bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka 1. definisi ... · kualifikasi luka yang tercantum dalam...

21
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Visum et Repertum Visum et Repertum berasal dari bahasa Latin. Kata “visum” atau “visa” dalam bentuk tunggalnya berarti tanda melihat atau melihat, sedangkan “Repertum” berarti melapor. Visum et Repertum secara etimologi adalah apa yang dilihat dan diketemukan. Visum et Repertum diartikan sebagai laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa badan manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik- baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut (Amir, 2005). Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari badan manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan (Budiyanto et al., 1997). Visum et

Upload: votuyen

Post on 18-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Visum et Repertum

Visum et Repertum berasal dari bahasa Latin. Kata “visum” atau

“visa” dalam bentuk tunggalnya berarti tanda melihat atau melihat,

sedangkan “Repertum” berarti melapor. Visum et Repertum secara

etimologi adalah apa yang dilihat dan diketemukan. Visum et Repertum

diartikan sebagai laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter

berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu menerima

jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta

yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa badan manusia

yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-

baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang

pemeriksaan tersebut (Amir, 2005).

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter

atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis

terhadap seorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari

badan manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah

dan untuk kepentingan peradilan (Budiyanto et al., 1997). Visum et

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

6

Repertum merupakan salah satu bantuan yang sering diminta oleh pihak

penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada badan

manusia. Visum et Repertum merupakan alat bukti dalam proses

peradilan yang tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis,

tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem

peradilan (Herkutanto, 2005).

Visum et Repertum merupakan bentuk keterlibatan dokter dalam

penegakan hukum yang dalam tugas profesinya dijalankan sebagaimana

sesuai dengan Lafal Sumpah Kedokteran Indonesia yang telah di

sempurnakan dalam Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran ke-2

di Jakarta, Desember 1981 pada poin 4 dan 6. Poin 4 berbunyi “Saya

akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan

masyarakat”. Poin 6 berbunyi “Saya akan tidak mempergunakan

pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan

perikemanusiaan, sekalipun diancam” (Soeparto et al., 2011). Konsil

Kedokteran Indonesia mengubah poin lafal sumpah kedokteran

tersebut, sehingga tertuang pada poin 1 dan 5 pada tahun 2012 (Konsil

Kedokteran Indonesia, 2012). Upaya prosedur pembuatan Visum et

Repertum yang memenuhi standar sangat diharapkan karena memiliki

dampak yuridis yang luas dan dapat menentukan nasib seseorang

(Afandi, 2010).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

7

2. Prosedur Permintaan Visum et Repertum

Permintaan Visum et Repertum guna membuat terang suatu perkara

pidana hanya dapat dilakukan oleh penyidik (KUHAP Pasal 133).

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang (KUHAP Pasal 6).

Kebutuhan akan Visum et Repertum terdapat pada perkara pidana

yang berhubungan dengan badan manusia, tergolong kasus pidana

umum, sehingga penyidiknya adalah polisi. Penyidik polisi ditentukan

dengan sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi.

Penyidik dibantu oleh seorang penyidik pembantu. Penyidik pembantu

adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-

kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi atau pejabat pegawai negeri

sipil tertentu dalam lingkungan kepolisian negara Republik Indonesia

yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan 11/a)

atau yang disamakan dengan itu (Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun

1983). Penyidik pegawai negeri sipil dan penyidik pembantu pegawai

negeri sipil tidak berwenang meminta Visum et Repertum. Tidak

dibenarkan pula Visum et Repertum diminta tanggal yang lalu (Idries,

1997).

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

8

3. Bentuk dan Isi Visum et Repertum

Bentuk dan isi Visum et Repertum adalah sebagai berikut (Bagian

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Indonesia, 2005):

a. Pro Justitia

Kata “Pro Justitia” merupakan pernyataan yang

menunjukkan semata-mata demi keadilan, guna kepentingan

peradilan. Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas sebagai

pemenuhan syarat yuridis, pengganti materai, sehingga Visum et

Repertum tidak perlu bermaterai.

b. Visum et Repertum

Kata “ Visum et Repertum” menyatakan jenis dari barang

bukti atau pengganti barang bukti.

c. Pendahuluan

Kata “Pendahuluan” tidak dituliskan dalam Visum et

Repertum. Bagian ini menerangkan identitas dokter pemeriksa

yang membuat Visum et Repertum, identitas pemohon Visum et

Repertum, tanggal diterimanya permohonan Visum et Repertum,

waktu dan tanggal dilakukan pemeriksaan, tempat pemeriksaan,

dan identitas subjek yang diperiksa: nama, jenis kelamin, umur,

bangsa, pekerjaan, alamat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

9

d. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)

Menerangkan hasil pemeriksaan yang objektif, sesuai

dengan apa yang diamati, dilihat dan ditemukan pada subjek yang

diperiksa. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dari atas ke

bawah untuk menghindari ketertinggalan bagian yang diamati.

