bab ii landasan teori -...

27
6 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan dengan permasalahan yang diteliti, sebagaiman yang diungkapkan oleh riduwan (2004) bahwa “Landasan Teori adalah teori-teori relevan yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang akan diajukan serta penyusunan instrument penelitian”. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat para ahli, tetapi teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya. Hal ini juga merupakan semacam analisis teoritis yang terpotong oleh teori pihak lain (dari bahan-bahan pustaka) yang membuat analisis kritik terhadap berbagai dan pandangan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka tersebut. 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu beriteraksi dengan lingkunganya, olek karena itu penting bagi manusia mengenal dan mengamati lingkunganya, lalu mengendalikan atau memanfaatkanya. Manusia mencoba mengamati dan mengenal lingkungan hidupnya dengan batuan panca indra. Stimulus yang ditangkap individu tersebut. Oleh karena itu

Upload: vulien

Post on 04-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan

dengan dengan permasalahan yang diteliti, sebagaiman yang diungkapkan oleh

riduwan (2004) bahwa “Landasan Teori adalah teori-teori relevan yang akan

diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan

masalah yang akan diajukan serta penyusunan instrument penelitian”. Teori-teori

yang digunakan bukan sekedar pendapat para ahli, tetapi teori yang benar-benar

telah teruji kebenarannya. Hal ini juga merupakan semacam analisis teoritis yang

terpotong oleh teori pihak lain (dari bahan-bahan pustaka) yang membuat analisis

kritik terhadap berbagai dan pandangan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka

tersebut.

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu beriteraksi dengan

lingkunganya, olek karena itu penting bagi manusia mengenal dan mengamati

lingkunganya, lalu mengendalikan atau memanfaatkanya.

Manusia mencoba mengamati dan mengenal lingkungan hidupnya dengan

batuan panca indra. Stimulus yang ditangkap individu tersebut. Oleh karena itu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

7

seorang individu dituntut untuk mampu menanggapi dan mengamati berbagai

peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Dalam proses iteraksi ini manusia membutuhkan stimulus atau rangsangan

yang menimbulkan respon. Kemampuan manusia dalam merespon stimulus inilah

yang disebut dengan proses persepsi.

Banyak para ahli yang mencoba menguraikan arti dan pengertian persepsi.

Diantaranya Jalaludin Rahmat (dalam Tisna, 1999) mengartikan persepsi adalah

“Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menfsirkan pesan”. Sedangkan Gunawan Juwanto

(dalam Tisna, 1999) menyatakan persepsi adalah “Suatu proses pemahaman atas

peristiwa dan memasukan pengertian ke dalam pengalaman”. Menurut Bimo

Walgito (dalam Tisna, 1999) mengatakan bahwa :

”Persepsi merupakan proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, malainkan stimulus itu diterukan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya”

Pendapat-pendapat diatas sesungguhnya memiliki esensi yang sama dalam

mengartikan persepsi. Benang merah yang dapat diambil dari pendapat-pendapat

di atas adalah bahwa persepsi sebagai suatu proses kognisi melalui penginderaan

terhadap pengalaman, pengetahuan dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Sehingga didapat suatu pengalaman dan dibentuk dalam sikap dan tingkah laku

individu tersebut.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

8

Melalui persepsi, individu mengenal, mengetahui serta memahami suatu

objek atau peristiwa sehingga individu dapat mengambil kesimpulan terhadap

objek yang dipersepsikanya.

2.1.2 Karakteristik Persepsi

Persepsi memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Persepsi melibatkan proses stimulus respon melalui panca indra

b. Persepsi melibatkan proses pengorganisasian melalui proses kognotif

c. Persepsi melibatkan proses inferansial, yaitu penafsiran atau penarikan

erhadap suatu objek

Dengan memahami karakteristik persepsi, maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi pada individu akan terjadi apabila memiliki dua hal, yaitu :

1. Adanya stimulus atau rangsangan, objek dari lingkungan baik itu berupa

benda, peristiwa atau masalah

2. Alat indar sebagai penerima stimulus

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa komponen

dimana komponen itu saling berhubungan satu sama lainnya.

