awal,
barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah kutemukan dalam
pencarianku nash berikut ini: “Ingatlah wali-wali sejak dulu, karena sesungguhnya
Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang
menyerupaiku.” (46: 9).
Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan Islam, aku
mendapatkan dalam surat Al-Ikhlash firman Allah Taʼala, “Dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak
dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Ya, selama kalam itu adalah kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun
didapatkannya. Inilah pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu,
dengan demikian “tiga dalam satu” tidak ada keberadaannya dalam jiwaku.
Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang
disebut dengan warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa
yang diperbuat Adam ʻalaihis salam ketika memakan buah yang diharamkan dari
pohon yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa ini.
Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan menanggung dosa ini dan akan
lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku cari tentang
kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku,
aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, “Seorang anak tidak menanggung
dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang
anak …” (hizqiyal: 18: 20-21).
Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al-Qurʼanul
Karim pada masalah ini, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain …” Dan Rasulullah shallallahu ʻalaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam
dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau menjadikannya Majusi.” Inilah dia
kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada/datang dalam injil, lalu
bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah dari satu
generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan
berdosa?
Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
keyakinan, pada suatu hari kuletakkan Injil dan Al-Quran di depanku, kutujukan
pertanyaan pada Injil, “Apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?”
Jawabannya: tidak ada, karena nama Muhammad tidak terdapat dalam Injil.
Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al-Quran telah
bercerita tentangnya, “Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang
Muhammad?” Jawabannya: sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang
tidak ada keraguan sedikit pun bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang
setelahku namanya adalah Ahmad. Allah berfirman atas lisan Isa ʻalaihis salam,
“Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu
Taurot dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan
datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), maka tatkala Rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
Ini adalah sihir yang nyata.” (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?!
Di sana ada satu Injil, yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat Injil yang
telah kusebutkan sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya
(Nashrani) mengharamkan pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa?
Yang paling benar ialah karena inilah satu-satunya Injil yang memuat kabar
gembira tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa tambahan dan
penyimpangan yang sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai
dengan apa yang ada dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah:
163), “Waktu itu para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang
akan datang sesudahmu? Al Masih menjawab dengan senang dan gembira:
Muhammad utusan Allah pasti akan datang sesudahku bagaikan awan putih akan
menaungi orang-orang yang beriman seluruhnya.”
Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada
(Ishaah: 72), “Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al-Masih: Wahai guru!
Saat Muhammad datang apa tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al-Masih
menjawab: Muhammad tidak akan datang pada masa kita, tetapi akan datang
setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) dan orang-orang
yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika itu
Allah subhanahu wa taʼala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-rasul,
yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu ʻalaihi wa sallam.”
Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku telah
menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan
tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu
bukti.
Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah
pergi lagi padanya, saat ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab
ʻUluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqoddim).
Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi
shallallahu ʻalaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita
selaku para pemeluknya untuk bersyukur. Allah berfirman, “Jika kamu kafir maka
sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran
bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu,
dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)
mu.” (QS Az Zumar: 7).
Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir
rosyad.
Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman,
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau
tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah
telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan
itu.” (QS Yunus: 19).
Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, “Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang
diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi
Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat
kamu (tentang kebenaran Islam) maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada
Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada
orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi,
ʻApakah kamu (mau) masuk Islam?ʼ Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya
mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu
hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya.” (QS Ali Imron: 18-20).
Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitrah manusia. Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang
tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah
anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu.” (QS Al
Aʼraaf: 172-173).
Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, “… Katakanlah
sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah
kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang
diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan
mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah sesungguhnya karunia itu di
tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang dikehendakinya.
Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui.” (QS Ali Imron: 73).
Kelima: Isa ʻalaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, “Wahai Ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra
Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang
disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan (tiupan roh) dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan, ʻ(Tuhan itu) tigaʼ. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah
sebagai pemelihara.” (QS An Nisaa: 171).
AMANDA : Gadis Iowa yang awalnya membenci Islam hingga mencintai IslamMeski awalnya “membenci” Islam, gadis IOWA yang tinggal di Connecticut ini pun
akhirnya ʻjatuh cintaʼ pada Islam. Ia, akhirnya melafazkan syahadat
Sekitar awal September 2006 lalu, kelas Islamic Forum for non Muslims
kedatangan seorang gadis bule bermata biru. Duduk di salah satu sudut ruang
dengan mata yang tajam, hampir tidak kerkedip dan bahkan memperlihatkan
pandangan yang tajam. Beberapa kali lolucen yang saya sampaikan dalam kelas
itu, tidak juga menjadikannya tersenyum.
