bab ii landasan teori - library & knowledge...

23
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Efisiensi pada dasarnya adalah rasio antara output dengan input. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar menghasilkan output yang lebih besar lagi (Suswandi, 2007). Efisiensi pada umumnya dikaitkan dengan kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Efisiensi menggambarkan perbandingan antara input dan output. Wirapati (1976) mendefinisikan efisiensi sebagai usaha untuk mencapai hasil maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, efisiensi dapat ditinjau dari dua segi yaitu hasil yang telah dicapai dan usaha yang telah dilakukan. Menurut Djojohadikusumo (1991) efisiensi ditafsirkan sebagai cara alokasi penggunaan sumber daya yang paling optimal yang dapat memberikan kepuasan yang lebih besar bagi semua masyarakat. Nicholson (2002) menyatakan bahwa efisiensi ditujukan untuk menjelaskan suatu situasi pengalokasian sumber daya atau input untuk menghasilkan output. Efisiensi memiliki tiga manfaat, yaitu sebagai tolak

Upload: doanque

Post on 16-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

 

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Efisiensi

Pengertian efisiensi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang

berbeda. Efisiensi pada dasarnya adalah rasio antara output dengan input.

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan

input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang

lebih kecil menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar

menghasilkan output yang lebih besar lagi (Suswandi, 2007).

Efisiensi pada umumnya dikaitkan dengan kinerja suatu organisasi

atau perusahaan. Efisiensi menggambarkan perbandingan antara input dan

output. Wirapati (1976) mendefinisikan efisiensi sebagai usaha untuk

mencapai hasil maksimal dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia. Dengan demikian, efisiensi dapat ditinjau dari dua segi yaitu hasil

yang telah dicapai dan usaha yang telah dilakukan. Menurut

Djojohadikusumo (1991) efisiensi ditafsirkan sebagai cara alokasi

penggunaan sumber daya yang paling optimal yang dapat memberikan

kepuasan yang lebih besar bagi semua masyarakat.

Nicholson (2002) menyatakan bahwa efisiensi ditujukan untuk

menjelaskan suatu situasi pengalokasian sumber daya atau input untuk

menghasilkan output. Efisiensi memiliki tiga manfaat, yaitu sebagai tolak

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

 

ukur dalam memperoleh efisiensi relatif agar mempermudah

perbandingan, sebagai cara untuk mengetahui faktor-faktor penentu

perbedaan tingkat efisiensi jika terdapat variasi tingkat efisiensi sehingga

dapat menemukan solusi yang tepat, dan sebagai landasan penentu

kebijakan.

Tingkat efisiensi dapat diukur dengan dengan indikator yang

dihitung dari rasio antara nilai tambah (value added) dengan nilai output.

Semakin tinggi nilai rasio nilai tambah, maka semakin tinggi tingkat

efisiensi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan jumlah biaya output yang

digunakan untuk menghasilkan suatu unit output semakin rendah. Sebuah

organisasi atau perusahaan dapat dikatakan efisien bila dapat

menghasilkan output dalam jumlah yang lebih banyak dengan

menggunakan input dalam jumlah yang sama atau dapat menghasilkan

output dalam jumlah yang sama dengan mengurangi jumlah input yang

digunakan.

Efisiensi dibagi menajdi dua bagian, yaitu efisiensi produktif dan

efisiensi alokatif. Untuk mencapai efisiensi produktif, harus dipenuhi dua

syarat, yaitu pertama, untuk setiap tingkat produksi, biaya yang

dikeluarkan adalah yang paling minimum. Untuk menghasilkan suatu

tingkat produksi digunakan berbagai faktor produksi. Kombinasi faktor

produksi yang paling efisien adalah kombinasi yang menyebabkan

peneluran biaya paling sedikit. Syarat kedua adalah perusahaan harus

mampu berproduksi pada biaya yang rat-rata paling rendah dalam industri.

Dalam kondisi ini, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan mencapai

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

 

tingkat efisiensi produksi yang paling minimal. Sedangkan efisiensi

alokatif berkaitan dengan alokasi sumber-sumber daya ke berbagai

kegiatan ekonomi atau produksi. Penilaian terhadap efisiensi ini meliputi

apakah alokasi sumber-sumber daya tersebut telah mencapai tingkat

maksimum atau belum. Tercapainya efisiensi ini dipenuhi dengan syarat

apabila harga setiap barang sama dengan biaya marginal untuk

memproduksi biaya tersebut (Sukirno, 2002).

