bab ii landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/desmi a m...

32
8 BAB II Landasan Teori 2. 1. Teori Budaya Organisasi 2. 1. 1. Pengertian Budaya Budaya adalah seperangkat kepercayaan, nilai dan pola dari tingkah laku umum yang ada dalam suatu kelompok. (Schermerhorn, 1996: 92) 2. 1. 2. Pengertian Organisasi Organisasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli organisasi dan manajemen, di antaranya adalah sebagai berikut: Organisasi adalah “Suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang memiliki batas-batas yang dapat diidentifikasi, yang memiliki fungsi berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan umum ataupun tujuan yang telah ditetapkan”. (Robbins, 2001). Organisasi adalah “Kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. (Schermerhorn, 2001). Organisasi adalah “Sebuah unit yang berkoordinasi, terdiri paling sedikit dua orang yang berfungsi untuk mencapai tujuan umum atau seperangkat tujuan. Organisasi juga merupakan suatu kesatuan yang memungkinkan

Upload: truongdiep

Post on 30-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

8

BAB II

Landasan Teori

2. 1. Teori Budaya Organisasi

2. 1. 1. Pengertian Budaya

Budaya adalah seperangkat kepercayaan, nilai dan pola dari tingkah laku umum

yang ada dalam suatu kelompok. (Schermerhorn, 1996: 92)

2. 1. 2. Pengertian Organisasi

Organisasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli organisasi dan manajemen, di

antaranya adalah sebagai berikut:

Organisasi adalah “Suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara

sadar, yang memiliki batas-batas yang dapat diidentifikasi, yang memiliki

fungsi berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan umum ataupun

tujuan yang telah ditetapkan”. (Robbins, 2001).

Organisasi adalah “Kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan bersama”. (Schermerhorn, 2001).

Organisasi adalah “Sebuah unit yang berkoordinasi, terdiri paling sedikit

dua orang yang berfungsi untuk mencapai tujuan umum atau seperangkat

tujuan. Organisasi juga merupakan suatu kesatuan yang memungkinkan

Page 2: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

9

suatu kelompok mengejar prestasi yang tidak bisa dicapai seorang diri”.

(Gibson, Ivanevich & Donelly, 2000)

Secara umum, organisasi merupakan suatu wadah yang di dalamnya berkumpul

orang-orang yang dikelompokkan dalam suatu struktur tertentu yang mempunyai

aktivitas saling tergantung satu sama lain (interdependent) untuk meraih suatu

tujuan atau beberapa tujuan yang telah disepakati bersama.

2. 1. 3. Definisi Budaya Organisasi

Budaya organisasi memiliki makna luas. Menurut Luthans (1998), budaya

organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku

anggota organisasi. Menurut Mondy and Noe (1996), Budaya organisasi

merupakan suatu sistem dari shared value, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan

dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk

menciptakan norma-norma perilaku. Menurut Wood, Wallace, Zeffane,

Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang

dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun

perilaku dari anggota organisasi itu sendiri, dan menurut Cushway dan Lodge

(2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan

mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara pegawai berprilaku.

Dari sejumlah pengertian diatas budaya organisasi sangat erat kaitannya dengan

pembentukan perilaku orang-orang yang ada didalamnya. Menurut Haris dan

Moran (1991) faktor utama dari budaya organisasi adalah perilaku kerja. Sehingga

bila kita ingin melihat bagaimana suatu budaya berkembang dalam organisasi

Page 3: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

10

maka kita dapat melihat perilaku yang ada di dalamnya. Maka dalam hal ini

penulis berfokus melihat perilaku organisasi yang ada pada Kementerian Agama

RI.

2. 1. 4. Perilaku Organisasi

Menurut Keith Davis & John W. Newstrom (1993) dalam bukunya Perilaku

Dalam Organisasi mendefinisikan perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan

pengetahuan tentang bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Unsur

pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan

tempat organisasi beroperasi. Berikut pengertian dari masing-masing unsur

tersebut:

a. Orang,

Orang-orang adalah makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan

berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka.

Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang

hidup untuk melayani organisasi.

b. Struktur,

Struktur menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi.

Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur

agar pekerjaan mereka efektif.

c. Teknologi,

Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk

bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan.

Page 4: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

11

d. Lingkungan,

Semua organisasi beroperasi didalam lingkungan luar. Lingkungan luar

mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan

menimbulkan persingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan.

