karir saya

178
KARIR SAYA Jika ada yang bertanya: lantas mengapa PKI dituduh sebagai dalang G30S? Maka saya akan balik bertanya: siapa yang menuduh begitu? Jika PKI mendalangi G30S atas inisiatif Aidit, maka Indonesia bakal menjadi lautan darah. Bukan hanya banjir darah seperti yang sudah terjadi. Betapa ngeri membayangkan PKI dengan 3 juta anggota didukung 17 juta anggota organisasi onderbouwnya berperang melawan tentara yang hanya ratusan ribu. Bila genderang perang benar-benar ditabuh, alangkah hebat pertempuran yang terjadi. Namun seperti kita saksikan, PKI tidak melakukan perlawanan berarti pada saat dibantai. Itu karena tidak ada instruksi melawan. Aidit malah lari dan lantas ditembak mati. Bung Karno - yang juga bisa menjadi panutan PKI � tidak memerintahkan apa-apa. Lantas saya dituduh PKI. Tuduhan atau stigma terlibat PKI bukan hanya saya terima sendirian. Banyak tokoh yang tidak disukai oleh Soeharto dituduh PKI. Ini bertujuan politis, agar kekuasaan Soeharto langgeng. Bagi saya tuduhan itu lebih keji lagi. Saya tidak hanya dituduh PKI, tapi juga dilontarkan julukan yang menyakitkan hati. Saya dijuluki Durno. Target penghancuran diri saya oleh kelompok Soeharto sebenarnya hanya sasaran antara. Tujuan utamanya adalah menjatuhkan Bung Karno. Seperti sudah saya sebut, skenario Soeharto merebut kekuasaan tertinggi ada 4 tahap: 1. menyingkirkan para perwira yang menjadi saingan beratnya, seperti A Yani dan Nasution (ini terwujud di G30S) 2. melikuidasi PKI, partai besar yang saat itu akrab dengan Bung Karno (ini terlaksana setelah PKI dituduh mendalangi G30S). 3. memisahkan Bung Karno dari para pengikutnya (ini tercapai saat menangkapi 15 menteri - termasuk saya � sekitar sepekan setelah keluar surat perintah 11 Maret 1966).

Upload: shecutesib9835

Post on 16-Jun-2015

551 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

KARIR SAYAJika ada yang bertanya: lantas mengapa PKI dituduh sebagai dalang G30S? Maka saya akanbalik bertanya: siapa yang menuduh begitu? Jika PKI mendalangi G30S atas inisiatif Aidit,maka Indonesia bakal menjadi lautan darah. Bukan hanya banjir darah seperti yang sudahterjadi. Betapa ngeri membayangkan PKI dengan 3 juta anggota didukung 17 juta anggotaorganisasi onderbouwnya berperang melawan tentara yang hanya ratusan ribu. Bila genderangperang benar-benar ditabuh, alangkah hebat pertempuran yang terjadi.Namun seperti kita saksikan, PKI tidak melakukan perlawanan berarti pada saat dibantai. Itukarena tidak ada instruksi melawan. Aidit malah lari dan lantas ditembak mati. Bung Karno -yang juga bisa menjadi panutan PKI � tidak memerintahkan apa-apa.Lantas saya dituduh PKI. Tuduhan atau stigma terlibat PKI bukan hanya saya terimasendirian. Banyak tokoh yang tidak disukai oleh Soeharto dituduh PKI. Ini bertujuan politis,agar kekuasaan Soeharto langgeng. Bagi saya tuduhan itu lebih keji lagi. Saya tidak hanyadituduh PKI, tapi juga dilontarkan julukan yang menyakitkan hati. Saya dijuluki Durno.Target penghancuran diri saya oleh kelompok Soeharto sebenarnya hanya sasaran antara.Tujuan utamanya adalah menjatuhkan Bung Karno. Seperti sudah saya sebut, skenarioSoeharto merebut kekuasaan tertinggi ada 4 tahap:1. menyingkirkan para perwira yang menjadi saingan beratnya, seperti A Yani danNasution (ini terwujud di G30S)2. melikuidasi PKI, partai besar yang saat itu akrab dengan Bung Karno (ini terlaksanasetelah PKI dituduh mendalangi G30S).3. memisahkan Bung Karno dari para pengikutnya (ini tercapai saat menangkapi 15 menteri- termasuk saya � sekitar sepekan setelah keluar suratperintah 11 Maret 1966).4. Setelah 3 tahap itu tercapai, Bung Karno dengan mudah dijatuhkan dengan cara seolaholahkonstitusionil melalui ketetapan MPRS.Nah, saya termasuk sasaran antara tahap ke-3. Saya bersama 14 menteri ditangkap tanpaalasan jelas. Mula-mula saya ditangkap dengan cara sopan oleh tentara: Maaf, pak, kamidiperintahkan agar mengamankan Bapak dari kemungkinan amukan rakyat, kata tentara yangmenangkap saya. Lantas, kami 15 menteri dikumpulkan di suatu ruangan sekitar Senayan.Beberapa hari kemudian baru kami menyadari bahwa kami bukan diamankan tapi ditangkap.Para tentara itu mulai bertindak kasar. Akhirnya kami dipenjarakan. Untuk menghancurkannama baik kami, Soeharto menuduh kami teribat PKI. Bahkan menambahi saya denganjulukan Durno. Kami dihinakan dan tersiksa lahir dan batin di penjara demi tujuan Soehartomeraih kekuasaan.Saya memang pernah aktif dalam organisasi politik tapi di PSI (Partai Sosialis Indonesia).Kalau di PKI, saya sama sekali bukan anggota atau simpatisan, walaupun pada saat sayamasih di puncak kekuasaan dengan merangkap tiga jabatan sangat penting, orang-orang PKIbanyak mendekati saya. PKI juga mendekati Bung Karno. Malah, anggota dan pimpinan PKIada yang menjadi anggota kabinet, bahkan anggota ABRI.BAB IIIB: BIO-DATA & KUASA BERPINDAHAgar lebih jelas, saya paparkan sekilas biografi saya. Saya lahir di Kepanjen (selatan Malang),Jatim, 15 September 1914. Ayah saya, Kusadi, adalah Wedono Kepanjen. Ibu saya, Sapirah,adalah ibu rumah tangga biasa. Saya adalah anak kedua dari enam bersaudara.Saya dibesarkan dalam keluarga Islam yang taat. Untuk ukuran posisi ayah di desa kecil

Kepanjen saat itu, keluarga kami cukup terhormat. Masa kanak-kanak saya habiskan diKepanjen. Saya sekolah di SR (Sekolah Rakyat setingkat SD) di sana.Lulus SR, saya masuk MULO (setingkat SMP) di Malang. Sebab, saat itu di Kepanjen belumada sekolah MULO. Lulus MULO saya lanjutkan ke AMS tahun 1928. Saya masuk sekolahterlalu dini, sehingga pada usia 14 tahun saya sudah tamat AMS.Tamat AMS, saya memilih melanjutkan ke sekolah kedokteran di Jakarta. Tempatnya di JalanSalemba yang kemudian berubah menjadi Universitas Indonesia. Saat itu saya memang inginmenjadi dokter � sebuah keinginan yang bisa dibilang muluk untuk ukuran rakyat Indonesiasaat itu. Anak-anak rakyat biasa saat itu paling tinggi hanya sekolah SR. Saya bisa ke sekolahlanjutan, sebab ayah saya merupakan petinggi, walaupun hanya petinggi desa.Tetapi, dari lima saudara saya, hanya saya yang paling menonjol di sekolah, sehingga bisamelanjutkan sampai ke sekolah kedokteran. Semasa sekolah kedokteran, saya banyak kenaldengan para pemuda pejuang, termasuk Bung Karno. Saya sering ikut diskusi-diskusi mereka.Dari sana saya juga dikenal para pemuda pejuang itu. Saya sendiri menjadi tertarik bergauldengan mereka.Saya menyelesaikan sekolah dokter sesuai jadwal, yakni tujuh tahun. Tercapailah keinginansaya menjadi dokter. Lantas saya mengambil brevet dengan spesialisasi bedah perut. Sayaselesaikan ini dalam tiga tahun, juga sesuai jadwal. Maka, pada tahun 1938 saya sudahmengantongi gelar dokter ahli bedah. Ketika itu jumlah dokter umum masih sangat jarang,apalagi dokter spesialis. Kalau tidak salah, dokter ahli bedah hanya ada lima orang. Tiga dariJakarta, termasuk saya, dua dari Surabaya (Universitas Airlangga).Sebelum lulus, tahun 1936 saya menikah dengan Hurustiati, seorang mahasiswi tapi bedafakultas dengan saya. Ketika saya sudah lulus, ia masih kuliah. Usia kami hanya berbedabeberapa tahun. Saya sedikit lebih tua.Begitu lulus, saya langsung ditarik pemeritah kolonial menjadi dokter di Semarang (sekarangRS Dr. Karjadi). Hanya beberapa bulan kemudian saya dipindahkan ke Jakarta (sekarang RSDr. Cipto Mangunkusumo). Ahli bedah di sana saat itu hanya dua orang, termasuk saya.Untuk menyalurkan hobi berdiskusi saat mahasiswa, saya masuk PSI. Hanya dalam waktubeberapa bulan saja, pada 1940 saya sudah menjadi wakil ketua PSI.Akhirnya saya mundur dari rumah sakit. Saya juga tidak praktek pribadi. Sepanjang hidupsaya juga tidak pernah praktek dokter pribadi. Karir saya di kedokteran selesai sampai di situ,sebab saya jenuh dengan pekerjaan yang menurut saya monoton. Saya lebih tertarikberorganisasi. Sampai akhirnya proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Bung Karno.Sekitar tahun 1946 saya ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi wakil pemerintah Indonesiadi Inggris, berkedudukan di London. Penunjukan itu tiba-tiba saja. Tidak melalui proses,misalnya, menjadi pegawai negeri dulu. Mungkin karena saat itu jumlah manusia tidaksebanyak sekarang. Dan, penunjukan Presiden Soekarno langsung saya terima. Istri saya jugasetuju.Ini sebenarnya jabatan duta besar, tetapi kemerdekaan Indonesia belum diakui PBB. Sehinggasaya tidak dipanggil duta besar, baik di Indonesia maupun di Inggris. Bung Karno hanyamenyebut jabatan saya: Wakil Pemerintah Indonesia di Inggris.Sebelum berangkat ke London, saya was-was. Tetapi setelah di Inggris, keberadaan sayaternyata diterima oleh Pemerintah Inggris. Memang tidak ada penyambutan saat saya datang.Saya juga tidak membayangkan akan disambut. Lantas saya membuka kantor di London.Inilah embrio Kedutaan Besar RI untuk Inggris. Dan, itulah awal saya meniti karir di

pemerintahan. Jika banyak orang menempati jabatan Dubes sebagai pos buangan, saya malahmemulai karir dari pos itu.Tahun 1950 baru saya disebut Duta Besar RI untuk Inggris berkedudukan di London. Bagisaya sebenarnya tidak ada perubahan. Hanya sebutannya saja yang berubah. Namun,kemudian reaksi pemerintah Inggris terhadap keberadaan saya di sana secara bertahap berubahke arah positif. Saya sering diundang ke acara-acara kerajaan, sebagaimana diperlakukanterhadap para duta besar dari negara-negara merdeka lainnya.Dari seringnya menghadiri undangan acara kerajaan itu saya sering berdekatan dengan RatuElizabeth. Saat itu tidak terbayangkan oleh saya bahwa berdekatan dengan Ratu Elizabethkelak bisa menyelamatkan nyawa saya dari eksekusi hukuman mati yang tinggal menungguhari (soal ini sudah diungkap di muka). Saya hanya menjalankan tugas negara. Dan, dalammenjalankan tugas, antara lain, harus menghadiri acara-acara seremonial tersebut.Pada tahun 1954 Presiden Soekarno menarik saya dari London, dan memindahkan saya keMoskow. Resminya jabatan baru saya adalah Duta Besar RI untuk Uni Soviet di Moskow.Dua tahun di sana, lantas saya diperintahkan pulang ke Jakarta. Tiba di tanah air saya ditunjukoleh Presiden menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Luar negeri, menggantikan RoeslanAbdoelgani. Sedangkan Roeslan menjadi Menlu menggantikan Ali Sastroamidjojo. Yang unikadalah bahwa Ali turun jabatan menjadi Dubes RI untuk AS di Washington.Setahun kemudian saya dipanggil oleh Bung Karno. Setelah menghadap, Bung Karno berkatademikian: Bandrio, kamu saya tunjuk menjadi Perdana Menteri. Saya kaget. Itu merupakansuatu loncatan jabatan yang luar biasa � dari Sekjen Deplu menjadi Perdana Menteri.Menanggapi ini saya mengatakan, minta waktu berpikir.Sesungguhnya saya menolak tawaran itu. Saya merasa tidak enak dengan para senior saya.Memang, saya merasa Bung Karno menaruh simpati pada saya. Tolok ukurnya adalah bahwaBung Karno sering menugaskan saya membuat naskah pidatonya. Bahkan, pada suatu hariBung Karno berpidato di Markas PBB. Sebelum tampil Bung Karno meminta sayamembuatkan naskah pidato, padahal saya di Jakarta. Namun, tugas itu tetap saya laksanakan.Walaupun saya jarang bertatap muka dengan Bung Karno, terasa sekali dia bersimpati padasaya. Tapi, saya merasa belum mampu menjadi Perdana Menteri. Apalagi saya belum lamapulang ke tanah air, sehingga saya kurang memahami perkembangan situasi terakhir.Menolak tawaran Bung Karno juga tidak enak. Lantas jalan keluarnya adalah bahwa sayabicara dengan Ketua PNI Suwito. Saya minta tolong Suwito menghadap Bung Karno, untukmenyampaikan keberatan saya. Sambil menyampaikan ini ia mengusulkan nama Djuanda.Ternyata Bung Karno setuju. Jadilah Djuanda Perdana Menteri. Untuk menjalankan tugasnyadia dibantu oleh presidium yang disebut Wakil Perdana Menteri (Waperdam). Ada duaWaperdam, yakni Waperdam-I Idham Khalid dan Waperdam-II Hardi. Selanjutnya sayamenjadi Menlu menggantikan Roeslan.Setelah Djuanda meninggal dunia, tiga menteri dipanggil oleh Bung Karno � saya sendiri,Menteri Pangan Leimena, dan Menteri Pemuda Chaerul Saleh. Tujuannya adalah untukmencari pengganti Djuanda dari tiga menteri ini. Proses pemilihannya unik sekali, sehinggatidak saya lupakan.Bung Karno memberi kami masing-masing tiga batang korek api. Semula kami bingung. BungKarno menyatakan bahwa ini pemilihan yang adil dan demokratis. Masing-masing diberisebatang korek utuh, setengah batang tanpa pentolan (karena sudah dipatahkan oleh BungKarno), dan setengah batang dengan pentolan (juga sudah dipatahkan sebelumnya). Bung

Karno meletakkan sebuah kantong di meja.Cara permainannya, batang korek utuh merupakan simbol saya, setengah batang tanpapentolan menjadi simbol Leimena, dan setengah batang dengan pentolan mewakili Chaerul.Bung Karno minta, masing-masing memilih satu saja untuk dimasukkan ke dalam kantong.Saat memasukkan korek ke kantong, tangan harus menggenggam supaya tidak diketahui yanglain. Pemilihan pun dimulai.Saya memasukkan setengah batang korek tanpa pentolan. Artinya, saya memilih Leimena.Lantas disusul Leimena dan Chaerul. Meskipun bentuknya sangat sederhana, tetapi inilahpemilihan Perdana Menteri Indonesia. Suasana hening. Bung Karno memandang masingmasingmenteri yang memasukkan korek ke sebuah kantong. Sampai semuanya menggunakanhak pilihnya.Apa yang terjadi berikutnya? Bung Karno menumpahkan isi kantong itu secara blak-blakan.Yang tampak: sebatang korek utuh, setengah batang tanpa pentolan, dan setengah batangdengan pentolan. Lengkap. Bung Karno geleng-geleng kepala. Hasil suara seimbang untuktiga kandidat. Pemilihan macet. Kami saling memandang satu sama lain. Lantas kami salingterbuka. Saya pilih Leimena, sebaliknya Leimena pilih saya, Chaerul pilih dirinya sendiri.Leimena kemudian bicara. Sebaiknya Soebandrio menjadi Perdana Menteri. Alasannya,Indonesia butuh perhatian penuh di bidang luar negeri. Terutama menyangkut Irian Barat yangstatusnya belum jelas. Untuk itu perlu diplomasi internasional. Orang yang tepat adalahSoebandrio, ujarnya. Bung Karno ternyata setuju dan memanggil ajudannya Brigjen Saburuntuk menuliskan keputusan di kertas kop kenegaraan.Sebelum terlaksana, saya minta bicara. Saya katakan, tidak perlu merombak kabinet.Sebaiknya Bung Karno selain Presiden juga Perdana Menteri didampingi oleh paraWaperdam. Nah, Waperdamnya adalah kami bertiga. Bung Karno juga setuju. Lalu Leimenamain tunjuk, saya Waperdam-I, Leimena Waperdam-II, Chaerul Waperdam-III. Hebatnya,tanpa banyak bicara lagi semuanya sepakat.Tidak lama kemudian saya dibebani satu tugas lagi sebagai Kepala BPI. Maka, sayamerangkap tiga jabatan. Semakin jelas bahwa Presiden mempercayai saya. Walaupun cukupberat, namun saya laksanakan tugas-tugas yang diberikan. Saya masih sempat melaksanakanibadah haji.Sebagai imbalan, selain digaji, saya juga diberi rumah cukup di Jalan Imam Bonjol 16,Menteng, Jakarta Pusat. Untuk ukuran saat itu rumah tersebut sudah cukup mewah. Di rumahitu pula saya memiliki perpustakaan. Kelak perpustakaan saya ini dihancurkan oleh penguasaOrde baru.Tahun 1958 anak saya yang pertama lahir, dan kami beri nama Budojo. Ternyata hanya ituanak saya, sebab dia tidak punya adik lagi.Saat saya menjadi pejabat tinggi negara, ada yang unik. Saya menjadi tukang khitan beberapaanak pejabat. Ceritanya, para pejabat itu tahu bahwa saya adalah dokter ahli bedah. Saat itusudah banyak dokter ahli bedah. Tapi, entah mengapa mereka minta tolong saya untukmengkhitankan anak mereka. Ada beberapa anak pejabat yang sudah saya khitan. Saya hanyamenolong mereka dengan ikhlas.Sejak mengundurkan diri dari RS, saya tidak pernah praktek dokter pribadi. Beberapa temanmenyayangkan bahwa saya tidak buka praktek. Sebab, saat itu jumlah dokter masih sedikit.Tetapi, karena sudah menjadi niat saya untuk terjun ke dalam kancah politik, saya tinggalkanbidang pekerjaan yang sebenarnya sesuai dengan bidang pendidikan saya itu. Ya, saya harus

memilih, dan saya sudah menentukan. Jadinya, saya hanya menjadi tukang khitan anakpejabat.Sepanjang saya menjadi pejabat tinggi negara, memang ada beberapa tokoh PKI yang akrabdengan saya. Sebagai pejabat tentu saya akrab dengan pimpinan PKI, DN Aidit. Juga denganbeberapa tokoh PKI lainnya. Tetapi, saya tidak masuk ke dalam keanggotaan partai itu. Sayajuga tidak aktif di PSI, sejak menjadi pejabat negara. PKI saat itu adalah partai besar. Merekatentu memiliki ambisi politik tertentu, sehingga mereka tidak hanya mendekati saya, tetapijuga pejabat tinggi negara lainnya, termasuk Bung Karno. Bahkan, beberapa tokoh PKI masukke dalam jajaran kabinet. Banyak juga di ABRI. Sebab, PKI saat itu memang partai besar danlegal. Jadi, wajar kalau tokohnya duduk di kabinet dan ABRI.Sebagai gambaran, salah satu partai besar saat ini (tidak perlu saya menyebut namanya)menempatkan tokohnya di jajaran kabinet. Bahkan, ada yang masuk ke jajaran ABRI.Bukankah itu hal yang wajar? Dan, kalau para pimpinan partai itu mendekati pimpinanpuncak, presiden dan orang-orang terdekatnya, juga wajar. Kondisinya berubah menjadi tidakwajar setelah partai tersebut dinyatakan sebagai partai terlarang. Itulah PKI.Saat G30S meletus - seperti sudah saya sebutkan di muka - saya sedang bertugas di Medan.Kami keliling daerah untuk memantapkan program-program pemerintah. Begitu sayadiberitahu oleh Presiden Soekarno, saya langsung pulang, dan tiba di istana Bogor bergabungdengan Presiden Soekarno pada 3 Oktober 1965. Setelah itu kondisi negara tidak menentu.Presiden Soekarno sudah menjadi tawanan Soeharto di Istana Bogor sejak 2 Oktober 1965.Sejak itu pula kelompok Bayangan Soeharto menyebarkan propaganda bahwa G30S didalangioleh PKI. Ketua PKI, DN Aidit, ditembak mati di Jawa Tengah. Namun muncul pengakuantertulis Aidit � yang sangat mungkin merupakan rekayasa � bahwa ia yang mendalangi G30S.beberapa tokoh PKI lainnya juga ditembak mati, tanpa proses pengadilan. Semua ini adalahcara untuk membungkam PKI, agar tidak bicara. Memang, pada 1 Oktober 1965 Aidit beradadi Halim, pusat pasukan G30S berkumpul. Namun, saya dengar istri Aidit mengatakan bahwapada tanggal 30 September 1965, malam hari, Aidit diculik dan dibawa ke Halim. Aiditterbang ke Yogyakarta, beberapa saat setelah Bung Karno meninggalkan Halim.Saya sangat yakin bahwa dalang G30S bukan Aidit. Saya ingat saat saya dan Aidit sama-samamenjenguk Bung Karno yang sedang sakit. Setelah saya periksa, Bung Karno ternyata hanyamasuk angin. Tetapi, disebarkan isu bahwa Bung Karno sedang sakit berat, paling tidak bisalumpuh. Isu tersebut merupakan propaganda yang ditujukan untuk konsumsi publik di luarPKI. Sebab, PKI pasti mengetahui, karena Aidit bersama saya menjenguk Bung Karno.Propaganda itu bertujuan untuk memberi alasan keterlibatan PKI dalam G30S. Propaganda ituakan membangun opini publik bahwa PKI bergerak merebut kekuasaan sebelum didahuluioleh pihak lain, mengingat sakit kerasnya Bung Karno.Yang mengetahui rahasia ini hanya Bung Karno, Aidit, dokter RRC yang didatangkan olehAidit dari Kebayoran-Baru, Jakarta, Dokter Leimena, dan saya sendiri. Tanpa berniatmembela Aidit, saya yakin bahwa bukan Aidit yang mendalangi PKI, sebab saya tahu persis.Kalau Aidit mendukung pembunuhan anggota Dewan Jenderal, memang ya. Dalam suatukesempatan, saya dengar Aidit mendukung gerakan membunuh anggota Dewan Jenderal yangdikabarkan akan melakukan kudeta terhadap Presiden. Sebab, kalau sampai Presiden tergulingoleh kelompok militer, maka nasib PKI selanjutnya bakal sulit. Tetapi, Aidit hanya sekadarmendukung dalam bentuk ucapan saja.Tetapi akhirnya propaganda Soeharto melalui media massa sukses. Kesan bahwa PKI

mendalangi G30S melekat di benak publik. Malah diperkaya dengan cerita pembantaian parajenderal di Lubang Buaya oleh kelompok Gerwani yang menari-nari sambil menyiksa parajenderal. Dikabarkan bahwa mata para jenderal dicungkil, kemaluannya dipotong, tubuhnyadisayat-sayat. Penyiksaan keji ini diberi nama Upacara Harum Bunga � suatu nama yangsangat kontras dengan kekejiannya. Sungguh suatu cerita yang mengerikan.Cerita ini diperkuat dengan pengakuan seorang wanita bernama Jamilah dan kawan-kawanyang mengaku sebagai orang Gerwani. Saya tidak tahu, siapa Jamilah itu. Tetapi cerita inidipublikasikan oleh pers yang sudah dikuasai Soeharto. Dalam sekejap kemarahan rakyatterhadap PKI tersulut.Padahal, cerita yang disebarkan Soeharto itu semua bohong. Terbukti, setelah Soehartotumbang, para dokter yang membedah mayat para jenderal dulu bicara di televisi: mayat parajenderal itu utuh, Sama sekali tidak ada tanda-tanda penyiksaan. Memang kulit mayatterkelupas, tetapi berdasarkan penelitian, itu karena mayat tersebut terendam di dalam air(sumur) selama beberapa hari.Saya bukan PKI. Memang, saya pernah menyerukan penghentian pembantaian terhadappimpinan dan anggota PKI oleh AD pada pertengahan Oktober 1965. Itu saat-saat awal PKIdibantai. Seruan saya ini atas perintah Presiden Soekarno yang tidak menghendakipertumpahan darah. Bung Karno saat itu masih memegang kendali. Beberapa jam setelahG30S meletus, ia memerintahkan agar semua pasukan bersiap di tempatnya. Jangan ada yangbergerak di luar perintah Presiden. Sebab, pada dasarnya Bung Karno tidak menghendakipertumpahan darah. Namun perintah Presiden tidak digubris. Seruan saya juga tidakdihiraukan. Pambantaian PKI terus berlangsung.Malah, sejak itu saya dicap sebagai pro-PKI. Apalagi saya pernah ditugaskan di Moskow.Saya juga pernah ditugaskan berkunjung (sebagai Menlu) ke Beijing, RRC dan diberi tawaranbantuan senjata gratis oleh pimpinan RRC. Sedangkan Moskow dan Beijing adalah porosutama komunis. Dari rangkaian tugas-tugas kenegaraan saya itu lantas saya dicap pro-PKI.Saya sebagai pejabat tinggi negara saat itu tidak dapat berbuat banyak menanggapi captersebut. Sebab, bukankah semua itu karena saya menjalankan tugas negara?Saya merasa cap PKI menjadi mengerikan bagi saya, setelah PKI dibantai habis-habisan. PadaSidang Kabinet 11 Maret 1966 di Istana Negara saya menjadi incaran pembunuhan tentara,meskipun saat itu saya masih pejabat tinggi negara. Ketika Istana Negara dikepung olehpasukan Kostrad pimpinan Kemal Idris dibantu oleh pasukan RPKAD (kelak berubah menjadiKopassus) pimpinan Sarwo Edhie, jelas saya diincar. Dari laporan intelijen, saya diberitahubahwa Kemal Idris bersama pasukannya akan membunuh saya. Itu juga atas persetujuanSoeharto. Tetapi akhirnya saya lolos.Beberapa hari setelah itu baru 15 menteri ditangkap, termasuk saya. Jika sebelumnya cap pro-PKI terhadap diri saya tidak terbuka, sejak saya ditangkap cap itu semakin menyebar secaraluas. Malah, Soeharto menambahi julukan baru bagi saya: Durno. Sebagai orang Jawa, tentusaya sangat sakit hati diberi julukan itu. Sebab, Durno adalah tokoh culas dalam pewayangan.Durno suka mengadu-domba. Soal julukan ini saya tidak tahu bagaimana asal-usulnya. Yangtahu tentu hanya Soeharto. Tetapi, ini memang bagian dari penghancuran diri saya sebagaipengikut setia Bung Karno. Dan, julukan Durno bagi saya baru muncul setelah saya ditahan,setelah Bung karno mendekati ajal politiknya.Di dalam penjara, saya sama sekali tidak disiksa secara fisik. Kalau disiksa mental, sudahjelas. Interogasi tak habis-habisnya hanya untuk tujuan menjatuhkan mental. Sebagai mantan

pejabat tinggi negara, saat itu mental saya sudah jatuh. Dari pemegang kekuasaan negaraberubah menjadi orang tahanan. Mungkin saya mengalami depresi. Istri saya tentu mengalamihal yang sama. Anak saya satu-satunya masih kecil.Saya diadili di Mahmilti tidak lama kemudian. Tetapi, anehnya dakwaan buat saya bukansebagai PKI atau terlibat G30S. Sama sekali tidak menyinggung dua hal pokok itu. Padahal,saya sudah dicap pro-PKI. Saya sudah dijuluki Durno.Saya diadili karena ucapan saya bisa menimbulkan kekacauan saat saya berkata: Kalau adateror, tentu bakal muncul kontra-teror. Beberapa setelah G30S meletus, para pemuda yangdimanfaatkan AD mendesak agar Bung Karno diadili. Mereka didukung oleh AD untukmelakukan demonstrasi dan melancarkan teror bagi Bung Karno serta para pendukungnya.Suatu saat saya mengatakan, jika ada teror (dari para pemuda) maka bakal muncul kontra-teror(entah dari mana).Nah, ucapan saya ini dinilai bisa memancing kekacauan. Saya dituduh melakukan subversi.Sidang berlangsung singkat, lantas saya dijatuhi hukuman mati. Benar-benar pengadilansandiwara. Mereka gagal membunuh saya secara terang-terangan di Sidang Kabinet 11 Maret1966, toh mereka bisa membunuh saya secara �konstitusional� di pengadilan sandiwara ini.Naik banding dan kasasi saya tempuh sekadar semacam reflek menghindari kematian. Namunupaya hukum itu percuma. Sebab, pengadilannya saja sudah sandiwara.Dan, pengadilan sandiwara di banyak kasus seputar G30S dan PKI di awal kepemimpinanSoeharto, kemudian berdampak sangat buruk bagi Indonesia. Sejak itu sampai sekarang,pengadilan sandiwara merupakan hal lumrah. Pengadilan sandiwara kasus seputar G30Smerupakan semacam yurisprudensi (rujukan) bagi serentetan amat panjang pengadilansandiwara berikutnya. Moral aparat hukum rusak berat. Pengadilan berbagai kasus disubversi-kan berikutnya: Tanjung Priok, Lampung, demonstrasi mahasiswa yang kritisterhadap pemerintah Orde Baru, diadili dengan pengadilan sandiwara merujuk G30S. Bahkanjuga kasus-kasus korupsi. Salah menjadi benar, benar menjadi salah.Ini sama sekali bukan pelampiasan dendam saya terhadap Soeharto. Tak kurang Presiden KHAbdurrahman Wahid (tidak ada hubungannya dengan saya) sampai melontarkan pernyataanbahwa seluruh hakim Jakarta akan diganti dengan hakim impor.Di dalam penjara, awalnya saya mengalami depresi. Kesalahan saya satu-satunya adalahmenjadi pengikut setia Bung Karno. Namun kemudian saya tidak menyesal menjadi pengikutsetia Bung Karno, sebab itu sudah menjadi tekad saya. Dan, ini merupakan risiko bagi semuaorang yang berkecimpung di bidang politik.Saya masuk sel isolasi, terpisah dengan napi lain. Meskipun saya tidak disiksa fisik, namundirekayasa sedemikian rupa sehingga batin saya benar-benar tersiksa. Kondisi penjara yangsangat buruk, suatu saat membuat perut saya terluka dan mengalami infeksi. Saya tahu, ituobatnya sederhana saja. Tetapi, pemerintah tidak menyediakan. Luka saya dibiarkanmembusuk digerogoti bakteri. Ketika luka saya sudah benar-benar parah (berulat), baru diberiobat. Rupanya pemberian obat yang terlambat itu memang disengaja. Akibatnya, lukamemang sembuh. Namun sampai kini sering kambuh, rasa nyeri luar biasa.Di dalam, saya dilarang menulis, membaca berita, dijenguk keluarga atau teman (barubeberapa tahun kemudian dibolehkan). Satu-satunya bacaan saya adalah ayat suci Al-Qur�an.Tetapi, bacaan ini seperti mengembalikan saya pada suasana masa kanak-kanak yang agamis.Saya malah mendapatkan ketenangan jiwa yang tidak saya rasakan ketika saya menjadipejabat tinggi negara.

Akhirnya saya lolos dari hukuman mati karena kawat dari dua petinggi negara adidaya, ASdan Inggris. Hukuman saya diubah menjadi seumur hidup. Tetapi saya tetap ditempatkan disel isolasi mulai dari Salemba (Rutan Salemba), LP Cimahi, sampai LP Cipinang.Pada tahun 1978 anak saya Budojo meninggal dunia karena serangan jantung. Ibunya benarbenarmengalami depresi berat. Sejak saya dihukum, hanya Budojo yang membuat ibunyatabah menghadapi cobaan. Saya bisa membayangkan, betapa isteri saya hidup nelangsa. Dariseorang istri pejabat tinggi negara, mendadak berubah menjadi �istri Durno�, disusul anaksatu-satunya pun meninggal dunia. Maka, beberapa bulan kemudian istri saya menyusulBudojo, berpulang ke rahmatullah. Tinggallah saya sendiri. Tetap kesepian di penjara. Tidakada lagi yang menjenguk.Tetapi, diam-diam ada seorang wanita yang bersimpati pada saya. Dia adalah mantan isteriKolonel Bambang Supeno. Bambang adalah perwira tinggi AD yang ikut mendukung G30Satas instruksi Soeharto. Namun, seperti nasib perwira pelaku G30S lainnya, Bambangdihukum dan akhirnya meninggal dunia. Istrinya, Sri Koesdijantinah, janda dengan dua anak,lantas bersimpati pada saya. Kami akhirnya menikah di LP Cipinang pada tahun 1990. Sayasangat kagum pada Sri yang rela menikah dengan narapidana. Sangat jarang ada wanitasetulus dia.Kini hidup saya tidak sendiri lagi. Meskipun saya tetap meringkuk di sel khusus, tetapi setiappekan ada lagi orang yang menjenguk, setelah bertahun-tahun kosong. Sri muncul di saatsemangat hidup saya nyaris padam. Setiap pekan dia membawakan saya nasi rawon kesukaansaya. Juga dua orang anak Sri sangat perhatian. kepada saya. Sebagai sesama korban Soeharto,kami menjadi bersatu. Saya lantas menjadi sadar bahwa bukan hanya saya korban kekejamanSoeharto. Ada banyak korban lain yang jauh lebih sengsara dibanding saya. Sri benar-benarmembuat hidup saya bersinar kembali.Pada tanggal 16 Agustus 1995 saya dibebaskan. Saya pulang bersama Sri dan anak-anak.Kami menempati rumah besar di Jalan Imam Bonjol 16 yang dulu saya tinggalkan. Sayaseperti bangun tidur di pagi hari. Saya seperti baru saja bermimpi, 30 tahun dalam kegelapandi penjara. Saya seperti menemukan hari baru yang cerah. Saya bersujud syukuralhamdulillah, masih diberi kesempatan menghirup udara bebas.Setahun menempati rumah itu, kami merasa kewalahan. Biaya perawatannya sangat mahal.Sebagai seorang dosen di sebuah perguruan tinggi swasta, honor Sri tidak seberapa. Apalagisaya, penganggur tanpa penghasilan. Tiga jabatan sangat penting saya di zaman PresidenSoekarno tidak dihargai sama sekali. Saya tidak diberi uang pensiun. Akhirnya kami menjualrumah besar itu. Sebagai gantinya, kami membeli rumah lebih kecil di Jakarta Selatan.Setelah Soeharto tumbang, banyak orang datang kepada saya, menganjurkan saya membuatmemoar. Saya sesungguhnya tidak tertarik. Selain tidak memiliki persiapan yang matang, jugatidak ada gunanya bagi saya mengungkap masa lalu. Biarlah itu berlalu. Toh saya sudahmenjalani hukuman 30 tahun. Toh saya sudah menerima hinaan disebut Durno, PKI, dansebagainya. Saya sudah ikhlas menerimanya. Saya sudah legowo. Usia saya sudah senja.Tinggal meningkatkan amal soleh dan ibadah, sebagai bekal menghadap Sang Khalik, suatusaat nanti. Apalagi Soeharto akhirnya tumbang juga. Kalau saya mengungkap masa lalu, sayabisa larut dalam emosi. Maka, anjuran itu tidak saya turuti.Namun, teman-teman sezaman, baik dari dalam maupun luar negeri terus menghubungi saya,baik melalui telepon maupun bertemu langsung. Mereka mengatakan, sejarah G30S sudahdibengkokkan. Kata mereka, saya harus mengatakan yang sebenarnya untuk meluruskan

sejarah. Ini bukan untuk anda, tapi penting bagi generasi muda agar tidak tertipu oleh sejarahyang dimanipulir, kata salah seorang dari mereka.Diinformasikan bahwa salah satu pelaku sejarah G30S yang amat penting, Kolonel AbdulLatief juga membuat buku berisi pledoinya dulu. Tetapi ada dugaan bahwa Latief tidakmengungkap total misteri G30S. Sebab, Mingguan terbitan Hongkong, Far Eastern EconomicReview edisi 2 Agustus 1990 memberitakan bahwa memoar Latief yang lengkap disimpan disebuah bank di luar Indonesia dengan pesan, boleh dipublikasikan jika Latief dibunuh. Ituberarti G30S masih misteri.Saya sempat bimbang. Keinginan saya mengubur masa lalu seperti digoyang begitu kuat.Apalagi banyak penulis kenamaan datang kepada saya, siap menuliskan memoar saya. Dalamkebimbangan itu saya ingat pada seorang wartawan muda yang paling sering mewawancaraisaya, Djono W. Oesman. Dia saya hubungi dan saya minta menuliskan cerita saya, sebab sayapercaya padanya. Dia pun setuju. Dialah penyunting buku ini. Hanya saya dan dia yangmenyusun potongan-potongan peristiwa yang saya alami dan saya ingat.Saya menyadari bahwa mungkin banyak kekurangan di dalam buku ini. Maklum, G30S adalahmasalah internal AD, dan saya bukan dari AD. Tetapi saya dalah pelaku sejarah G30S yangmengalami semua kejadian sebelum, saat meletus, sampai dampak peristiwa itu. Mungkin,inilah sumbangan saya, bagian dari amal ibadah untuk bekal kehidupan saya di akhirat kelak.Semoga ada manfaatnya. Amin.KOMENTARTeror, teror, dan teror. Tidak henti-hentinya. Saling susul-menyusul. Seolah tiada yangmampu menghentikan teror mental dan fisik yang dimulai sejak 1965, dilanjutkan padaPemilu 1972. Gembar-gembor bahaya laten PKI terus didengung-dengungkan, untukmemperkuat rezim Soeharto. Teorinya, penguasa Orde Baru selalu menciptakan musuh semubagi rakyat. Rakyat diberi musuh semu berupa momok bahaya laten PKI. Inilah teror mental.Sedangkan bagi mereka yang kritis, seperti para mahasiswa, dikenakan teror mental dan fisik.Soeharto yang pada 1966 menggerakkan mahasiswa, dalam perjalanan kekuasaannya malahmeneror mahasiswa. Terhadap mereka yang kritis dan suka berdemo, dilakukan penangkapan,interogasi, bahkan disiksa. Pada pertengahan 1970-an sudah beredar anekdot yang mengkritikkeserakahan keluarga Soeharto. Misalnya, kalangan mahasiswa memberi julukan istriSoeharto, Siti Suhartinah (biasa dipanggil ibu Tien) dengan julukan Ibu Tien Persen. ArtinyaIbu Sepuluh Persen. Menurut pembicaraan di kalangan mereka, ibu Tien sering minta komisi10% jika ada investor asing masuk ke Indonesia.Teror yang disebar oleh rezim Orde Baru seolah-olah merupakan unjuk kekuatan setelahmembantai jutaan kaum komunis, keluarga, dan simpatisannya. Seolah diumumkan, janganmacam-macam dengan penguasa. Jangan coba-coba melawan penguasa. Dan, kritik darigenerasi muda juga diartikan sebagai melawan penguasa. Maka, harus dihabisi.Bukti dari kesimpulan ini sudah kita saksikan bersama, bagaimana perjalanan rezim Orde barumembunuh kritik dari masyarakat. Mulai dari teror Pemilu 1972, dilanjutkan dengan teror,penangkapan serta penyiksaan terhadap mahasiswa yang berdemo pada 5 Januari 1974 (yangdikenal dengan Malari, yang merupakan singkatan dari Lima Januari).Lantas dilanjutkan tindakan represif tentara kepada mahasiswa yang berdemo pada tahun1978. Demo damai umat Islam di tahun 1984 menghasilkan pembantaian Tanjung Priok.Kekerasan demi kekerasan dialami rakyat. Setelah saya bebas, kemudian Soeharto jatuh darikursi kekuasaannya, kekerasan menjadi warisan buruk kepada masyarakat. Perkelahian massal

di Sambas, Kalimantan Barat yang saya baca di media massa, memamerkan pembantaian yangmengerikan.Di koran dipasang foto kepala manusia tergeletak di pinggir jalan. Isu dukun santet di Jatimmalah lebih gila lagi. Kepala manusia yang sudah terpenggal, ditusuk dengan bambu runcingdan diarak keliling kota. Di Malang, tidak jauh dari kota kelahiran saya, kepala manusia yangsudah terpenggal diikat lantas diseret dengan sepeda motor yang melaju keliling kota.Peristiwa-peristiwa yang saya sebutkan belakangan ini sudah bukan dilakukan oleh tentaralagi, tetapi oleh rakyat terhadap rakyat. Tetapi, ini semua adalah warisan dari pembantaiankaum komunis yang sangat brutal di masa lalu � pelajaran buruk yang diwariskan ke generasiberikutnya.Kudeta merangkak itu bergelimangan darah. Pertama, darah para jenderal yang dibantai padatanggal 1 Oktober 1965. Kedua, darah Untung dan Soepardjo yang dimanipulasi. Ketiga,darah Sjam Kamaruzzaman yang dikhianati. Keempat darah jutaan kaum komunis, keluarga,simpatisan komunis, keluarga mereka, kaum buruh, dan para petani.Pembaca yang budiman, mengetahui kejahatan kemanusiaan dan tidak mencegah saja sudahmerupakan kejahatan terhadap manusia. Lantas, di mana tempat Soeharto yang luput darihukum hingga buku ini ditulis? Saya berada di rumah sakit (RSPAD Gatot Subroto) sampaimenjelang tengah malam, lantas pulang ke rumah, kata Soeharto.Sekali pun kita mencoba melupakan sejenak bahwa ucapan Soeharto itu dusta, namun pulangke rumah dan tidur pulas setelah mengetahui pasti bahwa beberapa jam lagi rekan-rekanjenderal akan bertemu maut, betapa pun adalah kejahatan. Kualifikasi yang bagaimana yangsemestinya diberikan terhadap kejahatan Soeharto yang telah membunuh jutaan manusia danmembuat sebagian lain merana di penjara? Ya, kualifikasi apa?Penghancuran PKI yang diikuti dengan pembunuhan jutaan manusia mendapat dukungankekuatan imperialisme internasional, terutama Amerika Serikat yang mengklaim diri sebagainegara demokrasi. Ini bentuk penghancuran struktur di suatu negara (Indonesia) yang sangatbesar sejak Perang Dunia-II. Kekejamannya tidak pernah dibayangkan sebelumnya, oleh siapapun, termasuk oleh kita sendiri, juga termasuk saya yang menyaksikan langsung semuaperistiwa di tingkat elite politik Indonesia saat itu.Peristiwa ini bukan hanya peristiwa intern Indonesia, tetapi Indonesia dan dunia. Inimerupakan letupan konflik yang sebenarnya sudah lama ada antara mahakuasa imperialismeinternasional dengan hak menentukan nasib sendiri bangsa Indonesia di pihak lain. Indonesiahanyalah tempat peristiwa. Sedangkan karakternya bersifat dunia. Ini sebuah tragedi yangsecara moral merupakan kejahatan peradaban umat manusia. Sebagai konsekuensi logis dariperistiwa ini adalah memfasiskan kehidupan negara, bertentangan dengan harapan ahli-ahliteori modernisasi.Hasil dari semua itu adalah penyebaran kapitalisme, termasuk ke Indonesia. Tetapi diIndonesia, penyebaran kapitalisme tidak diikuti dengan lahirnya negara borjuis demokrasiliberal, seperti di AS atau Eropa Barat. Itu tidak tercipta di sini. Sebagai gantinya, ternyata,perkembangan kapitalisme di sini melahirkan negara birokrasi militer. Pada perkembanganberikutnya melahirkan berbagai persoalan bangsa yang sulit diatasi oleh generasi penerus.Di sisi lain, kebungkaman terhadap kejahatan manusia dan kemanusaiaan harus segeradiakhiri. Atas nama kawan-kawannya, keluarga dan kerabat saya, atas nama semua anakbangsa yang dibunuh, atas nama anak yang kehilangan orangtua mereka, atas nama anak-anakyang selama bertahun-tahun ikut ibu di penjara, atas nama golongan mana pun yang sudah

1dianiaya dan disembelih oleh rezim Soeharto, saya serukan, akhiri kebungkaman ini. Kepadamereka yang merasa sebagai demokrat, baik di dalam maupun di luar negeri, pecahkankebungkaman ini. Hari sudah tidak lagi terlalu pagi. Matahari sudah di atas ubun-ubun.Eksistensi rezim kriminal Soeharto ditegakkan oleh segelintir elite Indonesia, para jenderalfasis, pendukung sipil dan teknokratnya, serta kaum konglomerat yang kemudian terbuktiserakah dan rakus. Mereka mengembangkan model kapitalisme abad ke-18 yang takmanusiawi dalam memacu kapitalisme di Indonesia selama lebih dari tiga dekade.Hari ini tidak lagi terlalu pagi kita memasuki titik awal. Saya bangga, karena titik awal inidimulai oleh generasi muda Indonesia yang tidak ragu menghadapi kekuatan kriminal danuang hasil korupsi rezim Orde baru. Luruskanlah sejarah yang telah mereka bengkokkanselama tiga dekade ini. Pecahkan kebungkaman!Dr. H Soebandrio, Kesaksianku tentang G30S, KOMENTAR (18-9-2000)Date: 2005/7/16Section: SejarahThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=5Betulkah PKI Terlibat G30S?Betulkah PKI Terlibat G30S?Asvi Warman Adam *)SEJARAH, menurut E.H. Carr dalam buku teksnya What is History, adalah dialog yang takpernah selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yangberkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya. Jadi, tidak ada tulisanatau buku sejarah yang final. Bila ditemukan sumber atau fakta baru, buku sejarah yang lamabisa direvisi. Demikian pula halnya dengan kasus Gerakan Tiga Puluh September 1965(G30S).Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden pada 1998 lalu, sudah terbit beberapa buku baruyang mengungkapkan hal yang selama ini kurang diketahui masyarakat. Misalnya buku SaskiaEleonora Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia (1999), dan pleidoiKolonel A. Latief, Soeharto Terlibat G30S (2000). Di samping itu, telah terbuka pula berbagaiarsip mengenai Indonesia tahun 1965/1966 di AS dan Inggris. Kedua jenis sumber di atasdapat dijadikan landasan untuk mempertanyakan kebenaran sejarah tentang peristiwa tersebutversi pemerintah Indonesia, yang menyebut pelaku utamanya adalah PKI dan Biro Chususnya.Dalam bukunya, Latief mengungkapkan bahwa ia ditangkap tanggal 11 Oktober 1965. Ketikaitu paha kanannya ditusuk bayonet dan lutut kirinya ditembak. Selama 10 tahun ia beradadalam sel isolasi yang dikunci dan baru diadili pada 1978. Dari rangkaian tekanan di dalampenjara atau ketika diperiksa dalam sidang Mahmilub, dapat dipertanyakan apakah pengakuansebelum dan dalam sidang itu dapat dijadikan sumber sejarah yang layak dipercaya.Hal serupa dialami oleh Sulami, Wakil II Sekjen Gerwani, seperti dituturkan dalam bukuPerempuan-Kebenaran dan Penjara (1999). Wanita ini ditangkap pada 1967 dan baru diadilipada 1975. Antara lain ia dituduh memberikan barang berharga kepada keluarga Bung Karnodi Istana Bogor. "Karena menolak tuduhan itu, interogator baju loreng marah danmemerintahkan algojo agar kedua jari kaki saya diinjak dengan sepatu tentara.... Dengangeram interogator bertanya, �Bagaimana? Ngaku tidak?� Saya diamkan saja. Ia teriak,�Cambuk sepuluh kali.� Algojo penginjak kaki mundur dan tukang cambuk maju dengan rotanbelahan. Tiga malam saya mengalami keadaan itu...."