Filley, House dan Kerr (dalam Kusyadi, 2006) mengemukakan tiga

komponen utama dalam proses persepsi :

Pertama, seleksi ( screening ) yaitu proses psikologi yang sangat erat hubunganya dengan pengamatan atas stimulus yang diterima dari luar.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

9

Kedua, interprestasi yaitu proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Ketiga, interprestasi dari persepsi itu kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Pendapat tersebut dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :

Seleksi (Screening) adalah proses psikologi yang berkaitan dengan sangat

erat dengan pengamatan atau stimulus yang diterima subjek melalui alat

indra.

Interprestasi merupakan proses pengorganisasian informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang

individu tersebut misalnya pengetahuan, pengalaman, minat, motivasi dan

lain-lain.

Proses terakhir dari persiapan adalah reaksi yaitu sikap atau tingakah laku

hasil dari interprestasi dan persepsi individu terhadap lingkunganya.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang

terhadap objej atau peristiwa dapat dilihat melalui perilakunya, apakah ia

menerima atau menolak stimulus yang datang.

Sedangkan proses terjadinya persepsi menurut Saparnaiah Sadli (dalam

Tisna, 1999) diuraikan sebgai berikut :

a. Individu berhubungan (mengamati) objek psikologis yang berada di luar dirinya atas dorongan kebutuhan dan harapan manusia.

b. Objek persepsi bisa benda, manusia, gagasan, ide dan proses pendidikan c. Individu memberi arti terhadap objek tersebut dengan kacamatanya sendiri

yang diwarnai oleh nilai-nilai kepribadianya. Nilai tersebut dibentuk oleh pengalaman.

d. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki individu akan terjadi believe terhadap objek psikologis tersebut.

e. Melalui komponen kognisi dari sikap akan timbul ide, konsep apa yang akan dilihat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

10

f. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi terhadap perilaku individu yang bersangkutan. Sedangkan Mar’at (dalam Tisna, 1999) menyatakan bahwa :

Proses terjadinya persepsi dipengaruhi pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Pengalaman dan proses belajar memberikan bentuk atau stuktur tentang objek yang diamati. Sedangkan cakrawala dan pengetahuan yang memberikan arti dari objek tersebut. Pada aspek kepribadian terdapat beberapa komponen. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi akan menjawab pertayaan tentang apa yang dirasakan (senag atau tidak senang) terhadap objek. Sedangkan komponen konasi akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana kesediaan tatau kesiapan untuk bertindak terhadap objek.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap komponen

memiliki fungsi tersendiri dan antara komponen yang satu dengan yang lainya

saling berhubungan diman fungisnya suatu komponen bergantung pada

kemampuna sebelumnya.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Lingkungan manusia penuh dengan macam-macam benda dan peristiwa.

Hal tersebut dapat berfungsi sebagai perangsang yang kemudian diterima dan

ditanggapi oleh pancaindra, maka individu tersebut hanya akan menanggapi

beberapa atau sebagian objek saja.

Menurut Kartini Kartono (dalam Tisna, 1999) bahwa “Dalam proses

menanggapi, individu lebih bersifat selektif. Hal tersebut mendorong tingkah laku

untuk mengkonsentasikan diri pada sekumpulan perangsang (beberapa atau

sebagian objek) dan tidak mereaksikan terhadap semua rangsangan dari luar. Jadi

ada proses pemilihan”.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

11

Dalam kemampuan menanggapi itupun, individu bersifat relatif artinya

tanggapan terhadap suatu objek akan dapat berubah seiring denga bertambahnya

pengetahuan dan informasi baru yang diperoleh individu tersebut. Sehubungan

dengan hal itu, Slameto (dalam yuliana, 2004) mengemukakan bahwa :

“Perubahan persepsi terjadi karena adanya perubahan dalam struktur kognisi,

karena manusia selalu belajar”.

Adanya perbedaan karakteristik individu menyebabkan adanya perbedaan-

perbedaan dalm menanggapi suatu objek, meskipun individu-individu tersebut

berada dalam lingkunganya yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

(dalam yuliana, 2004) bahwa pesepsi : “Persepsi seseorang atau kelompok dapat

jauh berada dengan persepsi orang atau kelompok orang atau kelompok lain

sekalipun situasi sama, perbedaan ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan

individu, kepribadian, sikap atau pun situasi”.