2.1.1. Pengukuran Tingkat Efisiensi

Pengukuran efisinesi relatif diawali oleh Farrel (1957) yang

membandingkan pengukuran relatif untuk sistem dengan multi

input dan multi output, selanjutnya dilakukan pengembangan oleh

Farrel dan Fieldhouse (1962) dengan menitikberatkan pada

penyusunan unit empiris yang efisien sebagai rataan dengan bobot

tertentu dari unit-unit yang efisien dan digunakan sebagai

pembanding untuk unit yang tidak efisien, dimana koefisiensinya

telah ditentukan terlebih dahulu melalui observasi berdasarkan

sampel dari industri yang terkait.

Efisiensi dapat diukur melalui berbagai pendekatan, mulai

dari pendekatan dengan metode yang mudah seperti cost-to-yields-

ratio sampai dengan perhitungan yang lebih rumit dengan

menggunakan teknik perhitungan seperti Data Envelopment

Analysis (DEA), Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan

Distribution Free Approach (DFA). Worthington dan Dollery

(2000) mengemukakan bahwa paling tidak ada empat pendekatan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

 

yang dapat digunakan dalam menganalisis efisiensi. Pendekatan-

pendekatan tersebut adalah Deterministic Frontier Approach

(DFA), Stochastic Frontier Analysis (SFA), Data Envelopment

Analysis (DEA) / DEA approach dan Free Disposal Hull (FDH) /

FDH approach.

Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) adalah sebuah

metode parametrik, SFA mengasumsikan bahwa semua entitas

adalah tidak efisien. SFA juga menghitung adanya noise. SFA

dapat digunakan untuk pengujian hipotesis. SFA juga dapat

digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dan perubahan TFP

(jika berupa data panel). Selain itu metode SFA juga dapat

digunakan untuk mengukur data panel dan cross-section. Namun

metode SFA memiliki kelemahan yaitu misalnya SFA

mensyaratkan spesifikasi bentuk fungsi dan bentuk distribusi unit

yang tidak efisien. Dengan penggunaan informasi harga disamping

kuantitas, kesalahan pengukuran tambahan mungkin dimasukan

dalam hasil. Unit yang tidak efisien merupakan hasil perhitungan

efisiensi teknis dan alokatif. Kedua sumber ketidakefisienan ini

dapat dipisahkan. Untuk metode SFA tidak akan dijelaskan lebih

lanjut didalam penelitian ini.

Sedangkan untuk metode Data Envelopment Analysis

(DEA) adalah suatu pendekatan non-parametrik yang

membandingkan entitas yang sama, misalnya DMU, terhadap

virtual terbaik dari DMU. DEA biasanya dimodelkan sebagai

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

10 

 

model pemrograman linear (LP) yang memberikan skor efisiensi

relatif untuk setiap DMU. Keuntungan yang paling menarik dari

DEA adalah, bukan merupakan pendekatan parametrik seperti

analisis regresi/regression analysis (RA), bahwa DEA

mengoptimalkan setiap pengamatan individu dan tidak

memerlukan fungsi tunggal yang paling sesuai dengan semua

pengamatan (Kongar et al , 2010).

2.2. Proses Bisnis

Menurut Weske (2007, p50) sebuah proses bisnis terdiri dari

serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam koordinasi dalam lingkungan

organisasi dan teknis. Kegiatan ini bersama-sama mewujudkan tujuan

bisnis. Setiap proses bisnis yang telah ditetapkan oleh organisasi tunggal,

tetapi dapat berinteraksi dengan proses bisnis yang dilakukan oleh

organisasi lain.

Sedangkan menurut Aguilar dan Olhger (2002) proses bisnis

merupakan elemen kunci saat terintegrasi dengan sebuah perusahaan.

Aguilar (2004) menekankan bahwa proses bisnis berhubungan erat dengan

perusahaan untuk menentukan jalan mana yang dipilih untuk mencapai

keberhasilan.

