bab ii landasan teori a.repository.ump.ac.id/3944/3/aditia hartadi bab ii.pdf · analisis gaya...

20
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto diantaranya yaitu: 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album ―Seperti Seharusnya‖ (Edi Yulianto, 2015) Pada penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan jenis gaya Bahasa berdasarkan struktur kalimat pada lirik lagu grup band Noah dalam album Seperti Seharusnya. (b) mendeskripsikan jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna pada lirik lagu grup band Noah dalam album Seperti Seharusnya. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pencatatan terhadap kumpulan lirik lagu grup band Noah dalam album Seperti Seharusnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah lirik lagu grup band Noah dalam album Seperti Seharusnya. Jenis penelitiannya deskriptif kualitatif. Teknik analisis data melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, sajian data, serta verifikasi dan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya‖: (a) berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa paralelisme, antitesis dan repetisi. (b) Berdasarkan langsung tidaknya makna, gaya bahasa yang ditemukan 8 Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan

    dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto diantaranya yaitu:

    1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album ―Seperti Seharusnya‖ (Edi Yulianto, 2015)

    Pada penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan jenis gaya

    Bahasa berdasarkan struktur kalimat pada lirik lagu grup band Noah dalam

    album ―Seperti Seharusnya‖. (b) mendeskripsikan jenis gaya bahasa

    berdasarkan langsung tidaknya makna pada lirik lagu grup band Noah

    dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Data dalam penelitian ini diperoleh

    dari hasil pencatatan terhadap kumpulan lirik lagu grup band Noah dalam

    album ―Seperti Seharusnya‖. Sumber data dalam penelitian ini adalah lirik

    lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Jenis

    penelitiannya deskriptif kualitatif. Teknik analisis data melalui 3 tahap,

    yaitu reduksi data, sajian data, serta verifikasi dan simpulan.

    Berdasarkan hasil penelitian, penelitian Analisis Gaya Bahasa pada

    Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album ―Seperti Seharusnya‖: (a)

    berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa yang ditemukan dalam

    penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa paralelisme, antitesis dan repetisi.

    (b) Berdasarkan langsung tidaknya makna, gaya bahasa yang ditemukan

    8

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 9

    dalam penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa aliterasi, asonansi, inversi,

    apofasis, apostrof, asindeton, polisindeton, eufemisme, histeron proteron,

    pleonasme, hiperbola, paradox, personifikasi, metafora epitet, sinekdoke,

    antonomasia, ironi, sinisme, sarkasme dan satire.

    2. Analisis Gaya Bahasa dalam Naskah Drama Monolog AUT Karya Putu Wijaya: Sebuah Kajian Stilistika (Lasmini Yuliyanti, 2016)

    Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang

    digunakan dalam naskah drama monolog AUT dan fungsi gaya bahasa

    tersebut. Data dalam penelitian ini yaitu teks atau kalimat-kalimat dalam

    naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya. Sumber data dalam

    penelitian ini adalah naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sedangkan

    pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    stilistika.

    Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penggunaan gaya bahasa

    berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung

    tidaknya makna dalam naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya (a)

    Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam naskah

    drama monolog AUT karya Putu Wijaya yaitu berupa (1) repetisi

    epizeuksis, (2) repetisi anafora dan (3) repetisi mesodiplosis. (b) Gaya

    bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang digunakan dalam

    naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya yaitu berupa (1) metafora,

    (2) personifikasi, (3) hiperbola, (4) simile, (5) antitesis dan (6) sarkasme.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 10

    Kemudian, dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya fungsi

    penggunaan gaya bahasa dalam naskah drama monolog AUT karya Putu

    Wijaya meliputi (a) fungsi emotif, (b) fungsi refensial dan (c) fungsi

    imajinatif.

    B. Stilistika

    Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda

    dari bahasa dalam karya-karya nonsastra. Untuk itulah, analisis terhadap

    bahasa sastra pun membutuhkan analisis yang khusus. Dalam hal ini

    dibutuhkan stilistika sebagai teori yang secara khusus menganalisis bahasa

    teks sastra. Ratna (2013:3) menyatakan bahwa stilistika (stylistic) adalah ilmu

    tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum adalah cara-cara yang khas,

    bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan

    yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Menurut Ratna (2013:5)

    stilistika berkaitan dengan pengertian ilmu tentang gaya secara umum,

    meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Stilistika dalam karya sastra

    merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri. Meskipun demikian, dengan

    adanya intensitas penggunaan bahasa, maka dalam karya sastralah

    pemahaman stilistika paling banyak dilakukan.

