bab ii landasan teori definisi jalan -...

23
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.2 Definisi Jalan Pasal 4 no. 38 Tahun 2004 tentang jalan, memberikan definisi mengenai jalan yaitu prasarana transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada di permukaan tanah, di atas permukaan tanah,di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaa, penyusunan rencana umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan. Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan lahan atau tebing, saluran air dan perlengkapan yang meliputi rambu-rambu dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan serta rambu lalu lintas. Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki. Menurut peranan pelayanan jasa

Upload: duongtuong

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Definisi Jalan

Pasal 4 no. 38 Tahun 2004 tentang jalan, memberikan definisi mengenai

jalan yaitu prasarana transportasi darat meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkapnya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada di

permukaan tanah, di atas permukaan tanah,di bawah permukaan tanah dan/atau

air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum

sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,

pembangunan dan pengawasan jalan.

Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaa,

penyusunan rencana umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan.

Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,

pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan

pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan

penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian

dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.

Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan

tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, tempat

parkir, gorong-gorong, tembok penahan lahan atau tebing, saluran air dan

perlengkapan yang meliputi rambu-rambu dan marka jalan, pagar pengaman lalu

lintas, pagar daerah milik jalan serta rambu lalu lintas.

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan

pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh

pelayanannya dalam hubungan hierarki. Menurut peranan pelayanan jasa

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

5

distribusi, terdapat dua macam jaringan jalan yaitu sistem jaringan jalan primer

dan sistem jaringan jalan sekunder. Pada dasarnya Indonesia terdapat tiga

klasifikasi utama jalan, yaitu:

1. klasifikasi menurut fungsi/peranan jalan (arteri, kolektor, lokal),

2. klasifikasi menurut kelas jalan (I, IIA, IIB, III),

3. klasifikasi menurut administrasi/wewenang pembinaan (nasional, propinsi,

kabupaten/kota).

2.3 Klasifikasi dan Fungsi jalan

2.3.1 Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 jalan-jalan di lingkungan perkotaan

terbagi dalam jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.

1. Sistem jaringan jalan primer.

Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan

tata ruang dan struktur dan pengembangan wilayah tingkat Nasional, yang

menghubungkan simpul jasa distribusi.

2. Sistem jaringan jalan sekunder.

Sistem jaringan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata

ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang memiliki fungsi

primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder

ketiga, dan seterusnya sampai ke perumahan.

2.3.2 Berdasarkan Fungsinya

Alamsyah (2003) tentang jalan menyebutkan bahwa klasifikasi jalan

menurut fungsinya mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan kota jenjang kedua. Jalan arteri primer wilayah perkotaan

memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota,

b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

6

c. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

60 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 8 meter,

d. Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah salah satu lintas

regional. lalu lintas jarak jauh tidak boleh tergangu oleh lalu lintas ulang

alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal,

e. Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum diijikan menggunakan

jalan ini,

f. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa, jarak

antara jalan masuk langsung tidak lebih dari 500 meter,

g. Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume

lalu lintas harian rata-rata,

h. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari

fungsinya jalan yang lain,

i. Lokasi berhenti dan parkir pada jalan ini seharusnya tidak diijinkan.

2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua

dengan kota jenjang ketiga. Jalan kolektor primer memiliki kriteria sebagai

berikut:

a. Jalan kolektor primer kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar

kota,

b. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer,

c. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam

dengan lebar badan jalan paling sedikit 7 meter,

d. jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dan jarak antaranya lebih dari

400 meter,

e. Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini

f. Persimpangan diatur dengan persimpangan tertentu sesuai dengan

volume lalu lintas harian rata-rata

g. Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-

rata

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

7

h. Dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang cukup

i. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah pada sistem primer.

1. Jalan lokal primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil

atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya,

atau kota jenjang ketiga dengan persil atau kota dibawah jenjang ketiga

sampai persiil.