Selanjutnya difinisi dari proses bisnis dikemukakan juga oleh

Laguna dan Marklud (2005) yang mengatakan bahwa proses bisnis dengan

cara yang komperhensif yaitu, sebuah proses bisnis adalah sebuah jaringan

yang saling terhubung dengan aktifitas dan penyangga yang dengan baik

menentukan batas dan membuat sebuah hubungan, dimana memanfaatkan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

11 

 

sumber daya untuk mengubah input menjadi output dengan tujuan

memberi kepuasan kepada customer. Sehingga dapat disimpulkan difisini

dari proses bisnis itu sendiri adalah kumpulan aktifitas yang memproses

input menjadi output yang memberikan suatu nilai bagi perusahaan.

Menurut Devenport (1993) proses bisnis merupakan aktivitas yang

terukur dan terstruktur untuk memproduksi output tertentu untuk kalangan

pelanggan tertentu. Terdapat di dalamnya penekanan yang kuat pada

“bagaimana” pekerjaan itu dijalankan di suatu organisasi, tidak seperti

fokus dari produk yang berfokus pada aspek “apa”. Suatu proses oleh

karenanya merupakan urutan spesifik dari aktivitas kerja lintas waktu dan

ruang, dengan suatu awalan dan akhiran, dan secara jelas mendefinisikan

input dan output. Menurut Hammer (1993) proses bisnis adalah kumpulan

aktivitas yang membutuhkan satu atau lebih inputan dan menghasilkan

output yang bermanfaat/bernilai bagi pelanggan.

Dalam suatu artikel yang dipublikasikan dari perusahaan PT.

Pertamina (2010) mengatakan bahwa proses bisnis merupakan inti dari

seluruh aktivitas pada suatu perusahaan atau organisasi. Untuk mencapai

tujuan perusahaan, proses bisnislah yang akan memberdayakan seluruh

sumber daya yang ada pada perusahaan. Tapi yang perlu diketahui adalah

bahwa setiap bisnis memiliki proses masing-masing yang unik, sesuai

dengan karakteristik dari perusahaan dan bidang usahanya, seperti proses

pembuatan produk ataupun layanan baru, pengadaan supply, menjawab

pertanyaan pelanggan, ataupun rekruitasi karyawan baru, yang tentunya

memiliki perbedaan karekteristik tersendiri untuk setiap perusahaan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

12 

 

Manajemen proses bisnis yang efektif dan efisien dapat

menghasilkan nilai-nilai kompetitif bagi perusahaan. Proses bisnis yang

dikelola dengan baik akan mampu menumbuhkan peluang. Namun

perusahaan terkadang kurang memahami dan tidak mampu mengontrol

proses bisnis yang dimilikinya. Pihak manajemen mungkin telah berhasil

membuat prosedur yang ideal untuk menjalankan proses bisnisnya, tapi

pada kenyataannya, implementasi di lapangan dapat sangat berbeda dari

apa yang telah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan suatu proses

bisnis kadang terjadi redundansi, ketidakefisienan, stagnasi, dan berbagi

kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

Bisnis yang tidak tangkas dalam mengontrol proses bisnis yang

dimilikinya cenderung akan menghalangi usaha perusahaan dalam

mencapai sasaran yang diinginkan.

2.3. Data Envelopment Analysis (DEA)

Menurut Ramanathan (2003, p25), DEA merupakan suatu teknik

berbasis program linier untuk menghukur efisiensi unit organisasi yang

dinamakan Decision Making Unit (DMU). Sedangkan menurut

Purwantoro (2005, p13), DEA adalah suatu teknik pemrograman

matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi realtif dari sebuah

kumpulan unit-unit pembuat keputusan (DMU) dalam mengelolah sumber

daya (input) sehingga menjadi hasil yang (output) dimana hubungan

bentuk fungsi dari input ke output tidak diketahui.

Kemudian pengertian tentang metode DEA ini dikemukakan juga

oleh Thanassoulis (2001) yang mendefinisikan DEA sebagai suatu metode

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

13 

 

yang dapat digunakan untuk menukur efisiensi komparatif dari suatu unit

operasi homogen seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Sedangkan

menurut Cooper, Seiford dan Tone (2002, p2), DEA menggunakan teknis

program matematis yang dapat menangani vaiabel dan batasan yang

banyak, dan tidak membatasi input dan output yang akan dipilih karena

teknis yang dipakai dapat mengatasinya. DMU adalah organisasi-

organisasi atau entitas-entitas yang akan diukur efisiensinya secara relatif

terhadap sekelompok entitas lainnya yang homogen. Homogen berarti

input dan output dari DMU yang dievaluasi harus sejenis/sama. DMU

dapat berupa entitas komersial maupun publik, seperti bank komersial atau

pemerintah, sekolah swasta atau negeri, rumah sakit dan sebagainya.