Ketika sesi tanya jawab dimulai, sang gadis itu mengangkat tangan, dan tanpa
tersenyum menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan sebagian
peserta ternganga, dan bahkan sebagian menyangka kalau saya akan tersinggung
dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
“If Muhammad is a true prophet, then why he robbed and killed?”, tanyanya dengan
suara yang lembut tapi tegas. “Why he forced the Jews to leave their homes, while
they have been settled in Madinah a long time before Muhammad was born?”,
lanjutnya.
Sambil tersenyum saya balik bertanya, “Where did you get this information? I
mean, which book did you read”. Dia kemudian memperlihatkan beberapa buku
yang dibawanya, termasuk beberapa tulisan/artikel yang diambil dari berbagai
sumber di internet. Saya meminta sebagian buku dan artikel tersebut, tapi justru
saya tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaannya.
Saya balik bertanya, “Where are you from and where do you live?”. Ternyata dia
adalah gadis IOWA yang sekarang ini tinggal di Connecticut.
Sambil memperkenalkan diri lebih jauh saya memperhatikan “kejujuran” dan
“inteligensia” gadis tersebut. Walaupun masih belum bisa memperlihatkan wajah
persahabatan, tapi nampaknya dia adalah gadis apa adanya.
Dia seorang “saintis” yang bekerja di salah satu lembaga penelitian di New York.
Tapi menurutnya lagi, dan sinilah baru nampak sedikit senyum, “I am an IOWAN
girl”. Ketika saya tanya apa maksudnya, dia menjawab: “a very country girl”.
Oleh karena memang situasi tidak memungkin bagi saya untuk langsung berdebat
dengannya perihal pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan, saya mengusulkan
agar pertanyaan-pertanyaannya dikirimkan ke saya melalui email, untuk
selanjuntnya bisa berdiskusi lewat email dan juga pada pertemuan berikutnya.
Kelas sore itupun bubar, tapi pertanyaan-pertanyaan gadis IOWA ini terus
menggelitik benak saya.
Di malam hari, saya buka email sebelum tidur sebagaimana biasa. Gadis IOWA ini
pun memenuhi permintaan saya. Ia memperkenalkan diri sebagai Amanda. Ia
mengirimkan email dengan lampiran 4 halaman penuh dengan pertanyaan-
pertanyaan –khususunya-- mengenai Rasulullah SAW. Saya sekali lagi tidak
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi mengajak untuk datang ke kelas
Islamic Forum pada Sabtu berikutnya.
Ternyata, mungkin dia sadari sendiri bahwa beberapa peserta Forum pada Sabtu
tadi kurang sreg dengan pertanyaan-pertanyaannya yang dianggap terlalu “polos
dan tajam”. Maka dia mengusulkan kalau saya bisa menyediakan waktu khusus
baginya untuk diskusi. Sayapun menerima usulan itu untuk berdiskusi dengannya
setiap Kamis sore setelah jam kerja di Islamic Center.
Kita pun sepakat bertemu setiap jam 5:30 hingga 7:00 pm. Satu setengah jam
menurut saya cukup untuk berdiskusi dengannnya.
Tanpa diduga, ternyata bulan Ramadhan juga telah tiba. Maka kedatangannya
yang pertama untuk berdialog dengan saya terjadi pada Kamis ketiga bulan
September 2006, di saat kita sedang bersiap-siap untuk berbuka puasa.
Dia datang, seperti biasa dengan berkerudung seadanya, tapi kali ini dengan
sangat sopan, walau tetap dengan pandangan yang sepertinya curiga.
Kita memulai diskusi dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikirimkan lewat
email itu. Ternyata, baru satu masalah yang didiskusikan, sesekali diselingi sedikit
perdebatan yang emosional. Adzan buka puasa telah dikumandangkan. Maka
dengan sopan saya minta izin Amanda untuk berbuka puasa, tapi tidak lupa
menawarkan jika ingin bergabung dengan saya. Ternyata, Amanda senang untuk
ikut makan sore (ikut buka) dan nampak menikmati hidangan itu.
Setelah berbuka puasa, karena harus mengisi ceramah, saya sampaikan ke
Amanda bahwa diskusi kita akan dilanjutkan Kamis selanjutnya. Tapi jika masih
berkenan hadir, saya mempesilahkan datang ke Forum hari Sabtu. Dia berjanji
untuk datang.