Kriteria jalan lokal primer sebagai berikut:

a. Merupakan terusan jalan lokal primer luar kota

b. Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer atau jalan primer

lainnya

c. Dirancang untuk kecepatan rencana 20 km/jam

d. Lebar jalan tidak kurang dari 6 meter

e. Besar LHR pada umumnya paling rendah pada sistem primer.

Kawasan primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer.

Fungsi primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota

sebagai pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah

pengembangaannya.

2. Jalan arteri sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan

primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan sekunder

kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Kriteria untuk jalan perkotaan:

a. Dirancang berdasarkan kecepatan rancang paling rendah 20 km/jam,

b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

c. Kendaraan angkutan berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah pemukiman,

d. Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi,

e. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang yang cukup.

f. Besarnya LHR pada umumnya paling rendah dari sistem primer.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

8

3. Jalan lokal sekunder

Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan antar kawasan sekunder

ketiga atau di bawahnya dan kawasan sekunder dengan perumahan. Kriteria

untuk daerah perkotaan adalah:

a. Dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam,

b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter,

c. Kendaraan angkutan barang dan bus tidak diijinkan melalui jalan ini di

daerah pemukiman,

d. Besarnya LHR umumnya paling rendah dibanding fungsi jalan yang lain.

2.3.3 Berdasarkan Wewenang Pembinaan

Klasifikasi dan fungsi berdasarkan wewenang pembinaan adalah:

a. Jalan nasional, yang termasuk kelompok ini adalah jalan arteri primer, jalan

kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan lain

yang mempunyai nilai strategis terhadap kepetingan Nasional.

b. Jalan provinsi, yang termasuk kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor

primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota

kabupaten/kotamadya atau antar ibukota kabupaten/kotamadya.

c. Jalan kabupaten, yang termasuk kelompok jalan kabupaten adalah kolektor

primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal

primer, jalan sekunder,dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok

jalan nasional atau jalan propinsi serta jalan kotamadya.

2.4 Jalan Perkotaan

Dalam MKJI (1997), jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang

mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau

hampir seluruh jalan, minimum pada suatu sisi jalan, apakah berupa

perkembangan lahan atau bukan (Alamsyah, 2005).

Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini:

1. Jalan dua lajur dua arah (2/2UD).

1. Jalan empat lajur dua arah.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

9

a. Tak terbagi (tanpa median) (4/2UD)

b. Terbagi ( dengan median ) (4/2 D)

2. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)

3. Jalan satu arah (1-3/1).

2.5 Karakteristik dan Geometrik Jalan

2.5.1 Karakteristik Jalan

1. Geometrik jalan terdiri dari:

a. Tipe jalan

Berbagai tipe jalan menunjukkan kinerja berbeda pada

pembebanan lalu lintas tertentu, misalnya jalan terbagi dan tak terbagi

(jalan satu arah).

b. Jalur lalu lintas

Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh

marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu

kendaraan bermotor.

c. Kerb

Kerb sebagai batas antara lajur lalu lintas dan trotoar berpengaruh

terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan.

d. Bahu jalan

Jalan perkotaan tanpa kerb pada umumnya mempunyai bahu pada

kedua sisi jalur lalu lintasnya. Fungsi bahu jalan adalah sebagai jalur lalu

lintas darurat, tempat berhenti sementara, tempat parkir darurat, ruang

bebas sampng bagi lalu lintas, dan penyangga untuk kestabilan

perkerasan jalur lalu lintas.

e. Median

Median adalah daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada

segmen jalan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

10

f. Alinyemen jalan

Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan curam juga

mengurangi kecepatan arus bebas, karena secara umum kecepatan arus

bebas di daerah perkotaan.

Lengkung vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian

lengkung vertikal. Bagian landai vertikal dapat berupa landai positif

(tanjakan), landai negatif (turunan, dan landai nol atau datar).bagian

lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung

cembung.

