bab ii landasan teori - library & knowledge...

20
8 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang terkait sistem informasi dan perancangan sistem informasi pelaporan kejadian untuk memonitor risiko operasional di perusahaan. Dimulai dari pengertian dari sistem informasi, teori manajemen risiko, teori dalam teknik pengumpulan data, serta teknik dalam analisis dan perancangan sistem informasi. 2.1 Teori Sistem Informasi Sistem menurut O’brien (O'Brien, 2003) adalah (1) sekelompok komponen yang bekerjasama menuju tujuan yang bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Sedangkan Informasi adalah hasil pengolahan data; yaitu kegiatan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh, misalnya dengan melakukan pengelompokan atau pembuatan tabulasi, agregasi, kompilasi ataupun pemadanan dalam rangka memberi arti dan makna yang lebih baik terhadap data agar

Upload: nguyenminh

Post on 30-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8  

8  

BAB II

LANDASAN TEORI  

     

Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang terkait sistem

informasi dan perancangan sistem informasi pelaporan kejadian untuk

memonitor risiko operasional di perusahaan. Dimulai dari pengertian dari

sistem informasi, teori manajemen risiko, teori dalam teknik pengumpulan

data, serta teknik dalam analisis dan perancangan sistem informasi.

2.1 Teori Sistem Informasi

 

Sistem menurut O’brien (O'Brien, 2003) adalah (1)

sekelompok komponen yang bekerjasama menuju tujuan yang

bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam

proses transformasi yang teratur. Sedangkan Informasi adalah

hasil pengolahan data; yaitu kegiatan yang dilakukan terhadap data

yang diperoleh, misalnya dengan melakukan pengelompokan atau

pembuatan tabulasi, agregasi, kompilasi ataupun pemadanan dalam

rangka memberi arti dan makna yang lebih baik terhadap data agar

9  

mudah dimengerti dan dipergunakan. Hal ini dijelaskan pada

gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Sumber Daya Informasi

Dengan demikian Sistem Informasi adalah suatu integrasi

efektif dari semua subsistem informasi yang berupa hasil penyajian

dan pengolahan data. Sistem informasi yang merupakan

pengelolaan organisasi sering disebut Sistem Informasi

Manajemen. Pengertian Manajemen di sini merupakan segala

kegiatan yang terkait dengan tugas manager; dikenal sebagai fungsi

manajemen, yaitu meliputi kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan & evaluasi.

Dengan demikian Sistem Informasi Manajemen adalah suatu

integrasi efektif dari semua subsistem informasi fungsi manajemen

yang menyediakan informasi bagi beberapa pengguna dengan

kebutuhan yang serupa. Sistem informasi manajemen ini dilakukan

dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Masukan (Data)

Keluaran (Informasi)

SUMBER DAYA INFORMASI

• Sumber Daya Manusia • Perangkat Keras

Komputer • Perangkat Lunak

Komputer • Fasilitas • Basis Data • Informasi

Pengolahan Informasi

10  

10  

Dalam kurun waktu lebih dari lima tahun yang lalu,

informasi itu sendiri tidak dianggap sebagai suatu aset penting bagi

suatu perusahaan/organisasi. Pada masa itu proses manajemen

dianggap sebagai hubungan face-to-face, suatu personal art, bukan

koordinasi global. Sekarang, telah dimaklumi bahwa pemahaman

terhadap sistem informasi adalah sesuatu yang sangat esensial bagi

para pemimpin, sebab sebagian besar organisasi memerlukan

sistem informasi agar dapat terus bertahan dan maju.

2.2 Teori Risiko Operasional

 

2.2.1 Risiko Operasional

Risiko operasional (Karmin, 2010) adalah risiko

kerugian yang timbul secara langsung atau tidak langsung

karena kegagalan atau ketidakcukupan proses internal,

orang dan sistem atau karena kejadian eksternal. Risiko

operasional adalah semua risiko selain risiko pasar dan

risiko kredit. Kerugian risiko operasional terjadi tidak saja

pada industri perbankan, tetapi juga terjadi pada perusahaan

industri, perdagangan dan semua perusahaan dalam sektor

ekonomi lainnya.

