bab ii landasan teori dan hipotesis · web viewhasil belajar kimia pembentukan senyawa ion a....
TRANSCRIPT
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KERANGKA TEORETIS
1. Hasil Belajar Kimia pembentukan senyawa ion
a. Hakikat Kimia
Di dalam Ilmu Kimia terdapat sejumlah sifat yang membeda-
kannya dengan ilmu lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Middle Camp
dan Kean dalam terjemahan Pudjaatmaka, Handayana (1986: 6-8)
1) Hampir sebagian besar Ilmu Kimia bersifat abstrak, konsep Pembentukan Senyawa Ion, merupakan sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera karena bersifat abstrak maka penerapan bentuk tiruan sangat dibutuhkan untuk menjembatani antara konsep abstrak dengan kenyataan konkrit yang mirip dengannya supaya konsep tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah. Selanjutnya agar mampu menggambarkan konsep abstrak tersebut maka tingkat perkembangan siswa harus sudah mantap dalam hal ini faktor kecerdasan memegang peranan penting
2) Materi Kimia sifatnya berkesinambungan. Banyak dijumpai topik-topik yang harus dipelajari dengan urutan-urutan ter-tentu. Tidak mungkin dapat memahami konsep tentang pembentukan senyawa ion sebelum tahu betul apa yang dimaksud dengan ion. Dengan demikian maka kekurang je-lasan pada topik tertentu dapat menyebabkan kesulitan dalam mengikuti topik berikutnya.
Materi Kimia yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah: “PEMBENTUKAN SENYAWA ION” dan merupakan suatu
hal yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena bersifat
abstrak. Maka penggunaan bentuk tiruan dalam proses pembelajaran
5
6
tersebut sangat dibutuhkan untuk menjembatani antara konsep abstrak
dengan kenyataan konkret yang mirip dengannya supaya konsep
tersebut lebih mudah dipahami.
b. Hakikat Belajar
Menurut Abu Ahmadi (1991:133) “belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen, terjadi dari hasil pengalaman”.
Sedangkan Clifford (1986:233) mengatakan: “Learning may be
defined as relatively permanent change in behavior that can be
explainedin terms of the result of experience or practice”. (Belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif
permanen yang dapat dijelaskan dalam istilah hasil dari suatu penga-
laman/latihan). Sehingga semakin banyak pengalaman seseorang
maka pengetahuan yang akan diperolehnya semakin luas.
Selain itu Gage dan Berliner (1992:252) mengatakan “Learning may
be defined as the process where by an organism changes its
behavior as a result of experience.”(Belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
seseorang akibat/ hasil dari suatu pengalaman).
Dari ketiga pendapat di atas, pengertian belajar adalah perubah-
an tingkah laku karena suatu kegiatan untuk menguasai pengetahuan
permanen yang diajarkan oleh guru, pengalaman dari masyarakat, dan
interaksi dengan lingkungan berkat latihan dan pengalaman.
7
c. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2000) merupakan “suatu
kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah
melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru
di sekolah dan kelas tertentu”.
Selain itu Sudjana (2000:39-40) mengemukakan bahwa:
“hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1) faktor intern, dan 2) faktor ekstern. Faktor intern meliputi : motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa.Sedangkan faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor kemam-puan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.
Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan se-
mua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiriaatmadja, (1983:99)
“seseorang yang sedang belajar memperoleh hasil belajarnya sebagai
berikut : Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar
1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar
11% dan indera penglihatan sebesar 83%”.
Dari ketiga pendapat di atas, ternyata untuk meningkatkan hasil
belajar, perlu mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam individu
maupun faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk
meningkatkan hasil belajar.
8
d. Hasil Belajar Kimia pada Pembentukan Senyawa Ion
Untuk mengetahui berhasil tidaknya proses pembelajaran Kimia
pada materi Pembentukan Senyawa Ion, dilakukan suatu penilaian
hasil belajar dengan tujuan:
1) mengetahui pemahaman dan daya serap siswa terhadap
materi yang telah dipelajarinya
2) mengetahui nilai tes tertulis Pembentukan Senyawa Ion
3) mengetahui siswa yang belum tuntas belajar
4) mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam menggunakan
metode mengajar yang dipilihnya
5) mengetahui upaya Guru meningkatkan hasil belajar siswa
Penilaian hasil belajar ada 5 (lima) macam yaitu: tes tertulis, tes
lisan, tes unjuk kerja, tugas dan portofolio. Namun jenis penilaian hasil
belajar Kimia pada Pembentukan Senyawa Ion yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Tes Tertulis.
