bab ii landasan teori a. going concern 2.pdf · 15randal j.elder, mark s.beasley, alvin a.arens dan...

63
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 1. Pengertian Going Concern Menurut WikipediaGoing concern atau kelangsungan usaha adalah prinsip dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu Going Concern adalah dimana entitas (perusahaan) biasanya dilihat sebagai berkelanjutan dalam bisnis di masa mendatang. Dimana pentingnya perusahaan melakukan perlunya likuidasi, penghentian perdagangan atau mencari perlindungan dari kreditur sesuai dengan undang-undang atau peraturan untuk menjaga supaya tetap going concern.. 11 Sedangkan menurut SPAPGoing Concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga.. 12 11 Liestyowati, Indahnya Belajar Akuntansi, http://akuntan-si.blogspot.com 12 SPAP,PSA 30 SA Seksi 341.1, www.google.com 12

Upload: vukiet

Post on 25-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

12  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Going Concern

1. Pengertian Going Concern

Menurut WikipediaGoing concern atau kelangsungan usaha adalah prinsip

dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu Going Concern adalah

dimana entitas (perusahaan) biasanya dilihat sebagai berkelanjutan dalam bisnis di

masa mendatang. Dimana pentingnya perusahaan melakukan perlunya likuidasi,

penghentian perdagangan atau mencari perlindungan dari kreditur sesuai dengan

undang-undang atau peraturan untuk menjaga supaya tetap going concern..11

Sedangkan menurut SPAPGoing Concern adalah suatu keadaan di mana

perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini

dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan

going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh

manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi

makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara

tajam akibat tingginya tingkat suku bunga..12

                                                            11Liestyowati, Indahnya Belajar Akuntansi, http://akuntan-si.blogspot.com

12SPAP,PSA 30 SA Seksi 341.1, www.google.com

12 

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

13  

Jadi berdasarkan definisi – definisi tentang going concern maka dapat

disimpulkan bahwa going concern adalah suatu keadaan dimana perusahaan

sebagai entitas bisnis dapat beroperasi dalam jangka waktu kedepan yang

dipengaruhi oleh keadaan finansial dan non finansial dan tidak akan dilikuidasi

dalam jangka pendek.

B. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

Perusahaan dengan jaringan usaha yang luas serta memiliki banyak

karyawan akan menimbulkan suatu kesulitan tersendiri bagi manajemen dalam

menjalankan usaha yang sehat dan memiliki resiko usaha yang kecil. Oleh karena

itu pengendalian internal adalah satu hal yang wajib dijalankan oleh manajemen

dan semua jajaran karyawan di dalam perusahaan untuk memperkecil segala resiko

yang mungkin ada dan menghindari adanya kesalahan – kesalahan ataupun

penyimpangan – penyimpangan yang ditimbulkan oleh resiko tersebut.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

14  

COSO (the Committee of Sponsoring Organizations) mendefinisikan

pengendalian internal sebagai berikut :

“Internal control is a process, affected by entity’s board of directors,

management and other personnel, designed to provide reasonabel assurance

regarding the achievement of objectives in the following categories ; effectiveness

and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with

applicable laws and regulations.”13.

Hery dalam bukunya auditing 1 mendefinisikan pengendalian internal

sebagai berikut :

“Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Manajemen memiliki tiga

tujuan umum dalam merancang pengendalian internal yang efektif, yaitu

keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, serta ketaatan pada

hukum dan peraturan.”14

Berdasarkan definisi – definisi pengendalian internal diatas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa pengendalian internal adalah suatu prosedur yang

dijalankan oleh manajemen dan seluruh karyawan yang berada dalam suatu

                                                            13Amin Widjaja Tunggal, Intisari Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta, 2012, Hal.70 14 Hery, Auditing 1 : Dasar-dasar pemeriksaan akuntansi, Kencana, Jakarta, 2011, Hal. 87 

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

15  

organisasi untuk menjaga dan melindungi semua aktiva yang dimiliki organisasi

dalam rangka mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu : efektifitas dan

efisiensi operasi, realibilitas pelaporan keuangan, dan kesesuaian dengan aturan

dan regulasi yang ada.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Elder, Beasley, Arens dan Jusuf terdapat tiga tujuan umum

diselenggarakannya sistem pengendalian internal dalam suatu perusahaan, yaitu15 :

a. Keandalan laporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi

para investor, kreditor, dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki

tanggung jawab hukum maupun profesional untuk menyakinkan bahwa

informasi disajikan sesuai dalam ketentuan dalam pelaporan seperti misalnya

GAAP. Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan keuangan

adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.

b. Efisiensi dan Efektifitas kegiatan operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan

sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan

sasaran yang dituju perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian

tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan nonkeuangan mengenai

                                                            15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

16  

kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh

pars pengguns laporan

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

Perusahaan publik, perusahaan nonpublik, maupun organisasi nirlaba

diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan.

Beberapa aturan ada yang terkait dengan akuntasi secara tidak langsung,

misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil. Sedang

yang terkait erat dengan akuntansi, msalnya peraturan pajak penghasilan dan

kecurangan.

3. Komponen Pengendalian Internal

COSO menjelaskan 5 komponen pengendalian internal yang dirancang

dan diterapkan manjemen untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa

tujuan-tujuan pengendaliannya dapat tercapai. Komponen pengendalian internal

COSO terdiri dari hal-hal berikut16 :

a. Lingkungan Pengendalian ( Control Environment )

Lingkungan pengendalian merupakan payung dari keempat komponen

pengendalian lainnya. Tanpa adanya lingkungan pengendalian yang efektif,

keempat komponen yang lain tidak mungkin menghasilkan suatu

pengendalian internal yang efektif, tanpa mempertimbangkan kualitasnya.

                                                            16Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.321 

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

17  

Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur

yang menggambarkan keseluruhan sikap manajemen, direksi, dan pemilik dari

suatu entitas atas pengendalian internal tersebut terhadap suatu entitas.

Subkomponen pengendalian yang sangat penting untuk memahami dan

menilai lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :

1) Integritas dan Nilai Etika

Integritas dan nilai-nilai etika merupakan produk dari standar etika dan

sikap sebuah entitas, sebagaimana dengan seberapa baik hal tersebut

dikomunikasikan dan diterapkan dalam praktiknya. Integritas dan nilai-

nilai etika mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau

mengurangi insentfi dan godaan yang dapat mendorong personil untuk

terlibat dalam perilaku yang tidak jujur, ilegal atau tidak etis.

2) Komitmen terhadap Kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan yang bertujuan untuk mencapai tugas-tugas yang

mendefinisikan tugas setiap orang. Komitmen terhadap kompetensi

mencakup pertimbangan manajemen terhadap tingkat kompetensi untuk

pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat kompetensi tersebut

diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

3) Partisipasi Dewan Direksi dan Komisaris atau Komite Audit

Keberadaan dewan direksi dan komisaris sangat penting bagi tata

kelola perusahaan yang baik karena tanggung jawab utama mereka adalah

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

18  

untuk meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan pengendalian

internal dan proses pelaporan keuangan yang tepat. Sebuah dewan

komisaris yang efektif harus independen terhadap manajemen, dan

anggotanya harus terus terlibat dalam mengkaji aktivitas manajemen.

Meskipun dewan mendelegasikan tanggung jawab pengendalian internal

pada manajemen, namun dewan harus secara berkala menilai pengendalian

tersebut. Selain itu, suatu dewan yang aktif sering kali mampu mengurangi

kemungkinan terjadinya pengabaian pengendalian yang ada oleh

manajemen.

4) Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi

Manajemen melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya,

memberikan sinyal yang sangat jelas kepada karyawan mengenai

signifikasi pengendalian internal.

5) Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu entitas mendefinisikan jalur tanggung jawab

dan otoritas yang ada. Dengan memahami struktur organisasi suatu entitas

maka kita dapat mempelajari manajemen dan elemen-elemen fungsional

bisnis serta persepsi mengenai bagaimana pengendalian diterapkan.

6) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia

Aspek pengendalian internal yang paling penting adalah personel. Jika

karyawan kompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lainnya dapat

ditiadakan, dan laporan keuangan yang andal masih dapat dihasilkan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

19  

Orang yang tidak kompeten dan tidak jujur dapat membuat sistem menjadi

kacau meskipun terdapat berbagai pengendalian yang diterapkan. Orang-

orang yang jujur dan efisien mampu bekerja dengan kinerja yang sangat

baik meskipun hanya terdapat sedikit pengendalian yang mendukung

mereka.

b. Penilaian Risiko

Penilaian risiko untuk laporan keuangan merupakan identifikasi dan

analisis manajemen terhadap risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan

keuangan. Sebagai contoh, jika perusahaan sering menjual produk dengan

harga dibawah biaya persediaan karena adanya perubahan teknologi yang

sangat pesat, sangat penting bagi perusahaan untuk menerapkan pengendalian

yang tepat untuk mengatasi salah saji persediaan.

c. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur, selain yang

telahdimasukkan dalam keempat komponen lainnya, yang membantu untuk

meyakinkan bahwa tindakan-tindakan yang penting telah dilakukan untuk

mengatasi risiko dalam mencapai tujuan organisasi. Terdapat kemungkinan

terdapat banyak aktivitas pengendalian pada setiap entitas, termasuk

pengendalian secara manualdan pengendalian secara otomatis

Aktivitas pengendalian tersebut umumnya termasuk ke dalam salah satu

dari kelima jenis pengendalian berikut , yaitu :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

20  

1) Pemisahan Tugas yang Memadai

Terdapat beberapa panduan untuk pemisahantugas yang memadai untuk

mencegah kesalahan maupun kecurangan yang sangat signifikan bagi para

auditor.

a) Pemisahan tugas penyimpanan aset dari tugas pencatatan. Untuk

mencegah terjadinya penggelapan aset perusahaan, orang yang

menyimpan aset secara temporer atau permanen tidak boleh

bertanggung jawag terhadap pencatatan aset tersebut. Dengan

mengizinkan satu orang utnuk menlaukan kedua fungsi tersebut akan

meningkatkan resiko bahwa orang tersebut akan mengambil aset untuk

kepentingan pribadi dan menyesuaikan pencatatannya untuk menutupi

pencurian tersebut.

b) Pemisahan tugas otorisasi transaksi dari tugas penyimpanan aset.

Sangat disarankan untuk mencegah orang yang melakukan otorisasi

transaksi untuk memiliki kendali terhadap aset yang terkait, untuk

mengurangi kemungkinan penggelapan aset.

c) Pemisahan tugas sistem informasi dari departemen pengguna. Ketika

tingkat kompleksitas sistem teknologi informasi meningkat, pemisahan

otorisasi, pencatatan, dan penyimpanan sering kali menjadi tidak jelas.

Untuk mengkompensasi potensi tumpang tindih tugas tersebut, sangat

penting bagi perusahaan untuk memisahkan fungsi-fungsi utama

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

21  

terkait informasi teknologi dengan fungsi departemen-departemen

penggunanya.

2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas.

Setiap transaksi harus diotorisasi dengan tepat jika pengendalian ingin

memuaskan. Jika setiap orang dalam suatu organisasi dapat memperoleh

atau pun mengeluarkan aset semau mereka, maka akan terjadi kerusuhan

besar. Otorisasi dapat berupa otorisasi umum dan khusus. Pada otorisasi

umum, manajemen membuat kebijakan dan para bawahan diinstruksikan

untuk menerapkan otorisasi umum ini dengan menyetujui semua transaksi

dalam batas yang telah ditetapkan dalam kebijakan perusahaan. Otorisasi

khusus diterapkan pada setiap transaksi khusus. Untuk beberapa transaksi,

manajemen lebih cenderung untuk melakukan otorisasi terhadap setiap

transaksi.

3) Dokumen dan catatan yang memadai.

Dokumen dan catatan yang merupakan objek fisik dimana transaksi

dimasukkan dan diikhtisarkan. Hal tersebut menyangkut beragam unsur

seperti faktur penjualan, faktur pembelian, catatan tambahan, jurnal

penjualan, dan kartu kehadiran karyawan. Banyak diantara dokumen dan

catatan yang tersebut yang disimpan dalam arsip komputer hingga

dokumen tersebut dicetak.

4) Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

22  

Untuk menjaga pengendalian internal yang memadai, aset dan ctatan

harus dilindungi. Jika aset dibiarkan tanpa dilindungi, aset tersebut dapat

dicuri. Jika catatan tidak dilindungi dengan memadai, catatan tersebut

dapat dicuri, dirusak, atau hilang, yang akan mengakibatkan gangguan

yang serius dalam proses pencatatan dan operasi usaha. Ketika suatu

perusahaan sudah sangat komputerisasi, maka peralatan komputer

program-program, dan arsip datanya harus dijaga. Arsip data merupakan

catatan mengenai perusahaan. Dan jika rusak, memakan biaya rekonstruksi

yang sangat mahal atau bahkan tidak dapat direkonstruksi sama sekali.

5) Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen.

Kategori terakhir aktivitas pengendalian adalah penelaahan saksama dan

terus menerus atas keempat komponen lain, yang sering kali disebut

pengecekan independen atau verifikasi internal. Kebutuhan akan

pengecekan independen muncul karena pengendalian internal cenderung

berubah sepanjang waktu, kecuali sering dilakukan penelaahan. Personel

sangat mungkin lupa atau tidak sengaja tidak mengikuti prosedur, atau

mereka menjadi sembrono kecuali jika ada seseorang yang mengawasi dan

mengevaluasi pekerjaan mereka. Tanpa mempertimbangkan kualitas

pengendalian, para personel dapat membuat kesalahan atau melakukan

kecurangan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

23  

d. Informasi dan Komunikasi

Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas

adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi-

transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas

aset-aset yang terkait. Sebuah sistem informasi dan komunikasi akuntansi

memiliki beberapa subkomponen, biasanya membentuk suatu kelompok

transasksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, pembelian dan

lain-lain. Untuk setiap kelompok transaksi, sistem akuntansi harus memenuhi

keenam tujuan audit terkait. Untuk memahami rancangan sistem informasi

akuntansi, auditor menentukan;

1) kelompok-kelompok transaksi utama suatu entitas.

2) bagaimana transaksi-transaksi tersebut dimulai dan dicatat.

3) catatan akuntansi apa yang muncul dan sifat mereka.

4) bagaimana sistem dapat menangkap kejadian-kejadian lain

yang berpengaruh signifikan dalam laporan keuangan, seperti

penurunan dalam nilai aset.

5) Sifat dan perincian proses pelaporan keuangan yang diikuti,

termasuk prosedur untuk memasukkan transaksi-transaksi dan

penyesuaian-penyesuaian dalam buku besar.

e. Pengawasan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

24  

Aktivitas pengawasan berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau

penilaian berkala atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk

menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai dengan tujuannya dan

dimodifikasi jika diperlukan jika terjadi perubahan kondisi. Informasi yang

dinilai berasal dari berbagai sumber, termasuk studi atas pengendalian internal

yang sudah ada, laporan internal auditor, laporan pengecualian atas aktivitas

pengendalian, laporan dari regulator misalnya dari regulator perbankan,

umpan balik dari personel operasi, keluhan-keluhan dari pelanggan mengenai

biaya penagihan. Untuk beberapa perusahan, biasanya perusahaan besar,

departemen audit internal merupakan fungsi penting untuk melakukan

pengawasan efektif. Agar menjadi efektif, pengendalian internal fungsi

pengendalian internal harus dijalankan oleh staf yang independen dari

departemen operasi maupun dari departemen akuntansi dan melaporkan

langsung kepada otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, apakah pada

manajemen puncak ataupun pada komite audit dari dewan direksi..

