bab ii latar belakang pemikiran kh. ahmad dahlan a ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/bab 2.pdf · 12...

39
16 BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A. Biografi KH. Ahmad Dahlan 1. Masa Kecil dan Muda KH. Ahmad Dahlan pada masa mudanya bernama Muhammad Darwis. 1 Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H, bertepatan dengan 1868 M. 2 Ayahnya bernama KH. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang imam dan khatib di Masjid besar Kraton Yogyakarta. Ibunya bernama Siti Aminah putri KH. Ibrahim, penghulu kesultanan Yogyakarta. 3 Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersudara. 4 Saudara Ahmad Dahlan adalah Nyai Ketib Harum, Nyai Mukhsin atau Nyai Nur, Nyai Haji Saleh, Ahmad Dahlan, Nyai Abdurrahim, Nyai Muhammad Pakin dan Basir. 5 Kauman adalah suatu tempat yang biasanya berada di sekitar kraton atau kompleks penguasa seperti bupati, atau kepala daerah, yang dilengkapi dengan alun-alun dan Masjid besar. Penduduknya terkenal sangat taat beragama. 6 Selain sebagai tempat bersejarah, Yogyakarta dikenal sebagai kota revolusi. hal ini karena Yogyakarta seringkali tampil sebagai pusat 1 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 295. 2 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 100. 3 Mustafa Kamal dan Adaby Derban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Idealis (Jakarta: LPPI, 2003), 10. 4 Musthafa Kamal Pasha, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam untuk Angkatan Muda (Yogyakarta: Persatuan, 1975), 8. 5 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 56. 6 Mansur, dkk, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Depag, 2005), 86.

Upload: trinhque

Post on 20-Aug-2019

262 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

16

BAB II

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN

A. Biografi KH. Ahmad Dahlan

1. Masa Kecil dan Muda

KH. Ahmad Dahlan pada masa mudanya bernama Muhammad

Darwis.1 Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H,

bertepatan dengan 1868 M.2 Ayahnya bernama KH. Abu Bakar bin Kiai

Sulaiman, seorang imam dan khatib di Masjid besar Kraton Yogyakarta.

Ibunya bernama Siti Aminah putri KH. Ibrahim, penghulu kesultanan

Yogyakarta.3 Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersudara.4

Saudara Ahmad Dahlan adalah Nyai Ketib Harum, Nyai Mukhsin atau Nyai

Nur, Nyai Haji Saleh, Ahmad Dahlan, Nyai Abdurrahim, Nyai Muhammad

Pakin dan Basir.5

Kauman adalah suatu tempat yang biasanya berada di sekitar kraton

atau kompleks penguasa seperti bupati, atau kepala daerah, yang dilengkapi

dengan alun-alun dan Masjid besar. Penduduknya terkenal sangat taat

beragama.6 Selain sebagai tempat bersejarah, Yogyakarta dikenal sebagai

kota revolusi. hal ini karena Yogyakarta seringkali tampil sebagai pusat

1 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 295. 2 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 100. 3 Mustafa Kamal dan Adaby Derban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Idealis (Jakarta: LPPI, 2003), 10. 4 Musthafa Kamal Pasha, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam untuk Angkatan Muda (Yogyakarta: Persatuan, 1975), 8. 5 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 56. 6 Mansur, dkk, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Depag, 2005), 86.

Page 2: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

17

perjuangan sejak zaman Pangeran Diponegoro, sampai perjuangan awal

kemerdekaan Indonesia.

KH. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga berpengaruh dan terkenal di

lingkungan kesultanan Yogyakarta, yang secara biografis silsilahnya dapat

ditelusuri sampai pada Maulana Malik Ibrahim,7 seorang wali besar dan

seorang yang terkemuka diantara Walisongo.8 Silsilah KH. Ahmad Dahlan

hingga Maulana Malik Ibrahim melalui 11 keturunan, yaitu Maulana Malik

Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Muhamad Fadlullah, Maulana Sulaiman,

Ki Ageng Giring (Jatinom), Demang Jurang Juru Sapisan, Demang Jurang

Juru Kapindo, Kiai Ilyas, Kiai Murtadha, Kiai Muhammad Sulaiman, Kiai

Haji Abu Bakar dan KH. Ahmad Dahlan.9

Muhammad Darwis sejak kecil sudah menampakan tanda-tanda

kecerdasan dan bakat kepemimpinannya. Kauman tempat tinggal Darwis

dikenal memiliki ikatan agama yang kuat. Nama ini diambil dari kata

“qaum”, yang artinya pejabat keagamaan atau kepala kampung. Suatu

tempat diberi nama Kauman lantaran ditempat tersebut tinggal para qaum

dan santri serta ulama yang menjaga kemakmuran Masjid. Melalui ikatan

agama (Islam) yang kuat, tercipta suasana yang menjadikan penduduknya

secara ketat memberlakukan norma dan prilaku Islami.10 Menurut

7 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, 296. 8 Herry Muhammad dkk., Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20; Cet.1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 8. 9 Yusuf Abdullah, Perjuangan dan Pengabdian Muhamadiyah (Jakarta: Pustaka Antara, 1989), 53-54. 10 Khozin dan Miftahul Alif, Pendidikan Kemuhammadiyahan, untuk SMP/MTs Muhammadiyah kelas VII (Surabaya: Majlis Dikdsmen PWM Jatim, 2013), 10.

Page 3: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

18

G.F. Pijper pada waktu itu merupakan tempat tinggal orang-orang saleh.11

Menelaah masa kecil dan muda KH. Ahmad Dahlan, dapat dikatakan beliau

termasuk pribadi yang sholeh yang dilahirkan dari keturunan orang-orang

yang memegang nilai-nilai agama.

1. Pendidikan

Muhammad Darwis tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Hal ini

lantaran tradisi yang berjalan kala itu, bahwa siapa yang masuk ke sekolah

milik pemerintah (Gubernemen) akan dipandang kafir dan kristen.

Semenjak kecil, Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera Kiai. Pendidikan

dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji al-Qur’an, dan

kitab-kitab agama lainnya. Pendidikan ini diperoleh langsung dari

ayahnya.12 Karena itu ia hanya dididik dan dibina langsung oleh

ayahandannya khususnya tentang ilmu-ilmu keagamaan. Ia menguasai

beragam ilmu dari belajar secara otodidak baik belajar kepada ulama atau

seorang ahli.13

Ia meneruskan pelajaran mengkaji tafsir dan hadith serta bahasa Arab

dan fiqih kepada beberapa ulama lain di Yogyakarta dan sekitarnya.14 Di

antara guru-gurunya di Jawa adalah Kiai Haji Muhammad Nur (kakak

iparnya), Kiai Haji Said, R. Ng. Sosrosugondo (ayah Ir. Suratin), dan

R.Wedana Dwidjosewajo. Dalam ilmu ia pernah belajar Kiai Haji 11 G.F. Pijper, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, terj. Tudjimah dan Yessy Augusdin, Cet. II, (Jakarta: UI-Press, t.th.), 108. 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 6. 14 Biyanto, dkk., Materi Kuliyah Pendidikan Kemuhammadiyahan (Sidoarjo: Umsida Press, 2011), 19.

Page 4: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

19

Dahlan Semarang, menantu Kiai Darat Semarang, dan kepada Syekh M.

Djamjil Djambek.15 Beliau belajar ilmu fikih dari Kiai Muhammad Saleh,

belajar ilmu nahwu dari K.H. Muhcsin, belajar ilmu falaq dari K.H. Raden

Dahlan dari Pondok Pesantren Termas, belajar ilmu hadith dari Kiai

Mahfudz, belajar Qiroatul Qur’an dari Syekh Amin.16 Sejak usia dini, ia

sudah menguasai beberapa ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab, nahwu

saraf dan balaghah. Selain itu juga memperdalam ilmu tafsir al-Qur’an, ilmu

hadith dan ilmu fiqih.

Muhammad Darwis tumbuh menjadi remaja yang berpikiran cerdas.

Ia merasakan suatu kesenjangan yang membuat hati dan akalnya gelisah.

