kementerian perhubungan direktorat jenderal...

14
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 JAKARTA-10110 TEL. : 3811308,3505006,3813269,3447017 3842440 Pst. : 4213,4227,4209,4135 TLX : 3844492,3458540 Fax : 3811786,3845430,3507576 SURAT EDARAN Nomor: (Jiff, C&5>/3 A? TENTANG KEWAJIBAN UNTUK MENGOPERASIKAN SISTEM ALARM JAGA NAVIGASI ANJUNGAN (BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS)) 1. Kapal berbendera Indonesia yang mengikuti peraturan Safety Of Life At Sea V/19.2.2 dan sesuai dengan resolusi International Maritime Organization MSC.282(86) termasuk kapal barang dengan GT 150 (seratus lima puluh Gross Tonnage) keatas dan kapal penumpang semua ukuran yang berlayar ke luar negeri (daerah pelayaran Internasional), wajib memiliki dan menggunakan BNWAS dengan ketentuan sebagai berikut: a. kapal barang dengan ukuran GT 150 (seratus lima puluh Gross Tonnage) keatas dan seluruh kapal penumpang yang dibangun pada atau setelah tanggal 1 Juli 2011; b. kapal penumpang tanpa batasan ukuran, yang dibangun sebelum tanggal 1 Juli 2011, mulai diberlakukan pada tanggal yang tidak melebihi tanggal pemeriksaan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2012; c. kapal barang GT 3000 (tiga ribu Gross Tonnage) keatas yang dibangun sebelum tanggal 1 Juli 2011, mulai diberlakukan pada tanggal tidak melebihi tanggal pemeriksaan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2012; d. kapal barang dengan GT 500 (lima ratus puluh Gross Tonnage) keatas namun kurang dari GT 3000 (tiga ribu Gross Tonnage) dan dibangun sebelum 1 Juli 2011, mulai diberlakukan pada tanggal tidak melebihi tanggal pemeriksaan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2013; e. kapal barang dengan GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) keatas namun kurang dari GT 3000 (tiga ribu Gross Tonnage) dan dibangun sebelum 1 Juli 2011, mulai diberlakukan pada tanggal tidak melebihi tanggal pemeriksaan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2014; /f. Sistem Model Takah 02 "Mentaati Pvtatwian fPdaywum 3$vtwtti Mctulufuuu) Jexciptanya 3ia>damatan Sl&dayxvi"

Upload: duonghanh

Post on 20-Jun-2019

295 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT J E N D E R A L PERHUBUNGAN LAUT

GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8

JAKARTA-10110

TEL. : 3811308,3505006,3813269,3447017 3842440

Pst. : 4213,4227,4209,4135

TLX : 3844492,3458540

Fax : 3811786,3845430,3507576

S U R A T E D A R A N Nomor: (Jiff, C&5>/3 A?

TENTANG

KEWAJIBAN UNTUK MENGOPERASIKAN S ISTEM ALARM JAGA NAVIGASI ANJUNGAN

(BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS))

1. Kapal berbendera Indonesia yang meng ikut i peraturan Safety Of Life At Sea V/19.2.2 dan sesuai dengan resolusi International Maritime Organization MSC.282(86) termasuk kapal barang dengan GT 150 (seratus l ima p u l u h Gross Tonnage) keatas dan kapal penumpang semua u k u r a n yang berlayar ke luar negeri (daerah pelayaran Internasional), wajib memi l ik i dan menggunakan BNWAS dengan ketentuan sebagai ber ikut :

a. kapal barang dengan u k u r a n GT 150 (seratus l ima p u l u h Gross Tonnage) keatas dan se luruh kapal penumpang yang d ibangun pada atau setelah tanggal 1 J u l i 2011 ;

b. kapal penumpang tanpa batasan u k u r a n , yang d ibangun sebelum tanggal 1 J u l i 2011 , mu la i d iber lakukan pada tanggal yang t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2012;

c. kapal barang GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage) keatas yang d ibangun sebelum tanggal 1 J u l i 2011 , mu la i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2012;

d. kapal barang dengan GT 500 (lima ratus p u l u h Gross Tonnage) keatas n a m u n kurang dar i GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage) dan d ibangun sebelum 1 J u l i 2011 , mula i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2013;

e. kapal barang dengan GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) keatas n a m u n kurang dar i GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage) dan dibangun sebelum 1 J u l i 2011 , mu la i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2014;

/f. Sistem

Model Takah 02 "Mentaati Pvtatwian fPdaywum 3$vtwtti Mctulufuuu) Jexciptanya 3ia>damatan Sl&dayxvi"

f. Sistem A larm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS) h a m s dioperasikan pada saat kapal berlayar.