4. Pengujian Pengendalian

Menurut Mulyadi dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu

dibedakan antara prosedur pemahaman atau pengendalian (test of control). Dalam

pelaksanaan standar tersebut pelaksanakan prosedur pemahaman pengendalian

intern dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain

pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Di

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

25  

samping itu pelaksanaan standar tersebut juga harus dilakukan pengujian terhadap

efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (compliance

test) atau disebut dengan pengujian pengendalian (test of control).17

Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian internal dapat dilakukan

dengan 2 macam pengujian, yaitu :

a. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian internal

Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang

dikumpulkan benar-benar ada dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi

tertentu, dan pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang

telah dicatat.

b. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian internal

Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian internal tidak

hanya berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian

internal namun juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan

terhadap pengendalian internal.

                                                            17Mulyadi, Op.Cit, Hal. 198-200 

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

26  

5. Dokumentasi informasi tentang pengendalian internal yang berlaku

Menurut Mulyadi ada tiga cara yang biasanya digunakan untuk

mendokumentasikan informasi mengenai pengendalian internal yang berlaku

dalam perusahaan18 :

a. Kuesioner pengendalian internal baku (standard internal control

questionnaire)

Kuesioner pengendalian internal baku merupakan cara yang banyak

dipakai dalam mendokumentasikan informasi pengendalian internal.

Kuesioner pengendalian internal baku ini disusun untuk dapat

diterapkan dalam berbagai macam perusahaan dan biasanya dibuat

untuk tiap-tiap siklus kegiatan perusahaan, misalnya siklus

pendapatan, siklus pembelian, siklus penggajian dan pengupahan, dan

siklus kas. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalamnya disusun

sedemikian rupa sehingga jawaban yang diharapkan hanya terdiri dari

“ya”, “tidak”, dan “tidak relevan”. Jika jawaban-jawaban yang

diperoleh sebagian besar “ya” berarti pengendalian internal perusahaan

berjalan dengan baik, jika jawabannya sebagian besar “tidak” berarti

pengendalian internal klien lemah.

Berikut adalah contoh kuesioner pengendalian internal baku (SICQ)

menurut Sukrisno Agus19 :

                                                            18Mulyadi, Op.Cit, Hal. 200-201 

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

27  

Tabel 2.1

Contoh ICQ Penjualan dan Piutang

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

PENJUALAN

1. Apakah perusahaan menggunakan daftar

harga (price list) ? √

2. Apakah penyimpangan dari daftar harga

harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang

berwenang ?

3. Apakah perusahaan mempunyai pedoman

pemberian potongan secara tertulis ?

4. Apakah untuk setiap penjualan diminta surat

pesanan (purchase order) dari pembeli ?

5. Apakah order pembelian dari pembeli harus

disetujui oleh pejabat perusahaan yang

berwenang mengenai harga, syarat kredit, dan

syarat lainnya ?

                                                                                                                                                                          19Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Praktikum Audit Seri Dua, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2008, Hal. 43 – 48 

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

28  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

6. Apakah digunakan formulir pesanan

penjualan yang diberi nomor urut cetak

(prenumbered) ?

7. Apakah setiap pengiriman barang didasarkan

pada surat jalan – SJ (delivery order – DO) ? √

8. Apakah SJ :

a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut

tercetak (prenumbered) ?

b. Hanya orang tertentu yang berhak

mengotorisasi?

c. Barang yang dikirim terlebih dahulu

dicocokan dengan SJ ?

d. Bagian akuntansi cukup mengawasi

urutan SJ dan isinya ?

e. Langsung dikirim kepada pembuat

faktur?

f. Dikaitkan dengan faktur untuk menjamin

SJ telah dibuatkan fakturnya ?

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

29  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

9. Apakah faktur penjualan :

a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut

tercetak (prenumbered) ?

b. Bagian akuntansi cukup mengawasi

urutan faktur ?

c. Bagian akuntansi memeriksa ketepatan :

1) Jumlah kuantitas yang dikirim ?

2) Harga ?

3) Perhitungan ?

4) Syarat kredit ?

10. Apakah faktur yang batal tersimpan untuk

pemeriksaan ? √

11. Apakah fungsi penjualan terpisah dari :

a. Bagian keuangan ?

b. Bagian akuntansi ?

c. Bagian penyimpanan ?

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

30  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

12. Apakah penjualan tersebut di bawah ini

prosedurnya sama dengan penjualan kredit :

a. Penjualan tunai ?

b. Penjualan cash on delivery (COD) ?

c. Penjualan kepada karyawan ?

d. Penjualan barang rusak ?

13. Bila “Tidak”, apakah prosedur cukup

menyakinkan bahwa :

a. Hasil penjualan diterim dengan baik ?

b. Dibukukan sebagaimana seharusnya ?

14. Apakah nota kredit :

a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut

tercetak ?

b. Diotorisasi oleh orang tertentu ?

c. Blanko yang belum digunakan terkontrol

dengan baik ?

15. Apakah dibuat daftar formulir – formulir :

a. Pesanan penjualan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

31  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

b. Surat jalan ?

c. Faktur ?

d. Nota kredit ?

16. Bila “Iya”, apakah dicatat secara mutakhir

(up to date) ? √

17. Retur penjualan :

a. Apakah harus mendapatkan persetujuan

pejabat perusahaan yang berwenang ?

b. Apakah dibuat berita acara penerimaan

kembali barang ?

c. Apakah barang yang dikembalikan

dibukukan dalam :

1) Kartu gudang ?

2) Buku persediaan ?

d. Apakah bagian akuntansi mencocokkan

nota kredit dengan berita acara

penerimaan kembali barang ?

18. Apakah sistem informasi penjualan meliputi :

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

32  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

a. Anggaran penjualan ?

b. Grafik tren penjualan ?

c. Laporan tertulis penjualan ?

d. Penjelasan atas penyimpangan –

penyimpangan ?

19. Apakah prosedur penjualan tampak cukup

efisien ?

PIUTANG

20. Apakah dibuat kartu piutang ?

Bila “Ya” :

a. Apakah secara bulanan atau kuartalan

diadakan pencocokan saldo akun kontrol

(buku besar piutang) dengan kartu

piutang ?

b. Apakah pengamanan fisik kartu piutang

cukup ?

c. Apakah hanya orang tertentu yang

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

33  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

memegangnya ? √

21. Apakah pencatatan di kartu piutang :

a. Sering bergilir ?

b. Terpisah dari yang mengerjakan buku

besar ?

22. Apakah akun piutang per pelanggan secara

periodik diteliti mengenai :

a. Pelanggan yang sering terlambat ?

b. Bukti adanya salah pembebanan ?

c. Bukti adanya pelunasan sebagian –

sebagian ?

d. Bukti adanya penghapusan yang tidak

dilaporkan ?

e. Sesuatu ketidaklaziman ?

23. Apakah setiap bulan dikirimkan rekening

koran (statement of account) kepada

pelanggan ?

Bila “Ya” :

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

34  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

a. Dicocokkan dengan kartu piutang oleh

orang yang tidak berhubungan dengan

penerimaan uang, pengeluaran uang dan

nota kredit ?

b. Terkontrol atas kemungkinan diubah

sebelum dikirim

c. Diposkan/dikirim oleh orang lain dan

bukan petugas administrasi piutang ?

24. Apakah perselisihan dengan pelanggan

ditangani oleh bagian kredit atau atasan atau

orang lain yang dikuasakan dan tidak

dilakukan oleh kasir atau petugas

administrasi piutang ?