Dari ilmu yang diperolehnya, ia merasa bahwa agama Islam di Indonesia

tidak orisinil (murni), sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadith. Ia berijtihad

bahwa sumber agama Islam adalah di Makkah. Maka pada usia yang masih

muda (15 tahun) Ia bertolak ke Makkah. Selain untuk menunaikan ibadah

haji, beliau juga memperluas pengetahuan tentang Islam. Beliau pergi haji

dan tinggal di Makkah selama lima tahun.17 Di sana ia bermukim dan

belajar kepada seorang ulama Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari

tokoh Islam KH. Hasyim Asy’ari. Ia banyak belajar ilmu agama dari para

ulama terkenal. Di antara gurunya adalah Sayyid Bakri Syata’, salah

seorang mufti Madzhab Syafi’i yang bermukim di Makkah. Bahkan

Sayyid Bakri Syata’-lah yang memberikan atau mengganti nama

Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. 15 Ibid., 19. 16 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kiai Ahmad Dahlan, 6. 17 Herry Muhammad dkk., Tokoh-tokoh Islam, 8.

Page 5: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

20

Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888 H, KH. Ahmad

Dahlan melanjutkan aktivitasnya berdakwah sembari berdagang ke beberapa

daerah. Namun ia merasa belum cukup ilmunya untuk merubah masyarakat

Islam yang dalam pengamalannya masih bercampu dengan agama lain.

Sepulang dari tanah suci, jiwa Dahlan masih gelisah, karena belum dapat

menemukan titik terang kekuatan Islam dalam memberi kemajuan bagi umat

manusia. KH. Ahmad Dahlan kemudian melakukan serangkaian diskusi

dengan para pemuka Islam di Indonesia untuk mengkonsultasikan apa yang

menjadi bahan renungannya. Pada akhirnya ia bertemu dengan orang-orang

Arab yang mengadakan gerakan Islam di Indonesia (Jami’yatul Khai>r). Dia

mendapat informasi bahwa saat itu di Makkah sedang berkembang

pemikiran Islam yang baru, yakni faham-faham pembaruan yang ingin

kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadith.

Setelah memperoleh informasi penting itu, tahun 1902 H, KH. Ahmad

Dahlan bertolak ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua dan

menetap di kota ini selama dua tahun.18 Ia memperdalam ilmu agama Islam

terutama terhadap para pemikiran para tokoh pembaru Islam yang karya dan

tulisannya saat itu sedang digandrungi di Makkah. Melalui kajian ilmiah,

beliau mulai bersentuhan dengan gerakan pembaruan Islam untuk kembali

kepada al-Qur’an dan al-Hadith. Di tempat ini, KH. Ahmad Dahlan sempat

pula melakukan diskusi dengan para ulama nusantara, seperti Syekh Ahmad

Khatib dari Minangkabau yang juga guru dari pendiri NU, K.H. Hasyim

18 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Cet.VIII, (Jakarta: LP3ES, 1996), 85.

Page 6: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

21

Asyari,19 Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mas Abdullah dari Surabaya, dan

Kiai Faqih Kumambang dari Gresik.20

Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan

pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam melalui majalah dan

kitab. Seperti: Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim, Muhammad bin Abdul Wahab,

Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Dahlan aktif

membaca majalah dan kitab. Majalah yang dibacanya adalah al-Mana>r

(Rasyid Ridho) dan al-Urwat al Wutsqa> (Jamaludin Al-Afghani).

Sedangkan kitab yang sering dikaji dan diajarkannya adalah Fi’il

Bid’ah (Ibnu Taimiyah), at-Tauhi>d (Muhammad bin Abdul Wahab), Tafsir

Juz Amma, al-Isla>m wal Nasriyyah (Muhammad Abduh). Serta pemahaman

Dahlan terhadap Ibnu Qoyyim sebagai “kamus berjalan” tentang mazdhab

dan salaf, sebagaimana dijelaskan Ibnu Taimiyyah dalam karya Fi’il Bid’ah.

Setelah melakukan pergumulan intelektual, terutama dikuatkannya terhadap

kajian kitab tafsir al-Mana>r, mulai muncul titik terang yang

membimbingnya untuk memikirkan nasib dan kondisi umat Islam di

Indonesia.

Sekembalinya dari Makkah, dengan berbekal ilmu yang cukup Dahlan

diangkat sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta, menggantikan

ayahnya. Pada posisi ini ia mendapatkan gelar “mas”, yang menurut Karel

19 Herry Muhammad dkk., Tokoh-tokoh Islam, 8. 20 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, 294.

Page 7: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

22

A. Steenbrink, sudah dapat digolongkan sebagai kelompok kaum

bangsawan atau ningrat, meskipun dengan strata rendah.21

Walau KH. Ahmad Dahlan tidak mengenyam pendidikan formal,

tetapi pengembaraanya ke beberapa ulama menjadikan beliau pribadi yang

berilmu. Pengembaraannya mencari limu mengantarkan beliau hingga ke

Tanah Suci. Selain melakukan rangkaian ibadah haji beliau sempatkan

belajar ilmu ke beberapa ulama yang menggagas pembaruan, yang kala itu

menggema di Arab hingga keilmuan yang diperolehnya menjadi bekal untuk

melakukan pembaruan Islam di Indonesia.

2. Pernikahan

KH. Ahmad Dahlan pernah nikah dengan Nyai Abdullah, janda dari

H. Abdullah. Pernah juga nikah dengan Nyai Rumu (bibi Prof. A. Kahar

Muzakir) adik ajengan penghulu Cianjur. Beliau juga pernah nikah dengan

Nyai Solekah putri Kanjeng Penghulu M. Syari’i adik Kiai Yasin Paku

Alam Yogyakarta. Terakhir KH. Ahmad Dahlan nikah dengan Nyai

Walidah binti Kiai penghulu Haji Fadhil (terkenal dengan nama Nyai

KH. Ahmad Dahlan) yang mendampinginya hingga beliau meninggal

dunia.22

Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan

mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro,

21 Karel A. Streenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalan Kurun Modern, Terj. Karel A. Steenbrink dan Abdurrahman, Cet. I, (Jakarta: LP3IS, 1986), 51. 22 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, 77. 114. Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: IAIN Press, 1986), 204.

Page 8: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

23

Irfan Dahlan, Siti Aisyah dan Siti Zaharah.23 Pernikah-pernikahan tersebut

dilakukan untuk menyebarkan faham pembaruan Islam di berbagai daerah di

Indonesia.

3. Perjuangan

Kesempatan yang baik ketika beliau dapat bertukar pikiran langsung

dengan Rasyid Ridho yang diperkenalkan oleh KH. Bakir. Sekembalinya

dari Mekkah, ide reformasi meresap dihatinya. Demikian pula pengalaman

keagamaan yang ia alami selama di Makkah, mendorong melakukan

perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan keagamaan yang berarti

di tanah airnya.24

KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai ulama yang arif yang dapat

melihat bakat terpendam anak-anak muda Kauman seperti sifat kesatria dan

fanatik terhadap agama Islam. Beliau membimbing mereka dan menularkan

ilmu agama termasuk faham pembaruannya, sehingga banyak anak muda

Kauman yang belajar dan berguru serta mengikuti fahamnya. KH. Ahmad

Dahlan juga berkeliling daerah untuk berjualan batik. Disela-sela itu beliau

sempatkan untuk bersilaturrahim ke beberapa sahabat dan ulama sekaligus

berdiskusi menyampaikan gagasan kondisi umat Islam yang

memprihatinkan. Jangkauan perniagaan beliau sangat luas hingga sampai

Jakarta dan Sumatra Utara, tentunya pemikiran pembaruannya juga

dikembangkan sampai di sana.

23 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 235. 24 Biyanto, dkk., Materi Kuliyah Pendidikan, 21.

Page 9: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

24

Setelah melakukan serangkaian kegiatan secara konsisten, mulailah

beliau dikenal dan tersebar namanya sebagai ulama yang cerdas, progresif

dan revolusioner. KH. Ahmad Dahlan pun mulai menapak jalan baru yakni

mengajar di sekolah-sekolah resmi seperti Kweekschool (sekolah raja) di

Jetis Yogyakarta dan sekolah Pamong Praja (sekolah calon pejabat) di

Magelang. Bertambahnya amanah ini, tidak lantas menyurutkan langkahnya

untuk terus menyampaikan gagasan pembaruannya kepada khalayak. Beliau

semakin intens berkeliling dan menjalin komunikasi dengan ulama besar di

Surabaya, Jombang, Gresik, Pasuruan, Semarang, Priangan dan di daerah

lainnya. KH. Ahmad Dahlan memang ulama berjiwa gerakan, yang senang

melakukan dakwah dengan aksi nyata. Bukan dengan tulisan, karena itu

beliau termasuk ulama yang miskin karya ilmiah, tetapi kaya karya nyata.

