bab ii landasan teori a. tinjauan tentang persepsi 1

26
19 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi (pencerapan) adalah proses yang dijalankan otak untuk menafsirkan informasi sensorik, mengubahnya menjadi gambaran berarti tentang dunia luar 1 . Dengan kata lain, persepsi merupakan penafsiran yang dilakukan oleh individu terhadap suatu hal yang dialaminya. Persepsi merupakan perbedaan pandangan tiap individu terhadap suatu hal, atau bisa juga dikatakan sebagai kecenderungan seseorang dalam ranah yang relatif 2 . Sedangkan, dalam Kamus Besar Psikologi, persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang dengan menggunakan indera- inderanya sehingga ia memahami kondisi lingkungannya. Menurut Asrori, persepsi merupakan proses yang dialami individu dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, serta memberi makna terhadap suatu stimulus yang berada di lingkungannya 3 , dalam artian, keadaan tersebut adalah berasal dari proses belajar serta pengalaman seorang individu. Dari pengertian tersebut, dapat ditarik unsur- unsur yang terdapat dalam persepsi, yaitu interpretasi dan pengorganisasian. 1 Jeffory S Nevid, Psikologi Konsepsi Dan Aplikasi (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2017), 212. 2 Ugi Nugroho, “Hubungan Persepsi, Sikap, Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiwa Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Universitas Jambi” Journal Sifa, 7 (2012), 2. 3 Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), 21.

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi (pencerapan) adalah proses yang dijalankan otak untuk

menafsirkan informasi sensorik, mengubahnya menjadi gambaran

berarti tentang dunia luar1. Dengan kata lain, persepsi merupakan

penafsiran yang dilakukan oleh individu terhadap suatu hal yang

dialaminya. Persepsi merupakan perbedaan pandangan tiap individu

terhadap suatu hal, atau bisa juga dikatakan sebagai kecenderungan

seseorang dalam ranah yang relatif2. Sedangkan, dalam Kamus Besar

Psikologi, persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang dengan

menggunakan indera- inderanya sehingga ia memahami kondisi

lingkungannya. Menurut Asrori, persepsi merupakan proses yang

dialami individu dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, serta

memberi makna terhadap suatu stimulus yang berada di

lingkungannya3, dalam artian, keadaan tersebut adalah berasal dari

proses belajar serta pengalaman seorang individu. Dari pengertian

tersebut, dapat ditarik unsur- unsur yang terdapat dalam persepsi, yaitu

interpretasi dan pengorganisasian.

1 Jeffory S Nevid, Psikologi Konsepsi Dan Aplikasi (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2017), 212. 2 Ugi Nugroho, “Hubungan Persepsi, Sikap, Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

Mahasiwa Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Universitas Jambi” Journal Sifa, 7 (2012), 2. 3 Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), 21.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

20

Sedangkan, menurut Slameto persepsi merupakan proses

masuknya informasi atau pesan ke dalam otak manusia, persepsi-

persepsi tersebut muncul manakala seorang individu berhubungan

dengan individu lain4. Dalam pembentukan persepsi, setidaknya ada 3

syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya indera, yakni bagian tubuh yang dapat menangkap kondisi

objek tertentu.

c. Adanya perhatian, perhatian memiliki fungsi memiliki dan

mengarahkan rangsangan yang sampai pada kita, sehingga tidak

kita terima secara kacau5

Apabila mengacu pada pengertian dari beberapa tokoh di atas,

dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah kecenderungan atau

perbedaan pendapat yang dimiliki oleh individu dalam menafsirkan

sesuatu yang dialaminya, dilihat, dan dirasakannya sebagai bagian dari

hasil pemrosesan sensorik, sehingga berbeda antara satu individu

dengan individu yang lain.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Krech dan Crutchfield dalam Alex Shobur, ada beberapa

hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu:6

4 Slameto, Belajar Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

102. 5 Alex Shobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 449. 6 Shobur, 460.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

21

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan

(suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang

individu. Pengalaman seseorang terbukti menunjukkan dampak

terhadap persepsi. Sesuai dengan teori Krech dan Crutchfield

merumuskan dalil persepsi yang pertama; persepsi bersifat selektif

secara fungsional, ini berarti seseorang mempersepsi sesuatu akan

memberikan tekanan yang sesuai dengan tujuan orang tersebut.

b. Faktor- Faktor Struktural

Faktor- faktor structural berarti bahwa faktor- faktor tersebut

timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek- efek netral

yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu. Menurut Gestalt,

ketika seseorang mempersepsikan sesuatu, maka kita mempersepsi

keseluruhan, tidak menurut bagian- bagiannya7.

c. Faktor- Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.

Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk

paralinguistic adalah beberapa factor situasional yang

mempengaruhi persepsi.

d. Faktor Personal

Hal- hal yang termasuk dalam faktor personal adalah

pengalaman, motivasi, kepribadian. Pengalaman membantu

7 Shobur, 461.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

22

seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi. Kepribadian

adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola

tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan

karakteristik seorang individu.

B. Tinjauan Tentang Iklim Kelas

1. Pengertian Iklim Kelas

Dalam Kamus Online Bahasa Indonesia, Iklim merupakan suatu

keadaan hawa (suhu, kelembapan, curah hujan) pada suatu daerah

dalam jangka waktu yang lama8. Ada beberapa istilah yang biasa

digunakan untuk menyebut iklim, yaitu climate yang terdiri dari feel,

atmosphere, dan environment, yang berarti bahwa iklim adalah segala

sesuatu yang mencakup suasana, rasa, dan juga keadaan lingkungan.

Bloom dalam Badaruddin, mendefinisikan bahwa iklim adalah

pengaruh, dukungan, dan keadaan yang merupakan rangsangan dari luar

yang mempengaruhi peserta didik.9 Sedangkan, kelas menurut Kamus

Bahasa online Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai ruang tempat

belajar di sekolah10. Selanjutnya, kelas didefinisikan sebagai tempat

peserta didik belajar dan tempat guru mengajar, sehingga terjadi sebuah

interaksi antara guru dan peserta didik.

8 KBBI Online. 9 Badrudin, Manajemen Peserta Didik (Jakarta: Indeks, 2014), 96. 10 KBBI Online.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

23

Iklim kelas (classroom climate) adalah sebuah konsep yang

pertamakali dikenalkan oleh Moos pada tahun 197311. Hoy dan Forsyth

dalam Hadiyanto, mendefinisikan iklim kelas sebagai organisasi sosial

informal dan aktivitas guru kelas yang secara spontan mempengaruhi

tingkah laku peserta didik. Sedangkan, secara lebih detail pengertian

iklim kelas disebutkan oleh Amborse yang dikutip oleh Hadiyanto,

yaitu iklim kelas adalah:12

“The intellectual, social, emotional, and physical

environments in which our students learn. Climate is

determined by a constellation of interacting factors that

include faculty- student interaction”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa iklim kelas

merupakan lingkungan keilmuan, sosial, emosional, serta lingkungan

fisik dimana peserta didik belajar. Iklim ditentukan oleh bertemunya

beberapa factor, dalam hal ini adalah adanya interaksi antara guru

dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik lain.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim

kelas adalah situasi yang timbul sebagai hasil dari interaksi antara guru

dan peserta didik serta peserta didik dan peserta didik lainnya yang

dapat mempengaruhi tingkat kognitif, afektif, serta psikomotorik

peserta didik sebagai subjek belajar serta mempengaruhi keberhasilan

proses pembelajaran. Iklim kelas yang mendukung keberhasilan

program belajar adalah iklim kelas yang kondusif.

11 Ian M. Evans et al., “Differentiating Classroom Climate Concepts: Academic, Management, and

Emotional Environments,” Kotuitui: New Zealand Journal of Social Sciences Online 4, (January

2009), 132. 12 Hadiyanto, Teori Pengembangan Iklim Kelas Dan Iklim Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2016), 4.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

24

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Iklim Kelas

Adapun faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam menciptakan

iklim kelas yang kondusif dapat diciptakan dengan cara sebagai berikut,

yaitu:13

a. Pendekatan pembelajaran sebaiknya sesuai dengan bagaimana

siswa belajar (student centered)

b. Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif peserta didik

dalam proses pembelajaran.

c. Sikap demokratis guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

d. Pembahasan secara dialogis dari setiap permasalahan yang muncul

dalam proses pembelajaran.

e. Lingkungan kelas disetting atau diatur sedemikian rupa sehingga

dapat membantu proses pembelajaran.

f. Penyediaan berbagai sumber belajar dan referensi dalam

mendukung proses pembelajaran.

3. Dimensi- dimensi Iklim Kelas

Menurut Cohen, McCabe, Michelli, dan Pickeral, iklim kelas

mencakup empat dimensi penting, yaitu:14

a. Safety

Merasa aman, secara sosial, emosional, intelektual dan

fisik, merupakan kebutuhan dasar manusia. Merasa aman di kelas

13 Ali Muhtadi, “Menciptakan Iklim Kelas (Classroom Climate) Yang Kondusif Dalam Proses

Pembelajaran,” Jurnal Majalah Ilmiah Pembangunan, 2 (2005), 203. 14 Weijun Wang, “School Climate, Peer Victimization, and Academic Achievement: Result from a

