bab ii landasan teori · 7 bab ii landasan teori 2.1.prosedur 2.1.1. pengertian prosedur menurut...

26
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Prosedur 2.1.1. Pengertian Prosedur Menurut Susanto (2007:263) mengemukakan bahwa “Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama”. Menurut Nuraida (2008:35) menyimpulkan bahwa prosedur merupakan: 1. Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas yang akan datang. 2. Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. 3. Pedoman untuk bertindak. Menurut Maryati (2008:43) mengemukakan bahwa “Prosedur adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau urutan-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.” Menurut Allen dalam Solihin (2009:71) mengemukakan bahwa “Prosedur (procedures) merupakan metode atau cara yang baku untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.”

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Prosedur

2.1.1. Pengertian Prosedur

Menurut Susanto (2007:263) mengemukakan bahwa “Prosedur adalah

rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara

yang sama”.

Menurut Nuraida (2008:35) menyimpulkan bahwa prosedur merupakan:

1. Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas yang akan

datang.

2. Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Pedoman untuk bertindak.

Menurut Maryati (2008:43) mengemukakan bahwa “Prosedur adalah

serangkaian dari tahapan-tahapan atau urutan-urutan dari langkah-langkah yang

saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.”

Menurut Allen dalam Solihin (2009:71) mengemukakan bahwa “Prosedur

(procedures) merupakan metode atau cara yang baku untuk melaksanakan pekerjaan

tertentu.”

8

Menurut George R. Terry dalam Umam (2014:151) mengatakan “likewise a

procedure can be considered as a series of selected clerical steps, usually

perfomed by more than one person. Which constitue an estabilish and

accepted way of carrying on an majoe of office activity” (prosedur dapat

diartikan sebagai serangkaian tahapan pekerjaan kertas terpilih, biasanya

dikerjakan oleh lebih dari satu orang yang merupakan cara-cara yang

ditentukan dalam mengadakan keseluruhan fase utama dari aktifitas kantor).”

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

prosedur adalah serangkaian cara, proses ataupun pedoman suatu pekerjaan yang

harus dilaksanakan oleh seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan kebijakan perusahaan.

2.2. Administrasi

2.2.1. Pengertian Administrasi

Menurut Dewi (2011:4) mengemukakan bahwa “Secara luas, administrasi

merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan cara yang efisien dalam

mencapai tujuan sebelumnya.”

Menurut Van der Schroeff dalam Dewi (2011:3) mengemukakan bahwa

“Administrasi merupakan seluruh himpunan catatan-catatan mengenai perusahaan

dan peristiwa-peristiwa perusahaan untuk keperluan pimpinan dan penyelenggaraan

perusahaan.”

Menurut Siagian (2011:6) mendefinisikan bahwa “Administrasi sebagai

keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan

atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

9

Menurut Siagian (2014:4) mengemukakan bahwa “Administrasi ialah

keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan

diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.”

Menurut Umam (2014:13) mengemukakan bahwa “Secara etimologi,

administrasi berasal dari kata ad dan ministrate yang berarti melayani,

membantu, memenuhi, melaksanakan, menerapkan, mengendalikan,

menyelenggarakan, mengarahkan, menghasilgunakan, mengelola, mengatur,

mengurus, mengusahakan, mendayagunakan.”

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

administrasi adalah kegiatan melayani, membantu, mengatur serta melengkapi proses

kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

2.3. Kredit

2.3.1. Pengertian Kredit

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992

dalam Triandaru dan Budisantoso (2006:114) menyatakan “Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Menurut Fahmi (2008:4) mengemukakan bahwa “Kata kredit berasal dari kata

latin yaitu credere, yang diterjemahkan sebagai kepercayaan atau credo yang berarti

saya percaya.”

10

Menurut Hasibuan (2008:87) mengemukakan bahwa “Kredit berasal dari kata

Italia, credere yang artinya kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditor bahwa

debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian

kedua belah pihak.”

Menurut Abdullah dan Tantri (2012:162) mengemukakan bahwa “Istilah

kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan (truth atau

faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau

suatu badan yang memberikan kredit (kreditor) percaya bahwa penerima

kredit (debitur) pada masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala

sesuatu yang telah dijanjikan.”

Menurut Kasmir (2012a:112) mengemukakan bahwa “Dalam bahasa latin

kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit

percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti

akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit

berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk

membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.”

Menurut Kasmir (2012b:81) menjelaskan bahwa “Menurut asal mulanya,

kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya

adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh

kepercayaan, sementara itu bagi si pemberi kredit artinya memberikan

kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali.”

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

kredit adalah penundaan pembayaran atas penyediaan uang, barang atau jasa dari

pihak kreditor untuk debitur atas dasar kepercayaan yaitu pihak kreditor percaya

bahwa debitur akan dapat mengembalikan uang yang dipinjam pada saat jatuh tempo,

sesuai dengan kondisi yang tertulis dalam perjanjian kredit termasuk bunganya.