Bagian geometri jalan, dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.1 berikut

ini:

Gambar 2.1. Geometrik Jalan (http://id.wikipedia.org/wiki.com di akses

tanggal 3 Maret 2013)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

11

2. Pemisah arah lalu lintas dan komposisi lalu lintas.

Pemisahan arah lalu lintas adalah sebagai berikut:

a. Pemisah arah lalu lintas

Kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisahan arah 50-50, yaitu

jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang dianalisa

(umumnya satu jam).

b. Komposisi lalu lintas.

Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan arus kecepatan. Jika

arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend./jam, tergantung pada rasio sepeda

motor atau kendaraan berat dalam arus lalu lintas. Jika arus dan kapasitas

dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan ringan

dan kapasitas (km/jam) tidak terpengaruh oleh komposisi lalu lintas.

3. Pengaturan lalu lintas.

Pengendalian kecepatan, pergerakan kendaraan berat, parkir akan

mempengaruhi kapasitas jalan.

4. Aktifitas sisi jalan (hambatan samping)

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kapasitas adalah

adanya jalur lalu lintas dan bahu jalan sempit yang menyebabkan kemacetan

dan bahkan sampai terjadinya kecelakaan lalu lintas, sehingga hambatan

samping juga terbukti sangat berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan

(Alamsyah, 2005).

Sesuai MKJI 1997, hambatan samping disebabkan oleh empat jenis

kendaraan yang masing-masing memiliki bobot pengaruh yang berbeda

terhadap kapasitas, yakni sebagai berikut.

1. Pejalan kaki (bobot = 0,5)

2. Kendaraan parkir/berhenti (bobot = 1,0)

3. Kendaraan keluar/masuk dari/sisi jalan (bobot = 0,7)

4. Kendaraan bergerak lambat (bobot =0,4)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

12

Tabel 2.1. Kelas Hambatan Samping

Kelas Hambatan

Samping (SCF) Kode

Frekuensi Kejadian

Terbobot (m/j)

Kondisi Khusus

(Kelas)

Sangat Rendah VL <100 Daerah Pemukiman

Rendah L 100-299 Daerah pemukiman dengan beberapa

kendaraan umum

Sedang M 300-499 Daerah industri dengan beberapa toko

disis jalan

Tinggi H 500-899 Daerah komersial dengan aktifitas sisi

jalan tinggi

Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial dengan aktifitas pasar

disamping

(Sumber MKJI 1997)

5. Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan.

Sikap pengemudi dan populasi kendaraan (umur, tenaga, dan kondisi

kendaraan) adalah berbeda antara berbagai daerah di Indonesia karena sesuai

tingkatan perkembangan daerah perkotaan. Kota yang lebih kecil menunjukan

perilaku pengemudi yang kurang gesit dan kendaraan yang lebih tua serta

kurang moderen menyebabkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah pada

arus tertentu, jika dibandingkan dengan kota yang lebih besar.

2.5.2 Karakteristik Geometrik Jalan

Karaktekristik geometrik jalan terdiri dari:

a. Jalan dua-lajur dua- arah tak terbagi (2/2 UD)

b. Jalan empat-lajur dua-arah tak terbagi (4/2 UD)

c. Jalan empat-lajur dua-arah terbagi (4/2 D)

d. Jalan enam-lajur dua-lajur satu arah (6/2 D)

e. Jalan satu hingga tiga-lajur satu arah (1-3/1)

Kondisi dasar tipe jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD)

didefinisikan sebagai berikut:

a. Lebar jalur lalu lintas 7 m,

b. Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi,

c. Tidak ada median,

d. Pemisah arah lalu lintas 50-50,

e. Tipe alinyemen datar.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

13

2.6 Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan (Level Of Service atau disingkat LOS) adalah suatu

ukuran kualitatif yang menjelaskan kondisi-kondisi operasional di dalam suatu

aliran lalu lintas dan persepsi dari pengemudi dan atau penumpang terhadap

kondisi-kondisi tersebut (Khisty, 2003).