Gambar 2. 1. Unsur-unsur pokok dalam perilaku organisasi

Dalam hal perilaku organisasi kita memberikan perhatian penuh kepada aspek

manusia di tempat kerja. Didasarkan pada Frederick. W Taylor (dalam James. A.

D. Storer. 1995). Di Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an. Taylor sering

disebut sebagai bapak manajemen keilmuan, mengemukakan bahwa apabila

memang ada mesin terbaik untuk melaksanakan suatu pekerjaan, maka tentunya

ada cara terbaik bagi orang-orang untuk melakukan pekerjaan mereka. Adanya

teknologi informasi adalah untuk menunjang pekerjaan yang dilakukan oleh

manusia. Kesuksesan dan optimalisasi pemanfaatan TI didalam organisasi sangat

tergantung pada actor yang terdapat didalam sistem tersebut, yaitu manusia, baik

berperan sebagai pengguna (user), pembuat keputusan (decision maker),

Page 5: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

12

pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti

(researcher), serta maintenance operator. (Riri Satria. 2008).

2. 1. 5. Aspek Budaya Pada Sistem Informasi

Lamb and Kling (2005) berargumen bahwa salah satu actor terpenting dalam SI

adalah pengguna (user). Pengguna TI adalah actor dalam suatu sistem yang

disebut SI. Sementara itu menurut argumen Alexander, teknologi (termasuk TI)

termasuk dalam sistem budaya. Argumen Lamb and Kling (2005), Alexander

(1992), dan Keith Davis & John W (1993) jika disintesakan akan membawa kita

kepada kesimpulan bahwa TI adalah bagian dari sistem budaya, dan pasti juga

sangat dipengaruhi oleh komponen budaya. Oleh karena itu komponen teknologi

masuk kedalam faktor utama dari perilaku organisasi.

TI dalam ruang lingkup yang lebih luas, SI, adalah suatu sistem budaya. Hal ini

menyebabkan optimalisasi penggunaan TI juga sangat ditentukan oleh aspek

budaya (Riri Satria. 2008).

2. 2. E - Government

2. 2. 1. Definisi E- Government

The World Bank Group (2006), mendefinisikan "Electronic government refers to

the use by government agencies of informationtechnologies (such as wide area

networks, the internet, and mobile computing) that havethe ability to transform

relations with citizens, businesses, and other arms of government. These

technologies can serve a variety of different ends : better delivery of

Page 6: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

13

governmentservices to citizens, improve interactions with business and industry,

citizenempowerment through access to information, or more efficient government

management. The resulting benefits can be less corruption, increased

transparency, greaterconvenience, revenue growth, and / or cost reductions. "e-

Government sebagai penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan

pemerintahan, seperti: Wide Area Networks, Internet, dan Mobile Computing.

Dijelaskan pula Legislative Analyst’s Office (2006), bahwa e-Government

merupakan proses trasaksi bisnis antara masyarakat dan pemerintah melalui

penggunaan sistem yang terotomatisasi dan jaringan internet, biasanya disebut

World Wide Web. Pemerintah federal Amerika Serikat (dalam Legislative Analyst

Office. 2001) mendefinisikan e-Government secara ringkas, padat dan jelas, e-

Government mengacu kepada penyampaian informasi dan pelayanan online

pemerintahan melalui internet atau media digital lainnya.

E-Government adalah istilah yang menurut beberapa kalangan, didefinisikan

secara beragam. Secara umum e-Gov dapat di definisikan: penggunaan teknologi

informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi

warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.

E-Government tidak saja dianggap sebagai pemerintahan online yang berbasis

Internet (internet based government). Namun, terdapat juga teknologi

pemerintahan electronic non-Internet yang dapat digunakan dalam hal ini.

Karena itu, dalam melihat E-Government, jangan terpaku oleh unsur 'e' - nya

semata, tetapi yang terpenting adalah proses dan jalannya pemerintahan melalui

Page 7: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

14

fasilitas internet atau media online. Terdapat dua hal utama dalam pengertian E-

Government:

1. Penggunaan teknologi komunikasi informasi (salah satunya adalah internet)

sebagai alat bantu, dan

2. Tujuan pemanfaatannya agar kinerja pemerintahan dapat lebih efisien.

Dua negara besar terdepan dalam mengimplementasikan konsep e-Government,

yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair (dalam indrajit. 2004),

secara terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya

konsep e-Government bagi suatu negara adalah:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-

nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal

kinerja efektifitas dan efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara

2. Meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate

Governance

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan

aktifitas sehari-hari

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-

sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan

Page 8: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

15

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat

dan cepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan

dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis.