KH. Ahmad Dahlan masuk dan aktif di Budi Utomo. Dia sempat

menjadi salah satu pengurusnya. Dalam bidang politik, KH. Ahmad Dahlan

juga masuk dalam organisasi sosial politik Sarikat Islam dan termasuk salah

satu penasehatnya. Sementara itu untuk memperteguh jiwa revolusioler

Islam dan mendalami gerakan Tajdi>d, beliau masuk menjadi anggota ke-770

Jami’atu Khai>r.25 Itu semua beliau lakukan untuk mengembangkan potensi

diri dan mengambil banyak manfaat yang pada akhirnya digunakan pada

kepentingan umat Islam. Sebelum benar-benar mendirikan Muhammadiyah,

KH. Ahmad Dahlan terlebih dahulu merintis kegiatan berupa kelompok-

kelompok pengajian yang dilakukan di Musholla Ahmad Dahlan dan

25 Khozin dan Miftahul Alif, Pendidikan Kemuhammadiyahan, 13.

Page 10: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

25

lembaga-lembaga pendidikan yang dilakukan di gedung untuk mengajarkan

keilmuan.

Pada akhirnya, setelah mempertimbangkan segala hal dan mendapat

masukan dari para santri, murid dan sahabatnya, dengan hati mantap KH.

Ahmad Dahlan mendirikan organisasi baru yang memiliki karakter dan arah

perjuangan baru pula, gerakan pembaruan (tajdi>d) yang berpihak kepada

umat Islam, yakni persyarikatan Muhammadiyah.26 Beserta teman dan

muridnya, seperti; Haji Sujak, Haji Fachruddin, Haji Tamim, Haji Hisyam,

Haji Syarkawi, dan Haji Abdul Gani.

Akhirnya pada 18 November 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan

perkumpulan Muhammadiyah di Yogyakarta.27 yang bertepatan dengan

pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H. Organisasi ini mempunyai maksud

”menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada

penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-

anggotanya”. Untuk mencapai ini, organisasi itu bermaksud mendirikan

lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di mana

dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid

serta menerbitkan brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah.28

KH. Ahmad Dahlan adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh

pembaru dalam rangka kebangkitan dunia Islam. Cita-cita pembaruannya

tidak jauh beda dengan Jamaludin Al-Afghani (1838-1897), Muhammad

Abduh ( 1849-1905), Rasyid Ridho (1856-1935) di Mesir, Ahmad Khan 26 Khozin dan Miftahul Alif, Pendidikan Kemuhammadiyahan, 14. 27 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, 102. 28 Deliar Noer, Gerakan Moderen, 86.

Page 11: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

26

(1817-1898), Ameer Ali (1849-1928) dan Muhammad Iqbal (1873-1938) di

India. Sementara di Indonesia dipelopori Ahmad Surkati (Al-Irsyad), H.

Samanhudi dan HOS Cokroaminoto (Sarekat Islam), Wahidin Smirohusodo

dan Sutamo (Budi Utomo), Kihajar Dewantara (Taman Siswa) dan lain-

lain.29

Semangat dan cita-cita pembaruan KH. Ahmad Dahlan, kendati

menghadapi berbagai kendala, namun berhasil dihadapinya dengan arif dan

bijaksana. Melalui kharismanya, akhirnya perkumpulan Muhammadiyah

menjadi sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia dan telah

memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pembangunan peradaban

umat hingga saat ini.

4. Kepribadian

Sebagai manusia biasa, KH. Ahmad Dahlan memiliki kekurangan dan

kelebihan. Pendidikannya hanya dilakukan dari berpindah-pindah guru,

yang penulis istilahkan pesantern kilat. Bahasa asing yang dikuasainya

adalah bahasa Arab. Dibanding dengan tokoh pembaru lainya, beliau tidak

memiliki banyak karya. Namun kepribadiannya terletak pada keikhlasan

dalam berjuang dan berkorban. Karena itu beliau adalah pribadi yang suka

beramal, bukan hanya teori.

Ia adalah seorang yang keras kemauannya, pribadinya mencerminkan

sebagai orang yang sungguh-sungguh dan tidak pernah lelah dalam

merealisasikan cita-cita. Disamping itu keberaniannya dalam bertindak telah

29 Biyanto, dkk., Materi Kuliyah Pendidikan, 22.

Page 12: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

27

dibuktikan dengan usaha-usaha yang dilakukan meskipun mendapatkan

kecaman dari masyarakat umumnya. Oleh Djarnawi dikatakan, pernah suatu

ketika ia mendapatkan ancaman berupa surat kaleng, yang isinya akan

membunuhnya jika berkehendak memberikan ceramah di Banyuwangi.

Ancaman tersebut ternyata beliau abaikan. Dengan penjagaan yang ketat ia

memberikan ceramah agama Islam dan masalah-masalah organisasi di

Banyuwangi. Selain itu ia adalah orang yang bersifat sabar, ikhlas dan

gemar beramal.

Sebagai pendidik beliau sangat sabar dan bijak dalam membina kaum

muda, termasuk wanita. Beliau termasuk guru yang cerdas, kaya cara untuk

mendidik orang. Karena yang terpenting dilakukannya adalah pendidik yang

mampu bertindak sebagai teladan dalam beramal perbuatan. Namun dia

ulama yang menekankan pribadi dalam amanah, hatinya jauh dari kecintaan

akan kemewahan dunia, memikirkan umat Islam, dekat dengan kaum lemah

dan selalu membela umat Islam yang tertindas.

5. Akhir Hayat

Melihat Muhammadiyah sekarang ini, kiranya tidak dapat dipungkiri

lagi bahwa KH. Ahmad Dahlan sebagai seorang pejuang yang gigih dan

tidak mengenal lelah. Pada saat beliau sakit keras, dokter menasehatinya

agar istirahat dahulu. Beliau mengikuti anjuran dokter dan pergi

mengasingkan diri di luar Yogyakarta dan menuju daerah Tosari Pasuruan

di lereng gunung Bromo. Namun sampai disana, KH. Ahmad Dahlan justru

membuka pengajian bagi para pekerja rumah dan para tetangganya.

Page 13: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

28

Akibatnya sakit yang dideritanya tidak sembuh, dan makin parah.

Mengetahui hal ini, para murid dan juga istrinya memintanya untuk

beristirahat total, namun beliau menolak dan berujar:

“Saya mesti bekerja keras untuk meletakan batu permata pada amal yang besar ini, kalau sekiranya lambat, atau saya hentikan lantaran sakitku, maka tidak ada orang yang sanggup meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa bahwa umur saya tidak lama lagi. Maka jika saya kerjakan selekas mungkin yang tinggal sedikit itu, maka mudah bagi yang di belakang untuk menyempurnakannya.” 30 Akhirnya setelah sekian lama sakit keras, pada tanggal 7 Rajab 1340

H bertepatan dengan 23 Februari 1923 M, pendiri Muhammadiyah itu

berpulang ke rahmatullah,31 dirumah kediamannya Kauman Yogyakarta.

Beliau dimakamkan di Karangkajen Kemanten Mergangsan, 1,5 Km sebelah

tenggara Yogyakarta.32

Pembaruan-pembaruan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan baik

dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial diteruskan oleh

murid-muridnya. KH. Ahmad Dahlan tidak meninggalkan karya ilmiah,

tetapi meninggalkan karya nyata dalam amal perbuatan, seperti: mendirikan

madrasah diniyah, kweekschool mu’allimin, kweekschool mu’allimat,

memberikan pengobatan gratis di masyarakat dan menyantuni fakir miskin.

Semua ide dan gagasan Dahlan pada akhirnya diteruskan oleh para murid-

muridnya hingga generasi saat ini.

