bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · bab ii landasan teori 2.1. pajak hotel 2.1.1....

14
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Menurut Suharyadi (2019), “Pajak masih menjadi salah satu penerimaan negara yang paling besar yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan juga meningkatkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.Menurut Waluyo dalam Suleman (2019) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Mardiasmo (2016) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Rochmat Soemitro dalam Murifal (2019) Pajak ialah iuran rakyat kepada negaranya berdasarkan Undang-Undang atau peralihan kekayaan dari sektor swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan dan yang langsung dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai kebutuhan atau kepentingan umum. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (yang dapat dipaksakan) yang terutang berdasarkan undang-undang dengan tidak

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pajak Hotel

2.1.1. Definisi Pajak

Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah satu

kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.”

Menurut Suharyadi (2019), “Pajak masih menjadi salah satu penerimaan

negara yang paling besar yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan

juga meningkatkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Menurut Waluyo dalam Suleman (2019) Pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali,

yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang

menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Mardiasmo (2016) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Rochmat Soemitro dalam Murifal (2019) Pajak ialah iuran rakyat

kepada negaranya berdasarkan Undang-Undang atau peralihan kekayaan dari

sektor swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan dan yang langsung

dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai kebutuhan atau kepentingan

umum.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak

adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (yang

dapat dipaksakan) yang terutang berdasarkan undang-undang dengan tidak

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

8

mendapatkan jasa timbal balik dari Negara secara langsung yang digunakan untuk

kesejahteraan umum.

2.1.2. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran, termasuk pengeluaran

untuk pembangunan.

Menurut Resmi (2014) terdapat dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber

penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan.

2. Fungsi Regulerend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta

mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

2.1.3. Asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak merupakan dasar dan pedoman yang digunakan

oleh pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak.

Menurut Mardiasmo (2016), mengemukakan bahwa pemungutan pajak didasarkan

pada:

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

9

1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dalam perpajakan di Indonesia merupakan sebuah

mekanisme yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar

wajib pajak ke negara. Menurut Mardiasmo (2016), menyatakan bahwa macam-

macam sistem pemungutan pajak yaitu:

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

10

3. Withholding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memotong

atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.5. Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa

terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk

pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta

rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Pengenaan pajak hotel sendiri tidak mutlak ada pada seluruh daerah

kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan

yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak

suatu jenis pajak kabupaten atau kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada

suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu

menerbitkan peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan ini akan menjadi

landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan

pajak hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

2.1.6. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel

Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum

yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar

hukum pemungutan pajak hotel antara lain:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

11

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah.

3. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang pajak hotel.

2.1.7. Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hotel

1. Objek Pajak Hotel

Menurut peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang

pajak daerah, objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan

pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya

memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

Yang termasuk objek pajak hotel yang dimaksud antara lain:

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas jangka pendek. Dalam pengertian rumah

penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih

yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan. Fasilitas penginapan atau

fasilitas tinggal jangka pendek antara lain: losmen, motel, gubuk pariwisata,

wisma pariwisata, pesanggrahan, dan rumah penginapan.

b. Pelayaanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat

tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

Pelayanan tersebut antara lain: telepon, faksimili, teleks, fotokopi, pelayanan

cuci, seterika, transportasi sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan

untuk umum. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain: pusat kebugaran (fitness

center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau

dikelola hotel.

d. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

12

2. Bukan Objek Pajak Hotel

Tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana dimaksud pada Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2010 adalah:

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah.

b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.

c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.

d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan

dan panti sosial lainnya yang sejenis, dan

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang

dapat dimanfaatkan oleh umum.

2.1.8. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Pajak Daerah, subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahan hotel. Secara

sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati fasilitas dan

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang

pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel yang bertindak sebagai wajib pajak

yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan

melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.

2.1.9. Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

13

jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga)

bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,

dan melaporkan pajak yang terutang. Saat terutangnya pajak ditetapkan pada saat

terjadinya pelayanan di hotel, pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya

pelayanan, dan pembayaran menggunakan bill atau bukti pembayaran lainnya.

2.1.10. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel

1. Dasar pengenaan pajak hotel

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Pajak Daerah, dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau

yang seharusnya dibayar kepada hotel. Contoh pembayaran, misalnya

seseorang menginap di hotel ”KALIANA” dan melakukan pembayaran atas:

Jasa sewa kamar Rp.1.500.000,00

Jasa laundry Rp. 100.000,00

Jasa telepon Rp. 50.000,00+

Jumlah pembayaran Rp. 1.650.000,00

2. Tarif pajak hotel

Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% dan sudah ditetapkan oleh peraturan

daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan (Perda Kabupaten Bogor

Nomor 2 Tahun 2016 tentang pajak daerah). Hal ini bermaksud untuk

memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan tarif

pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah

kabupaten atau kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten atau kota

diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak yang mungkin berbeda

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

14

dengan daerah kabupaten atau kota lainnya asalkan tidak melebihi tarif yang

telah ditentukan 10%.

3. Perhitungan pajak hotel

Besarnya pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

pajak hotel dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak

hotel dapat di rumuskan sebagai berikut:

Pajak terutang = tarif pajak x jumlah pembayaran yang dilakukan kepada

hotel.

Berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak kepada hotel

“KALIANA” pada point a , maka besarnya pajak yang terutang dapat dihitung yaitu

sebesar:

10% x Rp. 1.650.000,00 = Rp. 165.000,00

2.2. Pendapatan Asli Daerah

2.2.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah dalam

membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil

ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Marihot dalam (sabil, 2017)

“Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari

sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

15

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat digunakan

sebagai alat pembiayaan pemerintah daerah dalam mengelola kegiatan pemerintah

daerah yang ditujukan untuk pembangunan daerah.

