bab ii landasan teori 2.1 tinjauan umum terminologi judul...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Terminologi Judul
Dalam penulisan dan penelitian tugas akhir ini penulis memilih judul
“Perancangan Interior Pusat Batik Pekalongan di Jakarta” dengan definisi kata
sebagai berikut :
A. Pusat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, Pusat adalah pusar,
titik yang di tengah-tengah benar, tempat yang letaknya di bagian tengah,
pokok pangkal atau yang menjadi tempat pumpunan (berbagai urusan, hal).
B. Batik
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan
menerakan malam kemudian pengolahannya di proses dengan cara tertentu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia : 2008).
C. Pekalongan
Pekalongan adalah nama sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah dengan
orbitasi antara 6°50’44’’-6°55’44’’ lintang selatan dan 109°37’55’’-
109°42’19’’ bujur timur Pekalongan terletak di jalur pantai utara yang
menghubungkan Jakarta – Semarang - Surabaya. Pekalongan memiliki julukan
Kota Batik karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan warna
beragam.
8
Gambar 2.1 Denah letak kota Pekalongan
(Sumber : http://maps.google.com/)
D. Jakarta
Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang merupakan pusat bisnis,
politik, dan kebudayan. Jakarta memiliki luas wilayah 664,01 km2 dengan
jumlah penduduk 9.809.857 jiwa. Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang dan Kota Depok, sebelah barat berbatasan dengan Kota
Tangerang dan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Gambar 2.2 Denah letak kota Jakarta
(Sumber : http://maps.google.com/)
9
2.1.2 Retail
Retail berasal dari bahasa Prancis yaitu “retailer” yang berarti
“memotong menjadi kecil-kecil” (Risch : 1991). Sedangkan menurut Gilbert
(2003 : 6) retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengerahkan
kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan
organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. (Sumber :
Endang : 2012)
A. Karakteristik Retail
Menurut Berman dan Evans (2001) karakteristik retailing ada 3 yaitu
sebagai berikut :
1) Small Average Sale
Tingkat penjualan retailing pada toko relatif kecil dikarenakan targetnya
merupakan konsumen akhir yang hanya membeli dalam jumlah kecil.
2) Impulse Purchase
Pembelian yang terjadi pada retailing sebagian besar merupakan
pembelian yang tidak direncanakan.
3) Popularity of Store
Semakin terkenal toko atau perusahaan makan semakin tinggi pula tingkat
kunjungan yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan toko tersebut.
B. Jenis Retail
Menurut Kotler (1997) berdasarkan lini produk, retail dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1) Pengecer Toko (Store Retailing)
• Toko Khusus (Speciality Store), toko yang menjual produk secara
sempit hanya dengan satu macam dari barang tersebut. contoh : usaha
perorangan, firma atau cv.
• Toko Serba Ada (Department Store), toko atau lembaga eceran yang
menawarkan berbagai macam produk dengan berbagai pilihan mutu.
Contoh : departement store
• Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store), toko yang relatif
kecil dan biasanya terletak di daerah pemukiman, dan buka 24 jam
10
sehari. Toko ini menjual bahan pelengkap kebutuhan sehari-hari.
Contoh : Circle-K.
• Pasar Swalayan (Supermartket), toko yang menjual semua kebutuhan
konsumen seperti produk makanan dan perawatan rumah tangga.
Contoh : Hero
• Toko Diskon (Discount Store), toko yang menjual barang standar
dengan harga lebih murah karena mengambil keuntungan rendah
dengan jumlah yang lebih banyak. Contoh : Kmart
• Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer), pengecer yang
membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan
menetapkan harga pada konsumen lebih rendah daripada harga eceran.
Contoh : factory outlet dan grosir
• Toko Super (Super Store), kombinasi dari supermarket dan discount
store (toko yang menyediakan sejumlah besar barang (full line
product) dengan harga murah. Contoh : Carrefour
• Ruang Pamer Katalog (Catalog Show-Room), toko yang menjual
cukup banyak pilihan produk-produk dengan marjin tinggi,
perputarannya cepat, bermerek dengan harga diskon. Contoh :
Indomaret dan toko kelontong
2) Penjual Eceran Bukan Toko (Non-Store Retailing)
• Penjualan Langsung (Direct Selling), penjualan yang dimulai dari
pedagang keliling yang berkembang menjadi industri yang menjual
produknya dari rumah ke rumah dan dari kantor ke kantor.
• Pemasaran Langsung (Direct Marketing), pemasaran ini berawal dari
penawaran lewat surat dan katalog yang kemudian berkembang lewat
telepon (telemarketing), pemasaran tanggapan langsung lewat televisi
(progam home shopping), dan belanja elektronik.
• Mesin Penjual Otomasis (Automatic Vending), toko ini tidak
memerlukan adanya wiraniaga dalam pengoperasiannya. Biasanya alat
ini diletakkan di tempat-tempat strategis yang sering dilewati orang.
• Jasa Pembelian (Buying Service), Merupakan suatu pengecer tanpa
toko yang melayani konsumen khusus, biasanya karyawan organisasi-
organisasi besar (contoh : sekolah, rumah sakit).
11
3) Organisasi Pengecer (Retailer Organization)
• Jaringan Sukarela (Volountary Cooperative), elompok pengecer
independen yang didukung oleh suatu pedagang besar, yang
melakukan pembelian borongan dan perdagangan umum.
• Koperasi Pengecer (Retailing Cooperative), pengecer-pengecer
independen yang membentuk organisasi pembelian terpusat dan
melakukan promosi bersama.
• Koperasi Konsumen (Consumer Cooperative), suatu toko yang
dikelola dan dimiliki oleh konsumen yang membentuk suatu
komunitas.
• Organisasi Waralaba (Franchise Organization), suatu organisasi yang
membeli hak untuk mengoperasikan dan memiliki suatu aktivitas
bisnis.