25. Bila perusahaan memberikan potongan yang

lebih besar dari biasanya, apakah harus

mendapatkan persetujuan khusus dari pejabat

perusahaan yang berwenang ?

26. Apakah koreksi atas faktur dan penghapusan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

35  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

piutang harus disetujui pejabat perusahaan

yang berwenang ?

Sebutkan siapa ? Bapak Daniel

27. Apakah bukti untuk penagihan atas piutang

yang telah dihapuskan selalu diamankan

untuk mencegah penyalahgunaan ?

28. Apakah secara periodik dibuat analisis umur

piutang (aging analysis) dan yang sudah lama

jatuh tempo ditindaklanjuti ?

29. Apakah terdapat kebijakan manajemen

tentang penghapusan piutang ?

30. Apakah untuk penagihan dibuatkan kuitansi ?

Bila “Ya” :

a. Apakah kuitansi tersebut memiliki nomor

urut tercetak ?

b. Apakah kuitansi dibuat setelah diperiksa

lebih dahulu ke masing – masing saldo

piutang ?

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

36  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

c. Apakah bagian akuntansi memerhatikan

urutan nomornya ?

31. Apakah penerimaan berupa cek mundur/giro

(post dated cheque) diberikan ke bagian

akuntansi ?

32. Apakah hasil penagihan langsung diserahkan

kepada kasir dalam waktu yang tidak terlalu

lama dan dalam jumlah yang seharusnya

diterima ?

33. Apakah pada cek mundur yang diterima telah

dicantumkan nama perusahaan/klien ? √

34. Apakah bagian akuntansi mengadakan jurnal

khusus untuk penerimaan cek mundur ? √

A. Kelemahan – kelemahan lain yang tidak tercantum pada pernyataan diatas :

B. Catatan lain :

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

37  

Y = Ya T = Tidak

TR = Tidak Relevan

Y T TR

C. Kesimpulan penelitian ( Baik, Sedang, Buruk ) ?

D. Revisi kesimpulan penelitian (lampirkan alasannya)

Sumber : Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Praktikum Audit Seri Dua, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta,

2008, Hal. 43 – 48

b. Uraian tertulis (written description)

Informasi tentang pengendalian internal dapat dikumpulkan dengan

cara membuat uraian tertulis mengenai arus transaksi, catatan-catatan

yang diselenggarakan, dan pembagian tanggung jawab yang ada di

perusahaan. Uraian tertulis ini biasanya berisi identitas karyawan yang

melaksanakan suatu fungsi dan uraian terperinci cara pelaksanaan

fungsinya. Biasanya pembuatan uraian tertulis dilakukan jika terdapat

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

38  

pengendalian internal yang bersifat unik, yang tidak tercakup di dalam

kuesioner pengendalian internal baku.

c. Bagan alir sistem (system flowchart)

Dengan cara ini suatu sistem digambarkan dengan menggunakan

simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol tertentu yang dapat digunakan

untuk mendeskripsikan pengendalian internal di dalam perusahaan.

Penggunaan cara ini memungkinkan untuk menilai secara cepat

mengenai efektif atau tidaknya pengendalian internal dan menghindari

review secara rinci terhadap uraian tulisan dan jawaban yang terdapat

dalam kuesioner pengendalian internal baku.

6. Pengendalian Internal yang Baik atas Transaksi Penjualan

Penjualan sebagai salah satu transaksi utama di dalam perusahaan

memegang peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Setiap penyimpangan yang terjadi di dalam transaksi penjualan akan menimbulkan

risiko yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu

harus dilakukan pengamanan terhadap aktivitas penjualan untuk mengantisipasi

risiko-risiko tersebut. Pengamanan efektif yang bisa dilakukan oleh perusahaan

adalah dengan menerapkan pengendalian internal yang memadai untuk mengawasi

transaksi penjualan tersebut.

Bagan arus penjualan kredit menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul

Auditing adalah sebagai berikut :

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

39  

Bagian Order Penjualan

Ke

Customer

Gambar 2.1 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit

Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 44

Mulai

Menerima order dari customer

Surat order

Membuat surat order pengiriman

dan faktur

9 8

7 6

5 4

3

2 1

Surat order pengiriman 

1 2 3

4

7 Surat order pengiriman

A

6

T

2 1

Surat order pengiriman

Mencatat tgl pengiriman pada

surat order pengiriman lembar

9

2

1 Surat order pengiriman 

7

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

40  

Bagian Kredit Bagian Gudang Bagian Pengiriman

diserahkan

kepada

perusahaan

angkutan umum

Gambar 2.2 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )

Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 45

3

7 Surat order pengiriman

(credit copy)

Memeriksa status kredit

Memberi otorisasi

kredit

7 Surat order pengiriman

(credit copy) 

4

1 Surat order pengiriman

Menyiapkan barang

Menyerahkan barang

1 Surat order pengiriman

Kartu gudang

5

5

1 Surat order pengiriman

Bersamaan dengan barang

2

5 4

3 2

Surat order pengiriman

Menempel surat order pengiriman pada

pembungkus barang

1

Menyerahkan barang kepada perusahaan

angkutan umum

5 4

3 2

1 Surat order pengiriman

6

N

Ditempelkan pada pembungkus barang sebagai slip pembungkus

Bersamaan dengan barang

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

41  

Bagian Penagihan Bagian Piutang

Dikirim ke

wiraniaga

Dikirim ke

Customer

Gambar 2.3 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )

Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 46

2

7

1 Surat order pengiriman

Membuat faktur

5

4

3 2

1 Faktur

penjualan

8 9 10

8

Surat muat 2

SOP 1

Faktur penjualan

Buku pembantu piutang

N

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

42  

Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum

RKPD = Rekap kos produk yang dijual

Gambar 2.4 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )

Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 47

9

3 Faktur

penjualan

Buku pembantu persediaan

Membuat rekapitulasi

kos penjualan

Secara periodik

N

Rekapitukasi kos produk yang dijual

Membuat bukti

memorial

RKPD

Bukti memorial

1

1

4 Faktur

penjualan

Jurnal penjualan

N

Selesai

1

RKPD

Bukti memorial

Jurnal umum N

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

43  

7. Pengendalian Internal yang Baik atas Retur Penjualan

Menurut Mulyadi pengendalian internal yang baik atas retur penjualan

dapat dijalankan sebagai berikut20 :

a. Penggunaan formulir memo kredit yang bernomor urut tercetak

b. Adanya pertanggungjawaban penggunaan formulir memo kredit yang

bernomor urut tercetak tersebut

c. Tanda tangan otorisasi atas memo kredit dari yang berwenang

d. Kesesuaian informasi yang dicantumkan dalam memo kredit dengan informasi

yang tercantum dalam dokumen pendukung

e. Kelengkapan dokumen pendukung memo kredit ( laporan penerimaan barang)

f. Tanda tangan otorisasi atas dokumen pendukung dari yang berwenang

g. Ketelitian pencatatan informasi yang tercantum dalam memo kredit ke dalam

buku pembantu piutang dan jurnal umum

Bagan arus mengenai retur penjualan menurut Mulyadi dalam bukunya

Auditing adalah sebagai berikut :

                                                            20Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 60

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

44  

Bagian Order Bagian Penerimaan

Penjualan Barang Bagian Gudang

LPB = Laporan

Penerimaan

Barang

Gambar 2.5 Bagan Alir Sistem Retur Penjualan

Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 58

Mulai

Menerima pemberitahuan retur penjualan

Membuat memo kredit

LPB 1

2 Memo kredit

1

1

2 1

Memo kredit

Menerima & memeriksa

barang

Membuat laporan penerimaan

barang

2 LPB 1

2 1

Memo kredit

3 2

Bersamaan dengan penyerahan barang ke bagian gudang

2

2 LPB

Kartu gudang N

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

45  

Bagian Piutang Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum

Kepada

customer

Gambar 2.6 Bagan Alir Sistem Retur Penjualan ( Lanjutan )

Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 59

3

LPB 1 2

1 Memo kredit

Buku pembantu piutang

4

4

LPB 1

2 Memo kredit

Mengisi kos barang

LPB 1 2

Memo kredit

Buku pembantu persediaan

5

5

LPB 1

2 Memo kredit

Jurnal retur penjualan N

Selesai

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

46  

8. Pengendalian Internal yang Baik atas Piutang Usaha

Menurut Hery dalam bukunya yang berjudul Auditing 1 pengendalian

internal terhadap piutang usaha sesungguhnya bertujuan untuk melihat

pengamanan yang efektif dan efisien terhadap piutang usaha, yang terdiri dari

pengamanan penerimaan kas, pemisahan tugas dan pencatatan akuntansi yang

akurat.21 Semua pengendalian internal ini adalah bentuk tindakan preventif atas

keselamatan nilai piutang usaha yang dimiliki perusahaan dari penyimpangan yang

dilakukan oleh karyawan, keterlambatan pembayaran piutang usaha dan

kemungkinan piutang tidak tertagih.

