bab ii landasan teoritis a. konsep teoritisrepository.uir.ac.id/526/2/bab2.pdfmelakukan sesuatu,...

22
7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Kompetensi Kepribadian Guru a. Kompetensi Kepribadian Kompetensi dalam bahasa indonesia merupakan serapan dari bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut Jejen Musfah (2012: 27) kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal ini guru juga harus memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai harapan yang kita cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Agar guru memiliki kemampuan, ia perlu membina diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara professional dalam proses belajar mengajar. Sementara kompetensi menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat (10) dijelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

Upload: ngothuan

Post on 28-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis

1. Kompetensi Kepribadian Guru

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi dalam bahasa indonesia merupakan serapan dari

bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.

Menurut Jejen Musfah (2012: 27) kompetensi adalah kumpulan

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru

untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan, dalam hal

ini guru juga harus memiliki kemampuan tersendiri, guna mencapai

harapan yang kita cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada

umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Agar guru

memiliki kemampuan, ia perlu membina diri secara baik karena

fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan

kemampuan siswa secara professional dalam proses belajar

mengajar.

Sementara kompetensi menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen pasal 1 ayat (10) dijelaskan bahwa kompetensi

merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

8

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

melaksanakan tugas profesinya.

Menurut Lefrancios, kompetensi merupakan kapasitas untuk

melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama

proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan

menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan

sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu

pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu

tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Perubahan

kompetensi tidak akan nampak apabila selanjutnya tidak ada

kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan

demikian bias diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama

yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu

(Ramayulis, 2012: 53).

Bedasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang

menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan

bagian-bagian yang dapat menempatkan dirinya sesuai dengan

kemampuan yang ada dan diujudkan dalam bentuk tindakan atau

kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b

9

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia.

Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian ialah sifat-sifat

unggul seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau tabah dalam

menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit apabila

mengalami kegagalan, memiliki etos kerja yang tinggi, berfikir

positif terhadap orang lain, bersikap seimbang antara mengambil

dengan memberi dalam hubungan social, dan memiliki komitmen

atau tanggung jawab. Sifat-sifat unggul seperti ini merupakan modal

utama bagi setiap insan untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya,

baik kesuksesan yang bersifat bathiniah maupun lahiriah

(Ramayulis, 2012: 53).

Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia ( Mulyasa, 2013 : 42).

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan

dengan perilaku peribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki

niali-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.

Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang

berhubungan dengan kemampuan peribadi dengan segala

10

karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas guru (Buchari

Alma, 2010: 136).

Sebagai seorang pendidik harus memiliki kecakapan dalam

menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan mempunyai kepribadian

yang baik. Guru yang mempunyai kepribadian yang baik tentu akan

dapat menanamkan kepribadian yang baik pula pada peserta didik

dan dapat membimbingnya kearah pertumbuhan nilai dan moral.

Dengan demikian bila seorang guru melakukan sikap dan

perbuatan yang baik, sering dikatakan bahwa guru memiliki

kepribadian yang baik, atau berakhlak mulia. Sebaliknya guru

tersebut melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut

pandangan masyarakat maupun siswanya maka dikatakan bahwa

guru tersebut tidak memiliki kepribadian yang baik. Dengan kata

lain, baik tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh

kepribadiannya.

b. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara rinci subkompetensi menurut Mulyasa (2014: 30) dapat di

artikan sebagai berikut:

11

1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator

esensial:

a) Bertindak sesuai dengan norma hukum.

b) Bertindak sesuai dengan sosial.

c) Bangga sebagai guru.

d) Memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan

norma.

2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:

a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai

pendidik.

b) Memiliki etos kerja sebagai guru.

3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:

a) Menampilkan tindakan yang disarankan pada

kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat.

b) Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan

bertindak.

4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:

a) Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap

peserta didik.

b) Memiliki perilaku yang disegani.

