bab ii landasan teori a. hakikat pengembangan...

28
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Diri Penggunaan istilah Pengembangan Diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Jika menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya bidang psikologi pendidikan, istilah Pengembangan Diri tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian (personal development) , sudah lazim digunakan dan banyak dikenal meskipun istilah diri (self ) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality). Personal development atau pengembangan pribadi merupakan kegiatan meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup serta berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi (Aubrey, 2010). Konsep ini lebih luas daripada Pengembangan Diri (self-help) karena dalam pengembangan pribadi juga mencakup mengembangkan orang lain. Misalnya seorang guru, disamping mengembangkan kompetensi pribadi dalam kemampuan menejerial tertentu untuk mengajar, guru juga memberikan layanan profesional (seperti memberikan pelatihan, penilaian ataupun pembinaan). Menurut Aubrey (2010) dalam konteks institusi, pengembangan pribadi mengacu pada

Upload: phungtram

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pengembangan Diri

Penggunaan istilah Pengembangan Diri dalam

kebijakan kurikulum memang relatif baru. Jika

menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan,

khususnya bidang psikologi pendidikan, istilah

Pengembangan Diri tampaknya dapat disepadankan

dengan istilah pengembangan kepribadian (personal

development), sudah lazim digunakan dan banyak

dikenal meskipun istilah diri (self) tidak sepenuhnya

identik dengan kepribadian (personality). Personal

development atau pengembangan pribadi merupakan

kegiatan meningkatkan kesadaran dan identitas,

mengembangkan bakat dan potensi, membangun

modal manusia dan memfasilitasi kerja,

meningkatkan kualitas hidup serta berkontribusi

pada realisasi mimpi dan aspirasi (Aubrey, 2010).

Konsep ini lebih luas daripada Pengembangan Diri

(self-help) karena dalam pengembangan pribadi juga

mencakup mengembangkan orang lain. Misalnya

seorang guru, disamping mengembangkan

kompetensi pribadi dalam kemampuan menejerial

tertentu untuk mengajar, guru juga memberikan

layanan profesional (seperti memberikan pelatihan,

penilaian ataupun pembinaan).

Menurut Aubrey (2010) dalam konteks

institusi, pengembangan pribadi mengacu pada

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

10

metode, program, alat, teknik, dan sistem penilaian

yang mendukung pengembangan manusia pada

tingkat individu dalam organisasi. Pada tingkat

individu, pengembangan pribadi meliputi kegiatan

meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan

pengetahuan diri, membangun atau memperbaharui

identitas, mengembangkan bakat, meningkatkan

kekayaan, pengembangan rohani, mengidentifikasi

dan meningkatkan potensi, membangun modal kerja

manusia, meningkatkan kualitas hidup,

meningkatkan kesehatan, memenuhi aspirasi,

memulai sebuah perusahaan hidup atau otonomi

pribadi, mendefinisikan dan melaksanakan rencana

pengembangan pribadi, dan meningkatkan

kemampuan sosial.

Istilah “diri” dalam bahasa psikologi disebut

pula sebagai aku, ego atau self yang merupakan

salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian,

yang di dalamnya meliputi kepercayaan, sikap,

perasaan, dan cita-cita, baik yang disadari atau pun

tidak disadari. Sukmadinata (2005) menyebutkan

“aku” yang disadari oleh individu, biasa disebut self

picture (gambaran diri), sedangkan “aku” yang tidak

disadari disebut unconscious aspect of the self (aku

tak sadar). Menurut Freud (Hall & Lindzey, 1993)

“ego atau diri” merupakan eksekutif kepribadian

untuk mengontrol tindakan (perilaku) dengan

mengikuti prinsip kenyataan atau rasional, untuk

membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

11

batin seseorang dengan hal-hal yang terdapat dalam

dunia luar.

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap,

perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada yang

realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana

individu dapat memiliki kepercayaan, sikap,

perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh

terhadap perkembangan kepribadiannya, terutama

kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan

dan cita-cita seseorang akan dirinya secara tepat

dan realistis memungkinkan untuk memiliki

kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya jika

tidak tepat dan tidak realistis akan menimbulkan

pribadi yang bermasalah.