30 Djarnawi Hadikusuma, Matahari-matahari Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), 12. 31 Ibid., 12. 32 Khozin dan Miftahul Alif, Pendidikan Kemuhammadiyahan, 15.

Page 14: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

29

B. Dasar Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Hampir seluruh pemikiran KH. Ahmad Dahlan berangkat dari

keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang

tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.

Kondisi ini diperparah dengan politik kolonial Belanda yang sangat merugikan

bangsa Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah

mengilhami munculnya ide pembaruan Dahlan.33 Ide ini sesungguhnya telah

muncul sejak kunjungan pertama ke Makkah. Kemudian ide tersebut lebih

dimantapkan setelah kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua

kunjungannya merupakan proses awal terjadinya kontak intelektualnya, baik

secara langsung maupun tak langsung dengan ide-ide pembaruan yang terjadi

di Timur Tengah pada awal abad 20.

Secara umum, ide-ide pembaruan KH. Ahmad Dahlan dapat

diklasifikasikan kepada dua dimensi:

1. Berupaya memurnikan ajaran Islam dari khufarat, tahayul dan bid’ah yang

selama ini telah bercampur dalam aqidah dan ibadah umat Islam.

2. Mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui

reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang

dapat diterima oleh rasio.34

KH. Ahmad Dahlan merupakan tokoh besar yang mampu menghimpun

muridnya dan menggerakan Muhammadiyah hingga saat ini. Karena itu untuk

menelusuri latar belakang pemikiran KH. Ahmad Dahlan dibutuhkan 33 Delier Noer, Gerakan Modern Islam, 316. 34 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, 110.

Page 15: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

30

penjelasan panjang dan mendalam dari berbagai sumber informasi. Menurut

Ramayulis dan Samsul Nizar dalam buku Ensiklopedi Tokoh Pendidikan

Islam, Mengenal tokoh pendidikan Islam di dunia Islam dan Indonesia, hampir

seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan

kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan

(stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.35 Kondisi ini sangat merugikan

bangsa Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah mengilhami

munculnya ide pembaruan Dahlan.

Maka hasil kajian penulis terhadap pemikiraan KH. Ahmad Dahlan dapat

disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi pemikiran KH. Ahmad Dahlan,

penulis membaginya menjadi dua faktor yaitu: faktor Subjektif dan faktor

Objektif.

1. Faktor Subjektif

Faktor subjektif adalah faktor pelaku, yaitu KH. Ahmad Dahlan.

Bermula dari pemahaman beliau terhadap ajaran Islam, kemudian melihat

kesenjangan nyata antara Islam yang difahami dengan Islam yang

dipraktekan kaum Muslimin kala itu. Adanya Sinkretisme yang merupakan

percampuran Islam dengan kepercayaan lokal, taklid dan mazhabisme yang

merupakan fanatisme buta terhadap kelompok. Menjadikan umat Islam

tidak memiliki gairah untuk maju, terlebih tumbuh suburnya TBC

(takhayul-bid’ah-churafat) di Nusantara. Yang semuanaya itu sangat

membelenggu umat Islam untuk maju.

35 www.adabpadang.co.com, (9 Maret 2013).

Page 16: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

31

Menurut KH. Ahmad Dahlan, Islam harus diimani, dan diamalkan

dengan ilmu, bukan sekedar ikut-ikutan (taqlid). Karena itu orang Islam

harus dibina dengan ilmu yang benar, agar bisa mengamalkan dengan benar

pula. Maka harus ada segolongan umat Islam yang bersedia mengayomi

umat dan mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah dari yang jahat.

Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an yang mendorong beliau

mendirikan organisasi:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. 36

Mengkaji ayat tersebut, KH. Ahmad Dahlan bergerak hatinya untuk

membangun sebuah perkumpulan atau persyarikatan yang teratur dan tertata

rapi dengan sistem dan menejemen yang solid dan baik. Sehingga organisasi

tersebut mampu melaksanakan misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi

munkar ditengah-tengah peradaban dunia yang semakin kompleks.

Bagi Amin Abdullah, pilihan pendiri Muhammadiyah untuk

membentuk organisasi sosial keagamaan memang patut disebut terobosan

baru dalam sejarah perjuangan umat Islam. Bahkan tidak berlebihan jika

dikatakan bahwa untuk ukuran Indonesia, Muhammadiyah sesungguhnya

36 Al-Qur’an, 3 (Ali Imron): 104.

Page 17: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

32

layak disebut pelopor gerakan pembaruan Islam dalam bentuk organisasi.

Pilihan pendirian Muhammadiyah untuk membentuk organisasi juga

menjadikan strategi perjuangan umat Islam lebih bercorak praksis sosial dan

tidak hanya berhenti pada mengemukakan wacana, ide dan gagasan.37 Maka

melalui persyarikatan Muhammadiyah inilah yang menjadi ujung tombak

untuk menyuarakan kebaikan (ma’ruf) dan mencegah dari yang jahat

(munkar).

2. Faktor Objektif

Penetrasi dalam misi Kristen di Indonesia yang dikembangkan oleh

pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Kolonial tidak saja menanamkan

pengaruh politiknya untuk menguasasi negeri jajahannya, tetapi juga

membawa paham keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Islam

(Barat-Kristen). Inilah yang dikhawatirkan KH. Ahmad Dahlan.38

Selain karena adanya kristenisasi oleh penjajah Belanda terhadap

rakyat pribumi, baik karena intimidasi dan kemiskinan. Maka faktor utama

yang melatar belakangi pemikiran KH. Ahmad Dahlan terhadap pembaruan

pemikiran pendidikan Islam adalah Pembaruan yang kala itu sedang

menggema dibeberapa negara muslim, terutama ditimur tengah dan mesir

yang sangat menginspirasi pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan.

37 M. Amin Abdullah, “Pendekatan Teologis dalam Memahami Muhammadiyah” dalam Kuntowijoyo, dkk., Intelektualisme Muhammadiyah: Menyongsong Era Baru (Bandung: Mizan, 1990), 26. 38 Khozin, Menggugat Pendidikan Muhammadiyah (Malang : UMM Press, 2005), 35.

Page 18: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

33

C. Tokoh Pembaruan Penginspirasi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Peradaban pasca kejatuhan Baghdad dan Andalusia sungguh meluas

dan berlangsung beberapa abad. Umat Islam tertidur lelap dalam

kejumudan. Apalagi setelah kejatuhan tiga kerajaan besar yakni dinasti

Ustmani di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India pada rentan tahun

1500-1800 masehi.39 Baik di Timur dan Barat umat Islam benar-benar jatuh

ke lembah kemunduran. Di Spanyol usai kekalahan Andalusia umat Islam

bahkan dipaksa masuk Kristen. Sementara di jazira Arabia, Turki, Persia

dan India Islam menglami kemunduran di bidang akidah. Konflik Sunni dan

Syi’ah kian meluas ditengah-tengah terpuruknya dunia Islam. Sementara

taklid kian meluas dan pintu ijtihad benar-benar tertutup, hingga lahirlah

gerakan pembaru fase kedua yang dipelopori oleh pembaru-pembaru Islam

dari Timur Tengah.

1. Tokoh Pembaruan Timur Tengah

Pembaruan (reformasi dan modernisasi) Islam sejatinya telah dimulai

sejak bergulirnya pemikiran Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qayim al-Jauziyah.

Pemikiran kedua ulama ini kemudian disempurnakan dalam bentuk gerakan

pembaruan oleh Muhammad bin Abdul Wahab di Jazira Arab dan populer

dikenal dengan gerakan Wahabi. Beberapa tahun kemudian estafet

pembaruan dilanjutkan oleh Sayyid Jamaludin al-Afghani di Mesir dengan

“senjata” majalah Al-Urwatu al-Wutsqa. Jejak ini dilanjutkan oleh muridnya

39 Haedar Nasir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), 88.

Page 19: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

34

Muhamad Abduh, melalui tulisan-tulisan tajam terutama tafsir al-Mana>r.

Cita-cita Muhammad Abduh disempurnakan oleh muridnya Muhammad

Rasyid Ridho, yang mengoleksi tulisan-tulisan sang guru dan disulap

menjadi “senjata” yang ampuh berupa majalah perjuangan al-Mana>r.