2. Kapal berbendera Indonesia yang meng ikut i Standar Kapal Non-Konvensi Berbendera Indonesia dan hanya berlayar d i wi layah perairan Indonesia, kecual i bagi kapal yang d ibangun secara tradis ional , kapal kayu, kapal t idak berawak, dan kapal yang d ikemud ikan secara manua l secara terus menerus dengan t idak di lengkapi kemud i otomatis, wajib menggunakan BNWAS dengan ketentuan sebagai ber ikut :

a. kapal barang dengan u k u r a n GT 150 (seratus l ima p u l u h Gross Tonnage) keatas dan se luruh kapal penumpang yang d ibangun pada a tau setelah tanggal 1 J u l i 2016;

b. kapal penumpang tanpa batasan u k u r a n , yang d ibangun sebelum tanggal 1 J u l i 2016, mu la i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2017;

c. kapal barang GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage) keatas yang d ibangun sebelum tanggal 1 J u l i 2016, mu la i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2017;

d. kapal barang dengan GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) keatas n a m u n kurang dar i GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage^ dan d ibangun sebelum 1 J u l i 2016, mu la i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2018;

e. kapal barang dengan GT 500 keatas n a m u n kurang dar i GT 3000 (tiga r i b u Gross Tonnage) dan d ibangun sebelum 1 J u l i 2016, mu l a i d iber lakukan pada tanggal t idak melebihi tanggal pemeriksaan yang d i l akukan setelah tanggal 1 J u l i 2019.

f. Sistem A larm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS) harus dioperasikan pada saat kapal berlayar.

3. Lebih lan jut u n t u k mengingatkan kembal i persyaratan resolusi IMO No. MSC. 128(75) tentang Rekomendasi Standar Kinerja Sistem A larm Jaga Navigasi Anjungan (Recommendation On Performance Standards For A Bridge Navigational Watch Alarm System (BNWAS)), dapat d i ingatkan kembal i bahwa BNWAS yang diperbolehkan d igunakan dikapal berbendera Indonesia harus memenuhi Standar Kinerja tersebut sebagaimana te rcantum pada Lampiran I yang merupakan bagian t idak terpisahkan dar i surat edaran Dirjen i n i .

4. Surat Edaran IMO No. MSC. 1 /Circ. 1474 yang menjelaskan Pedoman tentang Fungsi Otomatis Sistem A larm Jaga Navigasi Anjungan (Guidance On The Bridge Navigational Watch Alarm System (BNWAS)) d i tetapkan sebagai revisi terhadap Standar Kinerja BNWAS pada resolusi IMO No.MSC. 128(75) terkai t fungsi otomatis sebagaimana sebagaimana te rcantum pada Lampiran I I yang merupakan bagian t idak terp isahkan dar i surat edaran Dirjen i n i .

/5. Demik ian

5. Demikian disampaikan, u n t u k menjadi perhat ian dalam pelaksanaannya.

Ditetapkan d i : J A K A R T A pada tanggal : |Q J a n u a r i 2 0 1 6

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

Ci tp t . B O B B Y R. M A M A H I T Pembina Utama (IV/e)

NIP. 19560912 198503 1 002

Lampiran Nomor Tanggal

Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut : Uftl.&oZ / % /17/PJPL-.

RESOLUTION MSC.128(75)

RECOMMENDATION ON PERFORMANCE STANDARDS FOR A BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS)

1 SCOPE

The purpose of a bridge navigational watch alarm system (BNWAS) is to monitor bridge activity and detect operator disability which could lead to marine accidents. The system monitors the awareness of the Officer of the Watch (OOW) and automatically alerts the Master or another qualified OOW if for any reason the OOW becomes incapable of performing the OOWs duties. This purpose is achieved by a series of indications and alarms to alert first the OOW and, if he is not responding, then to alert the Master or another qualified OOW. Additionally, the BNWAS may provide the OOW with a means of calling for immediate assistance if required. The BNWAS should be operational whenever the ship's heading or track control system is engaged, unless inhibited by the Master.