Faktor-faktor seperti kecepatan dan waktu tempuh, kebebasan bermanuver,

perhentian lalu lintas, dan kemudahan serta kenyamanan adalah kondisi-kondisi

yang mempengaruhi LOS. Tingkat pelayanan ini dibedakan menjadi 6 (enam)

kelas yaitu dari A untuk tingkat yang paling baik sampai dengan tingkat F untuk

kondisi yang paling buruk.

Faktor yang digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan jalan dalam

MKJI 1997 yaitu sebagai berikut:

1. Kecepatan arus bebas (FV), didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus

nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika pengendarai kenderaan

bermotor tanpa dipengaruhi oleh kenderaan lain di jalan,

2. Derajat kejenuhan (DS), didefinisikan sebagai rasio arus (Q) terhadap

kapasitas (C), digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat

pelayanan pada suatu ruas jalan,

3. Kecepataan yang ditempuh kendaraan, didefinisikan sebagai kecepatan rata-

rata ruang dari kenderaan ringan (LV) sepanjang segmen jalan.

Perilaku lalu lintas diwakili oleh tingkat pelayanan (LOS), yaitu ukuran

kualitatif yang mencerminkan persepsi para pengemudi dan penumpang mengenai

karakteristik kondisi operasional dalam arus lalu lintas Highway Capacity Manual

(HCM) 1994.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006, tingkat

pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

menampung lalu-lintas pada keadaan tertentu.

Enam tingkat pelayanan dibatasi untuk setiap tipe dari fasilitas lalu lintas

yang akan digunakan dalam prosedur tinjauan, yang disimbolkan dengan huruf A

sampai dengan F, dimana Level of Service (LOS) A menunjukkan kondisi operasi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

14

terbaik, dan LOS F paling jelek. Kondisi LOS yang lain ditunjukkan berada

diantaranya.

Di Indonesia, kondisi pada tingkat pelayanan (LOS) diklasifikasikan atas

berikut ini:

1. Tingkat Pelayanan A

1. Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.

2. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat

dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan

maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.

3. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa

atau dengan sedikit tundaan.

2. Tingkat Pelayanan B

a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi

oleh kondisi lalu lintas.

b. Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum

mempengaruhi kecepatan.

c. Pengemudi masih cukup punya kebebasan yang cukup untuk memilih

kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.

3. Tingkat Pelayanan C

a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh

volume lalu lintas yang lebih tinggi.

b. Kepadatan lalu lintas meningkat dan hambatan internal meningkat.

c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur

atau mendahului.

4. Tingkat Pelayanan D

a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan

masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus.

b. Kepadatan lalu lintas sedang fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan

temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

15

c. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan

kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir

untuk waktu yang sangat singkat.

5. Tingkat Pelayanan E

a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas

mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah.

b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.

c. Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.

6. Tingkat Pelayanan F

a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang.

b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi

kemacetan untuk durasi yang cukup lama.

c. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.

Karakteristik tingkat pelayanan (LOS) dapat ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Karakteristik Tingkat Pelayanan

No Tingkat Pelayanan Karakteristik DS

1 A

a. Kondisi arus bebas

b. Kecepatan tinggi ≥ 100 km/jam

c. Volume lalu lintas sekitar 30% dari kapasitas

(600 smp/jam/lajur)

0,00 – 0,20

2 B

a. Arus stabil

b. Kecepatan lalu lintas sekitar 90 km/jam

c. Volume lalu lintas sekitar 50% dari kapasitas

(1000 smp/jam/lajur)

0,21 – 0,44

3 C

a. Arus stabil

b. Kecepatan lalu lintas ≥ 75 km/jam

c. Volume lalu lintas sekitar 75%

dari kapasitas (1500 smp/jam/lajur)