2. 2. 2. Strategi Pengembangan e-Government

Dalam pencapaian tujuan e-Government perlu dilaksanakan melalui enam strategi

yang saling terkait, yaitu :

1. Mengembangkan sistem pelyanan yang andal dan terpercaya, serta

terjangkau oleh masyarakat luas.

2. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah

daerah otonom secara holistik.

3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industry

telekomunikasi dan teknologi informasi.

5. Megnembangkan kapasistas SDM baik pada pemerintah maupun

pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy

masyarakat.

Page 9: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

16

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melaui tahapan-tahapan

yang realistis dan terukur.

2. 2. 3. Tingkatan dalam Pengembangan e-Government

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh

pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan e-Government dapat

dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan sebagai berikut (Inpres No. 3/2003):

> Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi :

o Pembuatan situs informasi disetiap lembaga.

o Penyiapan SDM.

o Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana

Multipurpose Community Center, Warnet, SME-Center, dl.

o Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk public.

Tingkat 2 - Pematangan yang meliputi :

o Pembuatan situs informasi publik interaktif.

o Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain.

Tingkat 3 - Pemantapan yang meliputi :

o Pembuatan situs transaksi pelayanan publik;

o Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain.

Page 10: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

17

Tingkat 4 - Pemanfaatan yang meliputi :

o Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang

terintegrasi.

o Situs pemerintah pusat dan daerah harus secara bertahap ditingkatkan menuju

ke tingkat - 4.

Terkait dengan strategi tahapan pengembangan yang dilaksanakan inpres,

pengembangan e-Government dapat dilaksanakan melalui empat tingkatan budaya

sebagai berikut (Sri Handayaningsih. 2007).

1. Tahap Inisiasi

2. Tahap Interaksi

3. Tahap Trasaksi

4. Tahap Pelayanan

Pada tahapan pengembangan mengambil kunci serta mengkombinasikan dengan

unsur-unsur e-Government yang bersifat internal, amaka dirumuskan tahapan-

tahapan transformasi menuju e-Government yang terdiri dari empat tahap berikut:

Inisiasi, Interaksi, Transaksi, Transformasi.

Tahap pertama, tahap inisiasi memiliki kata kunci “Edukasi Digital” dengan

melakukan hal-hal dilakukan:

1. Mensosialisasikan pemanfaatan computer dan jaringan komputer secara

luas dikalangan aparatur pemerintahan.

Page 11: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

18

2. Keberadaan Jaringan Komputer Lokal.

3. Pemanfaatan-pemanfaatan secara sederhana berupa layanan komunikasi e

mail, dan pemakaian arsip digital secara bersama (file sharing).

4. Diperkenalkan akses ke Internet dengan fasilitas yang minimal, misalnya

dengan mekanisme dial-up.

5. Keberadaan akses Internet ini juga dapat dimanfaatkan untuk mulai

menyelnggarakan situs web institusi secara sederhana sebagai bentuk awal

pelayanan kepada masyarakat. Informasi yang disajikan didalam stus lebih

cenderung bersifat statis, atau belum memiliki mekanisme pemutakhiran

yang rutin.

Tahap kedua, tahap interaksi dengan kata kunci “informasi Digital” hal-hal yang

dilakukan:

1. Mempertegas budaya dokumentasi digital dalam institusi.

2. Mekanisme file-sharing.

3. Konsep komunikasi dengan e-mail diperluas penggunaanya untuk

memulai bentuk-bentuk penyelenggaraan komunikasi dan koordinasi yang

mengakomodasi proses kerja perkantoran secara elektronik.

Budaya informasi digital akan mengkondisikan aparatur untuk:

1. Melakukan pertukaran informasi yang efektif serta interoperabilitas yang

lebih baik antar lembaga pemerintah.

Page 12: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

19

2. Menyediakan sumber informasi yang berkualitas dan otentik.

3. Mendukung prinsip-prinsip administrasi, proteksi ataupun transparansi

informasi.

4. Melaksanakan ekstrasi, dan perangkuman informasi lintas lembaga

pemerintah.

5. Pembangunan infrastruktur komunikasi digital yang menghubungkan antar

lembaga untuk memulai pentahapan komunikasi dan informasi yang

bersifat lintas lembaga pemerintah.

6. Website/Portal, sudah bersifat dinamis dengan proses pemutakhiran

informasi secara berkala.