REFERENCES

• IMO resolution A.830(19) Code on alarms and indicators

• IMO MSC/Circ.982 Guidelines on Ergonomic Criteria for Bridge Equipment and Layout

• IMO resolution A.694(17) General Requirements1 for shipborne radio equipment forming part of the Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) and for Electronic Navigational Aids

RESOLUSI MSC.128(75)

REKOMENDASI STANDAR KINERJA SISTEM ALARM JAGA NAVIGASI ANJUNGAN (BNWAS)

1 TUJUAN

Kegunaan Sistem Alarm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS) adalah untuk memonitor aktifitas dianjungan dan mendeteksi ketidakberfungsinya pengguna yang dapat mengakibatkan kecelakaan laut. Sistem memantau kesigapan Perwira Jaga (OOW) dan secara otomatis memberikan informasi kepada Nakhoda ataupun Perwira Jaga lainnya jika dikarenakan suatu hal Perwira Jaga yang sedang bertugas tidak dapat melaksanakan tugasnya. Kegunaan ini dicapai dengan urutan indikasi dan alarm yang akan menyiagakan Nakhoda atau Perwira Jaga lainnya. Sebagai tambahan, BNWAS dapat memberikan Perwira Jaga cara untuk meminta tolong apabila bantuan segera dibutuhkan. BNWAS harus dioperasikan pada saat sistem kendali haluan atau lintasan digunakan (Kemudi otomatis), kecuali dihadiri Nakhoda.

2 REFERENSI

• Resolusi IMO A.830(19) Kode alarm dan indikator

MSC IMO /Circ.982 Pedoman tentang Kriteria Ergonomis untuk Tata Letak dan Peralatan di Anjungan

Resolusi IMO A.694(17) Persyaratan Umum 1 untuk Peralatan radio diatas kapal sebagai bagian dari Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) dan untuk Alat Bantu Navigasi

3 DEFINITIONS

Bridge - Wheelhouse and bridge wings

4 OPERATIONAL REQUIREMENTS

4.1 Functionality

4.1.1 Operational modes

4.1.1.1 The BNWAS should incorporate the following operational modes:

• Automatic (Automatically brought into operation whenever the ship.s heading or track control system is activated and inhibited when this system is not activated)

• Manual ON (In operation constantly)

• Manual OFF (Does not operate under any circumstances)

4.1.2 Operational sequence of indications and alarms

4.1.2.1 Once operational, the alarm system should remain dormant for a period of between 3 and 12 min (Td).

4.1.2.2 At the end of this dormant period, the alarm system should initiate a visual indication on the bridge.

4.1.2.3 If not reset, the BNWAS should additionally sound a first stage audible alarm on the bridge 15 s after the visual indication is initiated.

4.1.2.4 If not reset, the BNWAS should additionally sound a second stage remote audible alarm in the back­up officer's and/or Master's location 15 s after the first stage audible alarm is initiated.

Elektronika.

3 DEFINSI

Anjungan - Ruang-kemudi dan sayap anjungan

4 PERSYARATAN PENGOPERASIAN

4.1 Fungsi

4.1.1 Operational modes

4.1.1.1 BNWAS harus dikombinasikan dengan mode operasi berikut:

• Otomatis (Secara otomatis beroperasi saat sistem kendali haluan atau lintasan (kemudi otomatis) aktif dan tidak dihadiri saat sistem tidak aktif)

• Aktif secara manual (Dioperasikan secara konstan)

• Mati secara manual (Tidak beroperasi dalam kondisi tertentu)

4.1.2 Urutan operasi akan indikasi dan alaram

4.1.2.1 Pada beroperasi, sistem alaram harus tetap hening untuk periode antara 3 dan 12 menit (Td).

4.1.2.2 Pada akhir periode hening, sistem alaram harus mengaktifkan indikasi visual di anjungan.

4.1.2.3 Jika tidak di reset, BNWAS harus sebagai tambahan mengeluarkan suara bunyi alaram tahap pertama 15 detik setelah indikasi visual jika dihidupkan.