Pertanyaan tersebut erat kaitanya dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Miftah Thoha (dalam Tisna, 1999) mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :

a. Psikologi; psikologi seseorang mengenal segala sesuatu di dalam dunia ini sanga dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari waktu senja yang indah temaran akan dirasakan sebgai bayangan kelabu bagi seseorang yang buat warna.

b. Famili; pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalaha familinya. Orang tua yang mengembangakan suatu cara khusus dalam melihat dan memahami kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.

c. Kebudayaan; Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara memandang dan memahami keadaan di dunia ini

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

12

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

aadnta keanekaragaman karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu dapat

menyebabkan adanya perbedaan dalam menanggapi suatu objek, walaupun

individu tersebut berada dalam situasi dan lingkungan yang sama, karena adanya

perbedaab pengetahuan, pengalaman, motivasi, kepribadian, minat dan lain-lain.

2.1.5 Elemen yang Mempengaruhi Adanya Persepsi

Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi

memiliki beberapa elemen, yaitu:

Person, yaitu orang yang menilai orang lain.

Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu.

Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain.

2.1.6 Fungsi Persepsi

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian

terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang

dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam

situasi yang tertentu pula (Polak, 1976).

Dengan demikian persepsi merupakan suatu fungsi biologis (melalui

organ-organ sensoris) yang memungkinkan individu menerima dan mengolah

informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan-perubahan di

lingkungannya. (Eytonck, 1972)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

13

2.2 Tinjauan Terhadap Pendidikan dan Latihan

2.2.1 Pengertian Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan salah satu unsur yang paling

penting di dunia pendidikan. Pendidikan dan Pelatihan mengajar sangat penting

dikarenakan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dan merupakan pengeluaran pokok

organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Disisi lain, Pendidikan dan Latihan

mengajar penting sebab merupakan penggerak/motor terhadap sumber daya-sumber daya

lain dalam dalam meninggatkan suatu pendidikan yang ingin dicapai. Untuk itu, perhatian

terhadap Pendidikan dan Latihan mengajar dalam perananya sangat penting untuk

dilakukan secara terus menerus.

Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan latihan kependidikan secara

faktual buat nanti dilapangan dan sebagai wahana terbentuknya tenaga

kependidikan yang profesional. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas

mengenai pengertain Pendidikan dan Latihan mengajar, maka perlu dikemukakan

pendapat para ahli, antara lain :

Mondy dan Noe dalam Mukaram dan Marwansah, (1997:54)

mengemukakan bahwa:

“Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini, Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja seseorang dalam pekerjaan yang se-dang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya ini”

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

14

Menurut Wexley dan Yukl (1976 : 282) dikatakan:

“Latihan dan Pengembangan adalah istilah-istilah yang menyangkut usaha-usaha

yang berencana yang diselenggarakan agar dicapai penguasaan akan keterampilan,

pengetahuan dan sikap-sikap yang relevan terhadap pekerjaan”

2.2.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Setiap upaya yang dilakukan manusia mempunyai tujuan. Demikian pula

halnya dengan pelaksanaan Pendidikan dan Latihan, sudah tentu mempunyai

tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Wexley dan Yukl (1977 :291)

menjelaskan :

1. Personnel selection dan placement tidak selalu menjamin personil tersebut cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaannya secara tepat. Kenyataannya banyak diantaranya mereka harus mempelajari pengetahuan dan keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan setelah mereka diterima dalam pekerjaan.

2. Bagi personil-personil yang sudah senior (lanjut usia, berpengalaman) kadang-kadang perlu ada penyegaran dengan latihan-latihan kerja. Hal ini disebabkan berkembangnya job content, untuk promosi maupun mutasi.

3. Manajemen sendiri menyadari bahwa program training yang efektif dapat berakibat: peningkatan produktivitas, mengurangi absen, mengurangi labour turn over dan peningkatan kepuasan kerja.

H.A.R. Tilaar, 1997:17 merumuskan tujuan dai Diklat sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pengajar sesuai dengan kebutuhan instansi

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya tenaga pengajar

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

15

yang baik. Adapun sasaran diklat adalah terwujudnya pengajar yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.