Kepercayaan akan dirinya yang berlebihan

(over confidence) menyebabkan seseorang dapat

bertindak kurang memperhatikan lingkungannya

dan cenderung bertabrakan dengan norma dan etika

standar yang berlaku, serta memandang sepele

orang lain. Selain itu, orang yang memiliki over

confidence sering memiliki sikap dan pemikiran yang

over estimate terhadap sesuatu. Sebaliknya

kepercayaan diri yang kurang, dapat menyebabkan

seseorang cenderung bertindak ragu-ragu, rasa

rendah diri dan tidak memiliki keberanian.

Kepercayaan diri yang berlebihan maupun kurang

dapat menimbulkan kerugian tidak hanya bagi

dirinya namun juga bagi lingkungan sosialnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

12

Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan

perasaan tertentu terhadap dirinya. Sikap akan

diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau

penolakan akan dirinya, sedangkan perasaan

dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak

senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap

dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga

diri (penilaian diri), yang menurut Maslow

merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia

yang amat penting. Sikap dan mencintai diri yang

berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan

mental, biasa disebut narcisisme. Sebaliknya, orang

yang membenci dirinya secara berlebihan dapat

menimbulkan masochisme. Di samping itu, setiap

orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita

yang tidak realistis dan berlebihan, serta sangat

sulit untuk dicapai mungkin hanya akan berakhir

dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat

menimbulkan frustrasi. Frustasi dapat berupa

perilaku salah-suai (maladjusted). Sebaliknya, orang

yang kurang memiliki cita-cita tidak akan

mendorong ke arah kemajuan.

Berkenaan dengan “diri atau ego” ini,

Pietrofesa dalam Sudrajat (2008) mengemukakan

tiga komponen tentang diri, yaitu : (1) aku ideal (ego

ideal); (2) aku yang dilihat dirinya (self as seen by

self); dan (3) aku yang dilihat orang lain (self as seen

by others). Dalam keadaan ideal ketiga “aku” ini

persis sama dan menunjukkan kepribadian yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

13

sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan

yang signifikan diantara ketiga “aku” tersebut

merupakan gambaran dari ketidakutuhan dan

ketidaksehatan kepribadian.

Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut

di atas, kita bisa melihat arah dan hasil yang

diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di

sekolah yaitu terbentuknya keyakinan, sikap,

perasaan dan cita-cita para peserta didik yang

realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki

kepribadian yang sehat dan utuh.

B. Pengertian Pengembangan Diri

Terdapat perbedaan mendasar antara ideologi

humanis dan behavioris dalam hal tingkat pilihan

tentang perubahan yang terjadi pada manusia

selama hidupnya. Hal ini menyangkut „freewill’ atau

kehendak bebas manusia dalam pengambilan

keputusan. Menurut ideologi humanis, individu

bebas mengaktualisasi diri dalam perkembangan

hidupnya menuju beberapa tujuan akhir, sedangkan

teori behavioris berusaha mengurangi pentingnya

kehendak bebas dalam pengambilan keputusan

yang mengatur tindakan individu.

Selanjutnya pengertian Pengembangan Diri

lebih banyak berkembang menurut humanis seperti

dikatakan McNeil (1979), bahwa “pengembangan”

mengacu pada gerakan-gerakan dari waktu ke

waktu ke arah kompleksitas organisasi dari

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

14

organisme hidup. Hal ini mengingatkan pernyataan

Piaget tentang bagaimana anak berkembang untuk

memahami dunia. Untuk mengembangkan suatu

pengertian, anak menggunakan proses yang

didefinisikan sebagai asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses masuknya informasi baru

disesuaikan dengan pemahaman yang sudah ada

dan akomodasi berkaitan dengan memodifikasi ide-

ide lama untuk menghasilkan pengetahuan yang

baru.

Penerapan pendekatan humanis untuk

Pengembangan Diri juga terlihat dalam karya Steven

Covey dalam bukunya The Seven Habit of Effektive

People. Menurut Covey (1993), Pengembangan Diri

merupakan proses pembaruan. Covey menyebutnya

sebagai konsep asah gergaji. Proses tersebut

meliputi empat bentuk perkembangan yaitu fisik,

spiritual, mental dan sosio-emosional.

Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI

meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan,

perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian

tubuh yang membentuk postur tubuh,

pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak.

Perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor

keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi dan

kesehatan, status sosial ekonomi, gangguan

emosional, dan lain-lain. Pertumbuhan dan

perkembangan fisik tubuh ini secara langsung akan

menentukan keterampilan bergerak anak, dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

15

secara tidak langsung akan mempengaruhi cara

anak memandang dirinya sendiri dan memandang

orang lain, serta mempengaruhi cara anak

melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri

maupun orang lain. Terdapat perbedaan dalam

pertambahan tinggi dan berat, namun umumnya

mengikuti hukum arah perkembangan. Pada peserta

didik di kelas V dan VI, terjadi perubahan fisik yang

sangat pesat disebabkan oleh kematangan kelenjar

dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan

seksual. Perubahan ini mengakibatkan anak

mengalami ketidakseimbangan, menarik diri,

bersikap negatif, kurang percaya diri, perubahan

minat dan aktivitas. Di sini pendidik harus lebih

cermat dan memberikan perhatian lebih, artinya

pendidik harus lebih banyak melakukan pendekatan

supaya anak didik terarah dan dapat memperoleh

apa yang anak didik cita -citakan.

Aspek perkembangan fisik diantaranya adalah

perkembangan motorik. Perkembangan motorik

merupakan perkembangan pengendalian

gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,

urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998).

Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan

motorik kasar dan keterampilan motorik halus.

Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih

banyak berkembang pada motorik kasar, setelah

usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik

halus. Untuk anak SD yang rata-rata sudah berusia

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

16

diatas 6 tahun tentunya telah berada pada taraf ini.

Untuk itu perlu diberikan kegiatan yang dapat

mengembangkan motorik kasar maupun motorik

halus. Pada peserta didik usia SD/MI keterampilan

motorik meliputi keterampilan tangan dan kaki.

Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock

(1997) mengemukakan ada empat keterampilan

dasar yang perlu dikuasai anak SD/MI pada masa

anak akhir yaitu keterampilan menolong diri sendiri,

keterampilan menolong orang lain (sosial),

keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah

(skolastik). Menurut Covey (1993), pembaruan fisik

ini dapat dilakukan dengan olah raga, asupan

nutrisi dan pengelolaan stres.

Selanjutnya tentang pembaruan spiritual,

Covey (1993) menyebutkan bahwa pembaruan

spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang

nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian

dan berkontemplasi. Dimensi mental dapat

diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan

visualisasi, membuat perencanaan dan menulis.

Adapun dimensi sosio-emosional diasah melalui

pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan

sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri.

Perkembangan sosio-emosional anak SD

berada pada tahap “masa sekolah (School Age)” yang

ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority.

Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa

saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

17

mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya

sangat besar, tetapi di lain pihak karena

keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan

pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi

kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan

dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa

rendah diri (Erikson dalam Sukmadinata, 2005).

Oleh karena itu di sekolah-sekolah perlu diadakan

layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan

yang dapat mengembangkan aspek-aspek mental,

spiritual, dan sosio-emosional anak, misalnya

kegiatan Pengembangan Diri.

Dalam proses Pengembangan Diri diperlukan

keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil

optimal sebagaimana yang diharapkan.

Pengembangan Diri tidak muncul begitu saja. Untuk

meraihnya, diperlukan latihan dengan pola spiral ke

atas. Pola ini melatih untuk bergerak ke atas

sepanjang spiral secara terus-menerus. Pola spiral

ini memaksa untuk melalui tiga tahap kegiatan

yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan

ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-

ulang sampai kualitas dan produktivitas diri

manusia menjadi semakin tinggi (Covey, 1993).

Pengertian Pengembangan Diri dalam struktur

kurikulum, mengacu pada landasan adanya

program Pengembangan Diri, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

18

mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik,

Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan

Pasal 4 ayat (4) menyatakan bahwa pendidikan

diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang

menyatakan bahwa setiap peserta didik pada

setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d

Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat

Pengembangan Diri peserta didik dalam struktur

kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi

dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau

tenaga kependidikan.