4.1.2.4 Jika tidak direset, If not reset, BNWAS harus sebagai tambahan mengeluarkan suara bunyi alaram tahap kedua pada lokasi perwira jaga pengganti dan/atau Nakhoda 15 detik setelah bunyi alaram pertama dihidupkan.

4.1.2.5 If not reset, the BNWAS should additionally sound a third stage remote audible alarm at the locations of further crew members capable of taking corrective actions 90 s after the second stage remote audible alarm is initiated.

4.1.2.6 In vessels other than passenger vessels, the second or third stage remote audible alarms may sound in all the above locations at the same time. If the second stage audible alarm is sounded in this way, the third stage alarm may be omitted.

4.1.2.7 In larger vessels, the delay between the second and third stage alarms may be set to a longer value on installation, up to a maximum of 3 min, to allow sufficient time for the back-up officer and/or Master to reach the bridge.

4.1.3 Reset function

4.1.3.1 It should not be possible to initiate the reset function or cancel any audible alarm from any device, equipment or system not physically located in areas of the bridge providing proper look out.

4.1.3.2 The reset function should, by a single operator action, cancel the visual indication and all audible alarms and initiate a further dormant period. If the reset function is activated before the end of the dormant period, the period should be re-initiated to run for its full duration from the time of the reset.

4.1.2.5 Jika tidak direset, If not reset, BNWAS harus sebagai tambahan mengeluarkan suara bunyi alaram tahap ketiga pada lokasi awak kapal lainnya yang dapat melakukan tindakan perbaikan 90 detik setelah bunyi alaram kedua dihidupkan.

4.1.2.6 Pada kapal-kapal selain kapal-kapal penumpang, bunyi alaram tahap kedua atau ketiga dapat berbunyi pada semua lokasi diatas pada saat yang bersamaan. Jika bunyi alaram tahap kedua berbunyi dengan cara ini, bunyi alaram tahap ketiga dapat ditiadakan.

4.1.2.7 Pada kapal yang lebih besar, jarak antara alaram tahap kedua dan ketiga dapat disiapkan dengan nilai yang lebih panjang pada saat pemasangan, maksimum hingga 3 menit, untuk memberikan waktu yang cukup kepada perwira jaga pengganti dan/atau Nakhoda untuk mencapai anjungan.

4.1.3 Fungsi reset

4.1.3.1 Pengaktifan fungsi reset yang dilakukan dengan alat, peralatan atau sistem apapun yang tidak secara fisik dilokasi anjungan dimana dapat melakukan pengamatan secara baik harus tidak dapat dilakukan.

4.1.3.2 Fungsi reset harus, dengan aksi tunggal petugas pengoperasi harus, membatalkan indikasi visual dan semua alaram yang berbunyi dan memulai periode hening. Jika fungsi reset diaktifkan sebelum akhir dari periode hening, periode harus diinisiasi ulang untuk menjalankan durasi lengkapnya dimulai dari saat reset diaktifkan.

4.1.3.3 To initiate the reset function, an input representing a single

4.1.3.3 Untuk menginisiasikan fungsi reset, diperlukan masukkan yang

operator action by the OOW is required. This input may be generated by reset devices forming an integral part of the BNWAS or by external inputs from other equipment capable of registering physical activity and mental alertness of the OOW.

4.1.3.4 A continuous activation of any reset device should not prolong the dormant period or cause a suppression of the sequence of indications and alarms.

4.1.4 Emergency call facility

Means may be provided on the bridge to immediately activate the second, and subsequently third, stage remote audible alarms by means of an "Emergency Call" push button or similar.

4.2 Accuracy

The alarm system should be capable of achieving the timings stated in section 4.1.2 with an accuracy of 5% or 5 s, whichever is less, under all environmental conditions.

4.3 Security

The means of selecting the Operational Mode and the duration of the Dormant Period (Td) should be security protected so that access to these controls should be restricted to the Master only.

4.4 Malfunctions, alarms and indications

4.4.1 Malfunction

If a malfunction of, or power supply failure to, the BNWAS is detected, this should be indicated. Means shall be provided to allow the repeat of this indication on a central alarm

menunjukkan sebagai aksi tunggal petugas pengoperasi oleh Perwira Jaga. Masukkan ini dapat dihasilkan dengan alat pe-reset yang terbentuk sebagai bagian menyatu dari BNWAS atau dengan masukkan terpisah dari peralatan lain yang dapat menunjukkan aktifitas fisik dan kesiagaan dari Perwira Jaga.