Sabtu berikutnya, dia datang dengan wajah yang lebih ramah. Duduk nampak lebih
tenang, tapi seolah masih berat untuk tersenyum. Padahal, diskusi saya itu
terkadang penuh dengan candaan. Maklumlah, selain memang dimaksudkan untuk
tidak menampilkan Islam dengan penuh “kaku” saya ingin menyampaikan ke
mereka bahwa Muslim itu juga sama dengan manusia lain, bisa bercanda (yang
baik), tersenyum, dan seterusnya.
Amanda nampak serius memperhatikan semua poin-poin yang saya jelaskan hari
itu. Kebetulan kita membahas mengenai penciptaan Hawa dalam konteks Al-
Qurʼan. Intinya menjelaskan bagaimana proses penciptaan Hawa dalam prospektif
sejarah, dan juga bagaimana Al-Qurʼan mendudukkan Hawa dalam konteks
“gender” yang ramai diperdebatkan saat ini. Keseriusan Amanda ini hampir
menjadikan saya curiga bahwa dia sedang mencari-cari celah untuk
menyampaikan pertanyaan yang menyerang.
Ternyata sangkaan saya itu salah. Kini Amanda sebelum menyampaikan
pertanyaan justeru bertanya dulu, “Is it ok to ask this question?”. Biasanya dengan
tegas saya sampaikan, “Nothing is to be hesitant to ask on any thing or any issue in
Islam. You may ask any issue range from theological issues up to social ones”.
Amanda pun menanyakan beberapa pertanyaan mengenai wanita, tapi kali ini
dengan sopan. Hijab, poligami, konsep “kekuasaan” (yang dia maksudkan adalah
qawwamah), dll. Saya hampir tidak percaya, bagaimana Amanda paham semua itu.
Dan terkadang dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan itu disertai bukti-bukti
yang didapatkan dari buku-buku --yang justeru-- ditulis oleh para ulama terdahulu.
Saya berusaha menjawab semua itu dengan argumentasi-argumentasi “aqliyah”,
karena memang saya melihat Amanda adalah seseorang yang sangat rasional.
Alhamdulillah, saya tidak tahu, apakah dia memang puas atau tidak, tapi yang pasti
nampak Amanda mengangguk-anggukkan kepala.
Demikian beberapa kali pertemuan. Hingga tibalah hari Idul Fitri. Amanda ketika itu
saya ajak untuk mengikuti “Open House” di rumah beberapa pejabat RI di kota
New York.
Karena dia masih kerja, dia hanya sempat datang ke kediaman Wakil Dubes RI
untuk PBB. Di sanalah, sambil menikmati makanan Indonesia, Amanda kembali
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. “If Islam respects religious
freedom, why Ahmadiyah in Indonesia is banned? Why Lia Aminuddin is arrested?”.
Saya justeru terkejut dengan informasi yang Amanda sampaikan. Saya pribadi
tidak banyak membaca hal ini, dan tidak terlalu mempedulikan. Maka saya
jelaskan, dalam semua Negara tentu ada peraturan-peraturan yang perlu dipatuhi.
Ahmadiyah dan Lia Aminuddian, jelas saya, bukan mendirikan agama baru tapi
mendistorsi agama Islam. Oleh karena mereka merusak agama yang diyakini oleh
masyarakat Muslim banyak, pemerintah perlu menertibkan ini. Kelihatannya
penjelasan saya kurang memuaskan, tapi diskusi kekudian berubah haluan kepada
makanan dan tradisi halal bihalal.
Singat cerita, beberapa Minggu kemudian Amanda mengirimkan email dengan
bunyi sebagai berikut, “I think I start having my faith in Islam”. Saya hanya
mengatakan, “All is in Godʼs hands and yours. I am here to assist you to find the
truth that you are looking for”. Cuma, Amanda mengatakan bahwa perjalanannya
untuk belajar Islam ini akan mengambil masa yang panjang.
“When I do some thing, I do it with a commitment. And I truly want to know Islam”.
Saya hanya menjawabnya, “Take you time, Amanda”.
Alhamdulillah, setelah mempelajari Islam hampir tujuh bulan, dan setelah membaca
berbagai referensi, termasuk tafsir Fii Zilalil Qurʼan (Inggris version) dan Tafhimul
Qurʼan (English), dan beberapa buku hadits, Amanda mulai serius mempelajari
Islam.
Minggu lalu, ia mengirimkan email ke saya. Isinya begini, “I have decided a very big
decision..and I think you know what I mean. I am very scared now. Do you have
some words of wisdoms?”.