5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki

indikator esensial:

12

a) Bertindak sesuai dengan norma relegious (iman, takwa,

jujur, ikhlas, suka menolong).

b) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru

Zakiah Daradjad, menyebutkan kompetensi kepribadian

pendidik dengan guru, diantara akhlak guru tersebut adalah:

1) Guru hendaknya mencintai jabatannya sebagai guru. Tidak

semua orang menjadi guru karena panggilan jiwa. Diantara

mereka ada yang menjadi guru karena terpaksa, misalnya

karena keadaan ekonomi, dorongan teman atau orang tua,

dan sebagainya.

Seorang pendidik dalam keadaan bagaimanapun harus

berusaha mencintai pekerjaannya. Pada umunya yang paling

baik adalah apabila seorang menjadi pendidik karena

didorong oleh panggilan hati dan jiwanya.

2) Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya.

Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang

tidak adil

Para pendidik, lebih-lebih yang masih muda, sering kali

bersikap pilih kasih, pendidik yang laki-laki lebih

memperhatikan anak perempuan yang cantik atau anak yang

pandai dari pada yang lain. Hal itu jelas tidak baik dan tidak

13

adil sebab itu pendidik harus memperlakukan sekalian

peserta didik dengan cara yang sama.

3) Guru hendaknya berlaku sabar dan tenang

Para pendidik sering kali merasakan kekecewaaan

karena murid-murid kurang mengerti apa yang diajarkan

nya. Murid-murid tidak mengerti kadang-kadang pendiam

atau sebaliknya membuat keributan. Hal itu sudah terang

mengecewakan guru atau malah mungkin menyebabkannya

putus asa. Dalam keadaan itu guru harus tetap tabah, dan

sabar sambil berusaha mengidentifikasi permasalahan

dengan tenang, sebab mungkin juga kesalahan terdapat

dalam dirinya yang kurang simpatik atau cara mengajarnya

yang kurang terampil atau bahan pelajaran yang belum

terkuasai.

4) Guru harus berwibawa

Ada pendidik yang apabila peserta didik ribut dan

berbuat sekehendaknya, lalu pendidik merasa jengkel,

berteriak sambil memkul-mukul meja. Ketertiban hanya

dapat diciptakan dengan kekerasan, tetapi ketertiban karena

kekerasan bersifat semu. Pendidik yang semacam ini tidak

berwibawa.

14

5) Guru harus gembira

Seorang pendidik yang gembira sudah pasti memiliki

sifat humor, suka ketawa dan suka memberi kesempatan

tertawa kepada anak-anak. Dengan senyumnya ia memikat

hati anak-anak. Sebab apabila pelajaran diselingi dengan

humor, gelak dan tertawa, niscaya jam perlajaran terasa

pendek saja. Pendidik yang gembira biasanya tidak lekas

kecewa. Ia mengerti, bahwa anak-anak tidak bodoh, tetapi

belum tahu. Dengan gembira ia mencoba menerangkan

pelajaran sampai anak itu memahaminya.

6) Guru harus bersifat manusiawi

Pendidikan merupakan manusia yang tidak lepas dari

kekurangan dan kekhilafan. Pendidik bukanlah manusia

yang sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat

kekurangan-kekurangannya sendiri dan berusaha segera

mungkin untuk memperbakinya.

7) Guru harus bekerja sama dengan guru lain

Kerja sama yang baik antara pendidik lebih beharga

dari pada gedung molek dan alat-alat yang cukup. Sebab

apabila para pendidik saling bertentangan, anak-anak akan

bingung dan tidak tahu apa yang dibolehkan dan apa yang

dilarang. Oleh karena itu kerja sama antara para pendidik

itu sangat penting.

15

8) Bekerja sama dengan masyarakat

Pendidik seharusnya memiliki pandangan jauh

kedepan. Ia harus bergaul dengan segala golongan manusia

dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supaya

sekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat beridiri

ditengah-tengah masyarakat, apabila para pendidik rajin

bergaul, suka mengunjungi orang tua murid, memasuki

perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian

penting dalam lingkungannya, maka masyarakat akan rela

memberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa

gedung, alat-alat, hadiah jika diperlukan (Ramayulis, 2013:

55).

