bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan
dengan dengan permasalahan yang diteliti, sebagaiman yang diungkapkan oleh
riduwan (2004) bahwa “Landasan Teori adalah teori-teori relevan yang akan
diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang akan diajukan serta penyusunan instrument penelitian”. Teori-teori
yang digunakan bukan sekedar pendapat para ahli, tetapi teori yang benar-benar
telah teruji kebenarannya. Hal ini juga merupakan semacam analisis teoritis yang
terpotong oleh teori pihak lain (dari bahan-bahan pustaka) yang membuat analisis
kritik terhadap berbagai dan pandangan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
tersebut.
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu beriteraksi dengan
lingkunganya, olek karena itu penting bagi manusia mengenal dan mengamati
lingkunganya, lalu mengendalikan atau memanfaatkanya.
Manusia mencoba mengamati dan mengenal lingkungan hidupnya dengan
batuan panca indra. Stimulus yang ditangkap individu tersebut. Oleh karena itu
7
seorang individu dituntut untuk mampu menanggapi dan mengamati berbagai
peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Dalam proses iteraksi ini manusia membutuhkan stimulus atau rangsangan
yang menimbulkan respon. Kemampuan manusia dalam merespon stimulus inilah
yang disebut dengan proses persepsi.
Banyak para ahli yang mencoba menguraikan arti dan pengertian persepsi.
Diantaranya Jalaludin Rahmat (dalam Tisna, 1999) mengartikan persepsi adalah
“Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menfsirkan pesan”. Sedangkan Gunawan Juwanto
(dalam Tisna, 1999) menyatakan persepsi adalah “Suatu proses pemahaman atas
peristiwa dan memasukan pengertian ke dalam pengalaman”. Menurut Bimo
Walgito (dalam Tisna, 1999) mengatakan bahwa :
”Persepsi merupakan proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, malainkan stimulus itu diterukan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya”
Pendapat-pendapat diatas sesungguhnya memiliki esensi yang sama dalam
mengartikan persepsi. Benang merah yang dapat diambil dari pendapat-pendapat
di atas adalah bahwa persepsi sebagai suatu proses kognisi melalui penginderaan
terhadap pengalaman, pengetahuan dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Sehingga didapat suatu pengalaman dan dibentuk dalam sikap dan tingkah laku
individu tersebut.
8
Melalui persepsi, individu mengenal, mengetahui serta memahami suatu
objek atau peristiwa sehingga individu dapat mengambil kesimpulan terhadap
objek yang dipersepsikanya.
2.1.2 Karakteristik Persepsi
Persepsi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Persepsi melibatkan proses stimulus respon melalui panca indra
b. Persepsi melibatkan proses pengorganisasian melalui proses kognotif
c. Persepsi melibatkan proses inferansial, yaitu penafsiran atau penarikan
erhadap suatu objek
Dengan memahami karakteristik persepsi, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi pada individu akan terjadi apabila memiliki dua hal, yaitu :
1. Adanya stimulus atau rangsangan, objek dari lingkungan baik itu berupa
benda, peristiwa atau masalah
2. Alat indar sebagai penerima stimulus
2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa komponen
dimana komponen itu saling berhubungan satu sama lainnya.
Filley, House dan Kerr (dalam Kusyadi, 2006) mengemukakan tiga
komponen utama dalam proses persepsi :
Pertama, seleksi ( screening ) yaitu proses psikologi yang sangat erat hubunganya dengan pengamatan atas stimulus yang diterima dari luar.
9
Kedua, interprestasi yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Ketiga, interprestasi dari persepsi itu kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Pendapat tersebut dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
Seleksi (Screening) adalah proses psikologi yang berkaitan dengan sangat
erat dengan pengamatan atau stimulus yang diterima subjek melalui alat
indra.
Interprestasi merupakan proses pengorganisasian informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang
individu tersebut misalnya pengetahuan, pengalaman, minat, motivasi dan
lain-lain.
Proses terakhir dari persiapan adalah reaksi yaitu sikap atau tingakah laku
hasil dari interprestasi dan persepsi individu terhadap lingkunganya.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang
terhadap objej atau peristiwa dapat dilihat melalui perilakunya, apakah ia
menerima atau menolak stimulus yang datang.