Tahap ketiga, tahap Transaksi yang memiliki kata kunci “Transaksi Digital”

melanjutkan hal-hal yang dilakukan:

1. Dokumen dan komunikasi digital telah diakui secara formal dalam instansi

pemerintah.

2. Dukungan jaminan keamanan dan keaslian data serta penghasil data

(security dan authority).

3. Data yang bersifat terstruktur, atau data yang memiliki atribut-atribut

khusus (numerik, tabular dan spasial). Bentuk data seperti inilah yang

akan berperan besar dalam fungsi kepengelolaan pemerintah, sebagai

bahan pengendalian dan penentuan rencana arahan. Keberadaan

Page 13: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

20

data/informasi tersebut pada awalnya bersifat parsial dan tersebar di

beberapa instansi.

4. Terciptanya mekanisme untuk melakukan akses data yang bersifat lintas

instansi yang didukung oleh keberadaan sistem informasi infrastruktur

komunikasi digital dengan kapasitas yang memadai.

Tahap keempat, tahap transformasi ini berfokus secara eksplisit pada aspek

front-office pelayanan dengan mengambil tema tahapan Pelayanan Digital.

Budaya organisasi pada tahap ini terlihat pada:

1. Pemerintah telah mantap, dan didukung oleh keberadaan faktor-faktor

penunjang seperti fasilitas SITEL, staff pelaksana SITEL dan

aturan/kebijakan tentang penyelenggaraan SITEL.

2. Penataan aspek-aspek pelayanan kepada masyarakat yang dapat dilakukan

secara elektronik.

3. Terciptanya mekanisme pelayanan yang sifatnya terkoordinasi antar

instansi yang berwenang. Kondisi ideal yang dapat dicapai adalah layanan

satu pintu yang membuat pemrosesan layanan di belakangnya bersifat

transparan bagi masyarakat yang dilayaninya.

Berikut gambaran beberapa aplikasi pada Kementerian Agama RI:

Page 14: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

21

Gambar 2. 2. Aplikasi e-Gov Kemenag RI

Portal (website) e-Government yang ada pada Kementerian Agama RI dijadikan

sebagai ujung tombak e-Government sesuai dengan amanat Inpres No. 3/2003.

Organisasi pengelolaan dan pengolahan informasi pada Kemenag RI di bagi

menjadi tiga organisasi berbeda, yaitu 1). Pusat Informasi dan Kehumasan dimana

unit ini menyediakan infrastruktur kelengkapan jaringan pada organisasi baik dari

sisi intranet, internet maupun keamanannya. Unit ini merupakan unit yang

didirikan sesuai amant Inpres No. 3/2003. Pada unit ini tersedia server untuk

website dan gateway untuk unit-unit lain dalam berhubungan dengan pihak

Instansi lain. 2). Unit Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) unit ini

sebagai unit pendaftaran dan pengelaan haji bagi masyarakat diseluruh indonesia.

Pada unit ini masyarakat dapat mendaftar haji seluruh indonesia yang

berkerjasama dengan pihak bank-bank pemerintah diseluruh Indonesia. Sehingga

masyarakat cukup mendaftar dengan bank pemerintah yang telah ditunjuk

kemudian terhubung langsung dengan server SISKOHAT sehingga terotomatisasi

Page 15: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

22

dengan server bank-bank daerah. Karena menerapkan sistem peer-to-peer dengan

server seluruh bank pemerintah yang telah ditunjuk diseluruh indonesia. Sehingga

pada unit ini dapat mengetahui jumlah jamaah yang telah mendaftar, yang sudah

mendapatkan kursi, waiting list dan jumlah setoran yang telah dibayarkan oleh

masyarakat. 3). Unit-unit eselon III dan eselon IV yang merupakan unit-unit

teknis bagi masing-masing biro pada Kemenag RI. Unit ini mempunyai aplikasi-

aplikasi tambahan dalam menjalankan kelancaran informasi dan pekerjaannya,

contohnya aplikasi SAK (Sistem Akuntansi Keuangan) pada aplikasi ini dapat

menghitung neraca dari anggaran pada masing-masing unit kerja dan penyerapan

anggaran yang telah terealisasi. Dengan demikian dapat memudahkan besarnya

prosentase penyerapan anggaran dan sisanya. Sehingga pada unit ini sangat

banyak dan berbeda-beda aplikasi yang dimiliki pada masing-masing unit eselon

III dan IV.