Saya menjawab, “Amanda, you have searched it, and now you found it. Why you
have to be scared?. You believe in God, and God is there to take your hands. Be
confident in what you believe in”.
Tiga hari lalu, Amanda mengirimkan kembali emailnya dan mengatakan bahwa dia
berniat untuk secara formal mengucapkan “syahahat” pada hari Senin mendatang
(tanggal 5 Maret 2007 kemarin). Saya bertanya, kenapa bukan hari Sabtu atau
Ahad agar banyak teman-teman yang bisa mengikuti? Dia menjawab bahwa
beberapa teman dekatnya hanya punya waktu hari Senin.
Alhamdulillah, disaksikan sekitar 10 teman-teman dekat Amanda (termasuk non
Muslim), persis setelah adzan Magrib saya tuntun ia melafazkan “Asy-hadu an laa
ilaaha illa Allah-wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allah”, diiringi pekik takbir
dan tetesan airmata beberapa temannya yang ikut hadir. Amandapun melakukan
shalat pertama sebagai Muslim sore itu diikuti dengan doa bersama semoga Allah
menguatkan jalannya menuju ridho Ilahi. oleh M. Syamsi Ali.
Amanda, selamat dan semoga Allah SWT selalu menjagamu dan menjadikanmu
“pejuang” kebenaran! [www.hidayatullah.com] New York, 6 Maret 2007
Gold Fret : Mendengar bacaan Al-QurʼanEli Eli lama sabakhtani ?AYAH saya seorang pastor atau pendeta dalam agama
Kristen Katolik. Beliau mengajarkan Alkitab (Injil) pada saya sejak saya masih kecil
dengan harapan agar saya menjadi penerus cita-citanya di kemudian hari. Saya
belajar Alkitab pasal demi pasal dan ayat demi ayat dengan seksama. Berkat
bimbingannya, saya betul-betul memahami kandungan dan tafsiran Alkitab. Sejak
saya berumur empat belas tahun, saya diberi kepercayaan berceramah di gereja
pada setiap hari Minggu dan hari-hari keagamaan Kristen lainnya.
Setelah saya banyak membaca Alkitab, banyak saya dapatkan kejanggalan-
kejanggalan di dalamnya. Dalam Alkitab, antara pasal satu dan pasal lainnya
banyak terjadi pertentangan, dan banyak ajaran gereja yang bertentangan dengan
isi Alkitab.
Misalnya, Yohanes pasal 10 ayat 30, menerangkan bahwa Allah dan Yesus (Isa)
bersatu, yaitu, "Aku dan Bapa adalah satu." Sedangkan, pada Matius pasal 27 ayat
46 menjelaskan bahwa Yesus dan Allah berpisah, yaitu, "Kira-kira jam tiga
berserulah Yesus dengan suara nyaring, 'Eli, Eli, lama sabakhtani?"' Artinya,
"Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Dalam ajaran gereja, seorang bayi yang lahir akan membawa dosa warisan dari
Nabi Adam dan 1bu Hawa. Juga, bayi yang mati sebelum dibaptis tidak akan
masuk surga. Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab Yehezkiel pasal 18 ayat 20
dan Matius pasal 19 ayat 14 menerangkan bahwa manusia hanya menanggung
dosanya sendiri, tidak menanggung dosa orang lain. Bayi yang meninggal sebelum
dibaptis akan masuk surga, karena anak tidak akan turut menanggung kesalahan
ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang yang
benar akan menerima berkat kebenarannya, dan orang yang fasik akan
menanggung akibat kefasikannya.
Dosa Warisan ?Sementara, pada Matius 19 ayat 14 Yesus berkata, "Biarlah anak-
anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang padaku; sebab orang-orang
yang seperti itulah yang mempunyai Kerajaan Surga."
Dengan semua itu saya merasa bimbang. Injil mana yang harus saya ikuti,
sedangkan semuanya kitab suci? Dan apakah ajaran gereja yang harus saya ikuti,
sedangkan ajarannya bertentangan dengan Alkitab ?
Saya ragu dengan keautentikan Alkitab, karena kalau Injil yang ada sekarang ini
asli, tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan. Saya juga ragu dengan
kebenaran ajaran gereja karena kalau ajaran gereja itu benar, tidak mungkin
bertentangan dengan kitab sucinya.
Karena mendapatkan kejanggalan dalam Alkitab dan pertentangan ajaran gereja
dengan kitab sucinya, saya menjadi enggan membaca Injil dan buku buku agama
(Kristen), karena saya yakin tidak akan mendapat kebenaran dalam Kristen.