9. Pengendalian Internal yang Baik atas Piutang yang Tidak Tertagih

Pengendalian internal dalam transaksi atas piutang yang tidak tertagih

sangat diperlukan di dalam pengelolaan piutang usaha perusahaan karena ini

berhubungan dengan transaksi pencadangan kerugian piutang dan transaksi

penghapusan piutang. Pengendalian internal tersebut menurut Mulyadi adalah

sebagai berikut22 :

a. Penggunaan formulir bukti memorial yang bernomor urut tercetak

b. Adanya pertanggungjawaban penggunaan formulir bukti memorial yang

bernomor urut tercetak tersebut

c. Tanda tangan otorisasi atas bukti memorial dari yang berwenang                                                             21Hery, Pengantar Akuntansi 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, Hal.215-216

22Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 70 

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

47  

d. Kesesuaian informasi yang dicantumkan dalam bukti memorial dengan

informasi yang tercantum dalam dokumen pendukungnya (daftar umur piutang)

e. Kelengkapan dokumen pendukung bukti memorial

f. Tanda tangan otorisasi atas dokumen pendukung dari yang berwenang

g. Ketelitian pencatatan informasi yang tercantum dalam bukti memorial ke dalam

buku pembantu biaya dan jurnal umum

Contoh bagan arus mengenai pencadangan dan penghapusan piutang tidak

tertagih menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

48  

Bagian Piutang Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum

DUP = Daftar

Umur Piutang

Gambar 2.7 Bagan Alir Sistem Pencadangan Kerugian Piutang

Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 72

Mulai

Membuat daftar umur piutang

DUP

Membuat bukti memorial

DUP

Bukti memorial

1

1

DUP Bukti memorial

Buku pembantu biaya

2

2

DUP Bukti memorial

Jurnal umum

Buku besar N

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

49  

Manager yang Bagian

Berwenang Bagian Kredit Bagian Piutang Akuntansi umum

SKPP = Surat

Keputusan

Penghapusan

Piutang

Gambar 2. 8 Bagan Alir Sistem Penghapusan Piutang

Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 73

Mulai

Membuat SK penghapusan

piutang

SKPP

1

1

SKPP

Membuat bukti

memorial

SKPP

Bukti memorial

2

1

SKPP

Bukti memorial

Buku pembantu piutang

3

3

SKPP

Bukti memorial

Jurnal umum

Buku besar

N

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

50  

C. Penjualan

1. Pengertian Penjualan

Penjualan secara umum dapat diartikan sebagai pertukaran produk berupa

barang atau jasa dari produsen ke konsumen, dimana konsumen akan

menyerahkan sejumlah uang seharga dari produk barang atau jasa yang diserahkan

oleh produsen yang pembayarannya bisa dilakukan secara tunai maupun kredit.

Definisi penjualan menurut James M. Reeve dalam bukunya Pengantar

akuntansi buku 1 menyatakan bahwa :

“Penjualan (sales) adalah total jumlah yang dibebankan pada pelanggan

atas barang terjual, baik penjualan kas maupun kredit. Baik retur dan potongan

penjualan, maupun diskon penjualan dikurangkan dari penjualan untuk

menghasilkan penjualan bersih ”23.

Menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., dalam bukunya

yang berjudul Akuntansi Jilid 1 menyatakan bahwa definisi penjualan adalah

sebagai berikut:

“Jumlah yang diperoleh perusahaan dari menjual persediaan barang dagang

disebut sebagai pendapatan penjualan (sales revenue) yang sering kali disingkat

sebagai penjualan (sales)24”.

                                                            23James M. Reeve, Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf,

dan Chaerul D. Djakman,Pengantar Akuntansi - Adaptasi Indonesia buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2009,Hal.280

24Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436 

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

51  

Dari definisi – definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan

adalah total jumlah yang dibebankan perusahaan pada pelanggan atas persediaan

barang dagang atau jasa yang terjual, baik dilakukan secara tunai maupun kredit.

2. Klasifikasi Transaksi Penjualan

Ditinjau dari cara pembayarannya, penjualan dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) yaitu25 :

a. Penjualan Tunai

Penjualan tunai adalah penjualan yang direalisasikan dengan penerimaan

kas pada saat penjualan.

b. Penjualan Kredit

Penjualan kredit adalah penjualan yang direalisasikan dengan timbulnya

tagihan atau piutang kepada pihak pembeli.

3. Fungsi yang Terkait dalam Penjualan

Fungsi yang terkait dalam transaksi penjualan menurut Mulyadi dalam

bukunya Auditing adalah sebagai berikut26 :

a. Fungsi Penjualan

Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk

menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pembeli untuk

menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti                                                             25L.M. Samryn, Pengantar Akuntansi , Edisi satu, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hal. 245 - 246 

26Mulyadi, Op.cit, Hal. 40

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

52  

spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan

tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi

surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat

“back order” pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk

memenuhi order dari pembeli dan memo kredit untuk retur penjualan. Dalam

sistem penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat faktur

penjualan tunai yang memungkinkan fungsi penerimaan kas menerima kas

dari pembeli dan yang merupakan perintah kepada fungsi pengiriman untuk

menyerahkan barang kepada pembeli.

b. Fungsi Kredit

Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi

penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status pembeli dan

memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pembeli. Karena hampir

semua penjualan dalam perusahaan manufaktur merupakan penjualan kredit,

maka sebelum order dari pembeli dipenuhi, harus lebih dahulu diperoleh

otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit. Fungsi ini juga bertanggung

jawab untuk membuat bukti memorial atas dasar surat keputusan direktur

keuangan untuk penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih.

c. Fungsi Gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan

barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang ke fungsi

pengiriman

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

53  

d. Fungsi Pengiriman

Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk

menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari

fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak

ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang

berwenang. Dalam sistem penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk

menyerahkan barang kepada pembeli yang telah melunasi harga barang.

e. Fungsi Penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur

penjualan kepada pembeli, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan

pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi pencatatan piutang, fungsi

akuntansi biaya, fungsi akuntansi umum.

f. Fungsi Pencatatan Piutang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari

transaksi penjualan kredit, mencatat berkurangnya piutang karena transaksi

retur penjualan, penerimaan kas dari piutang, penghapusan piutang yang tidak

tertagih, dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para

pembeli.

g. Fungsi Akuntansi Biaya

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat kos produk jadi yang dijual

dalam buku pembantu persediaan dan mencatat kos produk jadi yang

dikembalikan oleh pembeli dalam transaksi retur penjualan.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

54  

h. Fungsi Akuntansi Umum

Fungsi ini bertanggung jawab mencatat transaksi penjualan kredit dan

penjualan tunai dalam jurnal penjualan, dan transaksi retur penjualan,

pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang dalam jurnal umum.

i. Fungsi Penerimaan Barang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima barang yang berasal dari

transaksi retur penjualan.