0,45 – 0,75

4 D

a. Arus mendekati tidak stabil

b. Kecepatan lalu lintas sekitar 60 km/jam

c. Volume lalu lintas sekitar 90% dari kapasitas

(1800 smp/jam/lajur)

0,76 – 0,84

5 E

a. Arus tidak stabil

b. Kecepatan lalu lintas sekitar 50 km/jam

c. Permintaan mendekati kapasitas (yaitu 2000

smp/jam)

0,85 – 1,00

6 F a. Arus tertahan, kondisi terhambat

b. Kecepatan lalu lintas < 50 km/jam > 1,00

(Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2006)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

16

Karakteristik tingkat pelayanan dapat dilihat pada grafik seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tingkat Pelayanan Jalan (Sukirman, 1999)

2.7 Hubungan Volume, Kecepatan, dan Kepadatan

Aliran lalu lintas pada suatu ruas jalan raya terdapat 3 (tiga) variabel utama

yang digunakan untuk mengetahui karakteristik arus lalu lintas, yaitu:

1. volume (flow), yaitu jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tinjau

tertentu pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu,

2. kecepatan (speed), yaitu jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan pada

ruas jalan per satuan waktu,

3. kepadatan (density), yaitu jumlah kendaraan per satuan panjang jalan tertentu.

Variabel-variabel tertentu memiliki hubungan antara satu dengan lainnya.

Hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan dapat digambarkan secara

grafis dengan menggunakan persamaan matematis.

2.7.1 Hubungan Volume dengan Kecepatan

Hubungan mendasar antara volume dengan kecepatan adalah dengan

bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata ruangnya akan

berkurang sampai kepadatan kritis (volume maksimum) tercapai. Hubungan

keduanya ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

17

Gambar 2.3. Hubungan Volume-Kecepatan

Setelah kepadatan kritis tercapai, maka kecepatan rata-rata ruang dan

volume akan berkurang. Jadi kurva di atas menggambarkan dua kondisi yang

berbeda, lengan atas menunjukkan kondisi stabil dan lengan bawah menunjukkan

kondisi arus padat.

2.7.2 Hubungan Kecepatan dengan Kepadatan

Kecepatan akan menurun apabila kepadatan bertambah. Kecepatan arus

bebas akan terjadi apabila kepadatan sama dengan nol, dan pada saat kecepatan

sama dengan nol maka akan terjadi kemacetan (jam density). Hubungan keduanya

ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Hubungan Kecepatan-Kepadatan

2.7.3 Hubungan Volume dengan Kepadatan

Volume maksimum terjadi (Vm) terjadi pada saat kepadatan mencapai titik

Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini volume akan

Volume

(kend/jam/lajur)

Kec

epat

an (

km

/jam

)

Kepadatan

Kec

epat

an

(km

/jam

)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

18

menurun walaupun kepadatan bertambah sampai terjadi kemacetan di titik Dj.

Hubungan keduanya ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Hubungan antara Volume-kepadatan

2.8 Kecepatan Arus Bebas

Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas pada jalan perkotaan

mempunyai bentuk umum berikut:

FV = (FV0+FVW) X FFVsf X FFVcs .................................................................................... (2.1)

dengan:

FV : kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan

(km/jam),

FV0 : kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan dan

alinyeman yang diamati (km/jam),

FVW : peneyesuaian kecepatan akibat lebar jalur lalu lintas (km/jam),

FFVsf : faktor penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu,

FFVcs : faktor penyesuaian ukuran kota.