Sedangkan proses terjadinya persepsi menurut Saparnaiah Sadli (dalam
Tisna, 1999) diuraikan sebgai berikut :
a. Individu berhubungan (mengamati) objek psikologis yang berada di luar dirinya atas dorongan kebutuhan dan harapan manusia.
b. Objek persepsi bisa benda, manusia, gagasan, ide dan proses pendidikan c. Individu memberi arti terhadap objek tersebut dengan kacamatanya sendiri
yang diwarnai oleh nilai-nilai kepribadianya. Nilai tersebut dibentuk oleh pengalaman.
d. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki individu akan terjadi believe terhadap objek psikologis tersebut.
e. Melalui komponen kognisi dari sikap akan timbul ide, konsep apa yang akan dilihat.
10
f. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi terhadap perilaku individu yang bersangkutan. Sedangkan Mar’at (dalam Tisna, 1999) menyatakan bahwa :
Proses terjadinya persepsi dipengaruhi pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Pengalaman dan proses belajar memberikan bentuk atau stuktur tentang objek yang diamati. Sedangkan cakrawala dan pengetahuan yang memberikan arti dari objek tersebut. Pada aspek kepribadian terdapat beberapa komponen. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi akan menjawab pertayaan tentang apa yang dirasakan (senag atau tidak senang) terhadap objek. Sedangkan komponen konasi akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana kesediaan tatau kesiapan untuk bertindak terhadap objek.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap komponen
memiliki fungsi tersendiri dan antara komponen yang satu dengan yang lainya
saling berhubungan diman fungisnya suatu komponen bergantung pada
kemampuna sebelumnya.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Lingkungan manusia penuh dengan macam-macam benda dan peristiwa.
Hal tersebut dapat berfungsi sebagai perangsang yang kemudian diterima dan
ditanggapi oleh pancaindra, maka individu tersebut hanya akan menanggapi
beberapa atau sebagian objek saja.
Menurut Kartini Kartono (dalam Tisna, 1999) bahwa “Dalam proses
menanggapi, individu lebih bersifat selektif. Hal tersebut mendorong tingkah laku
untuk mengkonsentasikan diri pada sekumpulan perangsang (beberapa atau
sebagian objek) dan tidak mereaksikan terhadap semua rangsangan dari luar. Jadi
ada proses pemilihan”.
11
Dalam kemampuan menanggapi itupun, individu bersifat relatif artinya
tanggapan terhadap suatu objek akan dapat berubah seiring denga bertambahnya
pengetahuan dan informasi baru yang diperoleh individu tersebut. Sehubungan
dengan hal itu, Slameto (dalam yuliana, 2004) mengemukakan bahwa :
“Perubahan persepsi terjadi karena adanya perubahan dalam struktur kognisi,
karena manusia selalu belajar”.
Adanya perbedaan karakteristik individu menyebabkan adanya perbedaan-
perbedaan dalm menanggapi suatu objek, meskipun individu-individu tersebut
berada dalam lingkunganya yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
(dalam yuliana, 2004) bahwa pesepsi : “Persepsi seseorang atau kelompok dapat
jauh berada dengan persepsi orang atau kelompok orang atau kelompok lain
sekalipun situasi sama, perbedaan ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan
individu, kepribadian, sikap atau pun situasi”.
Pertanyaan tersebut erat kaitanya dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Miftah Thoha (dalam Tisna, 1999) mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
a. Psikologi; psikologi seseorang mengenal segala sesuatu di dalam dunia ini sanga dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari waktu senja yang indah temaran akan dirasakan sebgai bayangan kelabu bagi seseorang yang buat warna.
b. Famili; pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalaha familinya. Orang tua yang mengembangakan suatu cara khusus dalam melihat dan memahami kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.
c. Kebudayaan; Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara memandang dan memahami keadaan di dunia ini
12
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
aadnta keanekaragaman karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu dapat
menyebabkan adanya perbedaan dalam menanggapi suatu objek, walaupun
individu tersebut berada dalam situasi dan lingkungan yang sama, karena adanya
perbedaab pengetahuan, pengalaman, motivasi, kepribadian, minat dan lain-lain.
2.1.5 Elemen yang Mempengaruhi Adanya Persepsi
Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi
memiliki beberapa elemen, yaitu:
Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu.
Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain.
2.1.6 Fungsi Persepsi
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian
terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang
dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu
kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam
situasi yang tertentu pula (Polak, 1976).