Kedua pengalaman di atas rasanya sudah cukup untuk meragukan validitas sumber yangdipergunakan dalam menyusun sejarah versi pemerintah Orde Baru. Selain itu, dapatdikatakan bahwa alasan utama untuk menyimpulkan bahwa PKI--sebagai organisasi--mendalangi G30S tidak kuat. Yang dipakai alat bukti adalah pengakuan Aidit sebanyak 50halaman folio sebelum ditembak di Jawa Tengah, yang konon berbunyi, "Saya adalah orangyang mempunyai tanggung jawab tertinggi pada peristiwa 30 September 1965 dan disokongoleh penjabat PKI lainnya serta penjabat organisasi rakyat di bawah PKI" (Soegiarso Soerojo,1988: 265). Apakah betul Aidit yang menulis surat pengakuan itu? Kalau benar ia mengaku,mengapa ia ditembak mati?Selain itu, selama ini bukti utama lainnya adalah penerbitan Harian Rakyat tanggal 2 Oktober1965. Dalam buku putih yang disunting oleh Alex Dinuth itu (1997), dicantumkan isi HarianRakyat yang terdiri dari Pojok ("Gerakan 30 September sudah menindak Dewan Djenderal.Simpati dan dukungan rakjat di pihak Gerakan 30 September.") Tajuk surat kabar itu antaralain menyatakan, "Tetapi bagaimanapun djuga persoalan tersebut adalah persoalan intern AD.Tetapi kita rakjat jang sadar akan politik dan tugas-tugas revolusi mejakini akan benarnjatindakan jang dilakukan oleh Gerakan 30 September untuk menjelamatkan revolusi danrakjat". Dimuat juga keterangan dari Anwar Sanusi (anggota Politbiro CC PKI) bahwa"Situasi ibu pertiwi dalam keadaan hamil tua" dan karikatur H.R. dengan kata-kata "LetkolUntung Komandan Bataljon Tjakrabirawa menjelamatkan Presiden dan RI dari coup DewanDjenderal".Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam, Pepelrada Jaya melarang terbit semua harian yang terbitdi Ibu Kota kecuali koran Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha, yang memang diterbitkanpihak militer. Surat Perintah Pangdam V/Jaya (No. 01/Drt/10/1965) yang dikeluarkan MayjenUmar Wirahadikumah berbunyi, "Dalam rangka mengamankan pemberitaan yang simpangsiurmengenai peristiwa pengkhianatan oleh apa yang dinamakan Komando Gerakan 30September/Dewan Revolusi, perlu adanya tindakan-tindakan penguasaan terhadap mediamediapemberitaan".Menjadi tanda tanya mengapa Harian Rakyat yang jelas menjadi terompet PKI selama ini bisaterbit. Salah satu dokumen yang berasal dari Kedutaan Inggris di Jakarta (South-East AsiaDepartment, Indonesia, D H 1015/218 10 Oct 1965) menyingkap keraguan tentang isi korantersebut, apakah betul mewakili PKI. "My guess is that the editor took an unauthorisedinitiative." Apakah koran kiri sengaja dibiarkan terbit untuk menjebaknya? Atau sebaliknya,apakah tidak mungkin, bila isi Harian Rakyat tanggal 2 Oktober 1965 dipersiapkan oleh pihaklain.Larangan terbit semua koran itu--meskipun hanya lima hari--sangat menentukan, karenainformasi dikuasai dan dimonopoli oleh pihak militer. Ketakutan akan dibredel kembalimenyebabkan semua media massa hanya menulis atau mengutip pemberitaan sesuai dengankeinginan pemerintah/pihak keamanan.Kampanye tentang keganasan komunis dengan gencar dilakukan oleh kedua harian militertersebut. Berita Yudha Minggu, 11 Oktober 1965, memberitakan bahwa tubuh para jenderalitu telah dirusak, "Mata dicungkil dan sementara itu ada yang dipotong kemaluan mereka."Sedangkan sukarelawan-sukarelawan Gerwani melakukan hubungan tidak senonoh denganmayat para jenderal itu. Padahal, menurut visum dokter tidaklah demikian. Para korban itumeninggal dengan luka-luka karena tembakan atau terbentur dinding sumur di Lubang Buaya.Saskia Wieringa mencatat bahwa koran Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha menyiarkan

kampanye sadistis sejenis ini secara teratur sampai bulan Desember 1965.Informasi (atau lebih tepat disinformasi) itulah antara lain yang menyulut kemarahan rakyatdan akhirnya melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap mereka yang dicurigai sebagaianggota PKI. Kampanye untuk menghantam komunis ini mendapat dukungan penuh daridunia Barat.Dalam dokumen dari pihak Inggris yang dialamatkan ke Singapura mengenai "IndonesianDisturbances" (D 1835, 6 Oct 1965) ditulis "Meanwhile we certainly do not exclude anyunattributable propaganda or psywar activities which would contribute to weakening theP.K.I. permanently. We therefore agree with the recommendation in last sentence yourparagraph 2. Suitable propaganda themes might be: P.K.I. brutally in murdering Generalsand Nasution's daughter; Chinese interference in particular arms shipments; P.K.I. subvertingIndonesia as agents of foreign Communists; fact that Aidit and other prominent Communistswent to ground; the virtual kidnapping of Sukarno by Untung and P.K.I.; etc., etc. We want toact quickly while the Indonesian are still off balance, but treatment will need to be subtle."Sebetulnya, kalau Buku Putih yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara RI tahun 1994 dibacadengan seksama, bisa diperoleh kesimpulan yang tentu tidak diharapkan oleh pembuat bukutersebut.Dalam buku Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia itu terdapatindeks nama sebanyak 306 orang tokoh (pada 10 halaman). Kalau kita melihat daftar indeks ituterlihat bahwa kasus tersebut pada intinya menyangkut Presiden Sukarno (disebut 128 kali),dua tokoh PKI (Aidit dan Syam, 77 kali), dan dua kubu perwira ABRI (107 kali). Dalam"indeks kata penting", tiga kata yang paling sering muncul adalah 1)Gerakan Tiga PuluhSeptember, 2) Dewan Revolusi, 3) Dewan Jenderal. Sedangkan kata "PKI" hanya disebut duakali.Jadi, buku ini berbicara lebih tentang tokoh PKI (atau menurut istilah Orde Baru, oknum),yaitu Aidit dan Syam, ketimbang mengenai PKI sebagai sebuah organisasi sosial-politik.Aidit memang Ketua PKI, tetapi dalam suratnya kepada Sukarno ia mengatakan bahwa"Tanggal 30 September tengah malam saya diambil oleh orang berpakaian Cakrabirawa(tidak saya kenal), dengan keterangan: dipanggil ke Istana untuk sidang darurat kabinet,tetapi kendaraan tersebut menuju ke jurusan Jatinegara. Kemudian pindah mobil terusmenuju ke sebuah kampung dan ditempatkan di sebuah rumah kecil. Di situ saya diberitahu bahwa akan diadakan penangkapan terhadap anggota-anggota DewanJenderal." (Soegiarso Soerojo, hlm. 262). Sedangkan Sjam sendiri dalam berbagai bukumasih diragukan identitas aslinya, apakah ia agen PKI yang disusupkan ke kalanganAngkatan Darat atau sebaliknya, intel tentara yang menyamar di tubuh PKI, atau bisajuga ia merupakan agen ganda.Mengenai G30S, penulis sendiri berpendapat bahwa mustahil peristiwa berdarah itu dirancangoleh pelaku tunggal, dan peristiwa tragis itu disebabkan oleh unsur internal (dalam negeri),didukung faktor eksternal (unsur asing).Tuduhan bahwa PKI menjadi dalang G30S sebagaimana dimuat dalam buku putih versipemerintah Orde Baru dan diajarkan di sekolah-sekolah patut dipertanyakan kembali.Tanggal 1 Oktober 1965 malam, selain sebagai tanggal pembredelan pers yang pertama dalamsejarah Orde Baru, bisa pula dianggap sebagai awal upaya perekayasaan sejarah di Indonesia.Saya tidak membantah perihal tindakan brutal oleh PKI dan ormasnya sebelum tahun 1965.Aksi sepihak yang dilancarkan oleh orang-orang komunis dalam mengampanyekan ketentuan

land reform telah menimbulkan konflik sosial, terutama di pedesaan. Di bidang seni danbudaya terjadi pengekangan kebebasan bagi kelompok yang tidak mendukung Manipol, sepertiyang dialami oleh Taufiq Ismail dan kawan-kawan. Aktivis organisasi Islam PII dipermalukan(seperti dalam insiden Kanigoro), HMI dituntut agar dibubarkan.Namun, semua tindakan yang kasar itu telah dibalas dengan pembantaian terhadap palingsedikit 0,5 juta orang yang dicurigai sebagai penganut paham komunis di Indonesia. Rasanya,pembalasan itu sudah jauh dari setimpal.Seyogianya rekonsiliasi antara umat Islam dan orang-orang kiri dilakukan pada 1966. Tapi itutidak dilakukan oleh rezim Orde Baru, yang malah sengaja mengawetkan masalah ini danmenjadikannya sebagai alat legitimasi sekaligus alat represi.*) Sejarawan LIPIKolom ini dikutip dari Majalah TEMPO edisi 2-8 Oktober 2000,pihttp://www.tempo.co.id/harian/kolom/02102000-1.htmlDate: 2005/12/6Section: SejarahThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=118__________________________Catatan Harian Seorang Mantan PresidenCatatan Harian Seorang Mantan Presiden(Membongkar Dokumen Soeharto)Oleh : Hafis Azhari1Sudah lama aku menunggu kesempatan seperti ini.Sudah lama aku mempelajari buku-buku filsafat politik tentang cara-cara memimpin negeri.Aku hafal betul tentang apa yang ditulis oleh Machiavelli tentang teori-teori kepemimpinanserta cara-cara mengambil-alih kekuasaan. Aku sudah paham tentang tokoh-tokoh dalamfilsafat Jawa, khususnya mengenai trik-trik Raja Kresna untuk menyelesaikan berbagaipersoalan di muka bumi. Ya, dialah satu-satunya ahli strategi para Pandawa yang paling jitu.Figur reinkarnasi dari Wisnu yang identik dengan kebijaksanaan sejati.Bagaimanapun aku harus mengarungi dunia dan tradisi Jawa yang sudah berjalan selamaberabad-abad. Dunia pewayangan Jawa yang sangat kaya, dan begitu melekat dalampandangan hidup rakyat Nusantara, juga berpengaruh kuat dalam gerak-langkah hidup mereka.Tentu tidak lupa aku mempelajari buku-buku dari Negeri Cina juga, khususnya mengenaisoal-soal kepemimpinan. Ada sebuah buku menarik berjudul �Ping Fa� yang dikarang olehSun Tzu sejak 510 BC. Buku itu diterjemahkan dalam bahasa Prancis oleh Joseph Amiot sejak1782 M, kemudian diinggriskan dengan judul �Principles of War�. Selama berminggu-mingguaku merenungi isi yang terkandung di dalamnya, hingga sampailah pada kesimpulan bahwabuku itu harus menjadi guru suciku, dan tidak boleh ada orang lain yang ikut membacanya.Buku itu aku peroleh dari seorang petinggi militer, pada tahun-tahun ketika aku mengadakanstudi kemiliteran di Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Sudah diterjemahkanpula ke dalam bahasa Indonesia , entah oleh siapa. Namun bagaimanapun buku itu akankujadikan pegangan hidupku, dan sampai sekarang pun akan tetap menjadi rahasia dalamhidupku.2

Dulu waktu pangkat militerku masih rendah, bersama teman-teman tentara dan kerabatku,sering kami selundupkan barang-barang milik perusahaan Negara, bahkan memanipulasi__________________________dump kendaraan bermotor milik Divisi Diponegoro di Jawa Tengah. Kami pun sudah terbiasamengadakan pungutan-pungutan liar untuk barang-barang kebutuhan rakyat. Namun semua itutidak berjalan mulus. Suatu ketika kami terpergok dan tertangkap basah. Kemudian olehseorang jenderal diusulkan kepada Presiden Soekarno bahwa aku mesti dipecat dari duniakemiliteran. Seketika itu aku manfaatkan Jenderal TNI Gatot Soebroto � bapak angkatnya BobHasan � agar menghadap Soekarno secara langsung, supaya dia memberi maaf danmengampuni segala perbuatan kami. Saat itu Soekarno pun mengusulkan agar kami dididikdan disekolahkan saja, karena menurutnya, �Tingkat budaya dan peradaban angkatan perangkita masih rendah, karena itu kita semua harus bertanggungjawab untuk mendidiknya denganbaik,� begitulah kata Soekarno, meskipun aku tidak paham apa yang diomongkannya itu.Segeralah Pak Gatot Soebroto mengontak Soewarto, seorang komandan Seskoad sekaligusagen aktif CIA, yang kemudian berhasil menatar dan membekaliku dalam suatu kursus regularsebagai staf komando angkatan darat.Mulai sejak itulah karir militerku cukup lancar dan terarah, meski semuanya tak terlepas darigagasan dan kebijakan Soekarno sendiri selaku Presiden RI . Oleh karena itu aku berusahamerahasiakan periode ini dalam sejarah hidupku kelak. Aku tidak akan menyebut-nyebut soaljasa-jasa Soekarno. Dia memang bukan sembarang orang dalam sejarah berdirinya republikyang besar dan kaya-raya ini.3Peristiwa 30 September 1965 berkobar.Keributan dan huru-hara di Jakarta membuat aku merasa tenang dan puas, seakan-akanmasadepan sudah bersinar dalam hatiku. Separah apapun kerusakan dan kerugian, bahkansebanyak apapun korban yang ditimbulkan, aku berusaha bersikap diam dan tak ambil peduli.Biar sajalah kekacauan itu terjadi. Tiapkali ada krisis kepercayaan pada pemerintah, biasanyakekerasan dan kekacauan timbul di mana-mana. Kalau perlu pembunuhan dan pembantaiansekalipun.Waktu itu pangkatku sudah Mayor Jenderal, dan posisiku sudah menjabat sebagai PanglimaKomando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Sampai kapanpun aku tetap akan merahasiakan,bahwa karena jiwa pemaaf dan kearifan Soekarno-lah yang membuatku berhasil dalam menitikarir setinggi itu di dunia kemiliteran.4Sekali lagi, biar sajalah kerusuhan dan huru-hara itu terjadi.Yang penting, sebelum tanggal 30 September 1965 posisiku harus berada di rumah sakit. Kinisudah kubawa seorang anakku ke rumah sakit, karena kakinya kesiram sayur sop. Aku akanmenemaninya di rumah sakit, meskipun bisa diwakili oleh istriku atau anak sulungku, tetapiakulah yang harus menunggunya di sana .Soalnya, sebelum kejadian itu telah datang seorang Komandan Brigif bernama Latif kerumahku, untuk melaporkan adanya �Dewan Jenderal� serta rencana sekelompok perwirauntuk mencegah percobaan kup oleh para jenderal, serta rencana untuk merebutkepemimpinan Soekarno.Pelapor itu aku catat sebagai orang berbahaya, dan kelak akan kuasingkan di suatu tempat

tersembunyi, serta tidak akan kubiarkan dia bicara di depan publik sampai kapanpun.Orang bernama Latif itu sebetulnya tentara kepercayaanku sejak dulu. Waktu kehidupankeluarga kami masih sulit, dialah yang carikan beras untuk kami, juga dia yang carikan uangtambahan untuk keperluan keluarga kami.Tapi bagaimanapun tetap aku catat sebagai orang berbahaya, supaya jangan membongkarpersoalan-persoalan penting di masa lalu.Dalam pledoinya di pengadilan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) orang ini memberi__________________________pernyataan tegas:�Kenapa harus saya yang berdiri di sini, Pak Hakim? Kenapa bukan Soeharto? Padahal diasudah tahu akan adanya Gerakan di pagi hari.�Orang brengsek ini memang telah dua kali melapor sebelum peristiwa itu meletus. Padamalam 30 September dia menghadap lagi ke rumah sakit, katanya akan dilancarkan Gerakanpada pagi hari, guna mencegah terjadinya kudeta yang akan dilakukan oleh Dewan Jenderal.Laporan itu tidak kutanggapi dan aku diam saja. Walaupun aku paham, mestinya tugaspengamanan ada di tanganku. Ya, sebagai Panglima Kostrad sekaligus orang kedua diAngkatan Darat, pada malam itu mestinya kuberitahu semuanya agar bersiap-siaga untukpengamanan, karena pagi harinya akan ada Gerakan.Tapi apapun yang akan terjadi, biar sajalah. Toh sejak dulu aku jarang diperhitungkan diAngkatan Darat. Kalau ada rapat-rapat petinggi militer, sepertinya mereka tidak pernahmengundangku. Boleh jadi mereka berpendapat bahwa aku ini bukan siapa-siapa, dan tidakmengerti apa-apa.Dan sekarang, buktikan, siapa di antara kami yang menjadi orang nomor satu di negeri ini.Cara apapun harus ditempuh, dan aku akan memperjuangkannya sesuai pendirian dankeyakinanku.Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar jam 06.00 pagi aku akan mengenakan seragam tempur,untuk menunjukkan pada orang-orang bahwa aku sudah menghadap Presiden. Kalau JenderalAhmad Yani sudah mati, bukankah aku � sebagai orang kedua � yang mestinya memberilaporan pada Presiden Soekarno?Tapi aku hanya berpura-pura di hadapan mereka semua� aku tidak perlubertanggungjawab� apapun yang terjadi, biar sajalah�.5Sekarang impian dan ambisiku sudah tercapai. Aku adalah Presiden kedua RepublikIndonesia . Jalan apapun harus ditempuh. Aku manfaatkan segala pengetahuan danpengalaman hidupku. Aku tidak akan menyia-nyiakan semuanya itu.Kini Presiden Soekarno sudah jatuh. Menyusul pembantu-pembantu dan para pendukungnyaharus dijatuhkan pula. (Lebih baik kupergunakan istilah �diganti� daripada �dijatuhkan�).Jadi, aku mengganti kepemimpinan Soekarno sekan-akan akulah yang dipercayakanmenduduki tampuknya. Kini mereka semua harus �diamankan� (aku sengaja tidak memakaiistilah �ditangkap�). Ya, mereka adalah the founding fathers, para perintis dan pendiri republikyang berupaya keras untuk berkorban memerdekakan bangsa ini. Dan siapa pula yang tidakmengenal Soekarno, satu-satunya pahlawan yang sanggup mempersatukan wilayah Nusantara,menciptakan persatuan di antara banyak suku, agama dan ideologi. Dia berhasil merumuskandasar negara serta diproklamasikannya Republik Indonesia . Daya pukaunya dalam berpidato,

telah sanggup membuat rakyat bergerak penuh semangat, bahkan rela berkorban dan matidemi kemerdekaannya.Tentang itu semua, sejarah kita belum mencatatnya secara utuh dan bulat. Para sejarawanmasih takut. Karena itu istilah �revolusi� kelak akan kami batasi sebagai perang kemerdekaan.Adapun lahirnya Pancasila, kelak kami rahasiakan pada angkatan muda.Kini sejarah baru harus diciptakan. Aku kerahkan para penulis dan budayawan yangmemihakku, serta kuberikan sarana dan fasilitas agar mereka menulis tentang seluk-beluksejarah Indonesia . Kemudian kusensor karya-karya mereka secara ketat, agar terjadikeseragaman pandangan bahwa sejarah bangsa dan negeri ini identik dengan peristiwa 30September 1965, yang di kemudian hari kuberi nama G30S/PKI.Maka apapun yang terjadi sebelum itu, sebesar apapun, tak perlu dikategorikan sebagai sejarahIndonesia .6_____________7Belakangan muncul beberapa penulis dan budayawan yang menaruh perhatian khusus padapledoi dan kesaksian Latif di pengadilan Mahmillub. Kemudian muncul pula sebuah penerbitbuku independen yang menamakan diri �Hasta Mitra�, dan dimotori oleh Joesoef Isak,Pramoedya Ananta Toer dan Hasjim Rachman.Segeralah kukerahkan para penulis dari kalangan sejarawan, budayawan dan seniman agarmereka kompak mendukung pernyataanku tentang seluk-beluk peristiwa 30 September 1965itu. Telah kubentuk tim khusus untuk menciptakan sejarah baru tentang peristiwa itu; telahkukumpulkan sekelompok masyarakat untuk membikin kesaksian palsu; telah kubentuk timdokter khusus untuk menyampaikan pembuktian yang dimanipulasi; juga telah kubangun tugubesar dan museum khusus untuk menciptakan kenangan dan ketakutan rakyat; bahkan akunamai museum itu dengan sebutan �Museum Lubang Buaya�.Aku ciptakan kreasi itu dengan detil-detil cerita fiktif yang menakutkan. Dan beginilah kisahkejadian itu:�Pada pagi hari suatu Gerakan dari Partai Komunis Indonesia telah membantai dan membunuhjenderal-jenderal yang merupakan tulang-punggung bagi berjalannya revolusi negeri ini.Jenderal-jenderal itu telah diinterogasi dan dilukai sekujur tubuhnya. Kemaluannya dipotongi,dibiarkan mereka merintih bergelimpangan. Sedangkan para wanita yang tergabung dalamGerakan Wanita Indonesia (Gerwani) berlenggak-lenggok mengelilingi para korban, sambilmengadakan tarian-tarian cabul.�Yang jelas, aku harus membuat kreasi ini sebagus mungkin, agar seluruh masyarakatmerinding ketakutan. Bahkan kuciptakan kreasi khusus, bersama bukti-bukti palsu bahwaSoekarno telah terlibat aktif dalam peristiwa tragis itu. Aku jadikan peristiwa itu patokanuntuk memancing rasa kebencian. Untuk mengungkap gambaran-gambaran sang musuhsebagai penitisan kebejatan, sebagai lambang penderitaan manusia Indonesia sejak 1965sampai kapanpun di masa yang akan datang.Ya, sudah kupelajari teknik-teknik seperti ini dari buku-buku tentang angkatan perang. Suatuteknik yang terbilang ampuh, dan sepanjang sejarah banyak dimanfaatkan angkatan perang diseluruh dunia. Dan kini, begitu banyak sarana teknologi untuk memberitakan kabar, sebagaipengungkap lambang dan simbol-simbol, yang kelak dapat membuat bulu kuduk siapapunakan merinding ketakutan.

Bicara tentang angakatan muda dan mahasiswa, yang kelak disebut sebagai �Angkatan 66�,mereka punya andil tersendiri yang dapat kumanfaatkan bantuannya pada peristiwa 30September 1965 itu.Ya, dari merekalah gerakan dimulai, dari mulut merekalah sumpah-serapah dilontarkan, dikampus-kampus, di lapangan hingga sampai ke jalan-jalan raya. Dari fasilitas militer jugadisediakan truk-truk hingga panser untuk mengangkuti mereka agar berteriak-teriakmenentang Soekarno. Spanduk-spanduk, yel-yel bertebaran di mana-mana. Belum lagibantuan dana dari CIA, ditambah lagi bantuan jaket-jaket kuning agar dikenakan oleh parademonstran.Lantas kukerahkan utusan khusus untuk memaksa orang-orang Telkom agar memutus alirantelpon pada saluran-saluran yang telah kutentukan.Bersamaan dengan itu Mayjen Pranoto Reksosamodra telah ditunjuk oleh Presiden Soekarnoselaku Care-Taker MENPANGAD. Aku harus mengupayakan agar dia tak bisa dihubungi,kalau perlu mencegahnya agar tidak datang memenuhi panggilan Presiden di Halim.Sebelum itu, pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 06.30 pagi, telah kuutus Brigjen dr.Amino agar memberitahu Pranoto perihal penculikan Letjen Ahmad Yani beserta jenderaljenderallainnya. Pranoto kontan berangkat menuju Markas Besar Angkatan Darat (MBAD)serta mengadakan rapat darurat. Setelah ditampung hasil laporan dari sumber-sumber yangtelah diatur sedemikian rupa, maka rapat MBAD menyimpulkan begini:__________________________�Letjen Ahmad Yani beserta lima jenderal lainnya telah diculik oleh sepasukan penculik yangbelum dikenal. Dengan ini rapat memutuskan bahwa Mayor Jenderal Soeharto, panglimaKostrad, agar mengambil-alih pimpinan Angkatan Darat yang sedang fakum.�Pagi itu melalui kurir khusus, keputusan rapat segera disampaikan kepadaku, yang waktu itusudah menunggu di Makostrad.Dan sewaktu muncul siaran RRI tentang penunjukan Pranoto sebagai Care-Taker, makaberturut-turut utusan Presiden memanggilnya agar segera menghadap ke Halim. Para utusanitu ialah Letkol Infantri Ali Ebram, Brigjen Sutardio, Brigjen Sunario dan Kolonel BambangWijanarko.Tapi apapun yang mereka lakukan, kini Pranoto sudah masuk jebakan dalam hubungankomando-taktis di bawah kewenanganku. Dia tidak akan bisa menghadap Presiden tanpamendapat izin dan restu dariku. Dan sewaktu dia meminta izin, jelas aku larang mentahmentahdengan suatu ancaman:�Kalau kau memaksakan diri menghadap Presiden, kami tidak bertanggungjawab akankemungkinan adanya korban lagi�.�8Tibalah waktunya pada tanggal 14 Oktober 1965, setelah melalui macam-macam proseskejadian, ketika secara resmi aku telah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), makasegeralah dibentuk susunan staf-staf baru, dan kini Pranoto hanya kami tempatkan sebagaiperwira tinggi yang diperbantukan pada KSAD.Kemudian pada tanggal 16 Februari 1966 kuperintahkan pasukan khusus untuk menahanPranoto dengan tuduhan: terlibat dalam G30S/PKI. Pada tahun itu kuperintahkan agar iasegera dikenakan tahanan rumah, hingga kemudian dipindahkan ke Inrehab Nirbaya padatahun 1969, juga dengan tuduhan yang sama. Dan untuk memperketat pengucilan dirinya

sebaiknya ia dikenakan skorsing sebagai anggota angkatan darat, dengan tidak diberi gajiskorsing, juga tidak perlu diberi tunjangan apapun.Lantas memasuki tahun 1981 ketika posisiku sebagai Presiden semakin diakui masyarakat,dan setelah keberhasilanku menciptakan mitos Bapak Pembangunan, maka kuperintahkanPanglima Kopkamtib untuk membuat surat pembebasan resmi. Hingga terhitung sejak tanggal16 Februari 1981 Pranoto kubiarkan bebas dari tahanan, yang berarti bahwa selama 15 tahunia mendekam dalam tahanan, tanpa pemberhentian dan pemecatan resmi dari keanggotaanAngkatan Darat. Juga tanpa pemeriksaan melalui proses dan pembuatan berita acara resmi.Kini kubiarkan ia bebas dan � kalau perlu � silakan berbaur dengan masyarakat luas. Lagipulasiapa yang akan mengakui keberadaan dia, dan siapa pula yang akan mendengarkanomongannya. Kini kepercayaan publik telah terpusat kepadaku sebagai Bapak Pembangunan,terutama jasa-jasaku dalam membangun negeri bersama dengan segala keamanan danketertiban nasional.Orang-orang semacam dia tidak perlu direhabilitasi, serta tidak usah diberi uang pensiunsampai kapanpun. Dan pada suatu hari aku pun menerima laporan bahwa ia telah wafat disuatu rumah kumuh di wilayah Kramatjati, Jakarta .Pranoto adalah satu dari sekian banyak pembantu dan pendukung Soekarno, yang kubiarkanmengalami nasib hidup seperti itu. Sekarang buktikan, siapa yang menang dan berjaya diantara kita�.9Sudah lama di kalangan masyarakat terjadi polemik yang dapat kusimpulkan menjadi duagolongan, yakni mereka yang berpendapat bahwa revolusi sudah selesai, sedangkan yang lainmengatakan bahwa revolusi belum selesai.Soekarno pernah menegaskan bahwa revolusi Indonesia harus melingkupi segala bidang_____________10sosial-politik, budaya dan ekonomi sekaligus. Bahwa revolusi kemerdekaan 1945 hanyalahjembatan emas, dan kita harus memperjuangkan kemerdekaan dalam arti yang sebenarsebenarnya.Entahlah, apa lagi yang diomongkan oleh Soekarno. Aku tidak paham.Sekarang aku hanya membagi menjadi dua kekuatan saja, yakni siapa-siapa yang berpihak danmendukung pemerintahanku, sedangkan yang lain dapat digolongkan sebagai kelompok yangmembahayakan, dan karenanya harus disingkirkan.Dari kalangan seniman sudah jelas siapa mendukung siapa. Siapa kubu bagi siapa. Makasegeralah dikerahkan kesatuan-kesatuan tentara guna membakar rumah-rumah tokoh senimanyang membangkang. Dan kami tinggal menunggu kabar-berita dari para utusan, apakahtugasnya berhasil, tanpa peduli berapa korban yang ditimbulkan dari aksi-aksi pembakaranrumah itu. Lagipula, mereka toh akan mengira bahwa tindakan itu akibat dari ulah-ulah lawanpolemik mereka sendiri sesama seniman.Ada seorang seniman yang � karena keberaniannya � membuat kami kesulitan untukmenangkapnya, hingga sesudah berkali-kali utusan dikerahkan, selalu saja membawa laporanyang sangat menjengkelkan. Maka kubuatkan saja skenario khusus untuk prosespenangkapannya.Seniman satu itu pernah menulis novel tentang taktik perang gerilya sejak masa kemerdekaan.Dari catatan sejarah dapat dilihat bahwa ia pernah malang-melintang di dunia revolusi, bahkanpejuang keras dalam menyelesaikan persoalan sejarah sastra Indonesia . Pada awal revolusi

1945 dipimpinnya sebuah majalah yang kemudian dinyatakan terlarang oleh pemerintahpendudukan Belanda. Dia aktif menyebarkan selebaran-selebaran gelap untuk usaha-usaharevolusioner, yang membuatnya pernah tertangkap dan dikucilkan di Pulau Edam pada tahun1949.Waktu penangkapannya, militer Belanda menyita empat novel karyanya mengenai peristiwaperistiwapada awal-awal revolusi 1945.Ya, tentulah dia adalah orang yang patut diperhitungkan dengan serius. Yang jelas, daribeberapa tulisannya dapat dipahami bahwa dia adalah pendukung setia dari kebijakankebijakanpolitik Soekarno.Dan untuk menghadapi seorang ahli perang gerilya, tentulah dibutuhkan siasat-siasat khususuntuk dapat meringkusnya�Setelah berhasil ditangkap, aku mengutus seorang mayor dan dua letnan untuk menginterogasiseniman itu. Aku tinggal menerima laporan dari mereka, dengan menyediakan sebuah taperecorder dari hasil rekaman selama interogasi itu:Ditanyakan oleh seorang letnan, bagaimana pendapatnya tentang Gerakan Untung, kemudianseniman itu menjawab:�Aku tidak tahu apa-apa tentang Gerakan itu���Apakah Anda membenarkan Gerakan itu?�Seniman itu diam, kemudian jawabnya:�Kalau dapat kesempatan mempelajari peristiwa Gerakan 30 September, mungkin dalambeberapa tahun akan bisa saya jawab.��Anda percaya negara Indonesia ini akan menjadi negara komunis?��Mungkin tidak.��Kenapa?��Karena faktor geografi dan konservatifitas rakyat kita.�Rupanya memang sulit untuk mencari-cari kesalahan dari pernyataan-pernyataan seniman itu.Namun karena dia termasuk pendukung setia dari pemikiran-pemikiran Soekarno, akuberkesimpulan bahwa orang ini akan membawa masalah di kemudian hari. Aku tetapmenggolongkan dia sebagai orang berbahaya yang harus dijadikan korban.Dan bukankah Raja Kresna dalam filsafat Jawa tidak mengkhawatirkan berapapun jumlah__________________________korban, demi kelancaran pembangunan dan stabilitas negeri�?11Untuk menangani para pembantu dan pendukung Soekarno rupanya tidak bisa sepertimembalikkan telapak tangan. Aku harus mengerahkan ahli-ahli strategi dari kalangan militer,serta harus diperbantukan oleh pihak intelijen internasional seperti CIA. Dukungan danbantuan Amerika memang sangat menggiurkan bagi kepentingan Angkatan Darat Indonesia,yang sejak tahun 1955 telah terang-terangan menampakkan kecurigaanya pada Soekarno,terlebih-lebih ketika ia diakui sebagai pemimpin besar Asia-Afrika.Maka segeralah di bulan-bulan awal tahun 1966, harus dikerahkan aksi-aksi profokasi untukmembuat keributan dan kekacauan di sekitar ibukota Jakarta, untuk menunjukkan bahwapemerintahan Soekarno sudah tidak berdaya lagi untuk mengatasi aksi-aksi kerusuhan itu.Selain itu, aku akan mengusahakan agar Soekarno membuatkan surat-resmi yang berisi

�pelimpahan kekuasaan�, dengan ancaman bahwa aku tidak mau bertanggungjawab mengenaikorban-korban, sekiranya kekuasaan negeri tidak dilimpahkan kepadaku.Saat itu di Istana Merdeka akan dilangsungkan Sidang Kabinet untuk membahas persoalan�tiga tuntutan rakyat� (tritura), maka dikerahkanlah sekelompok pasukan tentara berpakaianpreman untuk membikin keributan di sekitar Istana Merdeka, serta untuk mengacaukanberlangsungnya Sidang Kabinet yang akan segera dilangsungkan. Kemudian ketika sidangdialihkan ke Istana Bogor, kuciptakan aksi-aksi teror hingga acara pun gagal lagi untuk kesekian kalinya.Sementara itu di Jakarta sedang hiruk-pikuk oleh kerusuhan dan bentrokan keras antaramahasiswa dan aparat, maka korban-korban pun berjatuhan di sana-sini, antara lain duakorban yang kami tampilkan untuk menunjukkan ke publik bahwa pemerintahan Soekarnotelah layak disebut sebagai �diktator�. Dua korban itu adalah Arif Rahman Hakim dan ZainalSakse, yang kelak akan kuberi gelar �Pahlawan Ampera� atau Amanat Penderitaan Rakyat,yang di kemudian hari berhasil memuluskan harapanku untuk membentuk Kabinet PertamaOrde Baru, dengan sebutan �Kabinet Ampera�.12Pada tanggal 11 Maret 1966 tiga orang Jenderal bawahanku telah kuutus untuk membawasurat pada Presiden Soekarno, yang isinya telah diatur sedemikian rupa, bahwa aku, Soeharto,tidak akan bertanggungjawab mengenai keamanan negeri, seandainya tidak diberikankekuasaan penuh untuk menumpas G30S/PKI di seluruh Indonesia.Aku mintakan tiga Jenderal itu agar mendesak Presiden, supaya ia bersedia membuatkan suratperintah khusus kepadaku, yang kelak surat itu disebut sebagai Supersemar (Surat PerintahSebelas Maret), meskipun redaksinya telah kurubah dari perintah pengamanan Jakarta,menjadi �pelimpahan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto�. Seketika itu kami umumkanmengenai surat itu, dan kami nyatakan pada masyarakat bahwa surat itu adalah mukjizat dariTuhan yang dianugerahkan kepada rakyat dan bangsa Indonesia .Sebagai gebrakan awal, meskipun dengan cara-cara teror dan kekerasan, kami pun berhasilmembubarkan Partai Komunis di seluruh Indonesia . Dalam beberapa hari, limabelas menteripendukung Soekarno berhasil kami tangkap. Aku berpura-pura tidak tahu ketika Soekarnomenyatakan kaget mendengar gebrakanku ini. Kabarnya dia bertanya-tanya, kenapa Soehartomelakukan tindakan-tindakan yang tidak dikonsultasikan lebih dahulu? Maka dalam hati akumenjawab, mengapa harus dikonsultasikan? Ini adalah politik, dan politik adalah siasat, dansiasat yang jitu harus diraih dengan sekuat-mungkin tanpa perlu konsultasi dari pihakmanapun.Kemudian langkah-langkah selanjutnya, sebaiknya dipercepat sajalah�Pada tanggal 25 Juli 1966 harus diadakan Sidang Umum IV MPRS. Kabinet pemerintahan_____________13Soekarno (Dwikora) yang 15 menterinya telah ditahan, segara kami bubarkan. Sebagaigantinya kami bentuk kabinet baru AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat), yang tentunyaakulah yang harus tampil sebagai Ketua Presidiumnya. Dan puncaknya segeralahdiselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dari tanggal 7 hingga 12 Maret 1967 yang membuataku diangkat menjadi Pejabat Presiden, dan kontan disambut hangat oleh Jenderal Besar A.H.Nasution, yang kemudian menandatangani Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967.Sejak saat itu, dicabutlah semua kekuasaan pemerintahan dari tangan Presiden Soekarno.