Dari pendapat ahli tersebut, kesimpulan Diklat pada umumnya bertujuan

agar Guru mendapatkan pelatihan kependidikan secara faktual dilapangan, sebagai

wahana terbentuknya tenaga kependidikan yang profesional. Pelatihan yang

dimaksud meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam profesi sebagai

pendidik serta mampu menerapkannya dalam penyelengaraanya pendidikan dan

pengajarnya, baik disekolah maupun diluar sekolah dengan penuh tanggung

jawab.

Tujuan Khusus yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Diklat adalah :

1) Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan.

2) Mampu berkompetisi, mengantisipasi serta berinovasi dalam melaksanakan tugas

pekerjaannya.

3) Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan penghayatan, yang direfleksikan

dalam perilakunya sehari-hari.

4) Meningkatkan potensi Guru/Tenaga kependidikan.

5) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang handal dan professional.

6) Meningkatkan mutu pendidikan

7) Menjadi pelopor perubahan sistem pelatihan guru sesuai dengan tuntutan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

8) Mengimplementasikan kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

9) Bekerjasama dengan semua pihak yang peduli dengan pendidikan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

16

2.2.3 Aspek Kediklatan

Yang dimaksud dengan tenaga kediklatan adalah berbagai unsur yang

terlibat dalam suatu penyelenggaraan diklat. Jadi harus lebih dapat meningkatkan

fungsi dan perannya di dalam menghasilkan guru yang bermutu dan profesional,

sehingga terlahir guru-guru yang memiliki kompetensi dari semua aspek,

pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional sebagaimana yang dipersyaratkan

oleh UU. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini sama dengan aspek

kediklatan dan perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru

Indonesia yang profesional dimasa sekarang ; (1) memiliki kepribadian yang

matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk

membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan(4) pengembangan

profesi secara berkesinambungan. Aspek yang menyangkut dengan kediklatan

adalah 1. Tenaga Diklat, 2. Peserta Diklat, 3. Bahan atau materi Diklat dan 4.

Sarana Diklat.

Kompetensi yang benar-benar handal (reliable) akan menjadikan Guru

mampu berkompetisi, mengantisipasi serta berinovasi dalam melaksanakan tugas

pekerjaannya. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan memberi kesempatan

kepada guru untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui

pendidikan formal dan keterampilan dan keahlian yang diperoleh melalui

pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan formal menjadi dasar

(basic) kompetensi, sedangkan pendidikan dan pelatihan sebagai penunjang

kompetensi

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

17

Perlu dilihat pula beberapa aspek yang berkaitan dengan pendidikan formal

dan diklat. Beberapa aspek yang dimaksud adalah:

a). Aspek institusi

b). Aspek kurikulum

c). Aspek lamanya pendidikan

d). Aspek tenaga pengajar

e). Aspek peserta pendidikan

f). Aspek metoda proses belajar mengajar

g). Aspek laboratorium dan

h). Aspek kepustakaan

Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, Guru yang memiliki

pendidikan formal maupun pendidikan dan pelatihan diharapkan mampu

meningkatkan profesionalisme dan kompetensi Guru guna memperlancar proses

pelaksanaan tugas masing-masing.

2.3 Tinjauan Terhadap Profesionalisme Guru

2.3.1 Pengertian Profesionalisme Guru

Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua

pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian

yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh

nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

18

sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan

sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru

memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu

pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang

mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta

didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan

serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini

meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional,

dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus

mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus

mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai

profesional.

Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru Kondisi

pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik

institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun

masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi

yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat. Jadi guru memiliki

peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita

umumnya.

Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan

hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

19

karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-

cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu

diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan

profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan

sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang

gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP).

Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima

tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya

guru setiap kali mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak

terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan dirinya.

Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya

profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain;

1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini

disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan

menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.

2. belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara

maju.

3. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai

pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

20

kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh

terhadap etika profesi keguruan.

4. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak

dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di

perguruan tinggi.

Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Guru

adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Baik buruknya perilaku atau cara

mengajar guru akan mempengaruhi citra lembaga pendidikan, bagaimanapun

mutu seorang guru akan berimplikasi pada anak didiknya. Penurunan kualitas

guru akan memberikan dampak terhadap penurunan terhadap kualitas pendidikan.