• Konglomerat Perdagangan (Mechandising Conglomerate), Perusahaan
yang berbentuk bebas yang menggabungkan beberapa lini dan bentuk
eceran yang berbeda-beda di bawah kepemilikan yang terpusat
• Jaringan Toko Koperasi (Coorperate Chain Store), dua atau lebih
toko yang umumnya dimiliki dan dikontrol, mengerjakan pembelian
dan perdagangan yang terpusat dan menjual lini perdagangan yang
sama.
C. Pembagian Area Retail
Menurut Green (1986 : 21) dalam buku The Retail Store, Design and
Cnstruction area retail dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1) Area Sirkulasi (Circulation Area)
Area sirkulasi adalah area yang menentukan darimana dan kemana
pengunjung akan bergerak atau berjalan. Sirkukasi juga dapat digunakan
sebagai penghubung antar area atau ruangan..
2) Area Servis (Service Area)
Yang termasuk dalam area servis adalah area kasir, area pembungkusan,
kantor, area penyimpanan barang (storage), area penerimaan dan
12
pengiriman barang, dan kamar mandi. Area ini biasanya terletak pada area
belakang toko.
3) Area Display (Display Area)
Area display merupakan area yang penting dalam sebuah retail toko. Area
display merupakan area yang digunakan dalam mempresentasikan produk
kepada pengunjung dengan pencahayaan serta penataan yang baik dan
menarik.
2.1.3 Galeri
Galeri atau museum seni adalah bangunan atau ruang untuk pameran
seni, biasanya seni visual. Museum dapat dikelola oleh pemerintah juga oleh
swasta, yang membedakannya adalah kepemilikan dari koleksi yang
dipamerkan didalamnya. Koleksi tersebut diantaranya lukisan, patung, kolase,
dan tekstil (Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Art_museum).
A. Klasifikasi Galeri
Menurut Sari (2012) berikut adalah pengklasifikasian galeri
berdasarkan beberapa faktor :
1) Tempat Penyelenggaraan
• Traditional Art Gallery, galeri yang aktivitasnya diselenggarakan
diselasar atau lorong panjang.
• Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern.
2) Sifat Kepemilikan
• Private Art Gallery, galeri yang dimiliki oleh perseorangan/pribadi atau
kelompok.
• Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum.
• Kombinasi dari kedua galeri di atas.
3) Isi Galeri
• Art Gallery of Primitif Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas
dibidang seni primitif.
• Art Gallery of Classical Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di
bidang seni klasik.
13
• Art Gallery of Modern Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di
bidang seni modern.
4) Jenis Koleksi
• Galeri pribadi, tempat untuk memamerkan hasil karya pribadi seniman
itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya seni orang lain dan hasil
karya seniman itu tidak diperjualbelikan untuk umum.
• Galeri umum, galeri yang memamerkan hasil karya dari berbagai
seniman, hasil karya para seniman itu diperjualbelikan untuk umum.
• Galeri kombinasi, merupakan kombinasi dari galeri pribadi dan galeri
umum, karya seni yang dipamerkan dalam galeri ini ada yang diperjual
belikan untuk umum, ada pula yang merupakan koleksi pribadi seniman
yang tidak diperjualbelikan. Hasil karya seni yang dipamerkan
merupakan hasil karya seni dari beberapa seniman.
5) Tingkat dan Luas Galeri
• Galeri lokal, merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan obyak-
obyek yang diambil dari lingkungan setempat.
• Galeri regional, merupakan galeri seni yang mempunyai koleksi dengan
obyak-obyek yang diambil dari tingkat daerah/propinsi/daerah regional
I.
• Galeri internasional, merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan
obyek-obyek yang diambil dari berbagai negara di dunia.
2.1.4 Batik
“Batik is a piece of cloth –a pience of cloth made in the traditional
manner and used especially in the traditional contect- carrying various
ornaments of a specific nature (batik ornaments) applied by means of a dye-
resist technique using “batik-wax” as the resisting medium” (Doelah, 2002:
10).
Menurut Kuswadji (1981:2) “mbatik” berasal dari kata “tik” yag berarti
kecil. Dengan demikian dapat dikatakan “mbatik” adalah menulis atau
menggambar serba rumit (kecil-kecil).
A. Klasifikasi Batik
14
Dilihat dari proses pembuatannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu batik
tulis dan batik cap. Batik tulis adalah kain batik yang menggunakan canting
tulis dalam proses pembuatannya. Sedangkan batik cap adalah kain batik yang
menggunakan canting cap dalam proses pembuatannya. Batik tulis memakan
waktu yang cukup lama dalam proses pembuatannya dibandingkan dengan
batik cap karena seluruh pengerjaannya dilakukan secara manual menggunakan
tangan. Sedangkan batik jika dilihat dari tempat berkembangnya dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu Batik Keraton dan Batik Pesisir.
1) Batik Keraton
Batik Keraton adalah desain tradisional batik yang muncul dan
berkembang didalam keraton Jawa. Tata letak ornamen dan warna yang
digunakan merupakan suatu perpaduan yang menarik dalam sebuah estetik atau
keindahan, filosofi hidup, dan sifat lingkungan darimana mereka muncul, yaitu
keraton.
Desain batik ini memiliki pengaruh dari Hindu-Jawa pada masa Pajajaran
dan Majapahit yang kemudian berkembang dan memiliki dampak sangat besar
di seluruh Jawa. Selain itu terdapat pula pengaruh islam didalam desain batik
yang ditunjukkan dari adanya perubahan ornamen yang berkaitan dengan
manusia dan hewan.
Batik keraton tidak hanya memiliki nilai dan makna yang tinggi saja,
tetapi batik keraton juga digunakan untuk menunjukkan status di dalam
keraton. Terdapat beberapa motif larangan yang hanya dapat digunakan oleh
Raja dan keturunannya saja.
Batik ini berkembang di beberapa keraton diantaranya Keraton
Yogyakarta, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Pakulaman,
Keraton Cirebon, dan Keraton Sumenep. Ciri khas dari desain batik ini adalah
pengunaan warna sogan atau coklat tua dengan motif parang dan kawung.