    Menurut Aminuddin (1995:3) stilistika merupakan bidang kajian yang

    mempelajari dan memberikan deskripsi sistemis tentang gaya bahasa. Dengan

    demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa stilistika (stylistics)

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 11

    adalah ilmu yang secara spesifik mengungkap penggunaan gaya bahasa yang

    khas dalam karya sastra.

    C. Gaya Bahasa

    1. Pengertian Gaya Bahasa

    Menurut Aminuddin (1995:1) gaya merupakan perwujudan

    penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran,

    gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya

    sebagaimana cara yang digunakannya. Menurut Ratna (2013:160) gaya

    adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan sehari-

    hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik lisan maupun tulisan.

    Menurut Keraf (2010:113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat

    dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas

    yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

    Gaya bahasa adalah kemampuan seorang dalam mempergunakan ragam

    bahasa tertentu untuk menimbulkan efek keindahan tertentu yang

    dimunculkan secara kreatif oleh seorang penulis atau pemakai bahasa.

    Menurut Dale (dalam Tarigan, 2013:4) gaya bahasa adalah bahasa

    indah yang digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan jalan

    memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu

    dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dari pernyataan gaya bahasa

    yang dipaparkan oleh beberapa ahli tidak tampak adanya perbedaan yang

    mendasar, bahkan pendapat itu dapat semakin memperjelas konsep dari

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 12

    gaya bahasa itu. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian gaya

    bahasa adalah cara pengarang mendayagunakan sumber-sumber

    kebahasaan yang dipilih dan diatur untuk mengekspresikan ide, gagasan,

    dan pengalaman pengarang.

    2. Jenis-Jenis Gaya Bahasa

    Keraf (2010:113) menyatakan bahwa gaya atau khususnya gaya

    bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa style

    menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang

    mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu

    untuk menghadapi hierarki kebahasaan, pilihan kata secara individu, frasa,

    klausa, dan kalimat bahkan mencankup pula sebuah wacana secara

    keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara

    mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan

    jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Gaya bahasa dapat

    ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh sebab itu sulit

    diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat

    menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Menurut Keraf

    (2010:115) pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini

    sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama dapat dilihat dari segi non

    bahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri.

    Menurut Keraf (2010:116) dari segi nonbahasa gaya dibagi atas

    tujuh pokok, berdasarkan (1) pengarang: penulis dalam sebuah karangan,

    (2) masa: kurun waktu, (3) medium: alat komunikasi, (4) subjek, (5)

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 13

    tempat: lokasi atau geografis, (6) hadirin, (7) tujuan: dimana pengarang

    ingin mencurahkan gejala emotifnya. Dari segi bahasa, maka gaya bahasa

    dapat dibedakan berdasarkan unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu

    berdasarkan (a) pilihan kata yaitu, bahasa resmi dan tidak resmi dan

    percakapan, (b) nada dikenal dengan adanya gaya sederhana, (c) struktur

    kalimat, bersifat mundur, periodik dan seimbang, (d) langsung tidaknya

    makna, dikenal dengan adanya kalimat polos dan kalimat yang memiliki

    gaya (retoris dan kiasan). Menurut Tarigan (2013:6) menyebutkan ada

    sekitar enam puluh gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat kelompok.

    Empat kelompok gaya bahasa tersebut adalah (1) gaya bahasa

    perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan,

    dan (4) gaya bahasa perulangan.

    Namun halnya, perbedaan tersebut hanya terletak di dalam

    penyebutan istilahnya saja, tetapi dari keempat gaya bahasa yang

    disebutkan dengan istilah yang berbeda tersebut ternyata mempunyai

    pemaknaan serupa. Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan

    penelitian pada gaya bahasa perbandingan, maka hanya gaya bahasa

    perbandinganlah yang akan dibahas lebih lanjut.

