bab ii membaca, rubrik dan motivasi berdakwah...
TRANSCRIPT
12
BAB II
MEMBACA, RUBRIK DAN MOTIVASI BERDAKWAH
2.1.Landasan Kerangka Teori
2.1.1. Tinjauan Tentang Membaca
A. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu aspek ketrampilan
berbahasa disamping menyimak, menulis dan wicara. Sebagai
salah satu aspek ketrampilan berbahasa, membaca berusaha
menggali informasi dari satu teks, baik yang berupa tulisan
maupun gambar atau diagram, atau bahkan kombinasi atau
perpaduan dari itu semua. Secara populer membaca diartikan
sebagai mengerti atau memahami arti apa yang tertulis (Citrobroto,
1979: 107). Secara khusus, membaca merupakan ketrampilan
mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-
lambang grafis dan perubahannya menjadi wacana yang bermakna
dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras
(Sukasworo, 19991: 11).
Sementara itu Mulyono Abdurrahman (2003: 200)
mendefinisikan bahwa membaca merupakan aktifitas kompleks
yang mencakup gerak mata dan ketajaman penglihatan serta
ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika
mampu melihat huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata
13
secara lincah mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat dan
memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan walaupun
tanpa ada suara atau ucapan-ucapan.
Hendri G.T. mendefinisikan membaca dengan suatu proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa
tulisan (Tarigan, 1985: 7). Dengan kata lain membaca tidak hanya
sekedar melafalkan atau mengucapkan sederetan kata-kata yang
dilihat, melainkan harus disertai juga pemahaman terhadap
lambang-lambang yang diamati itu.
Dalam Al Qur'an Allah menyuruh kita agar selalu membaca
yaitu dalam surat Al-Alaq ayat 1-4:
بم رأ باساقر لقالذي خ ا . ك لقإلخ ان منلـق نسع. ـكبرأ واقـر )4-1: العلق ( الذي علم بالقلم.كرمألا
Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar dengan perantaran kalam. (Qs. Al-Alaq: 1-4)
Selain itu juga dijelaskan dalam surat Al-Qalam ayat 1:
)1: القلم (ن والقلم وما يسطرون
Nun , demi kalam dan apa yang mereka tulis, (Qs. Al-Qalam: 1)
B. Tujuan & Manfaat Membaca
Heilman (Rochman, 1985: 9) mengemukakan beberapa
manfaat dan tujuan membaca yaitu sebagai berikut:
14
1. Menambah atau memperkaya diri dengan berbagai informasi
tentang topik-topik yang menarik.
2. Memahami dan menyadari kemajuan pribadinya sendiri.
3. Membenahi atau meningkatkan pemahamannya tentang
masyarakat dan di dunia atau tempat yang dihuninya.
4. Memperluas cakrawala wawasan atau pandangan dengan jalan
memahami orang lain & bagian atau tempat-tempat lain.
5. Memahami lebih cermat dan lebih mendalam tentang
kehidupan pribadi orang-orang besar atau pemimpin terkenal
dengan jalan membaca biografinya.
6. Menikmati dan ikut merasakan liku-liku pengalaman
petualangan dan kisah percintaan orang-orang lain.
C. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Membaca
Adapun hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam
membaca adalah:
1. Minat
Agar dapat membaca dengan baik, perlu
membangkitkan minat masing-masing. Minat yaitu suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh (Djamarah, 2002: 132). Minat ini ada
2 macam yaitu minat baca pada umumnya dan minat baca
insidentil (sesaat). Minat baca pada umumnya maksudnya
15
bahwa dengan banyak membaca, maka akan sangat berguna
bagi kehidupan seseorang, misalnya dalam pekerjaannya.
Sedangkan minat baca khusus tergantung kepentingan sesaat,
sebagai contoh, seseorang yang sedang mencari mobil untuk di
beli, akan berminat untuk membaca reklame-reklame penjualan
mobil. Pendeknya kegiatan membaca akan efektif, bila pada
diri si pembaca timbul minat membaca.
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dari segi
kogmisi (pengetahuan) seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas (membaca) maka bisa dilihat melalui pengetahuannya
tentang Radar Tegal khususnya Rubrik Mutiara Jum'at. Dari
segi afeksi (perasaan) seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas (membaca) akan memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten dengan rasa senang (Djamarah,2002:132). Dari segi
kognisi (kegiatan/ tindakan) minat tidak hanya diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih
menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi juga
diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu
kegiatan (Djamarah,2002:132-133).