2) Batik Pesisir
Batik pesisir adalah desain batik yang muncul dan berkembang di daerah
pesisir pantai utara Jawa. Dalam pekembangannya desain batik ini banyak
dipengaruhi oleh pendatang dari luar seperti Eropa dan Cina dan Jepang pada
abad 19.
15
Ciri khas dalam batik pesisir ini adalah adanya motif bouquet of diverse
flower atau flower tree dari eropa dan hewan mitologi Cina seperti burung
merak yang merupakan simbol kehormatan dan keindahan. Selain itu batik
pesisir memiliki warna yang lebih berani dan beragam dibandingkan dengan
batik keraton yang hanya menggunakan warna sogan, hitam dan putih. Motif
yang terdapat dalam desain batik ini tidak memiliki batasan dan makna yang
tinggi seperti batik pada daerah keraton.
Daerah yang memproduksi batik pesisir diantaranya adalah Pekalongan,
Lasem, Kudus, Banyumas, Sidoharjo, Madura, dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Sarung Motif Buketan, Pekalongan
(Sumber : Doelah, 2002)
B. Ragam Hias Batik
Menurut Doelah (2002, 20) ragam hias batik berdasarkan bentuknya dapat
dibag
1) Ragam Hias Geometris
Ragam hias geometris adalah ragam hias yang bentuknya termasuk
kedalam bentuk geometris seperti garis lurus, persegi, trapesium, lingkaran,
dan lain sebagainya yang dibuat secara berulang untuk memberntuk suatu pola
16
desain. Contoh dari ragam hias geometris ini adalah ceplok atau ceplokan dan
diagonal (lereng dan parang).
2) Ragam Hias Non-geometris
Ragam hias non-gormetris adalah ragam hias yang bentuknya bukan
berasal dari bentuk geometris. Semen, lung-lungan, buketan, dan pinggiran
termasuk dalam ragam hias non-geometris.
17
C. Material Pembuatan Batik
Material yang digunakan untuk pembuatan kain batik dapat dibagi menjadi
2, yaitu bahan mentah seperti kain dan alat bantu yang digunakan seperti
canting.
1) Bahan Mentah
Bahan mentah yang dimaksud adalah kain yang digunakan untuk
pembuatan kain batik. Menurut Doelah (2002), bahan kain yang paling batik
dalam membuat batik adalah katun, sutra, viscose (sutra buatan), dan lain
sebagainya, namun seiring dengan perkembangan teknologi, batik juga dapat
dibuat pada serat sintetis.
Gambar 2.4 Kain Untuk Batik
(Sumber : Penulis 2014)
2) Alat
Alat bantu yang digunakan dalam pembuatan batik diantara lain adalah
sebagai berikut :
18
• Lilin (Batik-wax)
Lilin atau yang lebih dikenal dengan nama malam digunakan untuk
menutupi ornamen atau bagian yang tidak ingin terkena warna saat proses
pewarnaan. Lilin batik terbuat dari 7 macam bahan seperti paraffin, lilin
lebah (kote), sisa getah pinus (gondorukem), damar mata kucing yang
pohon shoria apec, microwax, lilin daur ulang (lilin gladhangan), minyak
kelapa dan lemak hewan. Lilin batik dibagi menjadi 3 yaitu, lilin klowong
yang digunakan untuk membuat gambar utama dan gambar isi (isen-isen),
lilin nembok yang digunakan untuk menutupi area yang berwarna putih,
dan lilin biron yang digunakan untuk menutupi area yang diwarnai biru.
Gambar 2.5 Lilin Batik dan Canting Tulis
(Sumber : Penulis 2014)
• Canting
Canting yang digunakan dalam pembuatan batik adalah canting tulis dan
canting cap. Canting tulis adalah canting terbuat dari lempengan tembaga
dengan gagang yang terbuat dari kayu. Canting ini digunakan untuk
membuat pola pada batik tulis. Sedangkan canting cap adalah alat yang
digunakan untuk membuat pola pada batik dengan menggunakan teknik
19
cap. canting cap terbuat dari tembaga yang bentuk menjadi suatu pola
dengan gagang besi.
Gambar 2.6 (Kiri) Canting Tulis, Gambar 2.7 (Kanan) Canting Cap
(Sumber : Penulis 2014)
3) Bahan Pewarna
Bahan pewarna batik dibedakan menjadi 2 yaitu bahan pewarna alami dan
bahan pewarna buatan.
• Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang terbuat dari bahan alami seperti daun,
kulit kayu, kayu, dan akar. Contoh : daun indigo untuk warna biru dan
biru-hitam, akar mengkudu untuk warna merah, kayu tegeran atau akar
batang temulawak untuk warna kuning, dan kulit kayu tingi untuk warna
coklat kemerah-merahan.
• Pewarna Sintetis
Pewarna sintetis biasanya diimpor dari luar seperti Jerman (HOECHST),
Britania (ICI), Switx\zerland (CIBA), Paris (FRANCOLOR), Amerika (DU
PONT), dan Itali (ACNA).
20
Gambar 2.8 Bahan Pewarna Batik
(Sumber : Penulis 2014)
2.1.5 Batik Pekalongan
Pekalongan bukanlah tempat yang pertama kali memproduksi batik,
tetapi pekalongan merupakan salah satu tempat yang memproduksi batik paling
halus dan merupakan salah satu daerah yang hingga saat ini tetap memproduksi
batik paling besar di Indonesia.
A. Sejarah Batik Pekalongan
Batik pekalongan dikenal memiliki ragam corak dan warna yang
beragam dibandingkan batik pada daerah lainnya. Hal tersebut dikarenakan
adanya pengaruh dari berbagai macam budaya seperti India, Eropa atau
Belanda, Cina dan Jepang.
1) Pengaruh India
Kain Patola dan kain sembangi merupakan kain tenun dari Gujarat
merupakan barang dagang yang sangat populer pada golongan bangsawan
Indo-Belanda di Pulau Jawa pada masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7.