2.3.1. Konsep Dasar DEA

DEA merupakan pengembangan programasi linier yang

didasarkan pada suatu teknik pengukuran kinerja relatif dari

sekelompok unit yang terdiri dari input dan output. Metode DEA

dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial

maupun regresi berganda. DEA merupakan prosedur yang

dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu

decision making unit (DMU) yang menggunakan banyak input dan

juga output. Dalam DEA efisiensi relatif DMU dapat didefinisikan

sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi dengan total input

tertimbangnya.

Inti dari metode DEA yaitu menentukan bobot (weights)

untuk setiap input dan output dari DMU. Dimana bobot tersebut

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

14 

 

memiliki sifat yang tidak bernilai negatif dan bersifat universal,

dalam artian setiap DMU dalam sampel yang ada harus dapat

menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi

rasionya (total weighted output/total weighted input) dan rasio

tersebut tidak boleh lebih dari satu (total weighted output/total

weighted input ≤ 1).

Asumsi yang dimiliki DEA bahwa setiap DMU akan

memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize

total weighted output/total weighted input). Karena setiap DMU

menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan

kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap DMU akan

memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman

tersebut. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis

dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk

memaksimumkan efisiensi dari suatu DMU itu sendiri.

2.3.2. Model DEA

Model dari DEA, Dalam perkembangannya, DEA

mengalami modifikasi yang pertama kali diperkenalkan oleh

Banker, Charnes, dan Cooper (1984), sehingga modelnya dikenal

dengan model BCC. Dimana berbeda dengan model CCR yang

menggunakan asumsi constant return to scale (CRS), model BCC

menggunakan asumsi variable return to scale (VRS). Asumsi CRS

sendiri mensyaratkan suatu DMU dapat mampu menambah atau

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

15 

 

mengurangi input dan outputnya secara linier tanpa mengalami

kenaikan atau penurunan nilai efisiensi. Sedangkan asumsi dari

VRS yaitu tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu

DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya

kenaikan (increasing returns to scale/IRS) dan penurunan

(decreasing returns to scale/DRS) dari nilai efisiensi.

Biasanya asumsi CRS cocok digunakan pada saat semua

DMU bekerja pada kapasitas optimal (skala ekonomis). Namun,

pada kenyataannya banyak kondisi yang menyebabkan suatu

produksi tidak bekerja optimal. Oleh karena itu, model BCC lebih

tepat digunakan dalam kondisi ini. Dengan menggunakan model

CCR dan BCC, efisiensi yang dihitung menggukanan metode DEA

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu efisiensi teknis (techincal

eficiency) dan efisiensi skala (scale efficiency).

DEA dengan model CCR dapat mengestimasi nilai efisiensi

kotor (gross efficiency) dari sebuah DMU. Efisiensi ini terdiri dari

efisiensi teknis dan efisiensi skala. Efisiensi teknis menjelaskan

efisiensi suatu DMU dalam mengubah input menjadi output.

Sedangkan efisiensi skala menunjukkan bahwa skala ekonomi

tidak dapat dicapai pada semua tingkatan skala produksi, sehingga

hanya terdapat satu ukuran skala yang paling produktif (most

productive scale size/MPSS), dimana efisiensi skala akan

maksimum, yaitu sebesar 100 persen. DEA dengan model BCC

menghitung perubahan nilai efisiensi yang didasarkan pada skala

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

16 

 

operasi. Oleh karena itu, model BCC menghitung efisiensi teknis

yang murni (pure technical efficiency).

2.3.3. Keunggulan dan Kelemahan DEA

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang digunakan

untuk mengukur efisiensi relatif ini memiliki kelebihan

dibandingkan metode tradisional ekonometri dalam mengukur

efisiensi. Sebagai metode non-parametrik salah satu kelebihan

DEA adalah tidak membutuhkan asumsi mengenai bentuk fungsi

produksi tertentu untuk menghubungkan antara input dan output.