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaaq, berakar dari kata

khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq

(pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khaliq (penciptaan). Dari

persamaan kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup

pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq

(pencipta) dengan perilaku makhluk (manusia), sehingga akhlak

tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara

16

manusia dengaan Allah SWT, namun juga dengan alam semesta

sekalipun (Assegaf Rachman, 2011: 42).

Dalam kamus bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai

budi pekerti atau kelakuan. Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia

berasal dari bahasa arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-

khuq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabi’at (Mohammad Daud, 2010: 346).

Menurut Imam Al-Ghazali dalam Deden Makbuloh (2012: 142)

akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang

dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah

dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih

lama.

Menurut Al-zahir dalam Fathurahman (2012: 96) akhlak adalah

keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan

perbuatannya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan.

Sedangkan menurut Novan Ardy (2013: 99) akhlak merupakan

kerangka ajaran islam yang menyangkut norma-norma bagaimana

manusia berprilaku baik terhadap Allah, sesama makhluk, dan

makhluk lainnya.

Bedasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak

adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong

perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi prilaku

kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji

17

menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik. Sebaliknya jika

melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk.

b. Macam-macam Akhlak

Akhlak mulia ini perlu di implementasikan dalam hidup sehari-

hari. Bentuk implementasinya bisa dalam ucapan-ucapan yang mulia

(qaulan kariman) atau dalam bentuk perbuatan-perbuatan terpuji

(amal shaleh). Antara lain sebagai berikut:

1) Akhlak Terhadap Allah Swt

Dalam setiap pelaksaan hukum tersebut terkandung nilai-

nilai akhlak terhadap allah Swt. Berikut ini beberapa contoh

akhlak terhadap allah Swt:

a) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa

pun juga dengan mempergunakan firmannya dalam al-

Qur’an sebagai pedoman hidup.

b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi

larangannya.

c) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan

Allah.

d) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah.

e) Menerima dengan ikhlas.

f) Memohon ampunan hanya kepada Allah.

g) Bertaubat hanya kepada Allah.

18

h) Tawakkal kepada Allah.

2) Akhlak Terhadap Orang Tua

Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara

lain:

a) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat

lainnya.

b) Merendahkan diri kepada keduanya diiringi persaan

kasih sayang.

c) Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat,

mempergunakan kata-kata lemah lembut.

d) Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya.

e) Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka

yang telah meninggal dunia.

3) Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara

lain:

a) Memelihara kesucian diri.

b) Menutup aurat.

c) Jujur dalam perkataan dan perbuatan.

d) Ikhlas.

e) Sabar.

f) Rendah hati.

g) Malu melakukan perbuatan jahat.

19

h) Menjauhi dengki.

i) Menjauhi dendam.

j) Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

k) Menjauhi segala pebuatan dan perkataan yang sia-sia.

(Mohammad Daud Ali, 2010: 356).

4) Akhlak terhadap guru

Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara lain:

a) Seorang murid harus mensucikan dirinya dari segala

perbuatan maksiat baik secara zahir maupun dalam

batinnya.

b) Seorang murid harus mempunyai akhlak yang baik dan

terhindar dari tingkah laku yang tercela.

c) Seorang murid harus berusaha menghormati guru baik di

dalam kompleks sekolah ataupun di luar sekolah.

d) Mendengarkan dan memperhatikan perkataan guru.

e) Seorang murid harus taat kepada guru seperti taatnya

kepada orangtua.

f) Kewajiban seorang murid adalah disiplin dalam menuntut

ilmu (Muhammad Abdurrahman, 2016: 193)

5) Akhlak terhadap teman

Berikut beberapa contoh akhlak terhadap orang tua antara lain:

a) Tidak membeda-bedakan teman.

b) Membantu teman yang kesusahan.

20

c) Toleransi dan saling tegur sapa.

B. Penelitian Relevan

Untuk menghindari kesalahan judul ini dan untuk pemahaman tentang

kompetensi kepribadian guru dan ranah afektif siswa, ada banyak penulis

sajikan penelitian relevan yang berhubungan dengan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Rismamindarini (122410142) mahasiswa Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2016 dengan judul:

hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Perilaku Sosial Siswa.

Persamaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan adalah pada

kompetensi kepribadian guru. Jika penelitian ini berjudul

Kompetensi Kepribadian Guru dengan perilaku sosial, maka variable

kompetensi kepribadian guru yang akan penulis teliti terletak pada

variablel X karena Variable X nya ialah pengaruh kompetensi

kepribadian guru terhadap akhlak peserta didik siswa di SMA N 1

Tembilahan Hulu.

2. Novika Sari (112410047) mahasiswa Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2014 dengan judul:

peran guru sebagai pendidik dalam membentuk akhlak siswa SMP N

34 Pekanbaru. Persamaan penelitian ini dengan yang penulis lakukan

adalah pada akhlak siswa. Jika penelitian ini berjudulperan guru

sebagai pendidik dengan akhlak siswa, maka variable akhlak siswa

yang akan penulis teliti terletak pada variablel Y karena Variable Y

21

nya ialah pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap akhlak

peserta didik siswa di SMA N 1 Tembilahan Hulu.

3. Darwansyah Putra, mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas

Islam Riau Pekanbaru Riau tahun 2014 dengan judul: Pengaruh

Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah

Menengah Atas Negeri 8 Pekanbaru. Persamaan dari penelitian ini

dengan yang penulis lakukan adalah variable X yaitu tentang

kompetensi kepribadian. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah

variable Y yang membahas tentang kinerja guru sedangkan

penelitian yang penulis teliti tentang akhlak peserta didik. Dan juga

tempat, serta tahun penelitiannya juga berbeda.

C. Konsep Operasional

Konsep operasional merupakan konsep teoritis ini perlu karena dengan

menggunakan konsep operasional ini diharapkan dapat menghindari

kesalahan pemahaman.

1. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berkaitan

dengan perilaku peribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki

niali-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.

Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

22

didik, dan berakhlak mulia ( Mulyasa, 2013 : 42). Adapun

indikatornya sebagai berikut:

Tabel 01: Konsep Operasional Kompetensi Kepribadian Guru

No Variable Dimensi Indikator

1 Kompetensi

kepribadian

a. Kepribadian yang

mantap dan stabil

1) Bertindak sesuai dengan norma

hukum.

2) Bertindak sesuai dengan sosial.

3) Bangga sebagai guru.

4) Memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma

b. Kepribadian yang

dewasa

1) Menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik.

2) Memiliki etos kerja sebagai guru.

c. Kepribadian yang

arif

1) Menampilkan tindakan yang

disarankan pada kemanfaatan

peserta didik, sekolah dan

masyarakat.

2) Menunjukkan keterbukaan dalam

berfikir dan bertindak.

d. Kepribadian yang

berwibawa

1) Memiliki perilaku yang

berpengaruh positif terhadap

peserta didik.

2) Memiliki perilaku yang disegani.

e. Berakhlak mulia

dan dapat

menjadi teladan

1) Bertindak sesuai dengan norma

religious (iman, takwa, jujur,

ikhlas, suka menolong.

2) Memiliki perilaku yang diteladani

peserta didik.

23

2. Akhlak Peserta Didik

Menurut Al-zahir dalam Fathurahman (2012: 96) akhlak adalah

keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan

perbuatannya, tanpa pertimbangan lama atau keinginan.

Sedangkan menurut Novan (2013: 99) akhlak merupakan

kerangka ajaran islam yang menyangkut norma-norma bagaimana

manusia berprilaku baik terhadap allah, sesama makhluk, dan

makhluk lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak

adalah sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong

perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi prilaku

kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji

menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik. Sebaliknya jika

melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut akhlak buruk. Adapun

indikatornya sebagai berikut:

Tabel 02: Konsep Operasional Akhlak Pesrta Didik

No Variable Dimensi Indikator

1 Akhlak peserta

didik

a. Akhlak terhadap

Allah

1) Peserta didik harus mencintai

Allah melebihi cinta kepada

apapun.