Menurut Nurcholis dalam Sabil (2017) “Pendapatan Asli Daerah adalah

pendapatan yang diperoleh dari daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi

daerah, laba perusahaan dan lain-lain yang sah”.

Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 diatas sumber-sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) baik itu kabupaten/kota terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah

Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada

daerah tanpa imbalan langsung yang tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahaan daerah, yang terdiri dari :

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Parkir

2. Hasil Retribusi Daerah

Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada

daerah dengan imbalan langsung dan tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah, yang terdiri dari :

a. Retribusi Jasa Umum

1) Merupakan kewenangan daerah.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

16

2) Memberikan manfaat khusus bagi yang membayar retribusi tersebut.

3) Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.

4) Dapat dipungut secara efektif dan efisien sebagai sumber PAD

potensial.

5) Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang

membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat

yang tidak mampu.

b. Retribusi Jasa Usaha

1) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya

harta yang dimiliki atau dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan

secara penuh oleh pemerintah daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

1) Perizinan tertentu termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan

kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.

2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan

umum.

2.3. Konsep Dasar Perhitungan

Pada perhitungan ini penulis menggunakan metode perhitungan dengan aplikasi

IBM SPSS Statistics 21.

2.3.1. Koefisien Korelasi

Menurut Quadratullah (2014) analisis korelasi adalah alat statistik yang

digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara variabel yang satu

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

17

dengan yang lainnya. Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel.

Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

suatu variabel bebas atau beberapa variabel bebas secara bersamaan terhadap

variabel terikat. Apabila terdapat hubungan antar variabel maka perubahan yang

terjadi pada satu variabel akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel

tersebut, bisa merupakan suatu hubungan kebetulan atau memang hubungan yang

sebenar-benarnya atau signifikan. Sebagai Acuan untuk melihat apakah ada

hubungan antara pajak hotel dan Pendapatan Asli Daerah bisa dilihat pada tabel

berikut :

Tabel III.1

Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi

Internal Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah/tidak ada hubungan

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Cukup

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat Kuat/signifikan

Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) yaitu analisis korelasi

yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel. Korelasi

yang terjadi antara dua variabel dapat berupa korelasi positif maupun negatif.

Pengukuran asosiasi menggunakan nilai numeric untuk mengetahui tingkat hubungan

antar variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang lain

mempengaruhi variabel lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel

tersebut disebut independent. Kuat atau lemahnya hubungan diukur diantara range 0

sampai dengan 1.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

18

Atau

Dimana :

n = banyaknya pasangan data X dan Y

Σx = total jumlah dari variabel X

Σy = total jumlah dari variabel Y

Σx2= kuadrat dari total jumlah variabel X

Σy2= kuadrat dari total jumlah variabel Y

Σxy= hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan variabel Y

2.3.2. Koefisien Determinasi

Menurut Quadratullah (2014) koefisien determinasi dilambangkan dengan r2.

Nilai ini menyatakan proporsi variabilitas sebagai variasi variabel dependent (Y)

yang dapat diterangkan oleh variabel independent (X). Nilai koefisien determinasi

dinyatakan dalam kuadrat dari nilai koefisien korelasi r2

x 100% = n% dapat

diartikan sebagai persentase variasi nilai variabel dependent (Y) dapat diterangkan

oleh variabel independent (X) sebesar n%, sedangkan sisanya sebesar (100-n)%

diterangkan oleh galat (error) atau pengaruh variabel yang lain. Sedangkan untuk

r =𝑛 𝑥𝑦 − ( 𝑥) ( 𝑦)

*𝑛 𝑥2 − ( 𝑥)2+*𝑛 𝑦2 − ( 𝑦)2+

rxy = 𝑥𝑦

( 𝑥2)( 𝑦2)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

19

analisis korelasi dengan jumlah variabel dependent lebih dari satu, terdapat koefisien

determinasi penyesuaian yang sangat sensitif dengan jumlah variabel. Biasanya

untuk analisis korelasi berganda yang sering dipakai adalah koefisien determinasi

penyesuaian (koefisien determinasi sederhana tidak memperhatikan jumlah variabel

independent).

Rumus untuk menghitung koefisien determinasi adalah:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

2.3.3. Regresi

Menurut Quadratullah (2014) analisis regregi merupakan alat analisis statistik

yang memanfaatkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah

membuat perkiraan (prediksi) yang dapat dipercaya untuk nilai suatu variabel (biasa

disebut variabel terikat atau variabel dependent atau variabel respons), jika nilai

variabel lain yang berhubungan dengannya diketahui (biasa disebut variabel bebas

atau variabel independent atau variabel variabel prediktor. Analisis regresi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu analisis regresi sederhana (analisis regresi yang hanya

melibatkan satu variabel dependent dan satu variabel independent) dan analisis

regresi berganda (analisis regresi yang melibatkan satu variabel dependent dan dua

atau lebih variabel independent). Sementara itu, ditinjau dari bentuk fungsionalnya,

analisis regresi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis regresi linear dan analisis

KD = r2

x 100%

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.bsi.ac.id · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Hotel 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

20

regresi nonlinear. Regresi linear sederhana dipengaruhi untuk mengetahui pengaruh

antara satu variabel independent terhadap satu variabel dependent. Persamaan

umumnya adalah:

Dimana :

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Y = a + bX