Lantas diperintahkan agar dia dilarang keras melakukan kegiatan politik. Dan jalan terbaiksebaiknya dijebloskan sajalah ke dalam tahanan, menyusul para pembantu dan pendukungpendukungnyadi seluruh tanah air.Kini sejarah tentang mereka akan kami gelapkan. Pemahaman angkatan muda tentang mereka,akan kami alihkan. Keluarga-keluarga dan anak-cucu mereka, biarlah mengais-ngais rezekiberkalang tanah. Semua jasa-jasa dan jejak-langkah perjuangan mereka, akan kubuat kaburdan suram.Biar sajalah angkatan muda tidak mengenal sejarah bangsanya sendiri.Ya, semuanya itu bermula dari Supersemar. Bukankah itu suatu siasat jitu untuk menciptakaniklim perebutan kekuasaan berdasarkan cara-cara konstitusional�?Kini kekuatan dari kalangan pers tengah dipersiapkan. Pers-pers pendukung Soekarno, sertapers-pers berhaluan kiri sudah dibredel semuanya. Para wartawannya sudah kami tahan. Kamimengutus beberapa tentara untuk menculik seniman nasional Trubus, Japoq Lampong sertapengarang lagu Genjer-genjer, namun kemudian para penculik mengabarkan adanya�kecelakaan� di tengah jalan. Aku memaklumi mereka, dan aku paham apa yang merekamaksudkan.Pada suatu hari aku juga menerima berita dari Solo tentang tertangkapnya seorang tokoh dariPartai Komunis. Secepat kilat aku harus mengatur strategi agar dia jangan sampai diperiksa,atau memberi pernyataan apapun di muka pengadilan.Mula-mula Kolonel Yasir dan pasukannya kuperintahkan melakukan penggrebekan di wilayahperkampungan Sambeng. Tokoh partai itu rupanya bersembunyi di rumah seorang pensiunanpegawai bea-cukai, yang kabarnya hidup bersama seorang cucunya yang masih gadis remaja.Ketika gadis itu diancam mau digagahi beramai-ramai, maka kakek tua itu terpaksamemberitahu tempat persembunyian sang tokoh partai, yakni di belakang lemari yang tersekattembok dinding. Seketika itu aku mengontak Kolonel Yasir agar segera menghabisi orang itudi tengah jalan, sebelum tiba di ibukota Jakarta . Setelah itu kami pun mengatur siasat untukpenggelapan mayatnya, agar orang-orang tidak dapat menemukan di mana rimbanya.Di kemudian hari, persoalan ini memang dipertanyakan oleh sejarawan-sejarawan angkatanmuda yang berani mengungkap teka-teki ini: �Mengapa seorang tokoh penting yang menjabatSekjen PKI serta menjabat resmi selaku Menko, telah dibunuh begitu saja, tanpa prosespengadilan?�Pernyataan ini senada dengan para penulis sejarah yang berani menggugat: �MengapaSoekarno yang sudah siap diperiksa untuk menyampaikan yang sejujurnya perihal seluk-belukG30S, lantas dikenakan tahanan rumah hingga wafatnya?�Untuk menangani persoalan pertama, aku mengarang jawaban seperti ini: �Dikarenakan tokohpartai itu melawan dan hendak melarikan diri, terpaksa kami tembak di tengah jalan.�Kemudian untuk menangani persoalan kedua, aku sudah mengatur jawaban seperti ini:�Dikarenakan Soekarno adalah bapak bangsa, maka kita harus mengamankan beliau. Tidakboleh ia dibawa ke pengadilan, karena kita harus menghormatinya, mikul duwur, mendemjero.�Dua jawaban itu kukira sudah cukup menjadi alasan kuat untuk mengibuli para sejarawan,budayawan atau kalangan pers di negeri ini.__________________________

14Ada seorang cendikiawan muslim dalam suatu wawancara di suratkabar, mengutip sebuahayat Al-Quran yang berbunyi: �Barangsiapa memulai kezaliman maka ia akan berada dalampertentangan yang tak berkesudahan.�Aku tidak paham apa yang diomongkan si cendikiawan itu.Pada kesempatan lain dia mengutip dua buah ayat Al-Quran: �Barangsiapa membunuhmanusia bukan karena kejahatannya maka ia telah membunuh seluruh manusia, barangsiapamemelihara hidup seorang manusia maka ia telah menghidupkan seluruh manusia. Merekayang beriman, dan tidak mengaburkan imannya dengan kejahatan, mereka itulah yangmemperoleh kedamaian dan bimbingan yang benar.�Bahkan pernah pada suatu acara dialog di televisi, tokoh satu itu mengupas dua buah haditsNabi yang berbunyi: �Seorang mukmin senantiasa mendapat kelonggaran dari agamanyaselama ia tidak melakukan pembunuhan tanpa hak. Dan jika seorang penguasa mati dalamkeadaan masih menipu rakyatnya, maka Tuhan akan mengharamkan sorga baginya�.�Aku tidak mengerti apa maksudnya mengutip-ngutip ayat dan hadits semacam itu. Tapi dalamkomentarnya tentang sosial-politik, tokoh satu itu kelihatan gegabah dan sembarangan.Dikiranya siapa dia. Punya kekuatan apa.Dari sindiran-sindirannya sering diungkap mengenai keluargaku atau keluarga cendana,bahkan disinggungnya perihal bisnis anak-cucu serta kerabat-kerabatku dengan gayabahasanya yang mengandung teka-teki. Dikiranya aku tidak paham sama sekali, ke mana arahpembicaraannya itu.Mau apa dia. Apa mau menggulingkan dan mengambil-alih kepemimpinan yang susah-payahsudah kuraih mati-matian.Akhirnya tokoh satu ini pun patut diperhitungkan kelak demi berjalannya stabilitas dankeamanan negara.15Pembangunan sarana dan infrastruktur sebaiknya dipacu secepat-mungkin. Kucetuskan istilah�Ideologi Pembangunan� agar merasuki pikiran masyarakat. Investor-investor datangmembanjiri negeriku. Bantuan-bantuan ekonomi kami manfaatkan untuk pembangunangedung-gedung megah di sana-sini. Kekayaan alam kami keruk dan jalur-jalur perekonomiandibentangkan, dan keuntungannya dimanfaatkan. Pengusaha-pengusaha asing kami undangdemi kelestarian dan jaminan keamanan kapitalnya.Tentulah tawaran jutaan dollar yang dipromotori IMF sebagai modal pembangunan sungguhmenggiurkan. World Bank, IGGI dan sekian lembaga internasional menawarkan programprogramnya.Dan tanpa perlu pikir panjang, kami sambut semuanya dengan senang hati.Seorang pakar ekonomi Profesor Kurt Biedenkopf pernah menyatakan: �Ternyata bangsabangsakaya hanya dapat bertahan dengan melakukan ekspansi untuk mengorbankan bangsabangsayang lemah.�Pernyataan macam itu searah dengan pidato-pidato Soekarno selama Konferensi Asia-Afrikadi Bandung. Meskipun aku tidak banyak menyimak apa yang diomongkan mereka-mereka itu.Aku tak ambil pusing.Biar sajalah tatanan ekonomi berjalan. Segalanya mungkin bagi manusia dan boleh dikerjakanoleh siapapun. Karena itu para anak-cucu dan kerabat terdekatku kupercayakan untukmenangani bisnis-bisnis penting berskala besar. Segala sarana dan fasilitas buat mereka segera

kupermudah. Maka kebutuhan pun segera diproduksi, agar produsen memproduksipemenuhan kebutuhan yang terus-menerus disiasati. Tidak usah dipikirkan mana kebutuhanyang sebenarnya, dan mana yang harus direkayasa sedemikian rupa. Sampai produksi menjadituan dari kebutuhan dan dari manusia. Produksi mengabdi pada manusia ataupun manusiamengabdi demi produksi.__________________________Untuk kelancaran semuanya mau tidak mau harus diperjelas siapa yang harus dibantu dandilindungi, dan siapa-siapa yang pantas untuk dikorbankan.Campur-tangan pemerintah sangat diperlukan untuk menegakkan Ideologi Pembangunan yangsudah kucetuskan. Sistem ekonomi koperasi yang digagas oleh Mohammad Hatta sengajakami abaikan. Soalnya dia termasuk dari sekian banyak pembantu Soekarno yang palingdekat.Segala sistem aparatur sampai wilayah agama sekalipun harus ditangani dan dikendalikan olehnegara. Para tokoh agama, budayawan hingga cendikiawan harus ditundukkan untukmengabdi pada kebijakan dan ketetapan pemerintah, karena yang boleh berlaku hanyalahideologi dan tafsiran negara. Maka kami putuskan untuk membentuk tim propaganda khususbersama departemen penerangan, untuk menyeragamkan segala informasi pada seluruh lapisanmasyarakat, hingga kalangan ulama dan kiai-kiai pesantren di seluruh pelosok negeri.16Ada lagi seorang tokoh publik dari kalangan penyanyi yang menjadi idola kaum muda selamabeberapa dasawarsa. Kini dia semakin berani mengungkap beberapa peristiwa sengit yangsengaja sudah dirahasiakan. Namun dengan lantang dia membongkar tentang peristiwa Malari,Tanjung Priok, Timor-Timur hingga Aceh. Belum lagi masalah konflik Kedungombo, Nipahdan banyak lagi yang lainnya. Bahkan pada kesempatan lain dia pernah menyindir-nyindirsoal korban-korban Orde Baru, pembangunan semu, kekayaan anak-cucu presiden dan paraelite politik Indonesia . Kontan saja kalangan pers selalu mengikuti gerak-gerik dan jejaklangkahnya.Karena itu, penyanyi satu ini harus menjadi perhitungan tersendiri, dan aku harus merancangsiasat khusus untuk dapat melumpuhkannya.Kini aku makin tekun merumuskan tentang siapa-siapa yang layak menduduki pemerintahandaerah, dari tingkat pusat hingga bawah, bahkan rektor-rektor universitas pun harus ditentukanoleh kekuatan Orde Baru. Sistem untuk menyaring dan memilih mereka sederhana saja, yakniseberapa jauh pemahamannya tentang peristiwa 30 September 1965, serta seberapa besarkewibawaannya di tengah masyarakat. Kalau sudah memenuhi kriteria, maka gulingkan sajamereka yang sudah duduk memimpin, atau sebaiknya digeser secara halus dan pasti, supayamasyarakat maklum bahwa cara-cara konstitusional telah ditempuh oleh si calon pemimpinbaru itu.Untuk menangani wilayah-wilayah tertentu yang sulit diatasi, seperti Timor-Timur, Aceh danlain-lain, maka operasi militer besar-besaran akan kami kerahkan. Beberapa petinggi-militerkupercayakan untuk menjadi komandan penuh, khususnya mereka yang pernah kuutusmengikuti program Terrorism in Low Intensity Conflict, yakni suatu pelatihan trainingbagaimana membuat aksi-aksi profokasi dan teror, yang diselenggarakan oleh Pentagonmelalui program kerjasama militer IMET.17Rupanya makin lama makin memerlukan penanganan serius. Aku mencoba menenangkan

masyarakat, seakan-akan keadaan aman dan tidak terjadi apa-apa.Tiga majalah dan tabloid dibredel sekaligus, agar tak ada lagi yang mencoba menghasut danmemprofokasi masyarakat, serta agar menjadi pelajaran berharga bagi yang lainnya.Namun reaksi yang terjadi malah sebaliknya. Seketika itu muncul gelombang protes untukmembela majalah dan para wartawan yang bertugas. Dan setelah kami terbitkan majalah barusebagai tandingannya, rupanya gelombang protes semakin marak dan meluas di mana-mana.Mereka menyerukan pembelaan terhadap Muchtar Pakpahan, Sri Bintang Pamungkas, UdinSyafrudin, Xanana Gusmao, Budiman Sujatmiko, Wiji Thukul dan banyak lagi yang lainnya.Belum lagi penghargaan Hak Asasi Manusia kepada pahlawan buruh yang bernama Marsinah.__________________________Bahkan penganugerahan Nobel Perdamaian kepada politikus Ramos Horta dan rohaniwanXimenes Belo untuk perjuangan Timor-Timur. Ditambah lagi kasus-kasus baru karenamaraknya teknologi komunikasi dan media informasi: di Indonesia bagian timur diberitakantentang ratusan ribu korban rakyat Timor-Timur, di bagian barat dikabarkan ribuan korbanrakyat Aceh. Belum lagi Ambon, Maluku, Poso, Lampung, Makassar dan seterusnya.Mau tidak mau semuanya harus ditangani secara serius. Mau tidak mau harus terjadibentrokan di sana-sini. Mau tidak mau harus ada korban-korban baru yang menjadi tumbal,agar dijadikan pelajaran berharga bagi yang lainnya.Ya, mengapa tidak. Bukankah stabilitas nasional dan roda-roda pembangunan harus berjalanterus.Kini aku pun tinggal memantau dan menerima hasil laporannya:Kematian wartawan bertambah lagi; bentrokan mahasiswa dan aparat semakin menelanbanyak korban; para aktifis LSM sudah diamankan; para penulis buku tentang Soekarno sudahditangkapi; ratusan orang telah diciduk dan dikurung secara rahasia; puluhan orang yangtertembak di lapangan sengaja dirahasiakan jejak-jejaknya, dan banyak lagi yang lainnya.18Namun angkatan muda negeri ini semakin berani dan berani saja. Ada apa ini. Dari mana asalmuasalnya, dan watak siapa yang mereka warisi.Ada lagi laporan mengenai ulah seorang sastrawan yang baru dibebaskan dari Pulau Buru,tiba-tiba dia menulis buku yang berjudul �Arus Balik�. Coba bayangkan, judulnya saja ArusBalik. Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?Sebelum itu pun sudah diluncurkan oleh Penerbit Hasta Mitra, sebuah buku yang berjudul,�Nyanyi Sunyi Seorang Bisu�, menyusul sebuah buku lagi: �Era Baru Pemimpin Baru: BadioMenolak Rekayasa Rezim Orde Baru�.Tak berapa lama mulai bermunculan penerbit-penerbit independen yang mengikuti jejak HastaMitra, lantas menerbitkan buku-buku yang berjudul seperti ini: �Kehormatan bagi YangBerhak�, �Bayang-bayang PKI�, kemudian seorang etnis Cina berani-beraninya meluncurkanotobiografinya dengan judul: �Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno�.Tentu saja aku harus membuat gebrakan untuk melarang semua buku-buku semacam itu�.19Tapi makin lama keadaan makin parah saja. Gelombang demonstrasi makin marak di manamana.Negeri ini seperti dikepung oleh gurita raksasa yang membuat aku merinding ketakutan.Bantuan-bantuan ekonomi dicabut dari negara-negara asing. Timor-Timur menuntutkemerdekaan mutlak. Aceh dan Irian Jaya ikut-ikutan bergolak. Sedangkan di Jakarta sendiri,

kerusuhan terjadi di mana-mana. Gedung-gedung megah terbakar, pusat-pusat pertokoandijarahi massa , bahkan dalam satu hari dikabarkan telah terjadi pemerkosaan massal yangmengorbankan 150 lebih para wanita dari etnis Cina.Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?Para investor dan pengusaha asing pada kabur ke negerinya masing-masing. Mereka menuntutkejelasan tatanan ekonomi serta penyelenggaraan hak asasi manusia yang baik di Indonesia .Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?Bukankah lebih dari 30 tahun aku memimpin negeri ini, dan selama itu tak pernah kuhadapihal-hal aneh yang mengherankan macam ini? Aku tidak paham� aku tidak ngerti semuakejadian ini� ampun, aku sudah tidak sanggup lagi�.Namun tiba-tiba mereka yang ikut-serta mendirikan pemerintahan Orde Baru pada hengkangdan berlarian ke sana kemari. Mereka telah berpaling dari komitmen semula� mereka salingberpencar dan kocar-kacir tak keruan�.Lantas siapa yang akan menanggung semuanya ini� di mana kawan-kawan dan mitra-mitra__________________________bisnisku� di mana tanggungjawab mereka� kenapa mereka diam saja� kenapa mereka takambil peduli� apakah aku harus segera melarikan anak-cucu dan semua kerabatku ke luarnegeri�.20Bagaimanapun aku harus berusaha bersikap tenang. Akan kurancang siasat jitu untuk mundurdari kursi pemerintahan. Akan kurekayasa bahasa yang tepat untuk dapat menenangkanmasyarakat. Sebab ada seorang seniman memakai istilah �terjengkang dari kursi kekuasaan�.Aku harus memasyarakatkan istilah Jawa, yakni �lengser keprabon� (yang berarti mundursecara baik-baik).Aku harus manfaatkan siasat-siasat lamaku, serta mengatur situasi dan kondisi untukmenyelesaikan kepemimpinanku secara sah dan konstitusional. Bukankah cara-cara semacamini pernah dipercayai masyarakat, hingga berhasil mengangkatku menjadi orang nomor satu dinegeri ini?Akan kuciptakan suasana seakan-akan aku dengan sukarela meletakkan jabatan sertamemberikan mandat kepada Wakil Presiden. Aku yakin masyarakat tidak banyak komentar.Mereka tidak mengerti apakah cara-cara ini legal atau tidak, karena aku telah berhasilmengelabui mereka agar tidak paham dan buta politik. Aku yakin bahwa mereka akan tetapmenghormatiku dan tunduk kepadaku. Juga akan kusebarkan berita dan informasi di seluruhjaringan televisi dan radio, bahwa saat ini aku tidak memiliki kekayaan sesen pun yangtersimpan di bank. Kini sudah kuatur siasat jitu bersama anak-cucu dan kerabatku, agar akujangan sampai dipersalahkan di muka pengadilan, supaya segala kekayaan yang tersimpan dibank-bank luar negeri menjadi aman dan terlindungi. Aku akan manfaatkan semuanya ituuntuk keperluan anak-cucu dan keturunanku, dan jangan sampai jatuh di tangan negara.Sampai kapanpun akan kurancang siasat ampuh, seperti yang sudah-sudah, agar masyarakattetap bisa dibodohi dan dininabobokan.21Terhitung mulai tanggal 21 Mei 1998 aku lengser kepabon atau mundur secara baik-baik.Secara konstitusional murni aku menyerahkan mandat kepada wakilku, seorang teknolog lugudari kalangan sipil yang selama ini terang-terangan menganggapku sebagai �guru�. Akan

kubiarkan dia memimpin negeri ini dengan segala kepolosan dan keluguannya.Dan seperti dugaanku, hari-hari pemerintahannya kemudian dihiasi dengan keributan dankekerasan brutal yang memuncak di sana-sini. Para pembantu dan bekas-bekas pendukungku,bahkan kesatuan militer hingga organisasi agama, yang dulu memanfaatkan sarana-fasilitasdari Orde Baru, yang dulu kami berikan bantuan moril dan materil, kini semakin adu otot,saling tuding dan saling menyalahkan.Sudah kuduga sebelumnya, mereka kemudian menjadi petualang-petualang politik di tiap-tiapkota dan propinsi, berebut kursi dan kekuasaan, menjadi raja-raja kecil, seakan-akan akulahyang menjadi guru dan teladan bagi mereka semua. Sementara itu, para koruptor kakap yangselama ini menjadi kaki-tanganku, dengan lihainya menyembunyikan diri untuk mundurselangkah, serta membiarkan hutang negara menumpuk, hingga menimbulkan krisis ekonomiyang berkepanjangan, yang mengakibatkan kerusuhan dan keributan terus merebak di seluruhpenjuru negeri.Biar sajalah semuanya itu terjadi. Toh aku sudah menjadi masyarakat biasa, dan aku tak perlutanggungjawab mengenai semua huru-hara dan kekacauan di negeri ini. Aku perintahkanseorang anakku untuk merawatku dengan baik-baik, seakan-akan aku menderita sakitpermanen, atau � kalau perlu � pura-pura sakit jiwa, agar aku terselamatkan dari tuntutanpengadilan.__________________________22Partai-partai baru berdiri di sana-sini. Kekacauan semakin merebak di mana-mana. Angkatanmuda menuntut agar aku beserta keluarga dan kroni-kroniku segera diadili atas pelanggaranHAM selama 32 tahun, juga tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Mahkamahagung � sesuai lobi dan rancanganku � hanya memusatkan perhatian pada soal KKN, danmasyarakat pun sepertinya maklum.Sebelum itu, tentu saja sudah kuatur siasat dan strategi untuk menggelapkan, memalsukanserta memindah-tangankan semua nomor-nomor rekening atas namaku � baik di dalam danluar negeri � hingga pembuktian materil tidak lengkap, dan karenanya tuntutan hukum bisadimentahkan. Dan ketika saatnya diadakan pemeriksaan, orang-orang kejaksaan rupanyacukup lihai untuk menghimpun pertanyaan yang membuatku bisa berkelit ke sana kemari,hingga suasana tetap mengambang dan menemui jalan buntu.Ketika angkatan muda semakin berduyun-duyun memadati halaman kejaksaan agung,pemeriksaan pun dipindahkan ke tempat lain, tanpa sepengetahuan publik. Seketika itu paramahasiswa dan pemuda nampaknya sudah tidak bisa dikelabui lagi. Ada apa ini? Watak dankeberanian siapa yang mereka warisi? Perjuangan mereka sepertinya tanpa pamrih, dan atasdasar kemauan dan semangat mereka sendiri.Padahal pemuda angkatan �66 masih bisa diperalat dan dikelabui untuk menjatuhkanSoekarno, dengan berbagai sarana dan fasilitas yang disediakan buat mereka.Tapi kali ini, coba bayangkan, mereka secara serentak meneriakkan yel-yel dan spandukspandukbertuliskan:Bersihkan Kabinet dari Orang-orang Orde BaruSoeharto Dalang Semua BencanaHentikan Penjajahan Gaya Orde BaruRombak Badan Yudikatif Indonesia

Bersihkan Aparat-aparat Hukum yang Tersangkut dengan Orde BaruBung Karno dan Pendukungnya Harus DirehabilitasiPada aksi-aksi demonstrasi di kampus-kampus dan jalanan, nampak pula spanduk-spandukberbunyi:Usut Tuntas Surat Perintah Sebelas MaretBubarkan 3 Partai Bentukan Orde BaruJadikan Museum Lubang Buaya Sebagai Museum Rekayasa Orde BaruTindak Tegas Para Perampok HutanPerkuat Sistem Pertahanan Maritim Kita

Revolusi Belum SelesaiKembalilah pada Bung Karno dan Semangat �4523Kini aku tidak mau lagi mengikuti berita-berita yang terjadi di negeri ini. Aku harus mengisimasa-masa tuaku dengan istirahat penuh di rumah, meskipun aku masih kuat untuk berziarahke makam istriku di Solo, atau menengok anakku di Nusakambangan. Entah karena kesalahanapa dia bisa mendekam di sana (tak seorang pun memberitahu aku).Sekarang aku tidak peduli bagaimana nasib anak-anakku di kemudian hari, bahkan nasibbangsa ini pun, aku tak mau ambil pusing. Ya, aku hanya senang mengikuti acara-acaratelevisi yang menyiarkan perjudian dan kuis-kuis, seperti Who Want to be a Millioners, baikdari dalam dan luar negeri. Selain itu, aku tidak peduli dan tidak mau ambil pusing perihaldemonstrasi, spanduk-spanduk dan yel-yel yang bertebaran di sana-sini. Biar sajalah pemudadan mahasiswa itu berteriak-teriak menggugat kami, toh mereka tidak paham tentang duniahukum dan pengadilan Indonesia yang masih bisa disetting untuk bersikeras membelakubeserta kerabat dan saudara terdekatku.Kini aku sudah mempersiapkan pengacara-pengacara handal dan termahal di negeri ini, sambilkupancing daya tarik mereka agar bersimpati kepadaku. Mereka sudah kukerahkan untukserentak tampil di depan publik, agar menyampaikan kesan-kesan baik tentang aku dankeluargaku. Aku berusaha bersikap sopan dan lembut di hadapan mereka, supaya merekamakin gigih dalam pembelaanya terhadap kami.Sampai kapanpun aku berusaha � dengan cara apapun � agar masyarakat Indonesia tetapmenjadi bangsa-bangsa budak dan kuli, yang mudah diperalat dan dikelabui oleh segalamacamalasan dan perkataanku�.***(Ditulis untuk menggugat buku �Sukarno File� karya Antonie CA Dake,dari hasil penelitian penulis selama 9 tahun, sekaligus sebagai korbanlangsung dari kejahatan rejim Soeharto dan Orde Baru).Hafis AzhariKetua K2PSI (Kelompok Kerja Perumusan Sejarah Indonesia )Sumber:http://www.geocities.com/k2psi_lsm/artikel1.htmtarget="_blank">Date: 2005/12/8Section: KesaksianThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=124Remembering 30th September 1965: Introduction [01-04]

Remembering 30th September 1965: IntroductionSeptember 07, 2004The last day of September marks the anniversary of the most infamous date in Indonesianhistory. Events on the evening of 30th September 1965 set off a chain of events that left up to1 million Indonesians dead, slaughtered, their bodies buried, burnt or cast into the sea.President Sukarno survived the violence but was a political victim, deposed by a militarygeneral by the name of Suharto. Suharto, with Western patronage, would rule Indonesia forthe next 22 years.Suharto�s iron grip on power ensured that the truth of the events on that fateful night wouldnever be discussed. But since his departure in 1998 and the dawn of Reformasi, there havebeen murmurings. Mass graves have been uncovered. Survivors have raised their voices andfingers pointed at Suharto, blaming him for the coup and violence that followed. Even talk ofan official government inquiry to uncover the truth.Many Indonesians wish never to speak of the horrific days and months that followed 30thSeptember 1965; others are just plain ignorant, victims of institutional brain-washing; yetothers seek to exhume the skeletons, grieve and let justice be done. Only then can Indonesia asa nation move on. The families of those who died deserve nothing less.So as we count down to the 39th anniversary of that infamous night over the coming weeks,Macam-Macam will bring a series of posts that seeks to retell the mystery-shrouded events ofthat night and the days that followed as well as touching on the alternate theories that havebeen put forward over the years to explain what happened and who was pulling the strings.Update: It seems that the DPR has passed a bill to establish a Truth and ReconciliationCommission with the aim of uncovering the truth behind the murderous excesses of theSuharto era, all the way back to the bloody war for independence, 1945-49.Source: Macam-MacamAustralian excursions in South-East Asiahttp://www.theswanker.com/Date: 2005/12/11Section: SejarahThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=136Orde Baru Sebagai Boneka International GangsterCapitalismOrde Baru Sebagai Boneka International Gangster CapitalismApakah orde baru adalah pemerintahan boneka buatan Amerika? Inilah pertanyaan yangmuncul di benak saya ketika membaca buku yang ditulis oleh Geoff Simons berjudulIndonesia: The Long Oppression. (London: MacMillan/N.Y.: St. Martin, July 2000).Sebagian besar dari uraian Simon tentang kekejaman regim militer dalam masa pemerintahanotoriter orde baru dalam buku setebal 304 halaman itu, bukanlah hal baru bagi masyarakatkita, yang secara dekat mengamati dan mengalami kekejaman system pemerintahan orde baru.Sebagaimana terungkap dengan sangat jelas pada judul buku itu, uraian Simonsmembangkitkan kesadaran dunia internasional pada umumnya dan warga Indonesia padakhusunya akan sebuah bangsa yang membangun sejarahnya lewat suatu opresi yang sangatpanjang. Sejarah nasional mencatat bahwa sejak Portugis mendarat di bumi pertiwi pada abadke 16 hingga kejatuhan Soeharto pada akhir abad ke 20 ini, masyarakat kita hidup dalamsituasi terjajah dari kekuatan opresif yang satu ke kekuatan opresif yang lain, dari kesadisan

kolonialisme asing ke kesadisan kediktatoran penguasa bangsa sendiri (orde baru).Orde baru memulai kekuasaannya dengan darah, menerapkan system kediktatorannya dengandarah, dan mengakhiri kekuasaannya juga dengan darah. Sampai pada akhirnya, orde barumenghantar kita pada babak baru sejarah yang Asvi Warman Adam (sejarahwan LIPI) sebutsebagai �sejarah korban� (Suara Pembaharuan, 3/11/2000).Dibentengi oleh kekuatan penguasa asing, khususnya Amerika, Inggris, Australia dan Jepang,kelompok negara yang Simons sebut sebagai international gangster capitalism, penguasa ordebaru terus menerapkan system opresi yang tak berperikemanusiaan atas rakyat bangsanyasendiri, demi interest imperialisme kooperatif gaya baru, yang beraksi atas nama agung�globalization�.Menghadapi berbagai aksi opresi tak berperikemanusiaan selama masa pemerintahan ordebaru, kelompok negara yang tergabung dalam international gangster capitalism itu berusahauntuk menghadirkan diri sebagai pahlawan yang ingin menyelamatkan bangsa Indonesiamelalui kritikan serta berbagai ancaman embargo dan lain sebagainya. Tapi siapa harusmengeritik siapa?Simons melukiskan bahwa Amerika, Inggris, Australia dan Jepang memainkan peran sentraldalam melahirkan figure yang tampil sebagai penguasa yang kejam selama masa pemerintahanorde baru. Lewat coup d�etat, Amerika telah menghantar Soeharto ke pucuk pimpinan ordebaru. Amerika juga telah membesarkan ABRI yang setelah kejatuhan Soeharto dituduhsebagai kambing hitam atas semua aksi pemerkosaan nilai kemanusiaan di negara ini.Simons menampilkan perspektif baru penemuan sejarah hasil penelitiannya sendiri untukmelengkapi sekaligus mempertegas kemiripan berbagai warna sejarah yang muncul sebelumdan sesudah kejatuhan orde baru. Sebelum kejatuhan Soeharto, transparansi sejarah orde barusudah diungkapkan oleh beberapa ilmuwan asing.Dalan artikel berjudul Lessons of the 1965 Indonesian Coup (1991), Terry Cavanaghmelukiskan penemuan historis serupa. Cavanagh menulis, Kudeta berdarah di Indonesiamerupakan hasil dari niat imperialisme AS untuk mendapatkan kontrol mutlak atas kekayaanalam dan sumber-sumber strategis dari kepulauan yang sering dinamakan 'PermataAsia' (jewel of Asia). Amerika yang sejak awal abad ke 20 telah menguasai eksploitasi minyakbumi (Caltex di Sumatera) dan karet di negeri ini, pasti tidak mau kehilangan interestekonominya ketika PKI berhasil menguasai massa dan kaum buruh untuk berjuang melawaneksploitasi kaum borjuis asing (termasuk Amerika) yang pada waktu itu menguasai sebagianbesar kekayaan alam di negari ini.Amerika menyadari bahwa ancaman kekuatan massa terhadap interest ekonomi dan politiknyadi bumi pertiwi ini hanya bisa dipatahkan dan dikuasai lewat pembentukan pemeritahandictator yang dipimpin oleh kaum militer. Untuk itu bantuan finansial, penyediaanperlengkapan perang dan latihan bagi kaum militer Indonesia merupakan langkah konkritAmerika untuk mempersiapkan apa yang kita kenal sebagai peristiwa penganyangan PKI.Cavanagh menulis, Kudeta di Indonesia tanggal 1-2 Oktober 1965 adalah hasil dari sebuahoperasi yang sudah lama direncanakan secara hati-hati oleh CIA dan komandan-komandanmiliter TNI yang dilatih oleh AS.Tentu saja keberhasilan Soeharto dan pasukannya menjalankan amanat CIA untukmelaksanakan holocaust pada tahun 1965, serta memulai babak baru pemerintahan dictatororde baru merupakan kemenangan bagi Amerika untuk menguasai eksploitasi kekayaan alamdi negari ini. Cavanagh membenarkan kenyataan ini dengan melukiskan bahwa setelah kudeta

1965, kegunaan kediktatoran Soeharto bagi kepentingan imperialisme AS telah tergarisbawahi dalam laporan Departemen Luar Negeri AS ke Konggres AS pada tahun 1975.Sementara itu, berdasarkan dokumen CIA dan wawancara langsung dengan para diplomatAmerika, khususnya Marshal Green, duta besar Amerika yang sangat berpengaruh selamamasa penganyangan PKI, Mike Head, dalam artikelnya berjudul US Orchestrated Suharto1965-66 Slaughter in Indonesia , - artikel yang dibagi atas tiga bagian dan dipublikasikan olehWorld Socialist Web Site (WSWS edisi 19, 20 da 21 July 1999), - secara tranparantmelukiskan keterlibatan diplomat Amerika dan CIA (agen rahasia Amerika), dalamkeseluruhan proses penganyangan PKI and perencanaan pembentukan pemerintahan militerdibawah komando Soeharto.Warna baru penulisan sejarah dari para ilmuwan sejarah asing ini tentu saja bukanlah sesuatuyang begitu mudah untuk segera dipercaya oleh nurani polos anak bangsa yang selama 32tahun diindroktinasikan oleh kebenaran sejarah ala orde baru. Selama 32 tahun, kita telahdiyakinkan bahwa penguasa orde baru adalah pahlawan yang telah menyelamatkan bangsa inidari pengaruh komunis.Tapi situasi politik setelah kejatuhan orde baru menunjukkan indikasi yang sangat kontras.Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa fugur-figur yang sekian lama dianggap sebagaipahlawan dan penyelamat bangsa, kini tidak lebih dari cuma seorang pengkianat bangsa.Penyembahan atas kesakralannya berubah menjadi caci-maki atas pengkianatannya.Dengan meragukan sejarah nasional versi orde baru dan mengungkapkan transparansi sejarahversi baru, Simons, Mike dan Cavanangh menantang kita untuk secara kritis meninjau kembalikebenaran sejarah nasional dan melihat siapa melakukan apa kepada siapa dalam sejarahbangsa kita. Karena sebuah bangsa yang kuat dan reformasi yang sesungguhnya tidak akanbertahan kalau dibangun di atas kepalsuan sejarah.Karena itu, kebenaran sejarah nasional harus ditulis kembali oleh anak-anak negeri ini. Karenamengungkapkan kebenaran sejarah adalah bagian utama dari proses reformasi itu sendiri.Kalau kebenaran sejarah tidak diungkapkan, maka selalu ada kemungkinan bahwa kita akankembali ke tapak sejarah yang sama. Berpedoman pada sejarah nasional yang kabur, seorangpengkianatpun bisa dimitoskan sebagai seorang pahlawan.Tentu saja, usaha untuk mengungkapkan kebenaran sejarah yang sesungguhnya bukan halyang sangat mudah. Tapi harus disadari bahwa pemalsuan sejarah oleh penguasa yang otoriterbukanlah pengalaman historis yang secara eksklusif hanya terjadi dalam sejarah bangsa kita.Kalau kita mau memberikan sebuah contoh, sejarah Jepang di bawah Kaisar Showa bisadiangkat sebagai suatu perbandingan.Di bawah kaisar Showa Jepang juga mengalami situasi represif yang mirip dengan situasiopresif seperti yang kita alami di bawah pemerintah orde baru. Selama Kaiser Showa masihmenduduki kursi kekaiseran di Jepang, tidak ada orang yang berani mengungkapkankebenaran sejarah sekitar tragedy perang yang diprakarsai oleh kaisar Showa selama perangdunia II di Asia dari tahun 1931 sampai tahun 1945. Malah setelah kematian kaisar Showa,Jepang membutuhkan 11 tahun lamanya untuk mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnyadari aksi kesadisan sejarah dan mental kolonial Kaisar Showa terhadap bangsa-bangsa di Asia.Di tengah krisis masa transisi, dimana bangsa berjalan di atas hukum yang borok dandikomando oleh pemimpin yang membingungkan dan lemah kredibilitasnya, agak sulit bagikita untuk menentukan secara pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuliskembali kebenaran sejarah bangsa ini. Tapi kesadaran bahwa sejarah ala orde baru adalah

sejarah yang rapuh, palsu dan eksploitatif, harus menjadi awal yang memotivasi kita untuksegera menulis kembali sejarah bangsa dan membangun konstruksi sejarah yang benar dankukuh bagi generasi mendatang.Karena itu, warna baru dari transparansi sejarah orde baru yang kini ramai diungkapkan baikoleh sejarahwan dalam negeri maupun luar negeri, sebenarnya harus ditanggapi sebagai suarasuarakritis yang mengundang setiap manusia di negeri ini untuk membebaskan diri dari sikapterpaku pada kebanggaan hampa dan kekaguman murah atas kesadisan drama politik yangdiperagakan oleh international gangster capitalism,yang telah mengunakan kediktatoran ordebaru untuk mengembangkan imperialisme kooperatif gaya baru dan mengeksploitasi kekayaanalam di bumi berlabel Jewel of Asia ini. Suara ingin merdeka yang terus diperdengarkanhingga saat ini di Aceh and Irian jaya mungkin harus dipahami sebagai reaksi ingin merdekadari penerapan sistem imperialisme kooperatif yang memeras rakyat dan mengeksloitasikekayaan alam di daerah itu.Dalam konteks kedasadaran ini, reformasi, khususnya reformasi historis, harus menjadi awaldari usaha kita untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa bangsa kita bukan cumaboneka berlabel permata Asia (jewel of Asia). Inilah PR yang harus kita jinjing bersama untukmengarungi arus dasyat globalisasi abad ke 21.(Steven Mere, Mahasiswa Universitas Nanzan, Nagoya, Jepang) 1Date: 2005/7/17Section: SejarahThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=15Penjara LOWOKWARU 1965/1966Catatan Seorang Eks TapolOleh : HarsutejoPada pagi hari 1 Oktober 1965 aku tidak mendengarkan siaran apa pun, kami tidak memilikipesawat radio. Aku baru mendengarnya pada sore hari di rumah teman, ketika Jendral Suhartobicara di radio. Maka hari-hari berikutnya diwarnai dengan berbagai perdebatan di kalangankami beserta kebingungan dan ketakutan akan tindak kekerasan yang terjadi di banyak tempat.Perdebatan kian sengit ketika ada seruan kabur tak jelas yang bisa ditafsirkan macam-macamuntuk menyelamatkan diri, seperti kata-kata defensif aktif.Apanya yang defensif, dan apanya yang aktif. Kemudian tiap hari orang digerebek, ditangkap,ditahan, dicomot. Selanjutnya berita lebih seram, orang dibantai baik yang digelandang daritempat tinggalnya maupun dari tempat kerjanya, juga di jalanan, di tempat persembunyian,bahkan juga dari tempat tahanan dan penjara. Menyelamatkan diri dan menghindar daripenangkapan, bersembunyi? Menghadapi peristiwa lokal, tiap orang mampu melakukannya.Tapi ini peristiwa politik nasional dengan mobilisasi massa luar biasa. Hanya para profesionalyang bisa lari dan bersembunyi dengan rapi, itu pun belum tentu berhasil terus menerus dalamjangka panjang. Kian ke pelosok, makin runyam keadaannya, di sana terjadi pembantaian ditempat.Sanak keluarga, teman, atau orang yang kau kenal baik, mungkin sedang diincar untuk diciduknanti malam atau esok. Atau di antara orang itu justru ada yang akan menyeretmu ke mulutmacan atau buaya.Akhir bulan Oktober 1965 isteriku sedang hamil tua anak kami pertama. Jam 3.00 pagi butapintu rumah kami diketuk agak keras dan tidak sabaran. Setelah bangun aku bersiap untukmenghadapi apa yang akan terjadi. Seperti telah terlatih beberapa minggu, isteriku yang

membukakan pintu. Aku segera keluar kamar menemui mereka, seorang polisi dan tentara.Dengan sopan mereka mengemukakan maksudnya untuk mengamankan diriku, meski tidakada ancaman orang, binatang, api, atau banjir yang membahayakan. Ini sekedar istilah konyoluntuk kata menangkap, bagian dari setumpuk kosa kata ciptaan orde baru yang menyesatkandan membodohi dan menipu. Kami baru beberapa hari pindah ke tempat baru itu, rumah tanteisteriku yang hidup sendiri setelah ditinggal ibunya di Jl. Kenanga.Kami mendapatkan sebuah kamar. Kekayaan kami terdiri dari sebuah tempat tidur, sebuahalmari pakaian dan dua rak buku kecil yang penuh. Terutama rak buku menjadi sasaranpenggeledahan.Beberapa minggu sebelum G30S, di Jakarta telah terjadi demonstrasi besar anti India karenasikap Sondhi, seorang India pengurus suatu badan olah raga Asia yang dipandang menghinaIndonesia. Notabene demo itu dilakukan oleh golongan kiri. Rupanya sang polisi masihdisegarkan ingatannya terhadap kejadian tersebut. Maka dikumpulkanlah semua buku sayayang berbau India untuk disitanya termasuk semua text books sejarah kebudayaan dankesenian India, buku karya Rabindranath Tagore, riwayat hidup Jawaharlal Nehru danMahatma Gandhi. Tentu saja buku yang berbau Rusia, apalagi terbitan Moskow, The Road ToLife sebanyak tiga jilid karya Makarenko, seorang pedagog Rusia tersohor, juga diboyongnya.Percobaanku untuk menjelaskan bahwa itu semua buku-buku sejarah dan pendidikan sesuaidengan sekolah dan pekerjaanku, mendapatkan jawaban klasik, "Hanya untuk diperiksa, nantidikembalikan."Barangkali jawaban demikian mengacu pada text books polisi. Bagaimana akan dikembalikankalau tidak pernah dibuat berita acara penyitaan sementara. Tapi soal buku ini begitu remehtemeh terbanding urusan kejahatan kemanusiaan yang terjadi.Di luar rumah ternyata berkumpul segerombolan orang yang mengawasi dengan berbagai alatkekerasan yang tajam maupun tumpul. Rupanya mereka menjadi kurang bernafsu setelahmenyaksikan sang pesakitan cumalah seorang berbadan ceking yang sekali tepuk akanmampus. Buru-buru isteriku memberikan jaket untuk kukenakan beserta cucuran air mata.Mencinta itu saling mendidik. Ini bagian panjang dari proses percintaan kami dalam rumahtangga baru, ibarat pemahkotaan dan penyaliban sekaligus seperti yang digambarkan pujanggaKhalil Gibran, tentu dalam skala mini saja.Pagi itu jalan-jalan kota Malang mulai menggeliat. Kami sampai ke Polresta Malang di pojokjalan Oro-oro Dowo dan Kayutangan. Setelah didata, aku diantar ke sebuah bangunan sepertilos pasar. Di sana sudah ada barang 150 orang, ada yang tidur, duduk-duduk, rebahan, adayang sedang salat. Beberapa orang telah kukenal, seorang dosen, pegawai penerangan,wartawan, mahasiswa. Ada juga seorang lurah yang telah kukenal ketika sebagai mahasiswamelakukan acara turun ke desa, di suatu pelosok Malang Selatan. Ia menceritakan kisahpelariannya setelah seluruh perangkat desanya dibantai habis di depan keluarganya masingmasing.Hanya secara kebetulan saja ia bisa selamat dan lari ke kota Malang, kemudianmenyerahkan diri ke kantor polisi setelah menggelandang beberapa waktu. Ia tak tahu nasibanak isterinya. Tentunya cerita itu ulangan yang ke sekian kalinya meski masih dengan getaremosi. Ia menerima solidaritas teman-teman lain berupa ganti pakaian lengkap dengan sarung.Ia hanya berbekal naluri dan pikiran mnyelamatkan diri serta baju yang menempel.Banyak dari kami masih lebih beruntung daripada banyak orang lain yang langsung dibantai ditempat seperti Pak Marsidik, seorang Digulis, Heruliman yang langsung diantar ke kuburanuntuk disembelih setelah dijemput dari tahanan. Betapa ironis, Heru pun disebut diamankan.