Ornamen geometris pada kain tenun pantola dan motif bunga pada kain
sembangi yang elegan pada waktu itu menunjukkan status sosial dari
penggunanya. Namun pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19 terjadi
penurunan dalam perdangan dengan India, permintaan pada kedua kain
21
tersebut sangat sulit dipenuhi. Banyak dari wirausahawan lokal -Arab dan
Cina- membuat replika dari kain tersebut untuk memenuhi permintaan pasar.
Persaingan desain tenun pantola terjadi di tiga wilayah yaitu Pekalongan,
Surakarta, dan Yogyakarta. Ketiga wilayah tersebut memiliki warna yang
berbeda dikarenakan lingkungkan dan waktu yang berbeda. Di Pekalongan,
desain imitasi tenun pantola diproduksi dengan menggunakan gaya jlamprang
sedangkan motif sembangi dibuat dengan gaya nitik. Teknik batik jlamprang
yang dimaksud adalah selain menggunakan indigo-biru dan soga-kuning
kecoklatan, merah, hijau, ungu, kuning, dan biru terang. Selain itu desain
pantola juga dikerjakan oleh pengusaha batik Belanda diantaranya Van
Oosterom (1860) dan Van Zuylen (1890) yang menerapkan warna-warna
pesisir.
Ornamen sembangi dan pantola yang ada dalam kain batik di Indonesia,
membuktikan adanya pengaruh budaya India ke Jawa seperti penyebaran
agama hindu yang terlihat dari ornamen garuda, tree of life, tounge of flame,
meru, dan ornamen lainnya.
Gambar 2.9 Kain Panjanng Motif Jlamprang
(Sumber : Ishwara, 2012)
22
2) Pengaruh Eropa atau Belanda
Batik Belanda datang dan berkembang sekitar tahun 1840 dan 1940 dan
hampir selalu berupa sarung yang pada mulanya dibuat hanya untuk orang
Belanda atau Indo-Belanda dan orang ningrat. Biasanya wanita yang tergabung
dalam komunitas Indo-Eropa memesan dan membeli batik dari wanita
peranakan Cina, bahkan setelah itu banyak wanita peranakan Cina yang
bekerja dirumah mereka untuk membuat batik, tidak untuk dijual hanya untuk
dikonsumsi sendiri, namun sekitar tahun 1830 mereka (wanita Indo-Belanda)
membuka workshop batik untuk dijual.
Batik Belanda biasanya menggunakan warna yang lebih lembut seperti
pastel dengan motif bunga atau buket bunga. Selain itu batik Belanda juga
sering menggunakan motif yang terinspirasi dari dongeng asal eropa seperti
putri salju dan Cinderella, lalu kartu pos, majalah buku dan media yang berasal
dari eropa.
Gambar 2.10 Sarung Motif Buket Bunga Karya E. van Zulyen
(Sumber : Ishwara, 2012)
23
3) Pengaruh Cina
Orang Cina sudah berada di Indonesia jauh sebelum orang portugis dan
eropa datang melakukan perdagangan. Beberapa dari mereka menikah dengan
orang lokal untuk melanjutkan keturunan karena mereka tidak dapat kembali
lagi.
Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 telah diketahui bahwa orang Cina
telah memulai perdangangan kain batik. Mereka bersaing dengan pedangang
Muslim, Arab, India dan dibawah pemerintahan Belanda. Namum dengan
keahlian mereka dalam bisnis dan pemasaran, mereka dapat membuat batik
menjadi salah satu komoditi ekspor yang cukup besar.
Batik Cina yang dibuat oleh orang keturunan cina biasanya memiliki
desain yang menunjukan hewan mitologi cina seperti naga, singa, burung
phoenix, kura-kura, ornamen yang berasal dari keramik Cina, dan ornamen
mega atau awan. Motif buketan juga ditemukan pada batik Cina karena adanya
pengaruh dari batik Belanda. Batik Cina biasanya menggunakan warna yang
lebih cerah dibandingkan batik Belanda, mereka biasa menggunakan warna
merah, biru, dan campuran keduanya.
Gambar 2.11 Sarung Motif Buketan Karya Oey Soe Tjoen
(Sumber : Ishwara, 2012)
24
4) Pengaruh Jepang
Batik Jepang biasa disebut dengan Batik Djawa Hokokai. Batik Djawa
Hokokai ini memiliki pengaruh kuat dari Jepang dalam hal desain dan warna.
Batik ini memiliki dasar motif keratonan seperti parang, kawung, lereng, dan
ceplokan dengan ornamen bunga seperti sakura, mawar, lili, dan anggrek yang
biasanya disusun seperti buketan dan lung-lungan degan kupu-kupu. Selain itu
juga sering terlihat motif burung merak pada batik ini yang melambangkan
keindahan dan keanggunan. Batik Djawa Hokokai selalu dibuat dengan format
pagi-sore, yaitu memiliki 2 desain dalam 1 kain.
Gambar 2.12 Kain Panjang Djawa Hokokai Karya Poertri Pemoedi HHD
(Sumber : Ishwara, 2012)
B. Motif Batik Pekalongan
Beberapa motif atau corak yang biasa ditemukan pada kain batik
Pekalongan dibagi menjadi 2 yaitu motif utama dan motif dasar diantaranya
adalah sebagai berikut :
25
1) Motif utama
Tabel 2.1 Gambar Utama Kain Batik
Nama Gambar Keterangan
Buketan
Gambar 2.13 Motif
Buketan Karya E. van
Zuylen
Buketan adalah motif
bunga atau rangkaian
bunga. Biasanya
menggunakan rangkaian
bunga mawar, lotus,
tulip, lily, krisantium
dan lainnya.
Cerita Eropa
Gambar 2.14 Little Red
Riding Hood Karya
Metzelaar
Pada masa pendudukan
Belanda banyak batik
yang terinspirasi dari
cerita eropa seperti
Snow White, Hanzel and
Gretel dan lain
sebagainya.
26
Hewan Gambar 2.15 Bangau atau
Heron Karya Matzelaar
Binatang yang sering
digunakan dalam kain
batik diantaranya adalah
bangau, kupu-kupu,
merak, dan beberapa
hewan lainnya.