Peranan guru sangat kuat mendominasi keberhasilan siswa dalam belajar

2.3.2 Hambatan-Hambatan Menjadi Guru Yang Profesional

Banyak hambatan yang dihadapi seorang guru untuk menjadi guru yang

baik. Beberapa hambatan tersebut diantaranya adalah:

1. Gaji yang terlalu pas-pasan bahkan mungkin kurang. Gaji yang pas-pasan

memaksa seorang guru untuk mencari nafkah tambahan seusai jam kerja.

Hal ini mengakibatkan tidak memiliki kesempatan untuk membuat

persiapan mengajar dengan membaca ulang materi pelajaran yang akan

diajarkan besok hari. Hal ini dapat mengurangi kesiapan dan penampilan di

muka kelas.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

21

2. Tugas-tugas administrasi yang memberatkan. Sejak diberlakukannya

kurikulum 2006, banyak tugas-tugas administrasi yang harus dikerjakan

seorang guru yang tujuannya untuk meningkatkan profesionalitas seorang

guru. Ternyata tugas-tugas ini menjadi beban yang cukup berat dan hampir

tidak ada manfaatnya untuk menambah penampilan dan kesiapan seorang

guru di muka kelas. Sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan

setengah terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan. Sebagai contoh,

seorang guru diwajibkan membuat KTSP (Kurukulum Tingkat Satuan

Pendidikan), Silabus dan lain sebagianya, yang memaksa guru menuliskan

uraian yang sama pada tugas pertama dan ditulis ulang pada tugas kedua

dan tugas ketiga. Semuanya ini tidak pernah dipakai untuk meringankan

beban mengajar di kelas karena tugas-tugas tersebut tidak pernah dibaca

lagi pada waktu akan/dan sedang mengajar. Seorang guru lebih suka

membuka dan membaca buku pegangan mengajar daripada membawa

Program Satuan Mengajar, Analisis Materi Pelajaran ataupun Rencana

Pengajaran. Tugas-tugas ini memang sangat berguna bagi seorang calon

guru.

2.3.3 Aspek yang dapat meningkatkan Profesionalisme Guru

Aspek yang dapat meningkatkan Profesionalisme Guru adalah gaji yang

memadai, Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita

waktu, dan Pelatihan dan sarana. Aspek tersebut yang dapat dilakukanan untuk

meningkatkan Profesionalisme guru tersebut.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

22

1. Gaji yang memadai, perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang

diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya

dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu

guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru

akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan

kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra-putrinya. Guru

mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil prima di depan

kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis

buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan

membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih

menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru.

Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik

mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan

pasti akan lebih berhasil.

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang

guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan

harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini

dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu

guru-guru prmula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

23

3. Pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru

adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan

guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi

sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi

pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.

Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru

diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang

lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan

tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi

guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian

penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang

memiliki daya untuk melakukan perubahan.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang

paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu

dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun

yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk

mencukupi kebutuhannya.

2.3.4 Kesiapan Menjadi Tenaga Kependidikan Yang Profesional

Kesiapan diartikan sebagai kondisi siap yang ditunjukkan oleh seseorang

atau individu dalam menghadapi sesuatu, dan tenaga kependidikan adalah profesi

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

24

atau jabatan di bidang pendidikan yang memerlukan keahlian khususu sebagai

tenaga pendidik dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang

pendidikan. Tenaga pendidikan yang di maksud dalam penelitian ini adalah guru,

Sedangkan profesional adalah seseorang yang dituntut harus memiliki kepandaian

khusus. Jadi Kesiapan Menjadi Tenaga Kependidikan Yang Profesional adalah

kondisi siap seseorang atau invidu untuk berprofesi sebagai tenaga pendidik yang

prosesional.

Persiapan yang dilakukan oleh seseorang atau individu yang berhubungan

dengan profesinya adalah melalui jenjang pendidikan profesi. Tujuan pendidikan

profesi adalah untuk menyiapkan individu yang memiliki kemampuan atau

kecakapan di bidang profesinya sehingga ia dalam melakukan tugas dan fungsinya

dengan profesional.

Sesuai dengan pendapat Sudjana yang dikutip oleh usman (2002:14), yang

menyatakan bahwa : “ Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan mereka yang secara disiapkan untuk itu dan bukan

pekerjaan oleh mereka yang karena tidak dapat atau memperoleh pekerjaan

lainnya ”.