Berdasarkan persamaan kecepatan arus bebas, untuk kecepatan arus bebas

dasar untuk jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Kepadatan (km/jam/lajur)

Vo

lum

e (a

rus

mak

s)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

19

Tabel 2.3 Kecepatan Arus Bebas (FV0) untuk Jalan Perkotaan

Tipe Jalan

Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0), km/jam

Kendaraan

Ringan

(LV)

Kendaraan

Berat

(HC)

Sepeda

Motor

(MC)

Semua

Kendaraan

(Rata-rata)

Enam-lajur terbagi (6/2D)

Atau

Tiga-lajur Satu-arah (3/1)

61 52 48 57

Empat-lajur terbagi (4/2D)

Atau

Dua-lajur satu-arah (2/1)

57 50 47 55

Empat lajur tak terbagi (4/2UD) 53 46 43 51

Dua-lajur tak-terbagi (2/2UD) 44 40 40 42

(Sumber MKJI 1997)

Berdasarkan persamaan kecepatan arus bebas, faktor kecepatan akibat lebar

lajur lalu lintas dapat ditunjukkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Faktor Kecepatan Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FVW)

Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas

Efektif (Wc) (m)

FVw

(km/jam)

Empat-lajur terbagi atau

jalan satu arah

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

-4

-2

0

2

4

Empat-lajur tak-terbagi Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

-4

-2

0

2

4

Dua-lajur tak-terbagi Total

5

6

7

8

9

10

11

-9,5

-3

0

3

4

6

7

(Sumber MKJI 1997)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

20

Berdasarkan persamaan kecepatan arus bebas, faktor penyesuaian ukuran

kota dapat ditunjukkan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FFVcs)

Ukuran Kota

(Juta Penduduk)

Faktor penyesuaian untuk ukuran Kota

(FFVcs)

<0,1

0,1-0,5

0,5-1,0

1,0-3,0

>3,0

0,90

0,93

0,95

1,00

1,03

(Sumber MKJI 1997)

Berdasarkan persamaan kecepatan arus bebas, faktor penyesuaian hambatan

samping dan lebar bahu/jarak kreb kepenghalang (FFVsf) dapat ditunjukkan pada

Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu/Jarak

Kreb ke Penghalang (FFVsf)

Tipe Jalan Kelas Hambatan

Samping

Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan

Samping dan Lebar Bahu

Lebar Bahu Jalan Efektif Rata-rata

(Ws),s

≤0,5 1,0 1,5 ≥2,0

Empat-Lajur terbagi

(4/2D)

Sangat Rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat Tinggi (VH)

1,02

0,98

0,94

0,89

0,84

1,03

1,00

0,97

0,93

0,88

1,03

1,02

1,00

0,96

0,92

1,04

1,03

1,02

0,99

0,96

Empat-Lajur tak-

terbagi (4/2UD)

Sangat Rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat Tinggi (VH)

1,02

0,98

0,93

0,87

0,80

1,03

1,00

0,96

0,91

0,86

1,03

1,02

0,99

0,94

0,90

1,04

1,03

1,02

0,98

0,95

Dua-lajur tak-terbagi

(4/2 UD) atau Jalan

Satu Arah

Sangat Rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat Tinggi (VH)

1,00

0,96

0,90

0,82

0,73

1,01

0,98

0,93

0,86

0,79

1,01

0,99

0,96

0,90

0,85

1,01

1,00

0,99

0,95

0,91

(Sumber MKJI 1997)

2.9 Kapasitas Ruas Jalan

Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai arus lalu lintas maksimum

melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan persatuan jalan pada kondisi

tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

21

(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan

perarah dan kapasitas ditentukan per lajur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan adalah lebar jalur atau

lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kreb jalanan, di daerah

Perkotaan atau luar kota, dan ukuran kota.

Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) dengan

menggunakan ekivalen mobil penumpang (emp), sehingga adanya faktor koreksi

untuk jenis kendaraan di luar kendaraan mobil penumpang. Ekivalen mobil

penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan

dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kend./jam.

Berdasarkan MKJI (1997), ekivalen mobil penumpang (emp) yang

digunakan untuk jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.