Masih banyak kisah lain, satu keluarga dibantai di tempat sampai cindil abange, sampaibayinya yang masih merah di bawah pengawasan aparat. Itulah salah satu aspek kekenyalanbudaya Jawa, masih merasa beruntung dalam keadaan sulit, mendorong optimisme, mengacuberpikir positif. Agaknya disebut juga rasa bersyukur. Meski begitu aku tak tahu bagaimanacaranya seorang isteri dan ibu bersyukur, sedang ia menyaksikan sendiri pembantaian suamidan anak remajanya, anak satu-satunya. Dengan gampangan dan dingin bisa dijawab, ia patutbersyukur karena ia masih hidup dengan segala kemungkinan yang terbuka. Manusia bukansekedar badan fisik apalagi angka, ia sekaligus pikiran, perasaan, pengalaman, intelektualita,juga emosi sedih marah sakit hati takut, dengan segala naluri dan keterikatannya.Pada hari ke lima penahananku, suatu malam beberapa puluh di antara kami disuruh bersiapdengan barang milik kami untuk dipindahkan ke suatu tempat tanpa disebutkan.Pemindahan itu pun tak diberitahukan kepada para keluarga. Ini juga suatu metode terormassal yang dilakukan penguasa kepada para keluarga tahanan. Beberapa orang benar-benarpanik karena teringat Pak Lurah beserta beberapa orang lain yang dijemput polisi besertasejumlah pemuda, selanjutnya raib untuk selamanya. Seorang polisi tanpa maksud menakutinakutimenceritakan hal itu, mayat mereka dibuang ke Kali Brantas. Sementara itu isterikutermasuk sebarisan isteri para tahanan yang kebingungan mencari suaminya.Sampai di situ teror tersebut telah mencapai sasarannya. Kemudian hari isteriku menceritakan,ia datang tiap hari selama seminggu ke kantor polisi dengan perut buncitnya. Para petugastetap tidak memberikan keterangan tentang keberadaanku, juga tak mengijinkannya bertemuKapolres. Isteriku pun pergi ke Kodim dan Korem. Kedua instansi itu menyarankannya untukke kantor polisi.Dalam kekhawatiran dan ketakutan semacam itu bakat intelijen isteriku timbul. Ia bisamendapatkan alamat rumah kepala polisi lengkap dengan nomor teleponnya. Beberapa temandekatnya sangat mengkhawatirkan, bahkan mengecam langkah yang diambilnya sebagaimembahayakan diri sendiri. Isteriku cukup gigih, orang lain menamainya keras kepala.Akhirnya ia mendapat kepastian akan keberadaanku. Sejumlah keluarga lain ikut mendapatkanmanfaat. Meski ia tak dapat menemuiku, kirimannya berupa satu bungkus abon, satu bungkussambal pecel, dan satu setel pakaian kusambut dengan sukacita. Beberapa hari kemudian akumendapatkan berita, sebenarnyalah isteriku mengirimkan lebih banyak dari yang kuterima. Itubukan cerita baru, jeruji besi dan tembok tebal itu tidak cuma menyekap dan memisahkanorang dari dunia ramai, ia juga menggerogoti dan menyunat milik pesakitan yang sekaratsekali pun.Dalam keadaan sulit dan kritis, tanpa sadar orang membuka topengnya masing-masing. Dalamkeadaan semacam itu, dengan mudah tanpa belajar psikologi, orang bisa mengamati danmendapatkan potret kepribadian sebenarnya dari seseorang. Pada hari-hari pertama di penjaraaku mendapatkan seseorang yang dikenal sebagai jago pidato berkelahi dengan seorang butahuruf untuk memperebutkan puntung rokok sipir penjara. Berdasar sejumlah pengalamandapat kutarik kesimpulan sementara, dalam keadaan kritis darurat semacam itu perokok beratdengan cepat jatuh moralnya. Maaf perokok berat!Agaknya kebiasaan merokok dapat memberikan kontribusi negatif dalam kepribadianseseorang. Dan topeng-topeng lain pun pada tanggal. Seseorang menyembunyikan sebungkuspermen, gula, dendeng kering, dan barang berharga lain untuk ukuran penjara, bagi dirisendiri, dan dijaganya dari jamahan orang lain. Di penjara orang bisa menyembunyikansesuatu dari petugas, tapi tidak dari temannya sendiri. Untuk mengerti perilaku manusia,

berbagai ilmu menganalisis tentang dorongan alamiah dan manusiawi untuk bertahan hidup.Dalam situasi penjara semacam itu, solidaritas dipandang sangat berharga, taruhan nilai-nilaibersama. Sementara para egois dipandang seperti nyamuk yang dalam tahap tertentu bisaberbahaya. Kalau seseorang begitu sayang terhadap sebungkus permennya tanpamenghiraukan orang lain yang sedang memerlukan energi, pada saat lain ia pun dapat menjualkepala temannya untuk sebungkus gula.Pada suatu hari seorang polisi yang tak kukenal masuk blok kami dan mencariku. Denganberpura-pura omong keras ia menyelipkan sepucuk surat. Ia mengabarkan, isteriku telahmelahirkan bayi laki-laki dan menunggu nama dariku. Aku menuliskan nama pada sepotongkertas yang disodorkannya untuk diteruskan pada isteriku. Di Lowokwaru aku sempat bertemuGoei Poo An, pemimpin redaksi dan pemilik koran Trompet Masjarakat Surabaya yang beradadi sel berseberangan. Koran itu dikenal sebagai penyokong Bung Karno, pembela rakyat kecilserta dikelompokkan sebagai kiri. Koran tersebut beredar luas di Jawa Timur, aku telahmengenalnya sejak di SMP ketika menjadi loper koran. Pada hari-hari itu sel-sel di blok kamimasih cukup mendapat pasokan makanan dari luar. Pada hari-hari pertama orang biasanya takbisa makan jatah penjara, nasi yang keras dan bulukan di ompreng dekil.Aku sendiri pernah masuk dapur penjara ketika perploncoan, melihat sendiri bagaimanakondisi makanan dan kebersihannya. Tak aneh kalau di dalamnya tersimpan bekicot, kecoakdan yang lain. Setelah pasokan makanan dari luar surut, tak ada cara lain kecuali harus belajarbertahan hidup. Pada minggu ketiga kedatangan rombonganku, banyak di antara kami yangsulit tidur. Gelombang pemangggilan pada jam 2.00 3.00 pagi mulai lagi. Seorang dosenFKIP, teman baikku, Drs.Adinegoro, seorang yang lembut dan santun serta penuh semangat,beserta 60-an yang lain telah terpanggil ketika ditahan di belakang stasiun. Mereka semua takada kabar beritanya, lenyap ditelan bumi.Di kemudian hari kuketahui sebagian dari mereka dibantai di muara Kali Lesti, Gladakperak,pantai selatan Malang.Malam itu sebagian besar penghuni sel kami berjaga-jaga, beberapa orang tidur nyenyak. Halitu terjadi juga dengan sel-sel blok lain. Pada hari-hari berikutnya aku biasa tidur nyenyaktanpa mendengar panggilan tersebut.Ketika pagi kulihat sel-sel yang berhadapan dengan sel kami telah hampir kosong termasukPak Goei. Orang-orang baru pun datang dan sel-sel itu penuh kembali. Tiap kali rombonganbaru datang, koleksi kisah-kisah seram pembantaian pun selalu bertambah. Pada suatu hariseorang pelarian dari daerah Blitar mengisahkan kejadian di suatu rumah sakit. Pada suatu kalirumah sakit didatangi gerombolan yang dijaga tentara dan menggelandang siapa saja yangdikehendakinya. Di antara yang dicomot terdapat sejumlah pasien luka parah yang selamatdari pembantaian beserta sejumlah pegawai rumah sakit. Semuanya dimusnahkan. Rumahsakit dituduh melindungi pelarian PKI, tuduhan maut. Kami mendengar teman kami Drs.Mulyakno, seorang guru yang isterinya baru saja melahirkan, telah lenyap dari penjara Blitarbeserta banyak orang lain termasuk dua orang guru saudara sepupuku, Mas Hardi dan MasHarlan.Seorang teman karena kekeliruan nama di kembalikan lagi ke sel setelah ia sempat melihatteman-teman lain diikat kedua tangannya, kemudian dimasukkan ke truk-truk yang siaga didekat gerbang bagian dalam, jauh dari sel kami.Kebusukan merebak ke hidung kami melalui berbagai sumber, nara pidana, sipir, polisi,tentara. Mereka manusia biasa lengkap dengan emosi dan perasaannya, yang suatu kali tak

bisa menahan untuk tidak bicara. Truk-truk itu dilarikan ke beberapa tujuan yang telahditetapkan ke luar kota yang terpencil. Lubang-lubang besar telah disiapkan besertasegerombolan pembantai dengan segala macam senjata tajamnya. Pemusnahan demipemusnahan di pagi buta, ketika ayam jantan berkokok di balik kebun dan sawah di kejauhan.Ketakutan merupakan sesuatu yang amat manusiawi. Berhari-hari Mas Karno, seorang sarjanaekonomi, ketika di luar kami anggap pemimpin. Ia selalu dalam keadaan panik, gemetar, susahmakan, tapi sering ke belakang. Ia mondar-mandir menyebarkan kepanikan dan ketakutannya.Ia sebal ketika kubilang bahwa segala kekhawatiran dan keluhan tidak membuat keadaan lebihbaik, tidak membuat kita dibebaskan. Yang bisa dilakukan adalah pasrah, menjaga kesehatanfisik dan mental dalam solidaritas. Betapa mudah diucapkan. Kalau anda mengalaminya,terpulang pada diri sendiri. Mampukah kamu mendidik diri sendiri setelah menerima sejumlahpendidikan yang benar maupun yang salah. Dalam kenyataannya yang disebut pasrah dansolidaritas itu tidak gampang dilaksanakan, juga dalam kesulitan bersama. Ego sejumlahmanusia tidak surut. Topeng-topeng berguguran tanpa rencana, menelanjangi sejumlah egoisyang tak mampu meningkatkan diri. Ini semua tak ada hubungan sejajar dengan kedudukanseseorang ketika masa damai, kursus politik yang telah ditempuhnya, ilmu yang telahditimbanya. Tentu saja hal-hal itu bisa berdampak pada kepribadian orang, positif maupunnegatif. Agaknya kemampuan mendidik diri sendiri adalah salah satu kuncinya.Di penjara itu Bung Amir Syarifudin pernah disekap dan disiksa oleh penguasa Jepang dengandigantung. Yang dialami ratusan teman kami lebih ringkas, langsung digelandang dandibunuh. Selama di Lowokwaru aku sempat merenungkan kembali tentang berbagai kejadianyang telah lewat. Terngiang kembali kata-kata dokter Sudarsono, tokoh PSI, mantan menteridan duta besar, kebetulan adik ibu mertuaku, ketika itu pejabat tinggi di Deplu. Sepulang darikongres HSI bulan Agustus 1965 aku mampir ke rumahnya di Jl. Utankayu.Ia nyeletuk, "Hati-hati kamu, PKI mau brontak lagi!" Aku menganggapnya sebagai bercandaseperti sering terjadi. Dengan perkembangan kejadian adakah ini berarti datangnya peristiwatersebut bukan rahasia bagi mereka? Lalu retorika Aidit tentang revolusi dan merelakancangkir piring pecah berantakan. Hal itu disampaikannya dalam pertemuannya denganbeberapa peserta kongres HSI. Perdebatan terjadi di kalangan utusan kongres, kemudiandiredam oleh pemegang otoritas. Pemberontakan? Siapa terhadap siapa?Revolusi? Sebuah kosa kata dengan batas-batas amat luas. Apa revolusi bisa dirancang dandibikin? Perdebatan politik dan ideologi sejak abad lampau, sampai juga ke penjaraLowokwaru. Apa revolusi hanya urusan beberapa gelintir pemimpin dan komandan tentara?Kudeta militer, nah ini yang jejaknya mudah dilihat dalam rentetan kejadian. Sebagian darikami menamainya sebagai petualangan militer, itu terlepas dari segala yang kemudianmenimpa kami secara kelompok dan pribadi.Pagi itu tiba-tiba Drs Amim dan Drs Harsomo menerima panggilan. Selama ini interogasiyang kualami biasanya bersifat agak massal, beberapa orang sekaligus berderet-deret. Akugiliran pertama dipanggil. Ketika menghadap, pejabat itu memperkenalkan diri sebagai LetkolSutrasno SH, Komandan Korem 83, Malang. Ia sebagai ketua tim pemeriksa langsungmenembakku dengan pernyataan, "Jadi saudara yang membacakan pernyataan HSImenyokong Dewan Revolusi di RRI Malang pada 1 Oktober malam itu?" Aku pura-pura takmenangkap pertanyaannya dan meminta diulangi. Secara kebetulan pada malam hari tanggaltersebut aku mengisi acara di RRI Malang seperti telah dijadwalkan jauh sebelumnya.Topiknya tiada lain dari urusan revolusi berdasar ajaran Bung Karno. Untuk pertama kalinya

keberadaanku pada hari genting itu di RRI dipertanyakan. Selanjutnya kami berbincangtentang keluarga, pendidikan, pekerjaan. Akhirnya ia mengabarkan bahwa isteri dan anakkuyang baru lahir dalam keadaan baik. Tak terbayang bagiku bahwa isteriku pun rupanyamenghubungi pejabat ini.Seminggu setelah interogasi yang aneh itu, bulan Januari 1966 kami berdua dipanggilkembali. Kali ini dibawa dengan mobil pesakitan menuju Polres. Kami berdua tak tahu apayang akan kami hadapi, petugas yang membawa kami hanya memberitahukan tempat tujuan.Kami dikawal memasuki ruang di samping kantor Kapolres Letkol Drs Suhartono. Ternyata disana telah menanti isteridan anak kami masing-masing yang baru berumur empat minggu. Para isteri segeramencucurkan air mata dan sesenggukan dalam pelukan suami masing-masing. Dengan ukuranjaman itu, kenyataan ini sesuatu yang langka.Segala sesuatu hampir tanpa aturan, kecuali kekuasaan di bawah clurit dan laras senjata. Akumerasa dimanja benar oleh hidup ini, menatap wajah isteriku, bersama mencium bayi kami,sementara banyak teman lain kemarin atau esok, dirampas seluruh hak hidup mereka, dikuburmassal entah di mana, atau mayatnya dilempar ke kali. Kemewahan yang kualami itu hanyaberlangsung selama setengah jam.Dalam keterbatasan penjara akal sejumlah orang amat berguna bagi orang banyak. Tidakboleh ada pisau atau silet atau benda tajam apa pun yang lain?Sekeping pecahan botol bisa menjadi pisau cukur memadai. Sepotong paku atau besi apa sajabisa dijadikan pisau tajam. Sebuah kaleng bekas susu dengan mudah menjadi kompor minyak.Sekerat tulang tebal dan sepotong kayu keras, itu barang berharga yang bisa disulap jadibenda-benda seni. Hal-hal semacam itu sudah pernah aku dengar dan baca, bagaimana paratahanan kamp Nazi dapat membuat radio, bahkan pemancar sendiri. Manusia dikaruniai nalardan kreativitas, tapi manusia juga mampu memasung dan menghancurkan keduanya.Ada berbagai cara orang menyusun kalender. Ada yang menyusunnya pada potonganpotongankecil kertas sampai akhir tahun berikutnya. Yang banyak dilakukan coretan ditembok sel. Sementara orang menghitung sebulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnyadengan harapan dalam hitungan bulan akan dibebaskan, sedang ia melihat sendiri di depanhidungnya serombongan orang dibawa pergi dan lenyap. Adakah ia merasa memilikikeistimewaan untuk terpilih dibebaskan, atau harapan biasa saja untuk bertahan hidup. Denganmemahami perkembangan kekuasaan Jendral Suharto, kami tak ingin memiliki mimpi yangmenyesatkan. Aku meledek Mas Karno dengan mengatakan bahwa kita akan tinggal dipenjara bukan enam atau tujuh bulan, tapi enam atau tujuh tahun atau bahkan lebih. Ia marahdan menuduhku sebagai pesimis dan menyebarkan pesimisme.Pada bulan ke empat beberapa orang di blok kami dipindah ke blok lain yang hanya terdiridari dua sel kecil, masing-masing dengan lima penghuni. Aku berkumpul dengan Pak Jarwo,seorang pengusaha kota Malang yang cukup beken. Terdapat peralatan memadai sepertikompor kaleng susu yang dibarter dari blok lain. Terdapat pasokan makanan dengan tetap dariluar lewat jalur sang penguasaha kaya. Di jaman itu kami belum mengenal peralatanelektronik kecil dengan kapasitas besar. Kelak Pak Jarwo dan beberapa teman lain dicomotdan lenyap tanpa jejak. Maka kekayaannya yang berupa beberapa rumah tinggal, toko buku,percetakan, pabrik rokok, kendaraan, dan yang lain diambil alih oleh para penguasa baju hijaumenjadi bancaan seperti warisan moyangnya.Kelak aku juga mengetahui sebenarnyalah namaku bersama Drs Amim tercantum dalam daftar

mereka yang harus dilenyapkan. Penguasa ketika itu menggolongkan sarjana dan kaumcendekiawan kiri sebagai kelompok amat berbahaya. Kelak aku juga mendengar samar-samarpencoretan nama kami dari daftar berkat campur tangan Letkol Sutrasno SH atau dan LetkolPolisi Drs Suhartono. Aku baru mengenal keduanya ketika ditahan. Beberapa tahun kemudianbaru kudengar bahwa Letkol Sutrasno diberhentikan dari jabatannya.Setelah enam bulan ditahan, pagi itu aku dan Drs Amim lagi-lagi dipangggil untuk segeraberkemas. Seorang sipir berbisik bahwa kami berdua dibebaskan. Meski kami sempat gembiratapi kami tak bisa mempercayainya. Kami pun membenahi barang kami lengkap termasukbantal dan tikar sesuai dengan saran teman-teman. Pemindahan tahanan termasuk pemindahanke alam baka tidak pernah diberitahukan dengan jelas. Berjam-jam kami berdua berada disebuah ruangan tertutup Kodim Malang di Jl. Kahuripan. Sekitar jam dua siang seseorangmemasukkan dua nasi bungkus. Menjelang sore kami berdua sudah kehabisan gairah danbahan percakapan, juga persediaan air putih. Jam enam, jam tujuh, jam delapan, jam sembilanbaru kami berdua dipanggil menghadap seorang mayor. Kami dibebaskan dengan wajib lapor.Kami harus menandatangani setumpuk kertas yang hampir-hampir tak sempat kami baca. Akudijemput Nyak Alan, adik iparku. Dengan becak kami menuju Jl. Muria 6, rumah mertuaku,tempat isteri dan anakku tinggal setelah penangkapanku. Adik ipar ini pernah ditahan sebentardan wajib lapor. Ia tidak takut menjemputku. Harap maklum, rezim berkuasa telah membuatstigma, mengkondisikan masyarakat untuk jeri berhu bungan dengan tapol atau bekas tapolkarena akan dikucilkan, dipecat, ditangkap, ditahan, bahkan dibunuh.Ketika berada di penjara aku dipecat sebagai dosen, tanpa surat pemecatan.Pak Dwidjo, Rektor IKIP ketika itu datang menemui isteriku, menyatakan ikut prihatin. Taklama kemudian kedudukannya diganti oleh orang lain. Aku mencatat nama beliau sebagaiseorang yang jujur dan penuh rasa kemanusiaan, pengabdi pendidikan. Kelak aku mendengarsampai beberapa tahun kemudian namaku masih tercantum dalam daftar gaji. Tiap bulanseseorang telah menandatanganinya. Emploken!Beberapa minggu setelah dibebaskan aku diijinkan oleh pejabat tempat aku wajib lapor untukpindah ke Surabaya dengan alamat yang kukarang sendiri.Selanjutnya dengan bantuan saudara dan teman aku lari ke hutan rimba Jakarta. Denganberdebar dapat kuikuti berita ditangkapnya kembali bahkan dibunuhnya teman-teman yangtelah dibebaskan bersamaku, di antaranya mas Nuryono, kemenakan Pak Jarwo.[Jakapermai2000].-Subject: PENJARA LOWOKWARU 1965/1966 Catatan Seorang Eks TapolPENJARA LOWOKWARU1965/1966(MALANG)Date: 2005/9/14Section: KesaksianThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=35G30S, Terlibatkah Soeharto?G30S, Terlibatkah Soeharto?Tulisan oleh James Luhulima ini, dimuat di Kompas,pada tanggal 27 Oktober, 2004,Kompas, 27 Oktober 2004 - SETIAP kali memasuki bulan September dan Oktober, ingatanselalu menerawang jauh ke belakang, tepatnya ke peristiwa Gerakan 30 September (G30S)

tahun 1965 yang sampai kini masih tetap menyimpan misteri.Ada pepatah yang menyatakan bahwa orang yang menguasai informasi, akan menguasaidunia. Pepatah itu tidak mengada-ada, karena kenyataan itulah yang terjadi pada PanglimaKomando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto sewaktuPeristiwa G30S terjadi.Ia adalah satu-satunya perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yangtahu persis tentang apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari itu. Data yang telahdipublikasikan selama ini menyebutkan, pada tanggal 30 September 1965 malam, Soehartotelah diberi informasi oleh Kolonel Infanteri Abdul Latief, Komandan Brigade Infanteri IJayasakti Kodam V Jaya, bahwa akan dilakukan penjemputan paksa terhadap para jenderalpimpinan teras Angkatan Darat, termasuk Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani,untuk dihadapkan kepada Presiden Soekarno.Agak aneh, mengapa Soeharto tidak melaporkan informasi yang diterimanya dari Latiefkepada Jenderal Ahmad Yani, atasannya. Kemungkinannya hanya dua, ia terlibat atau iahanya menggunting dalam lipatan, yakni mengambil keuntungan dari gerakan yang dilakukanorang lain.Dalam pledoinya, Latief mengungkapkan, selain bertemu dengan Soeharto pada tanggal 30September 1965 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), dua hari menjelang tanggal1 Oktober 1965 (tanggal 29 September 1965-Red), ia juga menghadiri acara kekeluargaan dikediaman Soeharto di Jalan Haji Agus Salim. Pada pertemuan pertama, Latief memberi tahuadanya isu Dewan Jenderal akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.Menanggapi pemberitahuan itu, Soeharto mengatakan, ia sudah mengetahui hal itu dariseorang bekas anak buahnya dari Yogyakarta yang bernama Subagiyo, yang datang seharisebelumnya (28 September 1965-Red).Oei Tjoe Tat, salah seorang menteri dalam Kabinet 100 Menteri Soekarno (Kabinet Dwikora),dalam Memoir Oei Tjoe Tat, Pembantu Presiden Soekarno, yang diterbitkan oleh Hasta Mitra,menyebutkan, ia bertemu dengan Subagiyo di dalam tahanan, dan Subagiyo mengatakan, iatelah memberi tahu Soeharto mengenai akan adanya peristiwa penting pada tanggal 30September 1965 itu.Dan, pada pertemuan kedua di RSPAD, Latief menyebutkan ia dan rekan-rekannya akanmenjemput paksa para jenderal pimpinan teras Angkatan Darat untuk dihadapkan kepadaPresiden Soekarno.Adanya pertemuan antara Kolonel Abdul Latief dengan Mayor Jenderal Soeharto menjelangperistiwa G30S membuat kecewa Letnan Jenderal Purnawirawan Kemal Idris, yang sebagaiKepala Staf Kostrad pada tanggal 11 Maret 1966 memimpin pasukan tanpa identitas yangditempatkan di sekitar Monumen Nasional.Ditemui wartawan ketika melayat ke rumah Jenderal Besar Purnawirawan AH Nasution, 6September 2000, Kemal Idris mengatakan, dengan meninggalnya Pak Nas makin sulit pulaupaya bangsa ini untuk mengorek tuntas misteri G30S yang hingga kini masih menjadi tandatanya bagi banyak orang. "Apa yang kita kecewa adalah (karena) Soeharto dua kali didatangioleh Kolonel Abdul Latief dan dia (Soeharto) menerima laporan bahwa akan terjadi sesuatupada tanggal 30 September 1965. Saya sangat kecewa sekali kepada Soeharto yang tidakmengambil tindakan apa pun untuk pengamanan (hingga timbul kesan) saat itu, seolah-olahbiarlah ada orang mati supaya dia berkuasa," ujar Kemal Idris.Ternyata setelah Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998,

muncul data baru, yang diungkapkan oleh Wakil Komandan Batalyon 530/Para Brigade3/Brawijaya Kapten Soekarbi (kini, Mayor Purnawirawan). Dalam wawancaranya dengantabloit berita Detak, yang dimuat dalam edisi 29 September-5 Oktober 1998, Soekarbimengatakan, dalam Radiogram Panglima Kostrad Nomor 220 dan Nomor 239 tanggal 21September 1965, yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal Soeharto, isinya perintah agarBatalyon 530/Para Brigade 3/Brawijaya disiapkan dalam rangka HUT ke-20 ABRI tanggal 5Oktober 1965 di Jakarta dengan "perlengkapan tempur garis pertama".Pertanyaan yang segera muncul, mengapa Soeharto meminta Batalyon 530 disiapkan dengan"perlengkapan tempur garis pertama"? Apalagi kemudian yang terjadi adalah sebagian darianggota pasukan Batalyon 530 terlibat dalam peristiwa G30S. Tidak diketahui apakah perintahserupa diberikan pula kepada Batalyon 454/Para/Diponegoro, yang sebagian anggotapasukannya juga terlibat dalam peristiwa G30S.Dengan adanya radiogram tersebut, muncul dugaan bahwa Soeharto sudah tahu mengenaiakan adanya peristiwa G30S, paling tidak sejak tanggal 21 September 1965, atau sembilanhari sebelumnya. Sebab, dengan memberikan pasukan Batalyon 530 itu "perlengkapan tempurgaris pertama", Soeharto telah memfasilitasi anggota pasukan tersebut untuk melakukan"gerakannya".Belum lagi hampir semua pelaku inti G30S memiliki hubungan yang dekat dengan Soeharto,mulai Brigadir Jenderal Soepardjo, Kolonel Untung, Kolonel Abdul Latief, sampai SjamKaruzzaman.Itu sebabnya, pada saat G30S berlangsung, Soeharto hanya menunggu perkembangan, danpada saat yang tepat, dengan cepat mengambil langkah-langkah yang diperlukan, di saatorang-orang lain, termasuk panglima dan perwira tinggi angkatan lainnya, masih bertanyatanyaapa yang sesungguhnya terjadi.Karena mengetahui siapa saja yang telah dijemput paksa dan siapa saja yang melakukannya,maka saat itu pada prinsipnya Soeharto dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya,termasuk dengan mudah membasmi pelaku-pelaku G30S dan mencari kambing hitam untukdituduh sebagai penanggung jawab atas peristiwa G30S.Sebagai orang yang memiliki seluruh informasi, Soeharto secara leluasa memberlakukankeadaan darurat. Kemudian menelepon Menteri/Panglima Angkatan Laut Laksamana MadyaRE Martadinata, Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian Komisaris Jenderal SoetjiptoJoedodihardjo, dan Deputi Operasi Angkatan Udara Komodor Leo Wattimena. Dan, kepadamereka, Soeharto memberi tahu untuk sementara Angkatan Darat dipegang olehnya, sertameminta agar mereka tidak mengadakan pergerakan pasukan tanpa sepengetahuannya (dalamhal itu, Panglima Kostrad).Sebagai kambing hitam, ia menuduh Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana MadyaOmar Dani berada di pihak yang salah, dan Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusumadisebutkan sebagai markas pelaksana G30S. Dengan demikian, kehadiran Presiden Soekarnodi Pangkalan Angkatan Udara Halim dicitrakan sebagai keberpihakan Soekarno pada G30S.Itu belum semua. Dengan penguasaannya atas seluruh media massa nasional, Soehartoberhasil menjadikan versinya atas peristiwa G30S sebagai satu-satunya kebenaran. Dan, bagiorang-orang yang dianggap "berseberangan" diberi label terlibat G30S, dan dijadikan tahananpolitik.Sejumlah purnawirawan AURI di bawah pimpinan Sri Mulyono Herlambang, lewat bukuMenyibak Kabut Halim 1965 membantah bahwa Lubang Buaya yang digunakan sebagai

Markas Kelompok G30S berada di wilayah AURI. Tempat tersebut justru berada di wilayahAngkatan Darat.PADA tanggal 1 Oktober 1965, pukul 06.30, Mayor Jenderal Soeharto memerintahkanseorang perwira Kostrad, Kapten Mudjono, untuk memanggil Komandan Batalyon 530 MayorBambang Soepeno yang menempatkan pasukannya di sekitar Monumen Nasional dan IstanaKepresidenan. Karena Mayor Bambang Soepeno tidak ada ditempat, maka Wakil KomandanBatalyon 530 Kapten Soekarbi, yang memimpin pasukan di lapangan, bertanya apakah ia bisamewakili. Perwira itu menjawab tidak bisa. Namun, pukul 07.30, perwira Kostrad itu kembalilagi, dan mengatakan, Kapten Soekarbi diperbolehkan menggantikan Mayor BambangSoepeno. Tidak lama kemudian datang menghadap pula Wakil Komandan Batalyon 454Kapten Koencoro.Pasukan yang ditempatkan di sekitar Monumen Nasional dan Istana Kepresidenan adalahanggota dua batalyon yang diundang Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto ke Jakartauntuk mengikuti peringatan HUT ke-20 ABRI pada tanggal 5 Oktober 1965. Sebab itu,Soeharto dengan mudah memanggil pemimpin kedua batalyon itu, dan memerintahkan agarmenarik kembali pasukan mereka ke Markas Kostrad.Soekarbi membantah pernyataan yang menyebutkan bahwa Kostrad tidak tahu kehadiranpasukannya di sekitar Istana dan Monumen Nasional, mengingat anak buahnya bolak-balik keMarkas Kostrad untuk menggunakan kamar kecil (toilet).Berbeda dengan Soeharto, yang pada pukul 06.30 , sudah mengetahui identitas pasukan yangberada di sekitar Monumen Nasional dan Istana Kepresidenan, Presiden Soekarno dan regupengawalnya sama sekali masih tidak tahu-menahu mengenai apa yang terjadi.Pada tanggal 30 September 1965, malam, Presiden Soekarno tidak tidur di Istana Merdeka.Menjelang tengah malam, Soekarno meninggalkan Istana Merdeka menuju ke kediamanistrinya, Ny Ratnasari Dewi, di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto (kini, Museum SatriaMandala). Dalam perjalanan ke sana, Soekarno singgah di Hotel Indonesia untuk menjemputNy Dewi, yang tengah menghadiri resepsi yang diadakan Kedutaan Besar Irak di Bali Room.Keesokan harinya, tanggal 1 Oktober 1965, pukul 06.30, Presiden Soekarno keluar rumah,memasuki mobil kepresidenan, dan bergegas ke Istana Merdeka. Pagi itu, Soekarnodijadwalkan menerima Wakil Perdana Menteri II Dr Leimena dan Menteri/Panglima AngkatanDarat Jenderal Ahmad Yani.Di dalam mobil, Suparto, staf ajudan yang mengemudikan mobil itu, memberi tahu informasiyang diperolehnya dari Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Komisaris Polisi MangilMartowidjojo, yakni bahwa pada pukul 04.00, ada penembakan di rumah Menteri KoordinatorPertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal AH Nasution dan rumahWakil Perdana Menteri II Dr Leimena, yang letaknya bersebelahan.Presiden Soekarno langsung memerintahkan Suparto untuk memberhentikan mobil yang barubergerak beberapa meter itu. Ia langsung memanggil Mangil dan meminta penjelasan tentangpenembakan tersebut.Kemudian Soekarno bertanya, "Baiknya bagaimana, saya tinggal di sini dulu atau langsungkembali ke Istana?" Mangil menjawab, "Sebaiknya Bapak tinggal di sini dulu, karena sayamasih harus menunggu laporan dari Inspektur I Jatiman (Kepala Bagian II DKP) yang tadisaya perintahkan untuk mengecek kebenaran berita tersebut."Mendengar jawaban itu, Soekarno menghardik Mangil dengan nada keras, "Bagaimanamungkin, kejadian pukul 04.00 pagi, sampai sekarang belum diketahui dengan

jelas�"Soekarno dan regu pengawalnya kemudian meninggalkan Wisma Yaso menuju IstanaMerdeka. Rencananya mereka akan melalui Jembatan Semanggi, Jalan Jenderal Sudirman,Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, dan Jalan Merdeka Utara.Sewaktu rombongan Presiden Soekarno melintas di atas Jembatan Dukuh Atas, menjelangBundaran Hotel Indonesia, Jatiman menghubungi Mangil dan membenarkan ada tembakan dirumah Jenderal AH Nasution dan Dr Leimena. Ia juga menginformasikan tentang adanyapasukan Angkatan Darat "yang terasa sangat mencurigakan" di sekitar Istana dan kawasanMonumen Nasional. Mendengar informasi itu Mangil memutuskan untuk menjauhkanSoekarno dari pasukan tersebut. Pada saat yang sama, Wakil Komandan ResimenTjakrabirawa Kolonel (CPM) Maulwi Saelan menghubungi Mangil lewat handy-talkie danmemerintahkan untuk membawa Soekarno ke rumah istrinya yang lain, Ny Harjati, dikawasan Slipi, di sebelah lokasi Hotel Orchid (sekarang).Rombongan kemudian membelok ke kiri, memasuki Jalan Budi Kemuliaan, Tanah AbangTimur, Jalan Jati Petamburan, dan ke arah Slipi, ke rumah Ny Harjati.Saelan menunggu Soekarno di rumah Ny Harjati. Begitu tiba, pukul 07.00, Soekarno segeramasuk ke dalam rumah, diikuti Saelan. Soekarno segera memerintahkan Saelan mengontaksemua panglima angkatan. Namun, sejak malam hingga pagi itu, jaringan telepon lumpuhsehingga Saelan meminta Suparto untuk menghubungi secara langsung.Saelan kemudian mendatangi Mangil di luar, dan mengupayakan untuk mencari tempat yangaman bagi Soekarno. Berbagai gagasan pun bermunculan, tetapi setelah Suparto kembali padapukul 08.30 dan melaporkan bahwa ia berhasil mengadakan kontak dengan Menteri/PanglimaAngkatan Udara Laksamana Madya Omar Dani di Pangkalan Angkatan Udara Halim, makadiputuskan untuk membawa Soekarno ke sana.Soekarno menyetujui hal itu karena itu sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP)Tjakrabirawa. Bahwa jika dalam perjalanan pengamanan Presiden terjadi sesuatu hal yangmengancam keamanan dan keselamatan Presiden, maka secepatnya Presiden dibawa keMarkas Angkatan Bersenjata terdekat. Alternatif lain adalah menuju ke Pangkalan AngkatanUdara Halim Perdanakusuma karena di sana ada pesawat terbang kepresidenan C-140 Jetstar.Atau, pelabuhan Angkatan Laut, tempat kapal kepresidenan RI Varuna berlabuh. Atau, bisajuga ke Istana Bogor karena di sana diparkir helikopter kepresidenan Sikorsky S-61V.Sekitar pukul 09.30, rombongan Presiden Soekarno tiba di Pangkalan Angkatan Udara Halim.Presiden disambut Omar Dani dan Komodor Leo Wattimena, yang karena ketidaktahuannyaatas apa yang terjadi, dapat ditarik ke kubu Soeharto siang harinya.Sementara itu, sekitar pukul 06.00, Brigadir Jenderal Soepardjo, pimpinan G30S, berangkat keIstana untuk melaporkan peristiwa G30S kepada Presiden Soekarno. Karena Soekarno tidakberada di Istana, Soepardjo sempat menunggu selama dua jam di sana. Setelah mendapatkaninformasi bahwa Soekarno berada di Halim, maka ia segera menyusul ke Halim. Pukul 10.00,ia bertemu dengan Soekarno dan melaporkan mengenai gerakannya. Namun, Soekarnomenolak untuk mendukung gerakan itu, dan meminta ia menghentikan gerakannya untukmenghindari pertumpahan darah.Namun, penguasaan atas pasukan dan media massa saat itu membuat Soeharto bisa melakukantindakan apa saja yang dikehendakinya melalui kaki tangannya. Bahkan, Soekarno, lewatkesaksian Brigjen Sugandhi, Kepala Pusat Penerangan Hankam, dan ajudan PresidenSoekarno sendiri, Kolonel Marinir Bambang Widjanarko, dikatakan bertanggung jawab atasG30S.