2. 3. Kementerian Agama RI

2. 3. 1. Tinjauan Umum Organisasi

Merujuk pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, ada enam landasan

filosofis bagi pembangunan bidang agama, yaitu:

1. Agama sebagai sumber nilai spiritual, moral dan etik bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara

Agama bukan sekadar mengajarkan tentang hubungan antara pemeluk agama dan

Sang Pencipta, melainkan juga tentang hubungan antar sesama manusia dan

Page 16: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

23

hubungan dengan alam sekitarnya. Oleh sebab itu, pembangunan bidang agama

diarahkan bukan saja untuk meningkatkan kualitas kesalehan individual umat

beragama, tetapi juga mendorong terwujudnya kesalehan sosial dan ekologis, serta

moralitas publik dalam pengelolaan kehidupan bernegara.

2. Penghormatan dan perlindungan atas hak dan kebebasan beragama

sebagai bagian dari hak asasi warga negara

Hak dan kebebasan beragama warga negara diakui sebagai bagian dari hak asasi

manusia yang dijamin oleh konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) Sesuai amanat konstitusi, negara dan pemerintah berkewajiban

memberikan jaminan dan perlindungan atas hak setiap warganya untuk memeluk

agama dan beribadat menurut agamanya, serta memberikan fasilitasi dan

pelayanan untuk pemenuhan hak dasar warga negara tersebut. Dengan demikian,

aspek perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak beragama sebagai

bagian dari hak asasi warga negara menjadi landasan pokok bagi pembangunan

bidang agama.

3. Kerukunan umat beragama dan tata kelola kehidupan beragama

Landasan bagi pengembangan kerukunan umat beragama yang selama ini

dijadikan pijakan adalah prinsip trilogi kerukunan, yaitu kerukunan antarumat

beragama, kerukunan intraumat beragama dan kerukunan antara umat beragama

dan pemerintah. Tantangannya adalah bagaimana kerukunan tersebut

dikembangkan lebih jauh sehingga tidak hanya di kalangan elite agama, tetapi

juga menjangkau lapisan umat beragama yang lebih luas.

Page 17: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

24

4. Pengembangan karakter dan jati diri bangsa

Upaya pembentukan karakter dan jati diri bangsa, di samping peningkatan

penguasaan dan ketrampilan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

peningkatan etos kerja dan daya saing, dilaksanakan melalui pembangunan agama

dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan raudhatul athfal (RA), madrasah,

perguruan tinggi agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, guna

mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, berakhlak mulia,

bermartabat, dan beradab.

5. Penyediaan fasilitasi dan pelayanan bagi umat beragama berdasarkan

prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik

Salah satu mandat konstitusional yang diemban dalam pelaksanaan pembangunan

bidang agama adalah penyediaan fasilitasi dan pelayanan sebagai upaya

pemenuhan hak beragama warga negara. Fasilitasi dan pelayanan itu dapat berupa

regulasi, kebijakan dan program pembangunan bidang agama. Untuk mencapai

keberhasilan yang maksimal, fasilitasi dan pelayanan itu perlu diselenggarakan

berdasarkan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik, meliputi: orientasi pada

tercapainya konsensus, adanya keikutsertaan publik dalam pengambilan setiap

kebijakan (participatory), bertumpu pada asas rule of law, efektif dan efisien,

dapat dipertanggungjawabkan kepada warganya (accountable), berlangsung

secara transparan (transparent), tanggap terhadap aspirasi dan kebutuhan warga

(responsive), serta berlangsung adil dan terbuka bagi seluruh warga (equitable and

inclusive).

Page 18: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

25

Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah

berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan

pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan

kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan

gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak jaman kolonial

Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke II. Kemerdekaan

Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa

kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan ditetapkannya

Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan

Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan

karakter bangsa Indonesia yang sangat religius dan sekaligus memberi makna

rohaniah terhadap kemajuankemajuan yang akan dicapai. Berdirinya Kementerian

Agama RI pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi

kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia

tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila

dan UUD 1945. Ketentuan juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 BAB

E pasal 29 tentang Agama ayat 1, dan 2:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan

kepercayaannya itu. Dengan demikian agama telah menjadi bagian dari

sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi

Page 19: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

26

dalam_praktek kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

Organisasi Kementerian Agama RI

VISI

"Terwujudnya masyarakat Indonesia yang TAAT BERAGAMA, RUKUN,

CERDAS, MANDIRI DAN SEJAHTERA LAHIR BATIN. "

(Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010)

MISI

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.

2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.

3. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi

agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan.

4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.