4. Dokumen yang Digunakan dalam Transaksi Penjualan

Dokumen yang digunakan dalam transaksi penjualan kredit dibagi menjadi

dua golongan : dokumen sumber ( source documents ), yaitu dokumen yang

dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi, dan dokumen

pendukung (corroborating documents atau dokumen penguat ), yaitu dokumen

yang membuktikan validitas terjadinya transaksi. Berbagai dokumen yang

digunakan dalam transaksi penjualan kredit sebagai berikut27 :

a. Surat order pengiriman merupakan dokumen penting untuk memproses

penjualan kredit kepada pembeli. Berbagai tembusan surat order pengiriman

terdiri dari :

                                                            27Mulyadi, Op.cit, Hal. 41

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

55  

1) Surat Order Pengiriman

Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pengiriman yang

memberikan otorisasi kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis

barang dengan jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera diatas dokumen

tersebut.

2) Tembusan Kredit (Credit Copy)

Merupakan dokumen yang digunakan untuk memperoleh status kredit

pembeli dan untuk mendapatkan otorisasi penjualan kredit dari fungsi

pemberi otorisasi kredit.

3) Surat Pengakuan (Acknowledgment Copy)

Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pembeli untuk

memberitahu bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses pengiriman.

4) Surat Muat (Bill of Loading)

Tembusan surat muat ini merupakan dokumen yang digunakan sebagai

bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada angkutan umum. Surat

muat ini biasanya dibuat 3 ( tiga ) lembar, kedua lembar untuk perusahaan

angkutan umum, dan satu lembar disimpan oleh perusahaan setelah

ditandatangani oleh wakil perusahaan angkutan umum tersebut.

5) Slip Pembungkus (Packing Slip)

Dokumen ini ditempelkan pada pembungkus barang untuk memudahkan

fungsi penerimaan pembeli mengidentifikasi barang – barang yang

diterimanya.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

56  

6) Tembusan Gudang (Warehouse Copy)

Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi

gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang

tercantum didalamnya, agar menyerahkan barang tersebut ke fungsi

penerimaan, dan untuk mencatat barang yang dijual dalam kartu gudang.

7) Arsip Pengawasan Pengiriman (Sales Order Follow up Copy)

Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan oleh

fungsi penjualan menurut tanggal pengiriman yang dijanjikan. Jika fungsi

penjualan telah menerima tembusan surat order pengiriman dari fungsi

pengiriman yang merupakan bukti telah dilaksanakan pengiriman barang,

arsip pengawasan pengiriman ini kemudian diambil dan dipindahkan ke

arsip order pengiriman yang telah dipenuhi. Arsip pengawasan pengiriman

merupakan sumber informasi untuk membuat laporan mengenai pesanan

pembeli yang belum dipenuhi.

8) Arsip Indeks Silang (Cross Index File Copy)

Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan secara

alfabetik menurut nama pembeli untuk memudahkan menjawab pertanyaan

– pertanyaan dari pembeli mengenai status pesanan.

b. Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk

mencatat timbulnya piutang. Berbagai tembusan faktur penjualan terdiri dari :

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

57  

1) Faktur Penjualan (Customer’s Copies)

Dokumen ini merupakan lembar pertama yang dikirim kepada pembeli.

Jumlah lembar faktur penjualan yang dikirim kepada pembeli adalah

tergantung dari permintaan pembeli.

2) Tembusan Piutang (Account Receivable Copy)

Merupakan tembusan faktur penjualan yang dikirimkan ke fungsi

pencatat piutang sebagai dasar untuk mencatat piutang dalam buku

pembantu piutang.

3) Tembusan Jurnal Penjualan (Sales Journal Copy)

Merupakan tembusan yang dikirimkan ke fungsi akuntansi umum

sebagai dasar untuk mencatat transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan.

4) Tembusan Analisa (Analysis Copy)

Merupakan tembusan yang dikirim ke fungsi akuntansi biaya sebagai

dasar untuk menghitung kos produk yang dijual yang dicatat dalam buku

pembantu persediaan, untuk analisis penjualan, dan untuk perhitungan

komisi wiraniaga (salesperson)

5) Tembusan Wiraniaga (Salesperson Copy)

Dikirimkan kepada wiraniaga untuk memberitahu bahwa order dari

pembeli yang lewat ditangannya telah dipenuhi sehingga

memungkinkannya menghitung komisi penjualan yang menjadi haknya.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

58  

5. Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Penjualan

Dalam kegiatan penjualan terdapat catatan akuntansi sebagai berikut28 :

a. Jurnal Penjualan

Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi untuk

mencatat transaksi penjualan kredit berdasarkan dokumen sumber faktur

penjualan. akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi

penjulan kredit adalah :

Piutang Usaha XXX

Penjualan XXX

b. Jurnal Umum

Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini digunakan untuk

mencatat kos produk yang dijual berdasarkan dokumen bukti memorial.

Akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi retur

penjualan adalah :

Harga Pokok Produk yang dijual XXX

Persediaan Produk XXX

c. Buku Pembantu Piutang

Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi sebagai buku

pembantu yang digunakan untuk mencatat bertambahnya piutang kepada

pembeli tertentu berdasarkan dokumen sumber faktur penjualan.

                                                            28Mulyadi, Op.cit, Hal. 43

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

59  

d. Buku Pembantu Persediaan

Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi sebagai buku

pembantu yang digunakan untuk mencatat kos produk jadi tertentu yang

dijual berdasarkan dokumen sumber faktur penjualan.

e. Buku Besar

Akun buku besar yang terkait dalam siklus penjualan adalah : piutang

usaha, penjualan, harga pokok produk yang dijual, dan persediaan produk

jadi.

6. Perlakuan Akuntansi atas Penjualan

Beberapa syarat jual beli yang biasa terdapat dalam dunia usaha diuraikan

Soemarso S.R dalam buku Akuntansi suatu pengantar sebagai berikut29:

a. Loko Gudang

Pada syarat jual beli ini pembeli menanggung biaya pengiriman barang

dari gudang penjual ke gudang sendiri. Bagi penjual, begitu barang telah

dipindahkan ke truk atau kereta api yang disewa pembeli untuk mengangkut

barang tersebut ke gudangnya, maka penjualan dapat diakui dan dicatat dalam

pembukuan.

                                                            29Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta, 2002, Hal.175

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

60  

b. Franco Gudang

Kebalikan dari syarat loko gudang adalah franco gudang. Pada syarat ini,

penjual menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. Penjualan

diakui bila barang telah sampai di gudang pembeli.

7. Retur dan Potongan Penjualan

a. Retur Penjualan

Barang yang dijual dapat dikembalikan oleh pembeli karena kerusakan

atau alasan – alasan lain. Apabila penjualan retur dihubungkan dengan

penjualan kredit, penjual akan mengirimkan nota kredit. Nota ini

menerangkan jumlah yang dikurangkan dari akun pembeli serta alasan yang

menyertainya.Akibat dari retur penjualan adalah berkurangnya penjualan dan

berkurangnya uang kas atau piutang usaha30.

Retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian barang

dari pembeli. Pengembalian barang oleh pembeli harus diotorisasi oleh fungsi

penjualan dan diterima oleh fungsi penerimaan.

b. Potongan Penjualan

Transaksi perdagangan selalu melibatkan dua pihak yaitu pihak pembeli

sebagai pihak penerima barang dan penjual sebagai pihak yang menyerahkan

barang. Sebelum transaksi terjadi kedua belah pihak harus mencapai

                                                            30Soemarso S.R, Op.cit, Hal. 184

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

61  

kesepakatan mengenai harga dari barang-barang yang diperjualbelikan beserta

syarat-syarat lainnya, termasuk di dalamnya mengenai potongan penjualan.