Ada lima hal yang merupakan penyebab dari risiko

operasional yaitu: kegagalan proses internal perusahaan,

kegagalan mengelola sumber daya manusia, kegagalan

11  

 

sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar

perusahaan atau risiko eksternal dan kerugian karena

pelanggaran hukum yang berlaku. Ada 4 dimensi yang

terdapat dari suatu kejadian (Grinsven, 2009), yaitu :

proses, orang, sistem, dan kejadian eksternal.

Gambar 2.2 Dimensi dari Risiko Operasional

Di dalam menangani risiko operasional, ada

langkah-langkah yang dapat ditempuh dan sudah disusun

dalam Operational Risk Management Cycles.

12  

12  

Gambar 2.3 Operational Risk Management Cycle

Lima langkah yang ditempuh setelah menentukan tujuan

manajemen risiko (Hussain, 2000) adalah.

a. Identify risks, mengidentifikasi risiko yang dihadapi

perusahaan.

b. Assess the risk, menilai risiko dan menentukan

penyebabnya.

c. Select risk control measures, menentukan ukuran untuk

dijadikan standar kontrol risiko.

d. Implement risk controls, menerapkan kontrol risiko.

e. Monitor and review, memonitor dan mengkaji hasil dari

implementasi.

13  

 

2.2.2 Manajemen Risiko

Manajemen berdasarkan pendapat Robbins et al.

(Robbins & Coulter, 2007) sebagai proses mengkoordinasi

kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut

terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui

orang lain. Sedangkan seorang manajer adalah seseorang

yang bekerja dengan dan melalui orang lain dengan

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pekerjaan mereka

guna mencapai sasaran-sasaran organisasi.

The National Institute of Standards and Technology

(NIST) mendefinisikan istilah ancaman, kerentanan dan

manajemen risiko sebagai berikut (Kouns & Minoli, 2010) :

• Ancaman : Aksi atau kejadian di mana jika kita

sadari, akan menghasilkan kerugian, kecurangan,

mengganggu atau kekacauan dari operasi-operasi.

Ancaman selalu ada dan tingkat dari munculnya

ancaman tidak dapat dikontrol. Sehingga,

perlindungan teknologi informasi harus dirancang

untuk menghindari atau meminimalkan dampak

tersebut terhadap sistem TI.

• Kerentanan : Kelemahan dari lingkungan sistem

teknologi informasi, sehingga ancaman dapat

memanfaatkan kerentanan untuk mempengaruhi

14  

14  

sistem TI. Safeguards digunakan untuk mitigate

atau menghilangkan kerentanan.

• Manajemen Risiko : proses di mana ancaman,

kerentanan dan dampak dari kejadian dievaluasi

dengan mempertimbangkan biaya dari perlindungan

sistem tersebut. Ini adalah proses penilaian risiko

yang berkelanjutan terhadap sumber daya TI dan

informasi, sebagai bagian dari pendekatan berbasis

risiko yang digunakan untuk menentukan tingkat

keamanan untuk sebuah sistem, dengan

menganalisis ancaman dan kerentanan dan memilih

kontrol yang tepat dalam mencapai dan memelihara

tingkat penerimaan risiko. Tujuan dari manajemen

risiko adalah untuk meyakinkan bahwa semua aset

TI sudah diberikan perlindungan dalam melawan

kerugian, kecurangan, mengganggu atau kekacauan

dari operasi-operasi.

Pada taksonomi manajemen risiko (Kouns &

Minoli, 2010), diawali sistem manajemen risiko, kebijakan

manajemen risiko, kerangka kerja manajemen risiko dan

proses manajemen risiko yang dibagi menjadi 5 kategori :

15  

 

- Risk Communication and Consultation

- Establishing The Context

- Risk Assessment

- Risk Treatment

- Risk Management Review

Berikut adalah gambar susunan taksonomi dalam

manajemen risiko.