Tabel 2.7. Emp untuk Jalan Perkotaan Tak-terbagi

Tipe Jalan

(Jalan Tak Terbagi)

Arus Lalu Lintas

total dua-arah

(kend./jam)

Emp

HV

MC

Lebar lajur lalu lintas

Wc (m)

≤6 ≥6

Dua-lajur tak-terbagi (2/2UD) 0

≥1800

1,3

1,2

0,5

0,35

0,40

0,25

Empat-lajur tak-terbagi

(4/2UD)

0

≥3700

1,3

1,2

0,40

0,25

(Sumber MKJI 1997)

Tabel 2.8. Emp untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu-Arah

Tipe Jalan

(Jalan satu arah dan jalan terbagi)

Arus lalu lintas total dua-arah

(kend./jam)

Emp

HV MC

Dua-lajur satu-arah (2/1)

Dan

Empat-lajur terbagi (4/2D)

0

≥1050

1,3

1,2

0,40

0,25

Tiga-lajur satu-arah (3/1)

Dan

Enam-lajur terbagi (6/2D)

0

≥1100

1,3

1,2

0,40

0,25

(Sumber MKJI 1997)

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

22

Dalam MKJI (1997), kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan

persamaan berikut ini.

C= Co x FCW x FCsp x FCsf x FC cs ...................................................... (2.2)

dengan:

C : kapasitas (smp/jam),

Co : kapasitas dasar (smp/jam)

FCw : faktor penyesuaian lebar lajur,

FCsp : faktor penyesuaian pemisah arah,

FCsf : faktor penyesuaian hambatan samping,

FCcs : faktor penyesuaian ukuran kota.

Berdasarkan persamaan di atas, kapasitas dasar jalan perkotaan dapat

ditunjukkan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan (C0)

Tipe Jalan Kapasitas Dasar

(smp/jam) Catatan

Empat-lajur terbagi atau jalan

satu arah 1650 Perlajur

Empat-lajur tak-terbagi 1500 Perlajur

Dua-lajur dua-arah 2900 Total dua arah

(sumber MKJI 1997)

Berdasarkan persamaan kapasitas ruas jalan, faktor penyesuaian lebar lajur

jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.10.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

23

Tabel 2.10. Faktor Penyesuaian Lebar Lajur Jalan Perkotaan (FCw)

Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas

Efektif (Wc) (m)

FVw

(km/jam)

Empat-lajur terbagi atau jalan

satu arah

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

0,92

0,96

1,00

1,04

1,08

Empat-lajur tak-terbagi

Per lajur

3,00

3,25

3,50

3,75

4,00

0,91

0,95

1,00

1,05

1,09

Dua-lajur tak-terbagi

Total Dua Arah

5

6

7

8

9

10

11

0,56

0,78

1,00

1,14

1,25

1,29

1,34

(Sumber MKJI 1997)

Berdasarkan persamaan kapasitas ruas jalan, faktor penyesuaian pemisah

arah jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah Jalan Perkotaan (FCsp)

Pemisah Arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCsp

Dua-lajur (2/2) 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88

Empat-lajur (4/2) 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

(Sumber MKJI 1997)

Berdasarkan persamaan kapasitas ruas jalan, faktor penyesuaian hambatan

samping dan bahu jalan/kreb pada jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel

2.12 dan Tabel 2.13.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

24

Tabel 2.12. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Bahu Jalan/Kreb

pada Jalan Perkotaan dengan Bahu (FCsf)

Tipe Jalan Kelas Hambatan

Samping

Faktor Penyesuaian untuk Hambatan

Samping Dan Lebar Bahu (FCsf)

Lebar Bahu Jalan Efektif (ws), m

≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

Empat-lajur

terbagi (4/2 D)

Sangat rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat Tinggi (VH)

0,96

0,94

0,92

0,88

0,84

0,98

0,97

0,95

0,92

0,88

1,01

1,00

0,98

0,95

0,92

1,03

1,02

1,00

0,98

0,95

Empat-lajur tak-

terbagi (4/2 UD)

Sangat rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat tinggi (VH)