Dengan bertitik pada pernyataan tersebut, maka pengertian tenaga

profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih untuk memiliki kemampuan

dan keahlian khusus sesuai dengan profesinya.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

25

Jabatan atau profesi tenaga pendidik merupakan jabatan profesional yang

menghendaki tenaga pendidik bekerja secara profesional. Bekerja sebagai seorang

yang profesional berarti bekerja dengan keahlian, dan keahlian hanya dapat

diperoleh melalui pendidikan khusus.

Hal ini senada dengan Tabrani (1990:6), yang menyatakan bahwa “

Jabatan profesional adalah suatu jabatan yang harus melalui jenjang pendidikan

yang mempersiapkan dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan silap serta

keterampilan yang sesuai dengan bidang profesionalnya “.

Bentuk kesiapan yang harus dimiliki oleh para guru adalah pengetahuan,

sikap dan keterampilan di bidang pendidikan. Bentuk kesiapan tersebut

merupakan kemampuan untuk berkompetensi. Sesuai dengan pendapat Usman

(2004:14) yang menyatakan bahwa: “ Kompetensi guru merupakan kemampuan

dan kewenangan guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara

bertanggung jawab dan layak “.

Pengertian Kompetensi menurut Uno (2008:62) yaitu: “ Kompetensi dasar

adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di

bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian

selaras dengan bidang kerja yang bersangkutan “.

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan sekolah, namun kompetensi guru

tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan,

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

26

pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru sangar penting

sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dpat dijadikan sebagai

pedoman dalam rangka dan pengembangan tenaga kependidikan.

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.

Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk

penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan

masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,

peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan

pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.

2.4 Pendidikan dan Pelatihan Guru Profesional

Seiring dengan banyaknya berbagai macam pendidikan dan pelatihan (diklat)

yang ditawarkan untuk guru, dari guru taman kanak-kanak hingga guru sekolah

menengah yang diadakan oleh berbagai lembaga pendidikan, baik lembaga negeri

maupun swasta. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut seakan-akan berlomba-lomba

menyelenggarakan berbagai macam bentuk diklat. Hal ini seiring dengan adanya

sertifikasi guru yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 2006 yang salah

satu komponen utamanya menuntut adanya piagam diklat.

Yang terpenting faktor internal guru, yakni kemauan untuk menjadi

seorang professional yang masih kurang. kemalasan berinovasi, kemalasan

mengembangkan diri melalui autodidact dan riset aksi, serta rendahnya kompetisi

berprestasi semuanya itu menjadi sumber internal rendahnya profesionalisme

guru. Kebijakan sertifikasi yang memberikan peluang kepada guru untuk diakui

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

27

sebagai tenaga profesional melalui uji sertifikasi masih direspon keliru oleh guru.

Guru lebih tertarik mengakumulasi bukti sertifikat berbagai diklat peningkatan

profesionalisme guru yang pernah mereka ikuti guna mendongkrak nilai

portofolio mereka daripada menguasai materi diklatnya.

Guru yang sudah mengikuti diklat diharapkan mampu dan dapat

menghasilkan tujuan yang dicapai dan serta menjadi profil guru yang profesional

sebagai berikut :

1. Memahami landasan dan wawasan pendidikan, meliputi:

a. asas-asas pokok pendidikan.

b. aliran-aliran pendidikan.

c. teori belajar.

d. perkembangan peserta didik.

e. pendekatan sistem dalam pendidikan.

f. tujuan pendidikan nasional.

g. kebijakan-kebijakan pendidikan nasional.

h. kebijakan pendidikan lokal.

2. Menguasai materi pembelajaran yang menjadi spesifikasinya.

3. Menguasai pengelolaan pembelajaran.

4. Menguasai evaluasi pembelajaran.

5. Memiliki kepribadian, wawasan profesi dan pengembangannya.

Jadi kebanyakan pada sekarang ini guru mengikuti Pendidikan dan

Pelatihan bukan hanya berpacu kepada keprofesionalan seorang guru, tetapi

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

28

kebanyakan guru yang mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan hanya untu

mengejar sertifikasi guru yang sudah dimulai pada tahun 2006. Yang dimaksud

dengan sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.

Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional

guru. Guru Profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan

praktik pendidikan yang berkualitas.