Limar Gambar 2.16 Limaran
Karya Wollweber
Limaran adalah motif
berbentuk trapesium
seperti yang ditemukan
pada kain tenun atau
anyaman
Parang Gambar 2.17 Motif
Parang, Kain Pagi-Sore
Parang adalah motif
yang tebentuk dari garis
diagonal atau garis yang
diisi dengan ornamen.
Ceplok Gambar 2.18 Motif Merupakan bagian dari
27
Ceplok Sakura, Kain
Pagi-Sore
desain batik yang
berbentuk geometris
atau disusun secara
geometris.
Jlamprang
Gambar 2.19 Motif
Jlamprang
Motif Jlampang
merupakan ragam hias
ceplokan dalam bentuk
lung-lungan dan bunga
padma yang
ditengahnya disilang
dengan gambar peran
dunia kosmis yang hadir
sejak Agama Hidhu dan
Budha berkembang di
Jawa.
Pagi-Sore Gambar 2.20 Motif Pagi-
Sore Buketan
Merupakan desain batik
yang memiliki 2 motif
dalam satu kainnya.
(Sumber: Doelah, 2002)
28
2) Motif bagian dasar
Motif ini biasanya berada di bagian latar badan dan digunakan sebagai
background atau filling untuk mengsi ruang yan kosong dalam sebuah
kain.
Tabel 2.2 Motif Dasar Batik Pekalongan
Nama Gambar Keterangan
Carcena Gambar 2.21 Motif
Carcena
Carcena adalah bintang
berbentuk seperti
bunga kecil yang biasa
dikenal dengan pacar
cina
Carcena Lobang Gambar 2.22 Motif
Carcena Lobang
Carcena lobang sama
dengan carcena namun
terdapat lubang
ditengah.
Sessei Bai Gambar 2.23 Motif Sessei
Bai
Sessei Bai adalah motif
yang menyerupai sisik
ikan.
29
Anyaman Gambar 2.24 Motif
Anyaman
Anyaman adalah motif
seperti anyaman pada
tikar.
Beras Mawur Gambar 2.25 Motif Beras
Mawur
Beras mawur adalah
motif butiran beras
yang bersebaran
Belimbing
Gambar 2.26 Motif
Belimbing
Belimbing adalah motif
buah belimbing.
Cocohan Gambar 2.27 Motif Cocohan adalah motif
30
Cocohan
titik dengan
menggunakan canting
untuk membatik.
Galaran Gambar 2.28 Motif
Galaran
Galaran adalah garis
diagonal. Galar adalah
tikar yang dibuat
menggunakan bamboo
yang diratakan.
Galaran Mencong Gambar 2.29 Motif
Galaran Mencong
Galaran mencong sama
dengan motif galaran
namun dengan garis
bergelombang.
Mencong berarti
bengkok, tidak lurus.
31
Latar Kawatan
Gambar 2.30 Motif Latar
Kawatan
Latar kawatan adalah
background atau latar
belakang kawat
Cecekan Gambar 2.31 Motif
Cecekan
Cecekan adalah titik
pada kain yang dibuat
menggunakan canting
Kembang Jeruk Gambar 2.32 Motif
Kembang Jeruk
Kembang jeruk adalah
motif bunga jeruk
(Citrus).
Kembang Randu Gambar 2.33 Motif Kembang randu adalah
32
Kembang Randu
motif bunga pohon
randu (kapas).
Kembang Cengkih Gambar 2.34 Motif
Kembang Cengkih
Kembang Cengkih
adalah motif bunga
pohon cengkeh
Ukelan Gambar 2.35 Motif Ukelan
Ukelan adalah motif
berbentuk keriting
(Sumber : Ishwara, 2012)
33
C. Cara Pembuatan Batik Pekalongan
Cara pembuatan batik di Pekalongan, dalam pewarnaannya tidak hanya
dicelupkan ke dalam tungku yang berisi pewarna batik. Tetapi juga ada
penambahan warna dengan cara mengoleskan cairan pewarna menggunakan
kuas (coletan). Menurut Doelah (2002:16) berikut adalah beberapa langkah
pembuatan batik pekalongan:
1) Mbathik
Menggambar desain pola pada kain mori dengan canting tulis yang telah
diisi dengan malam (lilin batik).
Gambar 2.36 Proses Membatik
(Sumber : Doelah, 2002)
2) Nyolet
Mewarnai beberapa bagian dari desain menggunakan kuas.
Gambar 2.37 Proses Nyolet
(Sumber : Doelah, 2002)
34
3) Nutup
Menutupi seluruh bagian yang tidak ingin diwarnai menggunakan malam.
Gambar 2.38 Proses Nutup
(Sumber : Doelah, 2002)
4) Ndhasari
Mewarnai dasar dengan cara mencelupkan kain kedalam tugku yang berisi
pewarna batik.
Gambar 2.39 Proses Ndhasari
(Sumber : Doelah, 2002)
35
5) Menutup Dasaran
Menutup dasar yang telah diwarnai tadi menggunakan malam.
Gambar 2.40 Proses Menutup Dasaran
(Sumber : Doelah, 2002)
6) Medel
Mewarnai kain dengan pewarna biru pada tungku.
Gambar 2.41 Proses Medel
(Sumber : Doelah, 2002)
36
7) Nglorod
Menghapus seluruh malam dengan cara merebusnya kedalam air
mendidih.
Gambar 2.42 Proses Nglorod
(Sumber : Doelah, 2002)
8) Nutup dan Granitan
Menutup area yang telah diwarnai dan area yang masih berwarna putih.
Gambar 2.43 Proses Nutup dan Granitan
(Sumber : Doelah, 2002)
37
9) Nyoga
Mewarnai kain dengan pewarna soga pada tungku.
Gambar 2.44 Proses Nyoga
(Sumber : Doelah, 2002)
10) Nglorod
Menghapus semua malam dengan air mendidih. Ini adalah langkah
terakhir dalam pewarnaan batik khas pekalongan.