Multi- Informant Study,” School Psychology Quarterly, 29 (2014), 362.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

25

secara kuat mendorong belajar siswa dan perkembangan yang

sehat. Namun, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa

banyak siswa yang merasa tidak aman secara fisik dan emosional

ketika di sekolah. Tanpa norma, struktur, dan hubungan yang

mendukung di sekolah, memungkinkan siswa mengalami siswa

mengalami kekerasan, korban kekerasan, dan tindakan pelanggaran

disiplin yang serta disertai dengan tingginya absensi dan

mengurangi prestasi akademik15. Dimensi safety mencakup

peraturan yang jelas dan konsisten, sejauh mana individu merasa

aman secara fisik serta sikap tentang kekerasan dan intimidasi.

b. Relationship.

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan suatu

hubungan. Pola norma, nilai, dan interaksi yang membentuk

hubungan di sekolah memberikan suatu daerah penting dari iklim

kelas. Salah satu aspek terpenting dalam hubungan di sekolah

adalah bagaimana orang tua terhubung satu sama lain. Dari sudut

pandang psikologi, hubungan tidak hanya untuk hubungan dengan

orang lain tetapi hubungan dengan diri kita sendiri.

Jika hubungan guru murid negatif dan penuh konflik, hal

tersebut akan lebih memungkinkan siswa memiliki masalah

perilaku dan akademisnya. Juga, interaksi guru dengan siswa dapat

secara langsung mempengaruhi keterlibatan perilaku dan

15 Amrit Thapa et al., “A Review of School Climate Research,” Review of Educational Research,

83 (2013), 360.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

26

emosional siswa di kelas. Saat dukungan dan interaksi guru positif

dengan murid, maka siswa akan lebih mungkin untuk terlibat

dalam partisipasi secara tepat.16 Dimensi relationship mencakup

saling menghormati keberagaman, rasa keterhubungan antara

komunitas kelas dan pola hubungan positif antara siswa, pendidik,

guru dan keluarga. Dalam indikator iklim kelas yang dikemukakan

oleh Fraser, dimensi interpersonal relationship ini meliputi

kekompakan siswa, yakni bagaiman mereka mengenal, membantu,

dan mendukung satu sama lain antar siswa juga equality yaitu

bagaimana cara peserta didik menyikapi perbedaan dalam

lingkungannya.

c. Teaching and Learning

Teaching and learning merupakan salah satu dimensi yang

penting dari iklim kelas. Kepala sekolah dan guru harus berusaha

dengan jelas mendefinisikan norma, tujuan dan nilai- nilai yang

membentuk lingkungan belajar dan mengajar. Iklim kelas yang

positif mempromosikan pembelajaran yang kooperatif, kohesi

kelompok dan saling menghormati dan percaya. Aspek ini

khususnya telah terbukti secara langsung meningkatkan lingkungan

belajar17. Dimensi teaching and learning ini dalam indikator yang

dijelaskan oleh Fraser meliputi teacher support(dukungan guru),

16 Thapa et al., 363. 17 Thapa et al., 365.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

27

involvemen(keterlibatan siswa), investigation, task orientation(atau

orientasi tugas), dan coorperation(kerja sama).

d. Environment Structural

Environment Structural terbagi menjadi dua aspek, yaitu

keterhubungan atau keterlibatan kelas dan tata letak fisik dan

sumber daya. Pusat pengendali dan pencegahan penyakit

mendefinisikan keterhubungan kelas sebagai keyakinan yang

dimiliki siswa kepada orang dewasa dan rekan- rekan di sekolah

yang peduli mengenai belajar mereka serta diri mereka sebagai

individu. Penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan kelas

terkait dengan pencegahan kekerasan, kepuasan siswa dan perilaku

bermasalah. Ruang kelas merupakan dimensi lingkungan lain yang

berdampak pada perasaan siswa mengenai keselamatan mereka.

Astor dkk menunjukkan bahwa siswa merasa tidak aman di area

gedung kelas yang tanpa pengawasan. Menurut penelitian, kualitas

fasilitas kelas mempengaruhi prestasi siswa melalui iklim kelas

sebagai mediator.18 Dimensi environmental- structural mencakup

kebersihan, ketertiban, daya Tarik, fasilitas kelas, dan sumber daya

yang memadai.

18 Thapa et al., 369.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

28

C. Tinjauan Tentang Efikasi Diri Akademik

1. Pengertian Efikasi Diri Akademik

Seseorang melakukan sesuatu tergantung dengan lingkungan,

kognisi, dan perilaku yang ketiganya saling bekerja secara timbal balik.

Ranah kognisi tersebut sangat mempengaruhi keyakinan seseorang

terhadap kemampuan dirinya, keyakinan tersebut didefinisikan sebagai

efikasi diri.