5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

(Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010)

2. 3. 2. Struktur Organisasi

Dalam pengelolaan organisasinya, Kementerian Agama RI memiliki sebuah

menteri yang memimpin jalannya kementerian yang dibantu oleh Staff Ahli dan

Staff Khusus dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari. Dalam menjalankan

pekerjaan teknisnya dalam organisasi Kementerian Agama RI mempunyai 6

(enam) unit eselon 1 yang menjalankan fungsinya secara berbeda-beda dan

mempunyai visi misinya tersendiri. Dalam hal ini masing-masing unit eselon 1

dapat kita sebut dalam sebuah organisasi perusahaan merupakan anak-anak

Page 20: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

27

perusahaan yang menjalankan tugasnya secara terpisah karena masing-masing

unit eselon 1 merupakan unit teknis yang membidangi tugas dan fungsinya

masing-masing. Masing-masing unit eselon 1 dipimpin oleh 1(satu) pimpinan unit

dan dibantu unit eselon 2 sebagai sub-sub biro, direktur dan kepala pusat dan

berjenjang terus hingga level eselon 4 sebagai kepala sub bagian dan sub dit

hingga staff. Unit eselon 1 ini terdiri dari:

1. Sekretariat Jenderal

Visi

"Terwujudnya masyarakat Indonesia yang TAAT BERAGAMA, RUKUN,

CERDAS, MANDIRI DAN SEJAHTERA LAHIR BATIN. "

(Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010)

Fungsi

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.

2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.

3. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi

agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan.

4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.

5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Page 21: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

28

2. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Visi

"Terwujudnya siswa sekolah yang menjiwai keimanan dan ketaqwaan

terhadap Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan, memahami

dan mengamalkan ajaran agama Islam sejalan dengan tujuan pendidikan

nasional dan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misi

a. Memeratakan pelayanan PAI pada sekolah

b. Meningkatkan mutu lulusan siswa bidang PAI

Mengembangkan kurikulum PAI

c. Meningkatkan kualitas guru PAI pada sekolah

d. Meningkatkan mutu pengawas PAI

e. Meningkatkan fasilitas PAI pada sekolah

f. Mengembangkan dan memberdayakan lembaga PAI pada sekolah

g. Mengembangkan minat siswa sekolah mencintai dan mendalami dan

mengamalkan PAI

h. Meningkatkan tata kelola PAI

3. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Visi

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan serta melaksanakan kebijakan dan

Page 22: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

29

standarisasi teknis di bidang Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.

Misi

a. Penyiapan perumusan visi, misi, dan kebijakan teknis di bidang

Bimbingan Masyarakat Islam;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Bimbingan Masyarakat Islam;

c. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di

bidang Bimbingan Masyarakat Islam;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pelaksanaan

tugas Bimbingan Masyarakat Islam;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

4. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen

Visi

Mewujudkan masyarakat Kristen menjadi teladan dalam hidup beriman

dan panutan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Misi

a. Membimbing masyarakat Kristen menjadi umat beragama dan warga

negara indonesia yang berkualitas;

b. Melayani umat Kristen untuk melakukan kegiatan keagamaan secara

aman dan hikmat;

c. Memberdayakan lembaga dan pranata keagamaan Kristen sebagai

mitra pemerintah yang andal dan terpercaya;

Page 23: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

30

d. Mendorong tercapainya Gereja Kristen yang esa di Republik

Indonesia;

e. Mempersiapkan umat Kristen untuk memiliki budi pekerti yang luhur,

bermoral dan berahklak mulia;

f. Mewujudkan dan meningkatkan kerukunan intern umat beragama,

antar umat beragama dan pemerintah yang otentik dan dinamis demi

persatauan dan kesatuan.

5. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik

Tugas

Terwujudnya masyarakat Katolik yang 100 % Katolik dan 100%

warganegara Indonesia.