Uniknya, Bambang Widjanarko yang memberikan kesaksian bahwa Soekarno terlibat dalamperistiwa G30S, tetap ditugaskan mendampingi Soekarno sampai jabatannya sebagai PresidenIndonesia resmi dicabut oleh MPRS.Kesaksian Sugandhi dibantah oleh Oei Tjoe Tat, yang juga hadir dalam jam minum kopi pagi(koffie uurtje) pada tanggal 30 September 1965.Cerita Sugandhi tentang apa yang terjadi pagi itu, menurut Oei Tjoe Tat, mengada-ada.Seperti Sugandhi, kesaksian Bambang Widjanarko pun dibantah oleh Kolonel (CPM) MaulwiSaelan dan Ajun Inspektur Polisi Tingkat I Sogol Djauhari Abdul Muchid, bertugas di bagianHigiene dan Dinas Khusus Kepresidenan. Sogol disebut Bambang Widjanarko sebagai orangyang menyerahkan surat Untung tentang penjemputan paksa para jenderal kepada Soekarnotanggal 30 September 1965 malam.Pertanyaan besar yang mengganjal, adalah mengapa sama sekali tidak ada yangmempersoalkan, mengapa Soeharto tidak melaporkan adanya gerakan untuk menjemput paksapara jenderal Angkatan Darat kepada atasannya, Jenderal Ahmad Yani, yang tewas dalam aksipenjemputan paksa itu? (Kutipan dari tulisan James Luhulima, selesai)Date: 2005/9/19Section: Sejarah

The URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=38US And British Complicity In Indonesia 1965US And British Complicity In Indonesia 1965by Mark CurtisOctober 21, 2002US officials at the time called a �reign of terror� and British officials �ruthless terror�.However, unlike the terrorists responsible for the outrage of September 11, precisely nothinghas ever been done to bring those responsible in Indonesia � and their supporters inWashington and London - to account.The killings in Indonesia started when a group of army officers loyal to President Sukarnoassassinated several generals on 30 September 1965. They believed the generals were about tostage a coup to overthrow Sukarno. The instability, however, provided other anti-Sukarnogenerals, led by General Suharto, with an excuse for the army to move against a powerful andpopular political faction with mass support, the Indonesian Communist Party (PKI). It did sobrutally: in a few months hundreds of thousands of PKI members and ordinary people werekilled and the PKI destroyed. Suharto emerged as leader and instituted a repressive regime thatlasted until 1998.The declassified documents show five ways in which the US and Britain were complicit in thisslaughter. First, both the US and Britain wanted the army to act and encouraged them to do it.US officials expressed their hope of �army at long last to act effectively againstCommunists� [sic]. �We are, as always, sympathetic to army�s desire to eliminate communistinfluence� and �it is important to assure the army of our full support of its efforts to crush thePKI�, other officials noted.The British were equally enthusiastic. �I have never concealed from you my belief that a littleshooting in Indonesia would be an essential preliminary to effective change�, the ambassadorin Jakarta, Sir Andrew Gilchrist, informed the Foreign Office on 5 October.The following day the Foreign Office in London stated that �the crucial question still remains

whether the Generals will pluck up enough courage to take decisive action against the PKI�.Later it noted that �we must surely prefer an Army to a Communist regime� and declared: �Itseems pretty clear that the Generals are going to need all the help they can get and acceptwithout being tagged as hopelessly pro-Western, if they are going to be able to gainascendancy over the Communists. In the short run, and while the present confusion continues,we can hardly go wrong by tacitly backing the Generals�. British policy was �to encourage theemergence of a General�s regime�, one intelligence official explained.Support for army actions continued throughout the period of the worst killings; there is noquestion that US and British officials knew exactly what they were supporting. USAmbassador Marshall Green noted three weeks after the attempted coup and with the killingshaving begun, that �Army has� been working hard at destroying PKI and I, for one, haveincreasing respect for its determination and organisation in carrying out this crucialassignment�. Green noted in the same despatch the �execution of PKI cadres�, putting thefigure at �several hundred of them� in �Djakarta area alone� [sic]. �To date, army hasperformed far better than anticipated in attacking PKI and regrouping�.On 1 November, Green informed the State Department of the army�s �moving relentlessly toexterminate the PKI as far as that is possible to do�. Three days later he noted that �Embassyand USG generally sympathetic with and admiring of what army doing� [sic]. Four days afterthis the US Embassy reported that the Army and allied elements �has continued systematicdrive to destroy PKI in northern Sumatra with wholesale killings reported�.By 16 November, the US Consulate in Medan was reporting that �much indiscriminate killingis taking place�. �Something like a reign of terror against PKI is taking place. This terror is notdiscriminating very carefully between PKI leaders and ordinary PKI members with noideological bond to the party�. A British official reported on 25 November that �PKI men andwomen are being executed in very large numbers�.By mid December the State Department noted approvingly that �Indonesian military leaders�campaign to destroy PKI is moving fairly swiftly and smoothly�. By 14 February 1966Ambassador Green could note that �the PKI has been destroyed as an effective political forcefor some time to come� and that �the Communists�have been decimated by wholesalemassacre�.The British files reveal that by January the US estimated the number of dead at 150,000,although one Indonesian armed forces liaison officer told US attaches of a figure of 500,000.By March one British official wondered �how much of it [the PKI] is left, after six months ofkilling� and believed that over 200,000 had been killed in Sumatra alone. By April, the USEmbassy stated that �we frankly do not know whether the real figure is closer to 100,000 or1,000,000 but believe it wiser to err on the side of the lower estimates, especially whenquestioned by the press�.Summarising the events of 1965 the British Consul in Medan referred to the army by notingthat: �Posing as saviours of the nation from a communist terror, they unleashed a ruthlessterror of their own, the scare of which will take many years to heal.� Another British memoreferred to the �an operation carried out on a very large scale and often with appallingsavagery�. Another simply referred to the �bloodbath�.The US and British files reveal total support for these massacres. I could find no reference toany concern about the extent of killing at all - other than constant encouragement for the armyto continue. And it was not only PKI activists who were the targets of this terror. As the

British files show, many of the victims were the �merest rank and file � of the PKI who were�often no more than bewildered peasants who give the wrong answer on a dark night tobloodthirsty hooligans bent on violence�, with the connivance of the army.The second way in the US and Britain supported the slaughter concerned the �Confrontation�between Malaya and Indonesia. Here, Britain had deployed tens of thousands troops, mainlyin Borneo, to defend Malaya against possible Indonesian encroachments following territorialclaims. British policy �did not want to distract the Indonesian army by getting them engagedin fighting in Borneo and so discourage them from the attempts which they now seem to bemaking to deal with the PKI�. British Ambassador Gilchrist proposed that �we should getword to the Generals that we shall not attack them whilst they are chasing the PKI�, describedas a �necessary task�. In October the British passed to the Generals, through a US contact �acarefully phrased oral message about not biting the Generals in the back for the present�.The US files confirm that the message from the US, conveyed on 14 October, read: �First, wewish to assure you that we have no intention of interfering Indonesian internal affairs directlyor indirectly. Second, we have good reason to believe that none of our allies intend to initiateany offensive action against Indonesia� [sic]. The message was greatly welcomed by the army:One of the Indonesian Defence Minister�s aides noted that �this was just what was needed byway of assurances that we (the army) weren�t going to be hit from all angles as we moved tostraighten things out here�.Third is the �hit list� of targets supplied by the US to the Indonesian army. As the journalistKathy Kadane has revealed, as many as 5,000 names of provincial, city and other local PKIcommittee members and leaders of the mass organisations of the PKI, such as the nationallabour federation, women�s and youth groups, were passed on the Generals, many of whomwere subsequently killed. �It really was a big help to the army� noted Robert Martens, aformer member of the US embassy. �They probably killed a lot of people and I probably havea lot of blood on my hands, but that�s not all bad. There�s a time when you have to strike hardat a decisive moment�.The declassified US files do not provide many further details about the provision of this hitlist, although they do confirm it. One list of names, for example, was passed to theIndonesians in December 1965 and �is apparently being used by Indonesian securityauthorities who seem to lack even the simplest overt information on PKI leadership at thetime�. It also notes that �lists of other officials in the PKI affiliates, Partindo and Baperki werealso provided to GOI [Government of Indonesia] officials at their request�.The fourth means of support was propaganda operations. On 5 October a �political adviser� atthe British intelligence base in Singapore reported to the Foreign Office in London that: �weshould not miss the present opportunity to use the situation to our advantage� I recommendthat we should have no hesitation in doing what we can surreptitiously to blacken the PKI inthe eyes of the army and the people of Indonesia�. The Foreign Office replied: �We certainlydo not exclude any unattributable propaganda or psywar [psychological warfare] activitieswhich would contribute to weakening the PKI permanently. We therefore agree with the[above] recommendation� Suitable propaganda themes might be� Chinese interference inparticular arms shipments; PKI subverting Indonesia as agents of foreign communists�.On 9 October the political adviser confirmed that �we have made arrangements fordistribution of certain unattributable material based on the general guidance� in the ForeignOffice memo. This involved �promoting and coordinating publicity� critical of the Sukarno

government to �news agencies, newspapers and radio�. �The impact has been considerable�,one file notes.The fifth means of support was provision of equipment - although this remains the murkiestarea to uncover. Past US support to the military �should have established clearly in mindsArmy leaders that US stands behind them if they should need help�, the State Departmentnoted. US strategy was to �avoid overt involvement in the power struggle but� indicate,clearly but covertly, to key Army officers our desire to assist where we can.�The first US supplies to the Indonesian army were radio equipment �to help in internalsecurity� and to help the Generals �in their task of overcoming the Communists�, as BritishAmbassador Gilchrist out it. The US historian Gabriel Kolko has shown that in earlyNovember 1965 the US received a request from the Generals to �arm Moslem and nationalistyouths�for use against the PKI�. The recently published files confirm this approach from theIndonesians. On 1 November Ambassador Green cabled Washington that �as to the provisionof small arms I would be leery about telling army we are in position to provide same, althoughwe should act, not close our minds to this possibility� We could explore availability of smallarms stocks, preferable of non-US origin, which could be obtained without any overt USgovernment involvement. We might also examine channels through which we could, ifnecessary, provide covert assistance to army for purchase of weapons�.A CIA memo of 9 November stated that the US should avoid being �too hesitant about thepropriety of extending such assistance provided we can do so covertly, in a manner which willnot embarrass them or embarrass our government�. It then noted that mechanisms exist or canbe created to deliver �any of the types of the materiel requested to date in reasonablequantities�. One line of text is then not declassified before the memo notes: �The same can besaid of purchasers and transfer agents for such items as small arms, medicine and other itemsrequested.� The memo goes on to note that �we do not propose that the Indonesian army befurnished such equipment at this time�. However, �if the Army leaders justify their needs indetail�it is likely that at least will help ensure their success and provide the basis for futurecollaboration with the US�. �The means for covert implementation� for the delivery of arms�are within our capabilities�.In response to the Indonesia request for arms, Kolko has shown that the US promised toprovide such covert aid, and dubbed them �medicines�. The declassified files state that �theArmy really needed the medicines� and that the US was keen to indicate �approval in apractical way of the actions of the Indonesian army�. The extent of arms provided is notrevealed in the files but the amount �the medicines would cost was a mere pittance comparedwith the advantages that might accrue to the US as a result of �getting in on the ground floor��,one file reads. A meeting in Washington of 4 December approved the provision of such�medicines�.The British knew of these arms supplies and it is likely they also approved them. Britain wasinitially reluctant to see US equipment go to the Generals lest it be used in the�Confrontation�. Thus the British files show that the US State Department had �undertaken toconsult with us before they do anything to support the Generals�. It is possible that the USreneged on this commitment; however, in earlier discussions about this possibility, a Britishofficial at the embassy in Washington noted that �I do not think that is very likely�.The British files in particular show very close relations between the US and British embassiesin Jakarta. They point to a somewhat coordinated joint US-UK operation to help install a

Generals regime and bring about a government more favourable to Western economic andpolitical interests. The Indonesia campaign is one of the most bloody in the postwar history ofUS-UK collaboration that includes the joint overthrow of the Musaddiq regime in Iran in1953, the removal of the population of the British island of Diego Garcia to make way for aUS military base in 1965, UK support for US aggression in Vietnam, Central America,Grenada, Panama and Libya and covert operations in Cambodia and Afghanistan. The currentphase of the special relationship is witnessed in joint military operations in Iraq andAfghanistan.Basic US and British concerns and priorities regarding mid-1960s Indonesia are laid out in thefiles. For the British the importance of Southeast Asia was partly explained by the fact that�Southeast Asia is a major producer of some essential commodities� such as rubber, copra andchromuim ore. �Economically, Southeast Asia is a major producer of raw materials� and thedefence of the sources of these products and their denial to a possible enemy are majorinterests to the Western powers�. Indonesia also �occupies a key position in worldcommunications�, straddling important sea and air routes. And Britain wanted, of course, tosee a change in regime in Jakarta to bring an end to the �Confrontation� with Malaya.British Foreign Secretary Michel Stewart wrote at the time that �it is only the economic chaosof Indonesia which prevents that country from offering great potential opportunities to Britishexporters. If there is going to be a deal in Indonesia� I think we ought to take an act and tryto secure a slice of the cake ourselves�. The British feared �the resurgence of Communist andradical nationalism�.For the US, Under Secretary of State George Ball had noted that Indonesia �may be moreimportant to us than South V-N [Vietnam]� (251). �At stake�, one US memo read, �are 100million people, vast potential resources and a strategically important chain of islands�. BasicUS priorities were virtually identical in Vietnam and Indonesia: to prevent the consolidation ofan independent nationalist regime, with communist components and sympathies, thatthreatened Western economic and political interests and that could act as a successfuldevelopment model.The US Ambassador in Malaysia cabled Washington a year before the October 1965 events inIndonesia saying that �our difficulties with Indonesia stem basically from deliberate, positiveGOI [Government of Indonesia] strategy of seeking to push Britain and the US out ofSoutheast Asia�. Ball noted in March 1965 that �our relations with Indonesia are on the vergeof falling apart�. �Not only has the management of the American rubber plants been takenover, but there are dangers of an imminent seizure of the American oil companies�.The Sukarno regime clearly had the wrong priorities. According to one US report: �thegovernment occupies a dominant position in basic industry, public utilities, internaltransportation and communication�. �It is probable that private ownership will disappear andmay be succeeded by some form of production-profit-sharing contract arrangements to beapplied to all foreign in vestment�. Overall, �the avowed Indonesian objective is �to stand ontheir own feet� in developing their economy, free from foreign, especially Western, influence�� clearly all heretical priorities to basic US-UK strategy that � as today - needed to bedefeated.The problem with the PKI was not so much its communism but its nationalism: �it is likelythat PKI foreign policy decisions, like those of Sukarno, would stress Indonesian nationalinterests above those of Peking, Moscow or international communism in general�, one memo

reads. The real danger of a Communist Indonesia was outlined in a Special NationalIntelligence Estimate of 1 September 1965. This referred to the PKI�s moving �to energize andunite the Indonesia nation� and stated that �if these efforts succeeded, Indonesia wouldprovide a powerful example for the underdeveloped world and hence a credit to communismand a setback for Western prestige�. The problem was that Indonesia would be too successful,a fear in the minds of US planners well documented by Kolko and Noam Chomsky in policytowards numerous other countries.The Army was by no means the perfect ally of the US in Indonesia � as the files note, it �wasstrongly nationalist in orientation and strongly favours the takeover of Western economicinterests�. Nevertheless in the choice between Sukarno and the PKI on the one hand and thearmy on the other, �the army deserves our support�. And over time a combination of Westernadvice, aid and investment did transform the Indonesian economy into one that, althoughretaining an important nationalist element, provided substantial opportunities and profits forWestern investors, aided by an increasingly corrupt President Suharto. The West supportedSuharto throughout the three-decade long rule of repression, including in the regime�smurderous policies in East Timor after the invasion of 1975. The hundreds of thousands ofdeaths then were as irrelevant to US and British officials as those in 1965.For notes and sources, see the forthcoming book, The Web of Deceit: Britain�s Real Role inthe World, Vintage, 2003. Mark Curtis can be contacted at [email protected].. He is theauthor of The Great Deception: Anglo-American Power and World Order, Pluto, London(www.plutobooks.com)Note: The US files referred to were published last year in the Foreign Relations of the UnitedStates series by the US Government Printing Office. British files are in Public Record Office,London.source:Znethttp://www.zmag.org/content/showarticle.cfm?ItemID=2521Date: 2005/9/29Section: PolitikThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=42Flashback: Tragedi Nasional 30 September '65Para pembaca yang terhormat,Siapa saja yang ingin mencari "kebersihan Tragedi Nasional 30 September'65" harus berusahamenjelujuri seluruh sejarah perkembangan Republik Indonesia, dari hari ProklamasiKemerdekaan R.I. s/d terjadinya Tragedi Nasional tersebut dan sampai hari ini. Dibawah inisedikit flashback:Tragedi Nasional 30 September '65 adalah satu bagian matarantai dari aktivitas kaumKolonial, terutama kaum Kolonial Belanda, dalam usaha untuk mempertahankan danmerehabilitasi kembali kekuasaan Kolonialisme diatas wilayah Republik Indonesia.Semenjak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tidak henti-hentinya serangan dansubversi kaum Kolonial Belanda, menyerang dan melakukan subversi untuk menghancurkanRepublik Indonesia. Agresi Belanda I dan ke-II.Pengkhianatan kekuatan politik yang pro kaum Kolonial Belanda didalam RI, seperti "jointventure" Pemerintahan Hatta-Sukiman dengan kaum Kolonial Belanda yang diwakili oleh vanMook yang melahirkan Red drive proposal, dan kemudian dikenal dengan apa yang

dinamakan Peristiwa Madiun, dimana Pemerintahan Hatta-Sukiman dan bersama denganPerwira TNI AD di Kementerian Pertahanan menterror/membunuh pada Pejuang, Pendiri danPembela RI, karena mereka adalah aktivis dan anggota Partai Komunis Indonesia. RepublikIndonesia dengan aksi yang demikian dilemahkan, baiknya Presiden RI. Soekarno masihberada dalam kekuasaan Negara, sebagai Presiden RI., karena Presiden Soekarno mendapatkepercayaan Rakyat Indonesia yang tanpa batas.Selanjutnya, Col.TNI AD Zulkifli Lubis membawa Meriam ke Istana Negara, menodongPresiden Soekarno untuk meletakkan jabatan sebagai Presiden R.I. Usaha coup d'etatCol.Zulkifli Lubis gagal. Justru itu, kaum Kolonial Belanda dengan bantuan antek-antekmereka dalam kekuasaan RI, selanjutnya mengorganisasi DII & TII Kartosuwiryo di Jawa-Barat dan DII & TII Daud Bereuh di Aceh yang berfungsi menterror/membunuh Pimpinan-Pimpinan Serikat Buruh dan Tani di Perkebunan-Perkebunan Teh, Karet,etc., karena kaumKolonial Belanda masih beranggaban bahwa Perkebunan-Perkebunan tsb. adalah hakmilikmereka. Anehnya, Kementerian Pertahanan dibawah Jendral Nasution dan para Perwira TNIAD takpernah berhasil menangkap Kartosuwiryo atau Daud Bereuh.Selanjutnya, diorganisasi Gerakan Separatisme hampir diseluruh wilayah RI, seperti apa yangdinamakan PRRI, PERMESTA, RMS, dan lain-lain seperti itu, untuk menghancurkan NegaraKesatuan Republik Indonesia dibawah Pimpinan Presiden Soekarno. Fungsi utama dariPerwira-Perwira TNI AD pada Gerakan Separatisme tsb. yalah menterror/membunuhPimpinan-Pimpinan dan Anggota-Anggota PKI, Pimpinan-Pimpinan dan Anggota-AnggotaSerikat Buruh, Pimpinan-Pimpinan dan Anggota Barisan Tani Indonesia, Pimpinan-Pimpinandan Anggota-Anggota Pemuda Rakyat,CGMI, etc. Kita kenal pembunuhan massal terhadapPimpinan-Pimpinan dan Anggota-Anggota Partai dan Organisasi-Organisasi tersebut diatasseperti di Situjuh-Payakumbuh Sumatra-Barat atas perintah Perwira TNI AD Col.AhmadHusen, dan yang seperti itu, ratusan banyaknya disepanjang wilayah RI.Mereka tidak memberontak, mereka tidak melakukan Gerakan Separatisme melawan RI., tapimereka di terror, dibunuh tanpa prozes apapun. Hak Azasi Manusia? Convention Geneva yangmengatur Hak-Hak Asasi? Atau "Bill of Right" dari PBB yang menyatakan, bahwa "dignity ofthe people is inviolable?". Jendral A.H.Nasution sebagai Perwira TNI didikan kaum KolonialBelanda di Breda dan para Jendral TNI AD lainnya, tidak pernah mengenal/mendengarmengenai Hak Azasi Manusia.Komando Militer didaerah KODAM menentukan hidup atau mati seseorang warganegara RI,terutama kalau person tsb. angota PKI, maka Hak-Kewarganegaraannya dirampas, diperkosa,ditahan tanpa prozes apapun, atau ditembak mati dan hilang taktentu rimbanya.Col.TNI AD Ahmad Husen, Col.TNI AD Simbolon dan yang lain-lainnya seperti itu, yangmemberontak, mengadakan Gerakan Separatisme melawan RI. dianugrahi "Bintang Jasa" -kehidupan mewah dibawah Kementrian Pertahan di Jakarta.Para Gubernur di Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Komando Militer-KODAMsetempat.Bupati diangkat dan diberhentikan oleh Perwira KODIM, pun Camat dan Lurahditentukan Komando Distrik Militer setempat. Status ini dinamakan Jendral A.H.Nasutionsebagai SOB. Jendral A.H.Nasution harus mempergunakan istilah bahasa Breda ( bahasaVOC).Penunjang kekuatan politik Presiden Soekarno, terutama PKI menjadi lemah, kendatipundemikian Presiden Soekarno, sebagai jawaban RI terhadap subversi asing, terutama subversiBelanda, men-Dekrit-kan penasionalisasian asset asing, terutama Modal Monopol Belanda di

Indonesia dan dijadikan hakmilik RI, guna memperkuat Perekonomian Sektor Negara.Dengan mempergunakan SOB (istilah VOC) Jendral A.H.Nasution menempatkan para JendralTNI AD untuk mengambil Management disemua Perusahaan-Perusahaan, Perkebunan-Perkebunan dan system per-Bank-an, yang telah dijadikan PN-PN Negara RI.Dimulai Business Militer dalam sejarah RI, dan Jendral A.H.Nasution mengeluarkan Doctrinapa yang dinamakan "Dwi Fungsi ABRI", untuk melegalisasi kekuasaan Militer tersebut.Militer bukan lagi Aparat Negara, melainkan Badan Exekutive dalam Tatanegara RI, hanyamasih "Dualisme" dengan Presiden Soekarno, dengan Manipol dan USDEK yang ditunjangoleh kekuatan politik NASAKOM, terutama oleh Partai Nasional Indonesia dan PartaiKomunis Indonesia.Untuk merebut seluruh kekuasaan Negara RI, Jendral A.H.Nasution dan para Jendral TNI ADlainnya harus menghancurkan NASAKOM, terutama menghancurkan PKI dan kemudianmembunuh Presiden Soekarno. Bantuan untuk itu bukan hanya dari Amsterdam-Balanda,tetapi dan terutama dari CIA akan diperoleh oleh Jendral A.H.Nasution dan para Jendral TNIAD lainnya, karena Pentagon yang sedang bankrupts/bankrott di Perang Vietnam,membutuhkan "orang Asia untuk membunuh orang Asia di Vietnam" untuk Petagon-USA(Doctrin Nixon).Provokasi dan Provokasi - apakah dikalangan Partai-Partai Politik dalam NASAKOM,ataukah dikalangan ABRI, pun dikalangan Mahasiswa/Pemuda di organisasi oleh CIAbersama dengan para Jendral TNI AD dan puncaknya yang mentukan adalah 30 September'65,ketika konflikt terbuka didalam intern TNI AD, diantara Perwira Tinggi TNI AD/para Jendraldengan Perwira Menengah TNI AD. Para Perwira Menengah seperti nama-nama yang seringdisebut, seperti Col.Sabur, Col.Untung, Col.Latief, yang menolak permainan CIA denganJendral A.H.Nasution dan para Jendral TNI AD lainnya, untuk menjatuhkan PresidenSoekarno-artinya untuk menghancurkan RI-. Para Perwira Menengah tsb. - Col.TNI ADSabur, Col.TNI AD Untung, Col.TNI AD Latief tidak ada hubungan organik dengan PKI,karena mereka itu bukanlah anggota atau Pimpinan PKI.Kesempatan tsb.diatas diambil oleh Jendral A.H.Nasution dan para Jendral TNI AD lainnyauntuk melaksanakan Program Red drive Proposal seperti di Madiun, seperti yang dijalankanoleh DII & TII, seperti yang dilakukan oleh para Perwira TNI AD yang melakukan GerakanSeparatisme PRRI, PERMESTA, etc. Dalam tempo tigabulan pertama para Jendral TNI ADmenjagal manusia Warganegara RI. dari Mentri s/d orang awam hampir 750.000 manusia; danselanjutnya, Pemerintahan Jendral TNI AD Suharto-Golkar dengan nama ORDE-BARUhampir 1,7 juta WarganegaraRepublik Indonesia yang dijagal/dibunuh oleh TNI AD. PresidenSoekarno dibunuh a la Hamlet atau a la Singosari.Dengan demikian Militer (TNI AD)-Jendral Suharto menguasai sepenuhnya Exekutive;KOPKAMTIB sebuah Aparat yang Non-Konstitusionil, menguasai bukan hanya Exekutiveuntuk memperkuat kekuasaan Militer, tetapi juga menguasai Yudikative - menjatuhkan danmelaksanakan Hukuman atas Warganegara RI yang dituduh PKI atau Soekarnois dandiantaranya Tahanan Politik-Legislative -Para Jendral TNI AD meletakkan seratus orang paraPerwira TNI AD dalam MPR.Mereka inilah sesungguhnya yang menguasai kekuasaan Negara RI - Coup d 'etat para JendralTNI AD berhasil. Dan GOLKAR diperlukan untuk applauds.Amsterdam puas, karena Jendral TNI AD Suharto mengembalikan kepada "Pemiliknya"Perusahaan-Perusahaan dan Perkebunan-Perkebunan, etc. yang dinasionalisasi oleh

Pemerintah NASAKOM.Modal Asing bisa beroperasi di Indonesia tanpa pajak, dan Prof.Sadli bangga dengan KonsepEkonomi-nya. IMF menganugrahi Jendral TNI AD Suharto jutaan US-Dollar. Pentagongembira, karena Jendral Suharto-Golkar(Orde-Baru) tidak menentang Perang USA diVietnam.Tetapi Rakyat Indonesia kembali mengalami GLOBALISASI sebelum terminology inipopuler di Media seperti sekarang. Dan Globalisasi Ekonomi ini dialami RakyatIndonesia/Nusantara hampir 350 Tahun, yang dimulai oleh J.P.Coon, disempurnakan olehJendral van den Bosch (VOC), dijaga keras oleh Jendral Daendels, dan diteruskan oleh JendralTNI AD Suharto-Golkar dengan nama ORDE-BARU. Pemerintahan sekarang? ORDE-BARUdalam bentuk yang diselubungi oleh tabir sutra yang tipis.Para Tehnokrat sekarang ini yang berada di Institut-Institut Ilmu Pengetahuan, seperti LIPIatau CSIS, etc. sibuk mengobrol "Apakah Jendral Suharto terlibat dalam melakukan Genoside30 September'65". Terang-terangan Exekutiv, Yudikative dan Legislative dikuasai oleh paraJendral TNI AD dan masih ingin mengajukan pertanyaan seperti itu, Sebagai Sarjana Tinggiadalah sangat menyedihkan atau usaha untuk mengelabui mata 200 juta RakyatIndonesia.Penarik Beca dari Tanjungperiok, di Manggarai, s/d Bukitduri,etc. denganpengalaman pengamatan mereka, mereka mengerti sangat, bahwa Militer, dibawah Komandopara Jendral TNI AD melakukan coup d'etat dan untuk itu membunuh ribuan manusia,tetangga dan anggota keluarga mereka.Dalam waktu yang sama, sekarang ini para Sarjana CSIS sibuk mengobrol/Seminar mengenai"Pertahanan Nasional" atau "Keamanan Nasional" atau terminology apalagy, yang seperti itu.Hanya para Tehnokrat tsb. dalam Paper mereka tak pernah menyebut, bahwa masalahPertahanan Nasional menyangkut erat masalah Perekonomian Nasional/Sektor Negara yangkuat.Doctrin Pertahanan Nasional yang bagaimana yang akan bisa dirumuskan oleh CSIS, kalauPerekonomian Sektor Negara berada ditangan global corporation of multinational company?Kalau TNI AD hanya berfungsi untuk menjagal/membunuh para Patriot, Pendiri, PembelaRepublik Indonesia, semenjak RI diproklamasikan? Kalau para Jendral TNI sudah tidakmempunyai harga diri sebagai Bangsa Merdeka,bahwa disaat Senat USA meng-Undang-kanEMBARGO penjualan alat-alat tehnik Militer dan Persenjataan ke Republik Indonesia,MentriPertahanan RI memerintahlan untuk melakukan latihan Bersama antara Angkatan Laut RIdengan Angkatan Laut USA beberapa bulan yang lalu di wilayah perairan RI?. Kalau RakyatIndonesia lapar,sakit,penganggur,etc?Delegasi Kementrian Pertahan RI hari ini membicarakan di Moskow dengan PemerintahanR.F.Russia mengenai pembelian senjata (kemungkinan utang jangka panjang) seperti beberapabiji Pesawat Tempur SU 27, beberapa biji Helicopter, beberapa biji Peluru-Kendali, beberapabuah Kapal Selam, etc. Andaikan Delegasi tsb. berhasil mencapai persetujuan dengan UtangJangka Panjang pembelian persenjataan tsb. dengan Pemerintah R.F.Russia, bagaimanaPesawat-Pesawat tsb. bisa terbang tanpa BBM?, karena Minyak telah diberikan oleh YusufKala/Aburizal Bakrie pada "Majikan mereka" Exxon dan Texaco.Justru itu, kalau para Sarjana di CSIS ingin merumuskan Doctrin Pertahan Nasional, pertamatamaharus menasionalisasi Asset Asing/Kapitalmonopol Asing di Indonesia, terutama yangmempromosi dan membantu Gerakan Separatisme melawan RI dan re-nasionalisasi BUMNBUMNyang di-divertasi dan membantu perkembangan Industri Nasional untuk memperkuat

Perekonomian Sektor Negara, seperti yang diajukan oleh Program Tuntutan ALIANSIPERJUANGAN RAKYAT.60 Tahun Sejarah Kemerdekaan RI, tapi Rakyat Indonesia belum mengenal apa itu Hak AzasiManusia dan Yusril Ihza Mahendra yang memegang Mentri Kehakiman dan Hak-HakManusia dalam dua pemerintahan berusaha menutupi kejahatan genoside Jendral TNI ADSuharto-Golkar. Rakyat Indonesia belum pernah menghirup udara Demokrasi, karena RakyatIndonesia hanya mengenal SOB dan sepertinya. Rakyat Indonesia tidak mengenal apa ituKesejahteraan Sosial, hanya mengenal miskin, lapar, sakit busunglapar, ditindas dan dihinaoleh penguasa.Justru itu, pemutarbalikkan sejarah Rakyat Indonesia, takkan membawa akhir yang baik,karena lambat atau cepat Rakyat Indonesia akan meluruskan sejarahnya sendiri. = Perdura loque un pueblo defiende = Segala perkembangan ditentu oleh Rakyat, seruan AngkatanBersenjata Venezuela.Dr.rer.pol.A.TchaniagoAlamat Penulis:Dr.rer.pol.A.TchaniagoJoseph-Oertgen-Weg 3745327 Essen - GermanyPhone : 0201/46 90 486Mobil : 0177/62 45 486E-Mail : [email protected]: 2005/10/11Section: PolitikThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=49Apa Sebab Bung Karno Bisa DigulingkanDiterbitkan oleh Jurnal Solidaritas (SKP HAM )Dipresentasikan dalam Seminar SKP-HAMdi Balairung Universitas Negeri Manado (UNISMA) TondanoKata Pengantar :Apa yang diuraikan dalam brosur ini hasil investigasi penulisnya sebagai wartawan,anggota DPA & anggota MPRS, pada saat saat G30S sedang direncanakan, yangkemudian diuji kebenarannya dengan pertemuannya dengan pihak pihak yangterlibat dalam gerakan itu, mulai dari Letnan Kolonel Untung Samsuri , komandanBatalyon I Tjakrabirawa yang menjadi komandan gerakan , serta perwira perwirapendukungnya seperti Kolonel A. Latief., Komandan Brigade Infanteri I Kodam VJaya , Mayor Bambang Soepeno. Komadan Batalion 450 / Brawijaya dari Madiun danKapten Kuncoro ,Kepala Staf Batalion 454/Diponegoro dari Semarang, yangdidatangkan oleh Panglima Kostradi Mayjen Soeharto ke Jakarta untuk mendukunggerakan. Demikian pula pembicaraannya dengan Nyono orang pertama PKI untukDKI Jakarta dan Sekitarnya yang menjadi komandan kekuatan PKI mendukunggerakan. Juga pembicaraannya dengan Ketua Umum PKI D.N. Aidit menjelangmeletusnya G-30-S.Masih dilengkapi lagi pembicaraannya dengan semua Komandan Regu yang ditugasimenculik para Jendral ketika bertahun tahun kumpul bersama dalam tahanan.Pembicaraan penulisnya dengan DR. Soebandrio setelah dia bebas dari tahanan, yang

mengakui menjadi bagian dari G-30-S , memberikan gambaran yang lebih jelasmengenai gerakan yang akhirnya menggulingkan Bung Karno dari posisinya sebagaiKepala Negara dan dari semua jabatan kenegaraan yang melekat pada dirinya.Dan semuanya menjadi lebih gamblang setelah terbitnya "The Foreign Relation ofThe United States" yang menjelaskan bagaimana CIA (AS.) dan MI 6 (Inggris)menggulingkan Bung Karno.Mudah- mudahan kehadiran brosur ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca.AMIN..!Pemimpin UmumJurnal SolidaritasFreddy SutediJakarta , 21 Mei 2003.APA SEBAB BUNG KARNO BISA DIGULINGKAN ?Oleh : A. Karim DPAda sebuah pertanyaan yang pernah ditujukan kepada saya, sebuah pertanyaan yang amatberat, tapi sekaligus juga pertanyaan yang cerdas : "Apa sebab Bung Karno bisa di gulingkan",maksudnya setelah meletus G30S.Belanda yang berpengalaman 350 tahun menjajah Indonesia dan menindas rakyat Indonesiahabis-habisan, tidak mampu menundukkan Bung Karno yang menuntut Indonesia merdekasekarang juga. Lima tahun perang kemerdekaan, dimana Belanda sudah berhasil menangkapBung Karno, perlawanannya tidak dapat dipatahkan.Akhirnya dunia menjadi saksi, pada tanggal 27 Desember 1949 di Istana DE DAMAmsterdam, Ratu Belanda Juliana harus menyerahkan kedaulatannya atas Hindia Belandakepada Indonesia di depan mata dunia, sambil meneteskan air mata.Tapi mengapa pada tahun 1967 Bung Karno melepaskan kekuasaannya direbut JendralSoeharto ? Ini bertentangan dengan ajaran Bung Karno sendiri untuk jangan sekali-kalimenyerahkan kekuasaan yang ada di tangan dengan sukarela kepada musuh.Apakah Bung Karno sudah sangat lemah semangat juangnya, sehingga tidak ada alternatif lainkecuali menyerah ?Orang awam bisa menjawab, Bung karno bisa digulingkan karena memang dia mau digulingkan tapi tentunya tidak sesederhana itu. Roeslan Abdulgani mengatakan bahwa BungKarno menyatakan kepadanya begini :"Cak Roes ! saya sadar bahwa saya mau tenggelam. Biarkanlah saya tenggelam asal rakyatIndonesia tetap bersatu".Saya tidak mendengar langsung Bung Karno berkata begitu, karena saya sudah ditahan. Tapikalau Bung Karno bersikap seperti apa yang di katakan oleh Pak Roeslan, perlu diteliti apasebabnya. Karena hati kecil kita akan mengatakan bahwa sikap itu tidak sesuai dengankarakter Bung Karno yang kita kenal, yaitu tidak mudah menyerah. Apa lagi kepada JendralSoeharto hanya orang bawahannya.Namun itulah yang terjadiMengapa ?Pada hari Maritim 1967, Bung Karno diundang oleh Markas Besar Angkatan Laut untukmemberikan amanat langsung pada peringatan itu di Surabaya. Yang datang menghadap BungKarno menyampaikan undangan dua orang Laksamana Madya yaitu Jatidjan waktu itumenjabat Mentri Maritim dan Mursalim D.M. Menko Wakil Ketua DPR-GR. Bung Karno

menolak. Alasannya, kalau ia ke Surabaya, kemungkinan besar akan timbul kesulitan dengankemungkinan tidak bisa kembali ke Jakarta, karena rakyat Jawa Timur memang menghendakikomando perlawanan. Saya pernah membaca salah satu tulisan Jenderal A.H. Nasution,katanya di malang sudah disediakan 6 perumahan untuk ditempati Bung Karno dankeluarganya.Agaknya Bung Karno memperhitungkan, kalau ia berada di Surabaya, kemungkinan besarperang saudara tidak dapat di hindari. Jawa Timur dengan bantuan Jawa Tengah akanmenyerang kekuatan Soeharto. Ini tidak di inginkan oleh Bung Karno. "Biarkan sayatenggelam asal rakyat Indonesia tidak pecah, tetap bersatu" demikian Bung Karno. Siapa yangmenang jika pecah perang saudara, tidak ada kalkulator yang bisa menghitungnya.Sungguh malang nasib Bung Karno, karena Jenderal Soeharto kemudian memerintahkankepadanya supaya meninggalkan Istana Merdeka sebelum tanggal 17 Agustus 1967. BungKarno beserta semua anak-anaknya pergi dari Istana dengan pakaian kaos oblong dan celanapiyama beralaskan kaki dengan sendal, menumpang mobil volkswagen kodok satu-satunyamobil milik pribadinya yang dihadiahkan oleh piola kepadanya, pergi kewisma yaso, dimanakemudian menjadi tempat tahanannya sampai wafat. Semua kekayaannya, di tinggalkan diIstana, tidak sepotongpun yang di bawa pergi kecuali bendera pusaka Merah Putih yang dibungkusnya dengan kertas koran. Anak-anaknya pun tidak boleh membawa apa-apa, kecualipakaian sendiri, buku buku pelajaran sekolah dan perhiasannya sendiri. Selebihnyaditinggalkan semua di Istana dan sampai sekarang tidak kedengaran bagaimana nasib barangbarangitu.Megawati yang sekarang Presiden kita, sepertinya melupakan begitu saja TAP MPRS No.XXXIII/1967yang menggulingkan Bung Karno, yang juga menugaskan kepada JenderalSoeharto waktu itu Pejabat Presiden, untuk menyelesaikan persoalan hukum menyangkutDr.Ir.Soekarno, yang tidak pernah di laksanakan sampai Bung Karno wafat sebagai TahananG30S.Selama Bung Karno di tahan di Wisma Yaso, diperlakukan sangat tidak manusiawi. BungHatta menceritakan bagaimana permintaan Bung Karno kepada Soeharto untuk sekedarmengizinkan mendatangkan seorang dukun pijet ahli langganan Bung Karno dan jugalangganan Bung Hatta, di tolaknya. Bung Karno mengharapkan dengan bantuan pijatan dukunahli itu, penderitaannya akan berkurang.Itulah kemudian yang mendorong Bung Hatta menulis surat kepada Bung Soeharto yangmengecam tidak manusiawinya sikap itu, pada tanggal 15 Juli 1970.Bahkan sebelumnya, Bung Hatta sudah minta kepada Soeharto lewat Durmawel, SH, penuntutumum perkara Dr. Soebandrio, supaya Soeharto sesudah 3 tahun lebih mengusut perkara BungKarno, segera mengajukannya kepengadilan untuk memastikan apakah Bung Karno bersalahatau tidak. Sebab jika Bung Karno meninggal dalam statusnya sebagai tahanan politik karenatidak di adili, maka rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang percaya bahwa Bung Karnotidak bersalah, akan menuduh pemerintahan Soeharto sengaja membunuhnya, kata BungHatta. (Baca : Deliar Noer, Mohammad Hatta Biografi Politik).Dan memang itulah yang terjadi, Soeharto tentu di tuduh sengaja membunuh Bung Karno.Bung Karno menderita penyakit gagal ginjal, dimana kedua ginjalnya tidak berfungsi lagidengan baik, tapi saya kira tidak di berikan pengobatan cuci darah, sehingga nampakwajahnya bengkak-bengkak, menyebabkan jiwanya tidak tertolong lagi.Seumpama penyiksaan Soeharto terhadap Bung Karno yang begitu tidak manusiawinya di

lupakan oleh Mega dan memaafkannya seperti yang di tuntut oleh pendukung Soeharto,dengan alasan bahwa Soeharto sekarang menurut pengakuan para dokternya sudah menderitasakit di otak yang tidak bisa di sembuhkan lagi, betul-betul sangat mulia budi Mega yang tidakbisa dicarikan bandingannya. Karena Tuhan sendiripun tidak bisa mengampuni dosa seoranghambanya, sebelum yang bersangkutan bertobat dan meminta maaf kepada pihak yang dicederai, dan memaafkannya.MAHA KARYA PARA PENDONGKELApa yang saya uraikan di atas merupakan maha karya dan prestasi agung dari para pendongkelBung Karno, yang di pelopori oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI), Kesatuan AksiPemuda/Pelajar (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan berbagai kesatuanaksi lainnya lengkap dengan laskar-laskarnya dan backing ABRI, yang terus-menerus lakukandemonstrasi sambil menghujat Bung Karno, dengan mendapat ransum tiap hari 5000 (limaribu) nasi bungkus lengkap dengan lauk-pauknya, dari Kedutaan Besar Amerika yangmengalokasikan dana satu juta US $, di tukar dengan rupiah di pasar gelap. Demikian disinyalir oleh Bung Karno.Disamping itu juga DPR-GR dan MPRS yang susunan keanggotaanya sudah direvisi olehSoeharto, serta berbagai partai politik yang cepat berbalik menjadi anti Soekarno, semuanyaserentak bergerak mensukseskan maha karya dan program agunguntuk menggulingkan Soekarno, serta menghujatnya habis-habisan, untuk menaikkanSoeharto yang mereka nilai sebagai "Pahlawan dan Pemimpin Besar" yang baru muncul.Partai Nasional Indonesia (PNI)partai yang didirikan oleh Bung Karno pada tahun 1927 danterus menerus mendukungnya, tiba-tiba dalam kongresnya di Bandung 28 April 1966, sepertiYudas mengkhianati Yesus, menyatakan mengingkari kepemimpinan Bung Karno .Bahkandalam pernyataan Kebulatan Tekad , partai itu menyatakan tidak menghendaki lagikembalinya Bung Karno dalam kepemimpinan Nasional dan Negara.Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tadinya berdiri paling depan mendukung Bung Karno ,kini jangankan membela, menyelamatkan dirinya saja tidak mampu karena garisnya yangmempertahankan legalitas dan kader kadernya disuruh mendaftarkan diri di Front Nasional,langsung ditangkap atau dibunuh.PKI sendiri yang karena sejak awal sudah terlibat dalam gerakan, untuk menutupiketerlibatannya , partai ini menempuh jalan mempertahankan legalitas yang berakibat fatal.Banyak kader PKI yang tidak tahan uji, menerima "jabatan" menjadi interrogator daripenguasa dan membuka isi perut partainya kepada musuhnyaSesudah Soeharto berhasil didudukkan di singgasana kekuasaan, ia segera ditopang bukan sajaoleh ABRI, tetapi secara politik oleh GOLKAR yang tidak lain dari partai politiknya Soeharto,yang selama 30 tahun di desain terus menerus menang mutlak dalam Pemilihan Umum danterus menerus juga memilih kembali Soeharto sebagai presiden. Soeharto duduk disinggasanakepresidenan selama 30 tahun, sedang Bung Karno yang memproklamasikan kemerdekaanhanya sempat berkuasa 20 tahun.G30S yang disebut oleh Bung Karno sebagai GESTOK (Gerakan 1 Oktober)yang langsungdipimpin oleh Soeharto , memang dialah arsiteknya, Dr Soebandrio yang waktu itu WakilPerdana Menteri 1 , Menteri Luar Negeri dan Kepala Badan Intelijen (BPI) menambahkanbahwa prestasi gemilang Soeharto tidak terlepas dari dukungan Amerika Serikat , yangmemang sudah lama berusaha menggulingkan Bung Karno dan sekaligus menghancurkanPKI , seperti yang terungkap dalam buku "Foreign Relations of the United States" yang