Potongan penjualan merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan

untuk menarik minat pembeli untuk melakukan transaksi pembelian.

Potongan penjualan adalah potongan terhadap harga penjualan yang telah

disetujui apabila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu yang lebih cepat

dari jangka waktu kredit, potongan penjualan adalah potongan tunai

dipandang dari sudut penjual.

Ada 2 (dua) macam bentuk potongan penjualan dalam transaksi

penjualan, yaitu31 :

1) Potongan Tunai

Potongan tunai ( cash discount ) adalah potongan harga yang diberikan

apabila pembayaran dilakukan lebih cepat dari waktu kredit. Potongan

tunai dapat dinyatakan dengan 2/10, n/30 yang berarti pembayaran yang

dilakukan dalam waktu 10 hari setelah penerimaan barang, diberi potongan

tunai 2% dari harga faktur, sedangkan batas waktu pembayaran terakhir

pada hari ke 30 setelah penyerahan barang.

2) Potongan Perdagangan

Bentuk lain dalam pemberian potongan ialah potongan perdagangan.

Potongan ini diberikan karena perbedaan cara penjualan atau perbedaan

pembeli yang dilayani. Jadi adanya pengurangan harga jual kotor yang                                                             31Soemarso S.R, Op.cit, Hal. 176

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

62  

diberikan kepada pembeli tertentu sesuai dengan kebijakan manajemen

perusahaan. Contohnya suatu perusahaan dapat memberikan potongan

sebesar 25% apabila penjualan dilakukan dengan tunai dan potongan

sebesar 20% apabila penjualan dilakukan dengan kredit.

8. Fungsi yang Terkait dalam Transaksi Retur Penjualan

Berbagai fungsi yang terkait dalam melaksanakan transaksi retur penjualan

adalah sebagai berikut32:

a) Fungsi Penjualan

Dalam transaksi retur penjualan, fungsi ini bertanggung jawab untuk

memberikan otorisasi retur penjualan dengan dokumen memo kredit.

b) Fungsi Gudang

Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpanan kembali barang yang

diterima dari retur penjualan setelah barang tersebut diperiksa oleh fungsi

penerimaan. Barang yang diterima dari transaksi retur penjualan ini dicatat

oleh fungsi gudang dalam kartu gudang.

c) Fungsi Piutang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat berkurangnya piutang

karena transaksi retur penjualan.

                                                            32Mulyadi, Op.cit, Hal. 56

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

63  

d) Fungsi Akuntansi Biaya

Fungsi ini bertanggung jawab mencatat bertambahnya biaya atas produk

yang dijual dalam buku pembantu persediaan.

e) Fungsi Akuntansi Umum

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transaksi retur penjualan

dalam jurnal umum.

f) Fungsi Penerimaan Barang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima barang yang berasal dari

transaksi retur penjulan.

9. Dokumen yang Digunakan dalam Transaksi Retur Penjualan

Dua dokumen penting yang digunakan dalam transaksi retur penjualan

adalah33 :

a) Memo Kredit

Dokumen ini dibuat oleh fungsi penjualan untuk memberikan otoriasi

kepada fungsi penerimaan barang untuk menerima barang yangi penerimaan

barang untuk menerima barang yang dikembalikan oleh pembeli. Dokumen

ini merupakan dokumen sumber bagi pengkreditan akun piutang dan

pendebitan akun retur penjualan. tembusan dokumen ini dikirimkan kepada

pembeli sebagai pemberitahuan pengurangan utangnya kepada perusahaan.

                                                            33Ibid

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

64  

b) Laporan Penerimaan Barang

Merupakan dokumen pendukung yang melampiri memo kredit. Dokumen

ini dibuat oleh fungsi penerimaan barang sebagai bukti telah diterimanya

kembali barang yang telah dijual dalam transaksi retur penjualan. dokumen ini

merupakan dokumen pendukung memo kredit yang dibuat sebagai dasar

pencatatan berkurangnya piutang.

10. Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Transaksi Retur Penjualan

Catatan akuntansi yang digunakan dalam transaksi retur penjualan

adalah34:

a) Jurnal Umum

Dalam transaksi retur penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat

transaksi retur penjualan berdasarkan dokumen memo kredit. Akun yang

didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi retur penjualan adalah :

Penjualan XXX

Piutang Usaha XXX

Akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan harga pokok produk

yang dijual adalah :

Persediaan Produk yang Dijual XXX

Harga Pokok Produk yang Dijual XXX

                                                            34Ibid

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

65  

b) Buku Pembantu Piutang

Catatan ini berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk

mencatat berkurangnya piutang kepada pembeli tertentu berdasarkan

dokumen sumber memo kredit.

c) Buku Pembantu Persediaan

Catatan ini berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk

mencatat kos produk tertentu yang dikembalikan oleh pembeli berdasarkan

dokumen sumber memo kredit.

d) Buku Besar

Akun buku besar yang terkait dalam transaksi retur penjualan adalah :

piutang usaha, persediaan produk, penjualan, kos produk yang dijual.

D. Piutang

1. Pengertian Piutang Usaha

Piutang secara umum dianggap sebagai suatu perkiraan yang timbul akibat

penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pembeli, dengan kata lain,

perusahaan memberikan kesempatan kepada pembeli untuk menunda pembayaran

selama jangka waktu tertentu setelah transaksi sehingga menimbulkan tagihan

dimasa yang akan datang.

Definisi piutang menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr.

dalam bukunya Akuntansi jilid 1 adalah :

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

66  

“Piutang usaha (account receivable), yang disebut juga piutang dagang

(trade receivable) adalah jumlah yang harus ditagih dari pelanggan”.35

Definisi piutang menurut Reeve dan rekan-rekan dalam bukunya Pengantar

Akuntasi Adaptasi Indonesi adalah sebagai berikut :

“Piutang mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain,

termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain ”.36

Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Piutang usaha

merupakan jumlah yang harus ditagihkan kepada pihak ketiga yang timbul dari

kegiatan jual beli di perusahaan yang direalisasikan kemudian.

2. Klasifikasi Jenis – Jenis Piutang

Ada beberapa jenis piutang menurut Charles T. Horngren dan Walter T.

Harrison Jr, yaitu37:

a. Piutang Usaha

Piutang usaha (account receivable), yang disebut juga piutang dagang

(trade receivable) adalah jumlah yang harus ditagih dari pelanggan. Piutang

usaha berperan sebagai akun pengendali karena mengiktisarkan total piutang

b. Wesel Tagih                                                             35Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436 36James M. Reeve, Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf,

dan Chaerul D. Djakman,Pengantar Akuntansi - Adaptasi Indonesia buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2009,Hal.437

37Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436 

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

67  

Wesel tagih bersifat lebih formal ketimbang piutang usaha, karena juga

memasukkan beban bunga. Dalam wesel tagih, debitor berjanji untuk

membayar kreditor suatu jumlah tertentu pada tanggal tertentu di masa depan

- tanggal jatuh tempo (maturity date). Sebuah dokumen tertulis yang dikenal

sebagai surat promes (promiss note)berperan sebagai bukti . Wesel tagih yang

jatuh tempo dalam waktu satu tahun kurang merupakan aktiva lancar,

sementara yang jatuh temponya melebihi satu tahun merupakan aktiva jangka

panjang.

c. Piutang Lainnya

Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika

piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut

diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu

tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan

dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain – lain meliputi piutang

bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

3. Manajemen Piutang Usaha

Menurut Ahmad Syafi’i Syakur manajemen piutang yang efektif sangat

diperlukan agar tidak banyak terjadi kerugian akibat piutang yang tidak dapat

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

68  

ditagih dan kerugian yang timbul akibat penyalahgunaan piutang oleh karyawan,

dan juga bagaimana pemanfaatan piutang sebagai sumber pendanaan.38

Kerugian ekonomis yang ditimbulkan piutang yang tidak dapat ditagih

tidak hanya sebesar nilai nominal piutang tersebut, melainkan juga meliputi

kerugian akibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan (opportunity

cost) sebesar tingkat laba investasi dari piutang yang tidak bisa ditagih tersebut.