Mendengar Bacaan Al-Qur'an
TauhidPada suatu hari saya berjalan di dekat masjid. Tiba-tiba saya gemetar dan
tidak bisa berjalan disebabkan mendengar suara dari dalam masjid. Setelah saya
pulang ke rumah, saya bertanya pada teman-teman tentang suara yang saya
dengar itu. Tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu tentang suara itu.
Setelah keesokan harinya saya bertanya pada teman sekolah yang beragama
Islam, dia menjelaskanbahwa "suara" yang saya dengar di dalam masjid adalah
suara orang membaca A1-Qur'an. Kemudian saya bertanya, "Apa sih, Al-Qur'an
itu?" Dia menjawab, "Al-Quran itu kitab suci umat Islam." Kemudian saya meminta
Al-Qur'an padanya. Tetapi dia tidak memberikan dengan alasan saya tidak punya
wudhu.
Al Qur'anSetelah saya pulang dari sekolah, saya langsung mencari orang yang
beragama Islam untuk meminjam A1-Qur'an. Akhirnya saya berjumpa dengan
orang Islam yang bernama Abdullah. Ia keturunan Arab. Lalu saya pinjam Al-Qur'an
padanya dan saya jelaskan padanya bahwa saya beragama Katolik dan ingin
mempelajari Al-Qur'an. Dengan senang hati ia meminjamkan saya terjemahan Al-
Qur'an dan riwayat hidup Nabi Muhammad saw..
Saya baca Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat. Saya pahami kalimat
demi kalimat dengan seksama. Akhirnya saya berkesimpulan, hanya Al-Qur'anlah
satu-satunya kitab suci yang asli dan hanya Islamlah satu-satunya agama yang
benar.
Al-Qur'an membahas persoalan ketuhanan dengan tuntas, bahasanya mudah
dipaharni, dan argumentasinya rasional. Di samping itu, Al-Qur'an juga membahas
tentang Nabi Isa (Yesus) sejak sebelum dikandung, dalamn kandungan, waktu
dilahirkan, masa kanak-kanak dan remaja, mukjizatnya, dan kedudukannya
sebagai Rasul Allah, bukan anak Allah.
Sejak mendapatkan kebenaran Islam, saya mempunyai keinginan yang kuat untuk
memeluk agama Islam. Singkat cerita, kemudian saya datang menjumpai Abdullah
dan saga jelaskan keinginan saga padanya.
la menyambut hasrat saya itu dengan hati ikhlas, dan ia membimbing saya
membaca dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, nama saya
diganti menjadi Dzulfikri. Kemudian saya belajar pada Abdullah tentang hal-hal
yang diwajibkan dan yang dilarang dalam Islam.
Setelah itu saya mondok di sebuah pesantren. Di situ saya belajar agama selama
satu tahun. Kemudian saya pindah ke kota Malang, Jawa Timur. Di kota ini saya
terus menuntut ilmu agama sambil kuliah.
Jip Hengky Jana P, M.B.A. : Sulit Memahami Doktrin TrinitasMeski dilahirkan sebagai keturunan Tionghoa yang secara turun-temurun
menganut agama Budha, tetapi saya tidak mendalami ajaran agama nenek
moyang kami itu. Saya justru lebih paham ajaran gereja. Hal ini bisa dimaklumi,
karena masyarakat keturunan Tionghoa sekarang lebih banyak yang meninggalkan
agama nenek moyangnya, dan lebih memilih agama Kristen sebagai pegangan
hidupnya. Alasannya, karena agama Kristen dianggap lebih ringan pelaksanaan
ibadahnya.
Faktor itu pula yang menyebabkan saya lebih banyak bergaul dengan kawan-
kawan yang beragama Kristen, balk yang Katolik Roma, Protestan, Pantekosta,
Advent, dan sebagainya. Selain itu, faktor pendidikan formal juga sangat
mempengaruhi keimanan saya. Saya semakin jauh dari wihara dan klenteng
(rumah ibadah orang Tionghoa).
Pendidikan formal saya, sejak TK sampai SMA, saya ialui di lembaga pendidikan
Katolik. Sampai usia remaja, meski saya tak pernah dibaptis, tetapi saya sudah
merasa sebagai umat Kristen (Katolik) daripada sebagai jemaat wihara (umat
Budha).
Saya dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1969 di Semarang, Jawa Tengah. Keluarga
saya keturunan Tionghoa yang sukses sebagai pengusaha foto dan percetakan.