diterbitkan dan dicetak oleh percetakan Negara AS, tapi yang ditarik kembali olehDepartemen Luar Negeri dari peredaran , karena isinya masih harus dirahasiakan . Tetapisudah banyak yang lolos ke luar negeri , dan saya menerima copynya dari sahabat saya diAustralia, Prof. Dr. Angus Mc Intyre.Pembuktian lain bahwa Soeharto adalah sang arsitek , menurut pengakuan Untung , 3 minggusebelum M meletusnya G30S , ia dan Kol. Latief , masing masing sebagai Komandan Batalion1 Tjakrabirawa dan Komandan Brigade Infanteri 1 Kodam V Jaya , sudah merundingkandengan Soeharto langkah-langkah yang perlu diambil.Untung dan Latief kedua-duanya bekas anak buah Soeharto , dan persahabatan mereka terusberkelanjutan . Kunjungan Latief ke RSPAD "Gatot Subroto" pada malam gerakan akandilancarkan 4 jam kemudian, menemui Soeharto sedang menemani isterinya menunggui anakbungsu mereka Tommy yang sedang dirawat di sana karena kena guyur sup mendidih , anakkesayangannya yang diyakini membawa rezeki , adalah kontak terakhir pelaksana gerakan,untuk melaporkan bahwa gerakan segera dilaksanakan (4 jam kemudian) , yang diterimanyadengan penuh keseriusan.Belakangan Kolonel Latief mengakui dalam bukunya edisi ke II bahwa laporan yang samadisampaikan juga kepada Panglima Kodam V Jaya, Umar Wirahadikusuma.Jadi, kedatangan Latief ke RSPAD "Gatot Subroto" pada tanggal 30 September 1965 pukul11.00 malam , samasekali bukan untuk membunuh Soeharto seperti yang pernah dikatakannyakepada seorang wartawan Jerman , tapi untuk menerima laporan akhir mengenai gerakan.Menurut seorang saksi, segera sesudah itu, Soeharto berangkat ke KOSTRAD untukkonsolidasi pasukan dan keliling kota melihat-lihat keadaan , lewat di depan RRI, kantorTelkom dan TVRI.Rencana ini diperhitungkan dengan cermat untuk menjamin kesuksesannya, dengan seminggusebelum pelaksanaan, Soeharto sebagai Panglima KOSTRAD mendatangkan 3 (tiga) Batalionpasukan tempur berpengalaman , masing masing dari Semarang , Madiun dan Bandung yangberada dibawah komando KOSTRAD . Kapten Kuncoro, kepala staf Batalion 454/Diponegoroyang ditahan satu sel dengan saya di blok isolasi Blok N penjara Salemba (Jakarta),menceritakan bahwa ketika batalyonnya tiba di Jakarta menumpang serentetan kereta apipanjang memuat prajurit, kendaraan, senjata ringan dan berat serta peluru yang cukup untukpertempuran 10 hari sebagaimana diinstruksikan, Soeharto datang mengucapkan "selamatdatang" dan meng-inspeksi pasukan serta perlengkapan-perlengkapannya. Kendaraan yangsudah tua diganti dengan yang baru, begitu juga senjata-senjatanya.Semua tidak ada yang dilaporkan oleh Soeharto kepada atasannya, padahal persiapan gerakanini beresiko tinggi, sehingga tidak ada secuilpun tindakan untuk mencegah di bunuhnya 6Jenderal teras Angkatan Darat yang diculik oleh gerakan militer yang sudah dipersiapkandengan baik. Ternyata Jenderalyang diculik lalu dibunuh itu, adalah musuh-musuhnyaSoeharto, demikian diterangkan oleh Dr. Soebandrio.Banyak keterangan yang bisa saya gali dari kapten Koencoro, Kepal Staf Batalyon454/Diponegoro, Mayor Bambang Soepeno, Komandan Batalyon 530/Brawijaya dan KaptenSoeradi, Kepala Seksi I-nya Kol. Latief,ketika saya berkumpul dengan mereka satu sel dalamtahanan isolasi di Blok N penjara Salemba, yang tidak mungkin saya ceritakan semua disinikarena memerlukan waktu panjang, namun semuanya memperjelas keterlibatan Soehartodalam G30S.Di penjara Salemba saya pernah bertanya kepada M. Naibaho, staf Agitprop PKI dan

pemimpin redaksi "Harian Rakyat" organ resmi PKI : "Mengapa PKI mendukung G30S ?",padahal gerakan itu kalah ? jawabnya : Karena waktu itu PKI berpendapat, minimal dengankehadiran 2 Batalyon tentara dari Semarang dan Madiun yang katanya progressif atas perintahSoeharto, adalah kesempatan yang tidak akan berulang lagi. Oleh karenanya, gerakan didukung untuk menghacurkan kekuatan di AD yang anti PKI dan anti Kabinet NASAKOM.Tapi ada alasan lain yang layak dipertimbangkan, karena bersumber dari orang pertama PKI,yaitu DN. Aidit.Kebetulan Aidit yang ikut dalam delegasi Indonesia ke Konperensi Asia-Afrika II di Aljazairdibawah pimpinan Presiden Soekarno (yang gagal), berangkat dari Jakarta 23 Juni 1965 danberhenti sampai Kairo, tidak melanjutkan ke Aljir.Hari itu gedung Konperensi di ledakan dengan bom, yang tidak di ketahui siapa pelakunya.Aljazair sendiri sendiri sedang dalam kondisi politik yang tidak stabil, karena tiba-tiba sajamenjelang penyelenggaraann KAA-II, Presiden Ben Bella di-coup oleh Kolonel HouariBoumedienne, Panglima Tentara Pembebasan Aljazair pada tgl. 19 April 1965. Ben Belladituduh bertindak sewenang-wenang selama masa kekuasaannya yang 641 hari, mau kuasasendiri, seorang diktator yang meninggalkan dasar musyawarah.Saya sendiri ikut dalam rombongan ini sebagai wartawan.Dari Kairo, Bung Karno pergi ke Paris dan mengumpulkan para Duta Besar kita yang ada diAS dan Eropa, untuk mendapatkan briefing mengenai kegagalan KAA-II dan sekaligusmenguraikan persiapan Conference of the New Emerging Forces (CENEFO) yang akandiselenggarakan di Jakarta.Di Paris Aidit berjumpa dengan6 tokoh Partai Komunis Aljazair yang melarikan diri darinegrinya, karena takut di tangkap oleh Boumedienne. Kata Aidit kepada saya, justru dia mintakepada mereka supaya segera kembalike Aljazair dan memobilisasi massa rakyat untukmendukung Boumedienne ,karena di nilainya, berbeda dengan coup d'etat yang bisa dikenal,coup Boumedienne ini berwatak progressif. Aidit yang saya interview sesudah pertemuannyadengan kamerad kameradnya dari Aljazair dan tokoh-tokoh Partai Komunis Perancis,mengatakan pendapatnya bahwa coup seperti yang di lancarkan oleh Boumedienne, apabila didukung 30 Pct rakyat, bisa bermutasi menjadi revolusi. Ia berjanji akan menjelaskan kepadasaya teorinya itu di tanah air. Waktu itu ia tergesa-gesa mengejar pesawat terbang yanghendak berangkat ke Moskowdan memisahkan diri dari rombongan Bung Karno, denganmembawa teorinya itu, mungkin hendak di terapkan di Indonesia. Sayangnya sejak itu, sayatidak pernah lagi bertemu dia sampai ia dieksekusi atas perintah Soeharto.Mungkin teori inilah yang diterapkannya di Indonesia, karena dalam sidang Dewan HarianPolitbiro PKI tanggal 28 September 1965, di putuskan mendukung gerakan perwira mudayang tergabung dalam G30S yang bertujuan hendak mematahkan gerakan para Jenderal yangberoposisi terhadap Bung Karno dan hendak merevisi ajaran-ajarannya, dan sekaligusmenghendaki terbentuknya Kabinet baru dengan intinya para Jenderal.Tpi ketika saya berjumpa dengan Ismail Bakri, Sekretaris CDB PKI Jawa Barat di Bandung,ketika kami sudah sama-sama bebas, ia mengaku ikut hadir dalam sidang Dewan HarianPolitbiro yang dimaksud, dan menyatakan tidak mendukung putusan itu. Ia mengeluarkanstatement yang menolak ke-ikut sertaan PKI mendukung G30S.NASIB SIAL UNTUNG.Nasib sial menimpa Let. Kol.Untung, meski pun ia sudah membantu Soeharto. Dr. Soebandriomengatakan kepada saya, Soeharto memutuskan Untung harus di bunuh sesuai petunjuk

dukunnya, karena inilah syarat untuk kejayaan Soeharto. Sebetulnya, kata Soebandrio, iasendiri juga akan di eksekusi 4 hari sesudah untung, tapi oleh suatu keajaiban mendadakDIBATALKAN. Untung sempat mengucapkan "selamat tinggal sampai bertemu di sana",sambil menunjuk kelangit, kepada Dr. Soebandrio.Soebandrio menceritakan dalam bukunya "Kesaksianku tentang G30S", ini saya mengulangisaja karena mungkin saudara-saudara sudah membaca bukunya -, suatu hari diakhir 1966,Untung di jemput dari selnya di penjara Cimahi oleh beberapa sipir penjara. Diberitahukanbahwa ia akan di eksekusi. Itulah saat-saat terakhir Untung menjalani hidupnya.Kata Dr. Soebandrio lagi :Saya dan Untung yang sudah akrab selama berada dalam satu penjara di Cimahi, benar-benarhanyut dalam suasana haru. Saya bukan saja terharu, tapi juga panik, sebab Ahmad Durmawel,SH, oditur militer yang mengadili saya, saat itu memberitahukan bahwa saya akanmendapatkan giliran 4 hari kemudian. Saya ingat saat itu hari selasa, berarti saya akan dieksekusi pada hari sabtu.Sebelum Untung di jemput untuk dibawa ke luar penjara, saya sempat menemuinya. Saat itu iasudah ditanya tentang permintaan terakhir seperti lazimnya bagi orang yang akan di eksekusi.Mungkin karena Untung panik, ia tidak minta apa-apa. Untung juga sudah tahu bahwa sayaakan dieksekusi hari sabtu. Maka pertemuan saya dengan Untung benar-benar luar biasa.Kami memang hanya berhadap-hadapan dengan pakaian seragam narapidana, namun hatikami tidak keruan. Untung segera akan ditembak, sedangkan saya saya 4 hari lagi.Saat itu ada kalimat perpisahan dari Untung yang saya ingat sampai sekarang.Bahkan saya ingat suasana hening saat itu, ketika Untung menyampaikan kata-kataperpisahannya kepada saya. Para sipir dan tentara berwajah angker lengkap dengan senjatamautnya, dalam sikap siaga mengawal Untung dan mengawasi saya dari jarak yang agak jauh.Mereka seperti maklum dan memberikan kesempatan terakhir kepada Untung untuk berpesankepada saya, kata Soebandrio.Untung mangatakan demikian : "Pak Ban , selamat tinggal, jangan sedih, empat hari lagi kitabertemu di sana", sambil menunjuk kelangit. Untung mengucapkan kata perpisahannyadengan suara bergetar. Matanya kelihatan berkaca-kaca. Perwira yang gagah berani itu,pahlawan pembebasan Irian Barat yang di terjunkan dari udara, tidak menangis, tapi saya lihatdia dalam kondisi sangat panik. Ia benar-benar tidak menyangka akan di khianati olehSoeharto.Jika menengok hari-hari sebelumnya, Untung begitu sering mengatakan kepada saya, bahwatidak mungkin Soeharto akan mengkhianatinya. Sebab ia adalah sahabat Soeharto dan iamengulangi lagi bahwa Soeharto sangat mengetahui rencana G30S, bahkan memberikanbantuan pasukan. Karena itu ia sangat yakin tidak akan di khianati oleh Soeharto. Tapi tochkenyataannya berakhir demikian. Menanggapi keyakinan Untung, saya tidak bisa bicara apaapa.Saya hanya mengangguk-angguk. Para sipir dan tentara yang mengawal kami,menyaksikan semua adegan singkat tapi mengharukan ini.Menjelang senja, dengan pengawasan ekstra ketat, Untung berjalan menuju pintu gerbanguntuk meninggalkan penjara Cimahi. Saya mengamatinya dari penjara dan ia tampak berjalantegap. Mungkin ia sudah bisa menguasai perasaannya. Saya kemudian mendengar bahwaUntung di eksekusi di sebuah desa di luar kota Bandung.Saya tidak sempat lagi sedih memikirkan nasib Untung. Hidup saya sendiri akan berakhirsebentar lagi. Terus terang, setelah Untung di eksekusi, saya benar-benar gelisah. Manusia

mana yang tidak takut jika hari kematiannya sudah di tentukan.Tapi - inilah keajaiban -, Presiden AS, Lyndon B. Johnson dan Ratu Kerajaan InggrisElizabeth, diluar pengetahuan saya mengirimkan surat kawat kepada Soeharto. Sayamengetahui ini dari seorang sumber beberapa hari kemudian. Isi surat kawat dari keduaKepala Negara itu ini juga ajaib -, hampir sama intinya berbunyi demikian : "Soebandriojangan di tembak. Saya tahu, dalam G30S dia tidak terlibat".Itulah pengakuan Dr.Soebandrio sendiri.Tentu saja pernyataan Presiden Jhonson dan Ratu Elizabet yang sama itu kembali menjadikeajaiban besar, karena Soebandrio sendiri mengatakan dalam bukunya "Kesaksianku tentangG30S" bahwa ia bukan sekedar bagian dari sejarah G30S, melainkan pelaku sejarah itusendiri.Biarlah sejarah mencatat siapa yang jujur dan siapa yang bohong.Saya hanya ingin menambahkan nasib Bung Karno, yang juga sangat berjasa kepada Soeharto,karena mengangkatnya menjadi Jenderal setelah menyelamatkannya dari pengadilan militerkarena perbuatan korupsinya sewaktu menjabat Panglima Diponegoro, dengan mengganjarnyadengan hanya di suruh belajar di Seskoad, yang justru ijazahnya di jadikan modal untukmenggulingkan Bung Karno dan menyiksanya .Saya mendengar sepenggal cerita dari orang yang mengakui ikut memperhatikan danmendengar dialog saat-saat Bung Karno COMA. Sebentar-bentar telepon berdering, kira kiramenanyakan bagaimana kondisi Bung Karno. "Belum", di jawab dari telepon jaga di RSPADGatot Subroto. Akhirnya cairan dari tabung infuse tidak menetes lagi, tanda jantung tidak lagiberfungsi, telepon yang terus berdering di jawab .." sudah selesai !".Inna lillahi wa-inna ilaihi rojiun !Bung Karno pergi dengan meninggalkan warisan besar kepada Soeharto berupa pangkatJenderal setelah menyelamatkannya dari pengadilan militer karena korupsinya, kemudianSoeharto mengkhianatinya.Soedisman, Sekjen CC PKI, telah mengeluarkan buku KRITIK DAN OTOKRITIK saya kirasaudara saudara sudah membacanya yang secara tidak langsung mengakui keterlibatan PKIdalam G30S.Pada awal tadi sudah saya katakan bahwa Panitia Seminar minta kepada saya untuk menjawabpertanyaan yang amat berat : "Apa sebab Bung Karno bisa di gulingkan ?".Kalau saudara-saudara sudah membaca buku "Foreign Relations of the United States" yangmengenai Indonesia saja 800 halaman, menunjukkan betapa pentingnya Indonesia di mataAmerika akan menemukan jawaban pertanyaan diatas .Dokumen itu mengungkapkan upayaSmerika hendak menjatuhkan Bung Karno dan menghancurkan PKI, upaya mana berhasil.Katakanlah upaya itu adalah faktor external, yang seharusnya tidak menentukan jika tidakmendapat dukungan dari faktor internal yang kuat.Oleh karena itu saya berpendapat bahwa tergulingnya Bung Karno yang berawal dariterjadinya malapetaka G30S, sesuai dengan kesimpulan Bung Karno sendiri, ialah karenaadanya 3 faktor sebagai berikut :1. Lihaynya Nekolim.2. Keblingernya pemimpin pemimpin PKI.3. Adanya ke-tidak-beresan dalam tubuh aparat kita sendiri.Sesungguhnya rumusan Bung Karno itu diperluas olehnya. Rumusan yang pas dan sesuaidengan kenyataannya, ketiga faktor yang menyebabkan terjadinya G30S ialah :

1. Adanya intervensi Nekolim di Indonesia (AS dan Inggris) yang diikuti dengan persiapanmelakukan invasi (menyerbu) ke Indonesia meskipun dikatakan secara terbatas.2. Keblinger-keblingernya pemimpin PKI yang tadinya merupakan kekuatan besar pendukungBung Karno, karena mengharapkan kekepentingan politik yang lebih besar dari kemungkinanmenangnya gerakan tersebut. Ini di buktikan dengan di bentuknya Dewan militer oleh PKImenjelang gerakan di mulai, dan semua rapat persiapan G30S dari perwira perwira muda, dipimpin oleh Syam (Kamaruzzaman), Ketua Biro Ketentaraan (Biro khusus menurut istilahOrde Baru).3. Adanya oposisi yang kuat dalam jajaran kekuasaan Bung Karno sendiri, terutama dariAngkatan Darat dan partai-partai politik yang tadinya pura-pura mendukung Bung Karnosebelum G30S. Sebagai ganti Nasakom, mereka memperkenalkan istilah baru :"Soekarnoisme" yang di tolak oleh Bung Karno, karena tafsirannya sesuai selera merekasendiri, yang di populerkan oleh "Badan Pendukung Soekarnoisme" (BPS) dan mendapatdukungan dari Angkatan Darat dan CIA.Uraiannya ada dalam buku "Foreign Relatio of the United States". Partai Nasional Indonesia(PNI) yang didirikan oleh Bung Karno dan teman-temannya pada tahun 1927, dan terusmenerus mendukung politik Bung Karno, dalam kongresnya di Bandung 28 April 1966, Sudahmengingkari kepemimpinan Bung Karno. Bahkan dalam "Pernyataan Kebulatan Tekad" 21Desmber 1967, PNI mengatakan tidak menghendaki lagi kembalinya Bung Karno dalamkepemimpinan Negara dan Pemerintahan. Juga PKI yang tadinya mendukung Bung Karno,jangankan membela, untuk menyelamatkan dirinya sendiri saja sudah kerepotan.Walhasil Bung Karno sudah dikepung dari segala penjuru, sehingga tidak mungkin lagimeloloskan diri, apalagi ia sendiri menolak memberikan komando perlawanan, meskipunpendukungnya sampai 1966 masih sangat optimis menang, jika Bung Karno mau sajamemberikan komando perlawanan.Soeharto sejak awal sudah mengatakan bahwa yang mendalangi G30S ialah PKI. Dr.Soebandrio yang memegang jabatan strategis pada saat itu, yaitu sebagai Wakil PerdanaMenteri I Menteri luar Negeri dan Kepala Badan Pusat Inteligent (BPI), mengatakan justruG30S di siapkan oleh Soeharto sejak awal sampai pelaksanaan dan selesainya. Dr. Soebandriotidak percaya kalau PKI di sebut dalangnya, sebab kalau PKI yng mempunyai anggota 3 jutadan pendukung aktif 17 juta yang mendalanginya, akan terjadi banjir darah yang luar biasahebatnya.PKI dalam kesibukannya membantah ke-tidak terlibatan, di mentahkan oleh pengakuanpengakuan yang di berikan oleh Nyono, anggota politbiro dimuka sidang MAHMILLUB,dengan mengakui keterlibatan PKI setelah di giring oleh ketua Mahkamah dan Oditur denganpertanyaan pertanyaan yang diajukan dimuka sidang.Pengakuan-pengakuan yang lebih jelas, bisa dibaca dalam buku tentang hasil-hasilpersidangan MAHMILLUB dalam penyelesaian perkara G30S, yang diterbitkan oleh PusatPendidikan Kehakiman Angakatan Darat.Disamping itu, masih ada lagi surat DN Aidit selaku Ketua Central Comite PKI tertanggal 10November 1965 (sebelum ia di tangkap), di tujukan kepada seluruh CDB PKI se-Indonesiaterdiri 11 point (di sita dari seorang kader PKI di Jawa Tengah), beberapa yang pokok sayakutipkan di bawah ini :1. Akibat gerakan 30 September yang seharusnya adalah 100 pct. Soal Angkatan Darat, telahmendatangkan malapetaka besar pada PKI, walaupun semua soal ini dalam diskusi dan

instruksi-instruksi yang lalu, telah kami perhitungkan, namun jelas semua tindakan kaumreaksioner khususnya Dewan Jendral, dapat mengecilkan anggota partai yang masih belumberpengalaman.2. Dalam menanggulangi hal-hal ini memang dalam praktek tidak semua persiapan perkiraanyang lalu, sesuai dengan kenyataanyang telah kita pikirkan, baik dari partai-partai sekawan,mau pun dari Sosro (maksudnya:Bung Karno)dan Tjeweng (maksudnya: Dr. Soebandrio),jelas tidak membuktikan kesetia-kawanan, apa lagi memenuhi janji yang telah di ucapkan.3. Karena itu sekali lagi CC partai perlu menandaskan, semua ini walau tinggal satu orangpartai duduk, akan tetap berjuang; apa yang sekarang terjadi adalah sebagai jenderal repetisi,tapi bila ucapan politik Sosro dapat di terima Dewan Jenderal, bahwa gerakan 30 Septemberadalah "een rimpel in't grote oceaan", atau soal kecil, ini untuk kita sagat menolong, berartidor-doran dan jor-joran yang sekrang di hadapkan Dewan Jenderal terhadap partai dan oknumoknumkita dapat terhenti,sehingga kita dapat berkonsolidasi kembali.4. Sebagai Instruksi yang lalu dan salinan surat kami pada Sosro yang kami sampaikan kepadaCDB di Jawa, walaupun sekaligus belum tercapai, CC partai yakin usaha-usaha Sosro danTjeweng sedang mengarahkan kepada soal-soal yang kami usulkan pada tanggal 6 Oktoberyang lalu, tapi kami lebih yakin bahwa bila Sosro hingga kini belum secara tegas berbuat, taklain karena dia tidak begitu saja dapat melangkahi Dewan Jenderal yang ada di depanhidungnya.5. Sosro telah menyetujui untuk sementara saya menyingkir ke tetangga, sebenarnya aslkansaya bertemu ombak, berarti tercapailah penyingkiran itu, juga pihak Gatotkotjo (AURI) telahmenyanggupi mengirim belalang (pesawat terbang) untuk membawa kalau melangkahi daerahDewan Jenderal. Bila ini berhasil, berarti jaminan bagi perjuangan jangka panjang telah ada,sebab dari san semua persetujuan Sosro dengan tetangga akan di gugat terus. Jelasnya dalammemperjuangkan konsep Partai kita, tidak perduli akan korban, bila perlu Sosro jadi korban,bila dia tidak memenuhi semua perjanjian.Point-point selanjutnya lebih memberikan semangat supaya meneruskan perjuangan , sambilmengingatkan (point 9) bahwa Sosro dan Tjeweng tidak akan berkhianat, maka dari negaratetangga perjanjian perjanjian yang telah kami sampaikan secara / R (rahasia) pada bulanAgustus yang lalu terpaksa di umumkan dan ini berarti lonceng kematian dan kehancuran bagiSosro/Tjeweng. Tapi pengumuman janji ini tidak pernah ada.Aidit juga minta disiapkan semua fakta dan dokumen penulisan Buku Putih PengkhianatanDewan Jendral.Tentang Dewan Jendral yang terus disebut sebut Aidit , cukup menarik keterangan Prof DrWertheim dari Belanda yang terkenal membela PKI , menulis dalam makalahnya "MissingLink" (mata rantai yang hilang), bahwa tadinya ia memang percaya adanya Dewan Jendral.Tapi setelah menelusuri keterangan keterangan yang ada .ia berubah pikiran menjadi tidakada. Bahkan pengakuan Mayor Rudhito (dari SUAD I). di muka Sidang MAHMILLUBtentang adanya rekaman rapat Dewan Jendral , dianggap isi rekaman itu sebagai rekayasa,sedangkan mata rantai yang putus akhirnya dia temukan , yaitu "Soeharto". Jadi , Soehartolahdalang G30S, kata Wertheim.PESANAN 5000 KEPALA ORANG PKISekarang bagaimana pengakuan Amerika?Mati matian Amerika membantah keterlibatannya , kecuali mantan Duta Besar Amerika di

Jakarta Marshall Green mengakui bahwa AS mendapat keuntungan dari kejadian itu. Menurutseorang wartawan Amerika Nona Kathy Kadane dari States News Service , Marshall Greenadalah salah satu expert pada biro intelijen dan penelitian State Department .Dialah yangmengatur segala bantuan AS untuk Soeharto. Dia pula menurut Bung Karno yangmemerintahkan menukar satu juta dollar AS di pasar gelap dengan rupiah, yang digunakanuntuk membeli nasi bungkus dengan lauk pauknya, untuk makan 5000 demonstran yang tiaphari berdemonstrasi menghujat Bung Karno dan menuntut supaya diturunkan dari jabatanPresiden.Keterlibatan AS memang sudah sangat jelas, apalagi setelah terbitnya buku "Foreign Relationsof the United States" , yang tebalnya 800 halaman khusus mengenai Indonesia, memuatdokumen dokumen tentang keterlibatan AS.Memang mula mula pejabat pejabat resmi AS membantah keterlibatannya tapi dilain pihak ,adajuga orang Amerika seperti Kathy Kadane yang membocorkan rahasia dan lebih jelas lagiapa yang dimuat dalam buku "Foreign Relations of the United States".Kathy Kadane melaporkan bahwa pada tahun 1965 1966 CIA memesan 5000 kepala orangorang PKI yang harus dibantai atau dipenjarakan. Nama nama mereka diserahkan kepadaAngkatan Darat dan selalu dikontrol apakah sudah dilaksanakan atau belum. Ternyata yangdibantai lebih banyak dari yang dipesan. Tentu menyenangkan sekali bagi AS.Ada laporan yang menarik dimut dalam "Foreign Relations of the United States ", bahwa diJawa Tengah dan Jawa Timur sepanjang tahun 1966 adalah hal-hal yang biasa bahwa setiapmalam dibantai 50 sampai 100 oang di banyak tempat. Laporan dari konsulat AS di Surabayamenyebutkan ada 3500 warga PKI yang dibunuh di Kediri dalam periode 4 sampai 9November 1965 dan 300 orang didaerah sekitar 30 km dari Kediri. Di Bali, 8000, kata laporanitu.Seorang diplomat AS yang bertugas di Jakarta pada tahun 1970 , Richard Howland,membantah seolah olah jumlah korban PKI yang dibunuh dalam peristiwa G30S 1,5 juta.Katanya dia pernah mencari keterangan dari seorang Let.Kol.AD, mengatakan bahwa bahwatotal korban di Jawa 50.000 , di Bali 6000 dan di Sumatera Utara 3000. Diplomat itumengatakan bahwa ia tidak setuju dengan metode yang digunakan sang Letnan Kolonelmenghitung jumlah itu, namun jika dikombinasikan dengan data yang dimilikinya, jumlahyang mendekati kebenaran 150.000 saja, kata Richard Howland.Kedutaan Besar AS di Jakarta mengakui bahwa di Indonesia memang terjadi pembasmianorang orang komunis, tapi katanya lagi , banyak ceritera yang dilebih lebihkan. Jumlah korban100.000 atau mendekati 1 juta orang, sebenarnya tidak pernah diketahui denganpasti.Karenanya sulit untuk mereka reka berapa jumlah yang sesungguhnya .Oleh karenanyalebih bijaksana jika mengakui yang lebih kecil. Orang Indonesia, kata laporan itu, memangsuka melebih lebihkan fakta.Bahwa jumlah yang dibantai di Indonesia, tidak ada angkanya yang pasti, karena memangbelum pernah diadakan penelitian oleh siapapun. Panitia Amnesti Internasional yang berpusatdi London menaksir 1 juta. Sk Washington Post memperkirakan 500.000 sedang CIAmemperkirakan hanya 250.000, tapi menyebutnya itupun sebagai salah satu pembunuhanmasssal terburuk dalam abad XX. Apalagi jika seperti yang dikatakan oleh Jendral SarwoEdhie, panglima penumpasan G30S, sebelum beliau meninggal , kepada Bapak Permadi, SHyang datang menjenguknya mengatakan jumlah yang sebenarnya 3 juta. Bapak Permadi

tekejut mendengar angka itu, tapi Sarwo Edhie mengatakan : jangan kaget memang itu yangsebetulnya.Mudah menunjuk siapa yang memprovokasi sehingga terjadi pembunuhan pembunuhan yangkejam itu. Amerika ! Sejak 1957 1958 pada peristiwa pembrontakan PRRI/PERMESTA,rencana hendak membunuh Bung Karno sudah dipertimbangkan dengan matang.Pembrontakan PRRI/PERMESTA ini sepenuhnya didukung oleh AS. Untung mereka kalah.Menurut buku "Foreign Relations of the United States", Duta Besar AS di Jakarta HowardJones yang pandai ngibulin Bung Karno, melapor ke Washington bahwa coup d'etat AngkatanDarat hendak menggulingkan Presiden Soekarno, semula di rencanakan akan di langsungkanpada bulan Mei atau Juni 1965, mengambil kesempatan ketika Bung Karno berada di luarnegeri. Tapi rencana ini gagal karena orang-orang yang terlibat di dalamnya lambat bertindak.Akhirnya Let. Kol. Untung yang mendahului rencana AD yang akan diadakan pada 5 Oktober,bertepatan dengan hari Angkatan Bersenjata dengan melancarkan Gerakan 30 September.Tapi banyak laporan yang mengatakan bahwa Untung hanyalah sekedar boneka yang dikorbankan oleh Soeharto, yang ambisinya sudah sampai di ubun-ubun. Begitu laporan CIAtanggal 6 Oktober 1965. Laporan itu cocok dengan apa yang diketahui bahwa Untung adalahkaki tangan Soeharto. Semua rencana persiapan G30S di laporkan dan dikoordinasikan denganSoeharto, baik oleh Untung maupun Latief.Begitu kesaksian Dr. Soebandrio yang mengakui dirinya adalah bagian dari sejarah G30S.Ketika Latief melapor kepada Soeharto di RSPAD "Gatot Subroto" 4 jam sebelum Gerakan dilaksanakan, Soeharto membiarkan semua itu berjalan.Masalahnya menjadi krusial dan kritis, ketika harus menjawab pertanyaan: Siapa sebenarnyasponsor G30S itu ? CIA selalu dituding sebgai sponsor. CIA mempunyai agen yang bernamaKamaruzzaman alias Syam, dia juga menjadi Intel AD di PKI.Kedudukannya sangat penting yaitu apa yang dikenal dengan Kepala Biro Khusus. Sebetulnyaistilah Biro di ciptakan oleh Orde Baru, karena istilahnya yang sebenarnya menurut Cugito(anggota Politbiro) yang pernah saya wawancarai sebelum meninggal, katanya :"BiroKetentaraan". Peran Syam sebagai double agent sempat memusingkan kepala Prof. Dr.Wertheim, karena katanya istilah double agent hanya di publiksikan sekli oleh "SinarHarapan", sesudah itu tidak pernah muncul lagi. Menurut Wertheim, tentu di larang oleh OrdeBaru. Oknum Syam ini sangat di percayai oleh Aidit dan seolah-olah dialah yang menjadiorang kedua di PKI sesudah Aidit.Kamaruzzaman-lah yang memimpin semua pertemuan perwira-perwira maju yangmempersiapkan gerakan. Semuanya di laporkan Syam kepada Aidit dan tentu Aidit senangsekali mendengarkan laporan Syam itu karena yang di gambarkan adalah kemenangan dankemenangan.Keterlibatan tokoh-tokoh PKI sulit dibantah, karena Soedisman sendiri secara samar-samarmengakuinya dalam "Kritik dan Otokritik".Nyono angota politbiro dan Peris Pardede calon anggota politbiro juga mengakui di sidangMAHMILLUB adanya tiga kali rapat yang penting, yang di hadiri oleh DN Aidit, MHLukman, Nyoto, Sudisman, Ir. Sakirman, Anwar Sanusi, Nyono, Peris Pardede,Rewang danSuwandi. Dalam rapat-rapat itu Aidit menginformasikan adanya Dewan Jenderal yang hendakmengadakan kup. Ketika Ketua Mahkamah menanyakan, apakah ada bukti tertulis yang diperlihatkan oleh Aidit, dijawab oleh Nyono "tidak ada". Informasi secara lisan yang disampaikan oleh Ketua Aidit, selalu di nilai sudah benar.

Nyono dan Peris Pardede juga mengakui di bicarakannya imbangan kekuatan antara DewanJenderal dan kelompok perwira perwira maju. Hasil penilaian imbangan itu positif bagiperwira-perwira maju yang didukung PKI. Tidak disadari sama sekli bahwa gerakan perwiramaju sebetulnya bukan di kendalikan oleh PKI, melinkan oleh Jenderal Soeharto, karenatokoh-tokohnya adlah orang-orangnya Soeharto. Sehingga timbul pertanyaan usil : Apakahjuga Soeharto seorang PKI, meskipun dia munafik.Namun seorang Komandan Batalyon dari Tanggerang, Mayor Agus Sigit , yang selalu ikutdalam rapat-rapat persiapan, karena Batalyonnya disiapkan untuk mendukung, mengatakankepada saya waktu bertemu di Salemba (ia juga di tahan), pada waktu rapat membicarakanimbangan kekuatan , ia sudah menyatakan bahwa imbangan kekuatan yang dilaporkan, belumbisa menjamin kemenangan. Tapi pendapatnya tidak di terima. Oleh karena itu ia tidak hadirhadirlagi dalam rapat rapat berikutnya dan juga tidak hadir serta menggerakkan pasukannyake Lubang Buaya pada saat Gerakan ini dimulai.Tapi PKI sangat percaya diri.MH Lukman pernah menulis buku yang menilai bahwa PKI telah berdominasi di bidangpolitik, satu penilaian yang sama sekali tidak terbukti kebenarannya.Anggota Politbiro Anwar Sanusi menjelang 30 September 1965 mengatakan di hadapansukarelawan di hadapan BNI, bahwa kita sekarang sedang berada dalam situasi dimana ibupertiwi sedang hamil tua. Sang bidan siap dengan alat-alat peraji yang di perlukan untukmenyelamatkan sang bayi yang adalah kekuatan politik yang sudah di tentukan dalamMANIPOL (itulah G30S).Sebenarnya apakah yang di-disain dengan mencetuskan G30S ?. Apakah memang di maksudunutk mencari pemimpin baru unutk memimpin revolusi ?Ya, memang hendak mendudukan Jenderal Soeharto di atas singgasana ke-Presidenan yangbersepuh darah.Oleh karena itu, sesungguhnya semua kekuatan yang pernah aktif bergerak di sekitarterjadinya G30S, ikut menyumbang pada krisis politik yang kita alami sampai sekarang. Dansekarang pun akibatnya kelihatan masih terus hidup Nostalgia yang hendak memaksakanstabilitas keamanan melalui pola militer yang mungkin akn menciptakan kembali hal-hal yangmengerikan.Saya hanya ingin bertanya, tidaklah pantas kita belajar dari Bung Karno, yang selma masakepemimpinannya berhasil menjadikan Indonesia survive sebagai nasion yang bersatu,sekalipun begitu beragam budaya yang ada di masyarakat kita, yang tidak ada bandingannyadi planit kita ini. Bung Karno berhasil sebagai pembangun dan pemersatu Indonesia dengansistem Pancasila sebgai hasil pemikirannya yang mengilhami dan menjadi sumber terbaik bagimenata kembali mesyarakat kita.Wawasan Soekarno berhasil menguasai masa depan politikdean ekonomi Indonesia, meskipunbelum sempurna.Kata seorang Diplomat Kanada Prof. Peter Dale Scott yang terkenal di Indonesia karenakajiannya tentang hasil konspirasi CIA bersama Kliek militer Soeharto menggulingkanPresiden Soekarno, menyampaikan sepucuk surat kepada editor "Hasta Mitra" yangmenerbitkan buku 100 tahun Bung Karno dalm liber Amicorum (kumpulan tulisan parasahabat Bung Karno) mengatakan bahwa dengan membaca pidato-pidato Bung Karno, betulbetulmemberikan inspirasi yang sangat kaya dengan muatan Intelektual. Justru sekarangwawasan Bung Karno mempunyai peluang lebih besar direalisasi, terutama ajaran Pancasilanya

yang bukan saja cocok untuk Indonesia tapi juga cocok bagi dunia. Peter Dale Scott jugamenulis sebuah karangan dalam buku itu.Apa yang saya uraikan mudah mudahan sudah menjawab pertanyaan Panitia Seminar. Namunsaya minta difahami bahwa saya tidak memberikan jawaban dengan harga mati. Artinya, sayaserahkan kepada saudara-saudara untuk mengambil kesimpulan setelah mempertimbangkanbahan bahan yang saya kemukakan. Bahan-bahan itu tentu tidak lengkap, mungkin lebihbanyak yang belum saya ketahui.Oleh karena itu, saya harap Seminar ini sendiri dapat mendiskusikannya, setidak-tidaknya olehsatu team yang dipilih.Namun menurut pendapat saya, apapun kesimpulan kita, semua yang kita bicarakan disini,sudah menjadi catatan sejarah. Kita tidak bisa lagi mengingkarinya artinya yang salah tetaplahsalah, sebaliknya yang benar tetap saja benar.Apakah dengan demikian kita akan terus frustasi dan mencaci maki mereka yang mau kita cacimaki ?Jika ini yang menjadi sikap kita, maka pastilah kita akan ditinggalkan dinamikanyaperkembangan zaman yang tidak bisa di stop. Saya setuju jalan keluar yang di tunjukan olehBung Karno. Dalam menyikapi kondisi yang semacam ini, kita jangan membiarkan diri kitaterperangkap oleh gelapnya masa silam, karena dengan demikian kita tidak bisa membuatkemajuan-kemajuan baru. Ini artinya kepada masa depanlah kita harus berorientasi dan bukanmenengok kebelakang sambil menangisi manisnya masa silam kita yang hilang danmembiarkan diri kita merana, meskipun kita juga tidak boleh meninggalkan sejarah. Mari kitaberusaha sekuat tanaga melepaskan diri dari belenggu masa silam yang menyesakkan nafas.Hiruplah udara segar masa depan, dimana harapan kita bisa di letakkan. Tentunya kita harusmampu menarik pelajaran dari kegagalan masa silam, dengan menelusuri makna adagiumklasik,bahwa kegagalan hanyalah sukses yang tertunda.Sikap seperti ini, rasanya lebih dialektis.Jangan pelihara sikap pessimisme dan seperti yang pernah dikatakan Presiden Megawatidalam pidato Tahun Baru-nya 2000 : Dunia ini akan belum kiamat.Mari bulatkan tenaga, samakan visi dan misi dalam mendayung bahtera perjuangan, untukmelawan bahaya disintegrasi bangsa dan penginjak-injakan hukum, serta bahaya korupsi yangdi wariskan oleh Soeharto kepada kita, menuju reformasi sejati, karena seperti yang di katakanPresiden Mega, kepadanya hanya diwariskan pemerintahan keranjang sampah. MungkinSoeharto memang mewariskan orang-orangnya kepada Mega.Mari kita teriakkan tekad yang sekuat-kuatnya di tegakkannya hukum untuk membasmikorupsi politik dan ekonomi, kolusi dan nepotisme warisan Soeharto dan Orde Barunya, yangsekeranjang sampah.Mari kita memasuki milenium baru dengan penuh optimisme, namun di sertai tekad yang kuattanpa henti-hentinya melakukan instropeksi dari saat ke saat.Saya akhiri uraian saya sampai disini, dengan kesadaran bahwa makalah ini masih jauh darisempurna. Oleh karena itu marilah kita sempurnakan.Saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyajian yang mungkin tidak memenuhiharapan.Sekian.Terima kasih.Merdeka !

12 April 2003http://www.geocities.com/arsip_nasional/politik/politik12.htmDate: 2005/10/12Section: SejarahThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=56Sang Orator di Senja MasaSang Orator di Senja MasaHARI terasa sangat panjang di Istana Bogor, 6 Oktober 1965. Sebelum saya benar-benarterbangun pada Rabu pagi itu, Hardono, satu di antara staf keamanan Menteri Negara Nyoto,mengetuk pintu kamar kos saya di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, yang hanya terpisah saturumah dari Mess Perwira Tjakrabirawa, tempat tinggal Letnan Kolonel Untung, "pemimpin"Gerakan 30 September."Bung diajak Bung Nyoto ke Istana Bogor," kata Hardono dengan wajah serius. "Ngapain?"saya bertanya. "Kayaknya diminta motret," katanya. "Tapi ndak usah bawa toestel, pakai BungNyoto punya," ia melanjutkan. Saya maklum: Nyoto tentu tahu alat-alat potret saya tak lebihdari sekelas Kiev, buatan Rusia, yang sebentar-sebentar engkol filmnya macet.Tak sampai lima menit kami sudah berada di ruang tamu rumah Nyoto di Jalan Malang,Menteng, Jakarta Pusat. Pada hari-hari tertentu saya biasa datang ke rumah itu, meminjambuku atau menonton Nyoto bermain musik dengan teman-teman masa mudanya, antara lainJack Lesmana. Dalam sekejap Nyoto muncul, menyalami saya, lalu menyerahkan dua kameradan segepok film. "Buatlah foto sebanyak-banyaknya," katanya. "Foto apa?" saya bertanya."Apa saja."Dalam hitungan menit pula sebuah mobil resmi menteri�Dodge Dart�berhenti di depanrumah. Penumpangnya, Menteri Negara dan Wakil Ketua I CC PKI, M.H. Lukman, memasukiruang tamu. Lukman tak mengenal saya, dan inilah pertemuan saya yang pertama dengan dia.Lukman dan Nyoto mengenakan setelan putih-putih, "pakaian resmi" anggota KabinetDwikora.Di depan saya kedua orang itu bersalaman, berpelukan, kemudian saya dengar Nyotobertanya, "Apa sebetulnya yang terjadi?" Lukman menjawab, "Saya juga tak tahu!" Mampus,pikir saya. Kalau betul kedua orang ini tak tahu apa yang terjadi pada 30 September 1965, lalusiapa yang berada di balik peristiwa yang, konon, digerakkan oleh PKI itu? Nyoto, pada akhirSeptember itu, memang sedang berada di Medan dalam rombongan Wakil Perdana Menteri ISubandrio.Dalam kendaraan terpisah, kami berangkat ke Bogor, langsung menuju Istana. Pengawalan disana terasa lebih ketat dari biasanya. Beberapa menteri datang dengan pengawalan panser, diantaranya Menteri Negara Boegi Sumpeno, kolonel polisi. D.N. Aidit tak tampak di antarapara menteri. Selama beberapa hari beredar kabar, Ketua CC PKI itu minggat ke Jawa Tengah.Tak banyak yang dihasilkan sidang kabinet itu. Nyoto membacakan pernyataan ringkasketidakterlibatan PKI dengan Gerakan 30 September. Kemudian Bung Karno berpidato,singkat juga, yang pada dasarnya mengulangi pidatonya yang kemarin-kemarin, bahwakejadian tersebut adalah "...een rimpeltje in de oceaan...."�sebuah riak di tengah samudra.Itulah untuk pertama kalinya saya merasakan pidato Bung Karno seperti tidak terstruktur, dantidak terlalu fokus. Ia, misalnya, di samping menyatakan PKI cukup banyak berjasa dalamrevolusi Indonesia dan sebagai partai tidak bersalah, juga "menyenggol" Gerakan 30September sebagai "penyakit kekanak-kanakan" yang dipersamakan dengan Peristiwa Madiun

1948. Di dalam kepustakaan Leninisme, "penyakit kekanak-kanakan" adalah nama lain untuk"penyakit kekiri-kirian", yang biasanya dirujukkan kepada partai komunis yang ingin cepatmenang dan melupakan penggalangan kekuatan front nasional.Bung Karno terkesan lelah, walau tampak masih berwibawa. Seusai sidang, semua menteribergegas pulang. Ia saya lihat berbincang-bincang sebentar dengan Nyoto, sebelum masuk keruangan dalam Istana. Itulah pula untuk terakhir kalinya saya menyaksikan kedua orang itu.Untuk seorang wartawan muda pada masa itu, mendengarkan pidato Bung Karno merupakankeasyikan tersendiri. Artikulasinya bagus, intonasinya dinamis, dan ia sering mengulangkalimat tertentu sehingga memudahkan pencatatan. Saya dengar beberapa pidatonya ditulisoleh orang lain, termasuk Nyoto. Tapi, dalam pidato tanpa teks pun, Sukarno tetap memikat.Bung Karno selalu seperti punya "skenario" yang matang untuk membangkitkan dan"mempermainkan" emosi massa. Dia tahu persis kapan waktu yang tepat untuk menggunakanfrasa "ganyang," "holopis kuntul baris," "bercancut taliwondo," atau "ini dadaku, manadadamu," yang sebelumnya tak dikenal dalam khazanah pidato di Indonesia. Begitu meluncurdari Bung Karno, frasa itu segera menemukan "rumah"-nya di hati jutaan rakyat Indonesia.Dengan kefasihannya dalam beberapa bahasa asing, ia bisa "seenaknya" mengutip kalimatorang besar mana saja dalam bahasa aslinya. Bahkan Duta Besar Amerika Serikat di Indonesiapada masa itu, Howard P. Jones, mampu terkekeh ketika dituding Bung Karno dalam sebuahpidatonya di Senayan: "Go to hell with your 'Indonesia going to collapse'!" Biasanya, setelahdituding begitu, besoknya Duta Besar Jones dan Nyonya diundang ke Istana Bogor untuksarapan nasi goreng....Tapi sesungguhnyalah, terutama sejak awal 1965, kesehatannya tak lagi bagus. Pada awalSeptember tahun itu, ketika saya menyertai serombongan penghadap yang ikut sarapan pagi diberanda Istana Negara, kami menyaksikan berbagai suntikan, pil, kapsul, dan madu arabbolak-balik disodorkan oleh tim kesehatan kepresidenan yang mendampingi Bung Karno.Pada acara-acara malam pun, setelah acara resmi, Bung Karno lebih sering melepas sepatu,dan tampaklah kakinya yang membengkak.Setelah 6 Oktober 1965, saya hanya mengikuti pidato Bung Karno dari radio dan televisi.Jelas sekali terasa, kesempatannya berpidato di depan massa yang besar mulai dibatasi.Kehilangan kontak langsung dengan lautan massa itu membawa perubahan tersendiri dalampidato-pidato Bung Karno. Ia tak lagi sebergelora dulu, tapi sebaliknya, di lingkungan yanglebih kecil ia seperti lebih bebas dan spontan, termasuk dalam menggunakan kata-kata yangrada "saru". Atau itu hanya bagian dari kemarahan dan kejengkelannya yang terpendam?Apalagi setelah pidato kenegaraan (dan "pertanggungjawaban")-nya bolak-balik ditolak olehMPR(S) pasca-G30S, semangat berpidato Bung Karno menyusut drastis.Keahlian Bung Karno berpidato sangat tidak sebanding dengan kemampuannya menyanyi. Iahampir tak pernah menampik kesempatan tarik suara, tapi orkes yang mengiringi selalumengalami kesulitan untuk mencari tangga nada yang pas dengan suara si Bung. Pilihanlagunya tak banyak. Kalau bukan Di Timur Matahari, tentulah Siapa Bilang Bapak dari Blitar,Burung Kakaktua dengan lirik improvisasi, atau paling jauh Aryati. Ia suka lagu keroncong,dan hafal sejumlah gubahan komponis klasik Barat.Ketika malam-malam yang menyenangkan itu pun mulai "dibredel", makin lengkaplahpersiapan menuju babak penutup sang Orator. Ia sudah dipisahkan dari massanya, darisahabat-sahabatnya, bahkan dari keluarganya. Yang tersisa hanyalah sejumlah penyakit dansebuah era yang siap ditelan senja masa, menuju malam sangat panjang.

