bab ii landasan teoritik 2.1. perencanaan karir...

18
8 BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1. Teori Perencanaan Karier E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan karir dan proses lahirnya konseling karir yang berpegang pada teori Trait-Factor. Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G Williamson, D.G Patterson, JG Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok Minnesota (Munandir, 1996). Frank Parsons (Sharf 1992) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki : pertama, Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya. Kedua, Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Ketiga, Pemikiran nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta-fakta diatas.. Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut: a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan

Upload: duonghanh

Post on 17-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

8

BAB II

LANDASAN TEORITIK

2.1. Perencanaan Karir

2.1.1. Teori Perencanaan Karier

E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah

perkembangan bimbingan karir dan proses lahirnya konseling karir yang

berpegang pada teori Trait-Factor. Teori Trait and Factor dikembangkan

berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson,

E.G Williamson, D.G Patterson, JG Darley, dan Miller yang tergabung dalam

kelompok Minnesota (Munandir, 1996). Frank Parsons (Sharf 1992) mengajukan

bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki : pertama,

Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber

dan akibatnya. Kedua, Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses dan

kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan

yang berbeda-beda. Ketiga, Pemikiran nyata mengenai hubungan-hubungan antara

dua kelompok atau fakta-fakta-fakta diatas..

Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula

sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan

yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut:

a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti

taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta

ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk

individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri

kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

9

dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing

memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas sesorang yang

lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri

sendiri.

b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan

hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang

dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud

minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-

lainan dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai

bidang pekerjaan. Dengan demikian dibuthkan informasi pekerjaan

(vocational information), yang tidak hanya mendeskripsikan tugas-tugas

yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam

kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam

suatu bidang pekerjaan.

c. Setiap individu mampu, berkeinginan dan berkecenderungan untuk

mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan

berpikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan keseluruhan

kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur

kehidupannya sendiri secara memuaskan

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa memilih karir, seorang

individu idealnya harus memiliki Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri,

sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya, Pengetahuan akan syarat-

syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan

masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda.

Perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan semua tujuan

yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short range goals). Secara

ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediar yang semakin

mendekatkan orang pada tujuan jangka waktu panjang. Kegunaan dari

perencanaan yang matang adalah meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan

yang berat dalam memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia. Hasil dari

perencanaan adalah keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

10

dari antara sejumlah alternatif yang dapat dipilih. Perencanaan bukan sekedar

langkah mengawang-awang atau tingkah laku mencoba-coba saja (Winkel dan Sri

Hastuti, 2006).

Bimbingan karir merupakan bimbingan yang juga perlu diterapkan dalam

bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan ini diperlukan untuk masa

depan siswa atau individu untuk memeprolah pekerjaan yang benar-benar sesuai

dengan bakat dan minatnya. Bimbingan karir adalah kegiatan dan layanan

pemberian bantuan kepada para siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh

pemahaman dunia kerja dan akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan

menyusun perencanaan karir (Munandir 1996). Sukardi (1994) suatu proses yang

berkesinambungan yang membantu siswa melalui perantara kurikuler yang dapat

membantu perencanaan karir. Menurut Marsudi (2003) Bimbingan karir

adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses,

teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan

berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam

pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-

ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat

menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.

Dari pengertian-pengertian bimbingan karir diatas maka pada dasarnya

bimbingan karir merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada siswa yang

berkesinambungan, memberikan informasi tentang dunia kerja, memberi

pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir,

pemilihan karir dan perencanaan karir serta tentang lingkungan kerja.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

11

Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya

bimbingan karir di sekolah yaitu:

a. Agar siswa dapat memahami nilai dirinnya sendiri, terutama yang

berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan

minat, bakat, sikap dan cita-citannya. b. Agar siswa menyadari dan memahami nila-nilai yang ada dalam dirinya

dan yang ada dalam masyarakat.

c. Agar siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang berhubungan

dengan potensi yang ada didalam dirinya, mengetahui jenis pendidikan

dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu. Memahami

hubungan usah dirinya yang sekarang dengan masa depannya.

d. Agar siswa menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang

disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan

untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

e. Agar siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir

dan kehidupannya yang serasi.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan karir sangatlah

penting dikalangan anak-anak karena untuk menunjang kehidupan mendatangya

nanti maka perlu sekali perencanaan karir dari dini yang disesuaikan bakat minat

siswa agar siswa tidak menemukan hambatan-hambatan yang akan dilakukan

kedepanya nanti.