16  

16  

Gambar 2.4 Taksonomi Manajemen Risiko (Kouns & Minoli, 2010)

17  

 

Peran kunci/ orang yang seharusnya mendukung

dan partisipasi dalam proses manajemen risiko

(Stonebumer, Goguen, & Feringa, 2002); antara lain :

• Senior Management

• Chief Information Officer (CIO)

• System and Information Owners

• Business and Functional Managers

• ISSO (Information System Security Office)

• IT Security Practitioners

• Security Awareness Trainers (Security Subject Matter

Professionals)

2.2.3 Risk Mapping and Response

Risiko adalah suatu potensi akan kehilangan atau

berkurangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertentangan

dalam pencapaian tujuan perusahaan. (Wagner & Layton,

2007) 

Risiko hanya dapat muncul jika ada keterlibatan dari 3

komponen (Yazar, 2002), yaitu : Aset, Ancaman dan

Kerentanan. Dan dapat dirumuskan:

18  

18  

Risiko = Aset x Ancaman x Kerentanan

Gambar 2.5 Risiko Muncul dari Asset, Ancaman dan Kerentanan

(Yazar, 2002)

Risk analysis (Peltier, 2005) adalah identifikasi dan

menilai faktor yang dapat mengancam keberhasilan dari

sebuah proyek atau pencapaian sebuah tujuan.

Sebuah perusahaan memiliki 2 jenis risiko

(Grinsven, 2009), yaitu financial risk dan non-financial

risk. Skema di bawah ini adalah taksonomi risiko dari

sebuah perusahaan dilihat dari sisi finansial.

Gambar 2.6 Taksonomi Risiko Sebuah Perusahaan

19  

 

Kaitan antara dampak dan probabilitas, dapat

dipetakan risiko pada perusahaan. Dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Risk Mapping dan Response (Collier, 2009)

2.2.4 Risk Appetite

Risk Appetite (Collier, 2009) adalah jumlah risiko

organisasi yang tersedia menerima tuntutan nilai. Hal ini

langsung berkaitan dan dapat dinyatakan sebagai diterima

keseimbangan antara pertumbuhan, risiko dan return. Risk

appetite dapat dilakukan eksplisit dalam organisasi,

kebijakan strategi dan prosedur, dan dalam sistem kontrol

ini juga mungkin implisit, perlu diturunkan dan analisis

organisasi keputusan dan tindakan.

20  

20  

2.2.5 Risk Mitigation Strategy

Berikut adalah diagram dalam strategi penentuan

suatu risiko apakah perlu dimitigasi atau tidak.

Gambar 2.8 Risk Mitigation Strategy

(Stonebumer, Goguen, & Feringa, 2002) 

Risk mitigation (Stonebumer, Goguen, & Feringa,

2002), adalah proses manajemen risiko yang melibatkan

prioritas, evaluasi dan implementasi pengontrolan yang

direkomendasi dari proses penilaian risiko (risk assessment)

untuk mengurangi risiko. Risk mitigation merupakan

metodologi sistematik yang digunakan oleh senior

management untuk mengurangi risiko misi. Adapun pilihan

yang dapat dipilih dari risk mitigation, antara lain :

21  

 

• Risk Assumption

Menerima risiko dan terus beroperasi dengan sistem

dan menetapkan kontrol untuk mengurangi risiko

sampai tingkat risiko bisa diterima.

• Risk Avoidance

Mencegah risiko dengan menghilangkan penyebab

risiko ataupun dampak dari risiko tersebut.

• Risk Limitation

Membatasi risiko dengan menetapkan kontrol yang

dapat meminimalisir dampak negatif dari ancaman yang

terkait dengan kerentanan di perusahaan.

• Risk Planning

Mengatur risiko dengan mengembangkan rencana yang

memberikan prioritas, implementasi dan memelihara

kontrol-kontrol.

• Research and Acknowledgment

Menurunkan kerugian dari risiko dengan mengetahui

kerentanan atau kerusakan dan mencari cara untuk

menutupi kerentanan atau memperbaiki kerusakan

tersebut.