    3. Gaya Bahasa Perbandingan

    Pradopo (2014: 63) berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan

    ialah gaya bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain

    dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti: bagai, sebagai,

    bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penak, dan kata-kata

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 14

    perbandingan yang lain. Gaya bahasa perbandingan memiliki jenis

    meliputi:

    a. Perumpamaan

    Menururt Keraf (2010:138) perumpamaan atau simile adalah

    perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan

    perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung

    menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan

    upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata:

    seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Sedangkan

    menurut Tarigan (2013:9) perumpamaan adalah perbandingan dua hal

    yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja di anggap sama.

    Perbandingan secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti

    dan sejenisnya.

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

    bahasa perumpamaan atau simile yaitu salah satu jenis dari gaya bahasa

    perbandingan yang membandingkan dua hal atau lebih secara langsung

    dan biasanya di tandai dengan penggunaan kata bak, seumpama,

    seperti, laksana, ibarat, serupa dan sebagai. Contoh: Seperti air

    dengan minyak. Ungkapan tersebut menggunakan gaya bahasa

    perumpamaan yang ditandai dengan penggunaan kata seperti.

    b. Metafora

    Menurut Keraf (2010:139) metafora adalah semacam analogi

    yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk

    yang lebih singkat. Pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya,

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 15

    melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau

    perbandingan. Sedangkan menurut Tarigan (2013:15) metafora adalah

    sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun

    rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu

    kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu

    lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.

    Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa gaya

    bahasa metafora adalah gaya bahasa yang biasanya membandingkan

    suatu hal secara singkat dan tidak menggunakan kata penghubung

    seperti yang biasanya terdapat pada perbandingan. Gaya bahasa

    metafora biasanya membandingkan suatu benda tertentu dengan benda

    lain yang mempunyai sifat yang sama akan tetapi secara singkat dan

    tanpa adanya kata penghubung. Contoh: Pemuda adalah bunga bangsa.

    Dua hal yang di bandingkan adalah kata pemuda dan bunga bangsa.

    Bunga bangsa memiliki arti seseorang yang telah wafat dan masih

    dikenang hingga saat ini.

    c. Personifikasi

    Menurut Keraf (2010:140) personifikasi adalah gaya bahasa

    kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang

    yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Dengan

    kata lain personifikasi adalah gaya bahasa yang mempersamakan

    benda-benda mati seolah-olah dapat hidup atau mempunyai sifat

    kemanusiaan. Sedangkan menurut Tarigan (2013:17) personifikasi

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 16

    adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda

    yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

    Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

    personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani

    kepada benda yang tidak bernyawa sehingga benda tersebut mempunyai

    sifat kemanusiaan. Contoh: Angin yang meraung di tengah malam

    yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. Dalam kalimat tersebut,

    angin dapat meraung layaknya manusia sehingga seolah-olah

    mempunyai sifat kemanusiaan.

    d. Depersonifikasi

    Menurut Tarigan (2013:21) depersonifikasi atau pembendaan,

    adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau penginsanan.

    Apabila personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda,

    maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Gaya

    bahasa depersonifikasi terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara

    eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas

    gagasan atau harapan. Contoh: Andai kamu menjadi langit, maka dia

    menjadi tanah.

    e. Alegori

    Menurut Keraf (2010:140) alegori adalah suatu cerita singkat

    yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah

    permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah

    sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat. Sedangkan

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 17

    menurut Tarigan (2013:24) alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam

    lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan

    berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan yang

    diperlambangkan.

    Fable dan parabel merupakan alegori-alegori singkat. Fabel

    adalah sejenis alegori, yang di dalamnya binatang-binatang berbicara

    dan bertingkah laku seperti manusia. Sedangkan parabel merupakan

    cerita yang berkaitan dengan Kitab Suci yang mengandung pengajaran

    mengenai moral dan kebenaran.

    Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa alegori

    adalah cerita yang mengandung kiasan atau cerita yang dikisahkan

    dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan

    berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan yang

    diperlambangkan. Nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, dan

    tujuannya selalu jelas tersurat. Contoh: Kancil dan Buaya (fabel), Adam

    dan Hawa (parabel).

    f. Antitesis

    Menurut Ducrot (dalam Tarigan, 2013:26) antitesis adalah sejenis

    gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua

    antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang

    bertentangan. Contoh: Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam

    ujian itu.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 18

    g. Pleonasme

    Menurut Keraf (2010:133) pleonasme adalah acuan yang

    mempergunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan

    untuk menyatakan sama pikiran atau gagasan. Suatu acuan disebut

    pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh.