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan jiwa pada suatu hal
(Citrobroto, 1979: 109). Sama halnya dengan penginderaan
16
pada umumnya, maka membaca memerlukan pemusatan jiwa.
Bila pemusatan jiwa ini tidak ada, atau dengan kata lain ketika
sedang membaca jiwa kita mengembara, maka arti yang dibaca
tidak tertangkap, akibatnya perlu mengulangi membaca sekali
lagi.
3. Intensitas membaca
Intensitas membaca merupakan kecenderungan aktivitas
yang dilakukan berulang-ulang, dalam hal ini adalah rutinitas
atau keseringan dalam membaca. Apabila yang dibaca
merupakan hal yang amat penting, dan dirasakan telah
memuaskan atau merasa senang tentunya maka akan
dilakukannya sesering mungkin dan berulang-ulang.
4. Pemahaman terhadap materi bacaan
Dalam hal ini pemahaman tentang materi dakwah yang
mencakup segala persoalan dalam berbagai bidang diantaranya
masalah akidah, meliputi masalah tauhid dan iman yang
menjadi landasan (fondasi) dalam kehidupan. Syari'ah,
meliputi masalah ibadah dan muamalah yang mencakup
pengabdian kepada Allah SWT, dan soal-soal antar-hubungan
dalam masyarakat, baik mengenai soal-soal individu maupun
masalah-masalah sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi,
sosial budaya dan lain-lain. Dan masalah akhlak, moral atau
budi pekerti ekonomi yang merupakan mustika kehidupan dan
17
menjadi tolok ukur dalam kebangkitan atau kejatuhan suatu
ummat/ bangsa (Nasution, 1988: 201).
2.1.2. Tinjauan Tentang Rubrik
Surat kabar termasuk media yang sangat efektif untuk
kepentingan dakwah. Efektifitas surat kabar dikarenakan daya
tahannya yang lama, dapat dinikmati kembali, serta memuat banyak
informasi, baik umum (seperti politik, ekonomi, sosial, budaya)
maupun keagamaan. Demikian pula rubrik yang disajikan juga sangat
beragam.
Menurut Kamus Komunikasi (Effendy, 1989: 365), rubrik itu
sendiri berarti ruangan dalam surat kabar, majalah atau media cetak
lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan sifat isinya, klasifikasi rubrik dibagi dalam tiga
golongan besar yaitu Rubrik Opini, Informasi dan berita serta rubrik
hiburan (Barung dkk, 1998: 49).
1. Rubrik Opini
Opini berarti pendapat atau pandangan tentang sesuatu
(Abdullah,2000:14). Jadi, kendati faktanya sama namun ketika
orang beropini, antara orang yang satu dengan yang lainnya
memperlihatkan adanya perbedaan. Rubrik opini biasanya terdiri
dari artikel, tajuk rencana, karikatur, pojok dan surat pembaca.
18
2. Rubrik Informasi dan Berita
Isi media cetak yang berdasarkan fakta adalah berita.
Berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang terbaru atau
keterangan yang baru tentang suatu peristiwa (Samanto, 2002:
112). Berita bisa berupa tertulis, bisa pula berbentuk rekaman
gambar foto sehingga menjadi sebuah foto berita.
3. Rubrik Hiburan
Rubrik hiburan terdiri dari puisi, cerita-cerita pendek,
kartun, karikatur, dan lain-lain.
Dari isi surat kabar antara berita, opini, dan hiburan
terdapat jenis tulisan yang berbeda diantara ketiganya yakni,
tulisan yang berisikan tentang materi-materi dakwah yang di
kemas secara populer. Bisanya dimuat dalam suatu rubrik khusus
yang sering disebut dengan rubrik keagamaan. Dalam rubrik
keagamaan ini tulisan dakwah maupun gambar-gambar yang
mendeskripsikan suatu ajaran agama dapat tersebar dan diterima
banyak kalangan sehingga dapat memberikan warna dakwah
terhadap pesan yang berkembang dewasa ini dan memberikan
wawasan yang luas bagi pembacanya.