2. Pemanfaatan Media “MAGNETRON” dalam pembelajaran Kimia
a. Hakikat Pembelajaran
Menurut pendapat Degeng (1989:8)
“pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Istilah pembelajaran dipergunakan untuk menunjukkan konteks yang menekankan pada pola interaksi guru dan siswa atau interaksi antara kegiatan mengajar dan kegiatan belajar”.
9
Selain itu Suprayekti (2003:6-7) berpendapat : “Proses interaktif belajar mengajar (pembelajaran) melibatkan guru, siswa dan materi. Ketiga unsur ini terlibat secara langsung agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah media, karena media berfungsi untuk mengontrol penyajian informasi secara lengkap”.
Dari kedua pendapat tersebut di atas pembelajaran memiliki
pengertian yang di dalamnya mencakup proses mengajar (yang berisi
serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas), dan
proses belajar yang terjadi pada diri siswa (yang berisi perbuatan-
perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan sebagai akibat kegi-
atan belajar mengajar). .Belajar dan mengajar merupakan dua konsep
yang berbeda, keduanya terkait pada tujuan akhir yang sama yaitu
bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa.
b. Pengertian Media
Menurut Sadiman (1984:6) “kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar”.
Sedangkan menurut Dayton seperti diuraikan Aristo Rohadi
2003:8) “pengertian media meliputi alat bantu guru dalam mengajar
serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (siswa) sehingga proses pembelajaran menjadi lebih jelas,
menarik, interaktif, efektif dan efisien serta dapat mengurangi pema-
haman yang abstrak pada diri siswa”
Menurut Duncan dalam uraian Sadiman dkk. (1984:20) “media
digolongkan menurut hirarki pemanfaatannya”.
10
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar
Dale mengadakan klasifikasi pengalaman belajar menurut tingkat dari
yang paling konkret ke yang paling abstrak, yang dikenal dengan
kerucut pengalaman (cone of experience) untuk memilih media apa
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Kerucut penga-
laman E.Dale tersebut digambarkan seperti pada gambar 1 berikut :
Abstrak
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale Konkret
Kerucut pengalaman E.Dale menjelaskan tingkat pengalaman
belajar mulai dari yang konkret sampai dengan yang abstrak yaitu: 1)
pengalaman langsung 2) observasi 3) partisipasi 4) demonstrasi 5)
wisata 6) TV 7) Film 8) Radio 9) Visual 10) simbol visual dan 11) verbal.
c. Pemanfaatan Media “MAGNETRON” dalam pembelajaran Kimia
Kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada
dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar
yang diatur guru.
Menurut pendapat (Sudjana dan Ahmad Rivai 1989 : 1-2)
“media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa dalampembelajaran yang dialaminya, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapainya dengan pertimbangan antara lain : pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Disamping itu bahan pembelajaran lebih mudah dikuasai, metode mengajar lebih variatif dan siswa lebih aktif”
11
Berdasarkan hasil pengamatan yang sangat lama akan kasus-
kasus pembelajaran Kimia di dalam kelas, dan bagi siswa dirasakan
abstrak dan verbal, perlu dicari pemecahan masalahnya. Salah satu
solusi bagi guru adalah penggunaan media pembelajaran yang relevan,
murah dan mudah digunakan.
Salah satu media yang relevan, murah dan mudah digunakan
dalam proses pembelajaran Kimia Pembentukan Senyawa Ion, adalah :
“MAGNETRON”. Media ini dibuat oleh seorang guru Kimia SMK Ne-
geri 3 Pekalongan yang bertindak sebagai peneliti pada Penelitian Tin-
dakan Kelas ini. Terciptanya “MAGNETRON” sebagai media pembela-
jaran didasarkan pada ide modifikasi permainan anak-anak : “Fishing
Game”. Permainan anak ini prinsip dasarnya menggunakan daya tarik
menarik magnet, sehingga dapat dimodifikasi menjadi sebuah media
pembelajaran sebagai bentuk tiruan Pembentukan Senyawa Ion.
Pada Pembentukan Senyawa Ion, terjadi penggabungan antara
ion bermuatan positip (kation) dengan ion bermuatan negatip (anion).
Proses terjadinya penggabungan ion positip dengan ion negatip
tersebut tidak dapat dilihat secara visual, karena bersifat abstrak.