Deskripsinya tertentu, mulai dari letak anatomisnya,

koordinatnya, jenis luka atau cedera, karakteristik serta

ukurannya. Rincian tersebut sangat dibutuhkan terutama pada

pemeriksaan subjek mati yang pada tidak dapat dihadirkan

kembali pada persidangan.

Pemberitaan pada pemeriksaan korban hidup terdiri dari:

1) Anamnesis mengenai apa yang menjadi keluhan,

apa yang diriwayatkan terkait penyakit yang

diderita subjek sebagai dugaan hasil tindak pidana

yang berhubungan dengan badan manusia.

2) Hasil pemeriksaan yang mencakup keseluruhan

pemeriksaan, meliputi pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan

penunjang lainnya.

3) Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau

keadaan sebaliknya, alasan tidak dilakukannya

suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

10

Deskripsi meliputi semua temuan pada saat itu.

Hal tersebut perlu diuraikan untuk menghindari

kesalahpahaman tepat atau tidaknya penanganan

dokter dan tepat atau tidaknya kesimpulan yang

diambil.

4) Keadaan akhir korban. Deskripsi lengkap

mengenai segala sisa dan cacat badan. 6 unsur

yang termuat didalamnya yaitu anamnesis, tanda

vital, lokasi luka pada badan, karakteristik luka,

ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau

perawatan yang diberikan.

e. Kesimpulan

Memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil

pemeriksaan, berupa opini pribadi dokter pemeriksa, bersifat

subjektif, tidak terikat oleh pengaruh pihak tertentu, namun dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan

oleh dokter pemeriksa dan pembuat Visum et Repertum,

dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya Visum et

Repertum tersebut. Hal pokok yang wajib tercantum pula adalah

jenis luka, jenis kekerasan dan kualifikasi luka. Kesimpulan

menjadi jembatan temuan ilmiah dengan manfaatnya sebagai

pendukung penegakan hukum.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

11

f. Penutup

Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter

tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika

menerima jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau

janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta

dibubuhi tanda tangan dokter pembuat Visum et Repertum.

4. Jenis Luka

Dua golongan luka menurut jenisnya, yakni (Idries, 2013):

a. Luka badan jasmani

1) Luka iris, sayat

2) Luka tusuk

3) Luka bacok

4) Luka lecet

5) Luka memar

6) Luka robek

7) Luka bakar

8) Luka tembak

9) Luka bakar

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

12

10) Luka listrik

11) Patah tulang

Istilah luka tangkis sering didapati pada kasus

pembunuhan atau penganiayaan. Luka tangkis tersebut

dapat terjadi ketika korban mempertahankan diri. Luka

iris, sayat, tusuk, bacok, robek, dan luka tembak

digolongkan menjadi luka terbuka.

b. Luka jiwa / rohani

Keterkaitan luka jiwa / rohani dalam suatu

tindak pidana diatur pada pasal 351 ayat 4 dan 90

KUHP. Pasal 351 ayat 4 menyebutkan bahwa

penganiayaan disamakan dengan merusak kesehatan

dengan sengaja. Pasal 90 KUHP menyebutkan bahwa

salah satu luka berat adalah terganggunya daya pikiran

selama empat minggu lebih. Pemeriksaan keadaan

kejiwaan mutlak dibutuhkan mengingat implikasi dari

sebuah tindak pidana.

5. Kualifikasi Luka

Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et

Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

kualifikasi luka sesuai delik rumusan dalam KUHP (Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana). Rumusan kualifikasi luka sesuai kebutuhan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

13

hukum tercantum pada Pasal 351, 352, dan 90 KUHP (Herkutanto,

2005). Kualifikasi luka terbagi menjadi tiga, yakni (Idries, 2013):

a. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau

halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan

b. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan

dalam melakukan pekerjaan atau jabatan untuk

sementara waktu (hari / minggu / bulan)

c. Luka berat yang tercantum pada pasal 90 KUHP,

berarti:

