bab ii landasan teoritis a. konsep teoritisrepository.uir.ac.id/526/2/bab2.pdfmelakukan sesuatu,...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Teoritis
1. Kompetensi Kepribadian Guru
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi dalam bahasa indonesia merupakan serapan dari
bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.
Menurut Jejen Musfah (2012: 27) kompetensi adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal
ini guru juga harus memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai
harapan yang kita cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada
umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Agar guru
memiliki kemampuan, ia perlu membina diri secara baik karena
fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan
kemampuan siswa secara professional dalam proses belajar
mengajar.
Sementara kompetensi menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 1 ayat (10) dijelaskan bahwa kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
8
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas profesinya.
Menurut Lefrancios, kompetensi merupakan kapasitas untuk
melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama
proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan
menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan
sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu
pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu
tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Perubahan
kompetensi tidak akan nampak apabila selanjutnya tidak ada
kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan
demikian bias diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama
yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu
(Ramayulis, 2012: 53).
Bedasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan
bagian-bagian yang dapat menempatkan dirinya sesuai dengan
kemampuan yang ada dan diujudkan dalam bentuk tindakan atau
kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b
9
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia.
Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian ialah sifat-sifat
unggul seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau tabah dalam
menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit apabila
mengalami kegagalan, memiliki etos kerja yang tinggi, berfikir
positif terhadap orang lain, bersikap seimbang antara mengambil
dengan memberi dalam hubungan social, dan memiliki komitmen
atau tanggung jawab. Sifat-sifat unggul seperti ini merupakan modal
utama bagi setiap insan untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya,
baik kesuksesan yang bersifat bathiniah maupun lahiriah
(Ramayulis, 2012: 53).
Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia ( Mulyasa, 2013 : 42).
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku peribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
niali-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang
berhubungan dengan kemampuan peribadi dengan segala
10
karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas guru (Buchari
Alma, 2010: 136).
Sebagai seorang pendidik harus memiliki kecakapan dalam
menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan mempunyai kepribadian
yang baik. Guru yang mempunyai kepribadian yang baik tentu akan
dapat menanamkan kepribadian yang baik pula pada peserta didik
dan dapat membimbingnya kearah pertumbuhan nilai dan moral.
Dengan demikian bila seorang guru melakukan sikap dan
perbuatan yang baik, sering dikatakan bahwa guru memiliki
kepribadian yang baik, atau berakhlak mulia. Sebaliknya guru
tersebut melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut
pandangan masyarakat maupun siswanya maka dikatakan bahwa
guru tersebut tidak memiliki kepribadian yang baik. Dengan kata
lain, baik tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh
kepribadiannya.
b. Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Secara rinci subkompetensi menurut Mulyasa (2014: 30) dapat di
artikan sebagai berikut:
11
1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial:
a) Bertindak sesuai dengan norma hukum.
b) Bertindak sesuai dengan sosial.
c) Bangga sebagai guru.
d) Memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan
norma.
2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik.
b) Memiliki etos kerja sebagai guru.
3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:
a) Menampilkan tindakan yang disarankan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat.
b) Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak.
4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
a) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik.
b) Memiliki perilaku yang disegani.
5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial:
12
a) Bertindak sesuai dengan norma relegious (iman, takwa,
jujur, ikhlas, suka menolong).
b) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
c. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru
Zakiah Daradjad, menyebutkan kompetensi kepribadian
pendidik dengan guru, diantara akhlak guru tersebut adalah:
1) Guru hendaknya mencintai jabatannya sebagai guru. Tidak
semua orang menjadi guru karena panggilan jiwa. Diantara
mereka ada yang menjadi guru karena terpaksa, misalnya
karena keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua,
dan sebagainya.
Seorang pendidik dalam keadaan bagaimanapun harus
berusaha mencintai pekerjaannya. Pada umunya yang paling
baik adalah apabila seorang menjadi pendidik karena
didorong oleh panggilan hati dan jiwanya.
2) Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya.
Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang
tidak adil
Para pendidik, lebih-lebih yang masih muda, sering kali
bersikap pilih kasih, pendidik yang laki-laki lebih
memperhatikan anak perempuan yang cantik atau anak yang
pandai dari pada yang lain. Hal itu jelas tidak baik dan tidak
13
adil sebab itu pendidik harus memperlakukan sekalian
peserta didik dengan cara yang sama.