2) Peserta didik harus melaksanakan

segala perintah dan menjauhi

larangannya.

3) Peserta didik mampu

mengharapkan dan berusaha

memperoleh keridaan Allah.

24

4) Peserta didik harus mensyukuri

nikmat dan karunia Allah.

5) Peserta didik harus Menerima

dengan ikhlas.

6) Peserta didik harus Memohon

ampunan hanya kepada Allah.

7) Peserta didik harus Bertaubat

hanya kepada Allah.

8) Peserta didik harus Tawakkal

kepada Allah

b. Akhlak terhadap

orang tua

1) Peserta didik harus Mencintai

orang tua melebihi cinta kepada

kerabat lainnya.

2) Peserta didik harus Merendahkan

diri kepada keduanya diiringi

persaan kasih sayang.

3) Peserta didik harus Berkomunikasi

dengan orang tua dengan khidmat,

mempergunakan kata-kata lemah

lembut.

4) Peserta didik harus Berbuat baik

kepada ibu-bapak dengan sebaik-

baiknya.

5) Peserta didik harus Mendoakan

keselamatan dan keampunan bagi

mereka yang telah meninggal

dunia.

c. Akhlak terhadap

diri sendiri

1) Peserta didik harus Memelihara

kesucian diri.

2) Peserta didik harus Menutup

25

aurat.

3) Peserta didik harus Jujur dalam

perkataan dan perbuatan.

4) Peserta didik harus Ikhlas.

5) Peserta didik harus Sabar.

6) Peserta didik harus Rendah hati.

7) Peserta didik Malu melakukan

perbuatan jahat.

8) Peserta didik harus Menjauhi

dengki.

9) Peserta didik harus Menjauhi

sifat dendam.

10) Peserta didik mampu Berlaku

adil terhadap diri sendiri dan

orang lain.

11) Peserta didik harus Menjauhi

segala pebuatan dan perkataan

yang sia-sia.

d. Akhlak Terhadap

Guru

1) Peserta didik harus mensucikan

dirinya dari segala perbuatan

maksiat baik secara zahir

maupun dalam batinnya.

2) Peserta didik harus mempunyai

akhlak yang baik dan terhindar

dari tingkah laku yang tercela.

3) Peserta didik harus berusaha

menghormati guru baik di dalam

kompleks sekolah ataupun di luar

sekolah.

4) peserta didik harus mampu

26

mendengarkan dan

memperhatikan perkataan guru.

5) Seorang murid harus taat kepada

guru seperti taatnya kepada

orangtua.

6) Seorang murid harus mampu

disiplin dalam menuntut ilmu.

e. Akhlak terhadap

teman

1) Peserta didik harus tidak

membeda-bedakan teman.

2) Peserta didik mampu membantu

teman yang kesusahan.

3) Peserta didik mampu toleransi

dan saling tegur sapa.

27

D. Kerangka Konseptual

Bedasarkan pemaparan teori dan indikator diatas dapat digambarkan

kerangka konseptual sebagai berikut:

Berpengaruh /

Tidak Berpengaruh

Pengaruh Kompetensi

Kepribadian Guru PAI

Terhadap Akhlak Peseta

Didik

Akhlak Peserta Didik

1. Akhlak terhadap Allah

2. Akhlak terhadap orang tua

3. Akhlak terhadap diri sendiri

4. Akhlak terhapa guru

5. Akhlak terhadap teman

Kompetensi Kepribadian

1. Kepribadian yang mantap

dan stabil

2. Kepribadian yang dewasa

3. Kepribadian yang arif

4. Kepribadian yang berwibawa

5. Berakhlak mulia dan dapat

menjadi teladan

28

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu

penelitian. Kata dugaan, dan prediksi menunjukkan bahwa suatu hipotesis

harus dibuktikan kebenarannya, apakah dapat diterima menjadi suatu

pernyataan yang permanen atau tidak (Zainal Arifin, 2014: 197).

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian

guru terhadap akhlak peserta didik di SMA Negeri 1 Tembilahan

Hulu.