1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak

memberi harapan akan sembuh sama sekali,

atau yang menimbulkan bahaya maut

2) Tidak mampu terus-menerus untuk

menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian

3) Kehilangan salah satu panca indera

4) Mendapat cacat berat

5) Menderita sakit lumpuh

6) Terganggunya daya pikir selama empat

minggu lebih

7) Gugur atau matinya kandungan seorang

perempuan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

14

6. Visum et Repertum sebagai Alat Bukti Medik

Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah (KUHAP

Pasal 184). Kata “bukti” merujuk pada suatu hal atau peristiwa dan

sebagainya yang cukup untuk memperlihatkan kebenaran suatu hal atau

peristiwa tersebut (Mulyadi, 2008). Bukti secara terminologi hukum

pidana adalah hal yang meunjukkan kepentingan pemeriksaan di sidang

pengadilan (Hamzah, 2008). Alat bukti adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan suatu perbuatan, dapat dipergunakan sebagai

bahan pembuktian guna meyakinkan hakim atas adanya suatu tindak

pidana yang dilakukan terdakwa (Sasangka dan Rosita, 2003). Alat

bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP adalah keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa (Budiarto dan

Saleh,1981).

Visum et Repertum yang merupakan surat keterangan dari seorang

ahli (dokter), termasuk alat bukti surat (Idries, 2009). Bagian

pemberitaan Visum et Repertum dianggap sebagai pengganti alat bukti.

Bagian kesimpulan Visum et Repertum menjembatani kebenaran dari

kebisuan badan manusia dengan hukum, sehingga para praktisi hukum

dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang

menyangkut badan manusia (Afandi, 2009).

Perjumpaan medis merupakan momen dimana badan

menampakkan suatu tanda bahaya atau tidak. Dalam praktik kedokteran

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

15

perjumpaan terhadap badan ini dilakukan melalui pengecekan fisik,

post-mortem, disiplin anatomi, psikiatri, radiologi, institusionalisasi

rumah sakit dan dokter dalam praktik yang lazim. Perjumpaan klinis

mengungkapkan berbagai rahasia saat dokter memeriksa dan meraba

badan pasien. Perjumpaan medis dan perjumpaan klinis ini didapatkan

dari badan yang cedera akibat suatu tindak pidana. Seonggok badan

manusia mampu mengungkapkan banyak hal dalam berbagai dimensi

kehidupannya (Jena, 2014).

Ahli dalam konteks pembuktian adalah seseorang yang memiliki

keahlian khusus mengenai suatu hal yang sedang diperkarakan guna

membuat terang suatu peristiwa hukum. Seorang saksi ahli yang

menyampaikan keterangan ahli berkedudukan sebagai saksi yang

berkualifikasi untuk menjadi ahli dalam bidangnya seperti ilmuan,

teknisi, ahli medis, dan ahli khusus lainnya (Gerstenfeld,2008). Dokter

sebagai ahli di bidang medis berperan penting sebagai pakar di bidang

medis untuk membuat terang perkara yang menyangkut badan manusia.

Standar Prosedur Operasional di suatu rumah sakit tentang tatalaksana

pengadaan Visum et Repertum mutlak diperlukan (Siswadja, 2004).

Kebutuhan akan keberadaan Visum et Repertum yang

mengungkapkan keparahan luka atau berat ringannya suatu luka sangat

krusial dan signifikan. Kesalahan dalam pembuatan Visum et Repertum

sebagai alat bukti sama halnya dengan mempertaruhkan hak asasi

manusia (Sutarno, 2014). Hal ini dikarenakan pembuktian tentang benar

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

16

tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan merupakan

bagian yang terpenting dalam acara pidana. Kesalahan pembuktian

sama halnya dengan mempertaruhkan nilai manusiawi badan manusia.

Kebenaran semu terlahir akibat kepalsuan Visum et Repertum (Sofyan,

2012).

7. Pemidanaan

Pemidanaan merupakan hasil putusan hakim yang berupa hukuman

yang harus dijalankan oleh pelaku tindak pidana sebagai wujud

pertanggungjawab pidana terhadap negara dan masyarakat. Hukuman

ini didapatkan melalui putusan hakim (Mertokusumo, 2007).

Putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim yang dinyatakan di

dalam sebuah persidangan dengan tujuan mengakhiri atau

menyelesaikan suatu perkara antara para pihak (Nasir, 2003).

Pernyataan hakim tersebut diucapkan pada sidang pengadilan terbuka

yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala

tuntutan hukum (Budiato dan Saleh, 1981). Pernyataan putusan yang

diucapkan oleh hakim terkadang berbeda dengan apa yang tertulis.

Putusan yang sah apabila terjadi perbedaan adalah apa yang diucapkan

oleh hakim (Mertokusumo, 2007).