Diantara tokoh-tokoh pembaru Timur Tengah tersebut penulis sampaikan

biografi dan pemikiran pembaruan masing-masing, yaitu:

a. Ibnu Taimiyah

Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi

Al-Halim bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10

Rabiul Awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin

tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Wafatannya telah menggetarkan

dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum

Muslimin pada umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Ahmad bin

Abi Al-Halim bin Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah, seorang

Syaikh, Khatib dan hakim dikotanya.40

Ibnu Taimiyah terkenal sangat cerdas sehingga pada usia 17 tahun

ia telah dipercaya masyarakat untuk memberikan pandangan-pandangan

mengenai masalah hukum secara resmi. Para ulama merasa sangat risau

oleh serangan-serangannya serta iri hati terhadap kedudukannya di istana

gubernur Damaskus, telah menjadikan pemikiran-pemikiran Ibnu

Taimiyah sebagai landasan untuk menyerangnya. Dikatakan oleh lawan-

lawannya bahwa pemikiran Ibnu Taimiyah sebagai klenik,

40 Syakih Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 10.

Page 20: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

35

antropomorpisme sehingga pada awal 1306 M Ibnu Taimiyah dipanggil

ke Kairo kemudian dipenjara.41

Ibnu Taimiyah hidup pada masa yang penuh dengan sekte-sekte

teologi Islam, seperti al-Mu’aththol al-Jahmiah, Mu’tazilah, nazhiriah,

dan lain-lainya. Hal ini mengetuk hati Ibnu Taimiyah untuk tekun

mempelajari teologi Islam, dengan menghasilkan karya kitab Fi’il

Bid’ah. Karena dia akan berhadapan dengan penantang-penantangnya

yang berasal dari golongan sekte tersebut.

Pemikiran teologi Ibnu Taimiyah seperti dikatakan Ibrahim

Madzkur, adalah sebagai berikut:

1) Sangat berpegang teguh pada nash (al-Qur’an dan al-Hadith)

2) Memberikan ruang gerak kepada akal.

3) Berpendapat bahwa al-Qur’an mengandung semua ilmu agama.

4) Di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (sahabat,

tabi’in dan tabi’ tabi’in).

5) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid.42

Tema utama pemikiran Ibnu Taimiyah ialah gerakan al-ruju’ ila> al-

Qur’an wa as-Sunnah. gerakan ini sering disebut dengan muhyi atsar al-

sala>f, yakni menghidupkan kembali ajaran salaf yang sahih, yakni praktik

ajaran Islam zaman Nabi dan tiga generasi sesudahnya yaitu sahabat,

tabi’in dan tabi’tabi’in.

41 Harun Nasution dan tim penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Vol. 3 O-Z, Cet. 2 ed. revisi (Jakarta: Djambatan, 2002), 1137. 42 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), 116.

Page 21: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

36

Masa hidup Ibnu Taimiyah bersamaan dengan kondisi dunia Islam

yang sedang mengalami disintegrasi dan dekandensi moral dan akhlak.

Kelahirannya terjadi lima tahun setelah Bagdad dihancurkan pasukan

Mongol, Hulagu Khan. Oleh sebab itu, dalam upayanya mempersatukan

umat Islam, mengalami banyak tantangan, bahkan ia harus wafat di

dalam penjara.

b. Ibnu Qayim al-Jauziyah

Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin

Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i. Dikenal dengan Ibnul

Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh

Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi

yang wafat pada tahun 656 H, Di kampung Zara’ dari perkampungan

Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil. Beliau

belajar ilmu ushul dari Syekh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu fiqih dari

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syekh Isma’il bin Muhammad al-

Harraniy. Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-

temannya, mashur disegenap penjuru dunia dan amat dalam

pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Beliau melanjutkan pembaruan dari Ibnu Taimiyah (gurunya),

terutama dengan tekanan pemurniannya. Karya-karyanya beliau memang

benar-benar merupakan “kamus berjalan”, terkenal sebagai orang yang

mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat

Page 22: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

37

tersebarluaskan. Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada tanggal 13 Rajab

751 H.

c. Muhammad bin Abdul Wahab

Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada (1115-1206 H/1703-

1791 M) di kota kecil al-‘Uyaynah di Najad. Wilayah bagian timur dari

apa yang dewasa ini disebut sebagai kerajaan Arab Saudi.43 Ia Mulai

belajar pertama kali kepada orang tuanya sendiri tentang fiqih Hambali,

tafsir dan hadith. Dan sudah hafal al-Qur’an ketika berusia 10 tahun.

Pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, kemudian ke Madinah

untuk menuntut ilmu syari’ah. Di kota Rasul ini, ia berjumpa dengan

Syekh Muhammad Hayat Al-Sindi, penulis Shahih Bukhari. pengaruh

Syekh tersebut terhadap diri Muhammad bin Abdul Wahab sangat besar.

Ia terpaksa harus meninggalkan Basrah menuju al-Ahsa’, dan

kemudian pindah lagi ke Huraimala, setelah ayahandanya berpindah ke

kota ini untuk bekerja sebagai qadhi. Di kota inilah Muhammad bin

Abdul Wahab mulai menggelar dakwahnya.44 Ia juga menyisihkan waktu

untuk menyusun buku kecil yang diberi judul Kitab al-Tauhi>d.45 Dan

masa>il al-Ja>hiliyyah.46 Ditekankan perlunya merujuk kepada al-Qur’an

dan as-Sunnah, di jazirah Arabia dengan corak pemurnian yang lebih

keras, yang dikenal pula dengan gerakan Wahabiyah atau Wahabi. Yang

menyeru kepada pemurnian tauhid, dihidupkannya kewajiban jihad,

43 Hamid Alghar, Wahabisme; Sebuah Tinjauan Kritis (Jakarta: Paramadina, 2008), 33. 44 M. Ahsan al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 16. 45 Hamid Alghar, Wahabisme; Sebuah Tinjauan, 44. 46 Ibid., 46.

Page 23: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

38

menyebarkan dakwah, menghancurkan berbagai kemusyrikan dengan

segala manifestasinya.

d. Sayid Jamaludin al-Afghani

Jamaluddin al-Afghani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun

1838 sebagai seorang anak dengan kualitas intelektual yang sangat luar

biasa. Ia meninggal dunia pada tahun 1897 M. Dalam silsilah

keturunannya al-Afghani adalah keturunan Nabi melalui Sayidina Ali ra.

Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu

pengetahuan, filsafat, politik, ekonomi, hukum dan agama. Ketika baru

berusia dua puluh dua tahun ia telah menjadi pembantu bagi pangeran

Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat

Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam

Khan menjadi Perdana Menteri. Jamaludin Al-Afgani adalah seorang

pemimpin pembaruan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya

berpindah dari satu negara ke negara Islam lainnya. Pengaruh terbesar

ditinggalkan di Mesir.47

Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat pertemuan murid-

muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi.

Muridnya berasal dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan,

pengadilan, dosen dan mahasiswa al-Azhar serta perguruan tinggi lain.48

Selama delapan tahun menetap di Mesir ia pergi ke Paris, disini ia

mendirikan perkumpulan “al-Urwatul Wusqa” yang anggotanya terdiri 47 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: t.p., th.), 155-156. 48 Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 51-52.

Page 24: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

39

dari orang-orang Islam dari India, Mesir, Suria, Afrika utara dan lain-

lain. Di antara tujuan yang ingin dicapai ialah memperkuat rasa

persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa Islam kepada

kemajuan. Kemudian di Paris inilah ia bertemu dengan muridnya yang

setia yaitu Muhammad Abduh dan kemudian ia kembali ke Istambul,

sampai akhir hayatnya.49

Selama di Mesir, al-Afghani mengajukan konsep-konsep

pembaruannya, antara lain:

1) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan

perang Salib.

2) Umat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan saja.

3) Untuk mencapai tujuan itu umat Islam harus bersatu (Pan

Islamisme).50 Pan Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan

Islam menjadi satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan

bersatu dalam kerja sama.

Untuk mencapai usaha-usaha pembaruan tersebut di atas menurut

al-Afghani rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan,

orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi

luhur, rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan

kehidupan manusia bukan sekedar ikutan belaka, Setiap generasi umat

harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan

49 Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaruan dalam Dunia Islam (Jakarta: t.p., t.th.,), 78. 50 Ibid., 77.