Gambar 2.45 Proses Nglorod
(Sumber : Doelah, 2002)
38
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 House of Danar Hadi, Surakarta
A. Sejarah
House of Danar Hadi adalah suatu komplek wisata budaya yang didirikan
oleh H. Santosa Doelah dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan
Kebudayaan RI Bapak Ir. Jero Wacik SE pada tanggal 22 Agustus 2008 yang
kemudian dijadikan salah satu tujuan wisata di Surakarta. House of Danar
Hadi ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu nDalem Wuryaningratan,
Museum Batik Kuno Danar Hadi, Workshop pembuatan Batik Tradisional,
Showroom Batik Danar Hadi serta Pusat Souvenir dan Cafe.
B. Lokasi House of Danar Hadi
Gambar 2.46 Peta Lokasi House of Danar Hadi
(Sumber : houseofdanarhadi.com)
House of Danar Hadi terletak di Jalan Slamet Riyadi 261 yang merupakan
jalan utama di Kota Solo. Letak Museum ini sangat strategis mudah dicapai,
hanya 20 menit dari bandara Adi Sumarno, 20 menit dari terminal bus
39
Tirtonadi, dan 10 Menit dari stasiun kereta api Solo Balapan. Selain ini House
of Danar Hadi ini dekat dengan Keraton Mangkunegaran dan Pasar Klewer.
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Struktur Organisasi PT Batik Danar Hadi Surakarta
(Sumber : http://eprints.uns.ac.id/9982/1/106482310200909491.pdf)
40
D. Fasilitas
• Museum
Gambar 2.47 Entrance Musem
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com)
Musem danar hadi ini terdiri dari sebelas ruangan yang
memamerkan koleksi dari sebelum penjajahan belanda sampai
kemerdekaan Indonesia. Koleksi tersebut siantaranya Batik Keraton,
Beatik Belanda, Batik Cina, Batik Hokokai, Batik Indonesia, dan Batik
Saudagaran. Pembagian ruang dalam museum ini berdasarkan buku H.
Santoso Doelah yaitu Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan.
Interior ruang koleksi ini ditata rapi, kain yang dipamerkan
digantung pada gawangan Ruangan ini menggunakan material lantai
homogenus tile dengan dinding dan ceiling yang di cat berwarna putih.
41
Gambar 2.48 (Kiri) Display Batik Belanda, Gambar 2.49 (kanan)
Display Batik Cina
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.50 (kiri) Display Batik Keraton, Gambar 2.51 (kanan) Display
Batik Danar Hadi
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.52 (kiri) Display Batik Indonesia, Gambar 2.53 (kanan)
Display Batik Pemberian Keluarga dan Kerabat
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
42
• Workshop
Ruang workshop ini terdiri dari area desain atau menggambar, area
membatik (tulis dan cap), area mewarnai seperti nyolet dan pencelupan
kain ke dalam warna, serta area pelorodan yaitu proses penghilangan
malam dengan cara merebus kain.
Gambar 2.54 area membatik dan cap
(sumber : http://tripadvisor.com/)
Gambar 2.55 area pencelupan warna
(sumber : http://tripadvisor.com/)
43
• Showroom
Showroom ini menjual batik dalam berbagai bentuk seperti kain
panjang, sarung, kemeja, celana, rok. Dalam showroom ini terdapat
pembagian area untuk display kain yang berharga tinggi, baju jadi, dan
kain panjang. Serta terdapat pula area untuk duduk bagi pengunjung
showroom.
Gambar 2.56 Area Display Kain dan Tas Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.57 Area Display Kain Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
44
Showroom Batik Danar Hadi ini menggunakan homogenus tile
sebagai material lantai dengan dinding yang di cat berwarna putih dan
terdapat permainan tinggi rendah pada ceiling-nya. Showroom ini
sepenuhnya menggunakan penghawaan buatan dari ac split yang
dipasang pada beberapa area rungan. Sedangkan sistem pencahayaannya
menggunakan lampu downlight sebagai general lighting serta terdapat
beberapa lampu spotligt pada beberapa area display serta lampu gantung
dan lampu meja. Selain itu terdapat pula pencahayaan alami yang berasal
dari jendela dan pintu kaca yang berada di beberapa bagian dari dari
bagunan tersebut.
Gambar 2.58 Area Duduk
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
45
Gambar 2.59 Area Display Baju Jadi dan Kain Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
• nDalem Wuryanigratan
nDalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890,
merupakan kediaman dari KPH. Wuryaningrat, cucu dari Pakubuwono
IX, dan menantu dari Raja Surakarta I.SK.S Pakubuwono X. Ruangan
ini digunakan untuk acara hajatan seperti pernikahan, tarapan dan
upacara tradisional lainnya.
Gambar 2.60 nDalem Wuryanigratan
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
46
• Sasana Mangunsuka
Merupakan bangunan yang dibangun untuk melengkapi nDalem
Wuryanigratan pada tahun 2002. Ruangan ini memiliki interior yang
mewah dengan ciri khas langgam jawa.
Gambar 2.61 Sasana Mangunsuka
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
• Soga Restaurant
Soga merupakan restaurant yang disediakan oleh House of Danar
Hadi yang menyediakan menu makanan dan minuman khas Solo.
Restaurant ini didesain dengan gaya etnik modern yang sesuai dengan
konsep dari bangunan House of Danar Hadi. Lantainya menggunakan
homogenus tile dengan dinding dan ceiling yang berwarna putih. Dalam
resataurant ini dibagi menjadi beberapa area seperti area makan yang
berada di dalam ruangan dan di luar ruangan serta area bar yang
terdapat di bagian dalam.