4.1.3.4 Pengaktifan peralatan reset secara terus menerus tidak boleh memperpanjang periode waktu hening atau menyebabkan penahanan terhadap urutan indikasi dan alaram.

4.1.4 Fasilitas pemanggilan darurat

Kegunaan ini dapat disediakan di anjungan untuk mengaktifkan lebih awal tahap bunyi alaram kedua dan kemudian ketiga dengan cara menekan tombol "Pemanggilan darurat" atau yang seperti itu.

4.2 Akurasi

Sistem alaram harus dapat dicapai untuk waktu sebagaimana dijelaskan pada seksi 4.1.2 dengan akurasi 5% atau 5 detik, yang lebih sedikit, dalam semua kondisi.

4.3 Keamanan

Kegunaan memilih Mode Operasi dan durasi Periode Hening (Td) harus terlindung dan aman sehingga akses untuk merubah hanya diberikan kepada Nakhoda.

4.4 Ketidak-berfungsian, indikasi

alaram dan

4.4.1 Ketidak-berfungsian

Jika ketidak-berfungsian karena atau kegagalan suplai sumber energy untuk BNWAS terdeteksi, hal ini harus dapat didindikasikan. Sebuah alat yang memberikan

panel if fitted.

5 ERGONOMIC CRITERIA

5.1 Operational controls

5.1.1 A protected means of selecting the operational mode of the BNWAS.

5.1.2 A protected means of selecting the duration of the dormant period of the BNWAS.

5.1.3 A means of activating the "Emergency Call" function if this facility is incorporated within the BNWAS.

5.1.4 Reset facilities

Means of activating the reset function should only be available in positions on the bridge giving proper look out and preferably adjacent to visual indications. Means of activating the reset function should be easily accessible from the conning position, the workstation for navigating and manoeuvring, the workstation for monitoring and the bridge wings.

5.2 Presentation of information

5.2.1 Operational mode The operational mode of the equipment should be indicated to the OOW.

5.2.2 Visual indications

The visual indication initiated at the end of the dormant period should take the form of a flashing indication. Flashing indications should be visible from all operational positions on the bridge where the OOW may reasonably be expected to be stationed. The colour of the indication(s) should be chosen so as not to impair night vision and

indikasi berulang untuk mengetahui hal tersebut pada panel alaram utama jika terpasang.

5 KRITERIA ERGONOMIS

5.1 Kendali operasi

5.1.1 Alat terlindung untuk memilih mode operasi BNWAS.

5.1.2 Alat terlindung untuk memilih durasi periode hening BNWAS.

5.1.3 Alat untuk mengaktifkan fungsi "Panggilan Darurat" jika fasilitas ini terhubung dengan BNWAS.

5.1.4 Fasilitas reset

Alat untuk mengaktifkan fungsi reset harus ada di anjungan yang memberikan pengamatan yang baik dan akan lebih baik sejalan dengan indikasi visual. Alatuntuk mengaktifkan fungsi reset harus dapat diakses dengan mudah posisi berdiri, stasiun kerja untuk bernavigasi dan berolah-gerak, stasiun kerja untuk memonitor dan sayap anjungan.

5.2 Informasi presentasi

5.2.1 Mode operasi Mode operasi dari peralatan harus diindikasikan kepada Perwira Jaga.

5.2.2 Indikasi visual

Indikasi visual yang dimulai pada akhir periode hening harus dalam bentuk indikasi berkelap-kelip. Indikasi berkelap-kelip harus dapat dilihat dari segala posisi operasi di anjungan dimana Perwira Jaga dapat dimungkinkan berdiri. Warna indikasi harus dipilih sehingga tidak menggaggu pengamatan malam dan fasilitas mengecilkan cahaya

dimming facilities (although not to extinction) should be incorporated.

(walaupun tidak sampai padam) harus disediakan.

5.2.3 First stage bridge audible alarm

The first stage audible alarm which sounds on the bridge at the end of the visual indication period should have its own characteristic tone or modulation intended to alert, but not to startle, the OOW. This alarm should be audible from all operational positions on the bridge where the OOW may reasonably be expected to be stationed. This function may be engineered using one or more sounding devices. Tone/modulation characteristics and volume level should be selectable during commissioning of the system.