3) Guru hendaknya berlaku sabar dan tenang
Para pendidik sering kali merasakan kekecewaaan
karena murid-murid kurang mengerti apa yang diajarkan
nya. Murid-murid tidak mengerti kadang-kadang pendiam
atau sebaliknya membuat keributan. Hal itu sudah terang
mengecewakan guru atau malah mungkin menyebabkannya
putus asa. Dalam keadaan itu guru harus tetap tabah, dan
sabar sambil berusaha mengidentifikasi permasalahan
dengan tenang, sebab mungkin juga kesalahan terdapat
dalam dirinya yang kurang simpatik atau cara mengajarnya
yang kurang terampil atau bahan pelajaran yang belum
terkuasai.
4) Guru harus berwibawa
Ada pendidik yang apabila peserta didik ribut dan
berbuat sekehendaknya, lalu pendidik merasa jengkel,
berteriak sambil memkul-mukul meja. Ketertiban hanya
dapat diciptakan dengan kekerasan, tetapi ketertiban karena
kekerasan bersifat semu. Pendidik yang semacam ini tidak
berwibawa.
14
5) Guru harus gembira
Seorang pendidik yang gembira sudah pasti memiliki
sifat humor, suka ketawa dan suka memberi kesempatan
tertawa kepada anak-anak. Dengan senyumnya ia memikat
hati anak-anak. Sebab apabila pelajaran diselingi dengan
humor, gelak dan tertawa, niscaya jam perlajaran terasa
pendek saja. Pendidik yang gembira biasanya tidak lekas
kecewa. Ia mengerti, bahwa anak-anak tidak bodoh, tetapi
belum tahu. Dengan gembira ia mencoba menerangkan
pelajaran sampai anak itu memahaminya.
6) Guru harus bersifat manusiawi
Pendidikan merupakan manusia yang tidak lepas dari
kekurangan dan kekhilafan. Pendidik bukanlah manusia
yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat
kekurangan-kekurangannya sendiri dan berusaha segera
mungkin untuk memperbakinya.
7) Guru harus bekerja sama dengan guru lain
Kerja sama yang baik antara pendidik lebih beharga
dari pada gedung molek dan alat-alat yang cukup. Sebab
apabila para pendidik saling bertentangan, anak-anak akan
bingung dan tidak tahu apa yang dibolehkan dan apa yang
dilarang. Oleh karena itu kerja sama antara para pendidik
itu sangat penting.
15
8) Bekerja sama dengan masyarakat
Pendidik seharusnya memiliki pandangan jauh
kedepan. Ia harus bergaul dengan segala golongan manusia
dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supaya
sekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat beridiri
ditengah-tengah masyarakat, apabila para pendidik rajin
bergaul, suka mengunjungi orang tua murid, memasuki
perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian
penting dalam lingkungannya, maka masyarakat akan rela
memberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa
gedung, alat-alat, hadiah jika diperlukan (Ramayulis, 2013:
55).
2. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaaq, berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
(pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khaliq (penciptaan). Dari
persamaan kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup
pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq
(pencipta) dengan perilaku makhluk (manusia), sehingga akhlak
tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara
16
manusia dengaan Allah SWT, namun juga dengan alam semesta
sekalipun (Assegaf Rachman, 2011: 42).
Dalam kamus bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan. Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-
khuq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabi’at (Mohammad Daud, 2010: 346).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Deden Makbuloh (2012: 142)
akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah
dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih
lama.
Menurut Al-zahir dalam Fathurahman (2012: 96) akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan
perbuatannya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan.
Sedangkan menurut Novan Ardy (2013: 99) akhlak merupakan
kerangka ajaran islam yang menyangkut norma-norma bagaimana
manusia berprilaku baik terhadap Allah, sesama makhluk, dan
makhluk lainnya.
Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong
perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi prilaku
kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji
17
menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik. Sebaliknya jika
melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk.
b. Macam-macam Akhlak
Akhlak mulia ini perlu di implementasikan dalam hidup sehari-
hari. Bentuk implementasinya bisa dalam ucapan-ucapan yang mulia
(qaulan kariman) atau dalam bentuk perbuatan-perbuatan terpuji
(amal shaleh). Antara lain sebagai berikut:
1) Akhlak Terhadap Allah Swt
Dalam setiap pelaksaan hukum tersebut terkandung nilai-
nilai akhlak terhadap allah Swt. Berikut ini beberapa contoh
akhlak terhadap allah Swt:
a) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa
pun juga dengan mempergunakan firmannya dalam al-
Qur’an sebagai pedoman hidup.
b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi
larangannya.
c) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan
Allah.
d) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah.
e) Menerima dengan ikhlas.
f) Memohon ampunan hanya kepada Allah.
g) Bertaubat hanya kepada Allah.
18
h) Tawakkal kepada Allah.