    Sedangkan menurut Tarigan (2013:29) pleonasme adalah acuan yang

    menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk

    menyatakan gagasan atau pikiran.

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

    bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata

    yang lebih banyak untuk mendeskripsikan sesuatu secara berulang yang

    mana makna dari kata tersebut telah terdeskripsikan secara jelas pada

    kata pertama. Contoh: Saya telah mendengar hal itu dengan telinga

    saya sendiri. Ungkapan tersebut merupakan pleonasme karena semua

    acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan

    kata dengan telinga saya.

    h. Perifrasis

    Menurut Keraf (2010:134) perifrasis adalah gaya bahasa yang

    mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari

    yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam kata-kata yang

    berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja.

    Sedangkan menurut Tarigan (2013:31) perifrasis adalah sejenis gaya

    bahasa yang mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya menggunakan

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 19

    kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan. Walaupun begitu

    terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya bahasa

    perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti

    dengan sebuah kata saja.

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perifrasis

    adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Keduanya

    menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan. Kata-

    kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja. Contoh: Ia

    telah beristirahat dengan damai (mati atau meninggal).

    i. Antisipasi atau Prolepsis

    Menurut Keraf (2010:134) antisipasi atau prolepsis adalah

    semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu

    kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang

    sebenarnya terjadi. Sedangkan menurut Tarigan (2013:33) kata

    antisipasi berasal dari bahasa Latin anticipation yang berarti

    ‗mendahului‘ atau ‗penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang

    masih akan dikerjakan atau akan terjadi‘.

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa antisipasi

    atau prolepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan lebih dahulu

    kata-kata sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi. Contoh: Kami

    sangat bergembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari

    Bapak Bupati.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 20

    j. Koreksi atau Epanortosis

    Menurut Keraf (2010:135) koreksi atau epanortosis adalah suatu

    gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian

    memperbaikinya. Sedangkan menurut Tarigan (2013:34) koreksi atau

    epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin

    merasakan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya dan memperbaiki

    yang salah.

    Dari kedua pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

    koreksi atau epartosis adalah suatu gaya bahasa yang mula-mula

    menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh: Sudah

    empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

    4. Fungsi Gaya Bahasa

    Menurut Sugiarti (2001:76) gaya bahasa dalam karya sastra

    mengandung pengertian cara seorang pengarang dalam menyampaikan

    gagasan dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis

    serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh

    daya intelektual dan emosi pembacanya. Menurut Aminuddin (1995:72)

    berbicara tentang masalah gaya, tidak lepas dari (a) masalah media berupa

    kata dan kalimat, (b) masalah hubungan gaya tersendiri, baik dengan

    kandungan makna dan suasana maupun keindahannya, serta (c) seluk

    beluk ekspresi pengarangnya sendiri yang akan berhubungan erat dengan

    masalah individu kepengarangan maupun konteks sosial masyarakat yang

    melatar belakangi.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 21

    Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi

    karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang

    sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilihan daya

    kontemplasi pembacanya. Opini merupakan pendapat umum mengenai

    peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi pembicaraan umum.

    Dalam merumuskan fungsi gaya bahasa dapat di lihat apakah kata atau

    kalimat memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna maupun

    keindahan yang dihasilkan kata atau kalimat tersebut. Berangkat dari hal

    tersebut, maka fungsi gaya bahasa adalah untuk meyakinkan atau

    mempengaruhi penyimak dan pembaca (Tarigan, 2013:4). Makna dalam

    bahasa dibedakan menjadi dua yaitu makna kognitif dan makna

    nonkognitif. Makna kognitif terdapat pada wacana-wacana ilmiah. Sifat

    dari karangan ilmiah setiap kalimat harus mengandung fungsi informasi

    yang berarti kalimat tersebut memberi informasi pada pembaca. Adapun

    macam-macam fungsi gaya bahasa menurut Keraf (2010:129), meliputi:

    fungsi informasi, fungsi untuk menjelaskan, fungsi untuk menghidupkan

    objek mati, fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan,

    fungsi untuk penekanan atau memperkuat.