Misi

Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

dinamis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam

mencapai tujuan kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Misi dijabarkan dalam usaha-usaha mengajak masyarakat Katolik untuk

mewujudkan :

a. Masyarakat Katolik yang cerdas dan beriman

b. Kerukunan hidup beragama masyarakat Katolik

c. Pranata-pranata yang bercirikan kebenaran, keadilan, kesederajatan

dan saling menghormati, serta persaudaraan sejati

d. Semangat kemandirian masyarakat Katolik

Page 24: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

31

e. Pemahaman masyarakat Katolik terhadap hak dan kewajibannya

sebagai warga negara Indonesia

f. Partisipasi masyarakat Katolik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara atas dasar Pancasila dan UUD 1945

g. Masyarakat Katolik yang memahami, menghayati dan menghormati

adanya pluralitas budaya, agama dan suku bangsa

h. Kualitas pendidikan agama Katolik

6. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu

Visi

Terwujudnya Masyarakat Modern Yang Agamis Dalam Wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia

Misi

a. Meningkatkan Kualitas Bimbingan, Pemahaman, Penghayatan dan

Pengamalan Agama Hindu

b. Meningkatkan Pelayanan Kehidupan Beragama Hindu;

c. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Hindu;

d. Pemberdayaan Lembaga Sosial Keagamaan Dan Lembaga

Pendidikan Agama Dan Keagamaan Hindu;

e. Memperkokoh Kerukunan Intern Umat Beragama Hindu;

f. Mengembangkan Seni Dan Budaya Hindu.

Page 25: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

32

7. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha

Visi

Terwujudnya Masyarakat Buddha yang Agamais, Mandiri dan Sejahtera

Misi

a. Meningkatkan Kualitas pelayanan Administrasi Berbasis

Teknologi Informasi

b. Meningkatkan Kehidupan Beragama dan kerukunan Umat

beragamaan

c. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan

8. Inspektorat Jenderal

Visi

Menjadi pengendali dan penjamin mutu kinerja Kementerian Agama RI

Misi

a. Melakukan pengawasan fungsional secara profesional dan

independen;

b. Melakukan penguatan sistem pengawasan yang efektif dan

terintegrasi;

c. Meningkatkan kompetensi dan integritas moral aparatur

pengawasan;

Page 26: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

33

d. Meningkatkan peran konsultan dan katalisator aparat pengawasan;

e. Mendorong akselarasi penyelesaian tindak lanjut hasil

pengawasan;

f. Menumbuhkembangkan pengawasan preventif melalui

pengawasan dengan pendekatan agama (PPA) ;

g. Mewujudkan pelayanan administrasi pengawasan yang cepat,

tepat, dan akurat berbasis teknologi informasi;

h. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

peningkatan kualitas pengawasan.

9. Badan Litbang dan Diklat

Visi

"Tersedianya data dan informasi keagamaan yang memadai dalam rangka

terwujudnya kebijakan pembangunan agama berbasis hasil riset dan

tersedianya sumber daya manusia Kementerian Agama RI yang

berkualitas. "

Misi

a. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan

kehidupan keagamaan;

b. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan

pendidikan agama dan pendidikan keagamaan;

Page 27: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

34

c. Meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangan lektur

dan khazanah keagamaan;

d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pentashihan

mushaf Al-Qur'an, kajian Al-Qur'an, dan sosialisasi Al-Qur'an serta

mengoptimalkan fungsi Bayt Al-Qur'an dan Museum Istiqlal;

e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kementerian Agama

RI ; &

f. Penguatan tata kelola Badan Litbang dan Diklat Kementerian

Agama RI

10. Direktorat Jenderal Haji dan Umrah

Visi

Optimal Dalam Pelayanan dan Bimbingan Perhajian

Misi

a. Meningkatkan Pemahaman tentang Perhajian

b. Mewujudkan Jamaah Mandiri

c. Mewujudkan Petugas Haji yang Handal danProfesional

d. Menigkatkan PIHK yang Amanah dan ProfesionalSebagai Mitra

Pemerintah

e. Menigkatkan Management Terpadu SecaraProfesional

Page 28: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

35

Bagan 4. 1. Struktur Organisasi Kementerian Agama RI

2. 4. Review Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini peneliti menuliskan beberapa peneliti terdahulu antara lain:

Sri Handayaningsih (2007) meneliti tentang: . Analisis terhadap Model Budaya

Organisasi Sebagai Faktor Penting dalam Keberhasilan Pengembangan

EGovernment

pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta.

Variabel independen adalah Organizational Culture, E-Government Development

Page 29: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

36

Culture, dan Regional Government, sedangkan variabel dependen adalah

Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/ Kota.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Organizational Culture, E-Government

Development Culture, dan Regional Government berpengaruh positif terhadap

Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota

(Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta).