4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah

pengembangan profesi konseling di sekolah dan

di luar sekolah.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

19

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006

disebutkan bahwa muatan kurikulum mencakup

tiga hal yaitu mata pelajaran, muatan lokal dan

Pengembangan Diri. Pengembangan Diri bukan

merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh

guru. Pengembangan Diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta

didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

Pengembangan Diri difasilitasi dan atau dibimbing

oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang

dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan Pengembangan Diri

dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling

yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan

kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir

peserta didik.

Untuk memperjelas dalam pelaksanaan

Pengembangan Diri di sekolah-sekolah, Pusat

Kurikulum membuat buku panduan untuk masing-

masing jenjang pendidikan yaitu buku Model dan

Contoh Program Pengembangan Diri untuk SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA, SMK yang terbit pada tahun

2007. Buku ini memberi contoh bagi konselor (guru

pembimbing), guru, dan atau tenaga kependidikan

lainnya di sekolah/madrasah untuk menyusun

program, melaksanakan, menilai dan melaporkan

kegiatan Pengembangan Diri yang mencakup

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

20

kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan

ekstrakurikuler.

Menurut buku “Model dan Contoh

Pengembangan Diri Sekolah Dasar” terbitan Puskur

Balitbang Depdiknas (2007), Pengembangan Diri

merupakan kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum

sekolah/madrasah. Kegiatan Pengembangan Diri

merupakan upaya pembentukan watak dan

kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui

kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan

masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan

belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan

ekstrakurikuler yang dipilih sesuai kebutuhan dan

kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan

khusus, pelayanan konseling menekankan

peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan

kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan

Pengembangan Diri yang berupa pelayanan

konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor,

dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh

konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain

sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.

Pengembangan Diri yang dilakukan dalam bentuk

kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra

kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

21

Menurut Sudrajat (2008), bahwa kegiatan

Pengembangan Diri seyogyanya lebih banyak

dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), melalui

berbagai jenis kegiatan Pengembangan Diri. Di

bawah bimbingan guru maupun orang lain yang

memiliki kompetensi di bidangnya, kegiatan

Pengembangan Diri dapat pula dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan di luar jam efektif yang bersifat

temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok,

permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan

kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok.

Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat

kelompok, kegiatan Pengembangan Diri dapat

dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya

seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku,

mengunjungi narasumber atau mengunjungi suatu

tempat tertentu untuk kepentingan pembelajaran

dan Pengembangan Diri siswa itu sendiri.

Hal yang fundamental dalam kegiatan

Pengembangan Diri bahwa pelaksanaan

Pengembangan Diri harus terlebih dahulu diawali

dengan upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan,

bakat dan minat, yang dapat dilakukan melalui

teknik tes (tes kecerdasan, tes bakat, tes minat dan

sebagainya) maupun non tes (skala sikap, inventori,

observasi, studi dokumenter, wawancara dan

sebagainya). Dalam hal ini, peranan bimbingan dan

konseling menjadi amat penting, melalui kegiatan

aplikasi instrumentasi data dan himpunan data,

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

22

bimbingan dan konseling seyogyanya dapat

menyediakan data yang memadai tentang

kebutuhan, bakat, minat serta karakteristik peserta

didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar

untuk penyelenggaraan Pengembangan Diri di

sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat

temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun

melalui layanan bimbingan dan konseling itu sendiri

(Sudrajat, 2008).

Menurut Sudrajat (2008) pula, yang harus

diperhatikan bahwa kegiatan Pengembangan Diri

tidak identik dengan Bimbingan dan Konseling.

Bimbingan dan Konseling tetap harus ditempatkan

sebagai bagian integral sistem pendidikan di sekolah

dengan keunikan karakteristik pelayanannya.