Dengan demikian persepsi merupakan suatu fungsi biologis (melalui
organ-organ sensoris) yang memungkinkan individu menerima dan mengolah
informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan-perubahan di
lingkungannya. (Eytonck, 1972)
13
2.2 Tinjauan Terhadap Pendidikan dan Latihan
2.2.1 Pengertian Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan salah satu unsur yang paling
penting di dunia pendidikan. Pendidikan dan Pelatihan mengajar sangat penting
dikarenakan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dan merupakan pengeluaran pokok
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Disisi lain, Pendidikan dan Latihan
mengajar penting sebab merupakan penggerak/motor terhadap sumber daya-sumber daya
lain dalam dalam meninggatkan suatu pendidikan yang ingin dicapai. Untuk itu, perhatian
terhadap Pendidikan dan Latihan mengajar dalam perananya sangat penting untuk
dilakukan secara terus menerus.
Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan latihan kependidikan secara
faktual buat nanti dilapangan dan sebagai wahana terbentuknya tenaga
kependidikan yang profesional. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai pengertain Pendidikan dan Latihan mengajar, maka perlu dikemukakan
pendapat para ahli, antara lain :
Mondy dan Noe dalam Mukaram dan Marwansah, (1997:54)
mengemukakan bahwa:
“Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini, Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang se-dang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya ini”
14
Menurut Wexley dan Yukl (1976 : 282) dikatakan:
“Latihan dan Pengembangan adalah istilah-istilah yang menyangkut usaha-usaha
yang berencana yang diselenggarakan agar dicapai penguasaan akan keterampilan,
pengetahuan dan sikap-sikap yang relevan terhadap pekerjaan”
2.2.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Setiap upaya yang dilakukan manusia mempunyai tujuan. Demikian pula
halnya dengan pelaksanaan Pendidikan dan Latihan, sudah tentu mempunyai
tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Wexley dan Yukl (1977 :291)
menjelaskan :
1. Personnel selection dan placement tidak selalu menjamin personil tersebut cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaannya secara tepat. Kenyataannya banyak diantaranya mereka harus mempelajari pengetahuan dan keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan setelah mereka diterima dalam pekerjaan.
2. Bagi personil-personil yang sudah senior (lanjut usia, berpengalaman) kadang-kadang perlu ada penyegaran dengan latihan-latihan kerja. Hal ini disebabkan berkembangnya job content, untuk promosi maupun mutasi.
3. Manajemen sendiri menyadari bahwa program training yang efektif dapat berakibat: peningkatan produktivitas, mengurangi absen, mengurangi labour turn over dan peningkatan kepuasan kerja.
H.A.R. Tilaar, 1997:17 merumuskan tujuan dai Diklat sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pengajar sesuai dengan kebutuhan instansi
2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya tenaga pengajar
15
yang baik. Adapun sasaran diklat adalah terwujudnya pengajar yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.
Dari pendapat ahli tersebut, kesimpulan Diklat pada umumnya bertujuan
agar Guru mendapatkan pelatihan kependidikan secara faktual dilapangan, sebagai
wahana terbentuknya tenaga kependidikan yang profesional. Pelatihan yang
dimaksud meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam profesi sebagai
pendidik serta mampu menerapkannya dalam penyelengaraanya pendidikan dan
pengajarnya, baik disekolah maupun diluar sekolah dengan penuh tanggung
jawab.
Tujuan Khusus yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Diklat adalah :
1) Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan.
2) Mampu berkompetisi, mengantisipasi serta berinovasi dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya.
3) Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan penghayatan, yang direfleksikan
dalam perilakunya sehari-hari.
4) Meningkatkan potensi Guru/Tenaga kependidikan.
5) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang handal dan professional.
6) Meningkatkan mutu pendidikan
7) Menjadi pelopor perubahan sistem pelatihan guru sesuai dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
8) Mengimplementasikan kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
9) Bekerjasama dengan semua pihak yang peduli dengan pendidikan.
16
2.2.3 Aspek Kediklatan
Yang dimaksud dengan tenaga kediklatan adalah berbagai unsur yang
terlibat dalam suatu penyelenggaraan diklat. Jadi harus lebih dapat meningkatkan
fungsi dan perannya di dalam menghasilkan guru yang bermutu dan profesional,
sehingga terlahir guru-guru yang memiliki kompetensi dari semua aspek,
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional sebagaimana yang dipersyaratkan
oleh UU. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini sama dengan aspek
kediklatan dan perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru
Indonesia yang profesional dimasa sekarang ; (1) memiliki kepribadian yang
matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk
membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan(4) pengembangan
profesi secara berkesinambungan. Aspek yang menyangkut dengan kediklatan
adalah 1. Tenaga Diklat, 2. Peserta Diklat, 3. Bahan atau materi Diklat dan 4.
Sarana Diklat.