Karena itu sulit dipahami oleh siswa dan perlu dibuatkan bentuk tiruan
yang menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Karena belum ada
guru yang membuat bentuk tiruannya, peneliti yang sekaligus guru
Kimia di SMK Negeri 3 Pekalongan berupaya membuat media
“MAGNETRON” sebagai berikut:
13
Keterangan Gambar 2 :
Bagian ke 1 terdiri dari :
Angka 8 menunjukkan jumlah elektron terluar maksimum adalah 8
Model elektron bermagnet merupakan bentuk tiruan ion positip. Ji-
ka jumlah elektron terluar lebih dari 8, maka kelebihannya adalah
ion positip. Kalau ion positip tersebut bertemu dengan ion negatip
terjadi daya tarik menarik sehingga terbentuklah senyawa ion.
Bagian ke 2 terdiri dari:
Model elektron bermagnet merupakan bentuk tiruan ion negatip. Ji
ka jumlah elektron terluar kurang dari 8, maka kekurangannya
adalah ion negatip. Kalau ion negatip tersebut bertemu dengan ion
positip terjadi daya tarik menarik sehingga terbentuk senyawa ion.
Tuas bermagnet yang digunakan untuk mengambil model elektron
sebagai ion positip di bagian ke 1, kemudian memindahkannya ke
bagian ke 2 model elektron sebagai ion negatip
Bagian ke 3 terdiri dari:
Penggabungan bagian ke 1 dan bagian ke 2
Menunjukkan terjadinya daya tarik menarik ion positip dan negatip
membentuk senyawa ion.
Contoh: ion Natrium bermuatan positip = 1
Ion Klorida bermuatan negatip = 1
Jika ion Natrium dan Klorida bergabung, akan ter-
bentuk senyawa ion Natrium Klorida
14
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan adalah:
1. Penelitian Suandi Sidauruk (1995) berjudul:” Kesulitan Siswa
Dalam Memahami Konsep-konsep Ilmu Kimia, memberikan hasil
bahwa: a. tes kemampuan pemahaman konsep-30%, b. kuesioner
cakupan pengetahuan konsep siswa- 20% dan c. kuesioner
cakupan pengetahuan guru terhadap cakupan konsep siswa- 50%
2. Penelitian Endang Widaratih (2006) berjudul “Peningkatan Presta-
si Belajar Sistem Periodik Unsur dengan Penggunaan Media Kartu
Unsur” memberikan hasil bahwa: a. pada siklus I aktifitas pem-
belajaran meningkat dari kurang aktif menjadi 70,83%, prestasi
belajar siswa meningkat dari 22,85% menjadi 45,71%, dan jumlah
siswa yang mendapat nilai > 6,00 meningkat dari 22,85% menjadi
45,71%, b. pada siklus II aktifitas pembelajaran meningkat dari
70,83% menjadi 88,22%, prestasi belajar siswa meningkat dari
45,71% menjadi 88,57%, dan jumlah siswa yang mendapat nilai >
6,00 meningkat dari 45,71% menjadi 88,57%.
C. Kerangka Berpikir
Untuk memperjelas kondisi awal, kondisi setelah diberi tindakan
pada siklus I, dan kondisi setelah diberi tindakan pada siklus II,
terhadap peningkatan hasil belajar siswa, secara skematis dapat dilihat
pada halaman berikut:
15
Guru: Siswa: Belum meman Hasil belajar
KONDISI faatkan media Kimia Pem-AWAL Magnetron bentukan Se-
dalam pembe nyawa Ion lajaran Kimia rendah Pembentukan Senyawa Ion
SIKLUS I
Memanfaatkan media secara
Memanfaat- berkelompok kan media besar TINDAKAN Magnetron dalam pem- belajaran Ki- mia pemben- tukan senya wa ion SIKLUS II Memanfaatkan media secara berkelompok kecil
Diduga melalui pemanfaatan media Magne- KONDISI tron dapat me AKHIR ningkatkan ha sil belajar Ki- mia Pemben- tukan Senya- wa Ion
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
16
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir seperti telah
diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan Hipotesis Tindakan sebagai
berikut:
Melalui pemanfaatan media pembelajaran Magnetron dapat me-
ningkatkan hasil belajar Kimia pada pembentukan senyawa ion bagi
siswa Kelas X Pencapan Semester I Tahun 2007/2008 SMK Negeri 3
Pekalongan