Berdakwah melalui tulisan di surat kabar membutuhkan
tulisan yang selektif dan terarah untuk masyarakat luas. Ada
beberapa yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efektifitas
pemanfaatan surat kabar sebagai wahana dakwah yaitu:
19
a. Tingkat keterbacaan penyajian tulisan yang sering kurang
mempertimbangkan wawasan serta kemampuan obyek dakwah.
b. Pemilihan tema atau topik yang kurang menyentuh pada
realitas persoalan atau kebutuhan riil masyarakat sebagai obyek
dakwah.
c. Kiranya diperlukan lebih banyak ilustrasi yang menyangkut
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
d. Diperlukan lebih banyak lagi bentuk penyuguhan pesan
dakwah yang implisit dan integratif dalam berbagai bentuk
seperti cerpen atau bentuk karya tulis lain.
e. Berkaitan dengan tampilan penyuguhan, baik dari desain atau
lay out tulisan, pemilihan grafis, ilustrasi, maupun sampul itu
sendiri perlu mendapat perhatian pula (Piimpinan Pusat
Muhammadiyah,2004:76-78).
Keefektifan surat kabar juga dapat ditunjang oleh cara
penyajian pesan dan kesesuaian antara isi pesan dengan audiens.
Apabila komunikator dalam pesannya menarik, serta ada
kesesuaian antara isi pesan dengan yang diinginkan komunikan,
maka berlangsungnya penyampaian pesan (dakwah) akan berjalan
lancar.
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa,
sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
20
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara sumber dan dasar sehingga
sama-sama dapat mengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran
dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
itu.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok dimana
sasaran berada pada saat digerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki (Effendy, 2000:57).
2.1.3. Tinjauan Tentang Motivasi Berdakwah
A. Pengertian Motivasi
Motivasi dalam istilah psikologi merupakan konsep yang
digunakan untuk menerangkan kekuatan yang ada dan bekerja
kepada diri organisme/ individu yang menjadi penggerak/
pengarah tingkah laku individu tersebut (Sururin, 2002: 181).
Adapun menurut Handoko (1992: 9), motivasi adalah suatu
tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Sementara itu menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip
Drs. Totok Jumantoro (2001: 94) mendefinisikan motivasi sebagai
suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang
21
ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha
mencapai tujuan.
Jadi motivasi adalah keseluruhan daya penggerak dalam
diri seseorang karena adanya kebutuhan atau keinginan yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau keinginan-
keinginan tertentu dan memberikan arah dalam mencapainya, baik
yang didorong atau dirangsang dari luar atau dari dalam dirinya.
Tidak terlepas dari pengertian diatas motivasi berdakwah,
diartikan dengan dorongan untuk berdakwah yang timbul pada diri
seseorang secara sadar untuk melakukan atau melaksanakan
dakwah dengan tujuan tertentu. Atau segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk mengajak orang lain kepada kebaikan
dan mencegah pada yang mungkar.
B. Fungsi Motivasi
Motivasi dalam kehidupan seseorang mempunyai peran
yang penting, karena ia merupakan energi kekuatan pendorong
atau motor penggerak bagi kehidupan manusia dalam berbuat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian
motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pendorong manusia untuk berbuat dan bertindak.
2. Menentukan arah perbuatan dan tujuan perbuatan manusia.
3. Sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan
manusia, baik atau buruk sehingga tindakannya selektif.
22
4. Untuk menguji sikap dalam beramal, benar atau salah sehingga
dapat dilihat kebenaran dan kesalahannya (Sururin, 2002: 182).
C. Ciri-ciri Motivasi
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (Sardiman, 1992: 83) yaitu:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantas, korupsi, penentangan terhadap setiap
tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari-mencari memecahkan masalah-masalah soal.
23
D. Macam-macam Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri
yang dikenal sebagai motivasi intrinsik, dan dari luar seseorang
yang dikenal sebagai motivasi ekstrinsik (Dimyati, 1999: 90).
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu (Sardiman, 1992: 89). Motivasi intrinsik ini
muncul sebagai akibat adanya tiga hal pokok, yaitu: kebutuhan,
pengetahuan, dan aspirasi cita-cita (Baharuddin, 2004: 239).
Sebagai contoh seseorang yang melakukan atau
melaksanakan kegiatan berdakwah dalam suatu pengajian,
karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan dan
pengalamannya dalam berdakwah, bukan karena tujuan yang
lain. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik akan
memiliki tujuan menjadi seorang mubaligh atau ulama yang
berpengetahuan dan ahli dalam bidang berdakwah. Satu-
satunya jalan untuk menuju ketujuan tersebut ialah dengan
mencoba untuk berdakwah langsung di depan audien. Tanpa
melaksanakan dakwah langsung tidak mungkin mendapat
pengalaman dan menjadi ulama atau da'i yang sukses.