Oleh karena itu probabilitas kesalahan spesifikasi berkaitan dengan

teknologi produksi sama dengan nol. Namun kekurangan DEA

sebagai metode non-parametrik adalah sensitifnya terhadap

masalah kesalahan pengukuran. Jika terjadi kesalahan pengukuran

pada observasi bukan pada batasan (frontier) yang diestimasi,

maka kesalahan ini akan masuk dalam skor efisiensi. Jika terjadi

kesalahan acak (random error) pada observasi pada frontier, maka

kesalahan ini akan masuk pada skor efisiensi seluruh observasi

yang diukur relatif terhadap observasi pada frontier sebelumnya

(Elvira, 2012, p37).

Selain itu terdapat beberapa kelebihan metode DEA

dibandingkan dengan metode-metode lain yang dimukakan oleh

Purwantoro (2005), yaitu :

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

17 

 

1) Model DEA dapat mengukur banyak variabel input dan

variabel output.

2) Tidak diperlukan asumsi hubungan fungsional antara variabel-

variabel yang diukur.

3) Variabel input dan output dapat memiliki satuan pengukuran

yang berbeda.

Kelebihan lain juga dikemukakan oleh Trick (1996), yaitu :

1) DEA tepat untuk model yang mempunyai banyak input dan

output.

2) Fungsi persamaan/pertidaksamaan dari DEA tidak memerlukan

asumsi yang berkaitan dengan input dan output-nya.

3) Unit yang diukur akan dibandingkan secara langsung dengan

unit-unit yang dievaluasi input dan output dapat mempunyai

satuan yang berbeda.

Dalam buku lain yaitu yang ditulis oleh Makmun (2002)

berpendapat, walaupun analisis DEA memiliki banyak kelebihan

dibandingkan analisis rasio parsial dan analisis regresi, DEA

memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1) DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan

dapat diukur (demikian pula dengan analisis rasio dan regresi).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

18 

 

Kesalahan dalam memasukkan input dan output akan

memberikan hasil yang bias.

2) DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik

dengan unit lain dalam tipe yang sama. Tanpa mampu

mengenali perbedaan-perbedaan tersebut, DEA akan memberi

hasil yang bias.

3) Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi constant return to

scale (CRS). CRS menyatakan bahwa perubahan proporsional

pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan

proporsional yang sama pada tingkat output.

4) Bobot input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat

ditafsirkan dalam nilai ekonomi.

Kelemahan metode DEA menurut Purwantoro (2003) adalah :

1) Bersifat simpel spesifik.

2) Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran

dapat berakibat fatal.

3) DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi realtif DMU tetapi

sangat lambat untuk mengukur efisiensi absolut dengan kata

lain bisa membandingkan sesama DMU tetapi bukan

membandingkan maksimisasi secara teori.

4) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

19 

 

5) Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk

tiap DMU (perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi

untuk masalah berskala besar).

6) Bobot dan input yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat

ditafsirkan dalam nilai ekonomi.

2.4. Enterprise Resource Planing (ERP)

Sistem ERP adalah sistem yang paling berkembang pesat dalam

organisasi saat ini. Sistem ERP telah muncul sebagai respon terhadap

transformasi besar dalam bisnis disebabkan oleh permintaan dari para

klien, pilihan yang lebih luas dan harga yang lebih rendah. Faktor-faktor

lain seperti globalisasi, dibutuhkan standardisasi proses dan harapan yang

sangat berubah dari pelanggan, juga berpartisipasi dalam transformasi

bisnis. Sistem ERP telah bekerja di organisasi besar maupun kecil-

menengah karena sistem ini kemampuan untuk secara efisien menjawab

tantangan ini. (Botta, 2006, p204).

Sistem ERP memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan

berbagai proses di area fungsional yang berbeda dalam upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi dan untuk mempertahankan daya

saing mereka. ERP bukan teknologi baru, seperti; penetrasi pasar di dalam

organisasi besar cukup besar. Sistem ERP telah banyak digunakan di

negara-negara berkembang di seluruh dunia untuk mengotomatisasi dan

merampingkan proses bisnis untuk mencapai keunggulan kompetitif

global. (Ramburn, 2013, p215).

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

20 

 

Menurut Leon (2007) ERP melingkupi teknik dan konsep yang

diterapkan untuk mengintegrasikan manajemen proses bisnis sebagai

sebuah kesatuan. Dilihat dari sudut pandang keberhasilan manajemen

penggunaan sumber daya, ERP bertujuan untuk meningkatkan

ketepatgunaan dari sebuah perusahaan.