47
Gambar 2.62 Soga Restaurant
(Sumber : Penulis, 2014)
2.2.2 Batik Komar, Bandung
A. Sejarah
Batik Komar didirikan oleh H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds bersama
istrinya Hj. Nuryanti Widya pada tahun 1998 di Kota Bandung. Mereka
bardua lahir dan besar di desa Trusmi Plered Cirebon yang merupakan
kawasan pengrajin batik. Pada awalnya mereka hanya menjual batik
produksi keluarga, namun karena tingginya permintaan pelanggan yang
menginginkan batik yang berbeda dari yang ada, Bapak Komarudin mulai
belajar membuat batik dengan tema yang beragam tanpa ragam hias dari
Cirebon. Pada tahun 1997 beliau berhasil mendapatkan juara pertama pada
Ferstival Lomba Cipta Selendang Batik Internasional di Yogyakarta yang
diadakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) dan Kementrian Parpostel.
Kemenangan tersebut membuat Batik Komar semakin dikenal oleh
masyarakat luas dan meraih beberapa peghargaan seperti Paramakarya dari
Pemerintah Indonesia, Upakarti, BNSP Award, Archipelago Award, dan
lain sebagainya.
48
Saat ini Batik Komar memiliki pekerja terampil dalam bidang batik
yang berjumlah 300 pengrajin di bandung dan Cirebon. Batik Komar telah
memasarkan produknya hingga ke mancanegara seperti Jepang dan New
York, Amerika. Selain itu Batik Komar juga memasarkan produknya
dengan mengikuti kegiatan pameran yang diadakan di Asia Tenggara,
Eropa, dan Amerika.
B. Lokasi Batik Komar, Bandung
Gambar 2.63 Denah Workshop dan Showroom Batik Komar
(Gambar : http://wisata-batik.com/)
Batik Komar berada di Jalan Cigadung Raya Timur 1 nomor 5. Selain
showroom, Batik Komar juga menyediakan fasilitas workshop didalamnya.
Tempat ini dapat ditempuh hanya 20 menit dari tol pasteur menggunakan
mobil pribadi. Selain itu tempat ini juga dapat ditempuh mengunakan
angkutan umum seperti angkutan kota (angkot), bus, dan juga ojek.
C. Visi dan Misi
Batik Komar memiliki misi yaitu untuk melestarikan dan
menumbuhkan tradisi batik Cirebon sebagai salah satu upaya untuk
49
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Trusmi Plered Cirebon pada
khususnya dan menumbuhkan industri kerajinan batik Indonesia pada
umumnya. Sedangkan visi yang dimiliki adalah sebagai berikut :
• Batik Tradisional Trusmi Cirebon bisa lebih dikenal di kancah dunia batik
nasional dan internasional.
• Meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui lingkungan tempat kerja
dan tempat tinggal yang bersih dan sehat, pemberian upah yang wajar
sesuai dengan keahlian dan prestasi kerja yang diberikan kepada
perusahaan.
• Meningkatkan kualitas dan daya saing yang berpotensi untuk memasuki
pasar global.
• Memperkaya desain motif untuk menambah perbendaharaan motif-motif
tradisional yang sudah ada dan memasyarakat.
• Melakukan inovasi pada bidang bahan dasar kain, melalui pengembangan
desain tekstur tenun dan melakukan kombinasi serat alam.
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang industri kerajinan
batik dengan cara mendidik tenaga-tenaga terampil dan produktif yang
diambil dari daerah-daerah di luar pusat pengrajin batik.
• Memperluas jaringan kerja dengan pusat-pusat industri kerajinan batik
melalui pertukaran informasi desain dan proses produksi.
• Berbagi ilmu dan informasi tentang berbagai proses batik bagi pengrajin
batik di daerah-daerah tertentu yang ingin mengembangkan industri
kerajinan batik.
D. Fasilitas
• Showroom
Showroom pada Batik Komar ini dibagi menjadi beberapa area,
yaitu area kain dengan harga mahal, area kain biasa, area pakaian
wanita, area pakaian pria, area aksesoris, area ganti pakaian, area kasir
dan area duduk.
50
Gambar 2.64 Area Display Baju Jadi
(Sumber : Penulis, 2014)
Ruangan ini menggunakan keramik berwarna putih untuk material
lantai. Finishing dinding dan ceiling menggunakan cat berwarna putih.
Pencahyaan dan penghawaan pada ruangan ini sebagian besar
menggunakan pencahayaan dan penghawaan buatan.
Gambar 2.65 Area Display Kain
(Sumber : Penulis, 2014)
51
Gambar 2.66 Area Display Kain Mahal dan Area Duduk
(Sumber : Penulis, 2014)
• Workshop
Batik Komar Bandung menyediakan fasilitas workshop yang terdiri
dari proses desain hingga proses pewarnaan. Pengunjung yang ingin
mencobanya dikenakan biaya Rp.25.000,00- untuk 1 kain yang
berukuran sapu tangan. Area workshop ini tersiri dari area desain, area
membatik, area mengecap, area nyolet, area nutup, dan area ngelorod.
Gambar 2.67 (Kiri) Menggambar Motif Pada Kertas, Gambar 2.68
(Kanan) Menggambar Motif Pada Kain
(Sumber : Penulis, 2014)
52
Area workshop ini mengunakan material keramik sebagai material
lantai arena dianggap cukup kuat dalam menahan beban diatasnya dan
mudah dibersihkan. Dinding pada area mendesain menggunakan
dinding bata yang di cat putih, sedangkan pada area workshop
mengunakan dining bata ekspose.
Gambar 2.69 (Kiri) Area Ngelorod, Gambar 2.70 (Kanan) Area
Menyolet
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.71 (Kiri) Area Pengecapan, Gambar 2.72 (Kanan) Area
Membatik
(Sumber : Penulis, 2014)
53
• Ruang Penyimpanan
Dalam ruang penyimpanan ini terdapat 1000 canting yang ditata
rapi dalam lemari rak susun milik Batik komar. Pencahayaan pada
ruangan ini dapat dikatakan kurang terang, cukup sulit untuk melihat
motif yang ada pada canting. Penghawaan pada ruangan ini seluruhnya
menggunakan penghawaan alami.