5.2.4 Second and third stage remote audible alarm

The remote audible alarm which sounds in the locations of the Master, officers and further crew members capable of taking corrective action at the end of the bridge audible alarm period should be easily identifiable by its sound and should indicate urgency. The volume of this alarm should be sufficient for it to be heard throughout the locations above and to wake sleeping persons.

6 DESIGN AND INSTALLATION

6.1 General

The equipment should comply with IMO resolutions A.694(17), A.813(19), their associated international standards3 and MSC/Circ.982 regarding Guidelines for Ergonomic Criteria for Bridge Equipment and Layout.

5.2.3 Bunyi alaram anjungan tahap pertama

Bunyi suara tahap pertama yang memberikan suara di anjungan pada akhir periode indikasi visual harus memiliki karaktersitik suara tersendiri atau modulasi yang diinginkan untuk meberikan kesiagaan, tetapi tidak untuk mengejutkan Perwira Jaga. Alaram ini harus dapat terdengar dari segala posisi operasi di anjungan dimana Perwira Jaga dimungkinkan berdiri. Fungsi ini dapat dirancang menggunakan satu atau lebih alat pembunyi. Karakter nada/modulasi dan tingkat kekerasan suara harus dapat dipilih pada saat pemasangan sistem.

5.2.4 Bunyi alaram tahap kedua dan ketiga

Bunyi alaram yang berbunyi dilokasi Nakhoda, perwira dan anggota awak kapal lainnya yang dapat membuat aksi koreksi pada akhir periode bunyi alaram anjungan harus dapat diidentifikasi dengan mudah dari suaranya dan harus mengindikasikan kedaruratan. Volume alaram ini harus cukup untu dapat didengar dari segala lokasi diatas dan dapat membangunkan orang yang tertidur.

6 RANCANGAN DAN INSTALASI

6.1 Umum

Peralatan ini harus memenuhi persyaratan resolusi IMO A.694(17), A.813(19), standar internasional terkait dan MSC/Circ.982 tentang Pedoman kriteria Ergonomis untuk Peralatan Anjungan dan Tata-letak.

6.2 Specific requirements

6.2.1 System physical integrity All items of equipment forming part of the BNWAS should be tamper-proof so that no member of the crew may interfere with the system's operation.

6.2.2 Reset devices

Reset devices should be designed and installed so as to minimise the possibility of their operation by any means other than activation by the OOW. Reset devices should all be of a uniform design and should be illuminated for identification at night.

6.2.3 Alternative reset arrangements may be incorporated to initiate the reset function from other equipment on the bridge capable of registering operator actions in positions giving proper look out.

6.3 Power supply

The BNWAS should be powered from the ship's main power supply. The malfunction indication, and all elements of the Emergency Call facility, if incorporated, should be powered from a battery maintained supply.

7 INTERFACING

7.1 Inputs

Inputs should be available for additional reset devices or for connection to bridge equipment capable of generating a reset signal by contacts, equivalent circuits or serial data.

6.2 Persyaratan Spesifik

6.2.1 Integritas fisik sistem Semua bagian dari peralatan yang membentuk BNWAS harus tahan benturan sehingga tidak ada awak kapal yang dapat mengganggu operasi sistem.

6.2.2 Peralatan reset

Peralatan reset harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk meminimalkan kemungkinan pengoperasiannya dengan suatu alat selain yang diaktidkan oleh Perwira Jaga. Alat reset harus dalam bentuk yang seragam dan harus diberikan penerangan untuk identifikasi dimalam hari.

6.2.3 Tata susunan reset pengganti dapat dihubungi untuk memulai fungsi reset dari peralatan lain dianjungan yang dapat mengetahui aksi pengoperasi di posisi dimana penagamatan yang baik dilaksanakan.

6.3 Suplai sumber tenaga

BNWAS harus memiliki sumber tenaga yang bberasal dari suplai utama kapal. Indikasi ketidak-berfungsian, dan semua elemen dari fasilitas Pemanggilan Darurat, jika dihubungkan, harus mendapatkan tenaga dari suplai baterei yang terjaga.