Self- efficacy is defined as people's beliefs about their

capabilities to produce designated levels of performance that

exercise influence over events that affect their lives. Self- efficacy

beliefs determine how people feel, think, motivate themselves and

behave. Such beliefs produce these diverse effects through four

major processes. They include cognitive, motivational, affective

and selection processes.19

Pemaparan diatas, apabila difahami secara sederhana yaitu Efikasi

diri merupakan sebuah keyakinan yang dimiliki oleh individu tentang

kemampuan dirinya yang mempengaruhi kehidupannya. Efikasi diri

akademik menentukan bagaimana seseorang berfikir, merasakan, dan

memotivasi dirinya sendiri yang menghasilkan efek yang beragam,

yang meliputi kognitif, motivasi, afektif, dan penyeleksian proses.

Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan manusia atas

kemampuan dirinya untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian

terhadap fungsi diri mereka dan kejadian di lingkungannya.20 Bandura

menyebutkan bahwa efikasi diri (self-efficacy) adalah salah satu

19 Albert Bandura, Self- Efficacy (California: Stanford University, 1994), 2. 20 Gregory J. Feist, Theories of Personality Sixth Edition (United States: Mc- Grawhill Companies,

2006), 415.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

29

kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self- efficacy mengacu

pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan

mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu21.

Efikasi diri individu dalam akademik disebut efikasi diri akademik.

Sehingga, efikasi diri akademik dapat didefinisikan sebagai keyakinan

yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau kompetensinya untuk

mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan

yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan

mengatasi tantangan akademik. Bandura dalam Ghufron dan Risnawita

mendefinisikan efikasi diri akademik sebagai keyakinan individu

mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan atau menyelesaikan

tugas akademik.22

Efikasi diri akademik berpengaruh pada pengendalian proses

terhadap hasil pendidikan mereka sendiri dan dapat menghadapi dan

menyelesaikan masalah yang menantang. Hal tersebut memiliki dampak

besar pada dorongan dalam problem solving, minat dan kinerja

pendidikan.23 Siswa yang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk

mengatur, melaksanakan, dan kemampuan problem solving tingkat

kompetensi yang ditunjuk menunjukkan self- eficacy yang tinggi.

Menurut Bandura individu dengan efikasi diri akademik tinggi

akan memiliki komitmen terhadap tujuan akademis yang mereka

21 Rista Febriyanti Wibowo, “Self Efficacy Dan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Surabaya,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 3 (2014), 4. 22 Gaya Belajar: Kajian Teoretik, 34. 23 Mayya Kholishotus Sariroh, “Hubungan Efikasi Diri Akademik Dengan Kesiapan Kerja

Mahasiswa Tingkat Akhir Pada Universitas X Surabaya,” Psychopreneur Journal, 2 (2018), 44.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

30

tetapkan, memiliki orientasi diagnostik tugas, melihat masalah sebagai

tantangan yang harus dikuasai daripada ancaman dan menetapkan

tujuan untuk menghadapi tantangan, melihat kegagalan sebagai hasil

usaha atau pengetahuan yang tidak mencukupi, bukan sebagai

kekurangan. Dengan demikian, efikasi diri akademik merupakan

keyakinan seseorang terhadap kemampuan melaksanakan tugas

akademik yang didasarkan atas kesadaran diri atas arti penting

pendidikan dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan.

2. Sumber Efikasi Diri.

Alwisol menyebutkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

efikasi diri akademik adalah sebagai berikut:24

a. Pengalaman performansi, yaitu prestasi yang pernah dicapai di

masalalu. Prestasi masalalu yang bagus dapat meningkatkan

ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan justru menurunkannya.

b. Pengalaman vikarius, yakni pengalaman yang bisa diperoleh dari

model media sosial. Efikasi diri akademik dapat meningkat

manakala seseorang yang kemampuannya setara dengan seorang

individu mengalami keberhasilan, sedangkan sebaliknya efikasi diri

akademik justru menurun manakala seseorang yang memiliki

kemampuan diri sama dengan kita mengalami kegagalan.

c. Persuasi sosial, yaitu efikasi diri akademik juga dipengaruhi oleh

persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada

24 Alwisol, Psikologi Kepribadian Edisi: Revisi (Malang: UMM Press, 2009), 288–289.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

31

kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi

efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi

persuasi, dan sifat realistis dari hal tertentu yang dipersuasikan.

d. Keadaan emosi mengikuti suatu kegiatan dapat mempengaruhi

efikasi dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stres

dapat mempengaruhi efikasi diri akademik.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Bandura menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

efikasi diri antara lain:

a. Budaya.

Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai, kepercayaan, dan

proses pengaturan diri yang berfungsi sebagai sumber penilaian

efikasi diri dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi

diri.

b. Gender

Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap efikasi diri. Hal ini

dapat dilihat dari penelitian Bandura yang menyatakan bahwa efikasi

wanita lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang

mempunyai peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai

wanita karir akan mempunyai efikasi diri yang tinggi dibandingkan

pria yang bekerja.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

32

c. Sifat dan Tugas yang dihadapi.

Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh

individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap

kemampuan dirinya sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang

dihadapi oleh individu makan akan semakin rendah individu tersebut

menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada

tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu

tersebut menilai kemampuannya.

d. Insentif Eksternal

Faktor lain yang mempengaruhi efikasi individu adalah insentif

yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor

yang daoat meningkatkan efikasi diri adakag competent contingens

incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang

merefleksikan keberhasilan seseorang.

e. Status atau Peran Individu dalam Lingkungan.

Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh

derajat control yang lebih besar sehingga efikasi diri yang

dimilikinya juga tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status

yang lebih rendah akan memiliki control yang lebih kecil, sehingga

efikasi dirinya juga rendah.

f. Informasi tentang Kemampuan Diri.

Individu akan memiliki efikasi diri tinggi, jika ia memperoleh

informasi mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

33

efikasi diri yang rendah, jika ia memperoleh informasi negative

mengenai dirinya25.

4. Dimensi Efikasi Diri Akademik.

Bandura membagi dimensi efikasi diri akademik menjadi tiga hal,

yaitu:26

a. Magnitude, yaitu berkaitan dengan kesulitan tugas ketika individu

merasa mampu untuk melakukannya. Individu yang memiliki

magnitude yang tinggi merasa bahwa memiliki kemampuan untuk

menguasai permasalahan yang sulit, begitu pula sebaliknya.

b. Strength, yaitu berkaitan dengan tingkat keyakinan atau

pengharapan dari individu mengenai kemampuan diri yang

berkaitan dengan magnitude.

c. Generality, yaitu berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang

mana individu merasa yakin atas kemampuan dirinya.

Sedangkan, Zimmerman membagi dimensi efikasi diri akademik

dalam beberapa hal, yaitu:27

a) Level, yaitu sulit tidaknya tugas yang dihadapi.

b) Generality, yaitu kemampuan seseorang dalam meyakinkan dirinya

pada beberapa tugas dan aktivitas lain.

25 Astrid Indi Dwisty Anwar. “Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di

Depan Umum”, (Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Sumatera Utara, 2010), 34. 26 Nobelina Adicondro et al., “Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga Dan Self Regulated

Learning Pada Siswa Kelas VIII,” Humanitas, 8 (2011), 18–27. 27 Angelo Reyes Dulas, “The Development of academic self-efficacy scale for Filipino Junior high

school students” Frontiers in Education Vol 3 (2018), 2.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

34

c) Strenght, yaitu berkaitan dengan kepastian yang dengannya

seseorang dapat melakukan tugas tertentu.

Berdasarkan aspek-aspek efikasi diri akademik yang telah

dikemukakan oleh para tokoh di atas ditemukan kesamaan antar

keduanya, namun karena penggunaan bahasa lebih sederhana peneliti

memilih aspek-aspek efikasi diri akademik yang dikemukakan oleh

Albert Bandura yang menjadi indikator dan kemudian dikembangkan

menjadi alat ukur dalam penelitian ini.

5. Karakteristik Orang yang Memiliki Self Efficacy

Orang yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki ciri- ciri sebagai

berikut:28

a. Orientasi pada tujuan

Perilaku seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi akan selalu

positif dan mengarah pada keberhasilan yang berorientasi pada

tujuan. Semakin tinggi efikasi dirinya, maka semakin tinggi pula

tujuan yang hendak dicapai dan semakin mantap komitmen individu

tersebut terhadap tujuan.

b. Orientasi kendali internal

Kendali individu mencerminkan tingkat mereka percaya bahwa

perilaku mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Individu

dengan orientasi kendali internal akan mengarahkan diri mereka

28 Nurhasanah, "Hubungan Efikasi Diri dan Indeks Prestasi Keberhasilan Belajar", Lembaran

Publikasi Ilmiah Plusdiklat Migas, 3 (t.t), 16.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

35

untuk membuat rencana dan tujuan untuk dapat mencapai tujuan

secara umum.

c. Tingkat usaha yang dikembangkan dalam sebuah situasi

Keyakinan seseorang terhadap kemampuannya menentukan

tingkat motivasi seseorang tersebut. Seseorang yang mempunyai

keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya menunjukkan usaha

yang lebih besar dalam menghadapi tantangan.

d. Jangka waktu bertahan menghadapi hambatan.