Ade Gunawan (2007) meneliti tentang: . Pengembangan E-Government dalam

Menuju Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance): Studi Kasus Biro

Perencanaan dan Organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN). . Variabel independen adalah G2C (Government to Citizen), G2B

(Government to Business Enterprises), G2G (Interagency Relationship),

sedangkan variabel dependen adalah E-Government Development Plan. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa G2C (Government to Citizen), G2B (Government to

Business Enterprises), G2G (Interagency Relationship) berpengaruh positif

terhadap Pengembangan E-Government dalam Menuju Tata Pemerintahan yang

Baik (Good Governance).

Karin Afriani (2009) meneliti tentang: . Dampak E-Government pada Good

Governance: Temuan Empiris dari Kota Jambi. . Variabel independen adalah

Prinsip prinsip Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas

dan Efisiensi, Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi), sedangkan

variabel

dependen adalah E-Government. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prinsip-

prinsip

Page 30: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

37

Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas dan Efisiensi,

Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi) berpengaruh positif terhadap

EGovernment.

Aryanni (2010) meneliti tentang: Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan

Teknis Staff, dan Infrastruktur Terhadap Keberhasilan Implementasi e-

Government (studi kasus pemerintah kabupaten simalungun). Variabel

independen adalah Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staff, dan

Infrastruktur, sedangkan Variabel dependen adalah Keberhasilan Implementasi e-

Government. Penelitian ini menyimpulkan Budaya Organsasi, Kemampuan

Teknis Staff dan Infrastruktur berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi e-

Government, secara partial budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap

implementasi e-Government.

Tabel 2. 1. review penelitian relevan

No Nama Penelitian/

Tahun

Topik Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Sri

Handayaningsih

(2007)

Analisis terhadap

Model Budaya

Organisasi Sebagai

Faktor Penting dalam

Keberhasilan

Pengembangan

EGovernment

pada

Pemerintah

Kabupaten/Kota

(Studi Kasus Daerah

Istimewa

Yogyakarta)

Independen

Variabel:

Organizational

Culture,

EGovernment

Development

Culture, Regional

Government

Dependen

Variabel:

Keberhasilan

Pengembangan

EGovernment

pada

Organizational

Culture,

E-Government

Development

Culture,

dan Regional

Government

berpengaruh

positif terhadap

Keberhasilan

Pengembangan

EGovernment

pada

Pemerintah

Page 31: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

38

Pemerintah

Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota

2. Ade Gunawan

(2007)

Pengembangan

EGovernment

dalam

Menuju Tata

Pemerintahan yang

Baik (Good

Governance): Studi

Kasus Biro

Perencanaan dan

Organisasi Lembaga

Penerbangan dan

Antariksa Nasional

(LAPAN)

Independen

Variabel: G2C

(Government to

Citizen), G2B

(Government to

Business

Enterprises),

G2G

(Interagency

Relationship)

Dependen

Variabel:

E-Government

Development

Plan

G2C

(Government to

Citizen), G2B

(Government to

Business

Enterprises),

G2G

(Interagency

Relationship)

berpengaruh

positif

terhadap

Pengembangan

E-Government

dalam

Menuju Tata

Pemerintahan

yang Baik

(Good

Governance)

3. Karin Afriani

(2009)

Dampak EGovernment

pada

Good Governance:

Temuan Empiris dari

Kota Jambi

Independen

Variabel:

Prinsipprinsip

Good

Governance

(Kepedulian

terhadap

Stakeholder,

Efektivitas dan

Efisiensi,

Partisipasi

Masyarakat,

Akuntabilitas,

Prinsip-prinsip

Good

Governance

(Kepedulian

terhadap

Stakeholder,

Efektivitas dan

Efisiensi,

Partisipasi

Masyarakat,

Akuntabilitas,

Transparansi)

berpengaruh

Page 32: BAB II Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Desmi A M 2.pdf12 pengembang (developer, termasuk sebagai designer dan programmer), peneliti (researcher),

39

Transparansi)

Dependen

Variabel:

E-Government

positif

terhadap E-

Government

4. Aryanni (2010)

Pengaruh Budaya

Organisasi,

Kemampuan Teknis

Staff, dan Infrastruktur

Terhadap Keberhasilan

Implementasi E-

Government (Studi

Kasus Pemerintah

Kabupaten

Simalungun)

Independen

Variabel: Budaya

Organisasi,

Kemampuan

Teknis Staff,

Infrastruktur

Dependen

Variabel:

Keberhasilan

Implementasi E-

Government

Budaya

Organisasi,

kemampuan

teknis staff dan

infrasturktur

berpengaruh

terhadap

keberhasilan

implementasi E-

Government,

Secara simultan

budaya organisasi

tidak berpengaruh

terhadap

implementasi e-

government