Page 25: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

40

pendidikan pada setiap manusia dan juga memerangi hawa nafsu jahat

dan menegakkan disiplin.

Pembaruan Pendidikan yang dilakukan al-Afghani adalah didasari

pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman,

kondisi, dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena

tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan

meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran

Islam hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian yang bukan

berasal dari Islam, dan kembali pada jaran Islam murni.51 Ini

membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat prioritas utama

agar umat Islam bisa bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan. Pada

tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid,

namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istambul karena

dijadikan tahanan hingga ia wafat pada 9 maret tahun 1897.

e. Muhamad Abduh

Membincangkan modernisasi Islam tidak bisa melupakan jasa

besar Muhammad Abduh. Ulama dan pemikir progresif asal Mesir ini

telah menginspirasi hampir sebagian besar dunia Islam, tak terkecuali

Islam di Indonesia, untuk melakukan reformasi total keagamaan.

Gagasan pembaruan Islam sesungguhnya muncul pada akhir abad 18 dan

awal abad 19 Masehi. Dari sekian para pembaru, Muhammad Abduh

adalah tokoh yang monumental dan paling bersemangat melakukan

51 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 300.

Page 26: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

41

pembaruan bagi dunia Islam. Muhammad Abduh sebagai tokoh

pembaruan dalam Islam patut dikenang dan diteladani, karena ia telah

banyak berjuang untuk merubah kebiasaan masyarakat yang sebelum

bersikap statis menjadi dinamis.52

John L. Esposito menyebutkan bahwa Muhammad Abduh adalah

tokoh awal dalam pembaruan pendidikan dan hukum.53 Pemikiran Abduh

tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di

awal abad 20. Pemikiran Abduh yang disebarluaskan melalui tulisannya

di majalah al-Mana>r dan al-’Urwah al-Wusqa>, menjadi rujukan para

tokoh pembaru dalam dunia Islam, hingga diberbagai negara Islam

muncul gagasan mendirikan sekolah. Perhatian Abduh untuk

memperbarui pendidikan dan untuk mencari apa yang bermanfaat dari

Barat.

Adapun tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh Muhammad

Abduh ditekankan kepada pendidikan akal, yang dianggap sama

pentingnya dengan pendidikan agama. Dari situlah melahirkan pemikiran

Abduh dalam bidang pemikiran pendidikan formal dan non formal. Ia

bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan, bahwa tujuan

pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada

52 Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam, 250. 53 John L. Esposito, Ancaman Islam; Mitos Atau Realitas? Terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Mizan, 1995), 70.

Page 27: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

42

batas-batas kemungkinan seorang mencapai kebahagiaan hidup dunia

akhirat.”54

Muhammad Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan

mempelajari ilmu-ilmu yang datang dari Barat, termasuk di sekolah

formal. Pendidikan akal dapat dilakukan dengan mengadakan

pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam, sebagaimana yang

banyak diungkapkan dalam ayat-ayat al-Qur’an. Ia berpandanga bahwa

Allah menurunkan dua buah kitab, yakni kitab yang diciptakan berupa

alam semesta dan kitab yang diwahyukan berupa al-Qur’an.

Adapun rincian kurikulum yang dirumuskan oleh Muhammad

Abduh pada dasarnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan, yaitu

tingkat sekolah dasar, tingkat menengah dan pendidikan tingkat atas.55

Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor

dan mencakup pendidikan universal bagi semua anak baik laki-laki

maupun perempuan. Menurutnya semua masyarakat harus mempunyai

kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Muhammad Abduh

dengan agenda reformasinya tampaknya menghendaki lenyapnya

dualisme pendidikan agama dan umum. Dan telah menawarkan kepada

sekolah modern agar memperhatikan aspek agama dan moral.

54 Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh: Suatu Studi Perbadingan (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 156. 55 Ibid., 160.

Page 28: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

43

f. Muhammad Rasyid Ridha

Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia

lahir pada tahun 1865 di al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang

letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). ia belajar ide-ide pembaruan

Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah al-Urwah

al-Wusqa. Sewaktu Muhammad Abduh dibuang ke Beirut, ia mendapat

kesempatan untuk berjumpa dan berdialog. Kemudian pada bulan

Januari 1898 ia pindah ke Mesir untuk belajar dan berguru lebih dekat

dengan Muhammad Abduh.56 Di Mesir, ia mendirikan majalah

al-Mana>r untuk menyiarkan ide-ide pembaruan gurunya, begitu juga

artikel-artikel yang ditulis gurunya dimuat di majalah tersebut. Begitu

juga tafsir-tafsir yang disampaikan oleh Muhammad Abduh, ia catat dan

setelah diperiksa disiarkan melalui majalah al-Mana>r tersebut.

Rasyid Ridha sangat terkenal bersama dengan Abduh (gurunya)

menerbitkan majalah al-Mana>r yang kemudian menjadi sebuah tafsir

modern yang bernama tafsir al-Mana>r . Dalam bidang pendidikan,

Rasyid Ridha memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak

bertentangan dengan Islam.57 Justru Rasyid Ridha mengambil ilmu

pengetahuan Barat sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan

dari Timur.

Ide-ide pembaruan Rasyid Ridha beberapa diantaranya di bidang

agama, pendidikan dan bidang politik. Dalam bidang agama umat Islam

56 Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam, 60-61. 57 Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), 151.

Page 29: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

44

lemah karena tidak mengamalkan ajaran agama Islam yang murni

melainkan ajaran yang sudah bercampur dengan kurafat dan bid’ah,

sehingga ajaran Islam harus kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah

Rasululah dan tidak terikat kepada ulama terdahulu yang tidak sesuai

dengan tuntutan hidup modern. Lebih lanjut faham fanatisme mazhab

yang menyebabkan perpecahan umat Islam harus diganti dengan

toleransi bermazhab. Disamping itu Rasyid Ridha memperoleh tambahan

ilmu dan semangat keagamaan melalui membaca kitab-kitab yang ditulis

al-Ghazali, antara lain Ihya Ulumuddin sangat mempengaruhi jiwa dan

kehidupannya, terutama sikap patuh pada hukum dan baktinya terhadap

agama. Rasyid Ridha mulai mencoba dan menerapkan ide-idenya ketika

masih berada di Suriah, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari

pihak kerajaan Usmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas, karena itu ia

memutuskan pindah ke Mesir.

Pendidikan Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaruan di

bidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya kedalam

kurikulum mata pelajaran berikut: teologi, pendidikan moral, sosiologi,

ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, bahasa asing,

disamping fiqih, tafsir, hadith dan lain-lain.58 Rasyid Ridha sebagai

ulama yang selalu menambah ilmu pengetahuan dan selalu berjuang

selama hayatnya, ia meninggal pada tanggal 23 Jumadil ula 1354/ 22

agustus 1935.

58 Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam, 71.

Page 30: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

45

2. Strategi Pemikiran Tokoh Pembaru dan Pendekatan KH. Ahmad Dahlan

Strategi perjuangan pendiri Muhammdiyah berbeda dengan cara yang

ditempuh para pembaru lain di dunia Islam seperti Muhammad bin Abdul

Wahab (1703-1787), Jamaludin al-Afghani (1839-1897), dan Muhammad

Abduh (1849-1905). Muhammad bin Abdul Wahab adalah pendiri gerakan

Wahabi di Arab Saudi.59 Gerakan ini dapat dukungan sepenuhnya dari

penguasa dan sangat aktif melancarkan pemurnian Islam yang secara

radikan memberantas bid’ah dan khurafat dalam pengamalan ajaran Islam.

Gerakan Wahabi sangat dipengaruhi oleh Ibnu Taimiyah (1263-1328) yang

menganut madzhab Hambali.