7 KESEPADANAN

7.1 Masukkan

Masukkan harus ada untuk alat reset tambahan atau untuk hubungan ke peralatan anjungan yang dapat menyebabkan tanda reset dengan kontak, sirkuit yang setingkat atau data urutan.

7.2 Hasil 7.2 Outputs

Output(s) should be available for connection of additional bridge visual indications and audible alarms and remote audible alarms.

Hasil harus ada untuk hubungan indikasi visual anjungan tambahan dan bunyi alarm dan bunyi alarm terkendali.

A l a r m sequence without acknowledgements

TTsard SSSK remote alarm \ -\_ _

First Stage tasge rodible alara: |

Vsual L a i ; anon I I

| I I I j I I ! | • Td Td - Td - Td * mmutes

0.25 0.5 2.0

(Td = Selected Doraiast Period)

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

^embina Utama (IV/e) NIP. 19560912 198503 1 002

Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : ljm„0<S>*, / / < f / # f P L _ /£, Tanggal /g 'jCLn^arrtZ

MSC. 1/Circ. 1474 23 May 2014

GUIDANCE ON THE BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS) AUTO FUNCTION

1. The Maritime Safety Committee, at its ninety-third session (14 to 23 May 2014), with a view to providing more specific guidance on the automatic function specified in resolution MSC. 128(75) - Performance standards for a bridge navigational watch alarm system (BNWAS), approved the guidance, prepared by the Sub-Committee on Safety of Navigation at its fifty-ninth session (2 to 6 September 2013), as set out in the annex.

2. Member Governments are invited to use the guidance as an interim measure until such time as the performance standards can be reviewed and revised and, furthermore, bring this guidance to the attention of all parties concerned.

MSC.1/Circ.1474 23 Mei 2014

PEDOMAN TENTANG FUNGSI OTOMATIS SISTEM ALARM JAGA NAVIGASI DI ANJUNGAN (BNWAS)

1. Komite Keselamatan Maritim, pada sidang ke sembilan puluh tiga (14 s/d 23 Mei 2014), dengan tujuan untuk memberikan pedoman yang lebih spesifik terhadap fungsi otomatis sebagaimana dijelaskan pada resolusi MSC. 128(75) -Standar Kinerja untuk Sistem Alarm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS), menyepakati pedoman yang disiapkan oleh Sub_Komite Keselamatan Navigasi pada sidangnya yang ke lima puluh Sembilan (2 s/d 6 September 2013), sebagaimana terlampir.

2. Negara-negara anggota diminta untuk menggunakan pedoman sebagai tindakan sementara hingga standar kinerja dapat di tinjau ulang untuk direvisi dan menyampaikan pedoman ini lebih lanjut untuk menjadi perhatian seluruh pihak terkait.

ANNEX LAMPIRAN

MSC.1/Circ.1474 23 May 2014

GUIDANCE ON THE BRIDGE NAVIGATIONAL WATCH ALARM SYSTEM (BNWAS) AUTO FUNCTION

1. SOLAS regulation V/19.2.2.3 requires the provision of a Bridge Navigational Watch Alarm System (BNWAS), which shall be in operation whenever the ship is under way at sea, whilst SOLAS regulation V/18 requires BNWAS to conform to appropriate performance standards not inferior to those adopted by the Organization (i.e. resolution MSC.128(75)).

2. Resolution MSC. 128(75) Performance standards for a bridge navigational watch alarm system (BNWAS), section 4.1.1.1 states that "the BNWAS should incorporate the following operational modes:

• Automatic (Automatically brought into operation whenever the ships heading or track control system is activated and inhibited when this system is not activated)

• Manual ON (In operation constantly)

• Manual OFF (Does not operate under any circumstances)".

3. At the fifty-fifth session of the NAV Sub-Committee, concerns were raised with respect to the use of the Automatic mode and NAV 55 concluded that the Automatic mode of the performance standard was therefore not usable on a ship compliant with the SOLAS Convention. It was considered that it would not be possible to change the performance standards before the date at which the carriage requirements came into force (1 July 2011). In order to conform with the

MSC. 1/Circ. 1474 23 Mei 2014

PEDOMAN TENTANG FUNGSI OTOMATIS SISTEM ALARM JAGA NAVIGASI ANJUNGAN (BNWAS)

1. Peraturan SOLAS V/19.2.2.3 mensyaratkan Standar Kinerja untuk Sistem Alarm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS), yang harus beroperasi saat kapal berlayar dilaut, dimana peraturan SOLAS V/18 mensyaratkan BNWAS agar memenuhi standar kinerja yang tepat tidak lebih rendah dari yang telah ditetapkan oleh Organisasi (IMO) (seperti resolusi MSC.128(75)).