24
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada
suatu kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi
mubaligh atau ulama. Jadi memang motivasi intrinsik muncul
dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan
sekedar simbol dan seremonial (Sardiman, 1992: 90).
Allah berusaha membangkitkan motivasi Intrinsik
manusia sebagaimana termaktub dalam surat Ar Ra'du ayat 11:
)11: الرعد ( ال يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهمهللاإن اSesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,
1992: 90). Motivasi ekstrinsik muncul sebagai akibat adanya
tiga hal pokok yaitu ganjaran, hukuman, persaingan atau
kompetisi (Baharudin, 2004: 239). Sebagai contoh misalnya
seseorang berceramah dalam suatu pengajian dengan harapan
ingin mendapatkan upah/ pujian dari masyarakat.
E. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi
adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu
25
(Purwanto, 1990: 73). Dalam hal ini dalam proses dakwah dimana
juru dakwah atau penerang agama (penulis rubrik mutiara Jum'at)
sebagai faktor pemberi rangsangan dakwah dapat mengarahkan
respon (jawaban) si penerima dakwah kepada tujuan dakwah,
yakni timbulnya proses belajar (learning) pada si penerima materi
dakwah yang dimotivasikan kepadanya (Arifin, 1997: 67).
F. Aspek-aspek Motivasi
Menurut Morgan, sebagaimana dikutip Drs. Wasty
Soemanto (1987: 194), motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek-aspek daripada motivasi yaitu
kebutuhan atau keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah
laku dan tujuan daripada tingkah laku tersebut.
Antara kebutuhan, tingkah laku dan tujuan terdapat
hubungan yang erat. Tingkah laku manusia timbul karena adanya
suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebut mengarah
pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan itu. Tingkah laku yang memberikan kepuasan terhadap
suatu kebutuhan itu cenderung untuk diulang kembali (Handoko,
1992: 19).
1. Aspek Kebutuhan
Seseorang yang terdorong melakukan sesuatu bila
merasa ada suatu kebutuhan, kebutuhan ini timbul karena
26
adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa
ketegangan yang menuntut suatu kepuasan.
Menurut Morgan sebagaimana dalam buku Interaksi
dan Motivasi belajar mengajar (Sardiman, 1992: 78) bahwa
manusia hidup memiliki berbagai kebutuhan:
a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktifitas
b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
c. Kebutuhan untuk mencapai hasil
d. Kebutuhan untuk kesulitan
Sementara itu Maslow membagi kebutuhan menjadi 5
tingkat (Purwanto, 1990: 78), yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis (jasmaniah)
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
c. Kebutuhan hidup kemasyarakatan (sosial)
d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Dalam proses kegiatan dakwah atau penerangan agama
pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia adalah
mutlak perlu diperhatikan. Oleh karena itu tanpa dapat
menghampiri motif-motif pokok manusia, pesan dan kesan
dakwah mustahil dapat mempengaruhi perilaku obyek dakwah
atau penerangan agama sebagaimana yang diharapkan (Arifin,
1997: 70).
27
2. Aspek Tingkah Laku
Tingkah laku merupakan suatu kegiatan seseorang
dalam melakukan suatu perbuatan. Tingkah laku seseorang
akan melalui tahap-tahap sebagai berikut (Kafie, 1993: 73):
a. Adanya atau timbulnya motif
b. Pertarungan antara beberapa motif yang muncul secara
serempak yang bisa menimbulkan situasi konflik apabila
motif-motif itu mempunyai nilai yang seimbang, sehingga
menimbulkan kebimbangan dan ketegangan konflik akan
hilang kalau keputusan telah ditetapkan.
c. Mengambil keputusan atau menetapkan pilihan motif
d. Mewujudkan tingkah laku bermotivasi yaitu tingkah laku
yang dilatarbelakangi oleh motif.
Maka tugas dan tanggung jawab juru dakwah (penulis
Rubrik Mutiara Jum'at) sebagai motivator adalah:
a. Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan
kepada sasaran untuk bertingkah laku motivatif (kegiatan
dakwah, beribadah, beramal sholeh dan lain-lain).
b. Senantiasa memahami 3 faktor dasar yang membentuk
suatu lingkaran motivasi yaitu: kebutuhan, tingkah laku dan
tujuan, sehingga dengan demikian dapat memilihkan materi
dakwah yang sesuai dan menerapkan metode yang
memenuhi harapan (Kafie, 1993: 74).