Dari uraian di atas, tampak bahwa kegiatan

Pengembangan Diri akan mencakup banyak

kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan orang,

oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan

pengorganisasian tersendiri. Namun secara prinsip,

pengelolaan dan pengorganisasian Pengembangan

Diri betul-betul diarahkan untuk melayani seluruh

siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara

optimal, sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya

masing-masing dan Pengembangan Diri menjadi

wilayah garapan bersama antara komponen

pembelajaran dan komponen Bimbingan dan

Konseling di sekolah dengan keunikan tugas dan

tanggung jawabnya masing-masing.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

23

Jadi yang dimaksud Pengembangan Diri

dalam penelitian ini adalah proses perubahan yang

meliputi aspek fisik, spiritual, mental dan sosio-

emosional pada siswa di sekolah dasar dengan

melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran

yang dapat mengembangkan potensi, bakat, dan

minat siswa secara optimal.

C. Keberhasilan dalam Hidup

Umumnya, keberhasilan hidup selama ini

hanya dilihat dari seberapa besar penghasilan yang

didapatkan. Seseorang disebut sukses hidupnya

manakala berhasil menjadi kaya, rumahnya besar,

tabungan banyak dan memiliki investasi dimana-

mana. Akan tetapi, ukuran keberhasilan hidup

sebenarnya adalah seberapa jauh seseorang

memberi manfaat bagi orang lain.

William Stern, pelopor teori konvergensi

(Ahmadi dan Uhbiyati, 1991) mengatakan bahwa

kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir

itu merupakan petunjuk-petunjuk nasib manusia

yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam

ruang permainan itulah terletak pendidikan dalam

arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga dari luar dapat

menolong tetapi bukanlah ia yang menyebabkan

perkembangan itu, karena ini datangnya dari dalam

yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga

pendorong. Sebagai contoh: anak dalam tahun

pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

24

cakap, dorongan dan bakat itu telah ada, di meniru

suara-suara dari ibunya dan orang di sekelilingnya.

Ia meniru dan mendengarkan dari kata-kata yang

diucapkan kepadanya, bakat dan dorongan itu tidak

akan berkembang jika tidak ada bantuan dari luar

yang merangsangnya. Dengan demikian jika tidak

ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata

yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa

bercakap-cakap.

Stern menolak atau tidak setuju dengan teori

nativisme dan teori empirisme yang berat sebelah.

Menurut Stern, perkembangan manusia adalah hasil

perpaduan kerjasama antara faktor bakat dan faktor

lingkungan. Manusia memiliki potensi berkembang

yang dibawa sejak lahir dan lingkungan

membantunya merangsang dari luar. Jadi, teori

konvergensi menyatakan bahwa perkembangan

anak merupakan hasil proses kerjasama antara

faktor bakat atau bawaan dan faktor lingkungan

(termasuk pendidikan). Jika faktor bakat atau

bawaan seorang anak dinilai baik, akan tetapi dalam

perkembangannya, mungkin rusak karena faktor

lingkungan (pendidikan) yang tidak menunjang.

Sebaliknya, jika faktor bakat atau bawaan tidak baik

namun lingkungan (pendidikan) menunjang, maka

perkembangan anak dapat lebih baik. Bisa

dikatakan keberhasilan hidup manusia ditentukan

oleh faktor pembawaan dan lingkungan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

25

Pembawaan atau potensi setiap orang

berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari perilaku

manusia sebagai hasil belajarnya. Gagne dan Briggs

(1974) mengemukakan lima kategori yaitu intelectual

skill, cognitive strategies, verbal information, motor

skill dan attitude. Bloom (1975) mengemukakan tiga

kategori sesuai domain-domain perilaku individu

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain

kognitif berkenaan perkembangan kecakapan dan

keterampilan intelektual meliputi pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), penguraian (analysis),

memadukan (synthesis) dan penilaian (evaluation).

Afektif berkenaan dengan perubahan minat, sikap,

nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan

menyesuaikan diri. Domain psikomotor berkenaan

dengan keterampilan-keterampilan gerak. Masing-

masing domain tersebut memiliki tingkat kesukaran

berbeda-beda pula.

Umumnya pendidikan bertujuan menyediakan

lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk

mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuan

secara optimal, sehingga mereka mampu

mewujudkan kemampuan dirinya dan berfungsi

sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi

maupun kebutuhan masyarakat (Munandar dalam

Sunarno, 2007). Namun, kenyataan di lapangan,

sistem pendidikan, yang diterapkan di sekolah-

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

26

sekolah hingga sekarang masih mementingkan

aspek kognitif daripada aspek lainnya.