Dari uraian di atas, perencanaan karir menurut beberapa ahli seperti Dillard

(1985) mengemukakan bahwa perencanaan karir merupakan proses pencapaiaan

tujuan karir individu, yang ditandai oleh adanya: tujuan yang jelas setelah

menyelesaikan pendidikan,cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan yang dicita-

citakan nanti. Menurut Hale dalam Manrihu (1992) perencanaan karir di pandang

“sebagai proses menghubungkan hasil dari evaluasi diri dengan informasi yang

tersedia sekarang tentang dunia kerja”. Menurut Gunawan (1992) perencanaan

karir dilakukan “untuk membantu perkembangan siswa melalui bantuan kepada

setiap siswa untuk memilih dan merencanakan menggunakan setiap kesempatan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

12

dan sumber kemungkinan yang tersedia di sekolah atau dalam pasaran kerja dalam

masyarakat” Perencanaan karir merupakan bagian dari orientasi karir total

individu. Hal ini senada dengan pendapat supriatna (2009) mengatakan bahwa

perencanaan karir adalah aktivitas peserta didik yang mengarah pada keputusan

karir masa depan.

Secara essensial perencanaan karir merupakan salah satu proses layanan

yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-

nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan

masa depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal

masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa

depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan

informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa

dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap

tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan

mereka memasuki dunia kerja

2.1.2. Tujuan Adanya Perencanaan Karir

Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range goals) dan semua tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka pendek (short-range goals). Secara ideal, tujuan

yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa

kepada tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai termasuk

tujuan dalam jangka panjang misalnya nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

13

direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah yang dipersiapkan untuk memegang

suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek.

Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan adalah untuk

meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih

alternatif-alternatif yang ada. Seadainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka

pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang

(karirnya dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek

yang telah dicapai ternyata tidak selaras dengan tujuan jangka panjang.

Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak

pendidikan yang diterima dari dalam keluarga.

Hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara sadar,

biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat

atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi. Namun kebanyakan pilihan itu

menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari tujuan

jangka panjang. Setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk

diterima dalam suatu program akademik, suatu program pendidikan latihan pra-

jabatan atau suatu program ekstrakurikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak

dalam program yang dipilih, bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan

dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin

dimudahkan bila instansi tersebut yakin bahwa pilihan siswa telah dipikir secara

matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang

mengawang-awang atau hanya mencoba-coba saja.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

14

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan dalam Perencanaan Karir Siswa

Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana

terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang

lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran tentang

informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan membuat

pilihan-pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu konselor

sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan

memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam

bentuk kelompok maupun individual. Berikut ini adalah faktor-faktor menurut

williamsom yang diperlukan untuk membuat perencanaan karir siswa (WS Winkel

& Sri Hastuti 2006).

a. Informasi tentang diri sendiri yang meliputi data tentang (1) kemampuan

intelektual (2) bakat khusus di bidang studi akademik (3) minat-minat

baik yang bersifat luas maupun lebih khusus (4) hasil belajar dalam

berbagai bidang studi inti (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai

relevansi terhadap suatu program studi akademik, suatu program

latihan pra jabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara

dan bertindak, kooperatif, sopan dapat diandalkan, bijaksana, rajin,

berpotensi, dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan

dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak

baik.

b. Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup

informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

15

sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang paling

bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut

berpengaruh besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan

keluarga dekat ini meliputi tentang (1) Posisi anak dalam keluarga; (2)

pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan

perempuan; (3) harapan keluarga untuk masa depan anak; (4) taraf sosial

ekonomi kehidupan keluarga,; (5) gaya hidup dan suasana keluarga

c. Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang

semakin kompleks, khususnya siswa akan dihadapkan pada berbagai

macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk

melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini

menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang

tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak

akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan

mengalami masalah. Agar siswa dapat menyiapkan masa depannya

dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang

akan dipilihnya.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Kunci bagi

perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan

informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Oleh karena

itu konselor sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

16

relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan

karir dalam bentuk kelompok maupun individual.