2) Akhlak Terhadap Orang Tua
Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara
lain:
a) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat
lainnya.
b) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi persaan
kasih sayang.
c) Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat,
mempergunakan kata-kata lemah lembut.
d) Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya.
e) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka
yang telah meninggal dunia.
3) Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara
lain:
a) Memelihara kesucian diri.
b) Menutup aurat.
c) Jujur dalam perkataan dan perbuatan.
d) Ikhlas.
e) Sabar.
f) Rendah hati.
g) Malu melakukan perbuatan jahat.
19
h) Menjauhi dengki.
i) Menjauhi dendam.
j) Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
k) Menjauhi segala pebuatan dan perkataan yang sia-sia.
(Mohammad Daud Ali, 2010: 356).
4) Akhlak terhadap guru
Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara lain:
a) Seorang murid harus mensucikan dirinya dari segala
perbuatan maksiat baik secara zahir maupun dalam
batinnya.
b) Seorang murid harus mempunyai akhlak yang baik dan
terhindar dari tingkah laku yang tercela.
c) Seorang murid harus berusaha menghormati guru baik di
dalam kompleks sekolah ataupun di luar sekolah.
d) Mendengarkan dan memperhatikan perkataan guru.
e) Seorang murid harus taat kepada guru seperti taatnya
kepada orangtua.
f) Kewajiban seorang murid adalah disiplin dalam menuntut
ilmu (Muhammad Abdurrahman, 2016: 193)
5) Akhlak terhadap teman
Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara lain:
a) Tidak membeda-bedakan teman.
b) Membantu teman yang kesusahan.
20
c) Toleransi dan saling tegur sapa.
B. Penelitian Relevan
Untuk menghindari kesalahan judul ini dan untuk pemahaman tentang
kompetensi kepribadian guru dan ranah afektif siswa, ada banyak penulis
sajikan penelitian relevan yang berhubungan dengan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Rismamindarini (122410142) mahasiswa Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2016 dengan judul:
hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Perilaku Sosial Siswa.
Persamaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan adalah pada
kompetensi kepribadian guru. Jika penelitian ini berjudul
Kompetensi Kepribadian Guru dengan perilaku sosial, maka variable
kompetensi kepribadian guru yang akan penulis teliti terletak pada
variablel X karena Variable X nya ialah pengaruh kompetensi
kepribadian guru terhadap akhlak peserta didik siswa di SMA N 1
Tembilahan Hulu.
2. Novika Sari (112410047) mahasiswa Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2014 dengan judul:
peran guru sebagai pendidik dalam membentuk akhlak siswa SMP N
34 Pekanbaru. Persamaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan
adalah pada akhlak siswa. Jika penelitian ini berjudulperan guru
sebagai pendidik dengan akhlak siswa, maka variable akhlak siswa
yang akan penulis teliti terletak pada variablel Y karena Variable Y
21
nya ialah pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap akhlak
peserta didik siswa di SMA N 1 Tembilahan Hulu.
3. Darwansyah Putra, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas
Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2014 dengan judul: Pengaruh
Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah
Menengah Atas Negeri 8 Pekanbaru. Persamaan dari penelitian ini
dengan yang penulis lakukan adalah variable X yaitu tentang
kompetensi kepribadian. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah
variable Y yang membahas tentang kinerja guru sedangkan
penelitian yang penulis teliti tentang akhlak peserta didik. Dan juga
tempat, serta tahun penelitiannya juga berbeda.
C. Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan konsep teoritis ini perlu karena dengan
menggunakan konsep operasional ini diharapkan dapat menghindari
kesalahan pemahaman.
1. Kompetensi Kepribadian Guru
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku peribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
niali-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
22
didik, dan berakhlak mulia ( Mulyasa, 2013 : 42). Adapun
indikatornya sebagai berikut:
Tabel 01: Konsep Operasional Kompetensi Kepribadian Guru
No Variable Dimensi Indikator
1 Kompetensi
kepribadian
a. Kepribadian yang
mantap dan stabil
1) Bertindak sesuai dengan norma
hukum.
2) Bertindak sesuai dengan sosial.
3) Bangga sebagai guru.
4) Memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma
b. Kepribadian yang
dewasa
1) Menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik.
2) Memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang
arif
1) Menampilkan tindakan yang
disarankan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan
masyarakat.
2) Menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang
berwibawa
1) Memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap
peserta didik.
2) Memiliki perilaku yang disegani.
e. Berakhlak mulia
dan dapat
menjadi teladan
1) Bertindak sesuai dengan norma
religious (iman, takwa, jujur,
ikhlas, suka menolong.
2) Memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik.
23
2. Akhlak Peserta Didik
Menurut Al-zahir dalam Fathurahman (2012: 96) akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan
perbuatannya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan.