2.6.1. Latar Belakang Enterprise Resource Planing (ERP)

Sistem ERP adalah sistem software untuk membantu dan

untuk mengotomatisasi proses bisnis, memberikan real time dan

informasi perusahaan secara akurat untuk pengambilan keputusan.

ERP mempunyai sejarah yang panjang pada evolusinya.

Production scheduling, materia ordering, dan sistem product

shipment berkembang dari sistem reorder point yang bersifat

manual ke computerize Materials Requirement Planning (MRP)

kemudian berkembang menjadi sistem Manufacturing Resource

Planning (MRP-II) yang mengintegrasikan MRP dan capacity

requiremen planning ke Manufacturing Execution Systems (MES)

yang kemudian terintegrasi dengan MRP-II dan shop floor lalu

sistem device control dan pada akhirnya ke ERP sistem. SAP

R/3 me r u p ak an modul dan sub-modul y a n g mencakup sales

dan distribusi. Material management, warehouse management,

quality management, production planning untuk proses industri,

financial accounting, controlling, project system dan office

communication yang diharapkan untuk mengurangi inventories,

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

21 

 

kenaikan cash management dan mengurangi biaya operational

(Vemuri, 2006).

2.6.2. Kelebihan dan Kekurangan ERP

ERP juga ditemukan efektif dalam mengurangi biaya

persediaan, meningkatkan efisiensi, dan peningkatan

profitabilitas. Selain itu, ERP telah diakui dengan mengurangi

manufacturing lead times. Manfaat potensial lainnya, ERP

dapat melakukan penurunan drastis dalam persediaan, terobosan

dalam pengurangan working capital, informasi tentang kebutuhan,

kebutuhan pelanggan serta kemampuan untuk melihatnya,

perluasan pengelolaan perusahaan pemasok, aliansi dan pelanggan

sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Jelas, teknologi

informasi terpadu dari software ERP memiliki potensi untuk

menyediakan perusahaan manufaktur untuk melakukan perluasan

kemampuan kompetitif yang baru, terutama karena informasi yang

real-time dapat meningkatkan kecepatan dan presisi dengan respon

perusahaan. Implementasi ERP tidak datang tanpa tantangan

teknis dan manajerial yang signifikan, investasi keuangan yang

besar, dan banyak perubahan pada organisasi. Masalah

operasional di Hershey Foods, Whirlpool, FoxMeyer Drugs, dan

baru-baru ini Hewlett Packard, telah disalahkan pada buruknya

implementasi solusi ERP. ERP juga memiliki reputasi sebagai

terkenal over-sold dan under-delivered. Melaporkan bahwa 65%

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

22 

 

dari eksekutif percaya bahwa ERP bisa berbahaya bagi organisasi

mereka. (Muscatello, 2008).

2.5. Pemilihan Variabel Input dan Output

Kesulitan utama dan yang paling sering dihadapai dalam aplikasi

DEA adalah bagaimana cara memilih variabel input dan output. Kriteria

yang diterapkan untuk pemilihan input dan output sangat subjektif. Hal ini

disebabkan tidak ada aturan yang spesifik dalam menentukan pemilihan

variabel input dan juga output. Namun demikian, menurut Ramanathan

(2003) menyarankan beberapa petunjuk dalam melakukan pemilihan input

dan output. Umumnya input didefinisikan sebagai sumber daya yang

dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang mempengaruhi kinerja dari

DMU, sementara output merupakan keuntungan (benefit) yang dihasilkan

sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.

Dalam setiap penelitian dengan menggunakan meotde DEA,

menentukan input dan output secara benar sangatlah penting. Beberapa

aturan rule of thumb dapat membantu dalam menentukan jumlah yang

ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat jumlah input dan output

meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan memperoleh tingkat

efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu khusus untuk

dievaluasi terhadap unit lain.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

23 

 

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Huijsman (2011, p1-3)

bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan implementasi sistem ERP

yang sering tidak berhasil dengan menggunakan pandangan dari proses

bisnis manajemen. Hal ini dilakukan dengan melihat faktor-faktor dari

keberhasilan implementasi ERP. Implementasi sistem ERP yang tidak

berhasil disebabkan karena proses bisnis yang tidak efisien. Dari hasil

penelitian yang diperoleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan implementasi ERP terhadap proses bisnis yang ada.