2.1.4. Tantangan-Tantangan konselor sekolah dalam membantu membuat

perencanaan karir siswa

Konselor sekolah dalam membantu siswa membuat perencanaan karir

siswa tidaklah mudah, karena konselor sekolah harus mempertimbangkan

beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Berikut ini beberapa tantangan

konselor sekolah dalam membantu perencanaan karir siswa (Winkel & Sri

Hastuti, 2006) :.

a) Harus dihindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan

konseli akan berhasil atau gagal dalam megambil suatu jalur. Setelah

siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri

sendiri dan tentang lingkungan kehidupannya, dia tetap bebas memilih.

b) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran

tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti

oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja

c) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok

bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka dapat dianggap

bijaksana jika seorang siwa membuat beberapa alternatif dalam urutan

prioritas; pilihan pertama, kedua dan seterusnya.

d) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan

saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang

diinginkan,juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan,

dan dapat membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa taraf

perkembangan siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia

tentang lingkungan kehidupanya bahwa konselor harus bertanggung jawab

memfasilitasi anak-anak untuk merencanakan karir nanti.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

17

2.2. Bimbingan Kelompok

2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada

sekelompok individu yang berjumlahkan 10-15 orang yang dipimpin oleh

konselor atau pemimpin kelompok dimana membahas masalah yang bersifat

umum dan aktual yang menjadi kepeduliaan para anggota kelompok untuk

mengembangkan dinamika kelompok, pengembangan kepribadian, sosial, belajar

dan karier. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam

kelompok (Prayitno, 1996).

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk membahas

permasalahan siswa yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan

menggali dan mengembangkan potensi diri individu. Dalam kelompok ini semua

anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat. Semua yang dibicarakan

bermanfaat bagi semua anggota kelompok. Bimbingan kelompok sangat tepat

bagi remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan,

permasalahan, perasaan.

Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan

yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh

bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang

berguna unuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar,

anggota kelompok, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk

mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Menurut Romlah (2002)

bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

18

individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk

mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bimbingan

kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan

bantuan kepada peserta didik atau siswa yang dilakukan oleh seorang

pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk

mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.

2.2.2. Tahap- Tahap Bimbingan Kelompok

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut (Prayitno,1996) ada

empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini

pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai

baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.

Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-

masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan

mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan

aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika

ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti

bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

19

kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan

yang terjadi pada mereka.

b. Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para

anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan

penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh

dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki

tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam

keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya

yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiaatan

yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau

mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap

selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan

kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa

aspek tahap pertama.

c. Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek

tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.

ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu

sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

20

tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh

empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau

topik bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan

tuntas.

4. Kegiatan selingan.

5. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya

masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh

anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang

dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh

anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang

menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

d. Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama

bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil

yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya

dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus

melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.

Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok

itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali

untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap

ini, yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera

diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-

hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan

kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang

apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari

(dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

bimbingan kelompok memerlukan tahapan-tahapan untuk melaksanakan kegiatan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

21

perencanaan karir siswa, siswa akan lebih aktif dan mandiri mengungkapkan

pendapatnya serta sebuah ungkapan yang akan dilaksanakan kedepanya nanti.

2.2.3. Teknik-Teknik Bimbingan kelompok

Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai

banyak manfaat selain dapat untuk memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok

terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana terbangun

dan membuat siswa tidak bosan dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang

dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001) “Bahwa teknik merupakan bukan tujuan

tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-

masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin

kelompok.” Sehingga dapat dikatakan jika selain sebagai alat untuk mencapai

tujuan, teknik pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau

pemimpin kelompok. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam bimbingan

kelompok antara lain diskusi, ceramah, psikodrama, sosiodrama, games, kerja

kelompok, karya wisata (field trip), pemberian informasi, pemecahan masalah

(problem solving), permainan peran (role playing). Dari bermacam-macam teknik

yang ada, untuk bimbingan kelompok dalam upaya perencanaan karier pada siswa

kelas XII-BB SMK N 1 Bancak. tidak semua digunakan, oleh sebab itu akan

dipilih teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat membantu

perencanaan karier pada siswa kelas XII-BB SMK N 1 Bancak. Teknik tersebut

antara lain :

a. Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah yaitu

pemberian penejelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

22

pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal

yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian.

b. Diskusi kelompok

Teknik diskusi ini sebenarnya sering dipraktekan di kelas. Pemimpin

diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan-

tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan. Diskusi diawali dengan

penguraian materi yang terkait oleh seseorang atau beberapa orang.

Setelah itu dibuka sesi tanggapan atau pertanyaan yang berfungsi untuk

memperdalam pemahaman kelompok mengenai materi itu.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah merupakan proses kreatif dimana individu

menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat

pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras

dengan tujuan dan niali hidupnya. Teknik ini mengajarkan pada individu

bagaimana pemecahan masalah secara sistematis.

d. Games

Penyelenggaraan games ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang

untuk having fun saja, juga untuk penyampaian materi tertentu. Namun,

sejatinya, dalam permainan ini tentu ada pesan yang bisa diambil. Bermain

game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan belajar dan memenuhi

peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, kontrol emosional dan adopsi

peran-peran pemimpin dan pengikut dari sosialisasi.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Penggunaan teknik dalam

kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak manfaat selain dapat untuk

memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai

tetapi juga dapat membuat suasana terbangun dan membuat siswa tidak bosan

dalam mengikuti kegiatan.