    a. Fungsi Informasi

    Fungi gaya bahasa terkait sebagai fungsi informasi adalah bahwa

    gaya bahasa dapat difungsikan sebagai sarana komunikasi untuk

    memberikan suatu informasi berkaitan dengan pesan yang ingin

    disampaikan oleh penulis.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 22

    b. Fungsi untuk Menjelaskan

    Gaya bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan

    maksudnya adalah bahwa gaya bahasa dapat juga berfungsi sebagai

    sarana untuk menjelaskan atau memberi rincian akan suatu hal, kejadian

    atau peristiwa yang berkaitan dengan pesan yang ingin disampaikan

    oleh penulis.

    c. Fungsi untuk Menghidupkan Objek Mati

    Gaya bahasa sebagai sarana untuk menghidupkan objek mati

    adalah bahwa gaya bahasa dapat juga sebagai media untuk

    menghidupkan objek mati sehingga seolah-olah benda itu memiliki sifat

    kemanusian.

    d. Fungsi untuk Menimbulkan Gelak Tawa atau untuk Hiasan

    Fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan

    maksudnya adalah gaya bahasa dapat juga dijadikan sarana untuk

    menimbulkan gelak tawa atau candaan bagi pembacanya.

    e. Fungsi untuk Penekanan atau Memperkuat.

    Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat juga digunakan

    untuk memberikan penguatan atau penekanan terhadap suatu hal atau

    pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

    Gaya bahasa tidak ubahnya sebagai aroma dalam makanan yang

    berfungsi untuk meningkatkan selera. Sedangkan menurut Tarigan

    (2013:4) gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan

    kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 23

    mempengaruhi penyimak dan pembaca. Jadi, gaya bahasa berfungsi

    sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau

    pendengar. Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana

    karangan. Artinya, gaya bahasa menciptakan suasana hati tertentu,

    misalnya, kesan baik atau buruk, senang, tidak enak, yang diterima

    karena pelukisan tempat, peristiwa, dan kedaaan tertentu (Ahmadi

    (Ed.), 1990: 169).

    Dengan demikian, dalam hal ini peneliti merujuk pada pendapat

    yang dikemukakan oleh Keraf, dapat dikemukakan bahwa fungsi gaya

    bahasa dalam karya sastra adalah sebagai alat untuk:

    1. fungsi informasi 2. fungsi untuk menjelaskan, 3. fungsi untuk menghidupkan objek mati 4. fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan 5. fungsi untuk penekanan atau memperkuat.

    D. Pengertian Karya Sastra

    Ada dua istilah penting yang berkaitan dengan karya sastra yaitu seni

    sastra dan ilmu sastra. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya

    sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik.

    Hasilnya berupa karya sastra misalnya novel, puisi, cerita pendek, drama dan

    lain-lainnya. Sedangkan menurut Luxemburg (1992:2) ilmu sastra meneliti

    sifat-sifat yang terdapat dalam teks-teks sastra, bagaimana teks-teks tersebut

    berfungsi di masyarakat.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 24

    Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang

    pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman

    pribadi atau dengan melihat kehidupan lingkungan sekitarnya. Banyak bentuk

    karya sastra yang muncul seperti puisi, fiksi, dan drama. Salah satu bentuk

    karya sastra yang melukiskan imajinasi seorang pengarang adalah puisi.

    Perkembangan puisi saat ini sangat pesat, sehingga munculnya penyair-

    penyair muda berbakat seperti Muhammad Rois Rinaldi.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan

    struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas

    rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata akan tetapi karya sastra

    tetap mengacu pada realitas dunia nyata. Karya sastra merupakan

    pencerminan akan tetapi bukan berarti bahwa karya sastra merupakan

    gambaran tentang kehidupan tetapi merupakan pendapat pengarang tentang

    keseluruhan kehidupannya.