11

2.3.2. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Hasibuan (2008:88) menjelaskan bahwa jenis kredit dibedakan

berdasarkan sudut pendekatan yang kita lakukan berdasarkan tujuan kegunaannya,

jangka waktu, macam, sektor perekonomian, angunan, golongan ekonomi, serta

penarikan dan pelunasan.

a. Berdasarkan Tujuan/Kegunaannya

1) Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk kebutuhan sendiri.

2) Kredit modal kerja (kredit perdagangan) ialah kredit yang akan

dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur.

3) Kredit investasi ialah kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif,

tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama.

Biasanya kredit ini diberikan grace periode, misalnya kredit ini untuk

perkebunan kelapa sawit dll.

b. Berdasarkan jangka waktu

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu

tahun saja.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu

sampai tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga

tahun.

c. Berdasarkan macamnya

1) Kredit aksep yaitu kredit yang diberikan bank yang pada hakikatnya hanya

merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafond kredit nya.

12

2) Kredit penjual yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pembeli, artinya

barang telah diterima pembayaran kerugian misalnya usance L/C.

3) Kredit pembeli adalah pembayaran telah dilakukan kepada penjual tetapi

barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka misalnya

red clause L/C.

d. Berdasarkan sektor perekonomian

1) Kredit pertanian ialah kredit yang diberikan kepada perkebunan,

perternakan, dan perikanan.

2) Kredit perindustrian ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam

industri kecil, menengah, dan besar.

3) Kredit pertambangan ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam

pertambangan.

4) Kredit ekspor-impor ialah kredit yang diberikan kepada eksportir dan

importir beraneka barang.

5) Kredit koperasi ialah kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi.

6) Kredit profesi ialah kredit yang diberikan kepada beraneka macam profesi.

e. Berdasarkan angunan/jaminan

1) Kredit angunan orang adalah kredit yang diberikan dengan jaminan

seseorang terhadap debitur bersangkutan.

2) Kredit angunan efek adalah kredit yang diberikan dengan angunan efek-efek

dan surat-surat berharga.

3) Kredit angunan barang adalah kredit yang diberikan dengan angunan barang

tetap, barang bergerak, dan logam mulia.

13

4) Kredit angunan dokumen adalah kredit yang diberikandengan angunan

dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).

f. Berdasarkan golongan ekonomi

1) Golongan ekonomi lemah ialah kredit yang disalurkan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dll. Golongan ekonomi lemah

adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar Rp. 600juta, tidak

termasuk tanah dan bangunan.

2) Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang diberikan

kepada pengusaha menengah dan besar.

g. Berdasarkan penarikan dan pelunasan

1) Kredit rekening koran (kredit perdagangan) adalah kredit yang dapat ditarik

dan dilunasi setiap saat besarnya sesuai dengan kebutuhan, penarikan dengan

cek, bilyet giro atau pemindah bukuan, pelunasannya dengan setoran-

setoran. Bunga dihitung dari saldo harian pinjaman saja buka dari besarnya

plafond kredit. Kredit rekening koran baru dapat ditarik setelah plafond

kredit disetujui.

2) Kredit berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar

planfondnya, pelunasan dilakukan setelah jangka waktunya habis. Pelunasan

bisa dilakukan secara cicilan atau sekaligus tergantung kepada perjanjian.

14

Sedangkan menurut Kasmir (2013:90) mengemukakan bahwa secara umum

jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut.

1) Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek/pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi

misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata

masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan

proses produksi perusahaan.

2) Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

investasi. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya

akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan barang tambang atau

industri lainnya.

15

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Sebagai contoh

kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah

tangga, kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang

dagangan tersebut. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3) Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau

paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau jika

untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun,

biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti

jeruk, atau peternakan kambing.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit

jangka panjang waktu pengembaliannya diatas tiga tahun atau lima tahun.

Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,

16

kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit

perumahan.

4) Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya

setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang

diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta

loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5) Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian

rakyat.

b. Kredit pertenakan

Dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam yang jangka

panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri

Yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.

17

d. Kredit pertambangan

Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang,

seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana

pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi

Diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

g. Kredit Perumahan

Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

h. Dan sektor-sektor lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

jenis-jenis kredit dapat dilihat dari beberapa macam seperti dari kegunaannya, tujuan

kredit, jangka waktu, jaminan atau angunan, golongan ekonomi, sektor usaha dan

juga berdasarkan penarikan dan pelunasan.