Hakim sebagai pejabat peradilan negara diberi kewenangan untuk

mengadili. Adapun yang dimaksud mengadili adalah serangkaian

tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

17

pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang

pengadilan menurut cara yang telah diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana. Proses peradilan yang berbuah putusan bertujuan

untuk menegakkan hukum, untuk mencari dan menemukan rasa

keadilan. Penegakan hukum, bukan penegakan undang-undang (Taufiq,

2012).

Hukum yang ditegakkan merupakan keseluruhan ide dan nilai yang

betujuan untuk menemukan dan memanfaatkan keseimbangan untuk

mencapai kebahagiaan bersama (Hartono, 2012). Pihak yang berperkara

berharap putusan tersebut dapat memberikan kepastian hukum dan

keadilan dalam perkara yang mereka hadapi (Makarao, 2004). Putusan

yang memberikan kepastian hukum dan mencerminkan keadilan ini

dapat tercapai ketika hakim benar-benar memahami secara penuh

perihal perkara, hukum yang mengaturnya baik peraturan yang tertulis

maupun yang tidak tertulis seperti hukum kebiasaan (Syahrani, 1998).

Isi hukum harus benar, tepat dan adil (Manullang, 2007).

Putusan dilakukan oleh hakim ketika hakim memeriksa dan

membuktikan bahwa memang benar terjadi tindak pidana. Proses

pembuktian didasarkan pada ajaran atau teori sehingga pembuktian itu

dapat mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pembuktian.

Beberapa macam teori pembuktian (Hiariej, 2012):

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

18

a. Conviction intime

Sistem pembuktian conviction intime diartikan

sebagai pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

semata. Tidak ada alat bukti yang dianggap kecuali

keyakinan hakim itu sendiri. Pertimbangan putusan

muncul dari hati nurani hakim.

Konsekuensi dari sistem pembuktian ini adalah

tidak membuka kesempatan atau setidaknya

menyulitkan terdakwa untuk mengajukan pembelaan

sekalipun menyodorkan bukti-bukti sebagai

pendukung pembelaannya itu. Sistem ini

memungkinkan hakim menjadikan apapun dasar

keyakinannya, misalnya keterangan dukun

(Prodjodikoro, 1985).

Salah satu negara yang menggunakan sistem ini

dalam persidangan perkara pidana adalah Amerika.

Hakim merupakan hakim tunggal (unus judex) yang

tidak menentukan benar salah seorang terdakwa. Juri

yang menentukan.

b. Conviction rasionee

Sistem pembuktian conviction rasionee diartikan

sebagai pembuktian yang menggunakan keyakinan

hakim, namun dengan alasan-alasan yang rasional.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

19

Hakim tidak lagi memiliki kebebasan dalam

menentukan keyakinannya seperti sistem pembuktian

conviction intime.

Teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas

karena hakim bebas menyebutkan alasan-alasan

keyakinannya (vrijebewijstheorie).

c. Positief wettelijk bewijstheorie

Sistem pembuktian positief wettelijk bewijstheorie

diartikan sebagai teori pembuktian berdasarkan alat

bukti menurut undang-undang secara negatif.

Terpenuhinya alat bukti sesuai dengan undang-undang

menjadikan hakim cukup alasan untuk menjatuhkan

putusan, tanpa perlu timbul keyakinan atas kebenaran

alat bukti yang ada.

Teori ini berkebalikan dengan conviction intime.

Keyakinan hakim tidak mendapatkan kesempatan

dalam menentukan putusan.

d. Negatief wettelijk bewijstheorie

Sistem pembuktian negatief wttelijk bewijstheorie

diartikan sebagai teori pembuktian berdasarkan

undang-undang secara negatif. Pembuktian yang

menggunakan keyakinan hakim dan alat bukti yang

tertuang dalam undang-undang. Sistem ini merupakan

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

20

gabungan antar sistem pembuktian undang-undang

secara positif (positief wettelijk bewijstheorie) dan

menurut keyakinan (conviction intime). KUHAP

menganut sistem ini.

Tertuang pada Pasal 183 KUHAP, “Hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali

apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah

yang bersalah melakukannya”. Terlihat di dalam

penjelasan undang-undang telah menentukan pilihan

bahwa sistem pembuktian yang paling tepat dalam

kehidupan penegakan hukum di Indoneisa adalah

sistem pembuktian undang-undang secara negatif,

demi tegaknya keadilan, kebenaran dan kepastian

hukum (Muhammad, 2011).