Seperti umumnya masyarakat keturunan Tionghoa, kedua orang tua saya memeluk
agama nenek moyang yang telah dianut turun temurun, yakni agama Budha.
Tidak berbeda dengan keluarga Tionghoa yang lain, dalam hal pendidikan agarna,
keluarga saya juga tidak pernah menanamkan keimanan (agama Budha) yang
mendalam. lni barangkali sekadar tradisi saja bahwa nenek moyang kami
mewariskan kebudayaannya itu kepada keturunannya. Dalam ajaran agama Budha
sepertinya tidak ada norma-norma khusus yang mengatur pelaksanaan ibadah. Ya,
seperti aliran kepercayaan saja. Sehingga, tidak sedikit orang Tionghoa yang
notabene pemeluk agama Budha, tetapi masih meyakini ajaran lain sebagai
agamanya, umumnya agama Kristen.
Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, kedua orang tua kami mengharapkan
agar saya berhasil dalam hidup dan menjadi teladan bagi kedua adik saya. Sebab
itulah, ketika mengijak usia 5 tahun saya dimasukkan ke Taman Kanak Kanak
favorit di kota Semarang, yakni TK Kanisius Kebondalem, selama dua tahun. SD
dan SMP pun saya tempuh di lembaga yang sama.
Aktivis Gereja
Stammat SMP saya pun melanjutkan studi di SMA Katolik Kebondalem. Lembaga
pendidikan ini termasuk paling dibanjiri peminat. Jadi, merupakan gengsi tersendiri
bila diterima di sekolah itu. Saat belajar di SMA itulah saya benar-benar menjadi
umat Katolik. Bukan lagi sebagai pemeluk Budha.
Kegiatan-kegiatan gereja, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat selalu
saya ikuti dengan tekun. Saya tidak peduli, walaupun tidak pernah dibaptis.
Bahkan, di sekolah sava termasuk siswa yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
baik di OSIS (seperti peringatan hari besar agama Kristen) dan juga kegiatan misa
di gereja atau kapel sekolah yang rutin diadakan seminggu sekali.
Rupanya, Tuhan berkenan menolong saya dari jalan yang sesat. Beberapa tahun
yang lalu setelah saya tamat SMA, saga sering merenung tentang ajaran trinitas
yang menjadi landasan pokok iman kristiani. Sava merasa sulit memahami ajaran
itu. Teryata banyak sekali kejanggalan yang saya temukan.
Mempelajari Islam
Tuhan Yang Maha Agung membuka pintu hati saya. Di saat saya meragukan
kebenaran ajaran trinitas itu, saya seperti ditunjukkan untuk mempelajari Islam
sebagai perbandingan. Dan ternyata, masya Allah, luar biasa. Dalam Al-Qur'an dan
hadits telah diatur hukum bagi sekalian alam yang benar adanya.
Tidak lama setelah mendalami kandungan Al-Qur'an, saya secara rutin belajar
agama (Islam) pada seorang guru ngaji. Masih berstatus sebagai mahasiswa STIE-
PPMTT (Pusat Pendidikan Manajemen dan Teknik Terapan), saya mengucapkan
ikrar dua kalimat syahdat beserta seluruh keluarga.
Alhamdulillah, salah satu adik saya, Jip Christianto Jana P, telah tamat dari Pondok
Pesantren Modem Gontor, jawa Timur, dan kini kuliah di Akademi Perindustrian
Yogyakarta Jurusan Teknik Mesin. Sedangkan adik saya yang bungsu, Jip Rudi
Jana P., kini rnasih belajar di Pondok Pesantren as-Salam Surakarta.
Sedangkan, saya sendiri setelah menamatkan pendidikan manajemen dan meraih
gelar Master of Bussines Administration (M.B.A.), kini berwiraswasta di bidang
percetakan. Harapan saya, semoga keluarga kami senantiasa diterangi petunjuk-
Nya. Amin.
Ireni (Ny. Han Hoo Lie): Calon Suster yang MembelotSAYA lahir dari keluarga Katolik yang taat, 45 tahun yang lalu di Surabaya, Jawa
Timur. Nama asli saya Han Hoo Lie, tapi biasa dipanggil Ireni. Sejak kecil saya
sudah mendalami agama. Ketika SD saya ikut privat agama di biara, dan itu
berlangsung hingga saya SMP kelas dua. Mungkin, lantaran sering bergaul dengan
para suster di biara itu, dalam diri saya timbul keinginan untuk menjadi seorang
suster (biarawati).