Gambar 2.73 (Kiri) Ruang Penyimpanan Canting, Gambar 2.74
(Kanan) Canting Dalam Ruang penyimpanan
(Sumber : Penulis, 2014)
54
2.2.3 Batik Bachir Latifah (BL) Putra, Pekalongan
Gambar 2.75 Showroom Batik BL di Pesindon, Pekalongan
(Sumber : Penulis, 2014)
A. Sejarah Batik BL Putra, Pekalongan
Batik BL berdiri pada tahun 1970. BL merupakan sigkatan dari nama
suami-istri pemilik batik ini yang bernama Bachir Achmad dan Latifah
Djahri. Batik BL ini awalnya diproduksi secara rumahan di kampung
Pesindon, Pekalongan. Dengan usaha batiknya, mereka berdua berhasil
membesarkan 7 orang anak, namun belum sempat berkembang Bapak
Bachir Achmad meninggal dunia pada tahun 1973. Sepeninggal Bapak
Bachir Achmad, Ibu Latifah dengan dibantu oleh dua orang anaknya yang
bernama Kamaludin Bachir dan Soetrisno Bachir.
Mereka berdua menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan
berjualan batik dari rumah-kerumah dan menjaga toko mereka yang berada
di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru setelah pulang kuliah secara
bergantian. Selain itu mereka juga menjalankan bisnis keluarga lainnya
dengan membangun Group Ika Muda yang merupakan pelopor bisnis
properti dan perikanan yang sukses pada tahun 1980-an.
55
Gambar 2.76 Foto Keluarga Bachir
(Sumber : Penulis, 2014)
Kesuksesan Grup Ikamuda juga membawa kesuksesan bagi Batik BL
sehingga mampu membuka beberapa cabang di Indonesia seperti Jakarta,
Bandung, dan Bali serta melakukan ekspor batik ke negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura.
Pada krisis moneter tahun 90an Grup Ikamuda dinyatakan bangkut,
namun Batik BL masih dapat bertahan ditangan mereka dan Ibu. Pada tahun
2008 Ibu Latifah Djahri meninggal dunia dan Batik BL dan diwarsikan
kepada anak terakhir dari 7 bersaudara yang bernama Ibu Enny
Apridningsih Bachir. Dibawah kepengurusan beliau, Batik BL berganti
nama menjadi Batik BL Putra dan memiliki showroom dan workshop yang
terletak di Jalan KHM Mansyur 87, Pekalongan dengan luas tanah 1.70 m2.
Batik BL Putra memproduksi batik cap dan batik tulis khas Pekalongan
baik dalam bentuk pakaian jadi seperti kemeja maupun kain panjang. Selain
itu, toko ini juga menjual berbagai aksesoris yang terbuat dari batik seperti
tas, bandana, dan bahan interior seperti sarung bantal kursi.
56
B. Lokasi Batik BL Putra, Pekalongan
Gambar 2.77 Peta Lokasi Batik BL Putra, Pekalongan
(Sumber : https://maps.google.com/)
Lokasi Batik BL Putra berada di Jalan KHM Mansyur 87, Pekalongan.
Batik BL Putra ini dibangun diatas tanah seluas 1.70 m2 dan berada di
jalan pantura (pantai utara) Jawa sehingga mudah diakses melalui jalur
darat seperti menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
C. Visi dan Misi Batik BL Putra Pekalongan
Visi dari Batik BL Putra adalah mengembangkan seni kain Batik
Indonesia terutama Batik Pekalongan yang memiliki keanekaragaman
ragam warna dan motif yang khas.
Misi dari Batik BL Putra adalah sebagai berikut :
• Melestarikan kain batik Indonesia, khususnya kain batik khas
Pekalongan
• Memproduksi kain batik dengan mutu dan kualitas yang tinggi
57
• Menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pekalongan
• Memperlus jaringan kerja dalam industri kain batik
D. Struktur Organisasi
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Batik BL Putra
(Sumber : Batik BL Putra, 2014)
E. Fasilitas
• Showroom
Pada showroom toko batik ini dibagi menjadi beberapa area seperti
area gelaran yang digunakan untuk membuka atau menggelar kain
batik, area display kemeja/ baju jadi, area display kain mahal, area
display aksesoris, area duduk, area penyimpanan, dan area kasir.
58
Gambar 2.78 Area Gelaran Kain Batik
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.79 Area Display Kemeja Batik
(Sumber : Penulis, 2014)
Toko ini menggunakan homogenus tile 60cm x 60cm sebagai
material lantai dengan dinding di cat warna krem dan ceiling gypsum
yang diwarna putih. Sistem penghawaannya menggunakan
pengahawaan alami dan buatan. Penggunaan ac (air conditioning)
hanya jika terdapat pengunjung yang datang secara berkelompok
59
(khusus) atau jika udara diluar terlalu panas. Pencahyaaan pada toko ini
menggunakan pencahayaan alami karena terdapat banyak jendela di
sekeliling ruangan pada pagi hingga siang hari dan bantuan lampu pada
malam hari.
Gambar 2.80 Area Kasir
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.81 Area Display Kain Sarung
(Sumber : Penulis, 2014)
60
• Workshop
Area workshop pada Batik BL Putra dibagi menjadi beberapa area
seperti area menggambar desain batik, area membatik cap, area
membatik canting, area mewarnai (nyolet), area mewarnai (celup), area
menutup dengan malam (mopok), area merebus kain (ngelorod), area
menjemur batik, dan area menjahit.
Gambar 2.82 (Kiri) Area Membatik Cap dan Tulis, Gambar 2.83 (Kanan) Area Pencelupan Warna
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.84 (Kiri) Area Nyolet atau Mewarnai, Gambar 2.85 (Kanan) Area Ngelorod atau Penghilangan Lilin
(Sumber : Penulis, 2014)
61
Area workshop pada toko batik ini masih sangat tradisional. Hampir
seluruh area pada workshop menggunakan semen unfinished kecuali
pada area nyolet dan area menjahit. Dindingnya menggunakan hanya
menggunakan finishing cat sedangkan atapnya langsung atap genting
tanpa ceiling.
Gambar 2.86 Area Menjahit,
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.87 Area Menjemur Kain Batik
(Sumber : Penulis, 2014)