Kompetensi yang benar-benar handal (reliable) akan menjadikan Guru
mampu berkompetisi, mengantisipasi serta berinovasi dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan memberi kesempatan
kepada guru untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
pendidikan formal dan keterampilan dan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan formal menjadi dasar
(basic) kompetensi, sedangkan pendidikan dan pelatihan sebagai penunjang
kompetensi
17
Perlu dilihat pula beberapa aspek yang berkaitan dengan pendidikan formal
dan diklat. Beberapa aspek yang dimaksud adalah:
a). Aspek institusi
b). Aspek kurikulum
c). Aspek lamanya pendidikan
d). Aspek tenaga pengajar
e). Aspek peserta pendidikan
f). Aspek metoda proses belajar mengajar
g). Aspek laboratorium dan
h). Aspek kepustakaan
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, Guru yang memiliki
pendidikan formal maupun pendidikan dan pelatihan diharapkan mampu
meningkatkan profesionalisme dan kompetensi Guru guna memperlancar proses
pelaksanaan tugas masing-masing.
2.3 Tinjauan Terhadap Profesionalisme Guru
2.3.1 Pengertian Profesionalisme Guru
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
18
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru
memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang
mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta
didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan
serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini
meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional,
dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus
mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai
profesional.
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru Kondisi
pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik
institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun
masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi
yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat. Jadi guru memiliki
peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita
umumnya.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan
hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun
19
karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-
cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu
diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan
profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan
sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang
gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP).
Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima
tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya
guru setiap kali mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak
terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain;
1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan
menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.
2. belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara
maju.
3. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
20
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan.
4. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.
Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Guru
adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Baik buruknya perilaku atau cara
mengajar guru akan mempengaruhi citra lembaga pendidikan, bagaimanapun
mutu seorang guru akan berimplikasi pada anak didiknya. Penurunan kualitas
guru akan memberikan dampak terhadap penurunan terhadap kualitas pendidikan.
Peranan guru sangat kuat mendominasi keberhasilan siswa dalam belajar
2.3.2 Hambatan-Hambatan Menjadi Guru Yang Profesional
Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang
baik. Beberapa hambatan tersebut diantaranya adalah:
1. Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-pasan
memaksa seorang guru untuk mencari nafkah tambahan seusai jam kerja.
Hal ini mengakibatkan tidak memiliki kesempatan untuk membuat
persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran yang akan
diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan penampilan di
muka kelas.
21
2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya
kurikulum 2006, banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan
seorang guru yang tujuannya untuk meningkatkan profesionalitas seorang
guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban yang cukup berat dan hampir
tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan kesiapan seorang
guru di muka kelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan
setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan. Sebagai contoh,
seorang guru diwajibkan membuat KTSP (Kurukulum Tingkat Satuan
Pendidikan), Silabus dan lain sebagianya, yang memaksa guru menuliskan
uraian yang sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua
dan tugas ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan
beban mengajar di kelas karena tugas-tugas tersebut tidak pernah dibaca
lagi pada waktu akan/dan sedang mengajar. Seorang guru lebih suka
membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada membawa
Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana
Pengajaran. Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon
guru.
2.3.3 Aspek yang dapat meningkatkan Profesionalisme Guru
Aspek yang dapat meningkatkan Profesionalisme Guru adalah gaji yang
memadai, Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita
waktu, dan Pelatihan dan sarana. Aspek tersebut yang dapat dilakukanan untuk
meningkatkan Profesionalisme guru tersebut.
22
1. Gaji yang memadai, perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang
diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya
dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu
guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru
akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan
kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra-putrinya. Guru
mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil prima di depan
kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis
buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan
membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih
menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru.
Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik
mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan
pasti akan lebih berhasil.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang
guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini
dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu
guru-guru prmula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.
23
3. Pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru
adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan
guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi
sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi
pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.
Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan
tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi
guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian
penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang
memiliki daya untuk melakukan perubahan.
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang
paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu
dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun
yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk
mencukupi kebutuhannya.