Dalam pandangan saya, alangkah mulia dan sucinya seorang biarawati itu, karena
dia telah mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Dengan kesederhanaan
hati dan penuh kasih sayang mereka membimbing orang -orang ke arah iman
Yesus Kristus. Sungguh, saya ingin sekali seperti mereka. Keluarga saya
mendukung sepenuhnya cita-cita saya itu.
Maka, untuk mewujudkan cita-cita itu, sejak kecil saya sudah aktif dalam kegiatan
gereja. Karena aktivitas saya itulah, sejak kelas satu SMA saya sudah terpilih
sebagai Ketua Presidium Yunior Ligio Maria. Organisasi ini bergerak dalam bidang
karya, kerasulan, dan doa. Begitu tamat SMA, saya langsung masuk ke sekolah
susteran (biarawati) di Bandung.
Selama menempuh pendidikan di sekolah biarawati itu, selain mengikuti kuhah di
biara seperti umumnya para calon suster maupun suster muda, saya bersama
salah seorang teman diberi tugas khusus untuk kuliah di Institut Filsafat dan
Teologia Bandung. Saya tidak tahu mengapa saya yang diberi tugas itu. Memang
saya akui, bahwa di antara teman-teman di biara itu sayalah yang paling kritis.
Kalau ada sesuatu yang nnenurut logika saya tidak nalar, selalu saya tanyakan.
Itulah sifat saya sejak kecil.
Salah satu yang pernah saya tanyakan adalah konsep trinitas (Tuhan Bapak,
Tuhan Anak, dan Roh Kudus). Juga status Yesus sebagai Tuhan-kalau memang
Yesus itu Tuhan-mengapa tatkala disalib is memanggil-manggil, "Eloy... Eloy...,
lama sabakhtani?" (Allah... Allah..., mengapa Engkau tinggalkan aku? (Markus 15
ayat 33)).
Dari jawaban jawaban yang diberikan, semuanya tidak memuaskan hati saya. Jika
saya ingin bertanya lagi, mereka selalu memotong, "Jangan dipertanyakan lagi,
yang penting kamu imam dan yakini dalam hati. Itu sudah cukup." Akhirnya saya
diam, meskipun belum puas. Karena Institut Filsafat dan Teologia ada mata kuliah
studi-perbandingan agama, maka saya pun mempelajari agama-agama yang ada,
termasuk Islam. Sejak saat itulah saya mulai membanding-bandingkan, misalnya
antara Islam dan agama saya.
Tidak terhitung jumlahnya buku-buku Islam yang saya baca. Cuma, semua buku itu
karangan orang-orang di luar Islam. Entah mengapa, ada larangan buku-buku
Islam yang ditulis orang Islam masuk ke perpustakaan kami. Untungnya, sejak
berangkat dari Surabaya dulu saya sudah membawa AlQur'an dan terjemahannya
dari rumah. Saya juga heran, kok dulu sempat membawa AI-Qur'an. Mungkin
sudah takdir Allah.
Mempelajari Al Qur'an
Terjemahan Al-Qur'an itulah yang kemudian saga pelajari secara sembunyi-
sembunyi di biara. Entah mengapa, saya begitu tertarik dengan Al-Qur'an itu.
Mungkin karena besarnya keinginan saya untuk membandingkannya dengan Injil.
Belum banyak yang saya pelajari, tiba-tiba saya menemukan surat al-Ikhlas.
"Katakanlah (hai Muhammad) Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak, dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia "
Secara tidak sadar, setelah membaca surat al-Ikhlas itu hati saya mengakui, inilah
kosep ketuhanan yang sempurna: sederhana tapi gamblang.
Meskipun demikian, bukan berarti kemudian saya bergegas masuk Islam.
Pengakuan akan kesempurnaan konsep ketuhanan Islam itu hanya mengendap
dalam pikiran. Saya pun terus mempelajari Al-Qur'an hingga ketemu surat Al-
Hujurat ayat 13. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang-orang yang bertakwa."
Apa yang tertangkap dalam pikiran saya pada waktu itu? Ah, Al-Qur'an ini
mengada-ada. Mana mungkin orang seluruh dunia disuruh saling berkenalan?
Tetapi anehnya, pikirani saya justru terangsang dengan ayat tersebut. Saya ingin
tahu apa maksud Al-Qur'an mengatakan seperti itu. Sava berdialog dengan diri
sendiri untuk mencari jawabannya. Saya renung-renungkan, bukankah avat itu
menunjukan bahwa Islam itu universal. berlaku untuk semua bangsa dan suku?