Sementara itu, al-Afghani yang menempuh perjuangan melalui jalur

politik dengan menyebarkan gagasan mengenai Pan Islamisme. Istilah Pan

Islamisme banyak digunakan pengamat Barat untuk melabeli gerakan al-

Afghani. Sebenarnya, al-Afghani menyebut gerakannya dengan nama

Jam’iyah Isla>miyah. Pan Islamisme berpandangan bahwa Islam merupakan

satu kesatuan karena itu umat Islam harus bersatu menghadapi dominasi

Barat. Berbeda dengan al-Afghani, model pembaruan Muhammad Abduh

secara lebih khusus banyak ditekankan dalam bidang pendidikan. Gagasan

pembaruan Muhammad Abduh dibidang pendidikan nampak dalam

usahanya untuk mereformasi universitas al-Azhar sebagai pusat pendidikan

59 Wahabisme sungguhnya bukan istilah yang digunakan oleh Muhammad Abdul Wahab. Istilah Wahabi diberikan oleh kelompok yang bertentangan dengan gerakan yang dipelopori Muhammad Abdul Wahab. Sementara istilah yang digunakan Muhammad Abdul Wahab adalah al-Muwahhidin atau Muwahhidun. Lihat, Ahmad Amin, Zu’ama al-Islah fi al-‘Asr al-Hadith (Mesir: Maktabah an-Nahdhah, 1979), 10. Bandingkan dengan H. A. R. Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam, terj. Mahnun Husaini (Jakarta: Rajawali Press, 1991), 44.

Page 31: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

46

umat Islam saat itu. Misalnya, Muhammad Abduh menentang pemisahan

sistem dualisme pendidikan. Menurutnya, disekolah umum harus diajarkan

agama dan sebaliknya di sekolah agama pun dianjurkan ilmu pengetahuan

modern.60

Muhammadiyah merupakan matarantai gerakan pembaruan Islam

yang memiliki spirit dan pemikiran yang terjalin dengan gerakan

kebangkitan Islam di dunia Islam pada khususnya yang dipelopori oleh Ibnu

Taimiyah, Muhammad Bin Abdul Wahab, Jamaludin al-Afghani,

Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha. Tokoh-tokoh ternama

tersebut merupakan lokomotif gerakan kebangkitan di dunia Islam. KH.

Ahmad Dahlan memiliki semangat dan pemikiran yang lekat dengan para

pembaru Islam tersebut. KH. Ahmad Dahlan tampak jelas sangat

menekankan aspek sosial dengan bidang perjuangan yang jauh lebih luas,

hampir menyentuh seluruh bidang kehidupan. Dengan memasuki wilayah

sosial keagamaan KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya telah

melaksanakan ajakan melalui amalan dan tindakan kongkrit.

Menurut beberapa studi terdahulu, seperti Achmad Jainuri,61 Mitsuo

Nakamura,62 Biyanto,63 Ahmad Tafsir,64 dikemukakan bahwa aspek

pragmatisme Muhamadiyah tampak begitu menonjol. Kecenderungan 60 Ibid., 82-83. 61 Ahmad Jaenuri, The Formation of the Muhammadiyah’s Ideology (Disertasi--McGill University, Montreal Kanada, 2002). 62 Mitsuo Nakamura mengemukakan aspek pragmatisme Muhammadiyah melalui teori banyak wajah (dzu> wuju>d) sebagaimana telah dikemukakan dalam bagian pendahuluan karyanya, Lihat, Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises the Banyan Tree: A Study of the Mu-hammadiyah Movement in A Central Java, Disertasi Cornell University, (June1976). 63 Biyanto, Pluralisme Keagamaan dalam Perdebatan (Malang: UMM Press, 2009). 64 Ahmad Tafsir, Konsep Pendidikan Formal dalam Muhammadiyah (Disertasi--IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1987).

Page 32: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

47

pragmatisme pendiri Muhammadiyah ini dapat dibuktikan melalui

pembentukan beberapa amal usaha di bidang pendidikan, pelayanan sosial

seperti rumah sakit dan panti asuhan yang semuanya sangat menyentuh

seluruh aspek kehidupan.

Gerakan pembaruan Islam ini memiliki dampak yang cukup serius dan

layaknya kucuran air yang menyirami jiwa-jiwa pembaru di wilayah

lainnya. Hal ini bisa difahami sebagai pertautan emosional antara jiwa-jiwa

pembaru yang sedang menggelorakan perlawanan terhadap dunia imperialis

(penjajahan disatu sisi), dan kecintaan yang dahsyat terhadap agama dan

bangsa di sisi lain. Dan gema itu merasuk sampai kewilayah Asia Tenggara

termasuk Indonsia. Beberapa majalah yang berisi buah pikiran para

pembaru, secara berlahan tapi pasti pada akhirnya dapat menembus rapatnya

blokade dan sensor penjajah Belanda di Indonesia dan akhirnya jatuh ke

tangan pemuka-pemuka Islam termasuk KH. Ahmad Dahlan.65

Gagasan pembaruan dalam Islam sesungguhnya muncul pada akhir

abad ke-18 dan awal ke-19. Hal ini ditandai dengan terjadinya kontak Islam

dengan Barat untuk kali kedua.66 Kontak ini diantaranya telah

mengakibatkan masuknya ilmu pengatahuan dan teknologi Barat ke dalam

dunia Islam.67 Maka dari para tokoh pembaru yang gergulir di Timur

65 Tim Penulis, KEMUHAMMADIYAHAN untuk SMP/MTS kelas VII, (Surabaya: Majlis Dikdasmen PWM Jatim, 2007), 9-10. 66 Kontak Islam dengan Barat di sini berbeda dengan Barat yang terjadi pada periode Klasik (650-1250). Kontak Islam dengan Barat pada periode Klasik merupakan masa kemasan Islam sehingga yang dilakukan Barat adalah belajar dari Islam. Sedangkan kontak Islam dengan Barat pada periode modern, adalah masa kemajuan Barat sehingga yang dilakukan Islam adalah belajar dari Barat. 67 Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam,11.

Page 33: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

48

Tengah telah menginspirasi KH. Ahmad Dahlan dalam melakukan gerakan

Muhammadiyah terutama di Indonesia.

Karena itu gerakan Muhammadiyah lebih menekankan nilai-nilai

kesantunan dalam mengaplikasikan langkahnya. Berbeda dengan

Wahabisme yang memiliki watak yang keras.68 Yang lebih banyak

melakukan gerakan secara radikal. KH. Ahmad Dahlan melalui gerakan

Muhammadiyah berdakwah melalui pengajian ke pengajian, dialog dan aksi

nyata.

D. Usaha dan Jasa KH. Ahmad Dahlan Dalam Pembaruan

Gagasan pembaruan KH. Ahmad Dahlan sesungguhnya berupaya

memurnikan ajaran Islam dan mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring

pemikiran tradisional kearah modernisasi sesuai dengan doktrin Islam yang

rasional. Pemikiran dan perjuangannya banyak mengadopsi pemikiran dan

perjuangan tokoh-tokoh Islam yang berasal dari Timur Tengah.

KH. Ahmad Dahlan lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal

atau praktisi dari pada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan

tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa KH. Ahmad

Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyah merupakan

refleksi dan manisfestasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam bidang

pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan di sini dipergunakan dalam

konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup

68 Hamid Alghar, Wahabisme; Sebuah Tinjauan, 72.

Page 34: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

49

semua usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan

ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu tua kepada

generasi muda. Dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan

adalah kegiatan pengajian, tabligh dan sejenisnya.

Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti

gagasan-gagasan pembaru Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif

menyebarkan gagasan pembaruan Islam ke pelosok-pelosok tanah air. Baginya

kebenaran harus tetap dilaksanakan dan ditegakkan, sekalipun harus

berhadapan dengan kekuasaan. Beliau pun patut diberikan penghargaan

terhadap ide, jasa, dan perjuangannya. Hal ini dibuktikan dalam usaha dan jasa-

jasanya yang besar :69

1. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya.

Umumnya masjid-masjid dan langgar di Yogyakarta menghadap ke jurusan

Timur dan orang-orang shalat di dalamnya menghadap ke arah barat lurus.

Padahal kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari tanah Jawa haruslah

miring ke arah utara +24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu

pengetahuan tentang ilmu falak bahwa orang tidak boleh menghadap kiblat

menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara +24 derajat.

2. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan secara popular, bukan

saja di pesantren, melainkan beliau pergi ke tempat-tempat lain seperti

mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad

Dahlan adalah bapak Muballigh Islam di Jawa Tengah.

69 Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1996), 267-268.