    E. Hubungan Gaya Bahasa dengan Karya Sastra

    Kemampuan manusia menggali kreativitas dalam mengolah bahasa

    menyebabkan banyak sekali tercipta karya-karya yang bernilai tinggi dan

    disukai oleh banyak masyarakat. Dari karya-karya ciptaan anak manusia

    tersebut, banyak karya yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Akan

    tetapi, Dengan bervariasinya tingkat imajinasi manusia, maka bervariasi pula

    ciptaan-ciptaan manusia apabila dituangkan dalam bentuk kata, sehingga

    antara satu karya dengan karya lainnya akan memiliki ciri tersendiri, salah

    satunya adalah dari segi pemilihan kata (diksi).

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 25

    Bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra tentunya bukanlah

    bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari –hari kita, adakalanya untuk

    menambah nilai estetika dari karya sastra itu sendiri, penulis menyisipkan

    penggunaan gaya bahasa di dalam karya sastra itu sendiri. Tujuan dari

    penggunaan gaya bahasa itu sendiri berfungsi sebagai suatu daya tarik bagi

    pembaca agar tidak merasa bosan dalam membaca sebuah karya sastra

    disamping untuk menambah nilai kesenangan imajinatif, menghasilkan

    makna tambahan dan agar dapat menambah intensitas dan nilai konkrit sikap

    dan perasaan penyair dan juga agar makna yang diungkapkan lebih padat

    (Djojosuroto 2006:17).

    Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan jika hubungan antara

    gaya bahasa dengan karya sastra adalah bahwa penggunaan gaya bahasa

    dapat memberikan nilai tambah terhadap kualitas karya sastra yang

    dihasilkan, penggunaan gaya bahasa juga dapat menggambarkan sejauh mana

    kreativitas imajinatif pengarang itu sendiri disamping untuk menambah nilai

    estetika dari karya sastra yang dihasilkan.

    F. Pengertian Puisi

    Menulis puisi merupakan suatu kegiatan seorang ―intelektual‖, yakni

    kegiatan yang menuntut seorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar

    menguasai bahasa, luas wawasannya, sekaligus peka perasaannya. Menurut

    Waluyo (1995:25) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan

    pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan

    mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian

    struktur fisik dan struktur batinnya. Menurut Pradopo (2009:328) berpendapat

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 26

    bahwa puisi adalah ucapan atau ekspresi tidak langsung. Puisi juga

    merupakan ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (cerita,

    penceritaan). Puisi merupakan salah satu ragam karya sastra yang terikat

    dengan irama, ritma, rima, bait, larik dan ditandai dengan bahasa yang padat.

    Puisi juga merupakan seni tertulis yang mana menggunakan bahasa sebagai

    kualitas estetiknya atau keindahanya. Puisi dibedakan menjadi dua yakni

    puisi lama dan puisi baru. Puisi lama ialah puisi yang terikat dengan aturan-

    aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut antara lain: jumlah kata dalam satu

    baris; jumlah baris dalam satu bait; rima (persajakan); banyaknya suku kata

    dalam setiap baris; dan irama. Puisi baru ialah puisi yang tidak terikat oleh

    aturan-aturan sehingga lebih bebas bentuknya daripada puisi lama, baik

    dalam segi jumlah suku kata, baris, ataupun sajaknya.

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017

  • 27

    G. Peta Konsep

    Gaya Bahasa Diksi

    Gaya Bahasa

    Perbandingan

    Gaya Bahasa

    Pertentangan

    Gaya Bahasa

    Pertautan

    Gaya Bahasa

    Perulangan

    Jenis Fungsi

    1. Perumpamaan

    2. Metafora

    3. Personifikasi

    4. Depersonifikasi

    5. Alegori

    6. Antitesis

    7. Pleonasme

    8. Perifrasis

    9. Antisipasi atau

    Prolepsis

    10. Koreksi atau

    Epanortosis

    1. Fungsi Informasi

    2. Fungsi Menjelaskan

    3. Fungsi Untuk

    Menghidupkan Objek

    Mati

    4. Fungsi Untuk

    Menimbulkan Gelak

    Tawa atau Untuk Hiasan

    5. Fungsi Untuk Penekana

    atau Memperkuat.

    JENIS DAN FUNGSI GAYA

    BAHASA PERBANDINGAN

    DALAM KUMPULAN PUISI

    TERLEPAS KARYA

    MUHAMMAD ROIS RINALDI

    Stilistika

    Puisi

    Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017