2.2.4. Keefektivan Bimbingan Kelompok Dalam Perencanaan Karier

Menurut Sukardi (2002) Bimbingan kelompok memiliki kelebihan-

kelebihan antara lain yaitu: Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat

dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya, memiliki pemahaman

yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan,

menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka

yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok,

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

23

menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap

yang buruk dan dukungan terhadap yang baik, melaksanakan kegiatan-kegiatan

nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka

programkan semula.

Berdasarkan teori perkembangan karir Williamson (dalam Munandir,

1996) maka siswa SMKN 1 Bancak Pada fase ini anak mengembangkan bakat,

minat, kebutuhan dan potensi yang akhirnya dipadukan dalam struktur gambaran

diri. Gambaran diri ini meliputi beberapa hal diantaranya (1) kemampuan

intelektual ; (2) bakat khusus dibidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang

bersifat luas maupun lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi

inti; (5) sifat-sifat kepribadian; (6) Posisi anak dalam keluarga; (7) pandangan

keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (8) harapan

keluarga untuk masa depan anak; (9) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga;

(10) gaya hidup dan suasana keluarga; dan lain sebagainya sebagaimana dibahas

dalam teori. Perencanaan karir merupakan bagian dari perencanaan kehidupan

seseorang. Berdasarkan teori perkembangan karir yang telah dibahas sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak yang memasuki

tahap ini harus mampu menentukan arah yang jelas tentang karir yang akan dipilih

sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Berdasarkan fungsi atau kegunaan metode bimbingan kelompok maka

dalam perencanaan karir siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak, bimbingan

kelompok membantu siswa mengeksplorasi tentang bakat, minat dan potensinya

dan dapat merencanakan kariernya dengan sebaik mungkin.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

24

2.3. Penelitian Yang Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh oleh Afifah (2005) meneliti tentang “ Ada

Pengaruh antara bimbingan kelompok dengan perencanaan karir pada siswa kelas

III SMK N 2 Magelang (Kelompok Bisnis Manajemen) tahun pelajaran

2006/2007. termasuk kategori efektif dengan persentase 79.43%. Besarnya

pengaruh tersebut yaitu 38.3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan

bahwa, bimbingan kelompok berpengaruh cukup signifikan terhadap peserta didik

dalam merencanakan karier sebesar 38.3%.

Penelitian Listiana (2006) meneliti tentang “ Keefektifan bimbingan

kelompok dalam perencanaan karier SMA Negeri 1 Kudus”. mengemukakan

bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik yang

ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4, 264 > nilai tabel Z = 1,94.

Menurut Pertiwi (2013), meneliti tentang “mediasi perguruan tinggi

berbantuan program flash terbukti efektif untuk meningkatkan minat melanjutkan

studi pada siswa kelas VIII SMP N 20 Surakarta tahun ajaran 2013/2014”. Hasil

pengujian hipotesis menunjuk-kan bahwa minat melanjutkan studi siswa

mengalami peningkatan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi layanan

informasi dengan bahan informasi karir luaran sekolah menengah atas dengan

mediasi perguruan tinggi berbantuan program flash. Dari hasil perhitungan rata-

rata nilai pre-test dan post-test, diketahui bahwa terdapat kenaikan rata-rata

sebesar 60,66 (21,66%) antara sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah

dilakukan perlakuan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir

25

Menurut Purwanti (2013), meneliti tentang “Deskriptif meningkatkan minat

studi lanjut ke SMK pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Salem Kabupaten

Brebes”. presentase minat studi lanjut ke SMK mengalami kenaikan sebesar dari

kondisi awal dan setelah mendapatkan tindakan layanan informasi karier sebanyak

dua siklus sebesar 23.24%.

Menurut Fransisca Deni (2008), meneliti tentang perencanaan karir melalu

layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI-BB SMK 1 Ambarawa”.

tingkat reliabilitas skala perencanaan karir, menggunakan kriteria yang

dikemukakan oleh Azwar (2000) untuk menguji menggunakan teknik Alpha

Cronbach, dikatakan reliabel jika besarnya korelasi minimal α ≥ 0,70. Dari uji

reliabilitas 48 item pertanyaan dalam skala perencanaan karir diperoleh angka

koefisien Alpha = 0.946.

2.4. Hipotesis Penelitian

Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan perencanaan karir siswa

kelas XII-BB SMKN 1 Bancak.