Amarzan LoebisSumber: PI, Iqra, TEMPO, No. 34/XXXII/20 - 26 Oktober 2003Date: 2005/12/6Section: KesaksianThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=111Analisis G. 30. S. 1965 Ditinjau dari Sudut FilsafatANALISIS GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 DITINJAUDARI SUDUT FILSAFATOleh : Dr. Darsono PrawironegoroSarjana Filsafat dari Universitas Indonesia1. PendahuluanFilsafat adalah berpikir mendalam mencari sebab-sebab yang paling dalam atas suatu kejadian,peristiwa, atau suatu keberadaan. Ia selalu mencari saling hubungan, mempertanyakan, danmeragukan setiap kejadian, peristiwa, dan suatu keberadaan, sehingga ia selalu berusahamemberi jawaban dan menjelaskannya secara rasional.Filsafat menjelaskan tentang:(1) hubungan sebab dengan akibat,(2) hubungan bentuk dengan isi,(3) hubungan gejala dengan hakikat,(4) hubungan kebetulan dengan keharusan, dan(5) hubungan kekhususan dengan keumuman, atau logika induktif dengan logika deduktif.Di dunia ini yang memiliki kebebasan adalah hanya berpikir, karena berpikir tidak memilikidampak apa-apa dalam kehidupan praktis, asal pikiran itu tidak dipublikasikan dan tidakditindaklanjuti dengan perbuatan. Hanya perbuatan saja yang bisa mengubah dunia ini; pikirantanpa perbuatan tidak ada artinya apa-apa, atau ide tanpa aksi hanyalah suatu utopia.Dalam filsafat otak adalah "dewa" karena otak mampu berpikir membimbing danmengarahkan manusia untuk bertindak rasional untuk mencapai tujuannya.Dalam hidup ini, manusia mempunyai tujuan hidup berdasar status sosialnya:(1) jika ia berstatus sosial rakyat jelata, maka tujuan hidupnya adalah mencari ataumenciptakan kerja untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan, kesehatan, danpendidikan;(2) jika ia berstatus sosial pengusaha atau pedagang, maka tujuan hidupnya adalah mencarilaba,(3) jika ia berstatus sosial rohaniawan, maka tujuan hidupnya adalah mencari kebaikan didunia dan di akhirat,(4) jika ia berstatus sosial ilmuwan, maka tujuan hidupnya adalah mencari kebenaran ilmu,dan(5) jika ia berstatus sosial politikus, maka tujuan hidupnya adalah mencari kemenangan dankekuasaan.Peristiwa 30 September 1965 (G/30S) adalah peristiwanya orang-orang yang berstatus sosialpolitik, jadi tujuannya adalah kemenangan dan kekuasaan.Ada pihak yang kalah, ada pihak yang menang, dan ada pihak yang dikorbankan. Yangmenang dan kalah adalah pihak yang berstatus sosial politik, dan pihak yang dikorbankanadalah rakyat jelata, karena rakyat jelata adalah pihak yang dikuasi oleh penguasa politik.Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G/30S/1965) merupakan peristiwa yang memakan

korban ribuan orang, terutama adalah rakyat jelata, orang-orang desa-kota yang tidak berdosa,artinya tidak mengerti tentang gerakan pada tanggal 30 September 1965.Rezim Soeharto (orde baru) menuduh bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh Partai KomunisIndonesia (PKI), maka orang-orang yang dituduh anggota PKI atau simpatisannya ditangkapuntuk dipenjara dan dibunuh. Banyak orang-orang desa-kota rakyat jelata yang menjadikorban, bukan karena mereka itu anggota PKI atau simpatisan PKI melainkan karena"dendam" pribadi atau "dendam sosial" yang diakibatkan oleh konflik pribadi atau konfliksosial.Setelah Soeharto turun tahta pada tahun 23 Maret 1998, banyak kaum cendekiawan yangmengadakan analisis tentang peristiwa tersebut di atas.Saya Darsono Prawironegoro yang pada waktu kejadian berumur 17 tahun, ingin memberisumbangan pemikiran tentang kejadian tersebut berdasarkan analisis kritis secara filsafat,melalui penelitian kepustakaan.2. Hubungan Soeharto dan LatiefSoeharto pada waktu itu adalah seorang Mayor Jenderal, komandan KOSTRAD (KomandoStrategi Angkatan Darat), di bawah Menteri Panglima Angkatan Darat yang dijabat LetnanJenderal Achmad Yani. Latief pada waktu itu adalah seorang Kolonel Angkatan Daratpimpinan gerakan 30 September 1965. Hubungan Soeharto dengan Latief dapat diklasifikandua macam yaitu:(1) hubungan pribadi, yaitu bahwa Latief adalah teman akrab Soeharto karena sejak tahun1945 bersama-sama berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia; pada Serangan Umum tanggalsatu Maret 1947, Latief adalah anak buah Soeharto; pada waktu Soeharto pindah ke Jakarta,Latief menyediakan perumahan bagi beliau; hubungan sahabat ini terjalin erat sampaiperistiwa tersebut,(2) hubungan kedinasan militer, yaitu bahwa Latief seorang Kolonel Angkatan Darat danSoeharto seorang Mayor Jenderal Angkatan Darat; sama-sama perwira Angkatan Darat.Pada tangal 28 September 1965, Latief datang ke rumah Soeharto di Jalan Agus Salim Jakarta,dengan maksud menanyakan informasi tentang adanya Dewan Jenderal yang akanmengadakan kup terhadap Presiden Soekarno pada tanggal 5 Oktober 1965. Soehartomengatakan bahwa ia telah menerima informasi dari Soebagio Yogyakarta tentang hal itusehari sebelumnya. Soeharto menanggapi bahwa akan diadakan penyelidikan.Hubungan pribadi yang sangat baik itu, Latif berkesimpulan bahwa Soeharta adalah orangyang loyal terhadap Bung Karno dan Bung Karno mempercayai Soeharto, yaitu denganmengangkat sebagai Panglima Mandala dan Panglima Kostrad.Pada tanggal 30 September 1965, jam 21.00 WIB, atau jam 9 malam, Latief datang ke RumahSakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, memberitahu kepada Soeharto bahwa pada dinihari tanggal 1 Oktober 1965 akan diadakan operasi atau gerakan menggagalkan rencanakudeta Dewan Jenderal terhadap Presiden Soekarno. Pada waktu itu Soeharta sedangmenunggu anaknya (Tomy Soeharta) yang sedang sakit di rumah sakit tersebut. Alasan Latiefdatang menemui Soeharto adalah meminta bantuan militer, dan tindakan ini sudah disetujuioleh Brigadir Jenderal Soepardjo dan Letnan Kolonel Untung (keduanya adalah anggotapimpinan Gerakan 30 September 1965). Menurut Latief, jika G/30S/1965 berhasil, Soehartodiharapkan menjadi pembantu setia Bung Karno, tetapi situasi berubah cepat, Soeharto tidaksetia kepada Bung Karno dan tidak mendukung G/30S, melainkan melawan danmenghancurkannya. Tindakan Latief ini didasarkan pada instuisi persahabatan, bahwa ia

dipercaya oleh Soeharto sahabat karibnya. Secara politik, sebagai pimpinan gerakan, tindakanLatief tersebut adalah merupakan "pengkianatan", karena ia mencampuradukkan urusanpribadi dengan urusan politik. Sebagai pimpinan gerakan, seharusnya Latief tidak melakukanhal itu; itu menunjukkan bahwa mental politik Latief tidak mewakili kepentingan kelasnya.Menurut Soengkowo, mantan Perwira Polisi Militer, salah seorang pelaku G/30S/1965,menjelaskan bahwa pada waktu Latief diadili di Mahmilub selalu melibatkan Soeharto, bahwaSoeharto mengetahui gerakan itu, dan secara langsung maupun tidak langsung Soehartoterlibat di dalamnya. Apa yang disampaikan Latief itu adalah suatu siasat bahwa ia adalahbukan orangnya Soeharto dan supaya tidak dinilai negatif (atau supaya tidak dikutuk) olehkawan-kawannya di G/30S/1965. Pada waktu Soengkowo dan Untung di tahan di RumahTahanan Salemba Blok N, Soekowo bertanya kepada Untung, mengapa Soeharto tidak ikutditangkap?. Untung menjelaskan bahwa dalam Sentral Komando atau Senko terjadi perbedaanpendapat tentang Soeharto; ada yang berpendapat bahwa Soeharto adalah pro-G/30S/1965 danloyal kepada Bung Karno, dan ada yang berpendapat bahwa Soeharto adalah kontra gerakanG/30S/1965. Yang berpendapat bahwa Soeharto adalah loyal terhadap Bung Karno dan prodengan G/30S/1965 adalah Latief dan Syam Kamaruzaman (pimpinan Biro Khusus PKI),sedangkan yang berpendapat bahwa Soeharto adalah kontra G/30S/1965 adalah saya sendiri(Untung) dan Mayor Udara Soeyono; agar supaya gerakan sukses, menurut Untung, ia danSoeyono mengalah tidak menangkap Soeharto, walaupun Soeharto juga anggota DewanJenderal.Ternyata Soeharto adalah Jenderal yang melawan Bung Karno, ia merebut kekuasaan BungKarno melaui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Berdasarkan kenyataan yangdemikian ini, Latief harus bertanggungjawab kepada kawan-kawannya korban rezim Soeharto,karena seandainya Latief tidak memberitahu Soeharto pada tanggal 30 September 1965 jam 9malam di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, kemungkinan kondisi RepublikIndonesia tidak seperti sekarang ini, yaitu :(1) rakyat tidak berdosa yang berjumlah kira-kira 2 juta orang dibunuh oleh rezim Soeharto,(2) terjadi kebrobokan moral sebagian birokrat dan rakyat,(3) Indonesia terperangkap utang luar negeri US$ 140 milyar atau Rp 1.400 trilyun jika kursRp 10.000 per US$1 saat ini, tergantung pada Internationale Monetary Fund atau IMF dannegara-negara G-7 Kanada, AS, Jepang, Jerman, Italia, Perancis, dan Inggri, dan(4) Indonesia dijajah kembali oleh bangsa-bangsa asing, kita menjadi kulinya bangsa-bangsa..3. Ketrampilan Soeharto.Kita harus mengakui bahwa Soeharto adalah Jenderal yang memiliki luar biasa dalammengatur strategi militer dan politik. Pada tahun 1948 ia pernah diperintahkan oleh BapakJenderal Besar Soedirman untuk meneliti dan menyelesaikan Peristiwa Madiun dan berhasildengan baik, PKI dapat dihancurkan. Pada Peristiwa 3 Juli 1946, ia mampu menyerahkanpelaku-pelaku kup kepada pemerintah, ia tampil sebagai pahlawan. Dan dalam peristiwa 30September 1965, ia keluar sebagai pemenang dan sekaligus bekuasa sampai dengan 1998. Itumenunjukkan bahwa Soeharto memiliki keberanian dan ketrampilan yang luar biasa.Pada tanggal 30 September 1965, Soeharto menerima informasi dari Latief bahwa Latief dankawan-kawanya akan menangkap Achmad Yani dan kawan-kawannya (Dewan Jenderal).Seharusnya Soeharto bertindak untuk menyelamatkan Yani dan kawan-kawannya, karenaYani adalah Panglima Angkatan Darat, dan kawan-kawannya adalah satu kesatuan AngkatanDarat. Latief dan kawan-kawannya pada malam itu juga bisa ditangkap dan praktis malam itu

juga gerakan 30 September 1965 dapat digagalkan, mengingat bahwa saat itu Soeharto sebagaiPanglima Kostrad yang memiliki pasukan siap tempur. Soeharto nampaknya menghendakiYani dan kawan-kawannya terbunuh, mungkin ini disebabkan oleh persaingan dikalanganJenderal Angkatan Darat, mungkin "dendam", mungkin menghendaki jabatan PanglimaAngkatan Darat, karena ada konsesus bahwa jika Panglima Angkatan Darat berhalangan,maka langsung diganti oleh Panglima Kostrad. Soeharto membiarkan G/30S/1965 beraksipada dinihari tanggal 1 Oktober 1965 dengan membunuh Yani dan kawan-kawannya, ataumungkin ia merestui gerakan tersebut, karena itu merupakan jalan untuk menjadikan dirinyaorang nomor satu di Angkatan Darat.Dalam situasi yang gawat itu, Soeharto berdiri di atas "dua perahu", kaki kiri berdiri padabarisan G/30S, sehingga G/30S tidak memusuhinya, dan kaki kanan berdiri di barisan DewanJenderal, jika Yani dkk tidak bisa dibunuh oleh G/30S, maka ia bersama Yani dkk akanmenghancurkan G/30S.. Melihat G/30S telah membunuh Yani dan kawan-kawannya (DewanJenderal), Soeharto cepat mengambil langkah yaitu menumpas G/30S. Hal itu dilakukankarena basis kekuatan Bung Karno adalah Yani dkk, G/30S, dan PKI. Agar dapat membunuhPKI maka G/30S dikaitkan dengan PKI menjadi G/30S/PKI. Setelah G/30S dihancurkan,Soeharto menghancurkan PKI. Dengan demikian kekuatan Bung Karno sudah punah. Jalanmenuju ke RI Satu sudah terbuka lebar. Proses selanjutnya adalah merekayasa secara hukumagar bisa menjadi presiden secara konstitusional.Pada tanggal satu Oktober 1965, jam 6 pagi, Soeharto pergi ke Kostrad setelah menerimainformasi dari tetangganya Mashuri (yang kemudian diangkat menjadi Menteri Penerangandalam kabinetnya). Ia mengendarai sendiri mobil Toyotanya tanpa pengawal. Ini menunjukkanbahwa ia memang Jenderal yang gagah berani, atau mungkin ia sudah bekerja sama denganG/30S/1965, sehingga ia tidak takut dengan pasukan G/30S/1965 yang telah mengepungdaerah itu.4. Keputusan Yang "Hebat"Pagi hari tanggal satu Oktober 1965, Presiden Soekarno mengangkat Mayor Jenderal PranotoReksosamudro sebagai pejabat sementara (caretaker) Panglima Angkatan Darat. Namun padapagi hari itu juga, tanggal satu Oktober 1965 Soeharto mengambil keputusan yang "MahaHebat" yaitu mengangkat dirinya sebagai Panglima Angkatan Darat tanpa persetujuanBung Karno Presiden Republik Indonesia. Jabatan panglima suatu angkatan perang adalah hakprerogatif presiden, karena jabatan tersebut adalah jabatan politik.Pada siang hari tanggal satu Oktober 1965, Bambang Widjanarko ajudan presidendiperintahkan oleh Presiden Soekarno untuk menemui Pranoto Reksosamudro di Kostrad, agarPranoto menghadap Presiden di Halim Perdanakusumah. Widjanarko tidak berhasil bertemuPranoto, ia bertemu Soeharto, dan Soeharto memberi petunjuk kepada Presiden Soekarnosebagai berikut:(1) Mayjen Pranoto Reksosamudro dan Mayjen Umar Wirahadikusumah tidak dapatmenghadap Presiden Soekarno di Halim agar tidak menambah korban; artinya Soeharto tidakrela kedua Jenderal itu dibunuh di Halim oleh G/30S/1965 seperti Yani dan kawan-kawannya;petunjuk tersebut mengandung arti bahwa dibunuhnya Yani dan kawan-kawan subuh diniharisatu Oktober 1965 adalah atas perintah Soekarno,(2) Mayjen Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat berdasar perintah harianPanglima Angkatan Darat yang menyebutkan bahwa jika Panglima Angkatan Daratberhalangan, maka Panglima Kostrad akan menggantinya; ini menunjukkan bahwa Soeharto

menempatkan perintah harian Panglima Angkatan Darat lebih tinggi daripada Hak PrerogatifPresiden,(3) Perintah harian Presiden Soekarno diharapkan disampaikan kepada Mayjen Soeharto, iniberarti Soeharto mendikte Presiden Soekarno,(4) Presiden Soekarno harus meninggalkan Halim, karena pasukan Kostrad akanmembersihkan G/30S/1965 di Halim.Berdasarkan petunjuk Soeharto kepada Presiden Soekarno di atas, menunjukkan bahwa padatanggal Satu Oktober 1965, Soeharto secara nyata telah menguasai Republik Indonesia. Secarahukum akan diproses lebih lanjut. Inilah tesis sulit disangkal secara ilmiah bahwa "keadaanmenentukan kesadaran", artinya kuasai dulu keadaan sosial, baru kemudian dibentukkesadaran sosial.Mengubah keadaan sosial harus menggunakan tindakan dan keberanian.Di sini "kehebatan" Soeharto, berani bertindak mengubah keadaan atau berani mengambil alihkekuasaan politik Soekarno.5. Teknik Soeharto BerkuasaFrans Seda mantan anggota kabinet Bung Karno (Tempo, 15 Maret 1986) menjelaskan bahwateknik Soeharto berkuasa adalah membuat panik sidang kabinet tanggal 11 Maret 1966 diIstana Merdeka yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno. Soeharto menggerakkanmahasiwa untuk berdemontrasi ke Istana Merdeka yang dikawal oleh pasukan khusus tanpaseragam. Soeharto sendiri tidak hadir dalam sidang tersebut dengan alasan sakit. Sidangkacau, Bung Karno meninggalkan sidang untuk menuju ke Istana Bogor, kemudian sidangbubar dengan penuh kepanikan.Sarwo Eddie (Tempo, 15 Maret 1986) menjelaskan bahwa pasukan RPKAD tanpa tandapengenal kesatuan dan membawa senjata mengawal mahasiswa berdemontrasi.Kemal Idris (Tempo, 15 Maret 1986) menjelaskan bahwa pasukan "liar" itu berada di sekitarIstana Merdeka beberapa hari sebelum tanggal 11 Maret 1966.Itu menunjukkan bahwa Soeharto adalah seorang ahli strategi yang baik, ia menggunakanmahasiswa dan tentara untuk merebut kekuasaan politik; ia memahami bahwa hanya kekuatantentara saja tidak cukup kuat untuk merebut kekuasaan.Setelah Bung Karno meninggalkan Istana Merdeka menuju ke Istana Bogor, Soehartomemerintahkan tiga Jenderal yaitu Jenderal Andi Yusuf, Jenderal Basuki Rachmad, danJenderal Amir Mahmud ke Istana Bogor untuk menghadap Bung Karno, tujuannya adalah agarBung Karno memberi surat perintah untuk pengamanan.Bung karno memberikan surat perintah pengamanan pada tanggal 11 Maret 1966 yang dikenaldengan sebutan "Supersemar". Dengan surat pengamanan tersebut,Soeharto membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966.Surat perintah pengamanan itu ditafsirkan oleh Soeharto sebagi "Pelimpahan Kekuasaan".Dengan dibubarkannya PKI maka kekuatan politik pendukung Bung Karno relatif sudahhabis. Setelah tanggal 12 Maret 1966, hakikatnya Bung Karno adalah "Sebatang Kara" dalamkehidupan politik, hal ini adalah akibat kurang tepatnya Bung Karno mengambil keputusanpada tanggal Satu Oktober 1965.Jika pada tanggal tersebut Bung Karno mengambil keputusan menghadapkan G/30S denganpasukan Soeharto, keadaannya mungkin tidak seperti sekarang ini. Secara hukum, BungKarno setelah 11 Maret 1966 masih menjabat presiden, tetapi tanpa pasukan, karena sebagianbesar angkatan perang telah dikuasai Soeharto.

Pada tanggal 17 Agustus 1966, dalam pidato kenegaraan, Bung Karno mengatakan bahwasurat perintah 11 Maret 1966 itu bukan pelimpahan kekuasaan. Surat perintah itu hanyalahsuatu perintah pengamanan, yaitu perintah pengamanan jalannya pemerintahan, pengamanankeselamatan Bung Karno, dan pengamanan ajaran Bung Karno. Hanafi menjelaskan bahwaBung Karno tidak mengakui pembubaran PKI dengan menggunakan "Supersemar".Bung Karno pada tanggal 13 Maret 1966 memerintahkan Leimena Wakil Perdana Menteri danBrigadir Jenderal KKO Hartono mendatangi Soeharto ke rumahnya dengan membawa suratyang isisnya mengkoreksi tindakan Soeharto membubarkan PKI. Setelah membaca surat BungKarno, Soeharto mengatakan bahwa: "Sampaikan Kepada Bapak Presiden, semua yang sayalakukan atas tanggung jawab saya sendiri".Ucapan Soeharto yang demikian itu dapat ditafsirkan sebagai kudeta, artinya ia telah melawanBung Karno yang pada waktu itu secara hukum masih sebagai Presiden Republik Indonesia.Seharusnya Bung Karno setelah mendapat laporan dari Leimena dan Hartono harusmengambil sikap yaitu menonaktifkan Soeharto sebagi Panglima Angkatan Darat. Dalam halini nampaknya Bung Karno bimbang ragu mengambil sikap, sehingga mengorbankan dirinyasendiri. Sikap bimbang ragu adalah awal dari kehancuran diri.Wiratmo Sukito menjelaskan bahwa setelah Bung Karno mendengar jawaban Soeharto, padatanggal 16 Maret 1966 melalui Wakil Perdana Menteri Chairul Saleh dan Wakil PerdanaMenteri J.Leimena mengeluarkan pengumuman bahwa pembubaran PKI adalah tidak syah.Berdasarkan penjelasan tersebut secara hukum pembubaran PKI yang dilakukan oleh Soehartoadalah batal demi hukum, karena keputusan Presiden lebih tinggi daripada keputusanpemegang Supersemar.Namun perlu diingat bahwa dalam kondisi sosial yang gawat, hukum relatif tidak berlaku,yang berlaku adalah kekuatan senjata. Saat itu kekuatan senjata berada di tangan Soeharto.Dalam hal ini Soeharto lebih berani mengambil risiko daripada Bung Karno. Barang siapayang berani mengambil risiko tinggi, akan memperoleh hasil tinggi pula.Keberanian Soeharto itu diwujudkan lebih lanjut dalam tindakannya yaitu menangkap danmemenjarakan 15 menteri termasuk Soebandrio Menteri Luar Negeri Republik Indonesia yangsangat termasyur itu. Kemudian menangkap dan memenjarakan 136 anggota DPRGR/MPRS,diganti oleh orang-orang dari Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) dan Kesatuan Aksi PemudaPelajar Indonesia (KAPPI).Soeharto dengan kekuatan senjata dapat melakukan hal itu semuanya, walaupun ia bukanseorang presiden; ia mampu mendirikan DPRGR/MPRS baru yang diisi oleh orang-orangnyadan diketuai oleh Nasution, yang nantinya akan mengesahkan dia secara hukum sebagaiPresiden Republik Indonesia Kedua. Dengan demikian proses kekuasaan harus dimulai dariproses kekuatan senjata baru kemudian proses kekuatan hukum.Kekuatan senjata merupakan materi dan hukum merupakan ide, materi menentukan ide, ataukeadaan menentukan kesadaran.Nampaknya Soeharto memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai bahwa kekuasaanpolitik harus dibangun dari kekuatan senjata. Pengalaman dan pengetahuan itu diperoleh dariketika Soeharto menjadi Tentara Belanda, Tentara Jepang, dan Tentara Republik Indonesia, dimana Belanda dan Jepang dapat menguasai Nusantara dengan kekuatan senjata, dan IndonesiaMerdeka juga dengan kekuatan senjata (Revoulsi 17 Agustus 1945). Sekali senjata diangkatjangan dilepaskan agar tujuan politik dapat tercapai, pemikiran ini diyakini Soeharto sebagaikebenaran universal dalam merebut kekuasaan, tetapi tidak diyakini oleh G/30S/1965

sehingga mereka mudah dikalahkan oleh Soeharto.Di samping itu sejarah membuktikan bahwa ketrampilan berpikir (kepandaian) Soekarno yangtinggi dikalahkan oleh keberanian bertindak Soeharto. Pandai tidak berani tidak menghasilkansesuatu, tetapi berani walaupun kurang pandai bisa menghasilkan sesuatu. Orang yang pandaidan berani pada umumnya sukses mencapai sesuatu yang direncanakan.Pengalaman Soeharto merebut kekuasaan Soekarno dapat dijadikan diskusi filsafat dan diskusikeilmuan lebih lanjut.5. Peranan Nasution.Sumbangan besar Nasution terhadap Soeharto ialah membawa Supersemar ke dalam SidangUmum MPRS pada tangal 21 Juni 1966 tanpa sepengetahuan Presiden Soekarno.Dalam sidang itu dikeluarkan Ketetapan MPRS No. IX 1966 tentang Supersemar. Dengandemikian sulit bagi Presiden Soekarno untuk mencabut kembali Supersemar. KemudianMPRS Soeharto-Nasution mengeluarkanKetetapan MPRS No XXV 1966 tanggal 5 Juli 1966 tentang PKI sebagai partai terlarang danmelarang menyebarkan Marxisme-Leninisme atau Komunisme di Indonesia.Ketetapan MPRS No. XXV 1966 itu hakikatnya adalah bertentangan dengan UUD 1945 danPanca Sila. Dalam UUD 1945 pasal 27 dan 28 menyebutkan bahwa semua warga negara haksama di depan hukum (pasal 27), semua warga negara mempunyai kemerdekaan berserikatdan berkumpul, bebas mengeluarkan pikiran secara tertulis dan lesan tanpa mempersoalkanpaham politik atau ideologi yang dianutnya (pasal 28). Dalam Panca Sila, seperti yangdiucapkan oleh Bung Karno dalam lahirnya Panca Sila bahwa Negara Republik Indonesia inididirikan bukan buat satu golongan, tetapi semua buat semua. Undang-undang, hukum,ketetapan, peraturan, dan sejenisnya sebagai ide atau bangunan atas suatu masyarakat sangattergantung pada alat pelaksana ide yaitu kekuasaan politik. Berlakunya Undang-undang dansejenisnya sangat tergantung pada kekuasaan politik. Penguasa politik hanya peduli padaundang-undang dan sejenisnya yang menguntungkan dirinya. Soeharto nampaknyamengetahui dan memahami benar pemikiran tersebut, maka ia membuat undang-undang,hukum, dan sejenisnya untuk melindungi kepentingan politiknya.Tap MPRS No. IX/1966 dan Tap MPRS No.XXV/1966 adalah langkah awal secara hukumuntuk mengakhiri kekuasaan Soekarno. Untuk mempercepat dalam mengambil alih kekuasaanSoekarno, Soeharto-Nasution mendesak DPRGR mengusulkan Sidang Umum IstimewaMPRS dengan alasan bahwa Presiden Soekarno melanggar GBHN karena tidak bersediamembubarkan PKI. GBHN yang berlaku pada waktu itu adalah GBHN Manipol yang berbasispada NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis), membubarkan PKI berarti bertentangandengan GBHN Manipol.Usul DPRGR untuk mengelar Sidang Istimewa tersebut disetujui oleh MPRS Soeharto-Nasution, dan diselenggarakan SI MPRS pada tanggal 7 Maret 1967 sampai dengan 12 Maret1967. Soeharto-Nasution menyadari bahwa MPRS hasil Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959tidak dapat mengganti presiden. Menurut pidato kenegaraan Presiden Soekarno 10 November1960, MPRS tidak berwenang merubah UUD 1945, dan memililh presiden dan wakil presiden.Tetapi Nasution kurang menaruh perhatian tentang hal itu, ia mengatakan bahwa MPRSsekarang ini adalah hasil pemilihan umum masa lalu, jadi syah untuk merubah UUD 1945, danmengangkat presiden dan wakil presiden, dan merupakan satu-satunya kekuasaan negara yangtidak terbatas. Berdasarkan pemikiran yang demikian ini MPRS Soeharto-Nasutionmengeluarkan Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 tentang pencabutan kekuasaan

pemerintahan negara dari Presiden Soekarno, dan Ketetapan MPRS No. XXXVI/1967 tentangmelarang Ajaran Soekarno.Dengan dua Tap MPRS Soeharto-Nasution tersebut, Bung Karno menghakhiri kekuasaannya.Soeharto berhasil merebut kekuasaan secara hukum berdasar Supersemar dan Tap MPRS.Soeharto berhutang budi besar kepada Nasution, sebab peranan Nasution sebagai ketua MPRSsangat besar dalam melahirkan Tap MPRS No. XXXIII dan XXXVI/1967.6. PKI Tidak Terlibat Gerakan 30 September 1965Latief adalah pelaku kunci G/30S menjelaskan di depan wartawan Tempo tanggal 16 April2000 bahwa ide menghadapkan para Jenderal (Yani dkk) adalah dari inisiatif kami (Latief,Untung, Soepardjo, dan Soeyono), bukan ide dari PKI; tidak benar kami diperintah PKI; jikaada informasi bahwa kami diperintah PKI itu adalah informasi yang dibuat Soeharto untukmenutupi tindakannya. Pendapat Latief itu dapat diterima oleh akal sehat, karena programPartai Komunis untuk berkuasa pada umumnya adalah revolusi seperti yang dilakukan diRusia, China, Cuba, dll., bukan melalui kup. Khusus di Indonesia, program PKI adalahmencapai demokrasi rakyat melalui jalan demokratis dan parlementer seperti yang ditetapkanpada Kongres Nasionak Ke V tahun 1954. Di samping itu kecil sekali kemungkinannya PKIkup terhadap Presiden Soekarno, karena Presiden Soekarno menjamin hak hidup PKI dengankonsep NASAKOM.Di sisi lain, Brigjen Soepardjo pada tanggal Satu Oktober siang 1965 setelah melakukangerakan melapor kepada Presiden Soekarno, dan pada waktu itu juga Presiden Soekarnomemerintahkan Soepardjo untuk menghentikan G/30S. Itu menunjukkan bahwa PKI sebagaiorganisasi tidak terlibat G/30S.Jika PKI secara organisasi terlibat, maka:(1) Soepardjo seharusnya melapor kepada Aidit sebagai Ketua Comite Central PKI,(2) Nyoto dan Lukman sebagai anggota politbiro CC PKI tentu ditangkap sejak menghadirisidang kabinet 6 Oktober 1965,(3) PKI mengerahkan anggota dan massanya untuk melawan pemerintahan Soekarno.Kenyataannya pada waktu itu justru Soepardjo melapor kepada Presiden Soekarno, Nyoto danLukman tidak ditangkap pada waktu menghadiri sidang kabinet tanggal 6 Oktober 1965, danPKI tidak menggerakkan anggota dan massanya untuk melawan pemerintahan Soekarno.Aidit dan Syam Kamaruzaman secara pribadi mungkin terlibat G/30S, karena kedua orang itumempunyai hubungan erat dengan para militer yang terlibat dalam G/30S. Syam sebagai birokhusus yang mempunyai tugas membina tentara hanya bertanggung jawab kepada Aiditpimpinan polit biro CC PKI. Mungkin di antara tentara yang terlibat G/30S itu ada yangdibina oleh Syam. Tetapi itu tidak berarti bahwa PKI sebagai organisasi terlibat G/30S.Soeharto melibatkan PKI sebagai organisasi dengan G/30S hakikatnya adalah untukmenghancurkan PKI karena PKI merupakan kekuatan politik pendukung Bung Karno.Seperti dijelaskan di atas kekuatan Bung Karno adalah Jenderal Achmad Yani dkk dariAngkatan Darat, para pelaku Gerakan 30 September 1965, dan PKI. Presiden Soekarno tidakpernah berpikir dan merasa dikhianati PKI. Itu dapat dilihat dari pernyataan beliau padatanggal 21 Oktober 1965 bahwa Gestoknya (Gerakan Satu Oktober 1965) harus kita hantam,tetapi komunismenya tidak, karena ajaran komunis itu adalah hasil obyektif dalam masyarakatIndonesia, seperti halnya nasionalisme, dan agama.Itu menunjukkan bahwa Bung Karno menempatkan dirinya sebagai negarawan besar,berpandangan obyektif, berpikir jernih, dan mengutamakan persatuan bangsa. Beliau

mengetahui dan memahami dengan sungguh-sungguh bahwa paham atau isme itu tidak bisadibunuh, walaupun orangnya dibunuh.7. Ketakutan SoehartoSalah satu ketakutan Soeharto dalam hidupnya adalah kalau rakyat Indonesia mengetahui apayang dibicarakan dengan Latief pada tanggal 30 September 1965 pada jam 9 malam di rumahsakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. Sampai sekarang ini pembicaraan kedua insantersebut masih diliputi kabut rahasia. Seperti dijelaskan di atas bahwa dalam pertemuan itu,Latief memberi tahu Soeharto bahwa nanti subuh dini hari akan dilakukan gerakan militerterhadap Jenderal Achmad Yani dkk. Soeharto sebagai bawahan Yani seharusnya menangkapLatief pada waktu itu, tetapi tidak dilakukan. Itu menunjukkan bahwa kemungkinan Soehartomenghendaki Yani dkk mengakhiri hidupnya.Untuk menutupi kabut rahasia pertemuan di atas, Soeharto membuat berbagai pernyataanantara lain sebagai berikut:1. Kepada Arnold Brackman, Soeharto mengatakan bahwa pada tanggal 30 September 1965malam hari banyak kawan-kawannya yang menjenguk anaknya yang sedang dirawat di rumahsakit Gatot Soebroto Jakarta, termasuk Kolonel Latief.2. Kepada majalah Der Spegel dari Jerman Barat, Juni 1970, Soeharto menjawab pertanyaanwartawan mengapa Jenderal Soeharto tidak termasuk sasaran G/30S?. Soeharto menjawabbahwa bahwa Latief datang ke rumah sakti Gatot Soebroto kira-kira jam 11 malam untukmembunuh saya, tetapi niatnya dibatalkan karena di tempat umum.3. Dalam otobiografinya sendiri, Soeharto mengatakan bahwa ia hanya melihat Latief dikoridor rumah sakit Gatot Soebroto; ia melihat dari tempat ia menjaga anaknya yang sedangdirawat di rumah sakit itu.Dari tiga pernyataan tersebut, jelas terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu yang pertama,Latief datang ke rumah sakit Gatot Soebroto untuk menjenguk anaknya, kedua, Latief datangke rumah sakit Gatot Soebroto untuk membunuhnya, dan yang ketiga, ia hanya melihat Latiefdi koridor rumah sakit Gatot Soebroto.Ketiga pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Soeharto ketakutan terhadap dirinya sendiritentang pertemuan "penting" dengan Latief pada tanggal 30 September 1965 jam 9 malam.Dalam pertemuan Soeharto-Latief tersebut dapat diduga:1. Latief adalah anak buah Soeharto dalam G/30S/1965; jika benar, maka Soeharto adalah"Pimpinan Tertinggi" G/30S/1965, kemudian untuk menghilangkan jejaknya, Soehartomenyapu bersih gerakan tersebut dengan pasukan khususnya.2. Latief adalah sahabat sehidup-semati Soeharto; ia datang ke rumah sakit Gatot Soebroto jam9 malam tanggal 30 September 1965, lima jam sebelum gerakan dimulai untuk memberitahubahwa akan ada gerakan membersihkan Jenderal Achmad Yani dkk, harap hati-hati, danbantulah kami; jika ini benar, maka Latief secara sadar atau tidak sadar ia adalah "pengkianat"gerakan tersebut, karena memberitahukan gerakan yang akan dilakukan kepada orang yangbukan pimpinannya.Diduga yang mendekati kebenaran adalah pendugaan yang kedua (Latief memberi tahuSoeharto tentang G/30S).Dengan demikian hakikatnya tidak ada persahabatan yang sejati, yang ada adalahpersahabatan berdasar kepentingan; jika kepentingannya sama kita bersahabat, jikakepentingannya berbeda, kita mengambil jalan yang berbeda; atau tidak ada front persatuanuniversal, yang ada adalah front persatuan berdasar kepentingan; jika kepentingannya sama

maka kita berada dalam satu front persatuan, jika kepentingannya berbeda maka kita berjalansendiri-sendiri.8. Peranan ImperalismePada tanggal 12 Agustus 1941 terjadilah suatu perjajian yang maha penting karena dilakukanoleh dua tokoh terkenal di dunia yaitu F.D. Roosevelt Presiden Amerika Serikat dan WinstonChurchill Perdana Menteri Inggris. Perjanjian itu dinamakan Perjanjian Atlantic atau AtlanticCharter.Isi pokoknya ialah Sebuah Hari Depan Yang Lebih Baik Bagi Dunia. Isi selengkapnya adalah:1. Mereka tidak berupaya melakukan perluasan wilayah2. Mereka tidak ingin melihat adanya perubahan wilayah yang tidak diinginkan oleh bangsabangsayang bersangkutan3. Mereka menghormati hak setiap bangsa untuk berdaulat4. Semua negara bebas berdagang dan memperoleh bahan mentah5. Kerjasama ekonom bagi semua bangsa6. Hidup damai, bebas ketakutan7. Bebas mengarungi samudera tanpa rintangan8. Tidak diperkenankan memaksakan kehendak dengan kekuatan senjataYang terpenting dalam perjanjian itu adalah bebas berlayar tanpa rintangan, bebas berdagang,bebas memperoleh bahan mentah. Amerika Serikat dan Inggris memiliki armada laut yanghebat, mereka mudah menguasai dunia secara ekonomi, sosial, dan politik. Hakikatnyaperjanjian Atantik itu adalah membagi dunia menjadi "milik" Amerika Serikat dan Inggris, itudiisyaratkan pada perjanjian nomor 7.Bangsa-bangsa lain harus "tunduk" (harus bersedia bekerja sama) kepada kedua negaratersebut, khususnya di bidang ekonomi. Nampaknya mereka sadar bahwa bentuk penjajahandengan kekuatan militer yaitu kolonialisme harus diganti dengan kekuatan ekonomi yaituimperalisme (neo-kolonialisme), itu diisyaratkan pada perjanjian nomor 4, 5, dan 8.Dalam perjanjian nomor 6, bangsa-bangsa di dunia harus membuat pakta pertahanan terutamadengan Amerika Serikat dan Inggris, agar mereka bebas dari ketakutan perang dan dapat hidupdamai. Dapat dipastikan bahwa dalam pakta pertahanan itu akan dihegemoni (dipimpin) dandidominasi (dikuasai atau didekte) oleh pihak yang memiliki peralatan senjata yang kuat;dalam hal ini adalah Inggris dan Amerika Serikat.Perjanjian nomor 1,2, dan 3 mengisyaratkan bahwa tidak layak lagi melakukan kolonialismedengan kekuatan militer, mereka sadar bahwa itu hanya akan mengakibatkan perang antarmereka seperti Perang Dunia Pertama dan Kedua.Sebelum Perang Dunia Kedua berakhir, Amerika Serikat dan Inggris bersekutu untukmembuat badan keuangan dunia yang disebut IMF (International Monetary Fund). LembagaKeuangan Internasional yang dibentuk itu antara lain:�IMF, dibentuk di Bretton Woods, New Hampshire, Juli 1944 oleh kaum kapitalisinternasional tujuannya: kerjasama moneter internasional, stabilisasis kurs, menyediakan danapinjaman untuk memperbaiki neraca pembayaran, meningkatkan mobilitas dana antar negara,mewujudkan perdaganan bebas.�Bank Dunia (International Bank for Recontruction and Development), 1944, tujuan:memberi pinjaman untuk pembangunan ekonomi negara-negara anggota�IFC (International Finance Corporation), tujuannya membantu perusahaan swasta , terutamakaum Multi National Corporation atau Trans National Corporation yaitu perusahaanperusahaan

raksasa yang beroperasi di luar batas negaranya atau beroperasi di negara oranglain�IDA (International Development Association), tujuannya membantu pembangunan ekonominegara-negara yang kalah perang dan negara-negara yang baru merdeka�BIS (Bank for International Settlement), tujuannya membantu negara tau perusahaan yangdilanda krisis keuangan�RDA (Regional Development Agencies), tujuannya membantu pembangunan ekonomiregional (Asia, Afrika, Amerika Latin).Hakikatnya semua lembaga keuangan internatioanl yang dibentuk oleh Amerika dan Inggrisitu adalah sebagai alat negara kapitalis dan MNC untuk menguasai ekonomi, sosial, politik,dan budaya Negara Sedang Berkembang, dalam hal ini termasuk Indonesia.Bung Karno pernah mengatakan bahwa menolak bantuan asing jika dikaitkan dengankemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kepribadian Indonesia. Nampaknya BungKarno memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tinggi tentang taktik dan strategi negaranegarabekas kolonialis untuk menguasai kembali negara-negara bekas jajahannya denganmodel bantuan keuangan dan ekonomi. Inilah yang lazim disebut Imperalisme, yaitu suatupenjajahan bentuk baru dengan kekuatan modal, ilmu pengetahuan, dan teknologi.Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, lahirlah bangsa-bangsa merdeka, termasuk bangsaIndonesia. Dalam kehidupan yang merdeka, Presiden Soekarno ingin hidup ekonomi secaramandiri, artinya tidak mau bergantung kepada modal asing, berdaullat dalam bidang politik,dan berkepribadian dalam kebudayaan Indonesia. Kebijakan Bung Karno dalam bidangekonomi khususnya yang menyangkut perusahaan-perusahaan asing adalah bahwaperusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia dijadikan milik negara yaitu menjadiBadan Usaha Miliki Negara Republik Indonesia (BUMN RI). Itu artinya Bung Karnomelawan Atlantic Charter atau melawan Inggris dan Amerika atau melawan imperalisme.Karena BUMN itu pada umumnya adalah bekas milik Inggris dan Amerika. Berdasarkan tesisini, maka Inggris dan Amerika harus menyingkirkan Soekarno dari kekuasaannya.Inggris dan Amerika mengetahui dan memahami bahwa kekuatan Bung Karno adalah JenderalAchmad Yani dkk dan PKI. Oleh sebab itu untuk menggulingkan Bung Karno harus terlebihdahulu menghancurkan Jenderal Yani dkk dan PKI. Metode yang digunakan ialahmenciptakan konflik di tubuh Angkatan Darat antara Jenderal Yani dan Jenderal yang lainnyadan melibatkan pimpinan PKI dalam konflik tersebut.Marshall Green duta besar AS di Jakarta beberapa bulan sebelum G/30S telah datang diJakarta. Ia adalah arsitek penjatuhan Syngman Rhee di Korea Selatan. Diduga pengangkatanGreen sebagai duta besar AS di Indonesia adalah untuk maksud menjatuhkan Soekarno danmenghancurkan PKI yang anti feodalisme, kolonialime, dan imperalisme.Rencana Barat Menghancurkan PKI sejak PKI berdiri tahun 1920-an karena ciri utamaperjuangan PKI adalah anti kolonialisme. Sejak pemberontakan PKI melawan Belanda tahun1926 sampai menjelang Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, tokoh-tokoh PKIdikejar-kejar oleh pemerintah Belanda kemudian oleh pemerintah Jepang. Kemudian berturutturutdilanjutkan dengan:(1) instruksi rahasia Amerika pada waktu pemerintah Hatta dengan menggunakan divisiSiliwangi untuk menghancurkan pelaku peristiwa Madiun 1948,(2) rasionalisasi tentara yang lahir dari laskar rakyat yang banyak didominasi oleh orang-orangyang bersimpati dengan PKI,