2.3.4 Kesiapan Menjadi Tenaga Kependidikan Yang Profesional
Kesiapan diartikan sebagai kondisi siap yang ditunjukkan oleh seseorang
atau individu dalam menghadapi sesuatu, dan tenaga kependidikan adalah profesi
24
atau jabatan di bidang pendidikan yang memerlukan keahlian khususu sebagai
tenaga pendidik dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Tenaga pendidikan yang di maksud dalam penelitian ini adalah guru,
Sedangkan profesional adalah seseorang yang dituntut harus memiliki kepandaian
khusus. Jadi Kesiapan Menjadi Tenaga Kependidikan Yang Profesional adalah
kondisi siap seseorang atau invidu untuk berprofesi sebagai tenaga pendidik yang
prosesional.
Persiapan yang dilakukan oleh seseorang atau individu yang berhubungan
dengan profesinya adalah melalui jenjang pendidikan profesi. Tujuan pendidikan
profesi adalah untuk menyiapkan individu yang memiliki kemampuan atau
kecakapan di bidang profesinya sehingga ia dalam melakukan tugas dan fungsinya
dengan profesional.
Sesuai dengan pendapat Sudjana yang dikutip oleh usman (2002:14), yang
menyatakan bahwa : “ Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan mereka yang secara disiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan oleh mereka yang karena tidak dapat atau memperoleh pekerjaan
lainnya ”.
Dengan bertitik pada pernyataan tersebut, maka pengertian tenaga
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih untuk memiliki kemampuan
dan keahlian khusus sesuai dengan profesinya.
25
Jabatan atau profesi tenaga pendidik merupakan jabatan profesional yang
menghendaki tenaga pendidik bekerja secara profesional. Bekerja sebagai seorang
yang profesional berarti bekerja dengan keahlian, dan keahlian hanya dapat
diperoleh melalui pendidikan khusus.
Hal ini senada dengan Tabrani (1990:6), yang menyatakan bahwa “
Jabatan profesional adalah suatu jabatan yang harus melalui jenjang pendidikan
yang mempersiapkan dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan silap serta
keterampilan yang sesuai dengan bidang profesionalnya “.
Bentuk kesiapan yang harus dimiliki oleh para guru adalah pengetahuan,
sikap dan keterampilan di bidang pendidikan. Bentuk kesiapan tersebut
merupakan kemampuan untuk berkompetensi. Sesuai dengan pendapat Usman
(2004:14) yang menyatakan bahwa: “ Kompetensi guru merupakan kemampuan
dan kewenangan guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak “.
Pengertian Kompetensi menurut Uno (2008:62) yaitu: “ Kompetensi dasar
adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di
bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian
selaras dengan bidang kerja yang bersangkutan “.
Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan sekolah, namun kompetensi guru
tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan,
26
pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru sangar penting
sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dpat dijadikan sebagai
pedoman dalam rangka dan pengembangan tenaga kependidikan.
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk
penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan
masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,
peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan
pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.
2.4 Pendidikan dan Pelatihan Guru Profesional
Seiring dengan banyaknya berbagai macam pendidikan dan pelatihan (diklat)
yang ditawarkan untuk guru, dari guru taman kanak-kanak hingga guru sekolah
menengah yang diadakan oleh berbagai lembaga pendidikan, baik lembaga negeri
maupun swasta. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut seakan-akan berlomba-lomba
menyelenggarakan berbagai macam bentuk diklat. Hal ini seiring dengan adanya
sertifikasi guru yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 2006 yang salah
satu komponen utamanya menuntut adanya piagam diklat.
Yang terpenting faktor internal guru, yakni kemauan untuk menjadi
seorang professional yang masih kurang. kemalasan berinovasi, kemalasan
mengembangkan diri melalui autodidact dan riset aksi, serta rendahnya kompetisi
berprestasi semuanya itu menjadi sumber internal rendahnya profesionalisme
guru. Kebijakan sertifikasi yang memberikan peluang kepada guru untuk diakui
27
sebagai tenaga profesional melalui uji sertifikasi masih direspon keliru oleh guru.
Guru lebih tertarik mengakumulasi bukti sertifikat berbagai diklat peningkatan
profesionalisme guru yang pernah mereka ikuti guna mendongkrak nilai
portofolio mereka daripada menguasai materi diklatnya.
Guru yang sudah mengikuti diklat diharapkan mampu dan dapat
menghasilkan tujuan yang dicapai dan serta menjadi profil guru yang profesional
sebagai berikut :
1. Memahami landasan dan wawasan pendidikan, meliputi:
a. asas-asas pokok pendidikan.
b. aliran-aliran pendidikan.
c. teori belajar.
d. perkembangan peserta didik.
e. pendekatan sistem dalam pendidikan.
f. tujuan pendidikan nasional.
g. kebijakan-kebijakan pendidikan nasional.
h. kebijakan pendidikan lokal.