22  

22  

• Risk Transference

Mentransfer risiko dengan menggunakan pilihan lain

untuk mengkompensasi kerugian, seperti asuransi.

2.2.6 Risk Management Software

Memanfaatkan teknologi untuk membangun dan

memantau program ERM(Enterprise Risk Management)

dapat membantu organisasi (Marchetti, 2007):

• Secara terus-menerus memonitor risiko dan kontrol.

• Integrasi dan menghubungkan risiko dan kontrol.

• Mengikuti proses remediasi

• Integrasi audit dan menjamin aktivitas

• Menyebarluaskan informasi penilaian risiko di seluruh

organisasi.

2.2.7 Kriteria Program Manajemen Risiko Berhasil

Adapun kriteria-kriteria bahwa suatu program

manajemen risiko dikatakan sukses adalah sebagai berikut

(Stonebumer, Goguen, & Feringa, 2002).

1. Sesuai dengan komitmen senior management

2. Didukung penuh dari divisi teknologi informasi (TI)

23  

 

3. Kemampuan tim manajemen risiko, di mana harus ahli

dalam menjalankan metodologi penilaian risiko (risk

assessment)

4. Kesadaran dan kerjasama dari para pengguna dalam

menjalankan prosedur yang dirancang.

5. Evaluasi risiko secara berkala.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara menurut Sugiyono (Sugiyono, 2002) dilakukan

sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti hendak

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.

Observasi menurut Sugiyono (Sugiyono, 2002) merupakan

teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik, karena

tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek lainnya. Teknik

ini digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati

tidak terlalu besar.

24  

24  

2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT (Ho, Wuryaningtyas, Ronald, &

Kumaradjaja, 2008) adalah evaluasi menyeluruh terhadap

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari sebuah

perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan

peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

dan ancaman. Proses pengambilan keputusan stratejik selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategis

harus menganalisis faktor strategis perusahaan dalam kondisi yang

ada saat ini. Hal itu disebut dengan analisis situasi. Model yang

paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.

Menurut David (David, 2001) bahwa matriks SWOT

merupakan perangkat pencocokan yang penting membantu manajer

mengembangkan empat tipe strategi:

1. Strategi SO(Strengths-Opportunities)

Pada strategi ini menggunakan kekuatan internal

organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.

Organisasi umumnya akan menjalankan strategi WO, ST,

atau WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi di

mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Pada saat

25  

 

organisasi memiliki kelemahan besar, perusahaan akan

berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya

menjadi kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar,

sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar

dapat memusatkan perhatian pada peluang.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang

peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan

internal sebuah perusahaan membuatnya tidak mampu

memanfaatkan peluang tersebut.

3. Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk

menghindari atau mengurangi dampak eksternal. Hal ini

tidak berarti bahwa organisasi yang kuat pasti selalu

enghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal.

4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan

untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari

ancaman eksternal. Jika posisi organisasi dihadapkan

pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal,

sesungguhnya organisasi tersebut dalam posisi yang

26  

26  

berbahaya. Perusahaan ini harus berjuang untuk dapat

bertahan atau melakukan merger, rasionalisasi,

menyatakan pailit atau memilih dilikuidasi.

Matriks SWOT terdiri dari Sembilan sel, yang terdiri dari

empat faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel yang dibiarkan

kosong. Empat sel strategi (SO, WO, ST, dan WT) dikembangkan

setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci (S, W, O, dan T).

Delapan langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks SWOT:

1. Tulis peluang eksternal kunci perusahaan

2. Tulis ancaman eksternal kunci perusahaan

3. Tulis kekuatan internal kunci perusahaan

4. Tulis kelemahan internal kunci perusahaan

5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal

dan catatlah strategi SO dalam sel yang sudah

ditentukan

6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal

dan catatlah strategi WO dalam sel yang sudah

ditentukan

7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal

dan catatlah strategi ST dalam sel yang sudah

ditentukan

27  

 

8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal

dan catatlah strategi WO dalam sel yang sudah

ditentukan.