Diantaranya Top management support, Project champion, Education on

new business processes, Project team competence, Vendor support, BPR,

Interdepartmental cooperation, Careful package selection, Minimal

customization, Clear goals and objectives, Data analysis and conversion,

Architecture choices, Project management, Dedicated resources, Change

management, Interdepartmental communication, Steering committee,

Vendor partnership, Management of expectations, User training, and

Vendor’s tools.

Selain itu penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Rabaa'i

(2009, p8) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi implementasi sistem ERP pada sektor pendidikan tinggi.

Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan proses bisnis yang pada

perguruan tinggi tersebut. Faktor-faktor yang diperoleh dari penelitian ini

yaitu Top management commitment and support, Change management,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

24 

 

Project management, BRR and system’s customisation, Training, ERP

team composition, Visioning and planning, Consultant selection and

relationship, Communication plan, ERP system selection, ERP systems

integration and Post-implementation evaluation.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Castellina (2013, p5)

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara proses bisnis dengan

implementasi ERP. Setalah dilakukan penelitian maka diperoleh beberapa

faktor yang mempengaruhi proses bisnis pada suatu perusahaan yaitu

process in place to ability manage non-compliance, and recall event

across the enterprise, ability to alert users of process deviations and

centralized repository of work instruction.

Literatur yang secara khusus membahas bisnis proses dan

implementasi ERP tidak begitu banyak diantaranya, penelitian yang

pernah dilakukan oleh Law et al (2007, p388) untuk mengeksplorasi

hubungan antara keberhasilan ERP, BPI dan variabel organisasi tertentu

dengan menggunakan sampel dari perusahaan yang beroperasi di Asia

(Hong Kong). Dengan kata lain, penelitian ini mencoba untuk menyajikan

model faktor utama organisasi yang harus dikelola dengan baik untuk

sukses dalam mengadopsi sistem ERP.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Amirteimoori (2012, p117)

adalah membantu pengambilan keputusan dalam membedakan antara

keputusan yang efisien dan tidak efisien dengan menggunakan metode

DEA. Dalam beberapa kasus model DEA standar tidak dapat memberikan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

25 

 

informasi secara detail tentang DMU yang efisien. Oleh karena itu, hasil

dari penelitian ini adalah mengusulkan sebuah metodologi yang dapat

memberikan informasi secara detail tentang masing-masing DMU yang

diukur, yaitu super-efisiensi model DEA.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dezdar (2011, p911)

bertujuan untuk menguji faktor–faktor didalam organisasi seperti

dukungan top-level manajemen, pelatihan dan pendidikan, dan juga

komunikasi yang dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem

ERP di Iran. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah top-level

manajemen harus memberikan dukungan penuh dalam implementasi

sistem ERP agar implementasi yang dilakukan menjadi suskses,

manajemen juga harus mengkomunikasikan dan memberikan pemahaman

tentang ERP diseluruh depertemen perusahaan. Kemudian pelatihan dan

pendidikan menjadi hal yang sangat penting didalam keberhasilan

implementasi sistem ERP, pelatihan dan pendidikan harus diberikan

kesemua karyawan yang menggunakan sistem ERP agar mereka mampu

menggunakan sistem tersebut secara efisien dan efektif sehingga dapat

mempengaruhi kesusksesan implementasi sistem ERP.

Penelitian yang berhubungan dengan dampak penerapan sistem

ERP terhadap proses bisnis, belum pernah ada yang meneliti. Sehingga

penelitian ini merupakan yang pertama dilakukan yaitu dengan

menganalisa dampak penerapan sistem ERP terhadap proses bisnis pada

suatu perusahaan. Penelitian ini, akan menggunakan suatu metode

pengukuran efisiensi yaitu metode DEA (Data Envelopment Analyst).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

26 

 

2.6.1. Pemetaan Jurnal

Berikut ini pemetaan jurnal yang telahdi paparkan pada subbab sebelumnya yang berhubungan dengan penelitan ini.

Tabel 1. Pemetaan Jurnal

No. Judul Jurnal Deskripsi Metodologi Hasil

1. Huijsman K. and Noordveld P. (2011). BPM based ERP

implementation.