0,96

0,94

0,92

0,87

0,80

0,99

0,97

0,95

0,91

0,86

1,01

1,00

0,98

0,94

0,90

1,03

1,02

1,00

0,98

0,95

Dua-lajur tak-

terbagi (4/2 UD)

atau Jalan Satu

Arah

Sangat rendah (VH)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat tinggi (VH)

0,94

0,92

0,89

0,82

0,73

0,96

0,94

0,92

0,86

0,79

0,99

0,97

0,95

0,90

0,85

1,01

1,00

0,98

0,95

0,91

(Sumber MKJI 1997)

Tabel 2.13. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Bahu Jalan/Kreb

pada Jalan Perkotaan dengan Bahu (FCsf)

Tipe Jalan Kelas Hambatan

Samping

Faktor Penyesuaian untuk Hambatan

Samping Dan Lebar Bahu (FCsf)

Lebar Bahu Jalan Efektif (ws), m

≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

Empat-lajur

terbagi (4/2 D)

Sangat rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat Tinggi (VH)

0,95

0,94

0,91

0,86

0,81

0,97

0,96

0,93

0,89

0,85

0,99

0,98

0,95

0,92

0,88

1,01

1,00

0,98

0,95

0,92

Empat-lajur tak-

terbagi (4/2 UD)

Sangat rendah (VL)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat tinggi (VH)

0,95

0,93

0,90

0,84

0,77

0,97

0,95

0,92

0,87

0,81

0,99

0,97

0,95

0,90

0,85

1,01

1,00

1,97

0,93

0,90

Dua-lajur tak-

terbagi (4/2 UD)

atau Jalan Satu

Arah

Sangat rendah (VH)

Rendah (L)

Sedang (M)

Tinggi (H)

Sangat tinggi (VH)

0,93

0,90

0,86

0,78

0,68

0,95

0,92

0,88

0,81

0,72

0,97

0,95

0,91

0,84

0,77

0,99

0,97

0,94

0,88

0,82

(Sumber MKJI 1997)

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

25

Berdasarkan persamaan kapasitas ruas jalan, faktor penyesuaian ukuran kota

pada jalan perkotaan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota pada Jalan

Perkotaan (FCcs)

Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota

(FCcs)

<0,1

0,1-0,5

0,5-1,0

1,0-3,0

>3,0

0,86

0,90

0,94

1,00

1,04

(Sumber MKJI 1997)

2.10 Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai ratio volume (Q) terhadap

kapaistas (C), digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas

pada ruas jalan (Alamsyah, 2005). Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI), jika tinjauan DS dilakukan untuk tinjauan tingkat kinerja, maka volume

lalu lintanya dinyatakan dalam smp. Faktor yang mempengaruhi emp adalah :

a. Jenis jalan, seperti jalan luar kota, atau jalan bebas hambatan.

b. Tipe alinyemen, seperti medan datar, berbukit, atau pegunungan.

c. Volume jalan.

Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah ruas jalan akan mempunyai

masalah kapasitas atau tidak. Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa nilai derajat

kejenuhan tidak melewati 0,75.

Rumus umum derajat kejenuhan:

DS = Q/C .................................................................................................. (2.3)

dengan :

DS : derajat kejenuhan,

Q : arus lalu lintas (smp/jam)

C : kapasitas (smp/jam)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI Definisi Jalan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4374/6/2013-1-22401-511308026-bab2... · f. Alinyemen jalan Lengkung horisontal dengan jari-jari dan tanjakan

26

2.11 Kecepatan Tempuh

Kecepatan tempuh digunakan sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan,

karena mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting

untuk biaya pemakaian jalan dalam tinjauan ekonomi.

Rumusan umum yang digunakan dalam menghitung waktu tempuh:

V = L/TT ................................................................................................... (2.4)

dengan :

V : kecepatan tempuh (km/jam),

L : panjang segmen (km),

TT : waktu tempuh rata-rata sepanjang segmen (jam).