Ialu berbagai pertanyaan timbul dalam benak saya, siapakah pengarang Al-Qur'an
itu, dan sudah berapa kali mengalami penyempurnaan? Pertanyaan itu timbul
karena kitab-kitab suci yang lain sudah mengalami penyempumaan demi
penyempurnaan dari masa ke masa. Lalu, mengapa kitab suci ini diberi nama Al-
Qur'an?
Betapa terkejutnya saga setelah tahu dari membaca buku bahwa Al-Qur'an itu tidak
pernah mengalami penyempurnaan. Demikian pula namanya bukan hasil
pemberian seseorang sebagaimana Injil yang nama-namanya diambil dari
penulisnya. Al-Qur'an temyata wahyu langsung dari Allah, dan Allah pula yang
memberi nama kitab itu Al-Qur'an.
Saya mulai yakin akan kebenaran Islam. bagi saya Islam bukan agama buatan
manusia yang bernama Muhammad sebagai mana ditanamkan kepada saya sejak
kecil. Islam adalah agama ciptaan Allah.
Masuk Islam
Namun sampai sejauh itu, saya masih belum mau berikrar untuk menjadi seorang
muslim. Masih ada perasaan gengsi dalam diri saya. Sebab, image yang tumbuh di
lingkungan saya adalah bahwa umat Islam itu bodoh, miskin, kumuh, dan suka
amuk. Anggapan seperti itu tergurat kuat dalam benak saya.
Namun, agaknya Tuhan punya ketentuan lain. Dalam suatu perjalanan ke Bandung
saya mengalami musibah kecelakaan. Karena kecelakaan itu, mau tidak mau saya
mengambil cuti dari biara, pulang ke Surabaya. Setelah sembuh saya sempat
kuliah di Jakarta mengambil jurusan sosial kemasvarakatan. Mungkin karena
banyak bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa Islam, penilaian saya terhadap
Islam menjadi lebih objektif. Dan, sejak itulah saya sudah tidak berniat lagi untuk
kembali ke biara. Saya merasa biara bukan tempat yang cocok buat saya. Maka,
pada saat pulang ke Surabaya saya segera memutuskan tidak akan kembali ke
biara.
Secara kebetulan, saat itu sava bermimpi yang sama beberapa kali. Dalam mimpi
saya itu, seolah-olah teman-teman di biara berbaris ke suatu arah, sedangkan saya
sendiri berbaris ke arah yang berlawanan. Mimpi seperti itu berlangsung sampai
beberapa hari. Ditambah lagi, di dalam mimpi itu ada suara yang seakan-akan
membisikan bahwa umur saya tinggal 40 hari lagi.
Pada malam berikutnya suara itu membisikan umur saya tinggal 39 hari. Setiap
hari selalu berkurang satu hari. Begitu seterusnya. Saya bertanya-tanya, apakah ini
suatu kebetulan atau firasat tertentu? Orang tua saya bingung ketika saya
ceritakan mimpi saya itu. Berbagai jalan mereka tempuh untuk mengusir mimpi
"aneh" itu. sampai-sampai orang tua saya menyelenggarakan slametan bubur
sengkolo. Maksudnya untuk menolak bala.
Akan tetapi, walaupun sudah dislametin, toh malamnya tetap saja datang hal yang
sama seperti kemarin. Demikian pula hari-hari berikutnya , sampai waktu 40 hari itu
habis. Akhirnya saya berpikir praktis saja, "Apalah artinya sebuah mimpi. Toh, saya
masih hidup meski 'umur' saya telah berakhir menurut numipi itu."
Namun, satu hal yang tidak bisa saya ingkari adalah suara hati saya sendiri. Suara
hati itu selalu membisikkan, "Kalau memang kamu mengakui kebenaran Islam,
mengapa kamu tidak berahi dan tidak mampu memeluk agama Islam? Apakah
selamanya kamu akan mendustai nuranimu sendiri? Apakah kamu akan terus
berada di persimpangan jalan?" Itulah bisikan-bisikan suara hati saya.
Lama-lama saya tak kuat lagi membohongi nurani saya sendiri. Akhirnya, sehari
menjelang puasa Ramadhan, tepatnya 11 tahun yang lalu saya pun berikrar
menjadi seorang muslim di Masjid al-Falah, Surabaya. Kini, sampai mati pun saya
ingin tetap sebagai muslim, meski rintangan menghadang jalan hidup saya.