(3) larangan mogok dan razzia Agustus yang dilakukan oleh pemerintah Natsir dan Sukimantahun 1950-1951,(4) penindasan berdarah kaum tani di Tanjung Morawa dan tempat-tempat lainnya sekitartahun 1952-1953,(5) pemberontakan bersenjata PRRI dan Permesta sejak tahun 1956-1961 yang sepenuhnyadibantu senjata oleh Amerika,(6) pemeriksaaan Aidit, Nyoto, dan Sakirman sehubungan dengan pemikiran kritisnya tentangDemokrasi Terpimpin; semuanya itu gagal sampai dengan tahun 1965.Pada tahun 1965 bagi kaum imperalis melihat gejala di Indonesia dari tiga dimensi yaitu:(1) PKI makin besar, hal ini makin membahayakan pengaruh kaum imperalis terhadapIndonesia dan menyulitkan mereka menanam modal di Indonesia, berarti kaum imperalismakin sulit melakukan dominasi ekonomi dan politik di Indonesia,(2) kekuasaan Angkatan Darat makin kuat, merupakan kekuatan bagi kaum imperalis untukmenguasai kembali Indonesia secara ekonomi dan politik, karena sebagaian jenderal AngkatanDarat menjadi sahabat baik Amerika dan Inggris, dan

(3) seriusnya sakitnya Bung Karno, menjadi perhatian utama kaum imperalis untuk dijadikanlangkah awal menguasai Indonesia kembali pada saat Bung Karno meninggal dunia.Ketiga gejala tersebut, diduga kaum imperalis menyiapkan strategi untuk menempatkanAngkatan Darat menjadi penguasa politik di Indonesia, dengan menyingkirkan jenderaljenderalpendukung Soekarno dan menghancurkan PKI, karena garis politik PKI sejalandengan garis politik Bung Karno yang anti feodalisme, kolonialisme, dan imperalisme.Hal yang menguntungkan kaum imperalis adalah bahwa pada tahun 1960-1963, PKI telahdijinakkan oleh Bung Karno. Itu berarti garis politik komunis dengan aksi dan revolusibersenjatanya untuk membangun pemerintahan demokrasi rakyat telah hilang. PKI tidak lagimenjadi partai yang revolusioner, tetapi menjadi partai yang evolusioner berbasis padaprogram parlementer; PKI yakin bahwa ia dapat berkuasa melalui jalan parlementer. Hal itudapat dilihat sejak 1963, PKI tidak mempunyai program revolusi bersenjata seperti di China,Kuba, Vietnam, Laos, dan Kamboja.Pada tahun 1964, aksi sepihak PKI makin meluas di pedesaan, menuntut diberlakukanUndang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang intinya tanah untuk petani, bukan untuk tuantanah, dan menuntuk diberlakukannya Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH), yangintinya petani penggarap harus diuntungkan. Aksi ini hanya merupakan aksi ekonomi, bukanaksi politik bersenjata. Aksi ini melahirkan konflik sosial antar pengikut PKI dengan pengikutPartai lainnya, karena sebagian pemilik tanah luas adalah menjadi anggota partai lain sepertiPNI, NU, dsb. Aksi sepihak itu merupakan tindakan PKI membuka front pertentangan denganrakyat pengikut partai lain.Setelah pemilu 1955, Soekarno menemukan jatidirinya yaitu anti kolonialisme baru(imperlasime) dan bekerja sama dengan PKI untuk mengganyang (menghancrukan) Malaysia.Oleh Soekarno, Malaysia adalah boneka Inggris dan Amerika untuk mengepung Indonesia.Pendapat ini didukung oleh PKI. Dalam hal ini PKI kurang tepat sasarannya. Mestinya sasaranPKI adalah anti imperalisme di Indonesia, bukan anti Malaysia. Malaysia sebagai bonekaInggris dan Amerika adalah masalah yang abtrak, yang kongkrit adalah penghisapan danpenindasan kaum imperalis di Indonesia melalui penanaman modal asing. Keadaan yangdemikian, Inggris dan Amerika makin marah terhadap PKI. Konflik Bung Karno dengan

Angkatan Darat adalah masalah "Angkatan Kelima" yaitu buruh dan tani harus dipersenjatai;ini mungkin gagasan PKI yang ingin meniru Revolusi Tiongkok, di mana kaum tani bersenjatadibantu kaum buruh bersenjata melawan tuan tanah. Di samping itu konflik Soekarno denganAngkatan Darat adalah terjadinya peristiwa 17 Oktober 1952 di mana Nasution dan GatotSubroto ingin merebut kekuasaan. Konflik Soekarno dengan Angkatan Darat yang palinggawat adalah bahwa sebagian Jenderal-Jenderal Angkatan Darat (Dewan Djenderal) tidaksetuju dengan program revolusi Indonesia yang belum selesai dan adanya berita bahwa DewanJenderal akan mengadakan kup tanggal 5 Oktober 1965.Berita kup Dewan Jenderal itu diperoleh dari dokumen Sir Andrew Gilchrist Duta BesarInggris di Indonesia; ia mengatakan kepada temannya Amerika, bahwa operasi militer telahdispersiapkan dengan our local army friends. Soekarno marah dan PKI terjebak dengan beritatersebut. Dokumen Gilchrist itu sengaja disebarluaskan. Dokumen kup Dewan Jenderalsengaja dibocorkan, yang terdiri dari Nasution, Yani, Harjono, Suparpto, S. Parman, Sutojo,Sukendro, Sumarno Ibu Sutowo, Rusli. Anggotanya 40 orang di mana Soeharto masuk didalamnya, aktif 25 orang, 7 orang diantaranya adalah pimpinan puncak.Mungkin dokumen itu sengaja dibuat oleh Gilchrist untuk memancing Bung Karno marah danmengadakan tindakan pembersihan di tubuh Angkatan Darat yaitu Jenderal Yani dkk., di manasebenarnya mereka itu adalah pendukung setia Bung Karno. Bung Karno memerintahkanLetnan Kolonel Untung dari kesatuan Cakarabirawa pengawal presiden, untukmembereskannya.Perintah Bung Karno kepada Untung tersebut disambut baik oleh sebagian pimpinan PKIyaitu Aidit dan Syam Kamaruzaman. Kedua tokok PKI itu yakin bahwa Bung Karno dengankekuatan pasukan Cakrabirawa dapat menggagalkan rencana kup Dewan Jenderal, makaUntung bergerak mendahuluinya dengan mengadakan gerakan penangkapan para Jenderalpada tanggal 30 September 1965, yang dikenal peristiwa G/30S.Konflik intern Angkatan Darat sebenarnya dimulai dari Nasution kontra Yani. Yanimenggantikan Nasution sebagai Panglima Angkatan Darat; Yani setuju Soekarno bahwaNasution sebagai Panglima Angkatan Bersenjata hanya tugas administratif saja, Yanimengganti orang-orang Nasution di Kodam-Kodam. Yani setuju pembubaran panitia RitulingApratur Negara yang dipimpin oleh Nasution. Soeharto dan Basuki Rachmad, dkk menjadimediator konflik Nasution-Yani. Diduga, Soeharto memanfaatkan konflik Nasution lawanYani, Yani lawan Soekarno, dan konflik Yani lawan PKI. Pada trahun 1965 Yani danNasution bersatu melawan Soekarno dan PKI, karena merasa bahwa Soekarno selalumengikuti politik PKI, atau mungkin karena Bung Karno memberi ruang gerak yang leluasabagi PKI untuk mengadakan propaganda anti feodalisme, kolonialisme dan imperlisme.Hakikatnya dalam kubu Angkatan Darat terdapat empat kelompok, yaitu: Kubu Nasution dkk,Yani dkk, Soeharto dkk.(terutama trio Soeharto-Yoga Sugama-Ali Murtopo), dan kubuJenderal Mursjid dkk calon pengganti Yani tanggal 1Oktober 1965. Dari empat kelompoktersebut, Inggris dan Amerika diduga bersekutu dengan kubu Soeharto, karena Soeharto tidakanti Amerika. Amerika kurang percaya kepada Nasution, karena Nasution gagal kup 17Oktober 1952. Amerika kurang percaya kepada Yani, karena Yani telah menghancurkan PRRIdan Permesta yang didukung senjata Amerika. Amerika tidak percaya kepada Mursyid, karenaMursyin pengikut Bung Karno yang sangat loyal, patriot, dan nasionalis anti imperalisme.Berdasarkan informasi di atas, diduga Inggris dan Amerika dengan CIA nya membantuSoeharto untuk naik ke panggung kekuasaannya. Tujuannya adalah penguasaan sumbersumber

daya alam Indonesia yang sangat kaya raya. Jadi tujuannya adalah penguasaanekonomi, yaitu masuknya modal asing atau Multi National Corporation mendominasi ekonomiIndonesia.Kenyataanya, sejak Soeharto berkuasa sampai saat ini, modal asing menguasai ekonomiIndonesia.9. Strategi Soeharto Untuk Berkuasa.Soeharto berpura-pura menjadi anggota Dewan Jenderal untuk memantau persiapan yangsedang dilakukan; Yoga (Trio Soeharto) memberi info kepada S. Parman (atasannya Yoga)bahwa akan ada penculikan-penculikan. Tentu saja tindakan Yoga itu diketahui oleh Soeharto.S. Parman tidak percaya atas kebenaran info Yoga tersebut. Tujuan info info itu adalah untukmengetahui apakah Yani tahu atau tidak tentang akan adanya gerakan 30 September. TernyataYani belum tahu, berdasar ketidakpercayaan S. Parman tentang info tersebut. Diduga Soehartomenyimpulkan bahwa rencana Untung dkk melakukan penculikan 30 September belumdiketahui oleh lawan Yani dkk).Keadaan sekitar peristiwa 30 September menguntungkan Soerharto; kalau Untung gagalmembunuh Yani dkk, Soeharto menjadi pahlawan, karena ia dengan kawan-kawannya telahmemberitahu S. Parman sebelumnya; dan jika Untung berhasil menangkap Yani dkk, Untungdkk harus dilenyapkan. Ternyata yang menjadi kenyataan adalah Untung dkk berhasilmenangkap dan membunuh Yani dkk, kemudian Untung dilenyapkan oleh Soeharto dkk.Soeharto dkk naik ke panggung kekuasaan Republik Indonesia.Peristiwa G/30S yang hampir mirip pernah dilakukan sebelumnya oleh Soeharto padaperistiwa penolakan pengangkatan Panglima Kodam Diponegoro, dan pada tahun 1946, yangdikenal dengan peristiwa 3 Juli 1946. Soeharto mampu menggusur Kolonel Bambang Supenoyang akan dilantik menjadi Panglima Kodam Diponegoro, dengan cara menyuruh Yoga dkkmengadakan rapat gelap di Kopeng Salatiga Jawa Tengah yang hasilnya adalah menolakBambang Supeno menjadi Panglima Kodam Diponegoro. Akhirnya Soekarno membatalkanpengangkatan tersebut dan menggantinya dengan Letkol Soeharto.Soeharto mampu menggagalkan kup 3 Juli 1946, yang dilakukan oleh Tan Malaka dari PartaiMurba bersama militer di Jawa Tengah termasuk Soeharto. Pada tanggal 27 Juni 1946 PerdanaMenteri Syahrir dkk diculik oleh Soedarsono komandan Divisi III, Sutarto Komandan Militer,dan Abdul Kadir Yusuf Komandan Batalyon di Surakarta. Tanggal 1 Juli 14 orang sipilpendukung komplotan penculik ditangkap dan dijebloskan di penjara Wirogunan Yogya.Sudarsono, Abdul Kadir Yusuf, Sucipto Kepala Intelejen AD, berkumpul di markas SoehartoKomandan Resimen III di Wijoro. Pada tanggal 2 Juli 1946 mereka menggerakkan duabatalyon dari Resimen I dan Resimen III untuk membebaskan kawan-kawannya yangdipenjara di Wirogunan dan berhasil, dan berhasil menguasasi stasion radio, kantor telpon.Dari Wirogunan, kawan-kawan yang dipenjara dibawa ke markas Soeharto untuk dilindungi.Malamnya mereka mempersiapkan kup untuk membubarkan pemerintah Syahrir dan AmirSyarifudin, tetapi dapat digagalkan. Pelaku-pelakunya diadili, dan Soeharto berbalik arahbahwa keberadaan kawan-kawan di markasnya itu adalah dalam rangka mengamankannyaatau menawannya. Soeharto tampil sebagai pahlawan.Untung dan Latief yang gagah berani adalah bekas anak buah Soeharto. Supardjo danSoeharto adalah sama-sama menjadi anggota dewan jenderal, Soeharto Panglima Kostrad,Supardjo wakil Panglima Kostrad dan merangkap Panglima KOLAGA (Komando MandalaSiaga). Untung, Latief, Supardjo, adalah pimpinan kolektif G/30S yang mempunyai hubungan

baik secara pribadi dengan Soeharto.Dalam kondisi yang demikian itu, Soeharto memiliki empat jalur yaitu :(1) jalur Dewan Jenderal di mana ia sebagai salah satu anggotanya; dalam jalur ini Soehartodapat memantau rencana Dewan Jenderal mengadakan kup,(2) jalur Sujono, dan Dul Arief sebagai pelaksana G/30S,(3) jalur Latief, Untung dan Soeparjo, yaitu pimpinan kolektif G/3S, dan(4) jalur luar negeri dukungan Inggris dan Amerika yang ingin melenyapkan Bung Karno.Keempat jalur tersebut berhasil dikelola oleh Soeharto dkk untuk memenangkan pertandinganmerebut kekuasaan politik dari Bung Karno. Kemudian Soeharto melaksanakan kekuasaanpolitik yang didukung oleh Angkatan Darat, Inggris, dan Amerika. Modal asing mengalirmasuk ke Indonesia dengan dilindungi oleh Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UUPMA). Politik Ekonomi Berdikari (Berdiri di atas kaki sendiri) Soekarno runtuh diganti olehpolitik ekonomi liberal kapitalisme; berdaulat di bidang politik hancur, diganti oleh politikyang dihegemoni oleh imperlisme; kepribadian dalam kebudayaan hancur, diganti olehkebudayaan Barat individualistik dan liberalistik.10. Renungan FilsafatTidak ada kata terlambat dalam kamus politik. Yang ada adalah bahwa kegagalan adalah awaldari kemenangan. Bangsa Indonesia telah gagal membangun dirinya yaitu gagal berdikaridalam bidang ekonomi, berdaulat dalam bidang politik dan gagal berkepribadian dalam bidangkebudayaan. Kegagalan itu harus menjadi bahan pelajaran untuk menuju sukses dengan caramelakukan pendidikan politik bagi rakyat melalui kegiatan partai politik, kegiatan mahasiswa,dan kegiatan kaum cendekiawan. Ketiga elemen masyarakat itu harus bersatu padu mendidikrakyat agar rakyat sadar politik, kemudian mampu membebaskan diri dari belenggukemiskinan dan ketidakadilan, dan mampu membebaskan diri dari cengkeraman imperalisme(penjajahan dalam bentuk baru).Bagi PKI, kehancurannya itu disebabkan karena salahnya sendiri, karena penyakitsubyektivisme dalam bidang ideologi, avonturisme dalam bidang politik, dan legalismeliberalismedalam bidang organisasi. Ketiga jenis kesalahan itu yang membawa kehancuranPKI. Semua organisasi politik yang menderita tiga penyakit itu pasti akan hancur. Organisasipolitik yang mampu bertahan hidup adalah organisasi yang obyektif (memihak kepadakepentingan mayoritas rakyat) di bidang ideologi, garis perjuangan jelas dan konsistenmembela kepentingan sebagian besar rakyat di bidang politik, dan harus ada kristalisasi kaderdan disiplin tinggi di bidang organisasi.Sumber: PI, Indonesia - L Jakarta, 28 Februari 2001Date: 2005/12/6Section: PolitikThe URL for this article is: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=116Bertarung Melawan PembodohanHASTA MITRA: Bertarung Melawan PembodohanRazif*Menulis di bawah rezim represif adalah pekerjaan berat. Tidak semua orang melakukannya.Tapi menerbitkan buah pikiran yang direpresi dan menghadirkannya kepada publik di bawahrepresi adalah pekerjaan luar biasa. Apalagi jika yang melakukannya adalah kumpulan orangyang lebih dulu dianiaya dalam tahanan dan harus hidup sebagai �warga kelas dua� di negerisendiri. �Kami hadir saat Soeharto sedang kuasa-kuasanya,� kenang Joesoef Isak dengan

bangga.Kebanggaan yang patut kiranya. Ia adalah editor Hasta Mitra, yang didirikan bersama HasjimRachman dan Pramoedya Ananta Toer bulan April 1980. Selama 21 tahun berdiri, perusahaanpenerbit itu menyiarkan hampir seluruh karya Pramoedya yang ditulis di Pulau Buru danmencetak ulang sebagian karyanya sebelum ditahan, seperti Perburuan dan Panggil AkuKartini Saja.Usaha itu tentu bukan tanpa masalah. Di tahun 1980-an Orde Baru tengah mencapai puncakkejayaannya. Segala bentuk perlawanan, mulai dari PKI, kaum nasionalis, ulama sampaimahasiswa berhasil diredam dan kontrol militer berlaku di segala bidang. Kehidupan sosialbudayadirasuki semangat �penertiban dan penyeragaman�, di mana pikiran berbeda adalahancaman, dan mereka yang melakukannya bisa dianggap berkhianat terhadap bangsa dannegara.Sekeping Pernyataan DemokrasiAwalnya sederhana. Tahun 1973 Pramoedya yang ditahan di Pulau Buru diberi sedikitkeleluasaan untuk melanjutkan kerja kreatif. Hasrat lama untuk menyusun siklus sejarahIndonesia dalam bentuk cerita pun kembali ditekuninya. Dengan bahan yang serba terbatas iamulai menceritakan jilid pertama Bumi Manusia kepada tahanan yang lain di sawah-ladangmaupun barak penampungan. Baru dua tahun kemudian ia mulai menulis atas jasa beberapatahanan yang memperbaiki dan menyerahkan mesin tik tua Royal 440 untuknya.Hasjim Rachman, mantan pemimpin redaksi Bintang Timur, yang ikut menikmati kisah-kisahPramoedya suatu saat mendatanginya dan meminta izin untuk menerbitkannya setelah bebas.Pramoedya pun setuju. �Suatu persetujuan lisan, tanpa bukti, tanpa saksi. Tetapi di balik itukami berdua menyadari: penerbitan adalah sekeping pernyataan demokrasi,� tulis Pramoedyabeberapa tahun kemudian. Di tengah ketidakpastian nasib sebagai tahanan Orde Barupembicaraan berlanjut membahas rencana-rencana mewujudkan niat itu.Bulan April 1980 selepas dari tahanan, Hasjim dan Pramoedya menemui Joesoef Isak, mantanwartawan Merdeka yang belasan tahun mendekam di Rutan Salemba. Diskusi berkembang,dan kesepakatan dicapai untuk menyiarkan karya eks-tapol yang selama ini tidak mendapatsambutan dari penerbit lain. Awalnya mereka berniat tidak hanya menerbitkan karya tulis, tapijuga menyiarkan rekaman musik, lukisan dan hasil kerja kreatif lainnya. �Kami maumembuktikan kepada dunia bahwa dari Pulau Buru juga bisa lahir hal-hal yang positif, bukanhanya cerita sedih dan penderitaan saja,� kata Hasjim ketika itu.Pembagian kerja dimulai. Pramoedya terus menulis dan memperbaiki naskah-naskah yangdisusunnya selama di tahanan. Dua di antaranya, Mata Pusaran dan Oroh Ratusanagara,sampai sekarang tidak jelas nasibnya. Setelah keluar dari tahanan, naskah Ensiklopedi CitrawiIndonesia yang disusunnya bertahun-tahun jadi sasaran. Bulan September 1979 seorangkapten TNI-AL datang mengambil semua naskahnya dan setelah itu tak pernah kedengarankabarnya lagi. Joesoef bertindak sebagai editor berbekal pengalaman belasan tahun menjadiwartawan sekian suratkabar sebelum 1965, sementara Hasjim menangani segi usaha dankeuangan. Bulan Mei mereka sepakat menggunakan nama yang dicipta Pramoedya saat masihmendekam di tahanan, Hasta Mitra (Tangan Sahabat).Tidak banyak milik mereka sekeluar dari penjara. Rumah keluarga Joesoef di kawasan DurenTiga disulap jadi kantor dengan peralatan serba terbatas. Hanya ada satu mesin tik listrikOlivetti yang dipakai bergantian oleh Pramoedya dan Hasjim untuk menggarap pekerjaanmereka. �Modal awal kami ambil dari dapurnya Hasjim,� kenang Joesoef. Beberapa kerabat

dan sahabat yang simpati kemudian memberi tambahan modal sehingga Hasta Mitra bisamulai berjalan.Tetralogi Buru: Demokrasi Hasil Keringat SendiriNaskah pertama yang mereka pilih untuk diterbitkan adalah Bumi Manusia, jilid pertama darikisah pergerakan nasional Indonesia antara 1898-1918. Pramoedya kembali bekerja kerasmemilah tumpukan kertas doorslag yang berhasil diselamatkannya dari Pulau Buru. Hampirsemua naskah aslinya ditahan oleh penguasa kamp dan sampai hari ini belum dikembalikan.Dalam waktu tiga bulan ia berhasil menyalin kembali dan merajut tumpukan kertas lusuh yangdimakan cuaca menjadi naskah buku. Hasjim dan Joesoef sementara itu berkeliling menemuibeberapa pejabat pemerintah, termasuk wakil presiden Adam Malik, yang ternyatamemberikan sambutan baik.Awal Juli 1980 naskah Bumi Manusia dikirim ke percetakan Aga Press dengan harapan terbitmenjelang peringatan Proklamasi. Cetakan pertama keluar tanggal 25 Agustus, agak melesetdari harapan semula karena alasan teknis. Hari-hari yang sungguh berarti karena setelah sekiantahun kerja paksa dan setelah lepas dilarang bekerja, kini mereka menikmati hasil kerja sendiriyang pertama. Bagi Pramoedya penerbitan Bumi Manusia, seperti yang dicatatnya, berarti�suatu kebulatan tekad, keikhlasan, dan sekaligus ketabahan untuk memberikan saham padaperkembangan demokrasi di Indonesia � dan bukan demokrasi warisan sah kolonial,demokrasi hasil keringat sendiri�.Bumi Manusia memang pilihan yang tepat. Dalam waktu 12 hari sekitar 5.000 eksemplarhabis terjual. Hasjim sampai kewalahan melayani permintaan dari segala penjuru, termasukdari Malaysia, Belanda dan Australia. Iklan kecil yang dipasangnya di harian Kompas ditelanoleh berita dan tinjauan panjang-lebar dari sejumlah penulis. Walau mendapat pembayaranpenuh dari agen dan toko buku, cetakan kedua langsung dipesan.Dalam bulan November Hasta Mitra sudah membuat cetakan ketiga, dan berhasil menjualsekurangnya 10.000 eksemplar. Dan sambutan pun semakin ramai, mulai dari kritikus JakobSoemardjo dan Parakitri Simbolon sampai artis remaja Yessy Gusman yang menyebutnya�karya sastra yang terbagus saat ini.� Harian Angkatan Bersenjata yang dikelola Mabes ABRIpun menyebutnya sebagai �sumbangan baru untuk khasanah sastra Indonesia�.Pemasukan awal cukup lumayan sehingga Hasta Mitra bisa membenahi ruang kantornya danmempekerjakan 20 pegawai, yang hampir semuanya adalah eks-tapol. �Hasta Mitra memangtidak untuk cari untung, tapi juga menampung teman-teman yang kesulitan. Waktu itu banyakkantor yang tutup pintu kalau pelamarnya pernah mendekam di tahanan,� kata Joesoef.Seorang kerabat yang simpati memberi sumbangan mesin typeset CR-Tronics yang sangatcanggih untuk zamannya dan melengkapi beberapa perabot yang diperlukan.Keberhasilan pertama membuahkan bayangan indah di benak ketiganya. Niat untuk ikutmenyumbang pada perkembangan ilmu dan seni semakin membesar. �Mimpi saya sudahmacam-macam, bahkan kalau bisa punya koran lagi,� kata Joesoef. Tidak semua mimpinyaterwujud, terutama karena rezim Orde Baru mulai menganggapnya sebagai ancaman yangharus ditindak.Pelarangan: Bukan Hanya Membelenggu PikiranKeberhasilan Bumi Manusia sudah tentu membuat penguasa gerah. Dua hari sebelum cetakanpertama keluar, kantor Hasta Mitra ditelepon oleh Kadit Polkam Kejaksaan Agung. Petugasitu meminta agar buku itu tidak diedarkan sebelum ada clearance dari pihaknya. Permintaanyang aneh tentunya, karena menurut aturan Kejaksaan Agung hanya berwenang melarang

buku yang sudah diterbitkan. Pada pertengahan September Hasjim dipanggil oleh KejaksaanAgung. Tiga hari ia harus melayani pertanyaan para jaksa pemeriksa yang mengatakan bahwaBumi Manusia �mengandung teori Marxisme terselubung�, tanpa menjelaskan maksudnyatentu saja.Tidak ada kata putus. Sementara itu sejumlah tokoh masyarakat, sastrawan dan pejabatpemerintah mulai menyambut tuduhan kejaksaan. Dengan caranya sendiri-sendiri merekamembenarkan bahwa karya itu memang �mengandung ajaran Marxis� walau selalu gagalmenunjukkannya dengan jelas. �Saya heran kenapa banyak intelektual yang sebenarnya sadar,justru bungkam,� kenang Joesoef. Ia berulangkali bertemu dengan ilmuwan, sastrawan dantokoh kebudayaan yang mengaku �penggemar berat Pramoedya�, tapi tidak memberi pendapatapa pun ketika karyanya dilarang.Kejaksaan pun merangsak maju. Tidak puas dengan tuduhannya sendiri mereka mulai beralihmempersoalan status Pramoedya sebagai eks-tapol. Percetakan Ampat Lima yangmemproduksi Bumi Manusia pun jadi sasaran. Pemiliknya berulangkali dipanggil dan dimintaagar tidak mencetak terbitan Hasta Mitra. Redaktur media massa pun ditelepon agar tidakmemuat resensi apalagi pujian bagi karya Pramoedya.Tetap tidak ada keputusan resmi dan Hasta Mitra bergerak lagi mengeluarkan buku AnakSemua Bangsa. Sambutan pun makin meluas sampai ke daerah-daerah, dan beberapa penerbitdi luar negeri mulai menghubungi Hasjim dan Pramoedya, meminta izin menerbitkan edisibahasa asingnya.Reaksi pun semakin besar. Pertengahan April 1981 beberapa organisasi pemuda ciptaan OrdeBaru menggelar diskusi yang isinya mengecam karya Pramoedya. Hasil diskusi ini kemudiandisiarkan melalui media massa sebagai �bukti keresahan masyarakat�, modal penting bagiKejaksaan Agung untuk menetapkan larangan. Suratkabar pendukung Orde Baru seperti SuaraKarya, Pelita dan Karya Dharma mulai menerbitkan kecaman terhadap Bumi Manusia danpengarangnya.Sambutan yang semula baik mulai melemah. Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang akanmenyelenggarakan pameran buku tahunan, tiba-tiba mengirim surat pembatalan ke alamatHasta Mitra. Padahal sebelumnya panitia kelihatan sangat bergairah mengajak penerbit itumenjadi anggota dan turut serta dalam kegiatan-kegiatannya. Suratkabar yang semula simpatisemakin jarang memberi tempat dan bahkan beberapa tulisan yang siap naik cetak tiba-tibadibatalkan, hanya karena penulisnya memuji kedua karya Pramoedya.Masalah semakin jelas ketika tanggal 29 Mei 1981 Jaksa Agung mengeluarkan SK-052/JA/5/1981 tentang pelarangan Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Dalam surat ituantara lain disebutkan sepucuk surat dari Kopkamtib yang keluar seminggu sebelumnya, danRakor Polkam tanggal 18 Mei 1981. Pelarangan itu sepenuhnya adalah keputusan politik dantidak ada kaitannya dengan nilai sastra, argumentasi ilmiah serta alasan-alasan yangdikemukakan sebelumnya.Surat keputusan itu memperkuat persekutuan Orde Baru untuk menghantam Hasta Mitra. Paraperwira tinggi militer, termasuk Pangkopkamtib Soedomo, selalu menyempatkan diri untukberkomentar tentang karya Pramoedya. Sebelumnya di markas Kodam Jaya ada pertemuankhusus antara sastrawan dan intelektual yang memberi �landasan ilmiah dan kultural� kepadapejabat militer untuk mengomentari karya-karya Pramoedya. �Menariknya, ada juga di antaramereka yang di masa reformasi malah ikut-ikutan menyambut Pramoedya sebagai penulisbesar,� kata Joesoef sambil tersenyum.

Gempuran itu bukan hanya dirasakan Hasta Mitra. Bulan September 1981, penerjemah BumiManusia ke dalam bahasa Inggris, Maxwell Lane, yang juga staf kedutaan besar Australia diJakarta, dipulangkan oleh pemerintahnya. Perusahaan Ampat Lima yang mencetak keduakarya pertama juga akhirnya mundur karena tekanan dari Kejaksaan dan aparat keamanan.Akibatnya saat hendak menerbitkan Sang Pemula dan Jejak Langkah tahun 1985, Hasjimterpaksa mencari percetakan kecil di kawasan Kramat yang dikelola seorang ibu tua dan anakanaknya.Bagi Hasta Mitra yang �bermodal dengkul�, pelarangan itu adalah masalah serius. Semua agendan toko buku didatangi oleh Kejaksaan Agung yang menyita semua eksemplar BumiManusia dan Anak Semua Bangsa. Beberapa di antaranya malah mengambil inisiatifmenyerahkannya secara sukarela. Tapi anehnya sampai Agustus 1981, hanya ada 972eksemplar yang diterima oleh Kejaksaan Agung, dari sekitar 20.000 eksemplar yang beredar.Rupanya banyak agen dan toko buku yang malah memilih menjual eksemplar yang tersisa dibawah tangan. Masalahnya tak satu pun agen dan toko itu membayarnya kembali kepadaHasta Mitra, sehingga pendapatan mereka terus merosot. Pada pertengahan tahun 1980-antoko buku Hasta Mitra di Senen praktis menjadi satu-satunya tempat menjual terbitan merekasecara terbuka. Tapi karena hutang bertumpuk, akhirnya toko itu terpaksa ditutup. Niatmenerbitkan karya eks-tapol yang lain pun diurungkan. �Itulah esensi pelarangan buku-bukukami: untuk menghancurkan kegiatan Hasta Mitra secara politik maupun ekonomi,� kataJoesoef.Ekspansi di Tengah RepresiPelarangan demi pelarangan boleh jadi meredam sambutan di negeri sendiri, tapi tidakdemikian halnya di luar negeri. Hanya beberapa bulan setelah Bumi Manusia keluar, sejumlahpenerbit di Hongkong, Belanda dan Australia mendekati Hasta Mitra untuk mendapat hakterjemahan. Kesepakatan pun dibuat. Pramoedya sebagai penulis tetap mendapat royaltisementara Hasta Mitra hanya bertindak sebagai perantara. Penerbit Wira Karya di Malaysiaadalah yang pertama menerbitkan ulang Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa denganmembayar royalti sebesar 12% langsung kepada Pramoedya.Setelah kedua buku itu dilarang, Hasjim mulai berusaha menjual eksemplar yang masih tersisadi gudang ke luar negeri. Ia menghubungi sejumlah perpustakaan, pusat penelitian dan tokobuku, tapi tidak selalu mendapat tanggapan positif.Di tengah kesulitan lagi-lagi ada pertolongan dari beberapa sahabat yang mengumpulkanmodal 50.000 gulden untuk mendirikan cabang perusahaan di Amsterdam dengan namaterjemahan dalam bahasa Latin, Manus Amici. Penerbit dan toko buku itu terletak di pusatkota Amsterdam dan dikelola oleh Edi Tahsin, eksil Indonesia dari Tiongkok yang sejak 1977bermukim di Belanda. Bulan September 1981 ia menerbitkan terjemahan Bumi Manusiadalam bahasa Belanda, disusul oleh Anak Semua Bangsa.Tapi tidak semua kegiatannya berjalan mulus. Di Belanda, Manus Amici tidak hanyamenerbitkan buku. Banyak dana yang dikirim dari Jakarta ternyata habis untuk membantupara eksil, mulai dari menyeberangkan mereka di perbatasan negara Eropa Barat sampaimengurus paspor dan izin tinggal.Hasil penjualan buku dalam bahasa asing pun banyak disalurkan untuk kegiatan seperti itusehingga modalnya tidak pernah berkembang. �Memang sejak awal Hasta Mitra punya misimembantu teman-teman yang kesulitan. Untung itu perkara nomer dua,� kata Joesoef. Modalawal sebesar 50.000 gulden pun amblas dalam waktu beberapa tahun, dan Manus Amici pun

gulung tikar. Dan selanjutnya penerbitan dalam bahasa asing � saat ini karya Pramoedya sudahditerbitkan sekurangnya dalam 12 bahasa � ditangani langsung dari kantor di Jakarta.Di samping itu ada juga penerbit yang menerbitkan karya Pramoedya tanpa membayar royaltisesen pun. Di Malaysia misalnya penerbit Abbas Bandung mengeruk untung cukup besar daripenjualan karya Pramoedya, termasuk Keluarga Gerilya yang sejak tahun 1970-an menjadibacaan wajib di sekolah menengah. Pertengahan 1987 karena jengkel Pramoedya pernahmenuntut penerbit Pustaka Antara pimpinan Datuk Aziz Ahmad karena dianggap tidakmembayar royalti seperti seharusnya.Sekalipun harus menanggung rugi, para pendiri Hasta Mitra merasakan banyak �keuntungan�lain. Konsep �tangan sahabat� berkembang karena banyak aktivis yang membantumenyalurkan buku-buku terbitannya, mengadakan diskusi dan bahkan menggunakan hasilpenjualan untuk membiayai penerbitan mereka sendiri. Di samping itu juga ada keluarga ekstapolyang bisa mereka bantu seadanya menghadapi tekanan yang hebat secara ekonomi,sosial maupun politik.Tanpa direncanakan sebelumnya, dalam waktu beberapa tahun jaringan distribusi danpembaca buku terbitan Hasta Mitra terbentuk. Bagi aktivis mahasiswa di zaman itu membacaterbitan Hasta Mitra menjadi semacam �syarat pergaulan� dan bahkan bacaan wajib untukmereka yang tertarik pada nasib negerinya. �Itulah sumbangan Hasta Mitra bagi gerakandemokrasi. Di samping menyumbang gagasan tentang sejarah bangsa ini, terbitan kami jugabisa digunakan oleh orang lain untuk mengembangkan kegiatannya sendiri,� kata Joesoef.�Hasta Mitra mungkin satu-satunya penerbit yang bisa bertahan 21 tahun tanpa melakukanakumulasi modal. Dan memang karena bukan itu kehendak kami.�Menjadi Penerbit GerakanSejak awal para pendiri tidak terlalu peduli masalah administrasi. Dunia penerbitan bagimereka adalah bagian dari perjuangan. Di tahun pertama-tama pernah juga seorang pejabatBNI menawarkan kredit ringan karena melihat prospek usaha yang cerah. Ada juga yayasanbesar yang tertarik untuk memberikan dana. Tapi semuanya mundur teratur setelah laranganpertama dijatuhkan oleh Jaksa Agung.Uluran �tangan sahabat� ternyata lebih banyak disambut oleh komunitas aktivis pro-demokrasidan kalangan intelektual dan pekerja kreatif yang terlibat maupun bersimpati pada perjuanganitu. Dari segi bisnis, menurut Hasjim, yang paling berjasa menyebarkan terbitan Hasta Mitraadalah agen dan toko buku kecil. Perusahaan mapan lainnya baru mulai nimbrung setelahSoeharto turun tahun 1998. Sebuah penerbit besar yang terkenal di Jakarta dalam tahunpertama �reformasi� bahkan ingin membeli hak cipta karya Pramoedya dari Hasta Mitra.�Tapi setelah keadaan mulai berbalik, dan serangan-serangan terhadap buku kiri mulai terjadi,mereka mundur teratur,� ujar Joesoef sambil tertawa.Banyak juga kalangan yang menganggap Hasta Mitra bisa mengeruk untung besar setelahpembatasan terhadap terbitan mereka dilonggarkan. �Itu tidak betul,� kata Joesoef. �Buktinyadalam tahun pertama setelah Soeharto jatuh, kami tidak menerbitkan satu eksemplar pun.Karena uangnya tidak ada.� Baru akhir 1999 mereka mulai bangkit dengan menerbitkan ArokDedes, bekerjasama dengan sebuah perusahaan percetakan di Yogyakarta. Dengan kerjasamaini untuk pertama kalinya Hasta Mitra bisa membayar royalti Pramoedya sebesar 17,5% dimuka.Bulan Oktober 1999 Hasjim Rachman meninggal dunia setelah bertarung melawan kanker ditenggorokannya selama beberapa tahun. Setelah itu semua kegiatan penerbitan, mulai dari

penyuntingan naskah, lay-out, mengurus percetakan dan distribusi ditangani sendiri olehJoesoef Isak. �Padahal urusan duit, aku lebih ceroboh dari Hasjim,� katanya. Ditambah lagikebiasaannya memberi bantuan ke sana-sini sehingga kadang uang dapurnya sendiri terbawabawa.Beberapa kerjasama pun dijajaki, antara lain dengan QB Books dan Equinox Publishing,walau masih tersendat-sendat. Perjalanan keliling ke Amerika Serikat dan beberapa negaraEropa juga membuahkan hasil, antara lain bantuan modal. Di usia 73 tahun ia masihbersemangat dan terus memikirkan cara mengembangkan Hasta Mitra sebagai penerbitgerakan untuk menegakkan demokrasi dengan keringat sendiri