Page 35: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

50

3. Memberantas bid’ah, khurafat dan takhayul yang bertentangan dengan

ajaran Islam.70

4. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912, yang hidup dan

tersebar seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada permulaan berdirinya

Muhammadiyah mendapat halangan dan rintangan yang sangat hebatnya,

bahkan KH. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari mazhab

meninggalkan ahli sunnah wal jama>h. Pendeknya bermacam-macam

tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan kepadanya, tetapi semuanya itu

diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi

salah satu perkumpulan yang terbesar di Indonesia serta berjasa kepada

rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah dari Taman kanak-kanak sampai

sekolah Tinggi. Dalam masalah pemikiran dan perjuangannya

mendakwahkan Islam di Indonesia, KH. Ahmad Dahlan memang banyak

mengadopsi pemikira dan perjuangan tokoh-tokoh Islam dari Timur Tengah

(Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha) yang menjadi

motivator dan inovator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil

kesimpulan. Dalam perjalanannya, beliau banyak mendapatkan perlawanan

dari pertentangan dari masyarakat. Sebab, apa yang dipergunakan KH.

70 Agama Islam di Indonesia saat itu telah bercampur dengan kepercayaan lain yang bertentaan dengan Islam yang murni. Faham Hinduisme dan animism merongrong semangat tauhid. Kaum Muslimin mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh Islam seperti minta berkah kepada kuburan keramat, meminta tolong kepada kuburan sihir, kepada benda-benda sakti dan sebagainya. Kepercayaan kepada Tuhan telah dikaburkan dengan syirik. Karena kaum muslimim telah mengkaurkan tauhid, goyanglah tiang lurus dari agama. Hal inilah menimbulkan bid’ah (pembaruan ajaran agama Islam yang menyalahi ajaran yang benar), khurafat (ajaran yang bukan-bukan), takhayul (kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada, tetapi sebenarnya tidak ada, misalnya membersihkan dunia Islam dari kepercayaan yang dianggap jahiliyah), Lihat bukunya Amir Hamzah Wirjosukarto, Pembaruan Pendidikan dan Pengajaran Islam oleh Pergerakan Muhammadiyah (Jember : Universitas Muhammadiyah Jember, 1985), 57.

Page 36: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

51

Ahmad Dahlan dalam mengambil suatu kesimpulan dan hukum pada saat

itu dianggap melenceng dan jauh dari tradisi yang sudah mendarah daging

dalam komunitas Indonesia.71

Dalam pandangan A. Mukti Ali, usaha dan jasa yang dilakukan KH.

Ahmad Dahlan dalam pembaruan, diantaranya yaitu:

1. Melakukan purifikasi ajaran Islam dari khurafat tahayul dan bid’ah yang

selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam, dan

mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran teradisional

melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan

yang dapat diterima oleh rasio.

2. Usaha dan jasanya mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat

menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di

Yogyakarta menghadap timur dan orang-orang shalat mengahadap ke arah

barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari tanah Jawa

haruslah miring ke arah utara +24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan

ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu, orang tidak boleh menghadap

kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara + 24 derajat.

3. Berdasarkan perhitungan astronominya, KH. Ahmad Dahlan menyatakan

bahawa hari raya Idul Fitri yang bersamaan dengan hari ulang tahun Sultan,

harus dirayakan sehari lebih awal dari yang diputuskan para ulama

“mapan”. Dan melaksanakan shalat Idul Fitri di lapangan. Sultan menerima

71 Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi Singkat (Yogyakarta: Garasi, 2009), 43.

Page 37: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

52

pendapat KH. Ahmad Dahlan namun karena ini pula beliau kehilangan lebih

banyak lagi simpati dari kalangan ulama “mapan”.

4. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan popular, bukan saja di

pesantren, melainkan ia pergi ke tempat-tempat lain dan mendatangi

berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan

adalah bapak Muballigh Islam di Jawa Tengah, sebagaimana syekh M.

Jamil Jambek sebagai bapak Muballigh di Sumatra Tengah.

5. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah yang tersebar diseluruh

Indonesia sampai sekarang.

6. Sebuah refleksi dan kritik realita sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu.72

Terobosan lain yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah

mengadopsi pendidikan yang dikembangkan oleh Barat (Belanda). Usaha

Muhammadiyah dalam mengembangkan sistem pendidikan berkembang pesat,

jauh meninggalkan gerakan Budi Utomo. Para tokoh Budi Utomo umumnya

masih ketakutan dengan pengaruh individualisme, intelektualisme, dan

sekulerisme dari budaya Barat. Apresiasi positif dan sikap tegas itulah yang

dikatakan oleh KH. Ahmad Dahlan. Misalnya, KH. Ahmad Dahlan dengan

sikap tegasnya telah meluruskan arah kiblat masjid Keraton, melaksanakan

shalat dua hari raya (‘i>dain) di lapangan, dan membentuk badan amil zakat

yang sebelumnya menjadi hak prerogatif Kiai, demikian yang dikatakan

Biyanto.73

72 A. Mukti Ali, The Muhammadiyah Movement (t.t.: t.p., t.th.), 32. 73 Biyanto, Pluralisme Keagamaan, 101.

Page 38: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

53

Untuk membangun upaya dakwah (seruan kepada umat manusia)

tersebut, maka Dahlan mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan

Madrasah Mu’llimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu’llimat

(Kweekschool Putir Muhammadiyah).74 Dahlan mengajarkan agama Islam, dan

tidak lupa mengajarkan pembaruannya.

Kepeloporan KH. Ahmad Dahlan juga ditunujukkan tatkala mendorong

kaum perempuan untuk berkiprah agar kaum perempuan memperoleh hak

sebagaimana kaum laki-laki. Menurut A. Mukti Ali usaha KH. Ahmad Dahlan

unutk membuka dan melancarkan pendidikan bagi kaum perempuan ini dapat

dipandang mendahului pembaru muslim lainnya. Sebab, pada masa itu wanita

masih menjadi masalah di dunia Arab. Sementara di Indonesia posisi wanita

juga tertinggal jauh.75

Karena itu pembaruan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan, banyak orang

terinspirasi dan banyak orang masuk dalam persyarikatan Muhammadiyah

untuk menggerakan dan memperjuangkannya. Adapun maksud dan tujuan

Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.76 Masyarakat

yang dimaksud adalah masyarakat yang adil, makmur dan diridhoi oleh Allah

SWT.

74 Khozin, Eko Wagianto, M. Musfiqon, Abdullah Sidiq Notonegoro, Pendidikan Kemuhammadiyahan Tingkat SMP/MTs Muhammadiyah Kelas 8 (Surabaya: Majelis Dikdasmen PWM Jatim, 2007), 10. 75 A. Mukti Ali, “Amalan Kiai Haji Ahmad Dahlan,” dalam Muhammadiyah dan tantangan masa depan; Sebuah dialog intelektual , ed. Sujarwo, dkk. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), 350. 76 Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 4 ayat 1 dan pasal 6. Lihat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. Muhammadiyah dan Suara Muhammadiyah, 2005), 9.

Page 39: BAB II LATAR BELAKANG PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A ...digilib.uinsby.ac.id/1309/5/Bab 2.pdf · 12 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 327. 13 Abdul

54

Namun, berkat keuletan serta kerja keras, akhirnya sedikit demi sedikit

tantangan dan halangan yang dihadapi KH. Ahmad Dahlan semakin melemah,

dan hingga saat itu sudah tidak terasa lagi pengaruhnya. KH. Ahmad Dahlan

telah ikut serta memajukan dan mensejahterakan bangsa dan negara Indonesia.

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini

melalui pembaruan pendidikan, maka pemerintah republik Indonesia

menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden

no. 657 tahun 1961.77 Dengan dasar penetapan sebagai berikut:

a. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk

menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan

berbuat.

b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak

memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangasanya. Ajaran yang

menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat

dengan dasar iman dan Islam.

c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempeopori amal usaha sosial

dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan

bangsa dengan jiwa ajaran Islam.

d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (‘Aisyiyah) telah

mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan.78

77 Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi, 44. 78 Khozin, Eko Wagianto, M. Musfiqon, Abdullah Sidiq Notonegoro, Pendidikan Kemuhammadiyahan Tingkat, 10-11.