2. Menguasai materi pembelajaran yang menjadi spesifikasinya.
3. Menguasai pengelolaan pembelajaran.
4. Menguasai evaluasi pembelajaran.
5. Memiliki kepribadian, wawasan profesi dan pengembangannya.
Jadi kebanyakan pada sekarang ini guru mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan bukan hanya berpacu kepada keprofesionalan seorang guru, tetapi
28
kebanyakan guru yang mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan hanya untu
mengejar sertifikasi guru yang sudah dimulai pada tahun 2006. Yang dimaksud
dengan sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional
guru. Guru Profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan
praktik pendidikan yang berkualitas.
Secara umum sertifikasi dimaksudkan meningkatkan kualitas pendidik
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Secara mendetail
sertifikasi guru bertujuan menentukan kalayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan,
meningkatkan martabat guru, dan mening-katkan profesionalitas guru. Adapun
manfaat sertifikasi guru adalah melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang
tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat
dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak professional
meningkatkan kesejahteraan guru.
Agar sertifikasi guru ini segera bisa diimplementasikan, maka pemerintah,
dalam hal ini Depatemen Pendidikan Nasional, menerbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Bagi Guru Dalam Jabatan. Guru dalam jabatan berarti guru yang secara resmi
telah mengajar pada suatu satuan pendidikan saat Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diberlakukan.
29
Dalam pasal 2 Permendiknas tersebut di atas dipaparkan bahwa seritifikasi
guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi. Uji kompetensi
dilaksanakan dalam ben-tuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan
pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap
kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: 1. kualifikasi akademik, 2. pendidikan
dan pelatihan, 3. pengalaman mengajar, 4. perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, 5. penilaian dari atasan dan pengawas, 6. prestasi akademik, 7.
karya pengembangan profesi, 8. keikutsertaan dalam forum ilmiah, 9. pengalaman
organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan 10. penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.
Dari kesepuluh komponen portofolio di atas, salah satu komponen yang
memiliki peluang untuk ditambah adalah komponen pendidikan dan pelatihan.
Dengan semakin ber-tambahnya piagam diklat yang dimiliki oleh seorang guru,
semakin besar pula peluang untuk lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.
Lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio tentu merupakan dambaan hampir
semua guru yang ada di negeri ini.
2.5 Peranan Pemerintah Dalam Profesionalisme Guru Di Indonesia
Guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional.
Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan formal.Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita
semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif,
demokratis, dan berakhlak.
30
Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya
kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar
terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik
talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi
berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik
guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru,
pemberian tunjangan guru, penghargaan, dan perlindungan guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman
profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen
portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru.
Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan
dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.
2.6 Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian yang digunakan dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya dalam penelitian. Anggapan dasar adalah suatu titik tolak
pemikiran yang menjadi landasan dari suatu penelitian masalah.
31
Penulis mengambil anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Program Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan suatu proses
pembinaan tenaga kependidikan untuk terbentuknya tenaga kependidikan
yang lebih mempunyai nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan yang
diperlukan untuk menjadi pendidik yang profesional.
b. Tingkat kesiapan menjadi tenaga kependidikan yang profesional
dipengaruhi oleh penguasaan kompetensi atau kemampuan yang
dimilikinya.
c. Tenaga kependidikan adalah suatu jabatan profesional yang harus melalui
jenjang pendidikan yang mempersiapkan denga bekal pengetahuan, nilai-
nilai dan sikap serta keterampilan sesuai dengan bidang profesionalnya
2.7 Asumsi
Asumsi merupakan anggapan dasar seperti menurut Winarto Surakhmad
(1979:79) ” Anggapan dasar ialah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima
penyelidik.”
Dalam hal ini penulis mengambil beberapa asumsi, yaitu :
guru merupakan individu yang mempunyai beragam karakternya masing-
masing, Sehingga, setiap guru memiliki persepsi yang berbeda terhadap
Pendidikan dan Pelatihan Guru.
Persepsi yang muncul dari setiap guru mengenai kegiatan ini dipengaruhi
oleh Profesionalisme seorang guru.
32
Adanya perbedaan persepsi memberikan pengaruh terhadap Guru yang
sudah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dan yang belum mengikuti.
2.8 Hipotesis Penelitian
Arikunto (2002:64) menyatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis
merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Adanya Pengaruh yang Signifikan antara Pendidikan dan Pelatihan
terhadap Profesionalisme Guru di SMK Negeri 5 Bandung”.