28
3. Aspek Tujuan
Tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara
psikologis, tujuan merupakan titik akhir sementara pencapaian
kebutuhan. Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi
untuk sementara. Jika kebutuhan terpenuhi, maka orang
menjadi puas dan dorongan mental untuk berbuat terhenti
sementara (Dimyati, 1999: 83).
Tujuan atau nilai-nilai suatu obyek menyangkut faktor-
faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dari luar
individu. Dari dalam diri individu seperti kepuasan kerja,
tanggung jawab dan lain-lain. Sedangkan dari luar individu
seperti status, uang, penghargaan dan lain-lain (Azhari,
2004:67). Sebagai contoh si abang becak yang tetap menarik
becaknya disaat siang bolong tanpa mengenal lelah, karena
bertujuan untuk mendapatkan uang guna menghidupi anak dan
istrinya.
Proses dakwah akan berhasil apabila prinsip-prinsip tertentu
dapat terpenuhi. Sebaliknya apabila prinsip-prinsip tersebut tidak
terpenuhi maka proses dakwah akan tersendat. Apabila metode yang
dipakai Al-Qur'an dalam seruannya keislaman dalam jiwa mereka kita
kaji secara teliti maka kita mampu mengikhtisarkan beberapa prinsip
aplikatif memotivasi mad'u secara efektif (jumantoro,2001:109).
Adapun teknik praktis yang di lakukan da'i (penulis / penyaji materi)
29
untuk memotivasi pembacanya bisa dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Membangkitkan Motivasi dengan Janji dan Ancaman
Dalam membangkitkan dorongan untuk menerima Islam,
Al-Qur'an tidak hanya menakuti nakuti manusia dengan imbalan
kenikmatan dan kebahagiaan. Sebab penggunaan rasa takut saja
tidak akan membawa hasil, justru umat akan menjauh pada Islam.
Oleh karena itu Al-Qur'an berusaha menyeimbangkan antara
pemakaian rasa takut dan rasa harap. Dengan begitu maka mampu
memotivasi kaum muslimin untuk mempelajari sistem dan metode-
metode dalam berpikir dan bertindak.
Bahkan dalam suatu penyampaian materi pengajian ataupun
dalam tulisan-tulisan di surat kabar yang sering kita dengar dan
lihat adalah tentang pahala dan surga, kenikmatan dan siksaan dan
lain-lain, yang kesemuanya itu pada hakekatnya untuk memotivasi
manusia (Jumantoro, 2001 :109-110).
b. Membangkitkan motivasi dengan cerita
Cerita merupakan salah satu sarana untuk membangkitkan
rasa keagamaan, baik cerita-cerita para Nabi ataupun kisah-kisah
yang telah lampau. Sebab secara naluri setiap manusia itu ada rasa
ingin tahu. Oleh karena itu dengan cerita ini akidah teladan dan rasa
keimanan yang kuat akan tertanam dalam diri manusia (Jumantoro,
2001:111).
30
c. Membangkitkan motivasi dan peristiwa-peristiwa penting
Lazimnya, setiap manusia terpengaruh peristiwa-peristiwa
penting dalam kehidupannya, sebab dengan peristiwa tersebut ia
dapat mengambil pelajaran dan hikmahnya. Dalam rubrik-rubrik
keagamaan di surat kabar pun memanfaatkan peristiwa penting
sebagai sasaran pengajaran pada kaum muslimin (pembaca). Dan
tidak heran apabila dewasa ini, kaum muslimin memanfaatkan
momen-momen penting untuk melaksanakan aktivitas dakwahnya.
Kita kenal dimana-mana ada peringatan hari besar Islam, baik
merayakan Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an, Maulud Nabi, ataupun
Halal bi Halal di saat merayakan hari kemenangan setelah sebulan
menahan lapar dan dahaga. Semua peristiwa tersebut tidak terlepas
dari peristiwa yang silam (Jumantoro,2001:111).