2. Resolusi MSC.128(75) - Standar Kinerja Sistem Alarm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS), seksi 4.1.1.1 menyatakan bahwa "BNWAS harus dapat bekerja dengan mode operasi sebagai berikut:

• Otomatis (secara otomatis beroperasi saat haluan kapal atau sistem kendali jalur diaktifkan dan berhenti saat sistem tidak sedang aktif).

• Dihidupkan secara manual (Beroperasi secara terus menerus).

• Dimatikan secara manual (Tidak berfungsi dalam keadaan tertentu)".

3. Pada sidang ke lima puluh lima Sub-Komite NAV, perhatian muncul terkait Penggunaan mode otomatis dan NAV 55 menyimpulkan bahwa mode otomatis dari standar kinerja tidak digunakan untuk kapal yang memenuhi Konvensi SOLAS. Hal ini dianggap bahwa tidak mungkin merubah standar kinerja sebelum tanggal dimana persyaratan pengangkutan mulai diberlakukan (1 Juli 2011). Dalam rangka untuk menyamakan dengan standar kinerja, untuk itu, peralatan meliputi

performance standards, therefore, equipment would include the Automatic mode, despite that this operational mode should not be used on ships which are subject to the SOLAS Convention.

4. From the operational point of view, automatic interface with activation of the ship's heading or track control system (HCS/TCS) is a superfluous function because SOLAS regulation V/19.2.2.3 requires the BNWAS to be in operation whenever the ship is under way at sea. This creates an inconsistency between SOLAS regulation V/19.2.2.3 and the "Automatic mode" provisions in the performance standard. In addition, from the technical point of view, it is noted that this issue is also addressed in the "note" to section 3.1.1 of IEC 62616:2010 - Maritime navigation and radio communication equipment and systems - Bridge navigational watch alarm system (BNWAS), which states: "NOTE: The Automatic mode is not suitable for use on a ship conforming with regulation SOLAS V/19.2.2.3 which requires the BNWAS to be in operation whenever the ship is underway at sea".

Accordingly, as an interim measure and pending a revision of the Performance standards for a bridge navigational watch alarm system (BNWAS) - (resolution MSC. 128(75)), the automatic operational mode, if it is available, should not be used.

mode otomatis, selain daripada itu mode operasi ini tidak boleh digunakan diatas kapal yang memenuhi persyaratan Konvensi SOLAS.

Dari sudut pandang pengoperasian, hubungan antara pengaktifan sistem kendali haluan atau jalur kapal (HSC/TCS) adalah fungsi yang berlebihan karena peraturan SOLAS V/19.2.2.3 mensyaratkan BNWAS beroperasi ketika kapal melakukan pelayaran dilaut. Hal ini menyebabkan inkonsistensi antara peraturan SOLAS V/19.2.2.3 dan persyaratan "Mode otomatis" sebagai standar kinerja. Sebagai tambahan, dari cara pandang teknis, permasalahan ini juga telah disampaikan pada "catatan" pada seksi 3.1.1 IEC 62616:2010 -Maritime navigation and radio communication equipment and systems - Bridge navigational watch alarm system (BNWAS), yang menyatakan: "CATATAN: Mode otomatis tidak cocok untuk digunakan pada kapal yang menerapkan SOLAS regulasi V/19.2.2.3 yang mensyaratkan BNWAS digunakan pada saat kapal berlayar".

Menyesuaikan dengan hal tersebut, sebagai tindakan sementara dan penundaan revisi Standar Kinerja untuk Sistem Alarm Jaga Navigasi Anjungan (BNWAS) - (resolusi MSC.128(75)), apabila memiliki mode otomatis, agar tidak digunakan.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

BOBBY R. MAMAHIT 34mbina Utama (IV/e)

NIP1 19560912 198503 1 002