Menurut Suyanto dan Djihad (Rahman, 2004),

proses pendidikan kita saat ini terlalu

mementingkan perkembangan aspek kognitif pada

tataran pengetahuan dengan mengabaikan

persoalan kreativitas. Hal tersebut menunjukkan

bahwa proses pembelajaran di sekolah-sekolah lebih

menekankan pada perkembangan dua jenis

kecerdasan, yakni kecerdasan linguistik dan

kecerdasan matematis-logis. Praktik nyata ini

bertentangan dengan teori unsur kecerdasan yang

ada dalam diri setiap individu. Gardner (Uno, 2009)

menyatakan bahwa setiap individu memiliki

setidaknya delapan unsur kecerdasan yang berbeda-

beda yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan

linguistik verbal, kecerdasan interpersonal,

kecerdasan ruang visual, kecerdasan kinestetik,

kecerdasan musik, kecerdasan hubungan sosial,

dan kecerdasan naturalis

Dalam rangka memfasilitasi potensi siswa

yang bermacam-macam itulah, maka di dalam

struktur kurikulum dimasukkan tidak hanya

muatan pendidikan berupa mata pelajaran maupun

muatan lokal akan tetapi juga Pengembangan Diri.

Kegiatan Pengembangan Diri penting sebagai

pelengkap pengembangan potensi siswa di luar mata

pelajaran dan muatan lokal.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

27

D. Pelaksanaan Pengembangan Diri di Sekolah Dasar

Menurut buku model dan Contoh Pelaksanaan

Pengembangan Diri Sekolah Dasar (Puskur, 2007)

Pengembangan Diri dapat dilakukan melalui dua hal

yaitu kegiatan Pengembangan Diri terprogram

berupa layanan konseling dan kegiatan

ekstrakurikuler serta kegiatan Pengembangan Diri

tidak terprogram, biasa disebut kegiatan

pembiasaan. Kegiatan pembiasaan ini dapat

dilaksanakan secara spontan, rutin dan

keteladanan. Yang termasuk kegiatan spontan

adalah perilaku memberi salam, membuang sampah

pada tempatnya, budaya antri, dan lain-lain.

Termasuk kegiatan rutin adalah upacara bendera,

senam, ibadah khusus keagamaan, pemeliharaan

kebersihan dan kesehatan diri. Sementara untuk

keteladanan adalah berbagai bentuk perilaku sehari-

hari yang dapat dijadikan teladan, seperti:

berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin

membaca, datang tepat waktu, memuji kebaikan

atau keberhasilan orang lain, dan lain-lain.

Pengembangan Diri yang terprogram meliputi

layanan konseling dan kegiatan pendukung

konseling, serta kegiatan ekstrakurikuler. Pelayanan

konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor,

sementara kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina

konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain

sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.

Pengembangan Diri dapat mengembangkan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

28

kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-

hari peserta didik (Puskur, 2007).

1. Layanan Konseling

Kegiatan layanan konseling merupakan

pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik

secara perorangan maupun kelompok agar

mampu mandiri dan berkembang secara optimal,

dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,

kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan

perencanaan karir, melalui berbagai jenis

layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan

norma-norma yang berlaku. Layanan ini juga

membantu mengatasi kelemahan, hambatan

serta masalah yang dihadapai peserta didik

dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan

peserta didik SD/MI.

Tugas-tugas perkembangan anak usia

sekolah dasar adalah memiliki kebiasaan dan

sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan

keterampilan dasar dalam membaca, menulis,

dan berhitung, mengembangkan konsep-konsep

yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, belajar

bergaul dan bekerja kelompok sebaya, belajar

menjadi pribadi yang mandiri, mempelajari

keterampilan fisik sederhana yang diperlukan

baik untuk permainan maupun kehidupan.