Semakin kuat keyakinan seseorang terhadap kemampuannya,

semakin besar dan tekun mereka berusaha.

D. Tinjauan Tentang Keterlibatan Siswa (Student Engagement)

1. Pengertian Keterlibatan Siswa (Student Engagement)

Keterlibatan yang berkaitan dengan konsep pendidikan telah

menjadi konsep penting yang berkaitan dengan hasil pendidikan.

Menurut Gallup, Keterlibatan siswa (student engagement) merupakan

sebuah kondisi yang digunakan untuk mendeskripsikan keikutsertaan

peserta didik dan kegiatan sekolah yang dapat meningkatkan prestasi

akademik serta perilaku positif peserta didik29. Sedangkan Frederick

mendefinisikan keterlibatan siswa terbagi dalam tiga dimensi, yaitu

keterlibatan perilaku (behavior engagement), keterlibatan emosi

(emotional engagement), dan keterlibatan kognitif (Cognitive

engagement).

29 Amber Olson and Reece L Peterson, “Student Engagement" Strategy Brief, April, (2015), 1.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

36

Trawler menyatakan bahwa student engagement atau keterlibatan

siswa berfokus pada interaksi antara usaha, waktu, dan sumber lain

yang relevan yang dilakukan oleh siswa dan institusi untuk

mengoptimalkan pengalaman serta meningkatkan luaran pembelajaran

dan pengembangan performa siswa dan reputasi institusi.

Berdasarkan pengertian- pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa student engagement adalah partisipasi peserta didik dalam

kegiatan- kegiatan yang ada di sekolahnya, partisipasi tersebut meliputi

keterlibatan emosi, keterlibatan perilaku, serta keterlibatan kognitif.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Siswa

Faktor- faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa antara lain:

a. Faktor guru, yaitu model interaksi guru.

b. Faktor sekolah, yaitu meliputi faktor lingkungan fisik (penataan,

pencahayaan, faktor sensori, kebisingan, dan lain sebagainya).

c. Faktor siswa, yaitu kondisi fisik peserta didik, emosi, kognitif, dan

tingkah laku termasuk hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan

peserta didik serta hubungan antar teman sebaya.

d. Faktor keluarga, yaitu dukungan yang diberikan oleh keluarga serta

hubungan peserta didik dengan keluarganya.

e. Faktor kurikulum, yaitu tipe sumber belajar termasuk juga teknologi,

dimensi belajar (tingkat kesulitan serta kebermaknaan belajar).

Sedangkan, menurut Frederick faktor- faktor yang mempengaruhi

keterlibatan siswa dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

37

a. Faktor Individu, yang meliputi pribadi siswa. Hal- hal yang terakait

dengan pribadi siswa ini adalah kebutuhan akan keterhubungan,

kebutuhan autonomi, dan kompetensi.

b. Faktor lingkungan, yang meliputi hubungan pertemanan, keluarga,

interaksi dengan guru, iklim sekolah, dan aturan sekolah. Faktor

lingkungan merupakan faktor luar yang mempengaruhi keterlibatan

individu, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Hubungan antar teman sebaya, hubungan antara teman yang baik

akan menciptakan lingkungan yang supportif dan membantu

siswa untuk siswa untuk menghadapu persoalan yang dialami di

sekolah atau dalam keluarga yang dapat menghambat siswa dalam

belajar.

2) Keluarga, yang merupakan salah satu faktor penting dalam

keterlibatan siswa di sekolah. Penelitian Smals menyatakan

bahwa pola asuh orang tua berperan dalam keterlibatan siswa di

sekolah.

3) Lingkungan kelas, yaitu lingkungan tempat belajar siswa. Siswa

yang memiliki guru yang suportif dapat meningkatkan

keterlibatan siswa dan siswa merasa mampu di dalam kelas.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

38

3. Dimensi Keterlibatan Siswa

Menurut Fredericks, yang termasuk dalam dimensi keterlibatan

siswa adalah sebagai berikut:30

a. Behavioral engagement, yakni partisipasi siswa pada kegiatan dalam

kelas, kegiatan sosial, serta kegiatan ekstrakurikuler.

b. Emotional Engagement, yakni berkaitan dengan sikap yaitu meliputi

interaksi dengan guru, teman sebaya, tugas sekolah, serta sekolah.

c. Cognitive Engagement, yakni terkait dengan keadaan individu

masing- masing siswa, yaitu berkaitan dengan regulasi diri. Hal ini

meliputi kebijaksanaan dan pencapaian tujuan pada pendekatan

sekolah.

E. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Iklim Kelas dan

Keterlibatan Siswa dalam pembelajaran

Persepsi siswa tentang iklim kelas memiliki pengaruh terhadap

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Iklim kelas mencakup

segala hal yang terjadi di lingkungan kelas, baik berkaitan dengan aspek

fisik, aspek proses belajar dan mengejar serta hubungan antar individu

di dalam kelas. Wang & Halcombe menyatakan bahwa the perceptions

30 Christenson, Reschly, and Wylie, Handbook of Research on Student Engagement, 10.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

39

of school people about their school environment can be used as the

prediction of student involvement31

Fakta tentang adanya pengaruh persepsi siswa tentang iklim kelas

terhadap keterlibatan dalam proses pembelajaran diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Luluk Masroatul Lailiyah pada tahun

2017 yang berjudul hubungan antara iklim kelas dengan keterlibatan

siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini, iklim kelas memiliki

presentase yang cukup besar dalam mempengaruhi keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran, yakni sekitar 29.3%32. Penelitian lain dalam

jurnal psikologi dan perkembangan yang menyebutkan bahwa hasil

penelitian dan analisis data yang dilakukan dengan teknik statistik

korelasi Spearman's Rho dengan bantuan SPSS 17.0 for windows

diperoleh nilai korelasi antara persepsi siswa terhadap iklim sekolah

dengan school engagement sebesar 0,335, dengan p sebesar 0,00033.

Penelitian lain menyebutkan bahwa learning environments will

contribute to classroom-based theories of engagement and learning that

are of direct utility to teachers34. Yang merupakan lingkungan belajar

dan iklim kelas yang baik dapat mempengaruhi keterlibatan peserta

31 Wang and Halcombe, “Adolescents’ Perceptions of School Environment, Engagement, and

Academic Achievement in Middle School,” American Educational Research Journal 47, no. 3

(2010): 33. 32 Luluk Masrurotul Lailiyah, “Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Keterlibatan Siswa Dalam

Belajar,” Jurnal Happines 1 (2017), 36. 33 Purwita, “Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Iklim Sekolah dengan School Engagement

di SMK IPIEMS Surabaya (aCorrelation between Student’s Perception of School Climate with

School Engagement in SMK IPIEMS Surabaya),” 2. 34 David J Shernoff, Stephen M Tonks, and Brett Anderson, “The Impact of the Learning

Environment on Student Engagement in High School Classrooms,” National Society for the Study

of Education, Volume 113 (2014), 174.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

40

didik dan pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan bermakna. Selain

itu, penelitian lain juga menyebutkan bahwa persepsi positif tentang

iklim kelas yang meliputi sikap peduli, mendukung serta hubungan

pendidik dan peserta didik dapat meningkatkan keterlibatan siswa di

kelas secara significant, yakni dengan nilai korelasi sebesar 0.46.35 Hal

ini mengindikasikan bahwa terdapat dasar dari pengujian hipotesisi

tentang pengaruh persepsi siswa tentang iklim kelas terhadap

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan, secara lebih

lanjut peneliti ingin mengungkapkan tentang pengaruh efikasi diri

akademik pada siswa SMA yang merupakan siswa dengan tingkat

stress and storm yang cukup tinggi terhadap keterlibatan siswa (Student

Engagement) dalam proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 1 Kediri.

2. Hubungan antara Efikasi Diri Akademik dan Keterlibatan Siswa

dalam Proses Pembelajaran.

Efikasi diri akademik peserta didik merupakan keyakinan diri

seorang peserta didik dalam menghadapi tugas- tugas akademik dalam

lingkungan belajarnya. Efikasi diri akademik berpengaruh terhadap

proses pembelajaran karena ketika seorang peserta didik yang memiliki

efikasi diri yang tinggi ia akan aktif di kelas baik dalam hal kognitif,

perilaku, serta motivasi. Self-efficacy is a self-confidence or believe to

organize things, finish tasks, reach the goal, achieve something, and

35 Maria R. Reyes et al., “Classroom Emotional Climate, Student Engagement, and Academic

Achievement,” Journal of Educational Psychology 104, no. 3 (2012), 9.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

41

implement the action to perform certain skill. From previous studies,

students with a high engagement level have better self-confidence than

those who have low engagement level.