Sedangkan kerugian ekonomis yang timbul akibat keterlambatan penerimaan

piutang hanya meliputi kerugian atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh

pendapatan dari pemanfaatan ekonomis dari piutang.

Hal tersebut terjadi karena piutang usaha biasanyaberupa suatu tagihan

kepada pembeli yang tidak disertai dengan dokumen yang mempunyai kekuatan

hukum yang dapat memaksa pembeli untuk melakukan pembayaran. Oleh

karenanya piutang ini sangat riskan terhadap kemungkinan tidak terbayar

dikarenakan berbagai hal. Oleh karenanya dalam melakukan penjualan secara

kredit perusahaan harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan pembeli,

karena kesalahan dalam memutuskan dilakukannya penjualan kredit dapat

menimbulkan resiko kegagalan dalam pengumpulan piutang dikemudian hari. Hal

– hal penting yang harus diperhatian antara lain39 :

                                                            38Ahmad Syafi’i Syakur, Intermediate Accounting,AV Publisher, Jakarta, 2009, Hal 94 

39Ibid

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

69  

a. Character, karakter merupakan sifat dasar atau tabiat dari seseorang yang

sangat menentukan pola pikir dan pola tindakannya. Karakter pembeli yang

akan melakukan pembelian kredit harus betul – betul dijadikan referensi.

b. Criterion, kriteria lebih sebagai ukuran atau skala atau golongan pembeli,

apakah dia termasuk pelanggan tetap atau bukan, apakah dia termasuk

pelanggan kecil, menengah atau besar. Termasuk apakah perusahaan pelanggan

dalam keadaan sehat atau tidak.

c. Commitment, komitmen menyangkut tanggung jawab seseorang terhadap setiap

apa yang telah disepakati, pernah tidaknya seorang pembeli mengingkari suatu

kesepakatan merupakan ukuran penting tingkat komitmen pembeli yang

bersangkutan.

d. Credibility, kredibilitas menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap seseorang.

Kepercayaan ini dapat terbentuk dari pengetahuan tentang Capital (modal) dan

Capacity (kemampuan) pembeli untuk memenuhi kewajibannya.

e. Credit amount, pemberian kredit kepada seorang pembeli perlu ditetapkan batas

maksimumnya, pemberian kredit kepadanya tidak diperbolehkan melebihi batas

maksimumnya yang dihitung dengan memperhatikan keempat karakteristik

sebelumnya.

4. Piutang yang Tidak Tertagih

Dari sekian banyak pembeli mungkin ada diantaranya yang mungkin tidak

dapat melakukan kewajibannya untuk membayar utang – utangnya kepada

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

70  

perusahan, misalnya pembeli yang dinyatakan pailit oleh pengadilan. Piutang

kepada pembeli yang bermasalah demikian ini yang kemudian dinyatakan sebagai

piutang yang tidak dapat ditagih. Terhadap piutang yang tidak dapat ditagih ini

harus dihapuskan dari saldo piutang sehingga piutang dapat dilaporkan menurut

nilai wajarnya, yaitu sebesar nilai piutang yang dapat ditagih. Terdapat dua metode

yang dapat digunakan untuk penghapusan piutang, yaitu40 :

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)

Metode penghapusan ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif

baru berdiri, yang belum mempunyai cukup data – data historis tentang piutang

– piutangnya, atau perusahaan yang sebagian kecil saja dari penjualannya yang

dilakukan secara kredit. Pada perusahaan – perusahaan besar atau perusahaan

yang sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang sudah memiliki

data – data historis tentang piutang – piutangnya, penggunaan metode ini dirasa

kurang dapat memberikan informasi yang tepat bagi pengguna laporan

keuangan.

Penghapusan secara langsung tidak memerlukan dilakukannya estimasi

kerugian penghapusan piutang pada setiap akhir periode. Pencatatan terhadap

piutang yang dihapuskan dilakukan langsung pada saat dinyatakan suatu

piutang harus dihapuskan karena suatu hal. Jurnal yang terkait dengan

penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :

                                                            40Ahmad Syafi’i Syakur, Op.cit, Hal. 97 

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

71  

1) Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan

Kerugian penghapusan piutang XXX

Piutang usaha XXX

2) Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai

piutang yang akan dibayar oleh pembeli, maka :

a) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan

saat dihapuskannya, maka jurnalnya :

Piutang usaha XXX

Kerugian penghapusan piutang XXX

b) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku, maka

jurnalnya :

Piutang usaha XXX

Laba dari piutang diketemukan kembali XXX

b. Metode Penyisihan atau Cadangan (Allowance Method)

Metode ini lebih sesuai digunakan oleh perusahaan – perusahaan besar

atau yang sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang

mempunyai data – data historis tentang piutangnya. Pemakaian metode ini

mengharuskan dilakukannya estimasi pada setiap akhir periode akuntansi

terhadap kemungkinan piutang – piutang yang tidak dapat ditagih dalam

periode akuntansi yang akan datang. Sebesar nilai piutang yang diestimasi tidak

dapat ditagih tersebut sudah boleh dianggap sebagai kerugian. Jurnal - jurnal

yang terkait dengan penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

72  

1) Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak dapat

ditagih :

Kerugian penghapusan piutang XXX

Cadangan penghapusan piutang XXX

2) Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal :

Cadangan penghapusan piutang XXX

Piutang usaha XXX

3) Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai

piutang yang akan dibayar oleh pembeli, maka jurnalnya :

Piutang usaha XXX

Cadangan penghapusan piutang XXX

Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan

estimasi dalam penghapusan piutang, yaitu41 :

1) Pendekatan Persentase Penjualan

Pendekatan persentase penjualan menandingkan biaya dengan

pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada periode di mana

penjualan tercatat. Penyisihan untuk piutang tak tertagih adalah akun

penilaian dan dikurangkan dari piutang usaha pada neraca. Jumlah beban

piutang tak tertagih dan kredit yang berkaitan pada akun penyisihan tidak

                                                            41Kieso Weygandt Warfield, Akuntansi Intermediate, Edisi 12, Erlangga, 2008, Hal. 352 

Page 62: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

73  

dipengaruhi oleh setiap saldo yang saat ini dalam akun penyisihan. Karena

estimasi beban piutang tak tertagih berhubungan dengan akun nominal

(penjualan), dan setiap saldo dalam akun penyisihan diabaikan, maka

metode ini sering kali disebut sebagai pendekatan laporan laba rugi.

Karenanya, penandingan biaya dengan pendapatan secara tepat akan

tercapai.

2) Pendekatan Persentase Piutang

Berdasarkan pengalaman masa lalu, sebuah perusahaan dapat

mengestimasikan persentase piutang beredarnya yang tidak akan tertagih,

tanpa mengidentifikasi piutang tertentu. Proedur ini menyediakan estimasi

yang cukup akurat menyangkut nilai piutang yang dapat direalisasi, tetapi

tidak sesuai dengan prinsip penandingan biaya dan pendapatan. Tujuan dari

metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam neraca,

oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan neraca.

Page 63: BAB II LANDASAN TEORI A. Going Concern 2.pdf · 15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316 16 kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam

74  

E. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.9 Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Penulis

Penjualan Kredit

Piutang Usaha

SOP

Hasil

Kesimpulan dan Saran

Teori PT. Banjar Kencanasakti

Internal Control Questionnaires (ICQ)

Pengendalian Internal

Pengendalian InternalMenurut COSO

Analisa Skala Guttman

Pembahasan