Selain itu juga mengembangkan kata hati, moral

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

29

dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku,

membina hidup sehat untuk diri sendiri dan

lingkungan serta keindahan, belajar memahami

diri sendiri dan orang lain sesuai jenis kelamin

dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis

kelamin, serta mengembangkan sikap terhadap

kelompok, lembaga sosial, tanah air dan bangsa,

serta mengembangkan pemahaman dan sikap

awal untuk perencanaan masa depan.

Di dalam memenuhi tugas perkembangan

siswa tersebut maka layanan konseling

menyediakan berbagai jenis layanan, berupa

layanan Orientasi, yaitu layanan yang membantu

peserta didik memahami lingkungan baru,

terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek

yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta

mempermudah dan memperlancar peran peserta

didik di lingkungan yang baru. Informasi, yaitu

layanan yang membantu peserta didik menerima

dan memahami berbagai informasi diri, sosial,

belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang

membantu peserta didik memperoleh

penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam

kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,

program latihan, magang, dan kegiatan ekstra

kurikuler. Penguasaan Konten, yaitu layanan

yang membantu peserta didik menguasai konten

tertentu, terutama kompetensi dan atau

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

30

kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di

sekolah, keluarga, dan masyarakat. Konseling

Perorangan, yaitu layanan yang membantu

peserta didik dalam mengentaskan masalah

pribadinya. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan

yang membantu peserta didik dalam

pengembangan pribadi, kemampuan hubungan

sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan

pengambilan keputusan, serta melakukan

kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Konseling Kelompok, yaitu layanan yang

membantu peserta didik dalam pembahasan dan

pengentasan masalah pribadi melalui dinamika

kelompok. Konsultasi, yaitu layanan yang

membantu peserta didik dan atau pihak lain

dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan

cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam

menangani kondisi dan atau masalah peserta

didik. Mediasi, yaitu layanan yang membantu

peserta didik menyelesaikan permasalahan dan

memperbaiki hubungan antar mereka.

Selain berbagai layanan tersebut, terdapat

kegiatan pendukung layanan konseling yang

meliputi Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan

mengumpulkan data tentang diri peserta didik

dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai

instrumen, baik tes maupun non-tes. Himpunan

Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang

relevan dengan pengembangan peserta didik,

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

31

yang diselenggarakan secara berkelanjutan,

sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat

rahasia. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan

membahas permasalahan peserta didik dalam

pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-

pihak yang dapat memberikan data, kemudahan

dan komitmen bagi terentaskannya masalah

peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh

data, kemudahan dan komitmen terentaskannya

masalah peserta didik melalui pertemuan dengan

orang tua dan atau keluarganya. Tampilan

Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan

berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan

peserta didik dalam pengembangan pribadi,

kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/

jabatan dan Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan

untuk memindahkan penanganan masalah

peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan

kewenangannya.

Demi terlaksana dengan baik, perlu

disusun perencanaan program layanan konseling

berupa program tahunan, program semesteran,

program bulanan, program mingguan dan

program harian berupa satuan layanan (SATLAN)

dan atau satuan kegiatan pendukung konseling

(SATKUNG). SATLAN dan SATKUNG masing-

masing memuat sasaran kegiatan, substansi

kegiatan, jenis kegiatan dan alat bantu yang

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

32

digunakan, pelaksanaan kegiatan dan pihak-

pihak yang terlibat serta waktu dan tempat

pelaksanaan. Satu kali kegiatan layanan dan

kegiatan pendukung konseling berbobot

ekuivalen 2 (dua) jam pelajaran. Volume

keseluruhan kegiatan pelayanan konseling yang

dilakukan oleh konselor per minggu minimal

ekuivalen dengan beban tugas guru kelas

mengajar di sekolah/madrasah, sedangkan

untuk guru kelas yang diberi tugas menjadi

konselor (guru pembimbing), beban tugas wajib

mengajar mata pelajaran dijumlahkan dengan

tugas melaksanakan pelayanan konseling sesuai

jumlah peserta didik yang menjadi asuhannya.