2.3.3. Unsur-Unsur Kredit

Menurut Abdullah dan Tantri (2012:165) menyatakan bahwa adapun unsur-

unsur yang terkandung dalam suatu pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai

berikut:

a. Kepercayaan; yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan

(berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa yang

18

akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah

dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun

ektern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang

terhadap nasabah pemohon kredit.

b. Kesepakatan; kesepakatan ini meliputi kesepakatan antara si pemberi kredit

dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-

masing.

c. Jangka waktu; setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu

yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.

d. Risiko; adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi

tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun

oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya

usaha nasbah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

e. Balas jasa; merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau fase tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga dan administrasi kredit ini merupakan

keuntungan bank.

19

Sedangkan menurut Kasmir (2013:87) menyatakan bahwa adapun unsur-

unsur yang terkandung dalam suatu pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai

berikut.

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa

uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di

masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah

dilakukan penelitian penyeledikian tentang nasabah baik secara interen maupun

eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang masa lalu dan sekarang terhadap

nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya diri dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan

antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan

dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini

mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko

tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin

besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,

20

baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang

tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah

tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita

kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi

kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan

prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

unsur-unsur kredit terdiri dari 5 macam yaitu kepercayaan, kesepakatan, jangka

waktu, risiko dan balas jasa.

2.3.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Hasibuan (2008:106) menjelaskan bahwa asas 5C yaitu:

1. Character (watak) calon debitur perlu diteliti oleh analisis kredit apakah layak

untuk menerima kredit. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara

mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank lain tentang

perilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi.

Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar (willingness to pay)

kewajibannya. Apabila karakter pemohon baik maka dapat diberikan kredit,

sebaliknya jika karakternya buruk kredit tidak dapat diberikan.

21

2. Capacity (kemampuan) calon debitur perlu dianalisis apakah ia mampu

memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau ia mampu memimpin

perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan

perusahaannya tetap berdiri. Jika kemampuan calon debitur baik maka ia dapat

diberikan kredit, sebaliknya jika kemampuannya buruk maka kredit tidak dapat

diberikan.

3. Capital (modal) dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan struktur

modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur. Hasil analisis

neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidak sehatnya

perusahaan. Demikian juga mengenai tingkat likuiditas, rentabilitas, solvabilitas

dan struktur modal perusahaan bersangkutan. Jika terlihat baik maka bank dapat

memberikan kredit kepada pemohon bersangkutan, tetapi jika tidak maka

pemohon tidak akan mendapatkan kredit yang diinginkannya.

4. Condition of economic (kondisi perekonomian) pada umumnya dan bidang usaha

pemohon kredit khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik maka

permohonannya akan disetujui, sebaliknya jika jelek, permohonan kreditnya akan

ditolak.

5. Colleteral (angunan) yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis

secara yuridis dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan bank. Jika jawabannya ya maka kredit dapat diberikan, tetapi jika

jawabannya tidak maka kredit tidak dapat diberikan.

Colleteral (angunan) merupakan syarat utama yang menentukan disetujui atau

ditolaknya permohonan kredit nasabah. Menurut ketentuan Bank Indonesia

22

bahwa setiap kredit yang disalurkan suatu bank harus mempunyai angunan yang

cukup. Oleh karena itu jika terjadi kredit macet maka angunan inilah yang

digunakan untuk membayar kredit tersebut (disita).

Asas 7P

1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur

yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai dasar

pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik, kredit dapat diberikan.

Sebaliknya, apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak akan diberikan.

Alasannya adalah karna kepribadian yang baik akan berusaha membayar

pinjamannya. Sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar

pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan

mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan dan

pergaulannya.

2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi-klasifikasi atau

golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, karakternya dan loyalitasnya,

dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari

bank.

3. Purpose (tujuan) adalah tujuan dari penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah

untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini menjadi hal

yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak.

Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit tidak dapat

diberikan, tetapi jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit

dapat diberikan. Jadi analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan

23

penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat mempertimbangkan

apakah kredit akan diberikan atau ditolak.

4. Prospect adalah prospek perusahaan di masa datang, apakah akan

menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik maka

kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit ditolak. Oleh karena itu,

analisis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur

agar pengembalian kredit menjadi lancar.

5. Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali

kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit memperhitungkan

kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat diperkirakan

kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan

perjanjian. Asas payment ini harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

pemberian kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar.

6. Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah

mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah kosntan atau

meningkat dengan adanya peemberian kredit.

7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi.

Sedangkan menurut Kasmir (2013:95) menjelaskan bahwa sebelum suatu

fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan

benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit

sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan

24

berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui

prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta

aspek penilaiannya tetap sama. Begitupula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan

sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus

dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan

dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C

kredit adalah sebagai berikut:

1. Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan

kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si

nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi

seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan

sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemapuannya dalam bidang bisnis yang

dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan

kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.

Begitupula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.

Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang

disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan

(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi

25

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat

dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah,

maka jaminan dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik

sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta

prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang

dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga

kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai

berikut:

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari

maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku,

dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-

golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga

26

nasabah dapat digolongkan kegolongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas

yang berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis

kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-

macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau

produktif, dan lain sebagainya.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan

atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini

penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai

prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah

diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit. Semakin banyak

sumber pengasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu

usahanya merugikan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin

meningkat, apakah dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

27

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau

jaminan asuransi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

prinsip-prinsip pemberian kredit dilakukan dengan analisis 4C dan 7P dengan tujuan

agar mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan. 4C terdiri dari

character (karakter), capacity (kapastitas), capital (modal), colleteral (jaminan),

condition (kondisi), dan 7P terdiri dari personality (kepribadian), party, perpose

(tujuan), prospect, payment (pembayaran), profitability (keuntungan), dan protection

(menjaga).

2.3.5. Prosedur Pemberian Kredit

Menurut Abdullah dan Tantri (2012:177) menjelaskan bahwa prosedur

pemberian kredit oleh badan hukum adalah sebagai berikut:

a. Berkas-berkas

Dalam hal ini pertama kali mengajukan permohonan kredit yang dituangkan

dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang

dibutuhkan. Proposal pengajuan kredit tersebut hendaknya mencakup latar

belakang perusahaan yang meliputi riwayat hidup singkat perusahaan, jenis

bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut tingkat

pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak

28

pemerintah dan swasta. Maksud dan tujuan apakah untuk memperbesar omset

penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru

serta tujuan lainnya.

b. Penyelidikan berkas jaminan

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap

sesuai dengan persyaratan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau

cukup maka nasabah diminta untuk melengkapinya dan apabila sampai batas

waktu yang telah ditentukan tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut,

maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

c. Wawancara

Menyiapkan penyelidikan yang dilakukan pihak perbankan untuk meyakinkan

berkas-berkas yang dikirim sudah lengkap dan sesuai dengan yang diajukan

pihan perbankan.

d. On the spot

Kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan

dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian dicocokan dengan hasil wawancara.

Pada saat akan melakukan on the spot nasabah sebaiknya jangan diberitahu,

sehingga apa yang ada dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

e. Keputusan kredit

Adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak jika diterima akan

dipersiapkan administrasinya dalam keputusan kredit ini biasanya akan

mencakup jumlah uang yang akan diterima jangka waktu kredit dan biaya-biaya

yang harus dibayar.

29

f. Penandatanganan akta kredit

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusan kredit, maka sebelum kredit

itu dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit,

mengikat jaminan dengan hipotek, dan surat perjanjian. Penandatangan

dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui notaris.

g. Realisasi kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan

membuka rekening giro atau tabungan dibank yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Kasmir (2013:100) menjelaskan bahwa prosedur

pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut.

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan

dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang

dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain sebgai

berikut:

1) Latar belakang perusahaan

2) Maksud dan tujuan

3) Besarnya kredit dan jangka waktu

4) Cara pemohon mengembalikan kredit

5) Jaminan kredit

30

2. Penyelidikan berkas jaminan

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap

sesuai dengan persyaratan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau

cukup maka nasabah diminta untuk melengkapinya dan apabila sampai batas

waktu yang telah ditentukan tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut,

maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan

dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebutsesuai

dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.Wawancara ini juga untuk

mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya

dalam wawancara ini dibuat serilek mungkin sehingga diharapkan hasil

wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek

yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokan

dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya

jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang ada dilapangan sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan

pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan. Catatan yang ada pada

31

permohonan dan pada saat wawancara I dicocokan dengan pada saat on the spot

apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

6. Keputusan kredit

Adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima

maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan

mencakup:

1) jumlah uang yang akan diterima

2) jangka waktu kredit

3) dan biaya-biaya yang harus dibayar.

7. Penandatanganan akta kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannyakredit, maka sebelum

kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit,

mengikat jaminan dengan hipotek, dan surat perjanjian atau pernyataan yang

dianggap perlu. Penandatangan dilaksanakan:

1) antara bank dengan debitur secara langsung atau

2) dengan melalui notaris.

8. Realisasi kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan

membuka rekening giro atau tabungan dibank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari

pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu:

32

1) Sekaligus atau

2) Secara bertahap.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

prosedur dalam pemberian kredit secara umum antar bank yang satu dengan yang

lainnya tidak jauh berbeda, begitu pula dengan lembaga keuangan bukan bank.

Prosedur itu terdiri dari pengajuan berkas-berkas, penyelidikan berkas jaminan,

wawancara I dan II, on the spot, keputusan kredit, penandatanganan akta kredit,

realisasi kredit dan penyaluran/penarikan dana.