Sedangkan menurut Novan (2013: 99) akhlak merupakan
kerangka ajaran islam yang menyangkut norma-norma bagaimana
manusia berprilaku baik terhadap allah, sesama makhluk, dan
makhluk lainnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong
perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi prilaku
kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji
menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik. Sebaliknya jika
melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk. Adapun
indikatornya sebagai berikut:
Tabel 02: Konsep Operasional Akhlak Pesrta Didik
No Variable Dimensi Indikator
1 Akhlak peserta
didik
a. Akhlak terhadap
Allah
1) Peserta didik harus mencintai
Allah melebihi cinta kepada
apapun.
2) Peserta didik harus melaksanakan
segala perintah dan menjauhi
larangannya.
3) Peserta didik mampu
mengharapkan dan berusaha
memperoleh keridaan Allah.
24
4) Peserta didik harus mensyukuri
nikmat dan karunia Allah.
5) Peserta didik harus Menerima
dengan ikhlas.
6) Peserta didik harus Memohon
ampunan hanya kepada Allah.
7) Peserta didik harus Bertaubat
hanya kepada Allah.
8) Peserta didik harus Tawakkal
kepada Allah
b. Akhlak terhadap
orang tua
1) Peserta didik harus Mencintai
orang tua melebihi cinta kepada
kerabat lainnya.
2) Peserta didik harus Merendahkan
diri kepada keduanya diiringi
persaan kasih sayang.
3) Peserta didik harus Berkomunikasi
dengan orang tua dengan khidmat,
mempergunakan kata-kata lemah
lembut.
4) Peserta didik harus Berbuat baik
kepada ibu-bapak dengan sebaik-
baiknya.
5) Peserta didik harus Mendoakan
keselamatan dan keampunan bagi
mereka yang telah meninggal
dunia.
c. Akhlak terhadap
diri sendiri
1) Peserta didik harus Memelihara
kesucian diri.
2) Peserta didik harus Menutup
25
aurat.
3) Peserta didik harus Jujur dalam
perkataan dan perbuatan.
4) Peserta didik harus Ikhlas.
5) Peserta didik harus Sabar.
6) Peserta didik harus Rendah hati.
7) Peserta didik Malu melakukan
perbuatan jahat.
8) Peserta didik harus Menjauhi
dengki.
9) Peserta didik harus Menjauhi
sifat dendam.
10) Peserta didik mampu Berlaku
adil terhadap diri sendiri dan
orang lain.
11) Peserta didik harus Menjauhi
segala pebuatan dan perkataan
yang sia-sia.
d. Akhlak Terhadap
Guru
1) Peserta didik harus mensucikan
dirinya dari segala perbuatan
maksiat baik secara zahir
maupun dalam batinnya.
2) Peserta didik harus mempunyai
akhlak yang baik dan terhindar
dari tingkah laku yang tercela.
3) Peserta didik harus berusaha
menghormati guru baik di dalam
kompleks sekolah ataupun di luar
sekolah.
4) peserta didik harus mampu
26
mendengarkan dan
memperhatikan perkataan guru.
5) Seorang murid harus taat kepada
guru seperti taatnya kepada
orangtua.
6) Seorang murid harus mampu
disiplin dalam menuntut ilmu.
e. Akhlak terhadap
teman
1) Peserta didik harus tidak
membeda-bedakan teman.
2) Peserta didik mampu membantu
teman yang kesusahan.
3) Peserta didik mampu toleransi
dan saling tegur sapa.
27
D. Kerangka Konseptual
Bedasarkan pemaparan teori dan indikator diatas dapat digambarkan
kerangka konseptual sebagai berikut:
Berpengaruh /
Tidak Berpengaruh
Pengaruh Kompetensi
Kepribadian Guru PAI
Terhadap Akhlak Peseta
Didik
Akhlak Peserta Didik
1. Akhlak terhadap Allah
2. Akhlak terhadap orang tua
3. Akhlak terhadap diri sendiri
4. Akhlak terhapa guru
5. Akhlak terhadap teman
Kompetensi Kepribadian
1. Kepribadian yang mantap
dan stabil
2. Kepribadian yang dewasa
3. Kepribadian yang arif
4. Kepribadian yang berwibawa
5. Berakhlak mulia dan dapat
menjadi teladan
28
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian. Kata dugaan, dan prediksi menunjukkan bahwa suatu hipotesis
harus dibuktikan kebenarannya, apakah dapat diterima menjadi suatu
pernyataan yang permanen atau tidak (Zainal Arifin, 2014: 197).
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian
guru terhadap akhlak peserta didik di SMA Negeri 1 Tembilahan
Hulu.