8. Bentuk-bentuk Putusan Hakim

Putusan hakim merupakan salah satu dari tiga kemungkinan:

a. Putusan pidana (sentencing)

Diri terdakwa dijatuhi hukum yang terbukti secara

sah dan meyakinkan, sesuai dengan perkara pidana

yang dilakukannya (Harahap, 2012). Sah dan

meyakinkan menurut hukum apa yang didakwakan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

21

oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya itu

(Ishaq, 2014). Hakim bebas memilih salah satu atau

tiga macam tindakan terhadap terdakwa dibawah 16

tahun, yaitu menjatuhkan pidana, menyerahkan

terdakwa kepada orang tuanya / walinya, dan

menyerahkan kepada pemerintah agar terdakwa

dipelihara dalam tempat pendidikan sampai umur 18

tahun (KUHP Pasal 45). Pidananya berupa pidana

pokok dan pidana tambahan (KUHP Pasal 10), yakni

(Handayani, 2012):

1) Pidana pokok:

a) pidana mati;

b) pidana penjara;

c) kurungan;

d) denda.

2) Pidana tambahan

a) pencabutan hak-hak tertentu;

b) perampasan barang-barang tertentu;

c) pengumuman putusan hakim.

b. Putusan bebas (vryspraak)

Peristiwa pidana yang didakwakan tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan dalam pemeriksaan sidang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

22

pengadilan (Harahap, 2012). Terdakwa tidak dijatuhi

pidana.

Putusan bebas yang diatur dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana:

1) Pasal 44: perbuatan tindak pidana yang

dilakukan terdakwa tidak dapat

dipertanggungjawabkan

2) Pasal 45: tindak pidana dilakukan oleh orang

yang belum cukup umur 16 tahun

3) Pasal 48: orang melakukan tindak pidana

karena pengaruh dayapaksa

4) Pasal 49: pembelaan diri

5) Pasal 50: untuk melaksanakan ketentuan

undang-undang

c. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslog van

rechts vervolging)

Perbuatan yang didakwakan terbukti dilakukan

terdakwa, namun perbuatan tersebut bukan merupakan

tindak pidana (Ishaq, 2014).

9. Isi Putusan

Hal-hal yang harus dimuat dalam putusan adalah (Muhammad, 2011):

a. Berkepala: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

23

b. Identitas terdakwa

c. Dakwaan

d. Pertimbangan yang lengkap

e. Tuntutan pidana Penuntut Umum

f. Peraturan undang-undang yang menjadi dasar pemidanaan

g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah

h. Pernyataan kesalahan terdakwa

i. Pembebanan biaya perkara dan penentuan barang bukti

j. Penjelasan tentang surat palsu

k. Perintah penahanan, tetap dalam tahanan atau dibebaskan

l. Hari dan tanggal putusan, nama Penuntut Umum, Hakim dan

panitera

10. Penganiayaan (mishandeling)

Penganiayaan adalah kesengajaan menimbulkan rasa sakit atau

menimbulkan luka pada badan orang lain (Lamintang PAF dan

Lamintang T, 2012). Bentuk pokok tindak pidana penganiayaan diatur

dalam Bab ke-XX Buku ke-II KUHP Pasal 351 ayat (1) sampai dengan

ayat (5) yang dirumuskan dalam bahasa Belanda dan diartikan sebagai

berikut:

a. Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-

lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan

pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah

(sekarang: empat ribu lima ratus rupiah).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

24

b. Jika perbuatan tersebut menyebabkan luka berat pada

tubuh, maka orang yang bersalah dipidana dengan

pidana penjara selama-lamanya lima tahun.

c. Jika perbuatan tersebut menyebabkan kematian, maka

orang yang bersalah dipidana dengan pidana penjara

selama-lamanya tujuh tahun

d. Disamakan dengan penganiayaan, yakni kesengajaan

merugikan kesehatan.

e. Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat

dipidana.

Penganiayaan harus didasari opzet atau kesengajaan dari pribadi

untuk:

a. menimbulkan rasa sakit pada orang lain,

b. menimbulkan luka pada badan orang lain atau,

c. merugikan kesehatan orang lain.

Pribadi harus mempunyai opzet yang ditujukan pada perbuatan

untuk menimbulkan rasa sakit pada orang lain atau untuk menimbulkan

luka pada badan orang lain ataupun untuk merugikan kesehatan orang

lain.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi ... · Kualifikasi luka yang tercantum dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum dikatakan baik apabila substansinya dapat memenuhi

25

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Keberadaan Visum et Repertum berhubungan positif dengan putusan

hakim pada tindak pidana penganiayaan.

Putusanhakim

PidanaPokok

PidanaPenjara

Bahanpertimbanganputusan

Kualifikasi Luka

Hakim

Minimal2alatbuktiyangsah

Menanganikasusdiluarkompetensi

Keteranganahli

VisumetRepertum

Sedang BeratRingan