Secara umum sertifikasi dimaksudkan meningkatkan kualitas pendidik

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Secara mendetail

sertifikasi guru bertujuan menentukan kalayakan guru dalam melaksanakan tugas

sebagai agen pembelajaran, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan,

meningkatkan martabat guru, dan mening-katkan profesionalitas guru. Adapun

manfaat sertifikasi guru adalah melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang

tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat

dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak professional

meningkatkan kesejahteraan guru.

Agar sertifikasi guru ini segera bisa diimplementasikan, maka pemerintah,

dalam hal ini Depatemen Pendidikan Nasional, menerbitkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi

Bagi Guru Dalam Jabatan. Guru dalam jabatan berarti guru yang secara resmi

telah mengajar pada suatu satuan pendidikan saat Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diberlakukan.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

29

Dalam pasal 2 Permendiknas tersebut di atas dipaparkan bahwa seritifikasi

guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi. Uji kompetensi

dilaksanakan dalam ben-tuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan

pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap

kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: 1. kualifikasi akademik, 2. pendidikan

dan pelatihan, 3. pengalaman mengajar, 4. perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, 5. penilaian dari atasan dan pengawas, 6. prestasi akademik, 7.

karya pengembangan profesi, 8. keikutsertaan dalam forum ilmiah, 9. pengalaman

organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan 10. penghargaan yang relevan

dengan bidang pendidikan.

Dari kesepuluh komponen portofolio di atas, salah satu komponen yang

memiliki peluang untuk ditambah adalah komponen pendidikan dan pelatihan.

Dengan semakin ber-tambahnya piagam diklat yang dimiliki oleh seorang guru,

semakin besar pula peluang untuk lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio.

Lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio tentu merupakan dambaan hampir

semua guru yang ada di negeri ini.

2.5 Peranan Pemerintah Dalam Profesionalisme Guru Di Indonesia

Guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional.

Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia

melalui pendidikan formal.Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita

semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif,

demokratis, dan berakhlak.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

30

Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya

kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar

terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik

talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni,

pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi

berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik

guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru,

pemberian tunjangan guru, penghargaan, dan perlindungan guru.

Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman

profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen

portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru.

Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan

dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.

2.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian yang digunakan dalam menentukan langkah-

langkah berikutnya dalam penelitian. Anggapan dasar adalah suatu titik tolak

pemikiran yang menjadi landasan dari suatu penelitian masalah.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

31

Penulis mengambil anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Program Pendidikan dan Latihan mengajar merupakan suatu proses

pembinaan tenaga kependidikan untuk terbentuknya tenaga kependidikan

yang lebih mempunyai nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan yang

diperlukan untuk menjadi pendidik yang profesional.

b. Tingkat kesiapan menjadi tenaga kependidikan yang profesional

dipengaruhi oleh penguasaan kompetensi atau kemampuan yang

dimilikinya.

c. Tenaga kependidikan adalah suatu jabatan profesional yang harus melalui

jenjang pendidikan yang mempersiapkan denga bekal pengetahuan, nilai-

nilai dan sikap serta keterampilan sesuai dengan bidang profesionalnya

2.7 Asumsi

Asumsi merupakan anggapan dasar seperti menurut Winarto Surakhmad

(1979:79) ” Anggapan dasar ialah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima

penyelidik.”

Dalam hal ini penulis mengambil beberapa asumsi, yaitu :

guru merupakan individu yang mempunyai beragam karakternya masing-

masing, Sehingga, setiap guru memiliki persepsi yang berbeda terhadap

Pendidikan dan Pelatihan Guru.

Persepsi yang muncul dari setiap guru mengenai kegiatan ini dipengaruhi

oleh Profesionalisme seorang guru.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pts_043679_chapter2(1).pdff. Keyakinan dan arti yang dimiliki indiidu tentang objek tersebut akan mempengaruhi

32

Adanya perbedaan persepsi memberikan pengaruh terhadap Guru yang

sudah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dan yang belum mengikuti.

2.8 Hipotesis Penelitian

Arikunto (2002:64) menyatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Adanya Pengaruh yang Signifikan antara Pendidikan dan Pelatihan

terhadap Profesionalisme Guru di SMK Negeri 5 Bandung”.