2.1.4. Tinjauan tentang Hubungan antara Membaca Rubrik dengan
Motivasi Berdakwah
Untuk memperoleh suatu informasi atau pesan yang terkandung
dalam surat kabar tentunya seseorang bisa mendapatkannya dengan
membaca. Menurut Citrobroto (1979: 107), membaca berarti mengerti
atau memahami arti apa yang tertulis. Seseorang dapat dikatakan dapat
membaca, bila ia dapat mengerti apa yang ditulis atau dapat memahami
apa yang tertulis, walaupun tanpa ada suara atau ucapan-ucapan.
31
Membaca bukan hanya sekedar melafalkan atau mengucapkan
sederetan kata-kata yang dilihat, melainkan harus disertai juga
pemahaman terhadap lambang yang diamati itu. Dengan demikian
disamping memerlukan ketrampilan yang melibatkan pengamatan juga
melibatkan intelegensi dan emosi.
Dalam hal ini faktor minat mempunyai peranan yang penting,
karena tanpa adanya minat yang kuat seseorang akan sulit untuk
melakukan aktivitas membaca, dan kegiatan membaca akan lebih
efektif bila pada diri si pembaca timbul minat untuk membaca. Selain
minat, faktor lain yang dapat berperan dalam proses membaca adalah
perhatian. Tanpa perhatian yang lebih atau ketika sedang membaca
jiwa kita mengembara (tidak konsentrasi), maka arti apa yang kita baca
tidak akan tertangkap, akibatnya perlu pengulangan dalam membaca.
Oleh karena itu, minat, perhatian dan pengulangan sangat diperlukan
dalam membaca, dengan begitu maka akan didapat suatu pemahaman
tentang materi yang terkandung dalam suatu bacaan tersebut.
Membaca merupakan salah satu mata pelajaran tertua didalam
pendidikan formal, seperti halnya pelajaran menulis dan berhitung.
Selain dalam pendidikan formal membaca dilaksanakan oleh
masyarakat juga. Peranan membaca dalam masyarakat dapat diperolrh
dari lingkungan masyarakat itu sendiri.
Membaca merupakan salah satu kebutuhan masyarakat
disamping kebutuhan fisiologisnya. Kebutuhan akan informasi dan
32
kebutuhan untuk mengerti sesuatu merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh masyarakat.
Banyak sekali persoalan-persoalan dalam suatu lingkungan
masyarakat, diantaranya adalah hilangnya semangat atau dorongan
untuk melaksanakan dakwah dan kurangnya pengetahuan pemahaman
agama yang dimiliki masyarakat, yang semua itu merupakan persoalan
yang serius yang harus segera dipecahkan.
Dalam hal ini seorang da'i bidang pers (jurnalis muslim) dapat
memerankan peranannya sebagai pembimbing, menyebarkan informasi
tentang perintah dan larangan Allah SWT dan berusaha keras
mempengaruhi komunikan (masyarakat) agar berperilaku sesuai ajaran
Islam dengan tulisan atau pesan-pesan yang dimuat dalam suatu rubrik
di surat kabar.
Surat kabar sebagai alat untuk mempengaruhi masyarakat,
diharapkan agar isinya benar-benar sesuai dengan kondisi sekarang,
sehingga masyarakat atau pembaca untuk memenuhi kebutuhan akan
informasinya bisa tersentuh dengan isi yang disampaikan, menerima,
menghayati dan termotivasi untuk mengamalkannya.
Dalam literatur komunikasi massa, hal ini sering disebut teori
"Uses and Gratication", penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Model
ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi
ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota
khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
33
kebutuhannya (Rahmat, 1985: 73). Karena penggunaan media hanyalah
salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media
dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.
Informasi yang jelas dan singkat dengan menggunakan materi
bahasa yang sesuai dengan kondisi pembaca akan banyak diminati dan
mudah dicerna, dipahami, dihayati kemudian diamalkan sebagai suatu
perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.
Pesan-pesan yang disampaikan melalui surat kabar pada
akhirnya akan memperkaya pengetahuan serta persepsi pembacanya.
Rangsangan ini kemudian akan mempengaruhi suatu pola pikir
pembacanya serta lingkup pengalaman seseorang dalam membentuk
sikap dan tingkah lakunya.
2.2.Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
1998: 67 ). Jadi suatu hipotesa diterima jika fakta-faktanya membenarkan dan
akan ditolak jika kenyataannya bertolak belakang dengan kenyataan semula.
Adapun Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis
kerja (Ha) "Ada pengaruh antara membaca Rubrik Mutiara Jum'at terhadap
motivasi berdakwah bagi pembacanya di Kecamatan Adiwerna Kabupaten
Tegal".