Kegiatan layanan konseling dicatat dalam

laporan pelaksanaan program (LAPELPROG) dan

hasilnya dinilai melalui Penilaian segera

(LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis

layanan dan kegiatan pendukung konseling

untuk mengetahui perolehan peserta didik yang

dilayani. Dilanjutkan Penilaian jangka pendek

(LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu

(satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah

satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung

konseling diselenggarakan untuk mengetahui

dampak layanan/kegiatan terhadap peserta

didik. Disamping itu juga dilakukan Penilaian

jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian

dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

33

satu semester) setelah satu atau beberapa

layanan dan kegiatan pendukung konseling

diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh

dampak layanan dan atau kegiatan pendukung

konseling terhadap peserta didik. Hasil kegiatan

pelayanan konseling secara keseluruhan dalam

satu semester untuk setiap peserta didik

dilaporkan secara kualitatif dan deskriptif pada

kolom Pengembangan Diri di laporan hasil

belajar. Hasil penilaian yang dituliskan adalah

proses kegiatan pelayanan yang diberikan dan

ketercapaian tugas perkembangan.

Pelaksana pelayanan konseling di SD/MI

pada dasarnya adalah guru kelas yang

melaksanakan layanan orientasi, informasi,

penempatan dan penyaluran, dan penguasaan

konten dengan menginfusikan materi layanan

tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk

peserta didik di kelas IV, V dan VI dapat

diselenggarakan layanan konseling perorangan,

bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

Dapat juga dilakukan di satu SD/MI atau di

sejumlah SD/MI diangkat seorang konselor

untuk menyelenggarakan pelayanan konseling.

Pelayanan konseling ini diawasi secara intern

oleh kepala sekolah/madrasah dan secara

ekstern oleh pengawas sekolah/madrasah bidang

konseling, untuk meningkatkan mutu layanan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

34

2. Ekstrakurikuler

Kegiatan Pengembangan Diri sekolah dasar

selain layanan konseling adalah ekstrakurikuler.

Ada berbagai jenis kegiatan ekstra kurikuler yang

diselenggarakan di lingkungan sekolah dasar

yang meliputi bidang seni budaya, olahraga,

kepramukaan, dan lain-lain. Di dalam buku

pedoman disebutkan bahwa jenis-jenis kegiatan

ekstrakurikuler sekolah/madrasah berupa Krida,

meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar

Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah

Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka (PASKIBRAKA). Karya Ilmiah, meliputi

Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), penguasaan

keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi

pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya,

cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan

substansi antara lain karir, pendidikan,

kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni

budaya.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat diikuti

secara individual, kelompok, klasikal, gabungan

(antar kelas/antar sekolah/antar madrasah) dan

lapangan, yaitu diikuti oleh seorang atau

sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar

kelas atau kegiatan lapangan. Kegiatan ini

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

35

dan kreativitas peserta didik sesuai dengan

potensi, bakat dan minat mereka. Selain itu,

ekstrakurikuler juga dapat mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial

peserta didik, mengembangkan suasana rileks

dan menyenangkan serta mengembangkan

kesiapan karir peserta didik.

Sebelum pelaksanaan, perlu disusun

rencana kegiatan ekstrakurikuler yang memuat

unsur-unsur sasaran kegiatan, substansi

kegiatan, pelaksana kegiatan dan pihak-pihak

yang terkait serta pengorganisasiannya, waktu

dan tempat, serta sarana yang diperlukan. Di

sekolah dasar, pelaksana kegiatan

ekstrakurikuler adalah pendidik atau tenaga

kependidikan yang mampu dan mempunyai

kewenangan pada substansi kegiatan

ekstrakurikuler yang dimaksud.

Pada setiap akhir semester, untuk setiap

peserta didik diberikan nilai yang dilaporkan

secara kualitatif maupun deskriptif pada kolom

Pengembangan Diri di laporan hasil belajar. Di

samping itu, hasil penilaian pada kegiatan

ekstrakurikuler juga dilaporkan kepada pimpinan

sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan

lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

Pelaksanaan pada kegiatan ekstrakurikuler

dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan

pengawasan oleh kepala sekolah/madrasah dan

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pengembangan Dirirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2976/3/T2_942009046_BAB II… · Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI ... Menurut

36

oleh pihak yang secara struktural/fungsional

memiliki kewenangan membina kegiatan

ekstrakurikuler tersebut. Hasil pengawasan

didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti

untuk peningkatan mutu perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah/

madrasah.