Meningkatkan keberhasilan implementasi sistem ERP yang

sering tidak berhasil dengan menggunakan pandangan dari

proses bisnis manajemen. Hal ini dilakukan dengan melihat faktor-

faktor dari keberhasilan implementasi ERP. Implementasi

sistem ERP yang tiak berhasil disebabkan karena proses bisnis

yang tidka efisien

Observasi, research

Hasil penelitian yang diperoleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi ERP terhadap proses bisnis yang ada. Diantaranya Top management support, Project champion, Education on new business processes, Project team competence, Vendor support, BPR, Interdepartmental cooperation, Careful package selection, Minimal customization, Clear goals and objectives, Data analysis and conversion, Architecture choices, Project management, Dedicated resources, Change management, Interdepartmental communication, Steering committee, Vendor partnership, Management of expectations, User training, and Vendor’s tools.

2. Rabaa'i, A. A. (2009). Identifying Critical Success

Factors of ERP Systems at the Higher Education Sector. In:

ISIICT 2009 : Third In ternational Symposium on

Innovation in Information & Communication Technology. 1-

17.

Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi sistem ERP pada sektor pendidikan

tinggi

Observasi, research

Hasilnya berupa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi ERP pada proses bisnis yaitu Top management commitment and support, Change management, Project management, BRR and system’s customisation, Training, ERP team composition, Visioning and planning, Consultant selection and relationship, Communication plan, ERP system selection, ERP systems integration and Post-implementation evaluation.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

27 

 

3. Castellina N. (2013). Business Process Management and ERP.

Driving Efficiency and Innovation. Aberdeen Group. A

Harte-Hanks Company. 1-7.

Mengetahui hubungan antara proses bisnis dengan implementasi ERP.

Observasi, research

Setalah dilakukan penelitian maka diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses bisnis pada suatu perusahaan yaitu process in place to ability manage non-compliance, and recall event across the enterprise, ability to alert users of process deviations and centralized repository of work instruction.

4. Law Chuck C.H., Ngai Eric W.T.. (2007). An Investigation Of The Relationships Between

Organizational Factors, Business Process Improvement, And ERP Success. 14(3). 387-

406.

Menyajikan sebuah investigasi empiris ke dalam hubungan antara variabel organisasi yang dipilih, Business Process Improvement (BPI) dan kesuksesan implementasi Enterprise Resource Planning (ERP).

Observasi, research

Menemukan bahwa tingkat BPI berhubungan positif dengan keberhasilan ERP, dan dukungan manajemen senior dari BPI (MSB), serta dukungan manajemen senior TI (MSI) dan jarak CEO-IT yang berhubungan negatif. Namun, juga telah menemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pendekatan terhadap perubahan proses bisnis dan BPI, antara MSI dan keberhasilan ERP, dan antara jarak CEO-TI dan MSB.

5. Amirteimoori Alireza, Kordrostami Sohrab. (2012). A

distance-based measure of super efficiency in data

envelopment analysis: an application to gas companies.

54. 117–128.

Membantu pengambilan keputusan dalam membedakan antara keputusan yang efisien dan tidak efisien dengan menggunakan metode DEA. Dalam beberapa kasus model DEA standar tidak dapat memberikan informasi secara detail tentang DMU yang efisien.

Research, DEA hasil dari penelitian ini adalah mengusulkan sebuah metodologi yang dapat memberikan informasi secara detail tentang masing-masing DMU yang diukur, yaitu super-efisiensi model DEA

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2015-0002 2_.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efisiensi Pengertian efisiensi dapat dilihat

28 

 

6. Dezdar Shahin, Ainin Sulaiman. (2011). The

Influence Of Organizational Factors On Successful Erp

Implementation. 49(6). 911-926.

Menguji faktor – faktor didalam organisasi seperti dukungan top-level manajemen, pelatihan dan pendidikan, dan juga komunikasi yang dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem ERP di Iran.

Research analysis, observasi

Hasilnya top-level manajemen harus memberikan dukungan penuh dalam implementasi sistem ERP. Manajemen juga harus mengkomunikasikan dan memberikan pemahaman tentang ERP diseluruh depertemen perusahaan. Kemudian pelatihan dan pendidikan menjadi hal yang sangat penting didalam keberhasilan implementasi sistem ERP, pelatihan dan pendidikan harus diberikan kesemua karyawan yang menggunakan sistem ERP agar mereka mampu menggunakan sistem tersebut secara efsien dan efektif.