Fakta tentang adanya pengaruh antara efikasi diri akademik

terhadap keterlibatan siswa dalam pembelajan diperkuat dengan adanya

penelitian yang ditulis oleh Elizabet dan Paul pada tahun 2003 yang

berjudul “The role of Self- Efficacy Beliefs in Students Engagement and

Learning in The Classroom” menunjukkan bahwa efikasi diri penting

terhadap keterlibatan siswa di dalam kelas. Siswa yang memiliki efikasi

diri positif dan relatif tinggi terlibat secara aktif di dalam kelas, baik

dalam hal perilaku, kognitif, dan motivasi. Guru dapat merancang dan

mengatur instruksi atau petunjuk bagi siswa yang akhirnya berdampak

positif pada keberhasilan diri siswa sehingga dapat meningkatkan

keterlibatan siswa pada pembelajaran di dalam kelas.36

Kemudian, dalam jurnal yang ditulis oleh oleh Dian dan Wei pada

tahun 2015 yang berjudul “Determining Relationship between

Academic Self- efficacy and Student Engagement by Meta- analysis”

menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran memiliki hubungan yang saling berkaitan dan

36 Elizabeth A. Linnenbrink, “The role of Self- Efficacy Beliefs in Students Engagement and

Learning in The Classroom”, Reading and Writing Quaterly, 19 (2003), 136.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

42

searah, yakni apabila kita meningkatkan efikasi diri akademik, maka

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga akan meningkat.37

Dengan demikian, terdapat dasar dari pengujian hipotesis dalam

penelitian ini. Sedangkan, secara lebih lanjut peneliti ingin

mengungkapkan tentang pengaruh efikasi diri akademik pada siswa

SMA yang merupakan siswa dengan tingkat stress and storm yang

cukup tinggi terhadap keterlibatan siswa (Student Engagement) dalam

proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kediri

3. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Iklim Kelas, Efikasi Diri

Akademik, dan Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Keterlibatan siswa yang bertindak sebagai variabel Y dalam

penelitian ini merupakan suatu respon yang timbul dalam diri siswa

dalam proses pembelajaran sebagai hasil aksi dengan hal- hal yang

berada disekitarnya. Dalam ilmu psikologi, tingkah laku ini dirumuskan

dalam formula B=f (P, E)38, dimana dalam formula- formula tersebut,

mengandung beberapa indikator yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar.

Faktor luar yang mempengaruhi misalnya adalah lingkungan tempat

peserta didik biasa melakukan aktivitas pembelajaran, yakni kelas.

Iklim kelas yang kondusif, secara tidak langsung juga akan merangsang

37 Dian Fu- Chang, “Determining the Relationship between Academic Self-efficacy and Student

Engagement by Meta-analysis” 2015 2nd International Conference on Education Reform and

Modern Management (ERMM2015) (2015), 3.

38 Koentjoro (2005). Arti Penting Perubahan Paradigma dan Pendekatan dalam Pembelajaran dan

Penerapan Psikologi Sosial di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM, Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

43

siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran yang meliputi behavioral, kognitif, serta emotional

juga dipengaruhi oleh cara peserta didik mempersepsikan tempat

belajarnya, sehingga semakin positif peserta didik dalam

mempersepsikan iklim kelasnya, maka dimungkinkan peserta didik

akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran.

Selain faktor dari luar, keterlibatan siswa sebagai tingkah laku

peserta didik juga dipengaruhi oleh faktor dirinya sendiri, yaitu

keyakinan diri peserta didik atas kemampuan dirinya menghadapi tugas

akademik tertentu. Keyakinan atas kemampuan diri individu dalam

ilmu psikologi disebut dengan efikasi diri (Self- Efficacy). Efikasi diri

akademik yang tinggi dan positif mempengaruhi tingkat perilaku siswa

dalam kelas, terutama pada keterlibatannya dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, secara bersama- sama persepsi siswa tentang iklim

kelas dan efikasi diri akademik mempengaruhi keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran. Dalam teori yang dikemukakan oleh Reeve dalam

Puspita Candriadriana, disebutkan bahwa Student engagement is the

behavioral intensity, emotional quality, and individual effort of students

to be engaged actively in learning process. Student engagement in

class involves not only learners but also institution where they study,39

yang bermakna keterlibatan siswa adalah sebuah intensitas tingkah

laku, kualitas emosi, serta usaha individu untuk terlibat aktif dalam

39 Ardhiana Puspitacandri and Yoyok Soesatyo, “Influence Of Class Climate Perception and Self-

Efficacy On Student Engagement,” Journal of Education, Health and Sport Vol 7. 12 (2019), 481.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Persepsi 1

44

proses pembelajaran, yang tidak hanya ditentukan oleh diri peserta

didik itu sendiri, melainkan juga tempat dimana ia belajar.

Dengan demikian, terdapat teori yang menjadi dasar pengujian

hipotesis dalam penelitian ini. Sedangkan, secara lebih lanjut peneliti

ingin mengungkapkan tentang pengaruh persepsi siswa tentang iklim

kelas dan efikasi diri akademik pada siswa SMA yang merupakan siswa

dengan tingkat stress and storm yang cukup tinggi terhadap keterlibatan

siswa (Student Engagement) dalam proses Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 1 Kediri.